Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MUDA & BERBAHAYA

Siapakah tokoh yang dimaksud dalam judul?

  • Abimanyu Pramoedya Putra (Bimbim)

    Votes: 56 56,0%
  • Joko Unggul Pranoto (Joe)

    Votes: 3 3,0%
  • Keduanya (Bimbim & Joe)

    Votes: 20 20,0%
  • TS-nya (@Pedjuank)

    Votes: 21 21,0%

  • Total voters
    100
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Kalo tokoh utamanya rencananya 5 - 6 orang (liat postingan #2).
Seperti ane udah bilang, ane akan usahain meminimalisir POV non karakter utama. Tapi kalo ane merasa perlu, tetep ane pake.
Kasusnya bos fredy adalah, ane jelasin kalo bos fredy ntu orangnya licik. Apa yg terjadi sama siska itu skenarionya dia.
Kalo ane maksa pake 3rd pov feelnya kurang dapet. Lagi pula itu semi flashback, ane kan udah pernah bilang juga 3rd pov dicerita ini akan selalu alur maju (bukan flashback).

Maap kalo penjelasan ane kurang berkenan.

Huahahaha
Kurang berkenan bijimana hu
Malah aku makasih pake banget dkasi kejelasan kek gini. Brarti bkn suhu nya yg salah tapi otak aku yg rada2 geblek gak sanggup membaca cerpan dgn gaya penulisan 3 pov skaligus.
Mangapkan nubi mu ni suhu :ampun:
 
BAGIAN 07

SIASAT PARAS CANTIK


POV Bimbim

Malam itu aku dan Joe janjian ketemu di sebuah cafe yang biasanya tidak terlalu ramai oleh pengunjung. Beberapa hari yang lalu Joe mendatangiku, tadinya aku berpikir pemuda itu akan melabrakku karena beberapa saat sebelumnya aku terlihat bercakap-cakap dengan Grace di sebuah taman. Ternyata ia punya tujuan lain, ia bermaksud meminta pertolongan dariku.

Setelah 15 menit berlalu, Joe tiba di tempat tersebut bersama Ella. Malam itu gadis tersebut hanya berpakaian santai, namun harus kuakui dirinya tetap terlihat cantik walaupun hanya berpakaian seadanya.

“Kenapa musti dia yang elu mintain tolong?” Ucap Ella sinis setelah melihatku.

“Kalo elu keberatan gue nggak masalah untuk mundur.”

“Nggak bisa Bim, elu udah tahu masalah yang dihadapi keluarga Ella, jadi gue harap lu tetep ikut rencana kita. Gue sendiri nggak tahu harus minta tolong ke siapa lagi.”

“Elu bisa minta tolong sama Farid, dia kan temen sekolah lu.”

“Gue kenal Farid, dia pasti akan manfaatin pertolongannya buat hal yang nggak-nggak di kemudian hari. Gue nggak mau hal itu terjadi.”

“Tapi temen lu ini keliatannya nggak suka banget ngeliat gue.”

“La, bisa kan lu nggak jutek gitu sama Bimbim.”

Ella melengos mendengar ucapan Joe, kemudian ia tersenyum kearahku dengan terpaksa.

(“Manis juga senyuman cewek jutek ini. Kayanya seru juga kalo gue kerjain dia.”)

“Joe, setelah gue pikir-pikir kayanya usulan lu kemaren nggak efektif dan butuh waktu lama buat eksekusinya.”

“Elu punya usul?”

“Ada, tapi butuh keberanian dan pengorbanan dari temen lu ini.”

Sejenak Joe memandang ke arah Ella untuk meminta pendapatnya.

“Sebesar apa pengorbanan yang musti gue lakuin?” Tanya Ella penasaran.

“Elu harus ngerayu bos itu, jadi lu musti siap digrepein dia.”

“Sialan lu! Emangnya lu kira gue cewek apaan?! Bener kan Joe, dia emang nggak niat bantuin gue. Cuma mau liat gue dilecehin sama om-om.”

Joe terlihat gusar mendengar ideku, pemuda itu menatapku tajam dengan tatapan marah dan kecewa.

“Dengerin dulu penjelasan gue. Kalo kita ngikutin rencana lu, masalah Ella hanya sementara waktu teratasi. Mungkin setelah kita ngasih dia pelajaran, si boss nggak akan gangguin keluarganya Ella. Tapi kita nggak bisa mastiin berapa lama, kalo dia ngerasa punya cukup kekuatan pasti dia akan balik lagi. Nggak mungkin kan elu jagain Ella terus-terusan. Belum lagi kalo dia merasa dendam, terus nyari tahu tentang elu. Bisa-bisa Grace ikut kebawa nantinya.”

Joe dan Ella tampak berpikir sejenak setelah mendengar penjelasanku.

“Tapi kenapa gue musti ngorbanin harga diri gue? Nggak ada cara lainnya?”

“Cara itu yang terlintas dipikiran gue paling efektif. Gue jamin orang yang ngelecehin elu nggak akan terus hidup.”

“Maksudnya elu mau bunuh orang itu?” Tanya Joe dengan wajah kaget.

“Iya. Dia dan semua anak buahnya, Itu satu-satunya cara mastiin keluarga Ella nggak akan diganggu sama dia lagi.”

Joe kembali menatap Ella, mempertanyakan kesediaan gadis itu terhadap usulanku.

“Apa jaminannya gue nggak akan menerima nasib lebih sial dari digrepein orang itu.”

“Itu yang nggak bisa gue jamin, makannya butuh keberanian dan kecerdikan lu buat ngulur waktu. Untuk lebih pastinya berapa lama kita bisa nolong lu, butuh pengintaian dulu. Nanti gue bicarain sama temen-temen gue. Jadi selama kita ngadepin anak buahnya elu harus bisa ngulur waktu.”

“Elu harus janji seandainya strategi lu berhasil, di kemudian hari elu nggak akan nuntut yang macem-macem ke gue. Jangan juga cerita ke orang lain tentang kondisi keluarga gue.”

“Beres. Kalo masalah itu gue jamin gue dan temen-temen gue nggak akan ngelakuin hal yang elu kuatirin.”

Tak lama kemudian teman-temanku akhirnya datang satu per satu. Aku menjelaskan rencanaku pada mereka lalu kami mulai mengatur strategi yang tepat untuk menjalankan rencana tersebut. Sepanjang pembicaraan Joe dan Ella terlihat masih cemas akan yang terjadi nanti, namun sepertinya mereka tidak punya pilihan lain sehingga akhirnya setuju mengikuti skenario yang kususun.

Setelah selesai membahas rencana tersebut, Joe mengantar Ella pulang. Ada sedikit perasaan aneh melihat kedekatan mereka berdua namun aku tak mau terlalu mencampuri urusan pribadi masing-masing.

“Elu sengaja bikin rencana gitu buat ngerjain Ella ya Bim?”

“Hehehehe... Tahu aja lu Gun. Nggak salah kan sekali-sekali ngerjain cewek jutek kaya dia?”

“Hahahaha... Betul Bim, cewek kaya gitu emang perlu dikasih pelajaran.”


**********​

POV Ella

Selama dalam perjalanan mengantarkanku pulang Joe hanya diam saja. Matanya fokus memperhatikan situasi jalanan namun aku tahu dalam pikirannya masih berputar rencana yang baru saja kami diskusikan. Dari saat kami berdiskusi tadi Joe terlihat sangat berat menyetujui gagasan dari Bimbim yang memang sangat gila menurutku. Berkali-kali dia interupsi hanya untuk memastikan tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan terhadapku. Terus terang akupun sangat kuatir dengan rencana tersebut. Membayangkan aku dengan sengaja membiarkan seorang pria seumuran ayahku menjamahi tubuhku membuatku sangat gelisah dan takut.

Saat mobil Joe mulai memasuki daerah tempat tinggalku, aku meminta pemuda itu untuk mengantarku ke sebuah rumah yang tidak jauh dari rumahku. Sebuah rumah sederhana dengan model minimalis berukuran sekitar 45m persegi ditambah carpot di bagian samping dan pekarangan sempit di bagian depan rumah tersrebut.

“Rumah siapa ini, La?”

“Yang kemaren gue ceritain ke elu.”

“La, elu nggak bermaksud ngerayu gue lagi kan?”

“Please Joe, temenin gue malem ini. Gue takut...”

Joe diam saja mendengar penjelasanku. Sepertinya pemuda itu merasakan ketakutan yang kualami, namun hatinya bimbang untuk mengabulkan permintaanku. Kusandarkan kepalaku di bahunya, bahkan dari posisi ini pun aku dapat mendengar debaran jantung pemuda tersebut.

“Gue nggak akan nuntut yang macem-macem akibat dari malam ini. Gue cuma pingin elu jadi laki-laki pertama yang menikmati tubuh gue.”

Tangan Joe mengelus rambutku dengan penuh perasaan, perlahan wajahnya mendekati kepalaku lalu mengecup keningku dengan lembut.

“La... Jangan begini, La. Gue takut nggak bisa ngendaliin diri kaya kemaren.....”

“Please Joe, biarkan gue merasa bahagia saat melepas keperawanan gue. Apa elu tega kalo perawan gue diambil laki-laki hidung belang?”

“Hal itu nggak akan sampai terjadi.....”

“Hal itu akan terjadi, karena kalau elu nggak mau ambil perawan gue malam ini gue akan biarin tubuh gue diperkosa orang itu. Setelah mastiin orang itu mampus gue akan langsung bunuh diri.”

“La! Jangan ngomong kaya gitu!” Bentak Joe padaku sambil mendudukanku kembali.

“Gue nggak tahu harus gimana lagi, pikiran gue kacau. Gue nggak yakin bisa tetap tenang menjalankan rencana kita. Kalau elu mau nemenin gue malem ini setidaknya separuh beban gue bisa terangkat. Apa yang akan terjadi kedepannya mungkin akan tetap menjadi penderitaan buat gue tapi nggak sebesar kalo perawan gue ilang sama orang itu.”

“Elu yakin, La. Nggak akan nyesel?”

“Gue nggak akan nyesel nyerahin perawan gue ke elu... Gue turun sekarang, gue tunggu elu di dalem.”

Aku segera masuk ke rumah itu dan langsung menuju kamar tidur. Setelah beberapa saat kutunggu, Joe belum juga masuk ke dalam rumah ini. Dari balik jendela kuintip keberadaan pemuda itu. Mobilnya masih terparkir di tempat tadi. Aku hampir saja putus asa, namun disaat itu pula aku melihat Joe turun dari mobilnya lalu membuka pintu pagar rumah lebar-lebar kemudian pemuda itu kembali menuju mobil untuk memarkirkannya dalam rumah ini.

TOK TOK TOK

“Masuk aja Joe, pintu nggak gue kunci.”

Aku mendengar suara pintu rumah dibuka, disusul suara seseorang yang melangkah masuk kemudian menutup kembali pintu rumah sambil menguncinya.

“Dimana lu, La?”

“Di kamar Joe.”

Kembali kudengar suara seseorang melepaskan sepatunya lalu melangkah menuju kamar. Kamar ini tidak memiliki pintu, hanya ditutupi korden sebagai pembatas ruangan. Ketika Joe menyingkap korden tersebut aku segera menyambutnya. Kupeluk tubuh pemuda itu lalu menyumpal mulutnya dengan bibirku.

“Mmmmmmm.....” Gumam Joe yang kaget akan reaksiku.

Joe berusaha melepaskan diri, dengan mudah ia bisa terlepas lalu mendorong tubuhku agar menjauh darinya.

“La, hantikan...”

Kutatap pemuda itu dengan penuh harapan. Waktu seakan berjalan lambat, baik aku dan pemuda itu tidak melakukan apapun selain mata kami yang beradu pandang. Dari tatapanya aku bisa mengerti pergolakan batinnya yang berkecamuk. Aku pun mencoba memancing gairah pemuda itu.

“Joe, please.....” Suaraku kubuat mendesah, wajahku pun kupasang sesensual mungkin.

Mata pemuda itu mulai bergerak memperhatikan tubuhku, tiba-tiba tangannya memelukku kemudian bibirnya melumat bibirku. Perlahan tangan kanannya bergerak menuju ke bagian payudaraku, tangannya mulai membuka kancing bajuku satu per satu. Akupun melakukan hal yang sama terhadapnya, kubuka kaos yang dikenakan pemuda itu. Lalu bergantian kami saling membantu melepaskan bawahan serta pakaian dalam kami masing-masing hingga kini kami sudah sama-sama telanjang bulat.

“Elu yakin mau ngelakuin ini semua?” Joe mengulangi pertanyaannya seperti pada saat kami masih di dalam mobilnya.

Aku hanya menganggukkan kepalaku menjawab pertanyaan Joe. Kembali kudekati tubuh pemuda itu, kupegang kedua lengannya dengan lembut. Joe menarik nafasnya panjang lalu melepasnya. Setelah melakukan hal itu, dengan cepat Joe menyambar tubuhku kemudian menggendongnya. Pemuda itu hendak membawaku ke tempat tidur namun kucegah.

“Kita mandi dulu yuk, kamar mandinya ada air hangatnya.”

Aku segera mengarahkan pemuda itu menuju kamar mandi. Begitu pintu kamar mandi ditutup, Joe langsung menurunkan tubuhku. Aku segera mengatur kran sehingga bak mandi terisi air hangat. Untuk beberapa saat kami saling pandang, jantungku berdebar menunggu momen selanjutnya. Joe memulai aksinya, pemuda itu mulai menciumiku. Aku hanya pasrah membiarkan Joe yang kuanggap lebih berpengalaman. Lidah pemuda itu menjilati bibirku. Baru saja aku membuka bibirku, Joe langsung meloloskan lidahnya ke dalam mulutku lalu menjilati bagian rongganya. Secara reflek lidahku mengikuti permainan lidah Joe.

Setelah puas menciumi mulutku, Joe merambatkan ciumannya ke bagian leherku. Aku menggelinjang ketika mulutnya menghisapi leherku yang mulus. Joe terus mencumbuku, mulutnya kini menjilati, mengecup juga menghisap payudaraku. Sesekali ia mengemuti puting payudaraku hingga mengeras. Aku segera memeluk tubuh pemuda itu.

Selanjutnya tangan kiri Joe menahan tubuhku sedangkan tangan kanannya menciduk air di bak mandi lalu menguyur tubuh kami yang sudah menempel satu sama lain. Joe melakukan hal itu beberapa kali dengan penuh penghayatan sehingga memakan waktu yang agak lama. Kesempatan itu kugunakan untuk menciumi dadanya yang bidang sedangkan tanganku meremas-remas tubuhnya.

Setelah beberapa guyuran, Joe mengambil sabun cair lalu menumpahkan cairan tersebut pada tubuhku juga tubuhnya. Kamipun mulai saling menggosok tubuh pasangan masing-masing, aku mengikuti apa yang pemuda itu lakukan. Joe memulainya dari leherku, lalu ke bagian pundak, berlanjut ke bagian punggung hingga pinggang, lanjut lagi ke bagian perut dan dada. Akupun melakukan hal yang sama terhadap tubuhnya.

Tiba-tiba Joe memutar tubuhku hingga posisiku kini memunggunginya, tangannya masih terus menyabuni payudaraku namun tidak hanya sekedar menggosok seperti tadi namun juga sambil memijat lembut sementara lidahnya menggelitiki telingaku. Aku semakin terbuai oleh permainannya, tanganku memegang punggung telapak tangan Joe yang menyabuniku lalu mengikuti apapun yang dilakukannya.

“Eennggghhh...!” Mulutku mendesah saat merasa mulai dimabuk birahi.

Joe makin mengeratkan tubuhnya padaku seingga aku bisa merasakan penisnya yang mulai mengeras menyundul-nyundul pantatku. Aku sengaja menggesekan punggungku pada perut dan dadanya, otomatis pantatku ikut bergesekan dengan penisnya sehingga aku semakin tidak bisa menahan sensasi nikmat dari perbuatan erotis tersebut.

Joe kembali memutar tubuhku, ia kembali mengambil sabun cair lalu menuangnya pada telapak tanganku juga telapak tangannya lalu secara bergantian kami menyabuni bagian bawah tubuh pasangan kami. Sambil melakukan hal tersebut sesekali kami saling berciuman. Setelah seluruh tubuh kami licin oleh busa sabun, Joe kembali mengguyur tubuh kami hingga bersih kemudian kami mengeringkan tubuh kami dengan handuk yang ada di kamar mandi.

Joe kembali membopongku menuju kamar lalu membaringkan tubuhku di atas tempat tidur. Perlahan pemuda itu menindihku lalu menciumiku, aku segera memeluknya. Mulut kami saling berpagutan, lidah kami pun ikut bergantian keluar masuk rongga mulut dengan liar. Semakin lama nafas kami berdua semakin memburu.

Joe menggapai tanganku lalu membimbingnya untuk mengocok batang kejantanannya. Awalnya aku kaget memegang penis pemuda itu, ukuranya cukup panjang dan besar. Karena baru pertama kali memegang alat kelamin laki-laki, gerakanku pun terlihat kaku. Sekilas aku melihat Joe mengerenyitkan wajahnya, mungkin dia sedikit merasa nyeri karena kocokanku. Dengan sabar Joe membisikanku dengan lembut apa yang harus ku lakukan lalu kembali menciumku. Beberapa kali ia melakukan itu hingga aku mulai lancar mengocoki penisnya.

Joe mulai menggerayangi payudaraku, tangannya meremasi payudara tersebut sementara jemrinya dengan terampil memilin putingnya sambil sesekali di pencet dengan gemas. Beberapa saat kemudian mulut Joe merambat turun melalui leher, lalu pundak, kemudian payudaraku. Secara bergantian kedua payudaraku dicium, dijilat, dikecup, dihisap bahkat diemut oleh mulut dan lidah pemuda itu. Tubuhku bergerak liar kesana kemari menikmati cumbuan laki-laki yang menjadi kekasih sahabatku.

“Emmpphhh... Enngghh...” Aku terus mendesah menikmati percumbuan kami.

“Aaahhh..... Enak banget kocokan lu, La. Elu emang pinter, cepet banget belajarnya.”

Wajahku memerah karena bangga bercampur malu mendapat pujian dari Joe, aku semakin bersemangat mengocoki batang penis Joe.

“Jangan cuma dikocok, coba lu pijit-pijit.” Joe kembali membisikiku memberi bimbingan.

Aku melakukan apa yang dikatakan Joe, bahkan bukan hanya batang penis itu saja yang kupinjit namun bagian pelirnya ikut kupijit dengan lembut.

“Iyaahh gituuhh, La. Uuugghh...”

“Enak ya, Joe?”

“Hmmh... Ganti posisi yuk.”

Joe membisikiku sesuatu memberitahu posisi apa yang ingin dilakukannya sekarang, mulanya aku menggelengkan kepala menolak keinginannya namun ia terus membujukku dengan lembut dan sabar.

“Kan elu yang pertama kali minta ini. Mau yah? Lama-lama elu nggak akan merasa enek, anggap aja elu lagi jilatin sama ngemutin ice cream.”

Akhirnya aku menyetujui keinginannya, Joe tersenyum. Pemuda itu minta aku untuk gantian berada di atas tubuhnya. Setelah Joe membaringkan tubuhnya, aku segera memposisikan tubuhku seperti yang ia minta. Posisiku terbalik dengan posisinya sehingga kini vaginaku tepat berada di atas mulut Joe, sedangkan mulutku berhadapan dengan penisnya.

Sesaat aku bingung harus bagaimana, dengan posisi seperti saat ini Joe tidak mungkin lagi membisikiku untuk mengajari apa yang musti aku lakukan. Instingku mulai bekerja, aku memperlakukan penis Joe layaknya ice cream seperti yang dikatakannya tadi. Penis Joe kembali kugenggam dengan lembut lalu mulai mengocoknya. Selanjutnya akupun mulai memberanikan diri untuk menjilati penis tersebut, dimulai dari lubang kencingnya lalu seluruh bagian kepala penis yang berbentuk seperti jamur. Selanjutnya tiap bagian batang penis tersebut tak ada yang kulewatkan untuk dijilat bahkan kantung pelirnya ikut kujilat. Entah bagaimana mulanya aku tiba-tiba bisa melakukan hal itu, yang pasti akupun ikut menikmatinya.

Sementara itu Joe tidak mau kalah dariku, pemuda itu menjulurkan lidahnya untuk menjilati permukaan bibir vaginaku. Mulutnya turut melumat bagian tersebut. Perlahan lidahnya ia selipkan membelah rongga vaginaku yang masih sangat rapat. Joe meludahi vaginaku, dengan liur tersebut lidahnya terus mengorek bagian dalam vaginaku. Tubuhku mengeliat kegelian menerima rangsangan seperti itu. Dari mulutku keluar desahan panjang akibat rasa nikmat yang melanda tubuhku.

Instingku merespon aksi yang dilakukan Joe. Kubuka mulutku lalu mulai mengulum kepala penis Joe berlanjut hingga ke bagian pangkal batangnya, tidak ketinggalan kantung pelirnya ikut kuemut. Saat melakukan hal tersebut aku juga meludahi penis itu lalu meratakannya dengan lidahku hingga seluruh bagian penis Joe basah oleh liurku. Tidak cukup sampai disitu, aku juga menaik turunkan kepalaku sehingga penis Joe keluar-masuk mulutku. Makin lama penis itu makin dalam masuk ke mulutku, walaupun akhirnya tidak bisa semua bagian penis tersebut masuk.

Gerakan naik turun kepalaku di penis Joe semakin cepat, begitu pula permainan lidah serta mulut Joe semakin liar mengeksplorasi vaginaku. Hal itu membuatku merasakan kenikmatan yang semakin menggila hingga akhirnya vaginaku berkedut dan menegang. Secara spontan aku mendorong pantatku dengan kencang hingga selangkanganku menekan wajah Joe. Tak lama kemudian untuk pertama kalinya dalam hidupku, tersemburlah cairan dari dalam vaginaku. Dengan sigap Joe menampung semua cairan tersebut di mulutnya, bahkan dengan rakus menyedoti sisa-sisa cairan tersebut hingga habis.

Untuk sesaat aku menghentikan aksiku, aku menikmati momen tersebut. Tubuhku ambruk menindih tubuh Joe. Kemudian Joe menarik tubuhku lalu merebahkan disisinya, kamipun kembali saling berciuman.

“Gue lanjutin ya?”

“Pelan-pelan, Joe.” Jawabku mengetahui maksud dari perkataannya.

Joe membantuku mengatur posisi sehingga aku merasa nyaman. Setelah itu Joe berlutut diantara dua kakiku, selangkangannya ditempelkan di selangkanganku sehingga alat kelamin kami saling beradu. Sebelum memulai aksinya, Joe mencium keningku dengan lembut. Joe mencoba memasukan penisnya ke dalam vaginaku. Walau vaginaku sudah sangat basah, tetap saja pemuda itu kesulitan memasukan penisnya lebih dalam.

Setelah hampir separuh bagian penisnya masuk, Joe mulai mendorong penisnya perlahan. Aku mengerenyitkan wajah menahan sakit yang kurasakan. Joe sedikit menarik pinggulnya lalu kembali mendorong lebih jauh agar penisnya semakin masuk di vaginaku. Beberapa kali ia melakukan hal itu hingga kurasa ujung penisnya menyentuh lapisan daraku. Joe kembali menciumku, ia mencoba memberiku ketenangan.

“Tahan ya, La. Akan kerasa sakit sebentar. Elu udah siap?” Tanyanya dengan lembut dan tenang.

“Iya, lakuin aja sekarang.” Bibirku sedikit bergetar ketika memberi persetujuan pada Joe untuk meneruskan perbuatannya. Mataku mulai berkaca-kaca mengetahui sebentar lagi keperawananku akan hilang. Aliran darahku berdesir, jantungku pun berdetak lebih cepat dari biasanya.

Dalam satu kali sentakan keras penis Joe menembus selaput daraku. Mulutku memekik disebabkan oleh rasa sakit yang kualami pada bagian dalam kewanitaanku, aku sudah tidak mampu lagi menahan tetesan air mata yang keluar dari kedua sudut mataku. Pikiranku mulai berkecamuk perasaan sedih, bersalah, takut namun juga merasa lepas dan bahagia. Justru perasaan terakhirlah yang lebih dominan menguasai pikiranku. Akupun berusaha tersenyum menghadapi ini semua walau air mataku belum mampu aku kendalikan.

Untuk sesaat Joe membiarkan penisnya beradaptasi dengan vaginaku, selanjutnya secara perlahan ia mulai memaju mundurkan pinggulnya. Aku berusaha mengimbangi gerakannya untuk meminimalisir rasa sakit yang kurasakan. Seiring berjalannya waktu aku mulai menikmati persetubuhan ini, walau masih merasa sedikit sakit namun sensasi nikmat dari persetubuhan ini mampu meredam rasa sakit tersebut. Desahanku pun kembali memenuhi ruangan ini, lebih nyaring dari sebelumnya. Mengetahui aku sudah berhasil mengatasi rasa sakit, Joe semakin mempercepat gerakan pinggulnya

“Gila, memek lu ngeremes kontol gue kenceng banget. Aaarrghhh... Gue mau keluar, La.”

“Eehhhh... Iyaahh gue juga, aahhh... mau keluar lagiiiihhh... Di dalem ajaahh, sama-sama. Aaakkhhhh.....”

"Elu nggak lagi subur, kan? Nggak takut hamil?”

Aku tidak menjawab pertanyaan Joe, justru tubuhku tambah bersemangat bergoyang untuk merasakan kenikmatan yang lebih lagi. Begitu pula Joe, ia semakin liar dan cepat melakukan penetrasi pada daerah kewanitaanku. Daya jelajah eksplorasi penisnya membuatku semakin melayang hingga tanpa kusadari tubuhku ikut terangkat menikmati persetubuhan ini.

CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK

Beberapa saat kemudian tubuhku kembali mengejang, tanganku meremas-remas rambut di kepala Joe, kakiku menjejak kasur kuat-kuat sehingga tubuhku membusung dengan indah. Mulutku terbuka sehingga suara desahanku tidak tertahan lagi. Aku mengalami orgasme keduaku, kali ini disusul proses ejakulasi Joe sesaat kemudian. Cairan cinta kami bercampur dengan darah perawanku, sebagian meluber keluar karena saking banyaknya cairan yang terproduksi. Joe merebahkan tubuhnya disampingku.

“Seperti yang kuharapkan, Joe. Malam ini sungguh luar biasa.”

“Elu juga hebat, La. Gue puas banget malem ini.”

Aku bahagia mendengar pujian dari Joe. Pemuda itu menarik selimut kemudian menutupi tubuh telanjang kami. Kuletakan kepalaku pada lengannya, tanganku mengelus dadanya dengan manja.

“Joe...”

“Hmmm.....”

“Terima kasih untuk malam ini, gue.....”

“Belum, La... Malam ini belum berakhir, simpen dulu rasa terima kasih lu.”

Aku memandangi wajah Joe, memastikan apa yang baru saja kudengar bukan main-main. Joe membalas tatapanku, matanya seolah bicara bahwa yang dikatakannya tadi serius. Sebuah senyuman kukembangkan diwajahku.

“Elu belum pernah sampai begini sama Grace?”

“Belum. Ah, tapi elu nggak usah mikirin dia malem ini. Elu yang jadi kekasih gue malem ini, bukan dia.”

“Kalo lu pingin, lu boleh make tubuh gue lagi kapanpun. Gue nggak keberatan jadi kekasih gelap lu.”

“Jangan ngomong kaya gitu. Itu sama aja elu ngerendahin harga diri lu. Wanita secantik dan sebaik elu nggak pantas jadi simpanan seorang laki-laki, termasuk gue. Gue ngomong kaya tadi karena kita sudah terlanjur melangkah jauh. Lagipula gue sayang banget sama Grace. Walaupun dia belum mau bercinta dengan gue bukan berarti gue bisa selingkuh seenaknya. Apa yang kita lakukan hari ini memang salah, tapi gue memutuskan untuk melakukannya bukan karena ingin selingkuh mengejar kepuasan seks semata, namun atas dasar ingin menolong mengurangi beban penderitaan lu. Gue harap elu tetep pegang janji lu, setelah malam ini berakhir hubungan kita akan kembali normal.”

“OK. Tapi lu juga harus tepatin omongan lu, sisa malam ini elu adalah milik gue seutuhnya begitu juga sebaliknya. Malam ini kita adalah sepasang kekasih yang tak terpisahkan.”

Joe tertawa mendengar perkataanku. Sepanjang sisa malam itu Joe menepati janjinya. Dia seutuhnya menjadi kekasihku malam itu. Kami bercinta 2 kali lagi malam itu ditambah sekali lagi di kamar mandi pada pagi harinya. Entah berapa kali orgasme yang kualami sepanjang malam itu sedangkan Joe selalu menyemburkan spermanya dalam rahimku sesuai dengan permintaanku.

Setelah itu semua berakhir hubungan kami kembali seperti semula, kami berdua bolos sekolah hari itu karena kelelahan. Jam setengah delapan kami baru bangun, aku langsung mandi lalu menyiapkan sarapan.

“La, kalo orang kampung sini tahu gue nginep sini gimana tanggapannya?”

“Telat kali Joe nanyanya, mereka pasti udah pada liat mobil lu parkir disini. Harusnya elu nanya kaya gitu semalem.”

“Terus gimana? Semalem kan gue nggak mikir macem-macem, cuma ...”

“Cuma mikir mo ngentot sama gue, hihihihihi... Tunguin aja elu disamperin sama Pak RT begitu keluar rumah. Palingan elu disuruh ngawinin gue.”

“Jangan becanda ah, gue serius nih. Gue juga heran kenapa semalem nggak kepikiran ya?”

“Hahahahaha... Santai aja, orang sekitar sini taunya itu elu sodara jauh gue. Bonyok gue juga udah tahu kalo elu dianggap sodara jauh sama orang kampung sini. Jadi mereka nggak akan berpikir yang macam-macam, kecuali kita keluar barengan sambil bugil.”

“Hahahaha... Ya udah, kalo gitu abis sarapan gue cabut yah.”

“Iya, hati-hati.”


**********​

3rd POV

Beberapa hari kemudian

Hari itu Ella berjalan menuju ke sebuah rumah susun 6 lantai ditemani oleh Joe, jantungnya berdebar-debar karena sesaat lagi ia akan memulai perannya untuk dapat menyelesaikan masalah keluarganya. Ayah Ella punya hutang yang sangat banyak dengan Antonius Lee, hutang yang disebabkan oleh kelicikan Anton yang memang sering menipu banyak orang dengan akal liciknya. Namun karena beberapa waktu yang lalu Anton masuk rumah sakit karena sekarat dikeroyok 4 orang pemuda, urusan piutangnya kini menjadi urusan Maikel Lee yang tidak lain adalah kakak kandung Anton. Sial bagi Ella, karena Maikel adalah orang yang sama yang dompetnya Ella ambil. Itulah sebabnya ia begitu ketakutan jika harus bertemu lagi dengan pria itu. Namun hari ini, ia harus menemui laki-laki itu sesuai dengan rencana yang disusun oleh Bimbim.

“Sore cantik, nyariin gue ya?“ Goda salah seorang penjaga gerbang rumah susun tersebut.

“Gue ada janji ketemu sama Bos Maikel.” Ucap Joe dengan kesal.

“Elu siapa, nyet? Nggak ada yang nanyain elu.”Sahut penjaga lainnya.

“Gue akan bilang sama si bos kalau kalian yang nahan kiriman buat dia.”

“Eh, bentar. Sorry, gue nggak tahu kalo cewek ini paket buat si bos. Gue konfirmasi dulu sama pengawalnya, siapa nama lu?”

Penjaga tersebut segeramenghubungi pengawalnya Maikel melalui interkom untuk mengkonfirmasi kedatangan Joe dan Ella. Setelah mendapat konfirmasi, penjaga tersebut segera mengajak Joe dan Ella menuju unit milik Maikel. Joe memperhatikan kondisi rusun tersebut. Dari pos penjagaan hingga bangunan rusun jaraknya sekitar 50 meter. Lantai pertama bangunan tersebut cukup ramai, hal tersebut dikarenakan lantai itu digunakan sebagai lobi plus kedai sehingga mayoritas penghuni rusun kumpul disitu. Saat masuk bangunan tersebut Ella langsung menjadi pusat perhatian penghuni rusun. Tanpa ada yang mengkomando suitan serta teriakan terhadap gadis itu silih berganti terdengar. Hal tersebut sempat membuat ciut nyali Ella. Mengetahui hal tersebut, Joe segera menggenggam tangan Ella memberi support.

“Gue takut, Joe...”

“Elu harus berani supaya ini semua cepet berakhir, jangan peduliin mereka.”

Dengan langkah goyah Ella berusaha melangkahkan kaki mengikuti penjaga yang mengantar mereka. Joe segera mendekap tubuh gadis itu, menahannya agar tidak sampai terjatuh. Dituntunnya gadis tersebut menuju lift. Saat sudah dalam lift Ella masih saja ketakutan, karena suara serta siutan masih terdengar. Penjaga yang mengantar mereka hanya cengengesan melihat Ella. Matanya jelalatan seolah ingin menelanjangi dan menerkam gadis itu. Joe berusaha terus menghibur Ella, kepala gadis itu diletakkan didadanya lalu dielus. Selama dalam lift Ella memejamkan matanya mencoba untuk mengumpulkan keberanian. Mereka akhirnya sampai di lantai 6. Joe memperhatikan seluruh lantai tersebut yang hanya mempunyai 2 unit rusun. Mereka segera menuju pintu unit kedua. Dari model pintunya saja Joe bisa menebak unit rusun tersebut adalah unit milik Maikel. Unit yang dimiliki Maikel memang sangat besar karena gabungan dari beberapa unit rusun yang dijadikan satu, itu mengapa dilantai ini seperti hanya punya 2 unit rusun.

“Selamat datang nona Ella...” Sambut Maikel yang saat itu hanya memakai piama yang terbuka tanpa mengenakan apapun dibaliknya.

Melihat kondisi Maikel membuat Ella kembali patah semangat, ia tahu tidak punya banyak waktu yang bisa diulur menunggu penyelamatnya. Sang monster sudah dalam posisi siap tempur menuju sajian utama. Secara reflek gadis itu membuang mukanya menghindari menatap Maikel. Namun apa yang dilihatnya justru tambah membuatnya ketakutan.

Dihadapannya terlihat beberapa gadis muda sedang disetubuhi beberapa laki-laki yang dari tampangnya bisa diduga mereka adalah para berandal anak buah Maikel. Sepertinya saat itu di unit ini sedang terjadi pesta sex.

“Bagaimana suasana disini, meriah kan? Hahahahahaha.....”

Wajah Ella sudah terlihat sangat panik menyaksikan apa yang terjadi disekelilingnya. Dia tidak menyangka akan terlibat dalam sebuah pesta sex. Joe sepertinya mengetahui kekhawatiran Ella, ia ingin langsung menyerang Maikel tapi tidak mungkin berhasil karena jumlah anak buah Maikel cukup banyak diruangan tersebut. Selain mereka yang sedang menyetubuhi gadis-gadis muda tersebut, masih ada yang lainnya yang sedang menunggu giliran. Belum lagi 4 orang pengawal Maikel yang tetap siap siaga, tidak terpengaruh erotisnya pemandangan di ruang tersebut.

“Bos nggak kaya gini perjanjiannya...”

“Elu tahu apa soal perjanjian. Apa elu tahu selain utang bapaknya, cewek lu punya utang pribadi sama gue?”

Joe kaget mendengar hal itu, Ella yang mendengar ucapan Maikel menjadi semakin tersudut. Kondisinya benar-benar terpuruk, air matanya pun sudah tidak bisa lagi ia bendung. Dari mulutnya terdengar suara isakan tertahan.


**********​

“Gimana Bim, apa kita bergerak sekarang?”

“Sabar Je, Jody sama yang lainnya belum nyampe. Kita nggak mungkin nerobos tempat itu cuma berempat.”

Tak lama kemudian dari tempat pengintaian mereka, Bimbim melihat segerombolan anak muda mendatangi rusun tersebut. Gerombolan tersebut tak lain adalah teman-teman Bimbim lainnya yang tidak ada sangkut pautnya dengan Riko, mereka sengaja didatangkan untuk memancing keluar penghuni rusun tersebut yang merupakan anak buah Maikel dan Anto. Setelah beberapa saat sempat terlibat cekcok dengan penjaga gerbang rusun, gerombolan anak muda itu menyerang rusun tersebut. Penghuni rusun dilantai pertama yang mendengar ada keributan diluar segera keluar. Melihat hal itu Bimbim dan gengnya segera keluar dari tempat pengintaian lalu menyusup ke dalam rusun tersebut. Dengan cepat mereka berhasil naik hingga lantai 4 menggunakan lift. Namun setibanya dilantai tersebut, pintu lift tiba-tiba terbuka. Didepan pintu lift terlihat belasan penghuni rusun yang bermaksud turun untuk membantu rekan-rekannya yang diserbu segerombolan pemuda. Para penghuni tersebut kaget melihat ada 4 orang pemuda yang tidak mereka kenal sedang dalam lift. Keterkejutan mereka dimanfaatkan oleh Bimbim dan kawan-kawan, keempatnya langsung keluar lift dan menyerang para penghuni rusun di lantai 4.

Begitu keluar lift, dengan telapak tangan kanannya Bimbim mendorong wajah orang terdekat dengan lift hingga orang tersebut tersurut mudur, sementara tangan kiri Bimbim memukul ke arah penghuni yang lainnya. Orang tersebut mampu menghindari pukulan Bimbim, namun dengan cepat Sakti melancarkan pukulan yang dengan deras menghantam wajah orang tersebut.

Bimbim dan Sakti terus menerobos penghuni lantai 4 sambil memukul juga menendang. Jati dan Guntur tak mau ketinggalan mereka ikut menyerang penghuni rusun di lantai 4. Penghuni yang lolos ataupun sempat menghindar dari serangan Bimbim dan Sakti langsung dihajar oleh Jati dan Guntur. Dalam waktu singkat keempatnya sudah berhasil mencapai anak tangga menuju lantai 5.

“Kalian cepat keatas, gue tahan disini.”

“Gue bantuin elu, Gun. Biar cepet kelar urusan dilantai ini.” Sahut Sakti.

Bimbim dan Jati segera naik ke lantai selanjutnya. Rupanya keributan di lantai 4 memancing penghuni di lantai 5 untuk segera keluar, sehingga Bimbim dan Jati menemui kesulitan untuk langsung menuju lantai 6. Para penghuni lantai 5 segera menyerang kedua pemuda itu, namun keduanya dengan cepat menghindar dan membuat serangan balasan. Berkali-kali pukulan dan tendangan keduanya menghantam lawan, namun jumlah yang menyerang mereka semakin banyak. Namun demikian, banyaknya jumlah lawan tidak menyurutkan langkah Bimbim maupun Jati. Mereka layaknya sepasang pendekar yang sedang membantai puluhan monster dalam sebuah vidio game. Bimbim dan Jati mampu menghindari serangan tiap penghuni rusun, walaupun sesekali ada yang mampu menangkap tubuh mereka namun dengan cepat keduanya bisa melepaskan diri lalu balik menyerang.

Hal yang sama terjadi dilantai 4, Sakti dan Guntur mengamuk dengan ganas, dalam satu kesempatan salah seorang penghuni rusun berhasil menerkam tubuh Guntur lalu berusaha menguncinya sehingga pemuda itu sulit bergerak, namun pada detik berikutnya Guntur memundurkan tubuhnya hingga orang tersebut terhimpit antara tubuh Guntur dengan tembok. Disaat itu pulalah terdengar suara seperti tulang yang remuk terhimpit benda yang sangat berat. Tubuh orang itupun langsung lemas, kunciannya terhadap tubuh Guntur langsung terbuka. Pemuda itupun kembali menghajar penghuni lainnya yang masih bertahan.

Karena tidak ingin meninggalkan saksi mata, maka keempat pemuda tersebut terus menghajar penghuni rusun hingga nyawa mereka melayang. Semakin banyak rekan mereka yang meregang nyawa membuat sisa penghuni rusun semakin ciut nyalinya menghadapi Bimbim dan gengnya, hal tersebut semakin mempermudah keempat pemuda tersebut untuk menghabisi sisa penghuni rusun.

Sementara itu penghuni lantai 2 & 3 terpecah konsentrasinya, namun lebih banyak yang memilih untuk membantu temannya yang bertarung di halaman rusun, mereka menyangka teman-temannya di lantai atas akan dengan mudah mengalahkan penyusup yang jumlahnya hanya sedikit. Hal tersebut membuat pertarungan di halaman rusun menjadi berbalik, tadinya penghuni yang ada di lantai 1 lebih banyak bertahan namun semenjak datang bantuan dari penghuni lantai 2 & 3 justru mereka yang balik menekan. Sampai sejauh ini cukup banyak korban yang jatuh dari kedua belah pihak. Tidak ada orang yang tubuhnya masih bersih. Luka dan memar sudah menjadi bagian dari tubuh mereka yang masih mampu bertahan. Namun demikian, hal tersebut tidak membuat mereka mengendurkan serangan. Mereka masih saling serang dengan segenap kekuatan yang tersisa.


**********​

Ella sudah pasrah akan apa yang terjadi selanjutnya, saat ini ia sudah tidak tahu harus berbuat apa. Pikiranya tidak mampu bekerja dengan baik karena perasaanya kini didominasi rasa takut yang amat sangat. Kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Joe yang tadinya diharapkan mampu melindunginya tidak bisa berbuat banyak. Sebelum pemuda itu sempat berbuat apa-apa, para pengawal Maikel sudah meringkusnya.

Namun disaat genting seperti itu, sebuah alaram peringatan berbunyi di unit rusun tersebut. Secercah harapan baru muncul dalam benak gadis itu, ia tahu Bimbim dan kawan-kawannya sudah bergerak.

“Coba kalian periksa apa yang sedang terjadi.” Ucap Maikel gusar karena kesenangannya terganggu.

Tak lama kemudian seorang anak buahnya melaporkan adanya serangan dari segerombolan pemuda ke tempat tersebut. Maikel sempat mencurigai Joe dan Ella telah mengirim teman-temannya, namun setelah melihat wajah keduannya yang tampak masih sangat ketakutan pria itu membuang kecurigaannya.

“Siapa yang berani bikin onar di tempat gue! Woiii kampret masih aja ngentot, beresin dulu itu masalah dibawah!”

Anak buah Maikel yang sempat tidak perduli keributan dibawah karena sedang asik pesta sex langsung tercekat, mereka segera memakai pakaian seadanya lalu keluar dari ruangan tersebut.

“Jon, lu ikut kebawah. Cari tahu siapa yang cari gara-gara, kalau perlu ikut bantuin mereka.”

Kini di ruangan tersebut hanya tersisa Maikel, Joe, Ella, 3 orang pengawal Maikel serta beberapa gadis yang tampak kelelahan karena melayani anak buah Maikel sejak beberapa waktu yang lalu. Ella sedang terduduk di sofa dalam kondisi dipeluk Maikel, di salah satu sudut ruangan Joe berdiri dengan posisi tangan kanan ditelikung kebelakang dan leher tercekik oleh salah satu pengawal Maikel. Seorang pengawal Maikel berdiri tak jauh dari pintu masuk sedangkan seorang lainnya berdiri di pojok ruangan dekat Joe diringkus.

“Jim, biar anak itu liatin ceweknya gue perkosa.” Ucap Maikel sambil merapatkan tubuhnya ke Ella.

Jim segera menjambak rambut Joe, sehingga pemuda tersebut kini melihat apa yang sedang dilakukan Maikel terhadap Ella. Gadis itu meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari sergapan Maikel.

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di wajah Ella. Maikel kesal karena Ella tidak bisa diam saat dirinya berusaha mengumuli gadis itu.

“Diem lu Perek! Elu sendiri kan yang milih diginiin buat nebus utang bokap lu.”

Tidak seperti sebelumnya yang terlihat ketakutan, tiba-tiba raut wajah Ella berubah. Matanya menatap tajam ke arah Maikel seakan ingin menerkam pria tersebut.

“Anjing! Malah melototin gue!”

Maikel kembali melayangkan tangannya kearah wajah Ella, namun dengan sigap gadis itu menahan tangan Maikel yang hendak menamparnya kembali. Belum hilang keterkejutan Maikel, gadis itu memukulkan tinjunya ke arah wajah Maikel.

BUUGGHH!

Maikel terjengkang di sofa tersebut. Melihat bosnya terjengkang kena pukul, secara spontan Jim melepaskan jambakannya pada Joe lalu mendekati Ella. Sementara itu setelah terlepas dari jambakan Jim, Joe segera memutar tubuhnya dengan cepat lalu melepaskan diri dari Tomi yang menelikungnya. Selanjutnya Joe dengan cepat menendang Jim sehingga pria tersebut gagal menggapai Ella.

Ella tidak tinggal diam melihat situasi terebut, gadis itu kembali menyeran Maikel. Pria tersebut berusaha melindungi dirinya dari serbuan Ella, ia tak menyangka gadis yang tadinya terlihat rapuh dan lemah bisa menyerangnya dengan ganas. Sama seperti adiknya, Maikel kurang menguasai bela diri namun memiliki kemampuan yang sangat baik dalam hal gulat. Untuk itu ia berusaha menangkap tubuh Ella untuk dapat segera dikunci dengan tehnik gulatnya. Namun itu sudah diperhitungkan oleh Ella. Sehingga gadis itu berusaha menghindari usaha Maikel untuk dapat menangkap tubuhnya. Ella tidak memberi kesempatan kepada Maikel untuk berdiri dari posisinya sehingga pria tersebut kesulitan menggunakan kemampuannya.

Para gadis yang ada diruang tersebut mulai ketakutan melihat pertarungan yang terjadi, mereka pun beringsut ke salah satu sisi ruangan yang jauh dari perkelahian. Dalam hati mereka berharap Joe dan Ella mampu mengatasi Maikel dan anak buahnya.

Sementara itu Joe dengan lihai menghadapi 2 orang anak buah Maikel yang tadi berhasil meringkusnya. Ia sengaja menggiring keduanya mendekati pengawal ketiga sehingga kini pemuda tersebut berhadapan dengan 3 orang anak buah Maikel. Walau berhadapan dengan 3 orang namun Joe masih dapat mengatasinya. Dalam satu kesempatan Joe berhasil memukul telak wajah Rozi dengan tangan kanannya lalu berturut-turut menghindari tendangan Jim dan menepis pukulan Tomi. Pada gerakan berikutnya ia menekel kaki Jim yang posisi kuda-kudanya kurang kuat saat melancarkan tendangan. Tomi yang penasaran pukulannya bisa ditepis kembali menyerang, namun belum sempat pukulannya mendarat Joe berhasil menangkap lengan pria tersebut lalu diplintir. Rozi yang sudah bangkit kembali mencoba memukul Joe, namun pemuda tersebut mengeser kuda-kudanya sambil menarik lengan Tomi yang ia pelintir sehingga tubuh Tomi ikut tertarik. Akibatnya pukulan keras dari Rozi justru menghajar Tomi dengan telak, pria itupun pingsan seketika.

Disaat Rozi masih terpatung tak menyangka pukulannya justru memakan korban temannya sendiri, Joe segera menyerang pria itu. Sambil setengah melompat dengkulnya menghajar wajah Rozi, pria itupun langsung terhuyung kebelakang beberapa langkah. Joe segera memburu Rozi namun gerakannya tertahan tendangan memutar Jim. Joe membatalkan serangannya, ia menekuk lututnya hingga posisi tubuhnya hampir seperti kayang untuk menghindari tendangan tersebut. Setelah lolos dari tendangan Jim, Joe kembali memburu Rozi lalu secara bertubi-tubi menghajar pria yang masih berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang limbung. Hasilnya, Joe secara sukses menghantarkan Rozi ke alam bawah sadar dengan wajah penuh luka.

Sementara itu Ella terus memukuli Maikel. Pria tersebut hanya mampu bertahan tanpa sekalipun dapat menyerang balik Ella. Tubuh dan wajahnya menjadi bulan-bulanan gadis itu.

BRAKKKK!!!

Pintu masuk ruangan Maikel terbuka, Bimbim dan Jati segera masuk ruang tersebut. Melihat kedatangan 2 orang yang tak dikenalnya membuat Jim panik, pria itu langsung menyerang Joe dengan membabi buta, namun dengan mudah Joe meringkusnya. Bimbim segera mendekati Ella, lalu menenangkan gadis itu agar tidak terus menghajar Maikel.

“Cukup La, cukup, biar gue yang nyelesaiin.”

“Gue sanggup bunuh dia, Bim.”

“Jangan, La. Sekali tangan lu ngebunuh orang maka sisa hidup lu akan berubah. Biarin pekerjaan kotornya kita yang ngerjain, sesuai dengan rencana awal kita.”

“Rencana awal? Gue hampir aja digilir kaya cewek-cewek itu!”

“Sorry, itu salah gue. Kita nggak nyangka kalo Maikel akan ngadain pesta sex, karena sebelumnya nggak pernah. Elu sama Joe cepet cabut sekarang, sebelum temen-temen gue naik kesini. Elu nggak mau kan masalah lu di ketahui banyak orang?”

Ella segera merapikan pakaiannya yang acak-acakan lalu keluar dari tempat itu melalui rute yang sudah direncanakan sebelumnya. Bimbim segera mencekik Maikel hingga tidak bisa bernafas lagi.

“Nggak nyangka gue si Joe bisa beresin pengawalnya Maikel seorang diri. Bim, lu yakin Joe nggak akan jadi masalah buat kita kedepannya?”

“Kenapa emangnya Je?”

“Kalo dia bisa ngalahin 3 orang pengawal Maikel secepat ini, berarti kemampuannya nggak main-main.”

“Santai aja, kemampuan dia hari ini emang diluar prediksi gue. Tapi gue tetep yakin dia nggak akan jadi halangan buat kita, karena semenjak kejadian hari ini mau nggak mau dia adalah bagian dari kita juga.”

“Bener juga lu. Gimana dengan mereka, kita abisin juga? Ini diluar skenario, Bim.”

Bimbim segera mendekati gadis-gadis yang masih berada di ruang tersebut. Gadis-gadis itu ketakutan mendengar ucapan Jati.

“Kalian kenapa bisa disini?” Tanya Bimbim santai, namun memperhatikan ekspresi mereka dengan serius.

“Kami diculik lalu di sekep di tempat ini. Tolong jangan bunuh kami...”

“OK. Gue percaya sama kalian, tapi kalian harus janji nggak akan cerita apa-apa soal kejadian ini.”


**********​

POV Siska

Malam sebelumnya...

Tidak seperti biasanya Fredy mengajakku makan malam bersama istrinya dan seorang tamu lainnya. Pria yang ikut makan malam dengan kami seumuran dengan Fredy, berpenampilan klimis dengan wajah standar dan perut agak buncit. Yang jadi ciri khas pria tersebut adalah hidungnya yang besar tapi melebar kesamping. Aku sering melihat wajah orang ini muncul di televisi maupun koran harian, namun baru kali ini aku bertemu langsung dengannya.

Aku lebih banyak diam dan hanya sesekali menimpali jika sedang ditanya, sepertinya Fredy sedang melobi pria yang kuketahui memiliki jabatan sebagai pimpinan komisi di parlemen. Sesekali pria tersebut melirik nakal kearahku yang membuatku merasa tidak betah untuk terus berada di restoran mewah ini. Di restoran ini pula aku takluk pada penawaran yang diajukan Fredy sekitar setahun yang lalu, hal itu juga yang mebuatku saat ini merasa tidak nyaman.

“Sayang, aku ke toilet dulu ya. Maaf Pak Akbar, saya tinggal dulu sebentar... Sis, temenin aku yuk.”

Akupun beranjak dari meja tersebut mengikuti Tamara menuju toilet, dari sudut mataku aku melihat pandangan penuh nafsu Pak Akbar yang meemperhatikan tubuhku. Sesampainya di toilet kami langsung menuju bilik yang berbeda, tak lama kemudian kami bersama lagi di area westafel untuk memperbaiki riasan yang luntur, pada saat itulah Tamara baru mengutarakan maksudnya mengajakku ke toilet.

“Sis, lu tahu kan proyek yang lagi diomongin bang Fredy itu berarti banget buat kita semua. Gue harap lu mau dukung proyek ini sepenuhnya.”

“Iya kak, aku akan usahain semampuku.”

“Elu bisa nemenin Pak Akbar akhir pekan ini? Kita tinggal butuh tanda tangan dia.”

“Saya rasa bang Fredy nggak akan setuju pake cara seperti itu.”

“Gue tahu suami gue sayang banget sama elu, makanya gue langsung ngomong ini sama elu. Gue akan kasih tambahan kalo elu setuju jalanin rencana ini.”

“Saya nggak nyangka diem-diem kak Tamara jalanin bisnis prostitusi untuk kalangan atas.“

“Jaga mulut lu. Munafik lu nggak mau tidur sama bapak-bapak. Terus yang selama ini elu lakuin sama suami gue apa? Rasa sayang? TAI lah lu! Elu cuma butuh duitnya kan?”

“Saya duluan kak...”

Aku segera meninggalkan tempat itu diikuti tatapan sinis dari Tamara. Aku segera kembali ke meja makan kami, kehadiranku disambut senyum mesum Akbar. Sedangkan Fredy tampak bingung melihatku hanya sendirian kembali kemeja tersebut, ia juga terlihat kesal dengan perilaku Akbar terhadapku. Selang beberapa menit kemudian, Tamara kembali bergabung bersama kami. Setelah kembali ngobrol-ngobrol untuk beberapa saat, acara makan malam itu pun selesai. Akbar sempat menawarkan diri untuk mengantarku, namun kutolak. Aku memutuskan pulang menggunakan taksi. Ditengah perjalanan aku melihat Bimbim dan teman-temannya baru saja keluar dari sebuah cafe.

“Pak, minggir sebentar di depan cafe itu.”

Taksi itupun berhenti tepat didepan motor keempat pemuda tersebut, lalu aku menurunkan kaca jendela taksi.

“Elu Sis, gue kira siapa?” Sapa Jati.

“Kalian gue tunggu di rumah malam ini.”

“Mau ngapain, Sis?”

“Nggak usah banyak nanya, gue punya kerjaan untuk kalian.”

Setelah tiba di rumah kontrakanku, aku segera menyiapkan segala sesuatunya untuk menyambut Bimbim dan teman-temannya. Setelah menunggu sekitar sejam, keempat pemuda tersebut akhirnya tiba. Mereka langsung kusuruh ke ruang tengah.

“Sebelumnya gue mau sekali lagi ngucapin terima kasih atas pertolongan kalian tempo hari... Tunggu. Omongan gue jangan dipotong dulu. Gue belum sempet bales pertolongan kalian, malam ini gue akan bales semuanya.”

“Maksud lu apa, Sis? Katanya mo ngasih job buat kita.” Tanya Jati yang belum mengerti arah pembicaraan Siska.

“Malem ini tubuh gue milik kalian seutuhnya. Job buat kalian itu ngentotin gue.”

“Serius lu!?!? Elu nggak lagi ngerjain kita kan?”

“Nggak Je, gue serius... Tapi kalo kalian nggak pada keberatan, biar Bimbim dulu yang main sama gue. Abis itu terserah kalian mau main satu-satu atau keroyokan, nggak masalah buat gue.”


B E R S A M B U N G
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Mohon maaf karena apdetan kali ini agak lama karena kesibukan nubie.
Apdet kali ini juga yang terakhir untuk bulan ini, nubie mau nikmatin liburan dulu kembali jadi reader yang norak, ngerusuhin trit orang lain.

Seperti biasa nubie menyarankan untuk membaca apdetan kali ini saat sedang tidak berpuasa.

Akhir kata, selamat menikmati sajian terbaru dari nubie. Mohon saran, kritik dan komen yang bermanfaat dari suhu-suhu semua.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd