Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diamuk Birahi

Bagian 2

"Ini aku lagi cari..."
"Kamu gak bisa sabar sedikit?"

"Kurang sabar apa aku"
"Punya mobil di rumah, tetapi suami tidak bisa nyetir"
"Sudah kubilang kamu cari tempat kursus"
"Gak akan bisa kamu terus-terusan disupiri keponakan"

"Dia kubayar, libur kuliah juga"

"Apa perlu aku yang belajar?"

"Tidak, makin banyak pengeluaran nanti"

"Irhh.. kok gitu"
"Kamu malu kan andai aku bisa lebih dulu?"

"Kamu justru
"..."

"Salamualekum! Mas Yandi!", drama di halaman perkarangan terhenti tiba-tiba. Yandi (29 Tahun) yang sedang bercengkrama dengan istrinya sembari menyirami tanaman dikunjungi seseorang menjelang sore. Yandi tak asing dengan suara itu. Ia kedatangan Dadang, tetangga sekitar yang biasa menjadi kawan obrolan kala giliran mendapat jatah ronda. Sebetulnya Yandi kemarin meminta Dadang datang malam. Apakah ada hal lain yang ingin disampaikan. Yandi lekas mengajak bicara Dadang meski hanya di depan rumah.

Istri Yandi, Ratih (34 Tahun), sempat melihat-lihat siapa gerangan yang datang. Ratih diam memerhatikan suaminya berdialog. Tak lama kemudian, Ia gantian menyirami tanaman karena selang air terus memancarkan air. Menunduk-nunduk menyirami pot tanaman, Ratih terekspose menggunakan daster kembang warna-warni seakan menghiasi perkarangan. Bokongnya yang sempat menungging, seakan mengundang ingin dihat. Hanya sesekali Ia berjongkok, memungut ranting yang patah. Berdiri menyapu, dedaunan yang kering.

"Istri lo itu bener deh, bikin ngiler euy", sahut Dadang pelan, mengamati pergerakan Ratih.

"Pssssttt, kalau ketahuan, habis gue"

"Lah kok? kenapa berani minta dicarikan orang untuk mengusili dia?"
"Aneh lo"

"Entar gue ceritakan"
"Sekarang bagaimana? Sudah ketemu orangnya?"

Tak langsung ditanggapi, Dadang mengeluarkan ponselnya, memotret Ratih sembunyi-sembunyi.
"Gue aja deh yang ngusili"

"Wushhh"

"Terus kenapa minta dicarikan...."

Ratih mendadak menyela pembicaraan antara suaminya dengan Dadang.
"Mas, ini kerannya kumatikan ya?"

"Iya sayang..."

"Basah dia!", seru Dadang di telinga Yandi.

"Mas mau minum apa? Tamunya kok gak disuruh masuk", Ratih keheranan apakah tak pegal suaminya ngobrol sambil berdiri.

"Iya, gapapa, cuma sebentar"

"Hmm begitu"
"Beneran gak mau mampir, Mas?", sahut Ratih. Ia sengaja berdiri lama menampakkan postur montok tubuhnya di depan Dadang. Pikir dia, pasti kawan suaminya itu berkhayal macam-macam usai memandangi tubuhnya.

"Gak boleh kata Mas Yandi"
"Hehe...", senyum Dadang.

"Ooo yauda"
"Ke dalem dulu ya..."

"Tak siram, biar basah sekalian!", seru Dadang tak tahan tanpa sependengaran Ratih.

"Eittttt?!!! Ini rumahku!"

"Hayo sekarang ceritakan?!", tuntut Dadang.

"Kenapa lo datang jam segini, seharusnya nanti malam"

"Malam cukup untuk ronda, bukan mampir-mampir"

"Baiklah, tunggu sebentar, mau beresin ini semua...", tutur Yandi menggamit dan menggulung selang.


OoO​


Selesai membikin suasana teduh perkarangan, Yandi mandi sore. Dadang buru-buru pulang setelah Yandi menuntaskan ceritanya. Sebaliknya, Ratih menyibukkan diri duduk bersama keponakannya, Hendra (22 Tahun), di sofa dekat televisi.

"Tante yakin berani?", tanya Hendra mengunyah sebungkus makanan ringan.

"Tante udah tahu isi kepala Om kamu"

"Lah kok bisa?"

"Kan kamu yang mulai duluan", ketus Ratih memandang sinis Hendra.

"Haha...", Hendra menanggapi dengan gelak tawa.

"Tapi gak akan sampai begitu-begitu"

"Terus sampai bagaimana?"

"Kamu nanti lihat aja..."

"Hmmm penasaran..."

Hendra kadang menyambangi rumah Om dan Tantenya kendati kuliah di daerah Bogor. Orang tua Hendra sering berpergian ke luar kota. Itu mengapa dia untuk merasakan kehangatan keluarga, tempat om dan tantenya adalah cara lain memperoleh hal itu. Sejujurnya jarang Hendra menjadikan rumah om dan tantenya sebagai tempat untuk beristirahat selagi libur kuliah. Sebulan yang lalu mengubah jalan cerita yang membuat Hendra betah di sini.

Hendra meremas bungkus snack yang sudah kosong, berniat meremas sesuatu yang lain. Ia lalu mendekati Tantenya yang sedang menatap ke arah layar ponsel.

"Serius banget, Tan"

"Iya...".

Hendra tiba tiba mengambil posisi duduk di sebelah Tantenya. Ratih cepat membaca sinyal.
"Hendra! Jangan!"
"Om kamu bentar lagi selesai mandi"

"Bentaran aja Tante"
"Lagian kan Om udah tahu"

"Tante bilang jangan! Ish!
"Kamu susah banget sih dibilangin!", Ratih mengusir tangan Hendra yang lekas berhasrat menggerayangi buah dadanya.

"Eurgh tenggorokan Hendra kering ini Tante"

"Bodo amat, emang Tante pikirin", Ratih memalingkan badan.

Hendra belingsatan. Kemudian Ia menangkap tubuh Ratih seraya menciumi tengkuknya. "Uhmm, sekarang bilangnya sih gak mikirin, tapi kalau udah dimasukkin aja, bilangnya terus... terus..."
"Hehe..."

"Argghh..Tante gak mau..."
"Om Yandi sudah mmmaa..au see...le..sai", Ratih memberontak. Hendra justru semakin erat mendekap.

"Tapi Hendranya mau, Tante..."

Pintu kamar mandi lalu terdengar terbuka. Hendra segera menghentikan apa yang baru saja dia lakukan. Ratih bisa bernafas lega.

Bersambung...

OoO​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd