Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[cLothingk] ^^Auf Wiedersehen, Natasha Devi^^^

clothingk

Tukang Semprot
Daftar
3 Mar 2011
Post
1.098
Like diterima
1.066
Lokasi
Puncak Gunung Merapi
Bimabet
. . . Semoga kisah ini bisa menjadi pembeda di sela-sela hiruk pikuknya cerbung . . .


This Story Original Writen by

clothingk incorporated


#######


Uufhhh!!... Brrrr!!!Udara pagi hari ini terasa lebih dingin daripada biasanya. Mungkin disebabkan semalam hujan yang turun begitu deras. Mendung juga terlihat masih saja setia menggelanyut mesra diatas langit kelabu. Sisa air hujan tadi malam yang menempel di daunan dan ranting pohon sesekali terjatuh menimbulkan suara gemericik saat terkena terpaan angin pagi yang dingin.

Aku sedikit minggir di tepi jalan pada saat dari arah belakang melaju sepeda motor 2tak yang suaranya lebih mirip seperti dengung ribuan lebah, yang terlihat kepayahan sedang membawa beronjong penuh berisi sayuran sehingga aku agak melompat untuk menghindar dari genangan air yang membentuk seperti danau dijalan yang tengah aku lewati.


Pagi yang masih sepi karena memang sekarang masih jam 05.30 ditambah bahwa saat ini adalah hari minggu dan malam tadi juga hujan turun dengan begitu deras, sehingga aku yakin lengkaplah sudah alasan bahwasanya untuk saat ini orang-orang masih asyik bercengkerama dengan selimut yang mereka katupkan diatas tubuh masing-masing.

Aku baru saja membeli rokok di warung kelontong Pak Binah yang berjarak 125m dari tempat kostku, didaerah Taman Siswa. Sebenarnya sih tepat didepan rumah kost ada warung makan yang juga menjual rokok baik per bungkus ataupun ketengan, tapi hari ini kok tumben belum buka? Padahal biasanya setiap jam 05.00 sudah siap melayani pelanggan.


Pemilik warung makan itu sangat baik orangnya. Bahkan saking baiknya hampir semua anak kost pada dibolehin ngutang ketika tanggal tua mulai menghampiri. Didalam hati, aku sebenarnya kasihan juga sama Pak Sronto pemilik warung, karena anak-anak kost yang kebanyakan masih mahasiswa itu sering kali ngutang meski masih tanggal muda.

Disebelah warung makan ada kios tambal ban yang juga menjual bensin eceran punya Mas Kuriman yang berperawakan tinggi rada kerempeng. Dia orangnya juga seru dan baik. Intinya, beliau-beliau adalah orang yang menyenangkan dan jauh dari kata membosankan.


Diantara kami –kost’ers dan warung’ers- memang terjalin keakraban yang luar biasa sehingga Pak Sronto itu sudah dianggap sebagai Bapak, bisa dianggap sebagai teman, sahabat, bahkan tak jarang ada juga yang suka curhat. Ada salah satu anak kost sini panggilannya Jambul, dia terkenal kocak dan paling akrab dengan Pak Sronto maupun Mas Kuriman.

Pernah ada kejadian lucu sewaktu diantara mereka berdua dan kebetulan aku tahu sendiri peristiwa yang sampai sekarang bisa bikin aku ketawa-ketiwi sendiri. Waktu itu siang hari ditengah bulan Ramadhan. Aku yang lagi asyik ngisi TTS diteras lantai II kamar kost, tiba-tiba dikejutkan suara cempreng Jambul...


“Assalamu’alaikum, Pak Srontoo!! Assalamu’alaikuuum!” ucapan Jambul yang bernada sedikit rada keras menarik perhatianku untuk melihatnya dari lantai II kost-an.

Tampak warung makan Pak Sronto memang buka pada saat bulan Ramadhan.


“Ooh kamu thow, Mbul. Kenapa?” sahut Pak Sronto kalem.

“Pak, ini kan lagi bulan puasa, warungnya sedikit ditutupin selambu atau ditutup pake tirai gitu kek biar ada toleransi dong. Gimana sih?! Masak dibiarkan kebuka kaya gini? Kalau gini caranya ganggu yang lagi puasa, jadi pada ga khusyuk!!” cerocos Jambul sok didepan warung belagak marah.


Huuh!! Gaya si Jambul udah kaya Pak Ustadz aja . . .


“Ooh iya. Sori deh, Mbul. Lali durung tak pasang. Sik dilut..” Pak Sronto pun segera tergopoh-gopoh mengambil kain bekas spanduk, dan tak lama kemudian sudah sibuk merentangkan kain untuk sedikit menutup warung makan sebagai bentuk rasa bertoleransi bagi orang yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Setelah beberapa saat, akhirnya Pak Sronto selesai memasang kain. Dan tak lama berselang, Jambul pun memasuki warung seraya berujar,


“Naah, kalau gini kan enaaak. Es teh manis satu yaa, Pak!” ucap Jambul yang sempet aku dengar. Katsau dah! Hahahaa..

“Wee ladhalaah, sontoloyo!! La kok malah.. Biar ga ketahuan sama temen-temenmu kalau lagi ngesteh gitu? Woo, pokil lee!! koe ra poso ngopo (kamu ga puasa kenapa)??” seru Pak Sronto yang kaget ternyata Jambul sendiri yang malah ga puasa.


“Hahahaa!! Libur dulu Pak. Tadi ga dibangunin temen-temen pas saur..” tukas Jambul enteng dalam berdalih.

Aku yang mendengar celoteh Jambul pada mulanya hanya tersenyum simpul tapi akhirnya tergelak juga.. Hahahaa!!


#######


Aku berhenti berjalan didepan gerbang rumah kost. Menyulut rokok sebentar sebelum akhirnya terdengar suara seseorang yang menyapa hangat,

“Pagi Mas Rey, tumben sudah jalan-jalan..”


“Ooh!! Pagi juga Pak Sronto. Iyaa ini Pak, sekalian cari rokok. Eh kok baru buka sih warungnya?” ujarku dan kemudian menghembuskan asap rokok.

“Tadi belanja dulu di Beringharjo diantar Kuriman naik motor jadi yaa rada telat bukaknya Mas..” jawab Pak Sronto seraya menampilkan senyum. Senyum yang melindungi dari seseorang yang di Bapakkan oleh anak-anak kost disini.


“Ooo gitu yaa, Pak. Ya udah tak kedalam dulu. Ooh iyaa, sekalian bikinin kopi hitam, Pak ..”

“Iya, Mas Rey. Siap! Ntar tak anter ke kamar..”


Ryan Kertagama, itulah tulisan nama seorang bayi laki-laki imut yang tertera di secarik kertas yang menutupi nasi putih yang dicetak, se-plastik gule kambing, acar+cabe, buah jeruk, dan kerupuk udang didalam sebuah box nasi kotak Aqiqahan disaat aku terlahir di dunia yang katanya indah ini. Tapi aku lebih akrab dipanggil, Rey.

Disini aku kost bersama temen-temen yang kebanyakan diantara mereka masih berkutat dengan bangku kuliah dan berpusing-pusing ria dengan banyaknya tugas membikin makalah, papper, kuis, dan melakukan berbagai penelitian.


Aku sendiri sudah ngawulo disebuah perusahaan multinasional yang mempunyai kantor pusat berkedudukan di negara yang pernah dipimpin Hitler, dan beruntungnya aku, perusahaan anak cabang yang sekarang ini tengah mempromosikan aku untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi dengan mengirimkan aku ke negaranya Mesut Oezil, Jerman.

Besok senin aku sudah harus berangkat untuk menggapai impian dan cita-cita tinggi seperti yang selama ini sering aku dan mantanku bicarakan. Eh, mantan? Ngg.. Bukannya sebutan mantan itu adalah kalau misal kita sudah putus hubungan jalinan asmara dengan kekasih, terus kemudian dia melanjutkan hidupnya sendiri dan kita pun juga melanjutkan kehidupan kita sendiri? The Life’s must go on. Iyaa kan? Mmm.. Tapi, kalau penyebab putusnya itu dikarena kekasih kita..........


#######


Aku memandangi tembok kamar kost yang warna cat dindingnya sudah tampak buram. Jarum jam dinding pun juga sudah enggan untuk bergerak lagi seiring dengan sesuatu yang telah menghilang dari dalam hatiku. Foto-foto yang terbingkai indah masih tertata rapi. Hasil cetak bentuk bibir berlipstik merah pun setia menempel di cermin rias. Coretan usil temen-temen kost juga bertebaran di balik pintu kamar dan disudut tembok dalam kamar, yang mana sebentar lagi dalam hitungan jam akan menjadi sebuah kenangan bagiku.

Aku tersenyum kecil saat membaca beberapa coretan dinding.. ‘Malam ini telah kau ambil perjakaku dengan paksa by -Jambul-‘ ada lagi ‘Panas cintamu tak sepanas knalpotku’ terus juga ada ‘Utamakan klayapan’ udah gitu ada juga Mangan ra mangan tetep kumpul, yo moddaar lee!!’ dan masih ada beberapa coretan lucu lainnya entah siapa yang menulis aku sendiri pun tidak tahu.


Travelbag gede yang sudah aku siapkan teronggok manis disudut kamar didekat lemari pakaian. Pada saat aku akan menggeser lemari pakaian karena salah satu srempang dari travelbag ku terjepit oleh kaki lemari, mata ku menangkap sebuah benda berbentuk kotak berwarna hitam.

“Nggg.. Seperti wadah kepingan CD..” gumamku seraya menggapai benda tersebut. Tampak kotor berselimut debu.


“CD apa yaa? Kok bisa ada dibawah lemari pakaian? Perasaan semua CD udah aku kasih tempat khusus..” pikir ku heran sambil menimang-nimang CD yang barusan aku dapatkan dari kolong lemari.

Aku berusaha keras untuk mengingat dari manakah CD ini berasal? Keningku berkerut beberapa saat sampai pada akhirnya aku tahu bahwa CD ini adalah pemberian dari Pak Danu yang diutus oleh seseorang di masa lalu ku, dimana dulu saat memberikan kepingan CD ini, Pak Danu menaruhnya didalam plastik bercampur dengan pakaianku. Wajah tuanya masih menyiratkan sisa kesedihan kala itu.


“Mas Rey, ini bajunya yang kemarin ketinggalan dirumah. Sama ada CD juga, tempo hari Ndoro Puteri –Mama seseorang dimasa laluku- pesan untuk dikasihkan ke Mas Rey.” Begitulah kalimat Pak Danu pada saat memberikannya padaku.

“Hmm.. Ga ada salahnya kalau aku setel..” gumamku lirih sembari memasukkan kepingan CD itu untuk memutarnya.


PLAY ON.. Dan keping CD pun mulai berputar. Aku tercekat begitu tahu apa yang tertampilkan di layar monitor. Samar-samar bidikan object dari lensa sebuah handycam itu masih gelap dan tampak bergoyang sesaat sebelum akhirnya fokus...

“Natashaa!” pekikku tertahan. Kaget. Bergetar suaraku saat mengucapkan namanya. Perasaan hangat menyebar keseluruh tubuhku tatkala wajah cantiknya yang segar dan lucu itu tengah tersenyum.


Melihat wajah ceria Natasha Devi yang ada dilayar monitor komputer pada saat dia berada disebuah gerai waralaba itu membuatku teringat akan moment-moment indah ketika menikmati perjalanan hidup bersamanya. Dan gambar film dari handycam itu telah menjejakkan sebuah ingatan yang sangat dalam dan ga mungkin aku lupa. Hmm..Jejak impian dan harapan yang telah terkubur seiring berjalannya waktu. Secara tidak sadar, aku pun menggali kembali kenangan itu dengan sebuah sekop. Yaah.. Aku sadar walau dengan sekop itu pula hatiku pernah terkubur.


#######


“Halo sayaaang.. Thanks yaa udah mau dateng aku ajakin makan siang. Pasti ngerepotin. Hehee..” sapa hangat Natasha, kekasihku, seraya ber-cipika-cipiki.

“Hai juga Nat! Buat kamu apa sih yang enggak? Hehehee. Lagian juga ga repot kok..” sahutku kalem seraya membalas cipika-cipikinya. Aku sempat melirik kearah meja dimana ada obat sakit kepala seperti yang biasa Natasha minum.


“Iiih.. Bisa aja kamu. Oh iya, mau pesen apa?”

“Kopi hitam aja..”


“Minum doang? Kamu ga makan, sayang?”

“Minum aja deh Nat, perut lagi ga bisa diajak kompromi nih. Kalau kamu laper makan aja, aku temenin gapapa..”


“Masih sering pusing?” imbuhku.

“Iya sayang. Tapi ga papa kok kan udah sedia obat, hehe. Oke deh, kalau begitu, aku pesen Vegetables Lasagna aja sama Lemon Squash..” bilang Natasha seraya memanggil Waiter untuk menyerahkan orderan.


“Eh.. Ntar malem jadi ke pasar malam kan, Rey?” ujar kekasihku mulai membuka percakapan. Sementara jemari lentiknya melepas kancing blazer yang dikenakannya.

Natasha Devi, seorang cewek dewasa yang di anugerahi paras cantik dan bentuk tubuh yang bagus. Termasuk tinggi untuk ukuran cewek indonesia. Tubuhnya yang sangat proporsional itu disempurnakan dengan kilau rambutnya yang indah. Dia berkarier dibidang property level premium atau high class, dan kariernya pun terus melejit tajam sampai sekarang. Hmm.. Bener-bener The Rising Star. Dia berasal dari keluarga yang cukup mampu dan sekarang pun dengan kariernya yang cemerlang itu, dia semakin mengukuhkan predikat ‘The Haves-nya.’


Perkenalanku dengan Natasha pun boleh dibilang tidak sengaja. Ada saudaraku dari Batam yang kepengen membeli sebuah Apartement yang harganya mungkin berkisar ratusan juta rupiah yang ga akan mampu aku membelinya walau bekerja seumur hidup.. Haha!!

Dan dari situlah aku mengenalnya. Bertemu dengan seorang Sales Executive Marketing untuk membahas pembelian sebuah apartemen. Elegant dan smart kesan pertama saat aku berjumpa dan ngobrol dengannya. Aku yang selama ini sangat-sangat tidak percaya dengan yang namanya Cinta Pada Pandangan Pertama, akhirnya harus terkena kutukan cinta yang paling indah dan membuatku bahagia. Aku jatuh cinta, dia jatuh cinta. Aku tawarkan secawan cinta, dia menyambutnya. Baru kali ini aku bisa merasakan cinta yang sesungguhnya. Klop dan semuanya tampak mudah bagiku.


Natasha juga seseorang yang sangat unik. Dia selalu membawa handycam kemana saja dia pergi. “Aku ingin membuat hidupku menjadi seperti sebuah film dokumenter..” begitu alasannya saat aku menanyakan akan hal itu.

“Ini kopi hitamnya Mas, silahkan diminum..” ucap Waiter ramah.


“Ini kopi hitamnya Mas, silahkan diminum..” ucap Pak Sronto ramah.

Aku mengalihkan pandangan dari layar monitor komputer untuk menghampiri Pak Sronto yang tengah membawakan kopi hitam pesananku tadi.


“Makasih Pak Sronto. Berapa Pak, kopinya?” sembari ku hirup kepulan harum aroma kopi.

“Udah ga usah Mas. Tinggalan uang kemarin masih cukup kok.”


“Bener nih, Pak??”

“Bener, Mas..”


“Iya deh kalau gitu. Makasih banyak yaa Pak..”

“Sami-sami Mas Rey. Hehee..”


Pada saat aku kembali melihat kearah layar monitor, disitu terlihat suasana pasar malam yang meriah ramai penuh dengan pengunjung. Tua, muda, cowok, cewek, remaja, dewasa, anak-anak, dari yang bersandal jepit sampai yang bersepatu berbaur dengan keasyikan masing-masing. Kalau di kota Solo atau Djokdja, pasar malam itu lebih terkenal dengan sebutan Sekaten.

Berbagai macam mainan sederhana terlihat dijubeli para pegunjung. Aneka mainan dan cinderamata khas pasar malam seperti hiasan dari gerabah, gasing, kodok-kodokan, dan kapal api yang berbahan bakar minyak klentik/ goreng pun ada. Martabak populair, dodol kelapa, es dawet Pak Mbolon, kembang gula-gula atau arum manis pun juga tersedia saling melengkapi dan tak mau kalah untuk menyemarakkan hangatnya suasana pasar malam.


Hmm.. Benar-benar tradisional. Seorang gadis cantik bertubuh lencir itu juga tak mau ketinggalan untuk meleburkan diri bersama atmosphere yang ada. Natasha membeli berondong warna warni yang dibungkus dengan plastik es lilin panjang, yang dibentuk seperti sepeda balap. Hihihii lucu…

Natasha Devi pun tetap terlihat cantik dan modern diantara semua yang berbau tradisional tersebut. Dengan mengenakan sweater warna biru muda dipadu dengan celana jeans pensil, kekasihku tampil casual. Handycam kesayangannya pun tak pernah lepas dia shoot-kan ke berbagai penjuru arah arena Sekaten.


“Gimana, Nat? Asyik ga suasana dan pertunjukannya?” tanyaku setelah kami berdua melihat atraksi Tong Setan.

“Wah gila, Rey! Ternyata seru juga yaah. Baru kali ini semenjak masa kecil Nat main-main ke arena pasar malam lagi. Walau tradisional, tapi ga kalah sama permainan modern macam Kora-Kora..” ucap Natasha dengan mimik wajah gembira.


“Pertunjukan Tong Setannya juga serem. Bener-bener memacu adrenalin..” imbuh kekasihku kagum.

Tong Setan adalah sebuah aksi akrobat motor didalam sebuah tong raksasa yang mempertontonkan kelihaian para jokie pengendara motor pada saat mengelilingi bagian dalam tong dengan manuver melingkar untuk melawan tarikan gaya grafitasi bumi.


“Ya iyalah. Kora-Kora, Halilintar, dan yang lain itu kan berasal dari permainan tradisional yang telah di-modernisasi..” tukasku cepat.

“Kalau yang itu apa, sayang? Kok bau kemenyan? Bikin merinding aja, mana kedengeran suara-suara serem lagi..” lajut Nat sembari menunjuk kesebuah tempat yang di dekorasi seperti Kastil tua penuh aura horor.


Tentunya Kastil yang hanya terbuat dari tumpukan kayu dan batang bambu sederhana yang ditata sedemikian rupa membentuk sebuah bangunan kemudian ditutupi triplex dan digambari berbagai macam bentuk makhluk gaib dengan cat warna gelap biar terlihat semakin serem.

“Ooh itu namanya Gua Mangleng, Nat. Tempat uji nyali kalau kepengin ketemu sama hantu. Mau coba?” tanyaku dengan tersenyum geli.


“Ogah ah!! Ngapain juga. Hantunya beneran?” Natasha masih penasaran dengan Gua Mangleng.

“Ya enggak lah. Cuma orang yang didandani mirip kaya hantu gitu. Tapi tetep aja serem, aku aja takut kok. Hiiii..”


“Yee! Dasar penakut..” sahut Natasha seraya berusaha mencubit kedua pipiku dengan gemas.

Aku cuma tergelak dengan ulahnya. Sungguh semua ini membuat kami merasakan benar-benar menjadi rakyat kecil. Sungguh semua kesederhanaan yang disajikan di pasar malam ini membuat kebahagian tersendiri. Aku bisa tahu kalau Natasha sangat bahagia dan dia pun juga paham kalau aku lebih bahagia. Bersamanya semua terasa berwarna.


“I love you, Nat..” bisikku lirih didekat telinganya saat kami berdua duduk lesehan menikmati sedapnya Wedang Dongo dan lezatnya jagung bakar.

Natasha Devi tersenyum kecil, kemudian meneguk tegukan terakhir dari Wedang Dongo-nya.


“I love you too, Rey..”

“Eh, Rey. Minta rokoknya dong..” pintanya tanpa permisi mengambil sebatang rokok mild kegemaranku. Wajahnya ceria dengan senyum yang senantiasa mengembang sedang tangannya memegang dompet.


“Eh Rey. Minta rokoknya dong!” pinta Jambul yang tiba-tiba nongol dikamarku dan mengambil sebatang rokok mild kegemaranku. Wajahnya masih kusut setelah bangun tidur, tangannya memegang secangkir teh atau kopi, aku ga tahu.

“Ambil aja Nat, gratis kok. Hehehe..”


“ Ambil aja Mbul, gratis kok. Hehee..-“

“Thanks yaa Rey. Kamu emang baik deh.” Jawab Nat seraya ngeloyor pergi untuk membayar dua mangkuk Wedang Dongo.


“Thanks yaa Rey. Lu emang baik deh.” Jawab Jambul seraya ngeloyor pergi untuk kembali kekamarnya.

Aku segera beranjak untuk mengunci pintu. Membakar rokok untuk sekedar mengotori paru-paru ku sendiri. Hembusan panjang asap rokok itu mewakilkan isi hati dan perasaan bahwa semua kebahagian yang selama ini aku rasakan bersama Natasha, semua cita-cita yang aku bangun bersama kekasihku telah lenyap begitu saja. Seperti halnya asap rokok yang langsung lenyap begitu keluar dari bibirku tersapu oleh angin.


Dengan sorot mata redup tanpa semangat aku kembali melanjutkan film dokumenter Natasha Devi. Handycam itu men-shoot teras rumah Natasha disebuah sabtu pagi yang cerah. Aku ingat bahwa hari itu aku mendapatkan tugas dari kantor untuk memeriksa kesehatan kancab di kota Solo.

Entah kebetulan atau tidak, Natasha pun sedang dikirim perusahaannya untuk meng-approve lahan atau tempat yang akan didirikan sebuah Kondotel. Sebenarnya berbeda beberapa hari, tapi Natasha meminta kepada Perusahaan tempat dia bekerja untuk berangkat ke Solo lebih cepat beberapa hari dari jadwal yang ada agar supaya bisa berangkat bareng aku.


Disela-sela aku menunggu kekasihku yang sedang berkemas-kemas, aku pun sedikit berbincang-bincang dengan Ibunda Natasha.

“Nak Rey, tolong jaga Nat baik-baik yaa. Kalau bisa buat dia selalu senang, riang, bahagia, dan jangan sampai dia bersedih.. Soalnya.. Ngg.. Ehh.. Gapapa. Gapapa..” pesan perempuan setengah baya yang tak lain dan tak bukan adalah Mama Natasha, dengan sedikit terbata diakhir kalimat.


Wajah yang keibuan penuh dengan kelembutan itu tampak getir walau pun seuntai senyum manis berusaha men-samarkannya. Bening matanya sedikit berkaca walaupun beliau berusaha tegar. Aku yakin ada sesuatu yang berat. Aku yakin ada sesuatu yang disembunyikan dari akhir ucapannya.

“Iyaa Tante, Rey bakal jaga Natasha kok. Tante jangan khawatir, Nat akan selalu riang bersama Rey..” jawabku mantap sehingga aku berharap wajah perempuan paruh baya itu sedikit lebih cerah dan tenang.


“Terima kasih. Terima kasih Nak Rey kalau begitu.”

“Sama-sama Tante..”


#######


Dengan Kereta Api Prameks, aku dan kekasihku menuju Kota Bengawan untuk melaksanakan tugas kewajiban dari perusahaan kami masing-masing. Naik kereta api tut.. Tuut.. Tuuut.. Siapaa hendak turuuun...

Di Solo kami berdua menginap disebuah Hotel dengan konsep resort and spa yang berada disebelah bagian barat kota Solo. Hotel yang asri dimana banyak ditumbuhi pohon-pohon tropis. Di bagian Front Office hotel, ada sekelompok Bapak-Bapak tua lengkap dengan blangkon dan beskap pakaian adat yang dikelilingi gamelan, kenong, dan gong untuk memainkan gending jawa. Hmm.. Cara yang cerdik untuk membuat para wisatawan asing semakin betah untuk tinggal di hotel ini.


Bener-bener Hotel yang enak untuk melewatkan masa liburan karena dibagian belakang hotel yang luas itu juga dilengkapi dengan Restauran Kampoeng Ikan. Kemudian ada Restauran Sasono Budjono yang bersebelahan dengan Pipas Bar, ada Poll lengkap dengan Poll Bar-nya juga, Fitness centre, tempat Outbond, dan masih banyak fasilitas yang tersedia.

Aku dan Natasha sepakat membuka satu kamar saja karena selain menghemat budget juga bisa menambah kemesraan dan keromantisan kami berdua. Cihuuyy!!


Setelah ceck-in kami berdua segera beranjak menuju kamar diantar oleh petugas House Keeping.

“Ini Mas, buat beli rokok..” ucapku seraya memberikan uang 10.000,- sebagai uang tips kepada petugas hotel.


“Terima kasih Mas. Selamat beristirahat..” dan segera berlalu lah petugas hotel itu dari dalam kamar kami setelah menerangkan berbagai fasilitas yang ada dan yang bisa digunakan.

Natasha tampak sibuk mengeluarkan setelan baju dari dalam kopornya sedang aku dengan cuek segera merebahkan badan dan menggeliat keenakan merasakan empuknya kasur hotel bintang lima ini.


“Kok malah males-malesan sih? Emang belum dijemput ya, say?” Tanya kekasihku sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

“Bentar lagi Nat..” sahutku cepat. Tangan kananku menggapai remote televisi untuk menyetelnya, dan segera tampak seorang chef perempuan berdada besar tengah asyik meramu bumbu masakan Ayam Taliwang.


“Yeew malah liat tivi lagi. Dah buruan sana siap-siap ntar keluarnya barengan..” omel Natasha.

“Oke beib!!”
 
#######


Tepat sekali.. Hari itu kami memang keluar hotel sendiri-sendiri dengan urusan masing-masing. Setelah ber-cipika-cipiki, kekasihku yang cantik itu segera memasuki mobil jemputan rekanan bisnisnya, pun demikian juga denganku yang dijemput orang dari kantor cabang yang mengendarai mobil Innova inventaris kantor.

Hari sabtu ini aku bener-bener sibuk. Hari yang seharusnya menjadi weekend yang santai pun tinggal harapan. Aku masih bergelut dengan bejibun berkas pekerjaan yang harus segera diselesaikan kemudian melaporkan kekantor pusat. Memang sengaja aku menyelesaikannya cepat-cepat, sehingga aku bisa melewatkan jalan-jalan di Kota Solo bersama Natasha. Tak terasa jam 17.30 aku baru sampai dikamar hotel.


"Hmm.. Natasha sudah pulang.." pikirku karena aku melihat baju tadi pagi yang ia kenakan sudah digantung didalam lemari kaca.

"Nat.. Natashaa!" ucapku sedikit berteriak.


"Iyaa sayang, ini lagi mandi sekalian ganti baju!" sahutnya dari dalam kamar mandi.

"Pasti lama, dasar cewek.." aku menggerutu kemudian merebahkan tubuh untuk berusaha relax setelah seharian dihantam kepenatan.


Selang beberapa saat..


"Rey, ngantuk ya? Sori lama, hehehee.." terucap suara yang lembut diiringi kekehan lucu. Ternyata Natasha.

"Belum sih, cuma ketiduran aja. Tadi banyak banget yang harus aku kerjain di kantor cabang."


"Mau kemana sih, Nat? Suiit-suiittt! Duilee cantik banget." imbuhku sambil memandang Bidadari cantik yang malam ini tampak seksi.

"So pasti laah, hehee.. Rey, laper nih. Ayo makan malem dulu. Nat pengen nyicipin ikan bakar mumpung ada barbeque nih di resto hotel. Percuma dong kalau kamu ga mau, padahal Nat udah dandan cakep kayak gini. Hihihiii.."


Aku hanya bisa terpana dan baru menyadari pada saat mengetahui penampilannya yang begitu eye catching. Natasha Devi, kekasihku tersebut dengan pEdE mengenakan rok jeans belel mini sedikit diatas lutut dipermanis dengan belahan dipaha kanan sebelah samping yang cukup tinggi, setengah paha lebih.

Untuk atasan, cukup dengan t-shirt ketat yang membungkus erat lekuk sensual ditubuhnya dengan bahu terbuka, Hmm.. Model Sabrina? Tapi sungguh, sebuah pemandangan yang memikat dan menyekat tenggorokan telah berhasil disuguhkan Natasha dengan sempurna.


"Hehehee.. Baik tuan Puteri. Tunggu yaa, aku mandi dulu.." ujarku sembari menggeliatkan badan untuk meregangkan otot-otot yang kaku.

Aku pun langsung bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh dengan keramas. Setelah selesai mandi, aku cukup mengenakan t-shirt Polo, celana jeans, dan sedikit semprotan parfum dibeberapa sudut bagian tubuhku.


"Duuch gantengnyaa.. Suit-suiit!! Hehee.. Eh jam tangannya dipake dong, biar makin perfect.." bilang Natasha seraya menggamit lenganku berjalan beriringan untuk menikmati acara makan malam.

"Ga pengen nyobain Nasi Liwet atau Cabuk Rambak, Nat?" tanyaku memberikan suggest menu makanan tradisional Kota Solo.


"Ga ahh! Malem ini Nat pengen bakar ikan, Rey.."

"Oke lah. Ikan bakar pasti juga, mammamiaa!!"


Bagian belakang hotel bintang lima ini memang sangat luas, masih ada juga hamparan sawah milik pihak hotel yang dikelola bersama dengan warga masyarakat sekitar. Atmosphere yang ditawarkan di Kampoeng Ikan Restauran memang sangat memukau. Open air dengan gazebo-gazebo yang luas dan sedikit saling berjauhan letaknya, sehingga memberikan kesan yang romantis bagi pasangan yang akan menghabiskan malam disini.

Kerdip api dari obor yang mengelilingi tempat barbeque menambah suasana benar-benar alami seperti di sebuah desa pelosok yang belum ada listrik.


"Seperti hidup di zaman-zaman kerajaan ya Rey, pake obor segala. Kaya di film Saur Sepuh Brahma Kumbara. Hihihiii.."

"Haha!! Bisa aja kamu, Nat.." aku geli mendengar pernyataan Natasha.


Kerlip jutaan bintang dan sinar rembulan pun leluasa menerpa makhluk-makhluk-Nya yang sedang melewatkan malam di Kampoeng Ikan. Suara dendang irama musik sombrero dari Mexico yang rancak dan dimainkan oleh Home Band Hotel sungguh benar-benar membuat para pengunjung dipaksa untuk turut bergoyang meliukkan tubuh.

Natasha memilih menu Grill Octopus, Grill Cakalang, sama Shrimp Teriyaki sedang aku memesan Kepiting Bamboo dan Baby Sniper Stroganoff. Untuk sayurnya cukup Kangkung Plecing dan Trancam. Fresh Mineral Water dan Avocado Float kami pilih untuk melancarkan tenggorokan dari rasa seret. Sembari menunggu pesanan makanan datang, kami berdua asyik berbincang dan ngobrol.


"Love you Nat.."

"Love you toO.."


"Gimana urusan kantor? Beres?" tanyaku seraya menatap lekat wajah bulat telur itu.

"Beres sih, cuma ada beberapa hal lagi yang butuh kata sepakat dari kedua belah pihak.."


"Hmm.. Baguslah kalau begitu, Nat. Btw, emang pengen jadi Sales Executive Marketing sampai kapan?" tanyaku kalem dengan senyum dikulum.

"Secepatnya Nat pengen segera berhenti kerja.."


"Hah!!" sahutku kaget.

"Kenapa memangnya?" tanyaku penasaran.


"Karena Nat pengen jadi Presiden Komisaris di perusahaan sendiri. Punya perusahaan property sendiri, udah gitu pengen membahagiakan ortu, baru kemudian menikah, dan menjadi Mama yang baik dari anak-anak kita yang lucu. Yaah.. Istilahnya punya impian untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia dunia akhirat gitu lah, Rey. Amieen. Hihihiii.. Alangkah indahnya jika semua itu menjadi kenyataan yaa? Duuh jadi malu.." jawab Natasha tentang mimpi, cita-cita, dan harapannya.

"Amieen.. Pasti bisa terwujud asal dengan tekad yang kuat.." tukasku cepat.


"Semoga aja.." ucapnya lirih.

"Iyaa Nat.."


"Ngg.. Kalau kamu gimana, Rey?"

"Sedang bersaing nih sama kolega kantor.."


"Bersaing? Maksudnya?" kening Natasha berkerut.

"Ada peluang promosi kenaikan jabatan dikantor, Nat. Ada 2 kandidat yang akan memperoleh promosi itu dan akan dikirim ke kantor pusat di Jerman. Tapi dilihat dulu bagaimana kinerja calon yang akan di promosiin itu biar ga malu-maluin ntar. Kedua kandidat itu, aku dan Adrian. Impian ku sih bisa memenangkan promosi itu, terus kerja lebih giat, dapat duit banyak, dan pada akhirnya nanti juga akan menikah, dan menjadi Papa yang baik dari anak-anak kita yang lucu. Amieen!"


"Amieen!!"

"Nat harap semoga impian kita bisa terwujud dan menjadi kenyataan ya Rey. Amien.." tukas Natasha seraya memegangi kening. Pusing.


"Amien. Eh.. Pusing? Obat diminum aja, sayang.." saranku padanya.

Natasha mengangguk.


"Maaf, ini makanannya sudah siap Pak, Bu." ujar petugas restauran sambil memberikan dan menatakan pesanan makanan kami diatas meja.

"Makasih, Mas.."


"Iya, sama-sama. Selamat makan and have a nice dinner.." balas Waiter hotel yang begitu ramah seraya tersenyum.

Kami mengangguk dan membalas senyumnya.


"Ayo Rey kita hajaar bleehhh!!" Natasha berbinar demi melihat makanan yang masih hangat dan beraroma harum menggugah selera.

"Siaaap!!" jeritku mengimbangi semangat Natasha.


Kami berdua benar-benar seperti orang yang kelaparan. Ngg.. Dibilang rakus juga gapapa deh hehee.. Dalam sekejap dan tak berapa lama kemudian, hidangan itu sudah berpindah tempat ke perut kami berdua. Kenyaang.. Santai-santai sebentar, sebelum aku menawarkan minum kepada Natasha.

"Mau Chivas, Smirnoff, atau Tia Maria? Abis itu goyang yuuk.."


"Hmm.. Boleh juga tuh Rey biar rada hangat. Lagian udah mulai dingin dan musiknya enak banget buat joget.. " Natasha meng-amini pendapatku.

"Aku mau pesen Blue Margareta on the rock. Kamu apa Nat?"


"Ngg.. Smirnoff double mix aja deh.." aku beranjak menuju PollBar untuk memesan minuman penghangat badan.

Suara irama musik Meksiko yang cepat dan rancak itu membuat Natasha turun untuk bergoyang meliukkan tubuh mengikuti irama lagu. Smirnoff double mix itu telah menyuntikkan keberanian yang membaur bersama aliran darahnya.


Pemandangan yang memukau langsung ditawarkan kekasihku. Gerakan pundak telanjangnya yang ber-sabrina begitu lincah, kedua tangannya sesekali dinaikkan keatas untuk mengusap-usap kepalanya sendiri yang ia tengak-tengokkan kekanan kiri sehinga rambutnya ikut berkibas, juga goyang pinggulnya yang kemana-mana. Begitu sensual dan terlihat erotis namun tetap elegan tidak memberikan kesan vulgar ataupun kampungan.

Aku beranjak untuk menemaninya bergoyang setelah lambaian tangannya mengarah kepadaku. Tapi aku mengajaknya berjoget didekat gazebo aja sedikit menjauh dari tamu hotel yang lain. Sesekali berpelukan mesra dan dengan sedikit gerakan, buah dadanya sesekali menyentuh tubuhku. Aku merasakan getaran halus dan hangat menjalar diseluruh tubuhku ditambah lagi harum parfumnya semakin membuatku 'naik".


Entah dari mana keberanian itu datang, mungkin dari Blue Margareta, aku nekat untuk mengecup lembut leher jenjangnya. Natasha sedikit kaget dengan ulahku namun kemudian tersenyum dan itu semakin membuatku berani untuk memeluknya lebih erat lagi dan lagi. Respon gadis cantik itu juga sangat bagus, kecupan kecil nan hangat dari Natasha juga segera mem-bombardir bibirku.

Natasha menyandarkan kepalanya di dadaku. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, kuangkat dagunya yang bagai sarang lebah menggantung itu. Bibir tipisnya tampak bergetar. Pada saat kekasihku memejamkan kedua bola matanya, segera saja aku lumatkankan bibirku untuk menangkup bibirnya, pagutan yang pada awalnya lembut, semakin lama pun semakin panas berganti dengan lumatan penuh birahi.


Natasha bergairah, aku pun bergairah. Lidah kami berdua pun ikut berdansa, saling membelit dan menghisap, menghangatkan satu sama lain. Sementara itu tanganku meraba-raba dadanya dengan lembut. Kenyal. Akhirnya, kami memutuskan untuk kembali ke kamar hotel saja.

Natasha menarik cepat tanganku ke dalam kamar. Begitu pintu kamar ditutup gadis cantik itu langsung memegang kedua pipi dan menarik kepalaku untuk melumat bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya yang hangat dan basah itu kembali menggeliat dengan erotis di dalam mulutku.


Jangan membangunkan Singa jantan yang lagi tidur, berbahaya! Dan saat ini Singa jantan itu sudah terlanjur menggeliat bangun dalam keadaan lapar.


Aku pepetkan tubuh langsing yang tinggi semampai dan beraroma wangi itu dengan punggung menempel erat didinding kamar. Dengan mulut masih saling melumat, tangan kananku segera memeluk pinggulnya yang berlekuk sementara itu tugas dan kewajiban tangan kiri adalah mulai meremas-remas buah payudaranya yang terasa begitu kenyal, padat, dan begitu mengacung kencang.

Batang kelelakianku perlahan mengeras, ingin rasanya segera aku keluarkan dari kungkungan celana dalam biar lega tapi berusaha aku tahan, karena aku ingin menikmati semua ini perlahan-lahan. Slow but sure. Kutarik pinggul ramping Natasha sambil menekan pinggulku sehingga membuat alat kelamin kami saling menempel satu dengan yang lainnya, walaupun masih berada dibalik celana panjang dan rok jeans mini.

Akan tetapi semua itu tetap saja membuat darah muda kami menggelegak dan menggelora. Semakin terasa hot sewaktu Natasha ikut menggoyangkan pinggul agar vagina miliknya bersentuhan dengan penisku.


"Ooughh Rey.. Sshhh!" desah Natasha terdengar merdu.

Aku bisa merasakan lidahnya yang hangat basah berwarna merah melata di telingaku dengan gerakan yang sensual melingkar di leherku.


"Hmmpff!! Uughh!" giliran aku yang mendesah merasakan permainan lidahnya yang nakal. Tubuhku sedikit menggial.

Lidahnya semakin turun kebawah. Merayap perlahan kearah dadaku sementara jemarinya yang lentik berkulit putih mulai membuka kancing t-shirtku satu per satu. Meski cuma ada 2 kancing disana. Jemari yang satunya dengan nakal mengangkat t-shirt Polo yang aku kenakan. Lidahnya begitu genit memainkan puting dadaku yang kecokelatan.


Mengulasnya pelan, membelit, dan berputar melingkar penuh perasaan. Kadang bibirnya yang berbalut lipstik merah itu menghisap, sesekali juga menggigit kecil. Seperti terkena arus listrik yang menyengat walau tidak begitu kuat.

"Ummphff!! Ter.***shhh Nat!! ougghh.." suaraku bergetar menahan nikmat sekaligus memintanya untuk tetap meneruskan ulah mulutnya itu.


Natasha Devi semakin panas dalam memainkan mulut berbibir tipisnya. Semakin menggairahkan dalam memimpin orkestra birahi yang tersaji dimalam ini. Setiap gerak yang dilakukannya sungguh membikin dada ini berdegub semakin kencang. Natasha berlutut saat lidahnya meliuk dan mengulik di pusar sembari tangannya dengan lincah membuka sabuk, kancing celana, dan restluiting celanaku.

Bidadari malam, Bidadari haus belaian segera meremas pelan, mengecup dan menggigit-gigit lembut penis jantanku yang masih terbungkus celana dalam. Setelah itu tanpa ragu dia memasukan tangannya kedalam celana dalam, dan mengeluarkan penisku yang sudah mengacung keras seperti batang kayu.


Natasha menggenggam dan menggosokkan jempolnya tepat di ujung kepala kejantananku yang sudah basah oleh cairan pre-cum sehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat. Aku menggelinjang pelan. Aku merintih lirih. Wajah cantiknya mendekat. Lidahnya yang merah basah mulai membalur kepala panisku dengan mesra. Dikorek-koreknya juga lubang kemaluanku keatas bawah dengan ujung lidah.


"Aaaghh, Natt!! Shhh!!" desahku tak tertahan manakala lidahnya semakin lincah bergerak menguas leher dibawah kepala kemaluanku, diteruskan keseluruh batang yang berurat, dan berakhir di buah zakar. Dikelomoh dan dikelamutinya satu per satu dengan rakus sepasang bola kecil penghasil sperma itu.


"Ngilu.uu Nat!! Uughh yeshhh!!.. Aa..aaghh! Kamu pinter bahh..ngetshhh!! hisap sa.sayaangghh.. Hisaphh!!" aku meracau semakin gila merasakan service oralnya yang begitu expert.

Natasha memang smart girl, sehingga dia tahu dan mengerti betul apa yang harus dilakukannya. Wajahnya yang merona merah memandangku seraya memasukkan batang penis itu perlahan kedalam kehangatan mulutnya yang tak terkira. Setengah dari kemaluanku sudah terjebak didalam mulutnya yang menawarkan berjuta kenikmatan.


Dia mulai menghisap-hisap sambil tetap lidahnya membelit erat. Kadang dikempotkannya pipi kanan dan kiri seakan ingin memipihkan batang yang berbentuk lonjong itu. Setelah puas membuat aku berkelojotan, dia mulai menelan semuanya, menelan seutuhnya batang penis itu sampai mentok kedalam tenggorokanya yang bergerinjal.

Gerakan kepalanya mulai berayun mengeluar masukkan penis tegangku. Hangat dan nikmat. Aku memegang kepalanya, mencoba mengatur tusukan-tusukan kedalam mulut berbibir tipisnya, namun semakin lama genggamanku dikepala yang bermahkotakan rambut lurus itu tidak lagi berguna, karena ritme gerakan memompa dari kepalanya semakin cepat dan bertambah cepat dalam mengkocok kemaluanku.


Apa yang kurasa sangat luar biasa dan membuat tubuhku serasa melayang terbang tinggi di luasnya cakrawala. Gesekan ringan penisku dengan gigi putihnya membuat mulutku membentuk huruf O. Natasha sangat pandai menaik turunkan birahiku. Semakin aku mengerang penuh nikmat, semakin cepat pula kekasihku itu memompakan mulutnya melahap kelelakianku.

"Nikmat seh..sehkaliii Nat!! Gila.aa.. Aakhh!! Lebih cepat sa.sayangghh.. Ooughh shittt!!" aku menggeram, aku menceracau dihajar ganasnya nafsu Natasha.


Setelah aku rasakan gunung api ini hampir meledak, segera aku tahan gerakannya, dan aku tarik kepalanya pelan. Sungguh aku tidak ingin menyelesaikan foreplay ini dengan meledak di dalam mulutnya.

"Enak, Rey? Hmm? Suka ga dengan oralnya Nat?" ujarnya dengan mimik wajah yang nakal. Disapukan lidah lancip itu untuk membasahi bibirnya.


"Gila apa ga suka?? Sumpah enak banget deh.." tukasku cepat dengan nafas yang memburu.

"Hehe.. Aaghh! Auww! Uughhh Rey!!.." erang Natasha manja seraya menggial.


Bentuk leher yang memanjang indah itu aku lumat penuh hasrat, pundaknya yang telanjang juga tak luput dari jarahan lidahku. Semakin menggelora birahi yang ada maka aku lantas membuka kaos ketat sekaligus bra ber-size 34b. Ouughh!! Indah bangeeet.. Sepasang buah dada yang bulat putih dan mengacung kencang itu pun menyembul dengan puting mungil imut berwarna merah segar. Tak berlama-lama, langsung saja lidahku menjilat, menyentil, dan mengelomoh membasahi puting yang sangat menggemaskan itu.

"Sshhh Rey!!.. Auww umphhfff!!" lenguh Natasha sembari membusungkan buah dadanya untuk menggali kenikmatan yang lebih melalui mulutku.


"Oughh yeshhh Rey!! Ji.jilaat sa.sayaanghh!! Shitt enyaa.aak bangeetsshhh!!" erangannya semakin membuncah karena hisapanku semakin liar. Puting merah segar dan sebagian buah dadanya yang berkulit putih mulus pun telah aku telan mentah-mentah kedalam hangat mulutku.

"Aaaghh Rey!!.. Aauuhh.. Aakhh! Aaakhhh!!" jeritnya seraya menggeleng-gelengkan kepala. Sebagian rambutnya menutupi kening. Lengket dikulit yang telah berpeluh. Sungguh sangatlah erotis dilihatnya.


Puas melumat buah dadanya yang kenyal dan mengkel, sekarang giliran aku yang berlutut didepannya untuk melolosi rok jeans mini yang dikenakannya. Celana dalam mini putih dengan gambar mawar segera tampak membungkus erat vaginanya. Ku usap perlahan tepat dibagian tengah yang terhimpit sepasang paha jenjang dengan jari jemariku. Hmm.. Sudah terasa lembab. Aku pun mencoba merayapkan jari menyusup memasuki dari sisi celana dalamnya sehingga langsung bisa menyentuh daging lembut yang basah sedikit lengket dan berasa hangat.


"Rey.. Ougghh.. Shhh!!" kembali erangan penuh nikmat birahi keluar dari mulutnya yang mungil pada saat ujung jariku mulai mengusap pelan di celah bibir vaginanya sementara itu mulutku juga ikut memanjakan Natasha dengan mengulas dan melatakan lidah untuk merasakan kehalusan kulit pahanya yang lembut.

Natasha sedikit mengatupkan sepasang pahanya yang putih tatkala secarik kain segitiga penutup alat vitalnya aku lucuti. Bulu kemaluannya yang tipis tampak membentuk segitiga tepat diatas celah vaginanya yang berkulit lebih putih. Clitorisnya tampak malu-malu menampakkan diri.


"Mulus banget sayaaang. Hmmm.. Wangi lagi.." pujiku tulus setelah mencicipi sedikit bagian intimnya yang menggoda.

Agar lebih leluasa untuk melahapnya, maka dengan cekatan aku angkat tungkai batang kakinya yang panjang yang sebelah kanan dan aku daratkan dibahuku. Ooh God!! Vagina Natasha sangat menggairahkan untuk dijajah kenikmatannya. Sempit, merah, dan sudah basah mengkilat oleh nafsunya sendiri.Tak perlu meminta izin darinya, aku pun mulai menjilat bibir vagina itu dari bawah keatas dengan telak.


"Leephhh!!" dan sesekali menghisap dan mengulum daging mungil miliknya kedalam mulutku.

"Aaghhh shitt!!.. Ooughh Rey, gilaa!!.. EnakK bang.ngeetshhh!!" ceracau Natasha seraya mendongakkan kepala dengan mata terpejam. Kedua tangannya mengacak-acak kepalaku yang terus memompakan rasa nikmat keseluruh syaraf-syaraf yang ada ditubuh kekasihku.


Lidahku bergerak cepat mengaduk, menjilat, dan juga menyusuri setiap inci celah vaginanya yang semakin basah kuyup juga licin. Sedang jariku dengan atraktif melakukan manuver dengan gerakan melingkar didalam kemaluannya untuk merasakan gerinjalan lembut dan denyutannya yang intens meremasi jari tanganku.


"Sshhh!!.. Ummphhfff!!" desis Nat merasakan hisapanku yang terus menyeruput lubang kenikmatannya.

Natasha Devi semakin bergelora sewaktu aku membuka celah bibir vaginanya dengan jempol kanan kiriku untuk menguak sumber kenikmatan yang sangat merangsang itu lebih lebar lagi. Bener-bener vagina kelas wahid. Bener-bener vagina madu. Lubang vaginanya begitu kecil saat lidahku menyusup lebih dalam lagi seakan mencari dasarnya. Natasha sangat kooperatif, disaat aku melahap kemaluannya dia pun menyorongkan kue apem itu lebih lekat di mulutku.


"Eat it all, Rey!! Uughhh!!" pinta Natasha. Akan tetapi sejurus kemudian,

"Rey.. Shhh!! Mmphh!! Stopp duu.luu.. Aaakhh!!.. Nat udah gat a.taa..haan lagii.iihhh!!" rengeknya dengan nafas tersengal.


Emang enak yaa Nat? kalau ditahan-tahan gitu? Udah tuntasin aja gapapa kok...


"Pleasee, Reeyyy!!.. Berhentii.iihhh duluu.. Uughhh!!" pinta Natasha seraya menggerakkan pinggulnya kebelakang dan mendorong kepalaku untuk menjauh dari vaginanya.

"Hehehee.." aku terkekeh sambil berdiri.


"Dasar bandel!" Natasha cemberut manja. Kemudian tersenyum. Maniiiis banget.

Aku memapah tubuhnya kearah ranjang dan segera merebahkannya. Pemandangan yang begitu erotis disaat kami bergumul, bercumbu liar, saling memagut, dan saling memanjakan alat kelamin kami.


"Sekarang Rey. Hit me deeply.. Hmmpfff!" pintanya diantara erangan yang keluar dari bibirnya yang seksi.

Aku tersenyum dan mengangguk demi melihat Bidadariku yang sudah siap untuk digagahi. Perlahan, aku pun langsung mendaki keatas tubuhnya yang polos. Sekali lagi, Natasha sangat kooperatif saat akan melakukan persenggamaan. Dia membuka lebar kedua batang pahanya yang berkulit putih mulus itu saat aku menempatkan diri diantaranya. Sebentar kemudian Natasha menggial sensual pada saat kepala penisku yang memerah itu perlahan menyusup dan memasuki celah kelopak vaginanya yang semakin memerah dan basah.


Aku berhenti sejenak. Kepala dan leher penisku terjepit begitu erat. Denyutannya sungguh terasa mencekik leher penisku. Natasha mendongakkan kepala ketika aku mulai mendayung sampan birahi bersamanya. Natasha memejamkan mata sewaktu aku mulai memompakan batang penis keluar masuk untuk mengail kenikmatan yang disajikan oleh vagina Natasha.

"Oughhh yeshhh!!.. En.anaakk, Reyyy!! Shhh!! Ummphhfff!!" Natasha mengerang. Natasha menceracau. Desahannya sungguh membikin gejolakku semakin menggelegak kuat.


Dia pun mulai mengayunkan pinggulnya untuk meng-counter tusukan penisku dengan menserasikan gerakan yang tercipta. Buah dadanya bergoyang keatas kebawah seiring tubuh telanjangnya yang tersentak oleh pompaanku. Aku mendekatkan mulut untuk menelan payudara yang juga mengkilat basah terkena peluh yang keluar melalui pori-pori kulitnya.

"Aagghh!.. Ter***sshhh, Rey!! Uughh!! Deeplyy beib!! Deeplyyy!! Aaghhh!!!" rengek dan kicauan Natasha semakin jalang saat aku tekan batang penisku semakin dalam.


"Ssshh.. Nikmaat bah.ngettshhh, Natt!! Uughhh yeshhh!! Sempitt dan perr.reetsshhh!!" desah dan desisku bergantian sewaktu merasakan kenikmatan rongga vaginanya yang sempit dan mengempot-empot ketat disekujur batang kemaluanku.

"Aaghhh!!.. Oughh Rey!!.. Nikmat se.sekalii.iiihhhh!! Sshh.." lenguh kekasihku lepas ketika merasakan gesekan batang kejantananku yang berurat menggerus dinding kemaluannya yang bergerinjal lembut.


Saat kami berdua terbius oleh rasa nikmat yang disajikan oleh kemaluan masing-masing, tak henti juga kami saling menghisap, melumat, dan mengelomoh setiap bagian tubuh yang ada.

"Ugghh Rey!! Shhh!!.. Fuck me harder!! Harderr Rey, Harder!!.. Ouughhh shiittt!! Shiitt!! I'm cumingg!! Aaghhh!! I'm cummingggg!!! Aaaaakkhhh!!!" tubuh telanjang Natasha yang sedang aku gumuli mengejang hebat. Punggungnya melengkung dan berkelojotan disaat badai orgasme menghantam telak dirinya. Tangannya mencakari punggungku, sedang tungkai kakinya yang jenjang berkulit putih melingkari pinggangku dengan erat.


"Ougghh!!.. Aaghhhh!!.. Nat dapet, Rey.. Oughh ena.aak bangeetsshhh.." Natasha yang cantik telah lemas namun begitu denyutan dari vaginanya terus-terusan meremas dan menyedot batang penisku.

"Sorii yaa, Nat duluan. Abis enak banget, Rey. Hehehee.." celoteh kekasihku dengan malu-malu. Aku tersenyum dan mengangguk. Aku masih menunggangi tubuh wanginya yang basah oleh keringat dengan batang penis yang masih terbenam didalam vaginanya.


"No problemo, Nat. Malah ntar bisa capet lagi kok. Hehe.." godaku seraya memberikan sun sayang dikeningnnya.

"Memangnya 'ini' masih tahan lama?" tanya Natasha seraya mencengkeramkan vaginanya ke penisku pada saat dia mengucapkan kata 'ini'


"Ouughh Nat!!" aku melenguh merasakan jepitan dari otot kamaluannya.

"Mau bukti? Hmm..??" aku menantangnya.


"Siapa takut. Buktikan!" seru Natasha manja sambil mengusap pipiku dengan lembut.

"Mulai yaah.." pintaku. Natasha mengangguk.


Aku melumat lehernya. Mencecap keringatnya yang bercampur antara aroma wangi parfum dan keringat. Sementara itu pinggulku mulai bergerak. Mulai memompa dengan tusukan perlahan.

"Uumphfff!!" Natasha meliukkan pinggulnya yang berlekuk menyambut hunjaman penisku.


Birahi kekasihku kembali membara, tekanan pinggulku dibalasnya, dicounternya dengan pinggul yang bergerak memutar dan bergoyang. Penisku seperti diaduk-aduk. Kemaluanku seakan dipelintir dengan sangat erat. Putaran pinggulnya membuatku terbang melayang menggapai khayangan menemui Dewa Langit.

"Mphfff Nat! Sshhh!!" desahan pun tak tertahan lagi keluar keluar dari mulutku.


"I wanna ride yours, beib.."

"Oke Nat.."


Kami merubah posisi bercinta. Aku telentang dibawah, dia diatas. Natasha Devi mulai mendorong vaginanya kebawah. Gadis cantik itu menekan dalam-dalam sehingga batang penisku pun terasa terhimpit ketat sampai menyentuh ujung terdalam kewanitaannya.

Setelah semua berhasil ditelannya, Natasha pun beraksi dengan mengayunkan pinggulnya mundur maju. Cepat dan penuh gairah. Semakin lama aku merasakan goyang pinggulnya bertambah cepat. Sepertinya aku tak kuasa untuk menahan hentakan rasa nikmat yang mendera seluruh urat syaraf dan semua titik-titik persendian tubuhku.


"Oughh yeaahhh!! Teruss Nat.. Shhh!!.. Goyang lah.gii.iihhh!! Uughh sem.pitt se.sekalii.iihhh!!" erangku keenakan. Tubuhku menggelinjang.

"Enak yaah sayang? Hmm?"


Natasha menempatkan kedua telapak tangannya dikedua sisi kepalaku. Tubuhnya yang polos merunduk sedang pinggulnya terus tiada henti menggoyang batang penisku. Cepat. Ayunan yang diselingi goyang erotis itu semakin cepat. Buah dada yang berukuran 34b nya dengan jelas berayun menggemaskan tepat diatas wajahku sehingga dengan sedikit menegakkan kepala aku berhasil untuk melumat dan melahap sepasang buah dada mengkel yang putingnya mengacung keras.

"Oughhh, Rey!!.. Nikmatt bang.ngetshh!!.. Lumat Rey! Telan semuanyaa.aaghhh!!.. Shhh!!" Natasha menggeram dan mendesah keras sambil merendahkan tubuhnya, membekap wajahku dengan buah dadanya yang licin terkena keringat.


Ayunan pinggulnya yang berlekuk semakin kurang ajar dan semakin menjadi tidak terkendali. Karena rongrongan nafsu birahinya sudah memenuhi setiap aliran darahnya, maka tidak berapa lama kemudian tubuhnya yang telanjang bulat kembali mengejat, dan berkelojotan hebat.

"Heeghhh!!" Natasha menekan sedalam mungkin vagina peretnya untuk menelan seutuhnya batang penisku yang berurat itu.


"Rey.. Ooughh yeshhh!! Nat dap.dapetsshhh lagii.iihh!! Aaakhhh!!!" teriak Natasha menggila.

Tubuhnya yang tadi begitu asyik menyetubuhi aku sekarang lemas, dan roboh menindihku. Cairan madu birahinya meleleh menyelimuti sekujur batang kemaluanku. Hangaat.


"Punya kamu kuat banget sih Rey? Belum dapet yaah?"

Aku tersenyum.


"Nat, aku ga mau kenikmatan ini cepat berlalu. Milikmu terlalu nikmat untuk disudahi. Hihihii.." bisikku seraya terkikik.

"Nakal.." Natasha bergumam manja.


Kamar hotel bintang ***** itupun kembali dipenuhi oleh suara dan desahan mesum yang membangkitkan gairah bagi siapa saja yang mendengarkannya. Penisku masih menancap didalam vaginanya yang sekarang semakin bertambah licin setelah Natasha mendapat dua kali orgasme.

Pelan-pelan aku bangun untuk mengatur posisi. Kini kami berada dalam posisi berpangkuan. Uughh!! Sungguh sensual berpangkuan tanpa mengenakan selembar benangpun ditambah posisi kedua alat kelamin kami saling memberikan kehangatan.


Tangan kiriku memeluk mesra punggungnya sedang satunya meremas gemas bongkahan pantatnya yang bahenol membulat padat dan terasa kenyal. Gerakan otot vaginanya membuat seakan meremas dan menyedot seluruh batang penisku untuk menyusup lebih dalam lagi.

"Aaghh!.. Sshh.. Reyy!! Uughhh!!.." lenguhan manja yang terucap membuat birahiku semakin menggelegak.


Kubalas gerakannya yang nakal itu dengan menggoyangkan pinggulku, sesekali aku kocokkan keatas dan juga kebawah sembari melumat rakus puting kemerahannya yang mungil itu.

"Reyy!!.. Nikmat se.sekalii.iiihhhhh!! fasterr honneyy!! Fasteerrr!! Aaghhh!!"


Gerakan tubuh Natasha semakin menggila. Meliuk dan berdansa erotis diatas kemaluanku yang masih menancap didalam vaginanya yang terasa peret. Aku sudah tidak sanggup lagi untuk bertahan menahan gelombang kenikmatan yang terus menerus dihadirkan oleh jepitan ketat vagina Natasha. Untuk mengail kenikmatan yang lebih sebelum meledak, maka segera aku rebahkan tubuh lencirnya, dan menindih untuk tetap menggaulinya.

Kakinya yang jenjang pun langsung melingkar erat di pinggangku. Kami berdua yang sudah sama-sama trance pun kembali mencoba untuk mendaki puncak kenikmatan bersama. Batang penisku tak bisa berhenti. Terus-terusan menikam lubang peret Natasha yang juga tetap mengempot.


Gadis seksi seorang sales executive marketing yang sekarang menjadi binal itu tidak mau hanya berdiam diri. Dia masih saja membalas setiap serangan yang aku lakukan. Diputar dan di goyangnya pinggul berpantat bohay itu seirama dengan pompaanku.

"Auughh Natt!!.. Heeghh!.. Sshh.. Umphhffftt!! Gilaa.aahh, nikmat se.sekalii.iihhh!! Ter***shhh put.putarrr!! i.iyaahhh gituu.uughhh!!" kicauan pertanda keenakan terus keluar dari mulutku.


"Oughhh Rey!!.. Tusuuk yang dah.dahleemmm!! Aaghhh yeshhh!!!" kami berdua telah tenggelam didalam lautan birahi.

"Nat.. A.. Aku.uuhh mau ke.kelua.aarr!" ucapku tertahan. Penisku membesar didalam belitan rongga vaginanya.


"Oughhh yesshhh!!.. Oughh yeshhh!!.. I'm cumming Reyy!! Aaaakhhhh!!!!"

Kami berpelukan dengan kuat, dan pada akhirnya secara bersamaan pula kami menggelinjang hebat saat sesuatu yang sangat nikmat itu meledak!


"AAAGHHH NAAATT!!! UUGHHH YESHHH!! AAKHHH.. AAKHHH!!!" jeritku keras seraya tetap aku kocokkan dalam-dalam penisku kedalam kehangatan vagina Natasha. Bagai gunung api yang meletus memuntahkan lahar yang panas.

Cairan sperma yang putih, kental, dan hangat itu menyembur keluar melalui lubang pada kepala penis. Begitu banyak semburannya sehingga membanjiri alat kelamin Natasha. Sebagian sperma yang tak tertampung terlihat meleleh dari sela-sela pertautan alat kelamin kami.


"Oughhh Rey!!..Nikmatt..See.sekalii.iiihhhh!!.. AAAGGHHH!!"

Kami berdua sukses terkapar bersamaan. Terkulai lemas seakan tanpa tulang belulang. Nafas kami menderu laiknya traktor tua milik Pak Tani yang masih saja dipaksa untuk membajak sawah. Setelah beberapa saat beristirahat..
 
“Rey, hujan..” ujar Natasha Devi lirih saat melihat kearah jendela kamar yang menampakkan butiran air hujan tengah mengguyur hotel.

“Rey, hujan!!” teriak Sayuti salah seorang anak kost dengan keras. Aku tersentak kaget dari bayang-bayang Natasha setelah mendengar suara gandang dari mulut Sayuti yang demikian keras.


Aku melongok kearah jendela kamar kost dan melihat butiran air hujan yang kembali mengguyur rumah kost. Deras.

“Iyaa tahuu! Emang kenapa sih pake acara teriak segala?” semburku juga dengan nada keras sambil membuka pintu kamar untuk memasukkan keset biar ga basah terkena tampu air hujan.


“Hehee!! Emang lu ga punya jemuran?” tanya Sayuti seraya mengeringkan kakinya dengan handuk.

“Ga! udah ahh, aku mau tidur dulu. Jangan berisik. Lu main air hujan aja sama Jambul atau nongkrong di tempat Mas Kuriman..” tukasku jengkel sembari menutup pintu kamar dan kembali melihat film dokumenter Natasha Devi.


Terlihat dilayar monitor komputer fade out. Kemudian gambar bergoyang-goyang karena handycam kesayangan Natasha sepertinya sedang di-sett biar bisa untuk merekam secara tepat. Aku menghela nafas dalam-dalam. Meneguk sisa kopi yang pahit, sepahit kumparan takdirku.

Sungguh pilu rasanya hati ini saat aku melihat wajah Natasha yang biasanya cantik, segar, dan ceria itu tiba-tiba terlihat begitu pucat. Kantung bola matanya menghitam. Sorot mata yang biasanya bening dan tajam itu kini telah redup seakan mengisyaratkan bahwa semangatnya untuk hidup pun mungkin sebentar lagi akan padam. Rambut yang biasanya selalu menjadi kebanggaan sekarang menipis. Tampak rontok.


Lensa handycam tepat mengarah ke wajah Natasha yang pucat dan kuyu. Dia mencoba tersenyum. Getir? Sepertinya dia akan berpesan. Terakhir?

“Hai Rey.. Gimana kabarmu disana? Nat harap kamu baik-baik saja. Hmm.. Pekerjaan lancar kan? –Natasha menghela nafas- Jaga kesehatan selalu ya sayang –sewaktu Nat bilang jaga kesehatan, tampak dia mulai sedikit terisak- dan jangan capek-capek. Eeh.. Tahu ga, Rey? Setiap malam tuh Nat selalu kangenin kamu, selalu mikirin kamu, dan teringat semua waktu yang telah kita habiskan berdua. Kemudian juga tentang semua impian dan cita-cita yang kita ingin gapai bersama. Nat pengeeen banget rasanya mewujudkan semuanya bersama kamu, tapiii.. Nat sekarang sakit Rey. Nat sakit!! Nat sekarang sakitt, Rey!!! Hiks.. Hiks.. Hikss.. –tangis Nat akhirnya meledak, histeris! tangannya perlahan menjambak-jambak rambutnya sendiri dengan keras- Rey, mungkin semuanya tak akan terlukis dengan indah. Hiks.. Hiks.. Semuanya ga akan seperti yang kita bayangkan, Rey. Semuanya sia-sia, tinggal harapan. Hiks.. Hiks.. Selama ini Nat mencoba untuk tetap tegar dalam menghadapi kenyataan. –Natasha berusaha menghapus air mata dengan punggung telapak tangannya dan mencoba tersenyum- Tanpa bosan Nat ga pernah lelah untuk terus berdoa dan berharap kembali sehat, namun andaikan cobaan ini datang pada Nat, maka, Nat hanya bisa berdo’a, Ya Tuhan kabulkan lah doaku yang lain, jaga dan bahagiakanlah Ryan Kertagama. Kabulkanlah semua impiannya. Hiks.. Hiks.. Hiks.. –tangis Nat kembali meledak- Say.yang, Ka.kangenin Nat, yaa!!-suara Natasha terbata-bata-”


Gelap. Layar monitor komputer tiba-tiba gelap. Setelah aku diberitahu kalau Natasha kritis dan di opname di ICU, aku yang saat itu sedang tugas di Wakatobi langsung bergegas pulang untuk menjenguk bagaimana keadaan Natasha tercinta. PERSETAN!! dengan promosi ke Jerman!.. PERSETAN!!! Kalau Adrian yang terpilih ke Jerman!.. Aku bener-bener stress saat ini, perasaanku kacau!! AAARRGGGHHHH!!! Semua rekan kerjaku disana paham dengan apa yang tengah menimpa kekasihku.


#######


Setibanya di Rumah Sakit, aku bertemu dengan keluarga Natasha. Mereka semua terlihat sedih dan lemas tanpa gairah, terlebih Mama Natasha. Kakak tertua Natasha, Mas Kevin, tampak yang paling tegar dan tabah. Dia langsung memeluk seraya menepuk-nepuk bahuku pada saat aku yang tampak kucel ini telah berada diantara mereka. Dia menyuruhku untuk mandi dan berganti pakaian.

“Sebenernya Natasha sakit apa, Mas? Kenapa telat ga di periksa sejak dari dulu?” tanyaku dengan mata sembab.


“Kamu sering lihat Natasha mengeluh pusing, Rey? Kamu sering lihat dia bawa obat sakit kepala?”

Aku mengangguk, Mas Kevin menghela nafas. Hening..


“Menurut dokter, Natasha terkena Multiple Sclerosis, Rey. Hmm.. Multiple Sclerosis adalah salah satu gangguan autoimun, dimana sistem kekebalan salah sasaran karena melihat sel-sel tubuh sendiri sebagai benda asing, dan menyerangnya. Pada MS, tubuh menyerang mielin yaitu selubung yang melindungi serabut saraf pada sistem saraf pusat. Hasilnya adalah beberapa (multiple) cedera yang menimbulkan bekas luka (sclerosis = pengerasan). Mielin berfungsi mempercepat transfer informasi. Tanpa selubung ini, transmisi informasi saraf dari otak ke seluruh tubuh secara bertahap melambat atau terhambat. Hal ini menyebabkan gangguan saraf motorik dan saraf sensorik. Dan kami semua terkejut saat mendengar analisis dari dokter, karena penyakit itu belum diketemukan obatnya. Natasha juga tahu sewaktu medical ceck-up untuk yang pertama kalinya, dia shock berat. Tapi yang membuat kami bener-bener bangga terhadapnya adalah Natasha pantang menyerah dalam menghadapi penyakitnya, dia selalu optimis, optimis, dan optimis kalau segala macam penyakit pasti bisa disembuhkan!! Natasha sengaja menyembunyikan penyakitnya dari kamu 1tahun terakhir ini dengan tujuan agar kamu tidak ikut bersedih, agar suatu saat dia bisa tersenyum saat memberikan surprise ke kamu kalau selama ini dia telah berhasil sembuh dari penyakit maut yang belum ditemukan obatnya. Huuftt!! Tapi takdir berkata lain Rey!” terang Mas Kevin yang membuatku begidik merinding mengetahui perjuangan maha berat yang dihadapi Natasha, kekasihku itu selama ini.

“PRAAA.. AAANGGG!!!” gelas berisi kopi hitam Pak Sronto jatuh dari atas meja, tersenggol tanganku. Jatuh berkeping-keping seperti kepingan hatiku yang sekarang tak mungkin bisa utuh lagi, walau disatukan kembali.


Aku langsung bangkit untuk membersihkan gelas kopi tersebut agar pecahan dari kaca gelas tidak melukai siapa saja yang memasuki kamar ini kelak. Karena pasti akan terasa perih, seperih hatiku. Untung kopinya sudah habis dan hanya menyisakan ampasnya saja.

“Ada-ada aja nih..” gerutuku setelah semuanya kelar aku bersihin.


“Natasha Devii..” gumamku lirih saat mataku melihat scence lanjutan bahwasanya dilayar monitor komputer itu terlihat Natasha yang tergolek berbaring lemah tanpa daya. Wajahnya pucat. Sangat pucat.

Tubuhnya kurus. Terdapat banyak macam selang yang terpasang disekujur tubuhnya. Selang oksigen untuk pernafasan, selang infus, alat untuk mengukur detak jantung, alat yang ditempelkan dikedua kening Natasha, selang untuk urinoir, dan masih banyak lagi selang-selang yang lain, yang aku ga tahu. Hatiku tersayat, aku begitu miris melihatnya.


“Natasha Devii..” gumamku lirih saat Mas Kevin mengajakku melihat keadaan Natasha yang sangat-sangat memprihatinkan. Wajahnya pucat. Sangat pucat.

Kekasihku terbaring pasrah disebuah ruang steril layaknya sebuah ruang penghakiman. Tubuhnya kurus. Terdapat banyak macam selang yang terpasang disekujur tubuhnya. Selang oksigen untuk pernafasan, selang infus, alat untuk mengukur detak jantung, alat yang ditempelkan dikedua kening Natasha, selang untuk urinoir, dan masih banyak lagi selang-selang yang lain, yang aku ga tahu. Hatiku tersayat, aku begitu miris melihatnya.


“Seperti yang kamu liat sekarang, inilah keadaan adikku yang sebenarnya, Rey. Sudah ga ada lagi Natasha yang ceria, Natasha yang lucu, Natasha yang selalu merajuk manja ke Mama dan Kakak-kakaknya, dan Natasha yang selalu cemberut ngambek saat dikerjain disuruh masak. Yang ada, sekarang ini adalah Natasha yang bak seorang pesakitan yang tengah menanti keputusan vonis dari hakim agung yang seagung-agungnya, Tuhan. Apakah akan disembuhkan, ataukah akan diambil nyawanya..”

Mas Kevin tak kuasa untuk tidak menangis. Tangisku pun pecah. Aku menyadarinya, boleh dibilang kalau sekarang adalah saat-saat terakhir yang sangat krusial. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi melainkan cuma terdiam dalam gelisah. Berdoa, dan menunggu keajaiban hanya itu yang aku mampu. Ternyata begitu sulit kalau harus menerima kenyataan bahwa hubungan kami akan berakhir.


Ya Tuhan.. Kenapa jalan yang Engkau pilihkan untuk kami berdua harus se-tragis ini?? Engkau yang Maha Adil, ternyata tidak adil!!! Katanya Engkau juga yang Maha Penyayang, tapi manaa???


Firasatku benar adanya. Tak lama beberapa hari setelahnya, tim dokter yang menangani Natasha Devi mendatangi pihak keluarga dan ikut menyampaikan rasa duka, rasa belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya Natasha Devi. Tim dokter sudah berusaha melakukan yang terbaik, akan tetapi Tuhan mempunyai rencana lain, Tuhan lebih memilih untuk memanggil hamba-Nya, Natasha Devi.

Mama Natasha langsung pingsan begitu mendengarnya. Air mataku terus menetes saat mendapati kenyataan yang memang benar seperti apa yang telah dipesankan terakhir Natasha kepadaku, bahwa tak semua impian dan cita-cita akan terlukis dengan indah. Sekarang tak kan ada lagi Natasha di sampingku, dan tak akan pernah ada lagi. Aku seperti tersesat didalam planet kosong. Hampa. Pandanganku tiba-tiba menjadi gelap. Cahaya-cahaya lampu yang tadinya bergerak berputar dan menyala terang sekarang telah meredup dengan cepat, dan pada akhirnya padam. Aku pingsan.


#######


Aku terbangun. Saat aku terbangun keadaan masih dan tetap gelap. Lampu kamar belum menyala dan sekarang sudah menginjak jam 7 malam. Sayup-sayup suara adzan isya’ terdengar. Saat aku sadar ternyata aku masih dikamar kost, tidak berada di rumah sakit seperti beberapa saat yang lalu ketika mendampingi kepergian kekasihku tercinta dengan berjuta keharuan. Bagaimana aku tidak terharu? Kalau ternyata disaat Natasha tengah berjuang mati-matian melawan maut, dia masih sempat mendoakan aku dengan tulus agar Tuhan mengabulkan semua impian dan harapanku. Hiks.. Hiks.. Hikss..

Layar monitor komputer sudah mati. Sekarang pikiranku begitu kusut setelah menggali jejak impian dan harapan yang selama ini telah terkubur didalam keabadian bersama Natasha. Hmm.. Ada baiknya aku mandi saja untuk menyegarkan badan dan pikiran, setelah sebelumnya aku menghidupkan Winamp, dan perlahan lagu dari group band yang digawangi alm. Galang Rambu Anarki menggema di kamarku yang sepi.


Wajahmu selalu terbayang..

Dalam setiap angan..

Yang tak pernah bisa hilang..

Walau sekejap..


Ingin selalu dekat denganmu..

Enggan hati berpisah..

Larut dalam dekapanmu..

Setiap saat, setiap saat..

Ooh kasih, janganlah pergi..

Tetaplah kau selalu di sini..

Jangan biarkan diriku sendiri..

Larut di dalam sepi..

Kasih, janganlah pergi..

Tetaplah kau selalu di sini..

jangan biarkan diriku sendiri..

Larut di dalam sepi..

Larut di dalam sepi..

Terlelap dalam belaianmu..

Takkan pernah kulepas..

Dalam hidupku kau ada..

Dalam pelukan..

Gemulai setiap gerakanmu..

Membuatku selalu rindu..

Kukecup lembut bibirmu..

Kusayang padamu, kusayang padamu..

Malam harinya disaat para penghuni kost ngumpul, aku berpamitan kepada mereka. Kepada Jambul, Sayuti, Bambang, Ferdi, Agus, Joko, Toni, dan tentunya Sang empunya kost. Ada rasa sesak yang mengalir di rongga dada saat harus menyalami dan memeluk mereka satu per satu untuk berpisah sebelum berangkat ke Bandara. Pak Sronto dan Mas Kuriman juga tampak kaget dan bersedih saat aku pamitan kepadanya.


“Jerman?? Wadoh men thow Mas, leh mu nyambut gawe..” kata Pak Sronto dan Mas Kuriman polos.

“Hehee.. Deket kok Pak, Mas..” jawabku seraya tersenyum.


“Pak kost, bekas kamar Rey tak tempatin yaa..” Agus usul.

“Yeew, penak loh kowe pindah kamar. Aku aja Pak yang nempati kamar Rey. Biar ketularan bisa dapat pacar cantik seperti Mbak Natasha dan cepet dapet gawe setelah lulus kuliah..” Jambul tak kalah ngotot.


SHIIINGGG . . . Aku merinding mendengar Jambul bilang seperti itu. Ahh!! Seandainya engkau tahu apa yang sesungguhnya terjadi, sobat . . .


“Demi stabilitas dan keamanan kost biar aku saja kalau begitu, gimana?” kali ini Sayuti yang urun rembug.

“Gimana gundulmu kuwi, Lee!!” Jambul langsung protes keras.


Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Tersenyum geli saat celoteh lucu terdengar. Tersenyum sedih saat harus berpisah dengan mereka, dan tersenyum pahit saat mendengar Jambul mengucapkan nama seseorang yang dulu pernah merencanakan membangun mimpi dan cita-cita bersamaku.


#######


Seminggu yang lalu aku juga baru saja berkunjung ke kost sobat karibku, Mahardika Jaya, didaerah Selokan Mataram. Yang menegarkan aku semenjak kepergian Natasha Devi sebenarnya adalah Jay. Aku bersyukur, karena aku belum separah dirinya yang sempat linglung pada saat harus berpisah dengan Liz. Cerita cintanya Jay dan aku memang hampir mirip. Namun kisahku dengan Natasha memang lebih Tragis. Dia telah terkubur di lorong keabadian.

“Lagi ngapain, Jay?” tanyaku seraya berjalan kearahnya yang tengah asyik membaca komik Naruto.


“Halo Rey!! Wah tumben ente kemari. Gimana-gimana? Sehat-sehat aja kan? Wah.. Waahh..” cerocos Jay tak karuan.

“Yuhuu, Jay.” Sahutku cool.


“Udah waras kan ente?” Jay tetep aja seperti dulu ga berubah.

“Asem!! dasar kampret!”


“Hahahaa!!” Jay terbahak merasa senang mempunyai sobat karib yang nasibnya ga beda jauh dengannya.

“Ada apa gerangan ente kemari, Rey?” tanya Jay sambil menyulut rokok


“Rokok, Rey..” tawarnya.

“Udah ada kok..” aku pun ikut membakar rokok dan menghembuskan asap kuat-kuat.


“Masih jadi Layouter, Jay?

“Iyaa Rey. Pengen yang lebih sih sebenernya. Hehee..”


“Hehee.. Disyukurin aja dulu..”

“Iya kok. Selalu berusaha bersyukur atas semua nikmat-Nya..”


“Ngg.. Gimana Liz?” godaku seraya tersenyum meledek.

“Aduuh! Udah deh, ga usah dibahas lagi, napa?” sahutnya sewot.


“Becanda.. Becanda, Jay. Hehe..”

“Iyaa. Btw ada berita apa nih, ente kemari?” tanya Jay berusaha menetralkan air mukanya setelah aku singgung soal Liz.


“Aku cuma mau pamit aja sama kamu, Jay.”

“Hah! Pamit?? Maksudnya?”


“Senin depan aku udah berangkat ke Jerman. Ngg.. Doa Natasha bener-bener dikabulkan sama Tuhan, Jay.” Aku terdiam. Mataku menerawang.

“HAH!! APA!!” Jay terdiam sesaat. Kemudian,


“Disaat Natasha berperang melawan maut, dia masih sempet-sempetnya doain buat kebahagiaan ente. Dan senengnya, doanya itu didengar olehNya.. Ckckckckck.. Gila!! Merinding ane, Rey. Ternyata, kisah ente begitu dramatis. Hmm.. Ane juga turut seneng kalau ente berhasil dapat promosi ke Jerman..” imbuh Jay seraya menepuk pundakku.

“Hehee.. Makasih juga Jay udah bantu nyembuhin aku dari luka yang sangat perih kala itu.” Aku teringat Jay yang susah payah menghiburku dengan berbagai macam cara.


“Itulah arti sahabat, prend! Eh, senin depan ane ikut nganter ente ke Bandara, Rey..” tukasnya kemudian.

Setelah ngobrol ngalor ngidul di teras kost-annya, kami beranjak cabut untuk berkeliling kota. Jay tahu persis bahwa sesungguhnya aku masih suka trauma berat saat mendengar nama, dan melihat bangunan rumah sakit yang berdiri disalah satu sudut kota ini. Sebuah rumah sakit tempat dimana Natasha menghembuskan nafasnya yang terakhir untuk menuju ke alam yang kekal. Tempat dimana Natasha harus mengakui bahwa Multiple Sclerosis memang sangat jahat.


“Udah, jangan sedih Rey! Percaya deh, Natasha udah tenang disana. Dan pasti dia bahagia banget tahu impian dan cita-cita ente ke Jerman terkabul. Iya kan?” Jay menenangkanku.

“Iya, Jay. Thanks..” aku menghela nafas dalam-dalam. Bayang Natasha begitu lekat saat ini.


#######


Adi Sutjipto, International Airport..

Aku diantar Jambul, Sayuti, Pak Sronto, dan Mas Kuriman naik mobil pick-up Pak Sronto yang biasa buat kulakan ke pasar. Tak lupa pula Jay ada disana.


“Jaga dan bawa diri baik-baik ya Rey!” ucap Jambul langsung memelukku.

“Beres! Lu juga kuliah yang rajin biar cepet lulus..”


“Jangan lupa sama kami-kami, Rey!” Sayuti menimpali.

“Enggak lah Yuut. Kita tetep bisa komunikasi kok..”


“Mas Rey, ati-ati yaa di Jerman. Salam untuk Arjen Robben kalau ketemu. Hehee..” Pak Sronto memang polos dan apa adanya.

“Iyaa, Pak Sronto beres. Ntar sekalian sama Franck Ribbery yaa. Hehee!” sahutku seraya terkekeh.


“Mas Rey pokoke ati-ati di negeri orang yaa. Jaga nama baik bangsa Indonesia..” Mas Kuriman pun tak ketinggalan untuk berpesan. Pesan yang sangat berbobot.

“Hahahaa!! Mas Kuriman bisa aja. Beres Mas. Akan aku buat bangga orang Jerman dengan bangsa Indonesia..” sahutku mantap. Tapi gimana caranya?? :gila:


Aku melihat wajah terakhir yang turut mengantarku ke Bandara. Sobat karibku, Jay, yang sedang tersenyum. Prihatin? Aku ga tahu.

“Jay.. Hehe. Makasih yaa atas semuanya.”


“Iya, sama-sama, Rey.” Jay memelukku. Aku sedikit terisak.

“Semoga bisa menemukan Natasha yang baru disana..” bisik Jay lirih di telingaku.


Aku mengangguk mantap. Memang benar kata Jay. Natasha adalah kenangan yang terindah buatku dan mungkin butuh waktu lama untuk bisa mendapatkan seseorang yang seperti dia. Tapi aku yakin kalau Tuhan pasti akan memberikan ganti yang lebih baik untukku.

“Ya sudah kawan semua, aku berangkat. Terima kasih banget udah bela-belain nganter sampai disini..” Mereka mengangguk dan membalas lambaian tanganku sebagai salam perpisahan.


Aku melangkah pasti menuju kearah pesawat. Semangatku menggelora. Aku melihat ke langit angkasa biru yang luas dengan wajah penuh optimis sesaat sebelum memasuki cabin pesawat yang dikawal oleh seorang Pramugari cantik. Dari alam sana, bibir Natasha menyunggingkan senyum tulus kepadaku.


Natasha.. Meskipun engkau telah tiada, namun semua ketulusan doa dan semangat juang yang kau tunjukkan telah memberi arti yang begitu dalam, dan semua itu akan selalu hidup abadi didada ini seperti halnya Edelweis..


Auf Wiedersehen meine Liebe, Natasha Devi...

Hoffentlich bist du noch da...

Obwohl sie sind weg...

Aber der Schatten von deinem Lacheln und dein Gesicht wird immer da sein…

das Ende

#######


THE END COMPLETED . . . .

Silahkan di kritik, kasih saran, masukan, dan tolong klik “thanks” dong kalo pada suka, atau ngasih ES CENDOL gula jawa juga boleh kok . . .


Terima kasih pada semua sahabat semprot atas kerelaannya meluangkan waktu hanya untuk sekedar membaca cerita karya cLothingk.

Maaf :ampun: kalo ada salah kata dari cLothingk. . .

Sampai jumpa lagi . . . :ciao: :ciao: :ciao:


Hasta La vista, beibehh!!!!
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Selalu aja kl suhu clothink tgl nulis pasti aroma dark nya muncul

Tapi cakep ceritanya
:)
 
suatu kehormatan bisa ikut main di cerita gan Clothingk hihi...
 
Tahu dech ini
Idenya si paan kek kan wkwkwkkk..
Soalnya gw jg buat.. Cuma males buat adegannya hahaaa

Keren loh ini hehe^^
 
keren gan ceritanya :) rda mewek dikit ya alurnya :eek:
 
top markotop emang dah klo abang yg satu ini bkin cerita 4 jempol dah
 
Hahaha ... Mas.. Ikut ngetop yah?...


Splendid..

Plot cerita maju mundur maju mundur ga numbur...

Diramu dgn bahasa yg terkesan sederhana tp penuh makna..

Splendid indeed..
 
One shot aja thingk, ga bagus dilanjut.. (Cari penyakit ) hahaha
 
wah ada cerita bari dari gan clothing nih..
bukan cerbung yaa..tp kyny seru baca dulu dah
 
Bimabet
Wahahah si Jambul pake jokenya Jui


Ini di luar ekspektasi gw banget. ga se gloomy yang gw kira, sexnya liar pula hahaha yang gw suka tuh pengulangan ucapan orang2, itu jenius banget :thumbup:


Paling yg gw agak kurang sreg cuma narasinya yang kadang baku kadang engga. Selain itu udah keren sih :D

jadi ga pede buat nulis versi sendiri :galau:


PS: pulsa abis, thingk hahaha sorry yak
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd