Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA A High Class First Love Story (BUCIN)

Next update kapan? ><


  • Total voters
    72
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Ehe #TeamVinShan

BTW ternyata sudah 3 cerita yang update pada hari ini. Ditambah cerita ini jadi 4 cerita yang update hari ini. Seharusnya saya update part kedelapan besok-besok saja ya ><

Gpp, updatenya pengobat rasa rindu sama si teteh, bro.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kok nubi jadi kgn ya sama teteh sama nduk ani :(
Beruntung lah anda, kalo kangen masih bisa datengin ke theater, lah owe kalo kangen, cuma bisa meratapi nasip karena dia udah ada yang punya. :fiuh:
 
Ini nggak ngajak member lain buat ikutan sex party?

Sex party and rape is such a thin line

Alias

Ini bukan Benji ya, yang tititnya nyasar kesana kemari


Beruntung lah anda, kalo kangen masih bisa datengin ke theater, lah owe kalo kangen, cuma bisa meratapi nasip karena dia udah ada yang punya. :fiuh:

Selama janur kuning belum melengkung, masih bisa ente perjuangkan gan. Paling ada peluru yg bersarang di tubuh ente aja gan :pandaketawa:
 
Sekarang sih lagi ngerjain ini, untuk update beberapa part selanjutnya

Dug... Dug... Dug...

Ini...

Nit... Nit... Nit...

Apa ini?...

Nit..Nit..Nit..Nit..

Aku merasakan diriku seperti sedang bernafas...

"Sayang?!"

Ah suara itu...
 
Selama janur kuning belum melengkung, masih bisa ente perjuangkan gan. Paling ada peluru yg bersarang di tubuh ente aja gan :pandaketawa:

WAIT!

kok tau cowoknya bisa nembak?

hmmm kamu klon seseorang?

yare-yare :spy:
 
Ah hal tersebut bukanlah hal yang rahasia. Sudah dari lama ane tahu kalau cowonya doi bukan sipil.
pointnya bukan disitu bro,
pointnya, lu kok bisa nebak, memba yg owe kangen si initial D itu?
 
PART IX: An Alibi [Nikmatnya Liburan ( Viny & Shani JKT48 ) Fanmade Edition]
Back to First Person POV

Sekarang jam pada ponsel pintarku sudah menunjukkan pukul 12 siang lebih lima belas menit, dan perutku terasa lapar sekali. Ya, sedari tadi kami mengecek keadaan villa dan tempat wisata milik kami berdua. Seperti biasanya, musim liburan seperti ini villaku terisi penuh dan tempat wisata terlihat penuh sesak. Memang tempat ini sudah memiliki nama di dunia perpelancongan warga ibukota.

Kebetulan terdapat sebuah restoran di dalam area wisata milik Bimo. Memang kami sudah merencanakan untuk makan di tempat itu, makanya kami sudah memesan sebuah meja untuk kami tempati, biasanya kami auka tidak kebagian tempat duduk.

Sesampainya kami di restoran, aku dan Bimo langsung menempati meja yang sudah terdapat tulisan "booked" itu. Kami memesan dua puluh tusuk sate daging sapi, gara-gara kami mencium sate sapi yang sedang dibakar saat memasuki tempat ini. Tentunya kami juga memesan dua porsi nasi putih dengan teh manis hangat, kami sedang memerlukan karbohidrat.

"Bim, yakin loe?"
"Yakin. Mang napa?"
"Gue ga pernah pake gituan jir. Ntar efeknya bikin kenapa-napa lagi." Ya, itu adalah obat perangsang.
"Lo mau ditabok cewe lo? Udeh tenang aman ini."
"Ye lo kan bukan dokter reproduksi gblk." Bimo ini bergelar Sp.OT Sp.KK. Memang greget sekali teman saya ini, mengambil dua ilmu spesialis yang sebenarnya dapat berdiri sendiri-sendiri. (?)
"Ini obat ga sembarangan cok. Ini bikinan temen gue cuk yang Sp.OG elah. Gue beli mahal ini."
"Oke oke gue percaya dah. Terus khasiatnya apa?"
"Ya biasa aja sih. Jantung degup kencang metabolisme meningkat, hormon reproduksi meningkat tajam, pokoknya jadi sange lah, efeknya dua jam setelah reaksi. Nah obat ini juga ngasih efek lemes 30 menit setelah reaksi, makanya nanti kita setelah konsumsi obatnya kita nenggak pil ini, biar ga ikutan lemes."

Yaudah lah ya.

Makanan pun datang, dan kami langsung menyantap sate yang telah kami pesan. Baru dua tusuk aku memakan sate itu, tiba-tiba Bimo memanggilku. Merusak keadaan saja.

"Woi Do, coba lo cek CCTV depan kamar mandi dua jam yang lalu."
"Nape cuk?"
"Udeh liat ae dulu ga usah bacot."

Penasaran juga sih, Viny dan Shani dari tadi ga kelihatan. Aku buka rekaman CCTV yang berada di depan kamar mandi utama dua jam yang lalu, dan aku mendapati Viny yang menarik Shani ke dalam kamar mandi. Ada apa ini? Aku pasang earphone wireless milikku, dan aku mendengar suara yang sedikit kurang jelas.

"Shan... Ngghhh..."
"Mmmhhhh... Kak Viny... Ahh..."


Jadi... Mereka... Apa yang mereka lakukan?

"Wah Bim. Mencurigakan ini. Gimana nih Bim?"
"Tenang. Gara-gara ini rencana gue sedikit berubah, tapi gue jamin sukses."

Kami melanjutkan untuk menghabiskan makanan kami. Cukup kenyang juga, memang porsinya cukup banyak. Saat sedang istirahan sehabis makan, HP-ku berdering dan menampilkan tulisan "Viny" di layarnya. Aku sudah menebak apa yang akan terjadi.

"Sayang, kamu di mana?!"
"Aku sama Bimo lagi di restoran di dalam area wisata."
"Kok kalian ninggalin kita sih?! Jemput!"
"Kamu ga baca kertas yang ada di atas meja? Kamu nyusul aja ke sini. Kunci mobil Mini Cooper ada di atasnya."
"Iiiiiihhhhh kan aku sama Shani ga ada yang bisa nyetir mobil. Kamu ini gimana sih?!" Oh iya gue lupa. Dasar cewek milenial, ga mau ribet bawa kendaraan.
"Hadeh iya iya kita OTW ke sana nih."

Ya dari pada repot, kita berdua pergi menjemput mereka. Kami ga ingin kedua macan yang sedang mengamuk itu tambah mengamuk, bahaya. Tentunya aku memerintahkan pelayan restoran untuk membersihkan dan tetap menjaga meja ini, karena kami akan menempatinya lagi.

Sesampainya di villa. Viny dan Shani sudah menunggu kami di Villa dengan wajah betenya itu. Viny memakai baju Sleeveless berwarna putih, sementara Shani memakai kaus berwarna merah muda dengan celana jeans.

Dxa-GCha-UYAEy0-Jg.jpg

Dx-Vv-G3e-U8-AE1b-Ai.jpg

"Kalian ke mana aja sih?! Pasti kalian dah makan duluan ya?! Kok ninggalin aku sama Shani sih?! Kan kami laper tau! Jahat!" Viny memang berbakat dalam bersewot-sewotan. Sementara itu, Shani diam di samping Viny dengan tangannya yang disilakan pada atas perutnya sambil cemberut.
"Kalian sih lama banget. Kemana aja sih kalian."
"Eh..." Muka mereka berdua tiba-tiba nampak malu, tergambar dari ekspresi dan tingkah laku mereka. Kenapa ya?
"Hayooo...." Ucapku merayu.
"Udah ayo ah cepetan makan! Laper tau ga!" Tiba-tiba sewot lagi.

Kami keluar dari villa, dan menuju ke area wisata dengan Range Rover milikku, kebetulan mobil ini belum sempat aku bawa jalan jadi sekarang aku pakai mobil ini. Kami menuju restoran dan mengisi meja yang tadi kami tempati, sudah bersih dari bekas sisa kami makan tadi. Viny dan Shani langsung memesan 4 porsi nasi goreng sekaligus 4 gelas es teh manis.

"Nasi goreng mulu." Ejek gue.
"Bodo amat! Lapet tau, butuh makanan yang cepet!" Ini betina masih sewot aja dari tadi.
"Ngapain pesan 4 porsi? Kita sudah makan." Tanya Bimo.
"Siapa juga yang mesenin kalian makanan! Kami kan laper tau ga sih?!" Gue kira Shani ga bisa sewot.

Memang sih nasi goreng tidak memerlukan waktu yang lama dalam pembuatannya. Terbukti sekitar lima menit menunggu, 4 porsi nasi goreng sudah dibawa pelayan kepada kami beserta es teh manisnya. Viny dan Shani langsung memakan nasi goreng yang satu porsinya sangatlah banyak itu. Sementara gue dan Bimo? Main Battle Royale di HP dong, kali aja bisa makan ayam.

Viny dan Shani masing-masing nampak sudah menghabiskan seporsi nasi gorengnya itu. Terlihat mereka berdua sangat kekenyangan sekali, terlihat dari cara mereka masing-masing memakan nasi goreng porsi keduanya itu.

"Yang, habisin!"
"Yee siapa suruh pesen dua porsi." Gue masih menatap layar HP dong, tinggal 15 orang lagi yang hidup, masa harus keluar sih.

Tiba-tiba telinga gue dijewer dengan kencang oleh Viny. Bar-bar sekali memang.

"AAAKKKK YANGGG SAKIT...!!!" Suara teriakan gue mengagetkan satu restoran.
"Cepetan Habisin...!!!!" Belum juga jadi bini udah marah-marah gaje.
"Iya iya. Jahat banget sih." :(
"Kamu ninggalin aku terus makan sendiri emangnya ga jahat?!"

Hal serupa juga terjadi dengan Bimo. Perut Bimo juga dicubit kencang oleh Shani karena ga mau menghabiskan makanannya. Aku lihat HP, karakter kita berdua sudah mati dong, gagal deh makan ayam. :(

Setelah berjuang menghabiskan nasi goreng yang teramat banyak itu, kami melanjutkan perjalanan ke arah perkebunan. Ya tahu lah, apalagi kalau bukan foto model. Tapi ya kita turutin aja, ini dari tadi dua macan betina ini ga jinak-jinak juga. Beruntung kami berdua membawa kamera kami dengan keadaan baterai terisi penuh.

Memang pemandangan di tempat ini dapat dikatakan sangat Instagramable. Banyak wisatawan yang sengaja datang ke tempat ini hanya untuk berfoto-foto, padahal pada awalnya Bimo hanya merencanakan tempat ini sebagai area wisata berkebun saja. Yah memang sosial media mengubah hampir segala sendi kehidupan.


Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore dan hari sudah mulai malam, baterai kamera kami pun sudah habis. Kami putuskan untuk kembali ke villa kami. Tak terhitung lagi berapa kali kedua kamera ini mengambil gambar. Sepertinya harus dipindah ke komputer supaya tidak memenuhi kartu penyimpanan. Namun sekarang tidak ada komputer ataupun laptop di villa ini. Ya sudah lah.

Viny dan Shani sekarang sudah tidak sewot lagi seperti beberapa jam yang lalu. Ya jelas lah, pacarnya disiksa jadi tukang foto masa masih ngambek.

Setelah berempat mandi, kami langsung menyiapkan makanan untuk makan malam kami.

"Bim, lo dah masukkin kan?"
"Iye. Tenang ae. Nih pilnya loe ambil atu ye."
"Gue ambil semuanya ae lah. Biar lo ikutan lemes. Shani gue embat Viny gue aman."
"Mati aja lo anyeng."

Bisik aku kepada Bimo yang baru saja membuat sirup untuk kami minum nanti. Kami berdua sekarang sedang memotong-motong tulang dan daging sapi karena akan kami buat sop daging tulang sapi. Sementara itu, Viny dan Shani terlihat sedang menyiapkan bumbu dan memasak nasi.

Setelah menunggu sekitar satu jam, sop telah siap, dan kami langsung menyantapnya. Lezat sekali makanan ini, dagingnya amat empuk, dan bumbunya terasa pas. Memang Viny dan Shani juga berbakat di dapur. Aku sampai menambah dua porsi karena saking lezatnya. Yah memang banyak sekali sih sop yang kita buat ini.

Jam sudah menunjukkan sekitar pukul 8 malam. Setelah makan, aku dan Bimo langsung menjalankan rencana kami. Viny dan Shani sekarang sedang membersihkan bekas makan kami. Kita berdua kini berada di kamar yang paling besar, yang ditempati oleh Viny dan Shani. Kami memutar sebuah film pornografi yang sangat terlihat seperti film action, memang aku membeli film itu dengan harga yang cukup mahal.

"Woi Bim, kapan reaksinya?"
"Sekitar lima belas menit setelah masuk ke dalam tubuh baru reaksi."

Sekitar lima menit kemudian, Viny dan Shani sudah selesai membersihkan bekas makan kami. Viny memakai kaos berwarna abu-abu dengan celana panjang santai bermotif kotak-kotak warna merah, sementara Shani memakai kaos hitam dengan celana panjang santai bermotif bunga warna merah.

"Kalian ngapain ada di sini?!"
"Lagi nonton film. Kenapa? Temenin nonton sini."
"Tapi kan ini kamarnya aku sama Shani!" Mereka terlihat ngambek-ngambek luvchu.
"Bebas aja si. Udah kalian mending gabung aja."

Kedua wanita itu kini bergabung dengan kami, sesuai rencana. Viny dan Shani menyender pada pacarnya masing-masing dengan posisi yang berada di tengah-tengah. Viny di sebelah kanan kasur sementara Shani di sebelah kiri kasur sementara pacarnya berada di sebelahnya masing-masing. Mereka sempat menanyakan film apa yang sedang kami tonton, dan kami tidak menjawabnya dengan pasti. Ya iya lah, film bokep.

Sepuluh menit berlalu, aku mulai merasakan tubuhku yang mulai panas dan detak jantungku yang mulai berdebar kencang. Penisku juga mulai bangun dari tidurnya. Sementara itu, aku melihat Viny yang mulai merasa gelisah. Apalagi sekarang filmnya sudah mulai menunjukkan adegan panas. Aku memandang ke arah Bimo dah Shani, sepertinya mereka juga mengalami hal serupa.

Setelah memberi tanda kepada Bimo, kami bersama-sama mulai melancarkan aksi kami kepada pacar kami. Kini aku hanya fokus pada Viny saja, urusan Shani oleh Bimo. Aku menciumi tengkuk kanan Viny.

"Emmhhh... Yang... Jangan... Mmmhhh..."
"Kenapa?"
"Ngghhh... Ada mereka isshhh..."
"Ga apa-apa kok sayang."

Obatnya kini sudah mulai bekerja melemaskan badannya. Badannya kini mulai tak berdaya lagi. Hanya dari kepala hingga leher saja yang masih dapat meronta-ronta menolak rangsangan yang aku berikan, walau sebenarnya tubuhnya menerimanya. Shani pun terlihat sama. Aku melihat Shani melakukan penolakkan terhadap rangsangan yang diberikan Bimo, walau badannya menolak.


Lima menit aku kami bermain dengan lehernya, aku mulai meraba kedua payudara Viny dari dalam kaus abu-abunya. Walau tangan Viny sempat ingin menahanku, namun dapat dengan mudah aku singkirkan tangannya. Dengan tanganku ini, aku dapat merasakan kulit mulusnya itu. Perutnya yang rata aku usap-usap sambil terus menerus bermain dengan lehernya yang amat jenjang itu.

"Ssshhh... Yang... Kamu ngapain?.... Hhhh..."

Viny nampak menolak rangsangan yang aku berikan, walaupun badannya yang tak dapat dibohongi itu menunjukkan hal yang sebaliknya. Kini aku bangkit dari tidurku dan mulai menaikkan kaosnya dan membukanya, hal yang juga Bimo lakukan pada Shani. Kini terpampang kedua tubuh Viny dan Shani yang hanya memakai bra berwarna putihnya itu. Dalam posisi seperti ini, aku membuka kaos yang aku kenakan kemudian mencium bibir Viny yang nampak sedang ketakutan itu.

Tak ada penolakan dari Viny ketika bibirku menyentuh bibirnya. Aku terus memagut bibir yang rasanya amat spesial ini. Rasa manis dan lembut khas bibir Viny tak pernah berubah sejak pertama kali aku merasakan bibir ini. Aku tak akan menyia-nyiakan momen ini, kujamah semua sisi dari bibirnya itu. Lidah kami saling beradu dengan pelan dalam ciuman yang bertempo lambat ini.

Sambil berciuman, tanganku secara perlahan menyelinap masuk ke belakang tubuhnya, melepaskan ikatan bra yang membungkus kedua payudara Viny itu. Payudara yang walaupun tidak besar namun selalu membuatku gila ini. Kini, payudara itu sudah tak terbungkus bra, walaupun bra tersebut masih mengait di tubuhnya itu. Kini, aku dapat memainkan kedua payudara itu tanpa terhalangi apapun. Walaupun ukurannya tidak terlalu besar, namun rasa mulus dan kenyal khas payudara Viny masih tetap terasa di tanganku ini.

"Sayang... Hmmm... Aahhhh..."

Sepuluh menit aku sudah aku mencium dan bermain dengan payudara Viny. Aku melepaskan ciuman itu lalu bangkit sambil melepas bra yang Viny pakai, sehingga kini aku dan Viny dalam keadaan topless. Kulirik Bimo dan Shani, mereka juga dalam keadaan yang sama sepertiku.

"Sayang, kamu gila ya?! Ngelakuin ini di sebelah Kak Bimo sana Shani?!"
"Enggak kok. Kamu lihat saja mereka lagi ngapain. Ga usah malu-malu."

Viny nampak kaget dengan apa yang ada di hadapannya kini. Namun, aku berpindah posisi ke bagian bawah Viny. Aku langsung membuka celana santai Viny yang dilanjutkan dengan celana dalam brenda berwarna putihnya ini. Hal yang sama juga dilakukan oleh Bimo kepada Shani. Kini, Viny dan Shani sudah dalam keadaan telanjang bulat. Tak ada sehelapun benang yang menempel pada tubuh putih nan mulusnya itu.

"Eh..!"

Aku mengangkat kedua kaki Viny dan melipatnya, sehingga kini terpampang jelas dihadapanku ini vagina Viny yang selalu aku idam-idamkan ini. Aku sudah tak sabar lagi, aku langsung membenamkan kepalaku pada selangkangannya, sehingga hidungku kini menyentuh bibir vagina yang berwarna merah muda dengan bulu kemaluan yang tipis itu.

"Emmhhhh..."

Leguhannya itu ketika aku menghirup aroma vaginanya itu dengan sekiat tenaga. Tercium bau harum khas vaginanya itu yang selalu membuatku mabuk asmara. Desir udara yang mengenai bibir vaginanya suksesm membuat Viny bergetar nikmat. Tak cukup sampai di situ, aku melanjutkan permainanku. Aku menjulurkan lidahku dan mulai menjilati bibir vagina itu.

"Nnngggg... Sayang...!"

Desahan itu terus menerus terucap dari mulutnya tiap jilatanku pada area kemaluannya itu. Kini, Viny tak peduli lagi dengan dua orang yang ada di sampingnya sekarang, desahan Viny sudah terdengar dangat keras. Hal yang sama juga terjadi dengan Shani, aku dapat dengan jelas desahan Shani akibat permainan Bimo pada dirinya.

"MMMMHHHHH....!!!"

Aku mulai bermain lebih dalam lagi pada vaginanya. Kumasukkan lidahku pada sela-sela vagina itu, sehingga lidahku dapat menyentuh klitorisnya itu. Aku memberikan sentuhan lidahku pada bagian vagina yang seukuran biji kacang itu, hingga...

"NGGAAAAHHHH YANG AKU GA KUAT LAGIIHHH SAYANG... MMHHHH...!!!"

Viny nampak histeris akibat mengalami orgasme pertamanya pada malam hari ini. Aku hisap seluruh cairan mani yang dia keluarkan tanpa rasa jijik sekalipun. Rasanya cukup asin, namun aku sangat menyukainya. Wajahnya kini nampak berantakkan dan vaginanya pun nampak makin merah.

"Hahh... Sayang... Kak Bimo... Kalian ngapain?! Hhh..." Tanya tegas Viny dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Kami sedang menghukum kalian." Ucap Bimo.
"Hah...?" Ucap mereka berdua."
"Iya... Lihat dulu aja." Aku menganbil ponsel pintarku lalu mengganti tayangan yang ada di TV.

"Iiiiiihhhhhh apa-apaan sih kak?!"

Ya, aku menampilkan rekaman CCTV yang berada di depan kamar mandi utama, menampilkan Viny dan Shani yang masuk ke dalam kamar mandi utama.

"Shan... Ngghhh..."
"Mmmhhhh... Kak Viny... Ahh..."


Aku memajukan rekamannya.

"KAK...!!! AKU MAU KELUAR KAK... NGGHHHH...!!!"
"IYA SHAN... AKU JUGA MAU KELUAR... NGAAAAHHHH...!!!"

Viny dan Shani nampak kaget melihat video itu.

"Kalian ngapain?" Tanya Bimo.
"Eeehh itu..." Shani berbicara gugup.
"Itu gara-gara aku. Aku lagi pengen banget, tapi kamu malah ngajakin jalan-jalan sama Kak Bimo dan Shani, padahal sekarang jadwalnya. Kan aku udah ga tahan lagi." Ucap Viny sambil manyun ke arahku.
"Iya, aku kan juga lagi pingin, malah asyik main-main." Shani juga ikut-ikutan manyun.
"Oh gitu. Yaudah ga apa-apa. Kalian ga usah takut ya." Ucap Bimo menenangkan mereka.
"Terus kenapa badan aku sama Shani jadi lemes kek gini?! Trus kenapa kita semua jadi telanjang gini?! Jangan jangan kalian..." Tanya Viny yang rada ngegas.
"Kan sudah dibilang kami ingin menghukum kalian. Kalian ga usah takut."

Aku dan Bimo beranjak dari kasur lalu mengambil dua buah kondom yang tersimpan dalam laci meja rias yang telah kami siapkan sebelumnya. Kami membuka celana kami sehingga semua yang berada di dalam ruangan ini dalam keadaan telanjang bulat. Setelah memasang kondom pada penis kami masing-masing, aku langsung mendekat ke arah Shani. Ya, kami bertukar pasangan sekarang.


"Kak Dodo..!"
"Halo Shani. Kamu tidak perlu takut ya."
"Kakak mau ngapain?!"
"Ga apa-apa kok."

Kini di hadapanku terdapat vagina milik Shani yang ditumbuhi bulu jembut yang lebih tebal dari punya Viny namun amat rapih ini. Aku sudah tak sabar lagi untuk merasakan vagina yang sangat cantik ini. Kugesek-gesekkan penisku yang terbungkus kondom itu pada bibir vaginanya. Terlihat Shani yang meronta-ronta dan mulai meneteskan air mata karena tak dapat menerima perlakuanku padanya. Namun itu bukanlah masalah, obat yang Bimo berikan masih memiliki efek sekitar 10 menit lagi. Setelah aku membuka kedua pahanya lebar-lebar, aku langsung mengarahkan penisku untuk masuk ke dalam vagina milik Shani yang ternyata masih cukup sempit itu. Aku mendorong penisku dengan cukup kuat.

"MMMMMMHHHHHHH...!!!"

Tak ada yang menghalangi penisku yang diiringi lenguhan panjangnya ketika seluruh batang penisku sudah tenggelam di dalam vagina Shani. Air mata Shani kini mengalir dengan cukup deras. Kini dirinya sedang menangis histeris, tak dapat menerima bahwa dirinya sedang bersetubuh denganku. Aku menengok ke arah Viny, dan dia juga menangis dengan kencang akibat tak dapat menerima rangsangan yang Bimo berikan kepadanya. Sementara itu aku sedang menahan diri, supaya Shani dapat beradaptasi dengan penisku ini di dalam vaginanya. Selain itu, agar aku dapat menikmati kedutan dari lapisan epitel vagina Shani yang memijat batang penisku ini. Rasanya amat nikmat, walau aku sedang memakai kondom, namun tetap membuatku mabuk birahi yang teramat mabuk. Rasa nikmat yang aku alami sekarang mirip seperti saat penisku masuk ke dalam vagina milik Viny.

"Huuhuuhuuu... :("

Sekarang ruangan ini dipenuhi oleh suara tangisan Viny dan Shani. Aku mendekatkan kepalaku ke kepala Shani, dan mulai memagut bibirnya itu. Tampak penolakan keras Shani kepada diriku, terlihat dari kepalanya yang mencoba menghindari kepalaku yang akan menempelkan bibirku ini pada bibirnya, namun itu bukanlah masalah. Ketika bibirku berhasil menyentuh dirinya, Shani membalas ciuman itu, walaupun kepalanya masih saja terlihat ingin menghindar dari kepalaku. Aku dapat merasakan bibir Shani yang juga amat manis dan lembut. Rasanya semanis dan selembut bibir Viny, tetapi dengan rasa yang berbeda. Namun bibir ini tetap mampu membuat birahiku meningkat tajam seperti bibir Viny. Aku jamah seluruh sudut dari bibir Shani, tak ada sedikitpun yang aku lewatkan.

"Mmmhhhh...!"

Setelah lima menit aku mencium bibirnya itu, aku melepaskan ciumanku pada Shani. Kini kepalaku dan kepala Shani hanya berjarak beberapa centimeter di mana kini Shani membuang mukanya itu dari hadapanku sambil memasang muka menangis bercampur judesnya itu.

"Kita mulai ya cantik. Kamu ga usah takut. Rileks saja." Ucapku kepada Shani sambil tangan kananku mengelus-elus rambut kepala sebelah kirinya itu.

Aku mulai memaju-mundurkan pinggangku.

"Emmhhhh... Kak..."

Terdengar desahannya itu dengan wajah yang masih tidak berubah sejak aku melepaskan ciumanku padanya. Namun, aku tak memedulikan itu. Dia tetap terlihat cantik walaupun sekarang dia sedang terlihat marah kepadaku. Aku tetap menggenjotnya dengan tempo yang pelan.

"Ssshhhh... Kak Dodo.... Aahhhh..."

Kini aku dapat merasakan rasa nikmat dari sempitnya vagina milik Shani, padahal aku yakin Bimo tak bersetubuh dengan Shani hanya sekali saja. Vagina itu juga menjepit penisku dengan kuat sama seperti vagina Viny yang menjepit penisku. Akan tetapi, rasa yang penisku rasakan ketika berada di dalam vagina milik Shani berbeda dengan ketika berada di dalam vagina milik Viny. Rasa lembabnya vagina Shani yang penisku rasakan berbeda dari rasa lembab yang penisku rasakan pada vagina Viny. Namun hal tersebut tak berpengaruh, kedua vagina itu tetap terasa nikmat. Perbedaan rasa itu membuat kedua vagina ini terasa spesial! Tak ada lawannya. Aku naikkan tempo genjotanku.

"EMMHHH...!"

Tentunya aku tak lupa bermain dengan payudara Shani. Di sela-sela genjotanku kepada Shani, aku meremas-remas payudara milik Shani yang cukup sekal ini. Memang ukurannya tidak besar, namun jika dibandingkan dengan payudara Viny maka payudara Shani lebih besar dengan payudara Viny, memang aneh Viny ini. Putingnya pun juga berwarna merah muda seperti putingnya Viny. Aku mainkan kedua payudara itu dengan kedua tanganku, terasa kenyal sekali di tanganku. Rasanya seperti memegang payudara Viny yang berukuran sedikir lebih besar. Nikmat sekali rasanya!

"Kak... MMMHHHHH.....!!"

Kini genjotanku pada vagina Shani makin cepat. Remasan dan pilinanku pada payudara Shani juga makin intens. Namun, aku dapat merasakan tubuh Shani mulai bergerak-gerak meronta dengan tenaga, sepertinya efek dari obatnya sudah habis. Namun, di lain sisi tubuh Shani juga menerima perlakuanku pada tubuhnya itu, terbukti dari tubuhnya yang juga menggelinjang nikmat.

"NNNGGGGHHHHH.... KAK... EMMMHHH...."

Lima belas menit aku menggenjot vagina itu, tiba-tiba Shani sampai pada orgasme keduanya. Tubuh Shani melenting, rambutnya berantakkan, wajahnya yang memerah itu kini histeris. Aku memberhentikan genjotanku pada vagina itu, membiarkan Shani yang sedang tak berdaya akibat orgasme yang cukup kuat itu. Aku mencoba melihat ke arah Viny, dia juga habis mengalami orgasme yang cukup kuat akibat perlakuan Bimo kepadanya, kondisinya pun kini sama seperti Shani.

"Tugasku sudah selesai. Ini yang pertama dan terakhir bagi kita. Terimakasih ya Shani, hehe."

Ucapku dua menit setelah aku menghentikan genjotanku pada Shani yang masih saja membuang mukanya itu dari hadapanku. Yah sebenarnya sih aku masih ingin lanjut, namun itu sudah menjadi kesepakatanku dengan Bimo. Total hampir 20 menit aku menggenjot vagina milik Shani dan hampir 45 menit aku bermain dengan tubuh milik Shani, waktu yang tak akan terulang

Aku mencabut penisku dari vaginanya itu.

"Ahh..." Suara leguhan Shani ketika penisku tercabut dari vaginanya.

Aku dan Bimo kini bangkit lalu melepas jeratan kondom yang mengurung penis milik kami. Kami berdua langsung b̶e̶r̶m̶a̶i̶n̶ ̶a̶n̶g̶g̶a̶r̶ bertukar posisi sehingga kini aku berada di sisi sebelah Viny. Viny yang tahu akan kedatanganku kini mengambil posisi berbaring sehingga kini dia membelakangiku, memalingkan wajahnya dari hadapanku. Ah Viny, aku tahu kamu sedang marah kepadaku.


"Vin..."
"GA USAH DEKET-DEKET!! KAMU JAHAT!!"

Yah namun aku tak memerdulikan ucapan Viny barusan. Dalam posisi ini, aku juga membaringkan tubuhku searah tubuh Viny lalu mendempetkan tubuhku dengan tubuhnya. Tangan kananku kini mengangkat kaki kanannya lalu memasukkan penisku yang masih sangat tegang ini ke dalam vaginanya. Ya, aku melakukannya dengan gaya gunting. Aku melakukan hal tersebut dengan cukup sigap, sampai-sampai Viny belum sempat memberikan perlawanan padaku.

"MMMMHHHH...!!!"

Tak seperti biasanya, Viny nampak menolak perlakuan yang aku berikan padanya. Terlihat dari Viny yang nampak meronta ingin melepaskan penisku dari vaginanya dan tangan kanannya yang kini memukul-mukul pahaku walaupun tidak ada tenaganya. Namun tangan kananku tetap memegang kuat pinggul Viny, sehingga usahanya itu tak akan berhasil.

Aku tak langsung menggenjot vagina milik Viny. Hal ini supaya aku dapat merasakan kedutan dari dinding vagina Viny yang amat sangat nikmat terasa di penisku ini. Pijatan vagina Viny terhadap batang penisku ini mampu membuatku melayang walaupun sebelumnya aku sudah dimanjakan oleh vagina milik Shani. Ah memang vagina Viny selalu juara.

"Lepasin...!!! Huuhuuhuuu... :("

Viny sekarang sedang meronta-ronta sambil menangis. Namun aku tak pedulikan itu. Aku mengambil posisi sehingga aku kini dapat bermain dengan lehernya yang jenjang itu.

"Gak mau..!! Sssh... Huuhuuuhuu... :("

Mulutnya kini mengeluarkan segala racauan, mulai dari racauan tak terima atas perlakuanku kepadanya, racauan nikmat, dan tangisannya. Racauan itu tak mampu mengusik rasa ibaku, pikiranku sekarang sudah dipenuhi oleh rasa ingin menuntaskan rasa kentang akibat pergumulanku dengan Shani tadi. Dengan posisi seperti ini, aku dapat melihat Bimo dan Shani juga melakukan hal yang sama seperti kami. Shani juga terlihat menolak perlakuan Bimo terhadapnya, mirip seperti apa yang dilakukan oleh Viny kepadaku sekarang.

Setelah lima menit bermain dengan lehernya yang jenjang itu, aku mulai menggenjot vagina milik Viny dengan tempo yang lambat.

"Sssshhhh......"

Terdengar racauan Viny yang hanya desahan nikmatnya itu saja, tak terdengar lagi racauan tak terimanya dan tangisannya itu. Kini aku dapat merasakan rasa dari vagina milik Viny yang teramat nikmat dan sempit ini, padahal dia baru saja bersetubuh dengan Bimo. Rasa dari vagina itu tak pernah berubah semenjak pertama kali aku menggenjot vagina itu. Vagina itu tetap menjepit penisku dengan kuat dengan lembabnya masih sama seperti pertama kali aku menggenjot vagina itu. Memang terbaik lah vagina ini, sangat beruntung aku dapat memilikinya!

Sekitar lima menit aku menggenjot Viny, dia kini mengalungkan tangannya ke leher Shani yang kemudia diikuti Shani yang mengalungkan tangannya leher Viny. Setelah sukses saling mengalungkan, kini mereka mendekatkan tubuh mereka satu dengan yang lain, sehingga tubuh bagian atas depan mereka kini saling menempel. Ini adalah sebuah pemandnagan indah bagiku dan Bimo, kami tak akan melewatkannya. Kulihat Viny dan Shani kini saling memagut bibir mereka satu dengan yang lain. Mereka berciuman dengan sungguh panas! Sepertinya lebih panas dibandingkan ciuman kami terhadap mereka. Dada mereka juga kini saling menempel, sehingga kedua payudara mereka saling bergesekan. Puting payudara mereka yang berwarna merah muda itu kini saling beradu, membuat birahiku dan Bimo yang menontonnya meningkat tajam! Aku makin bersemangat untuk menggenjot Viny dari belakang ini, alhasil aku mempercepat genjotanku pada vagina milik Viny.


"NGGGAAAHHHH SAYANG.....!!!! MMMHHHHH.....!!!"

Tiba-tiba aku Viny memberhentikan adegan panasnya dengan Shani. Viny mengalami orgasme ketiganya pada malam hari ini, yang kemudian diikuti oleh shani beberapa saat kemudian. Mereka berdua kini nampak histeris. Wajah mereka kini tambah merah dan rambut mereka kini sudah tak beraturan lagi. Penisku yang sedari tadi menahan rasa gatal ini kini mengeluarkan muatannya akibat semburan air mani Viny yang sukses menjebolkan pertahananku. Aku menyemprotkan 7 semprotan spermaku di dalam rahim milik Viny, dan aku juga yakin si Bimo juga menyemprotkan spermanya di dalam rahim milik Shani.

Kami semua kini merebahkan tubuh kami dalam posisi terlentang di atas ranjang yang sangat besar ini. Hampir dua setengah jam kami melakukan sex party yang mungkin bagi Viny dan Shani terdengar seperti pemerkosaan ini. Tentunya, tubuh kami sangat capek sekali. Sekitar 30 menit terdiam, aku mulai memanggil Viny.


"Vin..."

Viny malah berbaring membelakangiku seperti tadi.

"Viny sayang..."

Aku membalikkan badannya.

"GA USAH DEKET-DEKET!! KAMU JAHAT TAU GA!!"

Aku langsung memeluk erat tubuh Viny, terdengar Viny yang kini menangis di dekapanku sambil meronta-ronta untuk melepaskan dirinya dari pelukanku ini. AKu juga dapat melihat Bimo melakukan hal yang sama kepada Shani, yang juga kini menangis di pelukannya itu.

"KALIAN BERDUA JAHAT!! KALIAN PERKOSA AKU SAMA SHANI TAU GA??!! Huhuhuhuuuu.... :("
"Vin..."
"LEPASIN...!!!"
"Viny! Denger dulu! Kita ga ada maksud memperkosa kalian."
"Terus maksud kalian itu apa?!"
"Kami ingin kita semua saling dekat satu dengan yang lain layaknya sebuah kesatuan. Tak ada lagi rasa canggung di antara kita. Tak ada lagi rasa tak percaya di antara kita. Kami ingin kita berempat saling mengerti satu dengan yang lain. Kami ingin tak ada batas dan pembatas di antara kita berempat. Kami tak ingin ada rasa perselisihan diantara kita berempat."
"Terus hubungannya sama kalian perkosa aku dan Shani itu apa?!"
"Kami tak memperkosa kalian. Namun, hal ini dilakukan sebagai cara ampuh agar kita saling mengenal dan saling memahami. Kamu nanti akan mengerti. Pula, sebagai sebuah sahabat yang selalu ada di saat senang maupun susah, kami ingin selalu berbagi apapun yang kami milikki supaya tak ada rasa iri di antara kami. Bukan aku menganggap kamu sebagai objek, tapi kamipun rela membagi hal yang paling penting dalam hidup kami. Untuk kali ini saja aku memperbolehkan Bimo untuk memilikimu, Bimo pun juga sebaliknya kepadaku. Setelah ini tak akan aku biarkan siapapun menyentuh tubuhmu ini."
"Tapi..."

Aku langsung mencium bibir Viny dengan cukup mesra. Sangat mesra sekali, sampai-sampai aku tak merasakan gairah seksualku saat aku menciumnya, hanya terasa asmara cinta yang amat indah. Kami melakukannya selama semenit sebelum aku melepaskannya lagi.

"Vin. Kalau kamu masih belum terima dengan yang terjadi pada tubuhmu pada malam ini, kamu boleh menyiksa tubuhku dengan tanganmu ini sepuasnya. Aku siap."

Aku melepaskan pelukanku yang cukup erat itu yang sedari tadi mengekang tubuh Viny. Viny mengangkat tangannya tinggi-tinggi, mengambil ancang-ancang akan memukul kepalaku. Namun, dia malah memeluk diriku sambil berbicara lirih.

"Aku ga bisa. Aku sayang sama kamu yang. Huhuuhuuu... :(" Wajahnya kini dia benamkan dalam leherku ini.
"Yaudah. Aku minta maaf ya Vin atas malam hari ini."
"Iyaaa... Tapi janji ga akan seperti ini lagi...!"
"Iya. Aku janji kok. Sudah-sudah kamu ga usah nangis lagi. Mending kita tidur aja." Ucapku sambil mengelus-elut rambutnya itu dari belakang.

Tak lama kemudian, Viny dapat menenangkan dirinya sendiri. Aku terus menerus mengelus kepalanya ini, hingga aku sadari dia kini tertidur di pelukanku. Aku pun segera memejamkan mata, karena badanku sudah tak kuasa lagi menahan rasa capek. Ah hari yang menyenangkan yang tak akan pernah kulupakan.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd