Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA A High Class First Love Story (BUCIN)

Next update kapan? ><


  • Total voters
    72
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Part II: Who is she?

Seorang mahasiswi dengan rambut pendek bercelana skinny jeans dan menggunakan pakaian yang tampak fashionable. Wajahnya cukup cantik, seperti teman-teman sekelasnya. Namun senyuman manisnya yang teramat manis membuatku langsung jatuh cinta setelah jatuh cinta terakhirku saat aku masih SMA. Yah, aku tidak dapat fokus lagi.

Sesuai prosedur, aku berjalan menuju ke bagian belakang kelas untuk mengamati proses belajar mengajar, kebetulan ada sebuah kursi yang kosong. Bukannya fokus memperhatikan proses belajar mengajar, aku malah sibuk memandanginya dari belakang. Ya, beginilah seorang "lajang debuan" saat sedang jatuh cinta, jadi sedikit gila. Sekitar satu jam kemudian, aku keluar dari kelas karena kami tidak diberikan waktu yang cukup lama untuk melakukan proses akreditasi. Cukup menyebalkan memang, namun sudah menjadi resiko bekerja di ranah kementerian, professionalitas harus dijaga dengan sungguh-sungguh.

Balik ke kantor, ada rasa senang sekaligus sedih melanda hatiku. Senang karena ada perempuan yang berhasil membuatku jatuh hati, sedih karena aku tidak punya apapun tentang dia, bahkan nama pun aku tidak tahu, hanya foto-foto tadi saja yang aku miliki tentang dia. Aku tidak memiliki akses daftar mahasiswa yang hadir saat proses akreditasi. Bisa aku memintanya, namun hal tersebut sangat tidak etis jika alasannya tidak jelas. Bertanya kepada 2 orang temanku tadi? Ah mana mungkin mereka akan membantu, yang ada aku agan dighibahin aja. Alhasil, hari itu aku sangat tidak produktif sebagai seorang pekerja.

Three months later.

Tiga bulan telah berlalu dari kegiatan akreditasi tersebut, dan aku masih belum mendapatkan informasi lainnya tentang dirinya. Aku sudah mencoba mencari jejak digital di internet, namun hasilnya nihil. Sampai saat ini hanya foto itu saja yang aku miliki, yang ku cetak di dalam dompet supaya menjadi penyemangat.

Hingga suatu hari, aku menonton video di internet tentang sebuah senjata api, Steyr AUG A3. Harganya yang cukup terjangkau bagiku dan sebagai alat membela diri membuatku ingin memilikinya. Yah tahu sendiri, orang yang punya banyak uang ingin benda yang dapat membuatnya disegani oleh orang lain. Namun, izin kepemilikan senjata api bagi sipil sangatlah ketat. Singkatnya, untuk mendapatkan izin tersebut calon pemilik harus mengikuti pelatihan bela negara selama 3 bulan. Hal tersebut sempat membuat semangatku turun, tapi tekadku untuk memiliki senjata api sudah kuat. Akhirnya aku mengikuti kegiatan bela negara.

Three months later.

Masa bela negaraku akan usai dua minggu lagi. Kegiatan ini tidak memandang status sosial, suku, ras, dan agama, semua dipukul rata. Banyak pengalaman yang sangat berguna yang berhasil aku dapatkan ketika masa pelatihan, seperti teknik bertahan hidup di alam bebas, dan rasa setiakawan. Di hari-hari akhir masa pelatihan, kegiatan pun sudah tidak efektif lagi karena materi sudah habis. Biasanya, aku dan teman-teman seperjuangan akan mengisinya dengan kumpul-kumpul.

Pagi ini, komandan memberi tahuku dan teman-temanku satu pletonku bahwa nanti siang akan ada acara komedi TV swasta yang akan mampir ke tempat kami untuk melalukan tantangan ala militer selama seminggu, dan kami diperintahkan untuk membantu jalannya acara. Jelas pletonku yang dipanggil karena pletonku menjadi pleton senior di pelatihan ini. Kru TV telah tiba lebih cepat dibandingkan para pemain, jadi hal-hal yang diperlukan dapat dipersiapkan terlebih dahulu.

Bus yang mengangkut para pemain tiba di gerbang masuk dan para pemain disuruh turun untuk jalan merangkak dari pintu gerbang masuk sampai lapangan, sama sepertiku dulu. Kuperhatikan satu per satu para pemain yang sedang kesusahan merangkak, dan pandanganku tertuju kepada seorang pemain perempuan. Dia adalah perempuan yang sama dengan perempuan yang membuatku jatuh cinta 6 bulan yang lalu.

Acara shooting tersebut berjalan sampai sore. Saat proses shooting, aku bertugas membantu para pemain termasuk perempuan idamanku itu. Kegiatan shooting berhenti saat malam menjelang dan seluruh pemain dan kru dijadwalkan untuk istirahat. Semua orang telah balik ke baraknya masing-masing, kecuali perempuan yang telah membuatku gila itu. Dia pergi ke bawah pohon di atas bukit yang masih dalam area pelatihan, dan aku mengikutinya.

"Permisi dek, sudah malam. Ayo balik ke barak."
"Eh eh iya kak. Sebentar ya kak, aku mau duduk-duduk dulu."
"Sebentar lagi sudah masuk jam malam, kalau kamu tidak balik ke barak kamu akan dihukum."
"I-iya kak. Tapi boleh minta waktunya sebentar? Aku ingin menikmati pemandangan terlebih dahulu."
"Haduh susah dah"

Aku pun mengambil posisi duduk tepat di samping kanannya.

"Kakak nyuruh aku balik ke barak tapi kenapa kakak malah duduk? Hmm."
"Nungguin kamu sampai balik ke barak, supaya kamu nggak dihukum sendirian."
"Bisa aja gombalnya."
"Itu namanya jiwa korsa, satu rasa satu jiwa, kalau ada satu yang kena maka yang lain juga kena."
"Oh iya kak, hehehe."

Kalimat tersebut menutup percakapan pertamaku dengan dia. Kami pun diam seribu kata untuk waktu yang cukup lama. Dia sepertinya sedang memperhatikan gemerlap cahaya lampu dari daerah kota yang kebetulan terlihat dari sini. Sementara aku? Sibuk mencuri-curi pandangan wajah sampingnya yang amatlah indah itu.

"Kak, lagi lihat apa kak?" Ya, aku kaget.
"Aku sudah bilang kalau aku nungguin kamu sampai kamu balik ke barak."
"Bukan itu kak, tadi kakak ngelihatin apa?"
"Pemandangan lampu dari kota dan bintang. Kamu juga kan?"
"Iya kak, tau aja. Eh ngomong-ngomong nama kakak siapa?"
"Kamu dulu aja."
"Ditanya malah balik nanya."
"Iya iya deh, panggil aja aku kak Dodo"
"Eh kak Dodo, namaku Viny."
"Gak nanya."
"Iiihhh kak Dodo nyebeliinn!!"
"Iya deh iya. Eh udah malam banget nih, kamu jam segini dah harus balik ke barak. Nanti dikunci kamu tidur di luar."
"Eh iya iya kak, ayo turun."

Aku mengantarkannya kembali ke barak yang terpisah dari barakku. Soal hukuman tidak tidur malam? Sebenarnya tidak ada untuk tamu. Hukuman itu hanya untuk peserta didik saja. Namun tentang kunci barak itu ada. Akan tetapi hal itu dilakukan olehku. Jadi ucapan tadi hanya untuk membuka obrolan saja he he he.

Kegiatan pada keesokkan hari dan seterusnya berjalan dengan lancar seperti susunan acara. Aku pun bertugas seperti biasa, membantu kru yang bertugas demi kelancaran acara, walau lebih fokus untuk membantu Viny sih ehehehe. Selesai shooting, "ritual" Viny menatap daerah perkotaan dari bukit pun masih berjalan, dan pasti aku temani dia, modus modus dikit hehehe. Kami bercerita banyak hal, memang sepertinya Viny ini orangnya asik untuk diajak mengobrol. Aku pun tahu banyak hal tentang dia, seperti dia yang tergabung dalam grup JKT48 atau apalah itu dan dia tinggal bersama kedua orangtuanya di daerah dekat Jakarta. Ini berarti tenpat kerjaku dan tempat kerjanya sebelahan, memang jodoh ya. Dia pun juga tahu banyak hal tentangku seperti aku menjadi orang penting dalan peluncuran roket beberapa tahun yang lalu dan bekerja sebagai staf ahli Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi.

Akhirnya tiba waktu akhir rangkaian acara shooting, yang berarti aku akan berpisah dengan Viny sebelum sore hari. Beruntungnya sebelum rombongan berangkat terdapat waktu kosong, sehingga aku mengajak Viny ke atas bukit langganan.

"Jadi gimana Vin selama kamu di sini?"
"Ya gitu deh, tersiksa, tapi asyik, belajar banyak hal."
"Ah kamu bisa karena dibantuin sama aku."
"Enak aja, memar nih tau." (sambil menunjukkan bagian tangan dan kakinya yang memar.).
"Ah cemen gitu aja."
"Yaa gini aja sih aku dah biasa kali. Oh ya kak boleh minta kontak kamu? Kakak megang HP kan."
"Buat apa?"
"Ya kali aja aku bisa minta tolong kakak gitu hehe. Kan kakak orang penting."
"Enak aja, emang aku apaan."
"Yaudah kalau nggak mau, nyebelin." *Sambil ambil posisi siap pergi.*
"Iya iya ini, nggak tau dah baterenya masih ada atau kaga, terserah dah mau situ apain." Sambil memberikan HPku yang sudah terbuka kuncinya.
"Ada paket datanya nggak nih?"
"Pascabayar, paket internet per tahun, dibayarin kantor."
"Yaudah nih kak, kakak bentar lagi selesai kan masa didiknya? Sering-sering chat ya kak." Sambil memberikan HPku yang entah sudah diapakan oleh dia.
"Kamu siapa? Buang buang waktu aja."
"Ih..."
"Eh itu dah mau berangkat tuh. Ayo pergi."
"Eh iya kak, aku pergi ya kak."

Tak banyak yang aku lakukan bersamanya setelah dari bukit itu. Rombongan acara pun pergi dari tempat pelatihan ini. Meninggalkan sejuta harapan bagiku.

"Cieeeeee ehem uhuy uhuy."
"Bacot."
"Gosip baru ea."
"Ga usah ngomong lo kampang."

Itu? Sahabat sebangsatku dari aku masih SMA. Namanya Bimo. Dia juga ikut pelatihan bela negara bareng denganku. Nanti akan aku ceritakan tentangnya.

Two weeks later.

Kini, aku sudah dinyatakan lulus dari pelatihan bela negara. Tentunya kehidupanku sudah mulai normal kembali seperti biasanya. Aku sudah mulai aktif kembali sebagai staff ahli Kementerian Pendidikan dan Riset. Surat ijin kepemilikkan senjata api telah aku pegang beserta Steyr AUG yang menjadi incaranku. Juga yang paling utama dari semuanya adalah kehadiran Viny, yang rencananya malam ini akan menjadi makan malam pertamaku dengannya. Kebetulan dia tidak memiliki acara lain lagi setelah selesai dari kampusnya.

Jam pulang kerja di daerah urbanisasi seperti di daerah Jakarta memang tidaklah manusiawi. Jarak kantorku dengan kampusnya sebenarnya tidaklah jauh, namun jalanan yang tidak masuk akal macetnya ini membuatku stuck hingga satu jam di dalam mobilku ini sebelum sampai tujuan.

*Dah sampe blm?*
*Dah, cari aja di parkiran lobby dpn.*
*Aku dah di parkiran lobby dpn, mobilnya yg mana?*
*Yg paling butut. Cari aja.*

Ya, aku memang belum memberi tahu Viny tentang mobilku. Aku sendiri memiliki banyak mobil. Tetapi yang berada di Jakarta adalah Honda S660, BMW M3 F80, dan yang aku bawa sekarang adalah mobil terbaikku, Aston Martin DB11 V12.

Dari posisi parkir mobilku saat ini, aku dapat melihat Viny sedang kebingungan mencari-cari mobilku. Aku pun iseng merekam tingkah lakunya yang sedang kebingungan dari dalam mobil dan mengaktifkan mode penerbangan di HP-ku supaya dia tak dapat menghubungiku, ya untuk lucu-lucuan saja. Kiranya haru sudah cukup sore, dan dia sudah mulai menunjukkan wajah kesalnya, aku mulai memberikan tanda berupa lampu dim, dan dia membaca tanda ini.

"Lama amat dah." Sambil menonton videonya sedang celingak-celinguk mencari mobilku.
"Auk ah nyebelin."
"Bodo amat."
"Udah ah aku keluar aja, nyebelin banget."
"Ehh jangan dong."
"Hapus dulu videonya. Udah ngasih taunya nggak bener bikin orang kebingungan direkam lagi."
"Nih hapus sendiri." Viny ambil HP-ku sambil cemberut. Duh lucunya.

Sembari dia menghapus video yg tadi, aku mulai mengendarai mobil menuju ke restoran yang telah aku pesan. Jalanan ibukota di jam-jam segini memanglah tidak bisa dimengerti lagi.

Sampai di restoran cukup tepat waktu, pukul setengah tujuh lebih malam, waktu yang sangat cocok untuk makan malam. Kupesan tempat di pojok restoran supaya tak banyak orang yang mengetahui keberadaan kami. Kami duduk lalu memulai obrolan tentang hal-hal random, seperti pengalaman lucu sepanjang hidup, tempat-tempat di dunia, pengetahuan umum, pekerjaan, dan lain-lain. Obrolan ini terus berlanjut saat makanan sudah lengkap.

"Pelan-pelan pak makannya. Udah dua porsi itu."
"Iya kebiasaan di pelatihan, kalau nggak cepet ya kena bentak. Tapi lagi laper juga nih."
"Aku juga laper tapi nggak kayak gitu."
"Laki-laki, beda kebutuhannya. Oh ya itu beneran temen-temenmu di JKT48 pada pacaran? Bukannya nggak boleh ya?"
"Ya sebenarnya sih emang nggak boleh, tapi ya namanya juga cewek, pengen pacaran. Manajemen tau juga dibiarin aja sih. Sekarang ada kok yang udah dilamar."
"Terus fans?"
"Yaaa yang penting nggak ketauan fans aja sih. Susah pokoknya kalau dah pernah ketauan. Berdua kayak gini aja sebenarnya udah bisa bikin masalah sih."
"Lah terus gimana?"
"Ya nggak apa-apa kalau di tempat kayak gini. Temen-temenku yang pacaran biasanya juga kayak gini kok. Kalau mau di tempat yang agak ramean ga boleh berdua doang."
"Berarti ada jokinya dong? Hahaha"
"Hahaha iya. Dulu aku biasanya nemenin kak Lidya sama kak Naomi pacaran sama cowoknya sih."
"Kalau kamu sendiri udah pernah dijokiin belum?"
"Ah aku terakhir kali pacaran pas masih SMA. Masuk JKT48 udah nggak ada waktu lagi buat pacaran. Cuman gebetan doang."
"Nggak pernah ketahuan?"
"Hmm... Aku sih udah pernah. Bego emang, segala di share di Instagram. Jadinya aku yang dihukum. Susah deh pokoknya. Kamu jangan seperti itu ya."
"Tunggu tunggu, berarti sekarang kamu anggap aku gebetanmu?"
"Iya, kamu pasti juga ingin kan?"
"Dih GR"
"Iiiihhhhhhhhh" Viny mencubitku, akunya gesrek dalam hati.

C1-Wzi8-Uc-AABm-HX.jpg

Bulan telah menunjukkan tabirnya, pertanda sudah mulai malam. Jam 9 malam memang sudah cukup malam, tidak terasa memang, saatnya untuk pulang. Namun sebelum pulang, aku mendapat pesan dari Bimo.

"Woi asu bantuin gw mobil gw bannya bocor 2 nyet."
"Mampus lu bangsat."
"Tai lah gw tau lu lg ngebucin tp bantu gue nyet."
*Tau dari mana nih orang*
"Iye iye dimana loe. Loe enak2 abis nyobain meki orang bikin susah orang ae bangsat."
"Tai. Gue disuruh jaga di sini cok. Noh gue kirim lokasi gw."
"Iye iye gue otw, tp ga bs cepet."
"Ajg pacaran mulu bgzt."

Selesai membayar, aku dan Viny masuk ke dalam mobilku, karena aku akan mengantarkannya ke rumahnya. Rumahnya ternyata cukup jauh, sehingga dia pun tertidur di bangku penumpang depan selama perjalanan. Aku bingung bagaimana dia bisa menahan rasa capeknya pergi pulang tiap hari dari pagi hari hingga malam hari, mungkin aku tidak kuat jika harus seperti dia.

Sampai di depan rumahnya, aku pun membangunkannya, walau sebenarnya tak tega melihat wajah capeknya. Sebelum dia meninggalkan mobilku, tiba-tiba dia mencium bibirku yang langsung aku balas. Ciuman yang cukup singkat. Setelah berciuman, dia langsung masuk ke dalam rumahnya, dan aku bergegas ke lokasi Bimo berada.

Lokasi Bimo sekarang kebetulan berada di jalan pulang. Setelah dari rumah Viny, aku pun menuju ke posisi Bimo berada.

"Babi gue dah nungguin loe 3 jam bangsat."
"Gue dah bilang gue ga bisa cepet nyet."
"Ngebucin sih loe."
"Loe tau dari mana dah anjing."
"CIE PACARAN CIEEEE, PASTI SAMA CEWE PAS PELATIHAN KEMAREN. GUE KAN NEBAK AWKAWKAWK."
"BANGSAT YA LOE. GUE BALIK NEH."
"Iye iye dah sini tire repairement kit punya loe."

Bimo tidak membawa ban serep, dia hanya membawa satu tire repairment kit saja. Sementara itu, tire repairment kit hanya bisa untuk 1 ban saja. Selama menuju ke lokasinya aku juga tidak menemukan tukang tambal ban yang masih buka. Ya pantas saja dia minta bantuanku.

Hari sudah berganti, badanku pun sudah letih. Setelah mengawal Bimo ke rumahnya, aku pun langsung bergegas pulang untuk beristirahat. Hari yang bersejarah bagiku.
 
Terakhir diubah:
jadi pingin punya aston martin...

Pakai tuxedo, bawa pistol, pesan Martini "shaken, not stirred." :army:

Alias masa pak Arnes ga piara 1? :)


eh kok seru dah ini wkwkwk mantep ada satu lagi yg bakal jadi langganan nih
Hm, bikin patok dulu
izin tenda dulu ya gan

Silahkan masgan :ampun:


Jadi pengen punya AUG A3..

Polisi RI jaman skrg udh dikasih AUG kok
Kalau pengen daftar polisi aja gan
:D


Ini Viny pas masih di UMN kan?

Iya gan, foto 2015 itu


tau tau cips haha

Cips? :huh:
 
pasti pas dinner sama kak viny tadi pesen nya vesper martini, shaken not stirred, with a touch of lemon peel.

tapi memang kak kanjeng ratu viny cocok kok naik british sports car macam aston martin lalu jadi bond girl. kan kak viny termasuk cewek pintar dan berkelas. the perfect companion for any real british gentlemen.
 
Update kalau sudah berganti hari yaa. Tapi kalau cerita Bego Story update hari ini langsung update part III deh ><

pasti pas dinner sama kak viny tadi pesen nya vesper martini, shaken not stirred, with a touch of lemon peel.

tapi memang kak kanjeng ratu viny cocok kok naik british sports car macam aston martin lalu jadi bond girl. kan kak viny termasuk cewek pintar dan berkelas. the perfect companion for any real british gentlemen.

Ah kamu juga cocok kok Gre naik British sports car, kan kamu pintar dan berkelas :hore:

BTW bukan Bond Girl ya, tapi Dodo's Girl ;)
 
Wah ditinggal sebentar ada cerita baru :matabelo:
Ninggalin jejak dulu, cerita bagus ini :thumbup
 
Part III: Let The Interesting Story Begin

Sudah hampir sebulan sejak makan malam pertamaku dengan dia, dan sejak saat itu juga aku berkomunikasi dengan Viny hampir tiap hari, walau hanya sekedar saling menyapa saja. Sudah cukup sering kita juga makan malam berdua dan jalan-jalan berdua walau hanya di sekitaran daerah ibukota saja. Juga sudah tak terhitung aku menjadi supir taksi online pribadinya. Terkadang aku juga diberikan kecupan manisnya, namun hanya sekejap saja. Terlihat seperti orang pacaran, namun bukan. Aku masih menganggap hubunganku dengan Viny sebatas teman saja. Walau sebenarnya aku ingin lebih dari ini, tetapi dengan begini saja aku sudah bahagia. Tapi tetap aja kalau orang lain tahu aku akan diejek bucin.

Hingga pada suatu hari di jam setengah 5 sore, aku diminta oleh Viny untuk mengantarkannya pulang dari Teater saat aku masih di kantor. Memang semenjak dia mengenalku, dia jadi sering manja minta diantar pulang olehku, dan entah kenapa aku menyanggupinya termasuk yang ini. Padahal aku baru ingat kalau hari ini aku tidak membawa kendaraan karena pagi tadi aku dijemput untuk pergi ke suatu acara. Yaudah lah terlanjur janji dan waktu dah mepet mending jalan aja jemput Viny terus jalan kaki sampai ke rumah untuk ambil mobil, kebetulan rumahku tidak jauh ini.

"Yuk berangkat."
"Ayo." Aku berjalan ke pintu keluar.
"Loh kok ga ke parkiran basement?"
"Aku ga bawa mobil, mobilku di rumah, rumahku dekat dari sini. Aku lupa tadi pagi aku dijemput kantor."
"Ih terus gimana? Ga mau ah."
"Aku dah bawa topi dan masker, kalau ga mau ya yaudah."

Mau tak mau, dia pun ikut penawaranku. Wajahnya pun terlihat raut muka bete, tapi aku ga pedulikan itu.


Perjalanan sudah hampir sampai, dan pada saat itu juga hujan tiba-tiba turun dengan deras tanpa tanda. Memang alam sudah edan, nyusahin orang aja. Kami pun langsung duduk berteduh di bawah halte bus terdekat yang lumayan sepi, tetapi pakaian kami sudah terlanjur basah terkena hujan.

"Tau gini mending sendiri aja naik bis." Sambil cemberut
"Iya iya aku minta maaf. Namanya juga lupa."
"Auk ah."

Ya, sepertinya mood-nya sedang rusak kali ini. Alhasil kami pun diam untuk beberapa menit. Aku pun mencoba untuk mencairkan suasana dengan memanggil namanya, namun dia tidak merespon. Muka bagian bawahnya dia tutupi pakai tas selempangnya yang cukup besar dengan gaya duduk yang membungkuk sambil memeluk tas.

Cukup lama dan deras hujannya. Sampai aku merasa kedinginan. Viny juga terlihat badannya mulai menggigil, yang membuatku merasa amatlah bersalah. Kebetulan aku memakai jaket kulit, dan saat sampai di halte sudah langsung aku pakaikan jaketku kepada Viny. Tapi memang hujan kali ini sangatlah dingin. Kiranya hujan sudah mulai mereda dan hari sudah mulai malam, aku coba untuk lanjutkan perjalanan.

"Vin, ini dah mau malam, sudah mulai reda juga. Rumahku dari sini dekat, jalan sedikit lagi udah sampai. Jalan lagi ya."

Viny hanya merespon dengan tatapan matanya yang mengarah kepadaku. Entah maksudnya apa, tapi aku menganggap dia setuju. Aku tarik tangannya sambil berjalan menuju ke arah rumahku.

"Ih pelan-pelan dong."

Akhirnya dia bicara juga.

Suasana sudah mulai memasuki waktu maghrib saat sampai di rumahku. Rumah yang banyak orang bilang sangat berlebihan untuk satu orang saja. Aku membuka pintu rumah dan kami masuk ke dalam lalu menutup dan mengunci pintu. Pakaian Viny yang super basah pun membuat payudaranya terjiplak dengan jelas pada bajunya, dan entah mengapa birahiku naik.

"Vin..."
"Iya?"

Tanggapan itu langsung aku balas dengan melakukan french kiss kepadanya dengan perlahan. Dia tidak menolak, malah membalasnya dan mengalungkan kedua tangannya ke leherku. Bibirnya sangat lembut, jauh lebih lembut daripada gadis-gadis yang telah aku telah eksekusi sebelumnya. Walau sekarang aku yang mendominasi, namun aku tetap menjaga tempo ciuman kami tetap pelan. Aku ingin merasakan tiap senti bibirnya itu yang sensasinya membuatku mabuk, mabuk cinta dan birahi yang amat luar biasa. Lidah kami saling beradu pelan, dan kami saling bertukar air liur kami, sehingga aku merasakan air liurnya yang manis itu.

Lima menit kami berciuman, aku dorong perlahan tubuhnya sambil menjaga ciuman untuk bersandar di tembok. Tangan kananku menyangga tubuhku ke tembok supaya kami tidak bersentuhan, sementara tangan kiriku mulai menjamah dadanya yang kecil namun cukup kenyal itu. Aku memang sudah pernah merasakan buah dada yang jauh lebih besar dibandingkan ini. Mungkin ini ukuran untuk anak SMP dan SMA, namun buah dada seperti ini terasa sangat pas bagiku. Rasanya samgat kenyal namun tetap lembut, terbaik lah pokoknya. Setelah puas meraba-raba seluruh bagian dadanya, aku mulai meremas pelan dada bagian kanannya.

"Kak... Ah..."

Terdengar desahan pelan Viny. Viny pun melepas ciuman kami. Tangannya pun langsung dilemaskan dan turun menjuntai ke bawah. Sementara itu, bibirku langsung aku arahkan untuk menjamah lehernya dari bagian kirinya. Kurasakan lehernya yang cukup jenjang itu dengan bibirku. Viny hanya bisa pasrah sambil terus mendesah menikmati rangsangan birahinya itu, yang cukup untuk membakar membuatku kehilangan akal sehat. Aku memang hanya mencium pelan sekaligus menjilatinya sedikit-sedikit pada leher jenjangnya karena aku tidak pernah tertarik dengan cupang mencupang.

Hampir sepuluh menit kami dalam posisi seperti itu. Aku mulai melepaskan tanganku dan mulai menjamah bagian selangkangannya. Akan tetapi sebelum tanganku sampai di selangkangannya, dia menepis tanganku.

"Aku belum bisa..."
"Tidak apa-apa Vin."
"Maafkan aku kalau kamu kecewa."
"Bukan kamu yang harus meminta maaf, seharusnya aku. Aku yang memulainya. Maafkan aku Vin. Aku hampir khilaf."
"Iya tidak apa-apa kok."

Setelah itu kami diam tanpa merubah posisi, alias kami sedang dalam posisi kikuk. Aku masih fokus menatap wajahnya sementara dia mulai memalingkan bola matanya menghadap arah lain.

Here, the moment of truth begin...

"Vin, aku ingin berbicara."
"Iya."

Aku menarik nafas panjang.
"Di depan kamu sekarang, ada seorang lelaki yang sudah bertahun-tahun hanya merasakan cinta dan kasih sayang dari kedua orangtuanya saja. Ya, itu aku.
Setiap hari, hati ini selalu terasa ada yang kurang. Rasanya selalu merasa sendirian tiap kalinya.
Namun, ketika aku memasuki kelasmu dulu, aku menemukan bagian hatiku yang aku cari-cari selama ini, dan itu adalah kamu. Kamu yang sekarang sedang berada di depanku.
Vin, aku ingin hubungan kita menjadi serius. Maukah kamu menjadi teman hidup dan matiku?"

Viny tampak senang, raut mukanya menunjukkan ekspresi tidak percaya.

"I.. i.. iya."

Wajah senang Viny berubah menjadi haru setelah mengucapkan kata tersebut. Terlihat jelas dari dari matanya yang mulai merah dan mengeluarkan air mata. Sementara itu, aku yang mendengar ucapan itu lalu memeluk Viny erat-erat. Dada kami saling menempel dan kepala Viny berada di bahu kananku begitu pula sebaliknya.

"Aku sebenarnya nungguin kakak. Kakak orang yang baik. Kakak orang yang kerja keras. Kakak orang yang tetap rendah hati walau kakak punya segalanya. Kakak orang yang berwibawa. Pokoknya aku suka sama kakak dari saat masih di pelatihan. Aku dah mulai capek nunggu hampir 5 bulan buat kakak ngomong ini ke aku."

"Aku sebenarnya sudah menyukaimu saat aku masuk ke kelasmu dulu, tapi selama itu juga aku merasa kurang percaya diri. Baru tadi saja aku berani. Eh tapi kenapa kamu ga nembak aku aja?"

"Iihh masa cewe nembak cowo."
"Laki-laki akan merasa kurang percaya diri di depan perempuan idamannya. Tapi yaudah lah."
"Terus kakak kapan masuk ke kelasku?"
"Dulu pas kampusmu lagi akreditasi, aku masuk ke kelasmu. Aku sendiri juga lupa tepatnya kapan, tapi masih ada bukti fotonya kok."

Lalu aku melepaskan pelukan ini. Kami berdua sekarang saling berhadapan.

"Vin, mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan 'kakak' ya."
"Terus apa? Aku panggil kamu 'Sayang' yaaa."
"Terserah kamu lah. Eh iya kamu bawa baju ganti?"
"Engga yang. :("
"Yaudah kamu mandi dulu sana. Ada air hangat. Nanti kamu pakai aja dalaman dan daster ibuku yang ada di sini."
"Ih masa pakai baju ibu-ibu."
"Kamu kalau ga mandi terus ga ganti baju nanti kamu sakit. Pula, pakaian yang kamu pakai juga sejenis dengan daster juga kan? Kamu akan jadi ibu bagi anak-anak kita kelak juga."

Viny tidak bisa mengelak. Setelah aku ambilkan daster dan dalaman untuk Viny, dia langsung menuju ke kamar mandi utama yang aku sendiri jarang memakainya.

"Handuk, sabun, shampo semuanya udah ada di dalam ya."
"Iya, awas kamu kalau ngintip ya."
"Ya aku kan juga mau mandi."

Viny langsung menutup pintu kamar mandi, dan aku juga langsung bergegas untuk mandi di kamar mandi dalam kamarku. Selesai mandi, aku langsung menuju ke dekat kamar mandi utama, tapi Viny masih mandi dan sepertinya masih lama.


Sembari menunggu Viny selesai mandi, kuputuskan untuk menyalakan komputerku dan memainkan lagi game online MMORPG yang terakhir aku mainkan. BTW di rumahku ada kamar yang sengaja aku buat menjadi ruang khusus komputer dan kerja, supaya tidak menjadi satu dengan kamar tidur. Sudah hampir 10 tahun semenjak login terakhirku, aku ingin bernostalgia.

Sejauh ini memang terjadi penurunan jumlah pemain secara drastis, terlihat dari sepinya pemain di daerah monster. Meski demikian, daerah kota untuk transaksi tetap ramai. Akan tetapi, banyak sekali perubahan selama aku tinggalkan. Karakterku yang dulu sangat disegani dari segala aspek sekarang sudah menjadi standar untuk para pemain. Inflasi yang terjadi cukup parah, harga barang-barang juga hancur. Ya bisa dibilang sekarang karakterku sudah bukan apa-apa lagi, sudah jadi miskin. Aku juga melihat daftar teman-temanku. Semuanya sudah pensiun juga, terlihat dari waktu terakhir online yang rata-rata 4 sampai 5 tahun yang lalu. Namun, sudah hampir 10 tahun tidak online tapi aku belum diputuskan oleh pacar in-game-ku ini, yang terakhir kali online 4 tahun yang lalu.

Saat sedang asik berkeliling dalam game, Viny ternyata sudah selesai mandi dan langsung menyamperiku dari belakang. Dia pun mengambil kursi kosong yang ada dan duduk di sampingku.

"Kamu main juga? Masih ramai ya?"
"Dulunya iya, tapi dah lama pensiun. Sekarang mau nostalgia lagi. Sekarang sih dah sepi."
"Aku dulu juga main, tapi udah pensiun juga. Udah mulai bosen ga asik lagi."

Viny memandangi layar komputerku sejenak, hingga akhirnya dia menyadari sesuatu.

"Eh kamu yang punya karakter ini?"
"Iya."
"Iiihhh coba lihat dulu karakter kamu pacaran sama siapa."
"Nih."
"Ini kan karakterku. Jadi kamu selama ini ya? Kamu ke mana aja? Kamu pergi menghilang ga ada kabar ga ada jejak. Padahal kamu udah janji kalau kita akan ketemuan. Aku sabar nungguin kamu online lagi, tapi ga online juga." Ucap Viny dengan nada ngomel-ngomel kecewa.
"Ya kan sekarang kita sudah bertemu."
"Tapi kenapa ga ada kabar sama sekali sih?"
"Oh ya kamu belum pernah aku ceritakan tentang masa mudaku ya?"

Aku bercerita panjang lebar soal diriku dulu yang selalu tersisihkan dan menjadikan game online sebagai pelarian dan mengapa aku bisa jadi seperti ini. Viny pun tak kuasa menahan tangis saat aku bercerita.

"Jadi, kamu mengerti kan?"

Viny langsung berdiri dan langsung memeluk diriku yang sedang duduk.

"Iya, aku paham. Maafkan aku juga."

Pelukan kali ini tidak terlalu lama. Ya tidak apa-apa sih, pelukan dengan posisi menungging memang cukup melelahkan. Akan tetapi, aku tak merasakan dia memakai dalaman. Lelaki mana yang tidak naik birahinya jika dihadapkan dalam kondisi seperti itu? Dalam posisi ini, aku berdiri dan mulai mencium bibir Viny yang teramat lembut ini. Viny pun menyambut terjangan mulutku ini, sehingga aku dapat menikmati tiap centi bibirnya yang manis nan memabukkan ini.

Lima menit kami berciuman, dia melepaskan ciumannya.

"Kamu boleh pegang bagian manapun, tapi hanya sebatas itu. Jangan membuka bajuku. Aku masih belum siap."

Aku mengangguk, tidak menjadi masalah bagiku. Aku mulai meraba bagian pantatnya dari luar dasternya. Begitu aku mulai bermain dengan bongkahan pantatnya, terasa amat kenyal, dan Viny mulai meleguh. Kemudian aku melanjutkan tanganku ke bagian pahanya, terasa amat mulus dan lembut sekali. Viny juga mulai mengelus penisku dari luar celana pendekku. Tetapi baru beberapa elusan, aku memberhentikan permainanku.

"Dari luar aja ya, sama seperti kamu."

Sepertinya Viny sedikit kecewa, namun dia tetap melanjutkan permainannya. Kami melakukan ini tidaklah lama, hanya sekitar tiga menit sebelum aku menyadari waktu sudah menunjukkan pukul 19.00.

"Eh Vin kamu pulang gih. Udah malam. Kamu ga dicariin orang tua kamu?"
"Eh iya yang. Tapi aku ga mau jalan kaki ya."
"Jelas lah."
"Eh iya yang kamu ada plastik baju kotor ga?"
"Tenang ada kok. Aku ambilin ya."
"Tapi aku lapar yang." Mukanya manyun.
"Eh iya kita belum makan malam ya. Masak yuk. Aku ada udang dan cumi beku. Kamu ga alergi makanan laut kan? Bumbu-bumbu sih ada lengkap."
"Enggak kak."
"Yaudah paling sama bikin cap cay biar lengkap. Kamu bantuin ya."

Aku memang sudah biasa memasak makanan sendiri. Makanya di dalam rumah selalu siap bahan mentah siap untuk diolah. Pernah hidup susah membuatku belajar banyak hal.

Kami menuju ke dapur, dan mulai memasak. Aku menyiapkan cumi dan udang sementara Viny memasak nasi dengan magic jar dan menyiapkan sayuran dan bumbu-bumbu. Kami memasak bersama, supaya cepat jadi.

Makanan siap, dan kami langsung menyantapnya di meja makan. Viny duduk berhadapan denganku, yang biasanya diisi dengan pigura fotonya saja. Adanya lilin dan minimnya cahaya membuat suasana menjadi romantis.

Setelah beres, aku mengantarkannya pulang dengan F80. Tentunya kondisi yang super kentang tadi membuat ku tak tahan lagi. Apalagi aku sudah tidak "jajan" lagi dari awal masuk bela negara. Balik dari rumah Viny aku putuskan untuk check in 1 malam di hotel langganan.
 
Terakhir diubah:
wagelaseh punya hotel langganan.
hmm..
siapa ya yang jadi langganan nya...
menarique:baca:

Suhu yang satu ini sepertinya kebanyakkan baca FF JOT jadi mucikari membre ini ><

Ga ada kok, Dodo kalau main sama WP cuman nyelupin aja, ga seru kalau diceritain ><
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd