Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
"Kakak gak kedinginan?"
"Aku suka dingin, apalagi tadi kan abis dihangatin kamu"
-------------------
"Apakah kamu sudah pernah?"
"Ini bukan pertama kalinya kak"
-------------------
"Dani butuh antibiotik supaya lukanya cepat pulih, jika tidak aku takut nyawanya terancam"
"Kita harus cari obat itu"
-------------------
"Tolong turunkan senapan kalian"
"Kami tidak ingin melawan, kami hanya ingin cari obat"
-------------------
"Gak usah bohong kak, aku tahu semuanya kok"
"Hah?"
Episode 04 : Where Are We Going
Apdet setelah F1 GP Monaco

NB: Mohon maaf karena kesibukan, ane gak bisa apdet cepet-cepet. Tapi untuk episode ini ane udah proses nulis kok hehe.
Oh iya hari ini MotoGP Prancis ya, palingan Marquez lagi yang menang ya haha, semoga aja Rossi maennya bagus.
 
4. Where Are We Going

Malam telah menjelang, aku sekarang berada di posisi depan menyetir mobil ini. Disampingku, Galang sedang mengisap rokoknya, dia hanya diam saja sambil menatap ke depan.

"Asepnya jangan disembur ke depan lah, kasian yang lain" kataku.

"Oh iya maaf Din hehe" balasnya.

"Masih ada kan rokoknya?" tanyaku.

"Ada 6 batang sih, jangan khawatir wkwk" jawabnya. Kubalas dengan acungan jempol "zeeb dah sisain buat gw"

"Sisain buat gw juga" terdengar suara Dani.

"Gak boleh rokok-an dulu kamu ya, kan kakimu masih terluka gitu" kata Aya.

"Apa hubungannya jir?" kata Dani.

"Setauku gak ada hubungannya deh hahaha" balasku.

Kami tertawa bersama. Seakan-akan lupa akan kejadian sebelumnya yang nyaris mengambil nyawa kami. Mobil ini terus berjalan, kulihat jalanan yang hanya tersinari lampu mobil dan sinar bulan, jalan ini begitu sepi bahkan aku tak menemui mobil satupun. Malah beberapa mayat hidup yang sempat menghalangi jalan namun untungnya kita dengan mudah menghindar.

"Eh apaan tuh?" kata Galang.

"Panser??" benar, aku melihat sebuah kendaraan panser.

Kendaraan itu berhenti di tengah jalan, tampak terbengkalai.

"Kita berhenti sebentar gimana? siapa tahu ada barang-barang yang berguna didalam" kata Galang. Aku setuju saja karena bisa aja didalamnya terdapat senjata.

"Okelah, tapi jangan lama-lama"

Aku dan Galang turun dari mobil menuju panser itu, dengan menggunakan senter kuperhatikan sekeliling tampak banyak mayat-mayat tentara bergelimpangan.

"Semuanya mati Din" kata Galang mengecek kondisi mayat tentara itu.

"Setidaknya kita bisa mengambil ini" Galang membawa senapan SS2 dari mayat tentara itu sambil mengokangnya.

"Din ambil semua amunisinya"

"Siap"

Aku mengambil beberapa magasin baik kosong maupun yang masih ada pelurunya walaupun aku lebih sering menemukan yang kosong.

KRAKK


"Buset Gal, ngagetin aja lu" ternyata suara pintu panser yang dibuka Galang.

"Maaf haha" balasnya tertawa.

"Eh Din tolong cek dalam, aku jaga dari luar"

"Ok"

Aku masuk kedalam panser itu, kuarahkan senter ke segala arah, kutemukan dua mayat tentara didalam. Aku kembali menemukan beberapa senapan SS2 dan pistol jenis Glock.

"Banyak juga senjata didalam"

"Ambil aja pelurunya, senjatanya sejenis semua kok"

Aku menurut perintah dari Galang, kukeluarkan magazine pistol dengan cara menekan tombol release yang letaknya dekat pelatuk. Beruntung sekali aku menemukan banyak peluru.

Setelah beres aku bergerak menuju keluar.... AHHHHHHH

"GGGRAAAHHHH" Sialan! mayat hidup tentara itu memegang tanganku. Aku berusaha untuk melepaskan namun aku kesulitan.

"Galang, tolong"

"Anjing, ternyata ada yang masih hidup"

Mayat hidup itu berusaha menggigit tanganku, kutendang kepala mayat itu namun tidak memberi efek berarti. Mayat itu semakin beringas.

"GGGRAAAHHHH"

Galang menarik kaki mayat hidup itu, menyeretnya keluar. Aku terlepas dari cengkraman mahkluk itu. Aku langsung keluar dari dalam kendaraan panser itu.

Kulihat Galang dengan mudah memukul kepala mayat hidup itu dengan gagang senapan berkali-kali hingga banyak darah yang keluar.

Brak! Brak! Brak!


"Kamu gak apa-apa Din?" kata Galang sambil terus memukul mahkluk itu.

"Iya aku gak apa-apa"

"Udah mati Gal, gak usah digebukin lagi" kataku.

Kulihat tubuh mayat hidup yang berwujud tentara ini, masih menggunakan pakaian lengkap dengan armor vest dan helmnya. Mukanya hancur akibat hantaman gagang senapan Galang.

"Ada apa?" Terdengar suara Anin sambil membawa senapannya.

"Tadi Dino diserang mayat hidup ini, untung saja sudah aku bereskan" kata Galang.

"Oh oke, jadi apa yang kamu temukan disini?" kata Anin.

"Ngumpulin senjata sama peluru haha" kataku.

"Yuk ah cabut, nanti diserang mayat hidup lagi" ajak Galang.

-------------------------

"Tadi ngapain aja disana kak?" kata Citra yang sekarang berada disampingku, Galang gantian yang menyetir mobil ini.

"Ngumpulin senjata sama peluru doang haha" balasku.

"Kamu gak apa-apa kan?" tanya dia.

"Iya gak apa-apa kok"

Citra bersender di bahuku.

"Aku ngantuk kak"

"Yaudah tidur aja"

Aku mengelus rambutnya yang halus, Citra hanya tersenyum sambil mencoba menutup mata.

"Eh guys, coba lihat"

"Apaan?"

"Gimana? Kita bisa beristirahat disana" kata Galang sambil menunjuk sebuah rumah dan sebuah gudang. Tampaknya mobil ini sudah memasuki daerah pedesaan.

"Kita periksa aja dulu" kata Aya.

"Oke" kata Galang.

Singkatnya, kami memutuskan untuk memeriksa tempat itu. Aku turun dari mobil bersama Galang, Anin dan Aya.

"Cek gudang itu Din, aku sama Anin cek bagian rumah" kata Galang.

"Oke"

Aku memeriksa gudang yang bisa dibilang cukup besar ini, tampaknya pintunya bisa dibuka. Aku coba untuk membuka pintu.

Krieekkk

Gelap sekali, sepertinya tak ada lampu di dalam.

"Aya, kamu jaga diluar ya"

"Oke"

Aku menyalakan senter, kuperhatikan sekeliling isi gudang ini. Aneh. Gudang ini bersih sekali, terdapat beberapa karung beras di sana-sini, aku mencari-cari sebuah saklar untuk menyalakan lampu namun aku tak menemukannya.

"Gimana kak?" Kata Aya.

"Aman kok, masuk aja kalau mau" balasku.

"Gede juga tempatnya" kata Aya sambil membawa senter.

"Iya, muat buat orang banyak hehe" balasku.

"Gimana Lang?"

"Sial, rumahnya tertutup, aku tak bisa menjebol pintu sama jendela" kata Galang.

"Berarti sudah pasti tempat ini ditinggal yang punya" kataku.

"Benar sekali, ya sudah kita istirahat disini dulu"

Singkatnya, kami memutuskan untuk beristirahat di gudang ini, aku membawa beberapa tas berisi makanan dan perlengkapan lainnya. Untungnya di gudang ini ada semacam kain terpal yang besar, bisa digunakan untuk alas tidur.

-----------------------------------
GLEDARRRR JEDUERRRR

Hujan turun sangat deras, beberapa kali kilat menyambar yang dibarengi dengan suara guntur yang cukup keras. Aku melihat fenomena alam ini dari jendela, aku berada di atas loteng gudang ini sendirian. Ya, aku memang suka menyendiri. Selain itu aku paling suka memperhatikan hujan dan menikmati suaranya. Menurutku hujan itu membawa ketenangan hehe.

"Kak Dino" terdengar suara Citra.

"Eh Citra" balasku.

"Kok gak tidur?" Tanyaku.

"Gak bisa tidur, lagian sempit banget tempatnya hehe" balasnya.

"Mereka udah pada tidur?"

"Iya kak"

"Yaudah tidur aja disini bareng aku hehe"

"Gak apa-apa?" Tanya Citra

"Iya, gak tak apa-apain kok kamunya" balasku.

"Hayoo apa maksudnya?" balas dia sambil tersenyum.

"Eh emmmmm...."

"Kak"

"Iya?"

"Gede banget petirnya" kata Citra.

"Hehe iya, kenapa?"

"Aku jadi takut, misal petirnya nyambar kesini gimana"

"Heh, ya gak bakal lah wkwk"

"Iya sih kak wkwk" Citra tertawa karena perkataannya sendiri.

Sejenak kami terdiam, menyaksikan pemandangan hujan lewat jendela bak sebuah televisi, aku menoleh kearah Citra, dia tetap melihat jendela.

"Kenapa kak?" kata dia.

Aku dan Citra saling berpandangan, dengan diiringi guyuran hujan yang semakin deras. Muka kami semakin mendekat. Aku tahu sinyal ini, kuberanikan untuk menciumi bibirnya yang seksi itu. Benar saja, dia membalas ciumanku. Dia mulai mengait lidahku di sela-sela cumbuan ini.

"Emhhhhh emmmhhhh"

Kami saling mendesah, bibir saling mengadu dan berpagut, aku coba untuk menghisap air liur Citra dari mulutnya, tak ada rasanya namun aku tetap melakukannya. Dan tampaknya Citra membalas kelakuanku.

"Sllrrpppp"

Setiap aku melakukan hubungan badan, terutama saat berciuman, aku selalu menghisap air liur wanita. Entah aku memang senang aja melakukan hal itu.

Cukup lama kami bercumbu ria, sampai tak sadar tubuhku sudah terjatuh ke bawah, posisi Citra berada di atas tubuhku. Kami melepas bibir yang sudah berlumur air liur. Dengan spontan aku langsung menyerang bagian lehernya yang jenjang dan putih bersih.

"Ahhhhhhh kak Dinoo"

Jelas dia mendesah, aku dengan pelan menjilati lehernya, meninggalkan garis liurku sendiri. Setelah itu aku mulai menggigit kecil lehernya, tidak keras-keras.

"Kakk, sakitt ughhhhh"

"Kamu menikmati kan?" Tanyaku.

Dia menggangguk saja sambil tersenyum. Ah senyumannya bikin aku makin terangsang. Kulanjutkan mencumbu bagian leher dan sekarang menuju telinga, yang aku tahu adalah bagian sensitif wanita pada umumnya. Kumainkan telinganya dengan lidahku, pelan saja, Citra mendesah kembali kali ini cukup keras

"Ahhhhhh kak"

Untung saja hujan pada malam ini sangat deras sehingga suara desahannya tidak terdengar jelas. Tubuh Citra berguncang, tampaknya dia menikmati permainanku. Dadanya sekarang bergesekan dengan dadaku. Kedua tanganku bergerak menuju pinggangnya, mencoba untuk membuka kaos hitamnya.

"Boleh?" Tanyaku.

"Gak apa-apa, aku percaya sama kakak" balasnya.

Spontan aku menyingkapkan kaos yang dikenakan Citra, kuelus bagian pinggangnya, halus sekali. Dan akhirnya kaos itu sudah jatuh kebawah, memamerkan tubuh mungilnya yang masih terbalut sebuah bra hitam.

Indah sekali.

Tubuhnya mulus tanpa cacat, apalagi bagian perutnya yang rata dan seksi. Aku terkesima dengan pemandangan ini.

"Kenapa kak?" tanya dia memecah keheningan.

"Indah sekali Citra" balasku.

"Masak sih? Hehe"

"Iya bener"

"Makasih kak" balasnya sambil tersenyum, ah itu lagi. Tolong lah sekali-kali jangan tersenyum ke arahku dong Cit hehe.

Jujur aku paling gak tahan saat melihat perut wanita, apalagi kalau menggunakan pakaian yang memamerkan bagian perut. Selama aku bermain dengan wanita, aku selalu memanjakan bagian ini terlebih dahulu sebelum menuju hidangan utama.

Dengan perlahan aku mulai mengelus kulit perutnya dengan kedua tanganku, halus sekali. Citra tampak kegelian akibat aksiku ini, mungkin titik sensitifnya juga ada disini. Selanjutnya aku menjilati perutnya mulai dari bagian atas sampai ke area pusarnya yang imut.

"Kak geli"

Mendengar responnya, aku semakin intens menjilati, sesekali kugigit kecil pusarnya.

"Kakkk ughhhh"

Citra mulai menggesek-gesek bagian kemaluanku dengan selangkangannya, tampaknya dia sudah ngasih lampu hijau. Aku berusaha untuk melepaskan celana panjangku.

"Bentar Citra, lepas celana dulu"

Sekarang celana panjangku sudah terlepas, tinggal celana dalamku yang masih menempel. Tanganku mulai menggeliat ke belakang berusaha untuk melepas tali bra hitam milik Citra. Mudah saja melepaskan talinya.

Bra itu terlepas.

Dan tampaklah buah dadanya.

Sialan! Ini indah banget!

Aku perhatikan sejenak salah satu bagian tubuh wanita yang paling disukai kaum pria ini, buah dadanya memang tak terlalu besar dan tak terlalu kecil, proporsional kalau bisa dibilang. Namun tetap saja aku terpana melihat keindahan ini.

"Jelek ya?"

"Enggak, ini bagus banget Cit"

"Kakak muji mulu hehe"

"Ya gimana ya, tapi jujur sih" balasku.

Tanganku sudah bersiap untuk memainkan bukit kembar milik Citra.

"Boleh...."

"Kan aku udah bilang kak, silahkan aja aku percaya sama kakak" kata Citra. "Anggap saja sebagai imbalan kakak yang sudah beberapa kali lindungin aku" tambahnya.

"Tetapi aku gak mengharapkan imbalan" balasku.

"Udah kak lanjutin aja hehe" Citra tersenyum. Ah! Aku tak tahan.

Kuletakkan tanganku di payudara sebelah kiri, kuremas pelan. Sudah kuduga Citra langsung mendesah.

"Ughhhhhh kak....."

Jemariku mulai bergerak-gerak memijat kulit payudaranya, halus banget seperti sutra. Aku tak tahu kenapa kulit tubuh Citra bisa sehalus ini. Setelah itu jemariku bergerak menuju putingnya yang imut sekali, tampaknya dia belum pernah terjamah oleh lelaki manapun selain aku.

Setelah melakukan proses pemijatan, kudekatkan kepalaku ke payudara sebelah kanan, kucium putingnya dan lidahku bergerak-gerak di putingnya, sedangkan tanganku tetap meremas-remas payudara bagian kiri. Tubuh Citra kembali bergetar, mulutnya mengeluarkan desahan-desahan erotis, suaranya seksi sekali.

"Aghhhhh Ahhhhhhh"

"Geliiiii kakkkkk aghhhhhh"

Mungkin sekitar lima menitan aku memanjakan payudaranya dengan remasan dan jilatan yang lembut. Aku memang tak suka membuat gigitan atau cupangan di bagian tubuh wanita karena menurutku akan mengurangi keindahan tubuh wanita itu sendiri. Aggghhhh. Tangannya mulai bergerak memijati selangkanganku!

Serangan itu begitu tiba-tiba, sampai aku mendesah karena ulahnya.

"Aghhhhh Citraaaaa"

Tubuhku bergetar menikmati pijatan demi pijatan dari tangan Citra, walau selangkanganku masih terbalut celana dalam namun ini sangat nikmat.

Aku tak mau kalah, dengan cepat tanganku mulai bergerak meremas pantatnya, Citra memiliki pantat yang kencang dan mungil, kuremas bagian ini sebagai balasan dia meremas kemaluanku, lalu aku mencoba melepas celana panjangnya, Citra tahu, dia membantuku melepaskan celananya. Dan tampaklah daerah selangkangkan yang tertutup celana dalam berwarna hitam. Aku semakin terangsang melihat pemandangan indah ini. Perlahan kulepas celana dalamnya.

Ah itu!

Tampaklah belahan kemaluannya yang tertutup rambut tipisnya. Tak kalah indah!

Kulepas celana dalamku, dan akhirnya batang kemaluanku telah terbebas dari sangkarnya, lega sekali. Kembali aku dan Citra berciuman sambil bermain lidah dan sesekali tanganku mulai meremas payudaranya lagi.

"Citra"

"Iya kak?"

"Apakah kamu sudah pernah?" Tanyaku

"Ini bukan pertama kalinya kak" katanya lirih.

Agak kecewa sebenarnya, aku tak dapat merenggut selaput daranya, namun aku langsung membuang jauh-jauh perasaan ini.

"Aku percaya sama kakak, kakak orang yang baik-baik" katanya.

Aku tersenyum, lalu kembali mencium bibirnya.

"Aku masukin ya" kataku yang dibalas dengan anggukannya.

"Pelan-pelan kak, punya kakak besar" kata Citra. Ah! Dia memuji kepunyaanku hehe.

Aku melebarkan kaki Citra yang jenjang itu, dan aku mulai menempelkan batang kemaluanku ke bibir kemaluannya yang sudah basah karena aksi foreplay yang aku berikan tadi. Kugesek-gesek bibir kemaluannya.

"Kakkk agghhhhhh gelliiiiii"

Responnya positif, aku melanjutkan proses gesek-menggesek bibir kemaluannya. Aku memang selalu melakukan ini dengan wanita yang kutiduri, termasuk mantanku dulu.

Ah! Sebenarnya bukan mantan sih

Never mind.


"Kok gak dimasukin ughhhbh"

"Ini aku masukin Citra" balasku

"Pelan kak Dinoo"

Aku mulai memasukkan batang kemaluanku, pelan saja.

"Aaaahhhhhhhh kakkkkk"

Ah! Apaan ini! Sempit banget! Kemaluanku langsung diremas-remas padahal baru setengahnya masuk.

"Ahhhh Citraaa, sempit banget"

"Punya kakak yang gede, ahhhhhhhh"

Kami saling mendesah merasakan kenikmatan duniawi. Aku mulai menggerakan selangkanganku, merogoh-rogoh dinding kemaluannya yang sempit dan basah. Citra berkali-kali melenguh.

"Ughhhh kakkk geliii bangettttt"

"Terussss ughhhhh"

Dengan perlahan aku mulai menaikkan tempo, batang kemaluanku semakin intens menggesek rongga kemaluan Citra. Aku kembali menciumi bibirnya yang dibalas dengan cumbuannya, intens sekali. Sesekali bibirku beralih ke leher dan menjilati bagian itu. Pinggul Citra sekarang mulai bergerak mengimbangi gerakan selangkanganku.

"Kakk aghhhhh ahhhhhh"

Desahan dan lenguhan keluar dari bibir Citra. Dia tampak bahagia sekali.

"Sshhhhhh ughhhhhh"

"Kakkk tambahin aghhhhhhh"

Tampaknya Citra semakin menikmati gerakanku. Kupercepat gerakan kemaluanku.

Tak berapa lama.....

"Kakkkk akkuuuu mau pipiisssss aghhhhh aghhhhhh"

Mendengar perkataaan seksinya, kupercepat gerakan selangkanganku hingga berbunyi cukup keras.

Plak plak plak

"Kaaakkkkk aku pipisssss agggghhhhh ahhhhhh"

Tubuh Citra bergetar hebat, aku langsung menciumi bibirnya supaya dia tidak berteriak, kemaluannya berkedut hebat hingga aku merasakan cairan kemaluannya menyembur membasahi batang kemaluanku yang tertanam dalam. Citra orgasme. Tubuh mungilnya sudah penuh dengan keringat, dadanya membusung dan putingnya yang mungil mengacung tegak. Kulepas batang kemaluanku dari lubangnya dan cairan itu langsung mengalir membasahi lantai gudang beras ini

"Hahhhhh hahhhh kakkk nikmat sekalliii"

"Iya Citra, nikmat sekalii" balasku.

"Lagi kak" katanya lirih

"Kamu gak capek?"

"Ya aku kan udah keluar, kakak belum hihi" katanya sambil terkekeh "aku sangat menikmati, tolong lakukan lagi"

Okelah kalau itu maumu, Cit.

Kami kembali saling berpagutan, seperti biasa bertukar ludah dan bermain lidah, sepertinya Citra sudah terbiasa dengan kebiasaanku ini. Kedua tangan Citra mengalungi leherku, bersiap untuk penetrasi kedua.

"Siap ya"

Kemaluanku kembali masuk dan mulai kembali menggesek-gesek rongga kemaluan Citra.

"Ahhhhhh kak Dinooooo"

Kupercepat gerakan selangkanganku, sesekali aku melakukan gerakan memutar. Citra juga mengikuti gerakan selangkanganku, ia mengangkat pinggulnya untuk mempermudah proses penetrasi.

"Aghhhhh sempit banget sihhh" desahku menikmati rongga sempit kemaluan Citra.

"Kemaluanmu nikmat sekali aghhhh Citraaa, kamu sering senam kegel ya aghhhhh"

Dia tak menjawab, hanya suara lenguhan seksi yang keluar dari mulutnya.

Sekitar lima menit, tubuh Citra kembali bergetar, dadanya membusung kembali.

"Kakkkkk akuuuu pipiiissss lagiiii kyaaaaaa ahhhhhhh"

Citra meraih orgasmenya kembali, kemaluannya meremas batangku keras sekali dan kurasakan cairannya menyembur membasahi selangkanganku.

Namun aku tetap menggenjot kemaluannya walau Citra sedang orgasme. Aku juga ingin meraih orgasmeku yang sebentar lagi sudah berada di ujung. Kucumbu semua bagian payudaranya yang sudah basah oleh keringatnya, kugigit kembali puting imutnya.

"Kakkkk aghhhhh ahhhhhhh"

"Ahhhhh nikmat banget oghhhhhh"

Iya, sebentar lagi......

Jepitan kemaluannya semakin keras, dia mungkin akan orgasme kembali....

"Aaakkuuuuu keluaarrr Citraaaa ahghhhhh" desahku menikmati jepitan demi jepitan kemaluannya.

"Kakkkk pipiisssss lagiiiiii kyaaaaaaa nggghhhhh"

"Agghhhhh Citraaaaa"

Kulepaskan batang kemaluanku dan akhirnya aku meraih orgasme.

Ahhhhh! Ini nikmat sekali!

Cairan maniku menyembur kencang ke arah mulut kemaluan Citra. Untung saja aku tidak keluar didalam. Tubuh mungil Citra bergetar hebat, dia juga meraih orgasmenya.

Setelah menikmati orgasme, aku merangkul tubuh Citra yang terbaring lemah, kucium bibirnya, matanya sayu sekali setelah meraih tiga orgasme.

"Kak"

"Iya?"

"Terima kasih kak"

"Haha iya"

"Lemes sekali kak hehe"

"Yaudah dibuat tidur, eh iya dibersihin dulu " kataku. Aku menengok kanan-kiri mencari sesuatu untuk membersihkan sisa-sisa pertempuran ini. Ah, untungnya ada sebuah kain lap yang cukup besar. Aku mengambil kain itu dan mengelap cairan yang berceceran di lantai.

"Dipakek bajunya Cit, terus tidur hehe" kataku.

"Iya kak"

Kami kembali mengenakan pakaian masing-masing. Hujan semakin deras saja, udara dingin mulai menusuk kulit.

"Gak tidur kak?" tanya Citra.

"Belum ngantuk" balasku. "Pakai jaketku aja biar gak kedinginan"

"Lah kakak gimana?"

"Gak apa-apa, aku malah seneng dingin-dingin, apalagi tadi sempat dihangatin kamu" balasku.

"Ihhh kak hahaha, yaudah aku tidur dulu" dia membelakangiku dan tertidur. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu itu. Tubuhku sebenarnya lemas sekali karena pertempuran tadi, tapi anehnya mataku tak menunjukkan tanda-tanda kantuk.

Aku berjalan menuju jendela, hujan masih deras-derasnya disertai dengan petir menyambar.

-------------------------

Kubuka mataku yang masih terasa berat, aku tidur disamping Citra yang masih tertidur lelap. Sudah pagi tampaknya.

Aku berjalan keluar, tampak Aya dan Gilang sedang membicarakan sesuatu.

"Hei, met pagi"

"Pagi juga" kata Gilang lirih.

"Ada apa ini?"

"Din, ada yang perlu kita bicarakan" kata Galang serius.

"Kenapa"

"Dani Din"

Kulihat kondisi Dani yang terbaring lemah, dia mengaduh karena lukanya.

"Ada apa dengan dia?"

"Aku takut dia terinfeksi akibat lukanya" kata Aya.

"Dia kan tidak tergigit" balasku.

"Iya tahu, mungkin karena lukanya itu dia terinfeksi" kata Galang.

"Lalu kita harus gimana?"

"Kita harus cari obat-obatan untuk lukanya Dani, secepatnya" kata Aya seperti cemas.

"Aku takut terjadi apa-apa sama Dani"

"Tenang Aya, tenang. Kita akan cari obat itu, kamu tahu kan obat seperti apa" kataku.

"Dani butuh antibiotik, alkohol, sama perban kasa" kata Aya.

"Emang kita mau cari dimana?" kataku.

"Hmmmn kalau gak salah di tempat kita sebelumnya ada sebuah apotik" kata Galang.

"Kesana lagi? Kita sudah jalan cukup jauh Lang, lagian disana udah banyak banget mayat hidup" bantahku.

"Cuma disana satu-satunya Din, aku aja gak tahu kota terdekat selain disana"

"Hmmmn okelah, aku akan kesana"

"Eh Din, kamu gak boleh sendiri....."

"Aku ikut" tiba-tiba Anin menghampiri kami.

"Kamu yakin Nin? Biar aku saja sama Dino" kata Galang.

"Gak Galang, aku ingin ikut" kata Anin tegas.

"Okelah Nin, tapi aku kasih pesan kekamu" Galang mendekati Anin yang membawa senapannya.

"Jangan gegabah, jangan langsung menembak mahkluk itu kecuali kalau benar-benar terdesak" kata Galang. Anin mengganguk.

"Yaudah aku siap-siap dulu" kataku meninggalkan mereka.

----------------------------

Aku kembali menuju atas loteng, Citra tampaknya sudah bangun.

"Ada apa kak?"

"Eh udah bangun kamu" kataku. Citra mengganguk. Aku mengambil tas dan senapanku.

"Kak mau kemana?"

"Mau cari obat-obatan. Dani kondisinya mengkhawatirkan karena lukanya kemaren" kataku.

"Aku boleh ikut?"

"Gak Citra, terlalu berbahaya. Kamu tetap disini sama yang lain"

"Tapi kakak sendirian....."

"Sama Anin kok hehe"

"Ohhh oke" kata Citra datar, sepertinya dia kecewa. Oh ayolah jangan cemberut gitu dong.

-------------------------

"Hati-hati Din, Nin. Semoga lancar misinya"

"Siap"

Mobil ini berjalan meninggalkan tempat ini, aku menyetir dengan cukup kencang supaya cepat sampai berhubung jalanan ini sangat sepi.

"Din, jangan ngebut-ngebut lah" kata Anin.

"Biar cepet sampai" balasku.

"Ya kalau kenapa-napa gimana??"

"Tenang aja hehe, nikmatin aja perjalannya"

Aku memang memiliki kebiasaan menyetir sambil ngebut, walau begitu aku tahu tempat juga dimana aku harus ngebut. Suasana hening, Anin terdiam sambil melihat kaca jendela samping. Kuperhatikan sejenak wanita yang duduk disampingku ini.

"Ngapain lihat-lihat?"

"Eh gak apa-apa kok hehe"

"Masih lama ya sampainya?" kata Anin.

"Iya, paling sekitar tiga jam lagi"

"Hhhhh bahas apaan gitu biar gak jenuh akunya"

Bahas apaan ya? Hmmmm.

"Kamu suka ngegame kan ya?" aku mencoba untuk memulai obrolan.

"Iya, kenapa?"

"Pernah maen game Dead Space?"

"Game apaan itu?"

"Game survival horror, kayak Resident Evil gitu. Tembak-tembakan alien" jelasku.

"Hmmmn belum pernah maen, aku kan lebih sering maen game Battle Royale Din" kata Anin.

"Aku gak jago maen game itu, sumpah dah aku lebih sering mati duluan wkwk"

"Dih noob lu Din"

"Hhhhh biarin"

Singkatnya, aku dan Anin berbicara tentang banyak hal, Anin adalah seorang pemain e-sport di tim yang cukup terkenal di Indonesia. Bahkan dia sempat ikut event tingkat Asia Tenggara walau akhirnya kalah. Selain itu dia juga sering streaming gaming di Youtube dengan subscriber yang cukup banyak. Aku kagum dengan dia ternyata dia bisa sukses dan berbakat jadi gamer, ketimbang aku, maen game cuma buat hiburan doang hehe.

Anin juga bercerita kalau dia bingung memilih melanjutkan studi atau tetap menjadi seorang gamer, dia kesulitan membagi waktu dengan dua hal itu.

--------------------------------------------

Akhirnya kita sampai di tempat dimana apotik itu berada. Namun sialnya jalanan ini tertutup beberapa puing mobil sehingga kita harus turun.

"Moga aja mobilnya gak diambil orang"

"Ya dikunci lah Din" kata Anin.

"Iya tahu" balasku.

Aku dan Anin berjalan perlahan, tempat ini benar-benar sudah porak-poranda, banyak sekali rumah dan bangunan yang sudah hancur.

"Dimana apotiknya?" kata Anin.

"Kata Galang sih deket tempat kita dulu"

Disepanjang jalan masih terdapat beberapa mayat hidup yang berjalan-jalan entah apa tujuannya, dan aku juga melihat beberapa mahkluk itu memakan mayat manusia.

"Menjijikkan"

"Sstttt diem Nin, jangan bikin suara"

Walaupun cukup susah, akhirnya kita bisa lolos dari mahkluk-mahkluk itu.

"Ah itu dia"

Akhirnya sampai juga di sebuah apotek, semoga saja obat-obatan yang dimaksud Aya berada disana. Untung saja bangunan itu tidak hancur.

"List obatnya mana Nin?"

"Ini Din"

"Oke, aku cari-cari dulu"

Hmmmn perban kasa, antibiotik, alkohol dan obat pereda rasa nyeri. Aku mencari-cari di beberapa bagian lemari. Aku sebenarnya tak mengerti tentang obat-obatan.

"Masih lama Din?" kata Anin.

"Entah, ini yang antibiotik gimana dah yang dimaksud Aya?"

"Mending ambil saja semuanya"

"Hmmmn benar juga ya Nin" balasku.

Semoga aja boks antibiotik ini ada obat yang dimaksud Aya. Lalu aku menaruh boks itu kedalam tas.

"Beres?"

"Oke, yuk cabut"

"DIAM DI TEMPAT!"

Hah, siapa itu?

"LETAKKAN SENJATAMU"

Anin dengan spontan langsung menodong senapannya kearah orang itu.

"Hei cewek, sebaiknya kamu turunkan senjatamu" kata pemuda itu.

"Hah? kenapa? kamu seorang doang sedangkan kita berdua"

"Sebaiknya turunkan senjata kamu"

Aku tak percaya, ternyata ada lima orang menodongkan senjata kearah kami. kudengar suara kokangan senapan mereka.

"Tolong, turunkan senapan kalian" kataku sambil menaruh tasku ke bawah. "Kita kesini cuma untuk mencari obat"

"Gak mungkin. Pasti mereka ingin menjarah barang-barang disini" kata seorang pemuda tadi.

"Beneran, kita ada kawan yang terluka. Dia butuh antibiotik supaya lukanya tak terinfeksi"

"Halah bacot, bohong ini pasti"

"Turunkan senapanmu, Jon." tiba-tiba seorang wanita mendekati kami, dia mengenakan sebuah jaket hoodie dengan mulut ditutupi masker.

"Apakah itu benar?" kata wanita itu.

"Iya, kawanku terluka dan butuh obat"

"Antibiotik untuk luka ya, ini yang kamu maksud?" wanita itu membawa sebungkus obat antibiotik dan diberikan kepadaku.

"Iya"

"Sebaiknya kamu tidak membawa semua obat-obatan itu, kami juga membutuhkannya" kata wanita itu, aku jadi penasaran dengan dia. Apakah dia pemimpin dari grup ini?

"Iya maaf, aku tak mengerti masalah obat, jadi aku bawa semuanya" aku menjawab.

Singkatnya kami diterima dengan baik sama grup itu, memang benar pemimpinnya adalah seorang wanita.

"Gimana Din, kita langsung cabut ya"

"Iya, mereka nungguin kita"

"Eh mbak, maaf kami harus pergi sekarang" kataku kearah wanita itu, aku tak tahu namanya.

"Kenapa cepat-cepat?" kata wanita itu.

"Kawan kami sudah menunggu"

"Baiklah, kalian jalan kaki atau pakai kendaraan?"

"Ada mobil kok, gak jauh dari sini" balasku.

------------------------------------------------

Singkatnya kami sudah tiba di tempat kami, perjalanan lancar, lalu kami menghampiri Dani yang sedang ditemani Aya dan Citra.

"Obatnya ketemu" kata Aya.

"Ini"

"Syukurlah, terimakasih Dino, Anin" kata Aya sambil memelukku dan Anin. Dia sesegukan dan menangis.

"Aku berhutang budi kepada kalian, sekali lagi terimakasih"

Lalu Aya menghampiri Dani yang masih tertidur, tubuhnya berkeringat pertanda tubuhnya sedang melawan infeksi.

"Dani, bangun. Obatnya udah ada nih"

"Ughhhhh" suara parau Dani menahan sakit di tubuhnya.

"Minum dulu Dan, terus perbannya diganti sama yang baru"

"Te..terima kasih ya Dino, Anin" kata Dani.

------------------------------------------------

Hahhhhh, aku merubuhkan tubuhku di antara beberapa karung beras. Capek sekali hari ini.

"Halo Kak" tiba-tiba suara Gracia mengagetkanku

"Eh Gre"

"Gak ganggu kan?" kata Gracia.

"Gak kok, duduk aja sini"

"Hmmmn kak, boleh ngomong bentar?"

"Boleh, kenapa?"

"Kakak sama Citra ngapain aja semalam?"

Hah?

"Emmm, Citra minta tidur diatas sama aku katanya dia gak bisa tidur dibawah" balasku dengan agak gugup. Aku kaget kenapa Gracia menanyakan hal itu.

"Hmmmn masak sih kak?"

"Iya tidur doang"

"Jangan bohong deh kak, aku tahu semuanya kok" kata Gracia

Hah? Maksudnya?

"Ma..Maksudnya??" balasku.

"Hahaha kakak kalau gugup jadi lucu mukanya hahaha, bercanda doang kak hahaha"

Ah......

Sialan lu Gre


Credits roll...........

 
Sedikit Trivia

- Sebenarnya ini pertama kalinya ane bikin adegan SS di dalam cerita, jadi mungkin masih banyak kekurangan disana-sini hehe. Mohon masukan dan sarannya.
- Ni F1 Monaco lumayan seru, padahal balapan sebelumnya boring banget (ah never mind)
- Kenapa judulnya gak 1, 2, 3, 10, 15 blablabla "Later", kenapa harus 55? Well, 55 is my favorite number hehe.
- Also, Judul episode ini ane ambil dari sebuah lagu, cari aja di yutub "Where Are We Going 2013" kalo mau dengerin.
- Dah gitu aja

Mungkin episode selanjutnya abis lebaran ya, so happy reading agan-agan sekalian huehehe
 
wah tak kirain bakalan sama Anin tadi

btw, nice update kaka, flow ceritanya enak, ga terlalu susah buat ngikutin nya.
 
wah tak kirain bakalan sama Anin tadi

btw, nice update kaka, flow ceritanya enak, ga terlalu susah buat ngikutin nya.
Haha nanti ada waktunya kok anin digituin. And, terimakasih atas masukannya hehe
 
Cerita ini terinspirasi dari game Days Gone bukan sih?
Kok rasanya familiar ya...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd