Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
"Gak tau kak, tapi aku sangat suka kondisi seperti ini"
"Kenapa kamu berpikiran begitu?"
"Karena aku merasa ini seperti mukjizat bagiku"
------------------
"Citra mengingatkanku dengan adikku dulu"
"Apa yang terjadi dengan dia?"
"Dia tidak selamat"
-----------------
"Lembut banget ciumanmu Din"
"Mmmhhhh"
"Please, comfort me....."
"Mmmhhhh maaf, aku tak bisa"
-----------------
"Din, sumpah kita gak bisa melewati kerumunan mayat hidup itu"
"Kenapa tidak, pilih mau selamat atau mati?
Episode 06 : When Worlds Down
Belum tahu tapi apdetnya kapan hehe
Klo suhu siap aja updatenny
 
55 Days Later: Timeline
Perhatian: agan boleh skip bagian ini jika merasa tidak menarik, karena ini hanya semacam timeline dan sebagai background cerita aneh ini.

Awal Mula Wabah
Menurut informasi yang beredar, wabah mayat hidup (begitu sebutan kebanyakan orang) berasal dari sebuah daerah di negara Afrika. Awalnya wabah tersebut menyerang beberapa hewan. WHO (World Health Organization) mengirimkan sebuah tim untuk menyelidiki negara tersebut dan menemukan sebuah kejadian yang mengerikan, hampir setengah dari populasi mengidap penyakit yang aneh, mirip dengan sapi gila. Gejalanya adalah:
- Pusing
- Kelainan fungsi bicara/vokal
- Warna bola mata menjadi memerah
- Kejang-kejang
- Mual dan disertai muntah darah
- Pendarahan hebat di luka walau itu kecil
- Kelainan fungsi otak yang menyebabkan pengidap menjadi agresif
- Dan beberapa kelainan lainnya.

Negara tersebut langsung mengisolasi wilayahnya namun pada kenyataannya, wabah tersebut mulai menyebar ke negara-negara tetangga. Anehnya wabah tersebut sedikit berbeda dengan negara asal penyakit itu, beberapa pengidap langsung bertingkah agresif dan mulai menyerang orang-orang sekitar. Orang yang terkena penyakit tersebut juga mengidap sejenis penyakit kulit yang menyebabkan kulitnya menjadi sangat tipis dan sedikit menghitam.

Chaos
Dengan cepat wabah mayat hidup mulai menyerang berbagai negara. Virus tersebut menular melalui udara, namun menurut informasi yang beredar virus tersebut bersikap pasif dan baru akan aktif jika terjadi perantara eksternal seperti gigitan, luka yang tidak segera diobati dan lain sebagainya.

The Timeline
H-55
- Indonesia dan Taiwan menjalin kerjasama di bidang kesehatan
- Singapura dan Malaysia menjalin kerjasama di bidang militer

H-50
- Presiden meresmikan kilang minyak raksasa bernama "Harapan Baru" yang terletak di laut Jawa. Indonesia menjalin kerjasama dengan badan penelitian asal Jepang, Tagruato.
- Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk meneliti titik minyak bumi jenis baru.

H-47
- Chaos terjadi di beberapa negara Asia Timur seperti Jepang, China dan Taiwan. Informasi yang beredar kepanikan terjadi karena serangan mahkluk seperti manusia namun sangat agresif.

H-30
- India mengemukakan darurat nasional dan martial law terkait wabah mayat hidup yang mulai menyerang negaranya. Dilaporkan situasi disana sangat tidak kondusif bahkan menurut militer disana mereka seperti melawan Raksasha, sebuah legenda di negara tersebut.
- Dilaporkan juga beberapa negara mengemukakan darurat nasional. Jerman dan negara sekitarnya mengisolasi wilayahnya untuk menghindari wabah.

H-25
- PBB menghimbai semua kepala pemerintahan negara untuk berperang melawan "mayat hidup"

H-13
- Dilaporkan kilang minyak Harapan Baru ambruk ke dasar laut secara misterius, ratusan pekerja menjadi korban diduga akibat ledakan saat pengeboran. Namun hal tersebut dibantah oleh Tagruato sendiri.
- Menurutnya tidak mungkin kilang minyak sebesar itu bisa ambruk begitu saja

H-12
- Kota Semarang diserang oleh mahkluk raksasa yang diduga muncul dari pelabuhan. Kota tersebut mengalami kerusakan parah sehingga militer terpaksa harus mengebom habis mahkluk tersebut dan menghancurkan kota Semarang
- Muncul dugaan jika mahkluk tersebut muncul setelah insiden kilang minyak 50 kilometer dari kota Semarang.
- Akibat peristiwa itu, sebagian besar penduduk mengungsi ke kota-kota terdekat.

H-10
- Indonesia resmi menutup akses orang luar untuk menghindari wabah. Menurut berita yang tersebar, wabah sudah sampai ke Thailand dan Malaysia

H-8
- Kota Semarang dinyatakan tak layak ditempati setelah peristiwa itu. Perbatasan yang menuju kota Semarang ditutup.

H+0
- The first outbreak, pertama kali terjadi di kota Sukabumi dan Tangerang menurut beberapa informasi yang diterima. Wabah juga mulai menyerang kota Medan dan sekitarnya.

H+2
- Informasi yang beredar, kota Sukabumi dilanda kepanikan, akibatnya ribuan jiwa melayang.
- Wabah juga sudah mulai menyerang Bandung dan sekitarnya

H+10
- Presiden resmi mengemukakan darurat nasional

H+12
- Militer kesulitan menghalau serangan mayat hidup yang dilaporkan hampir berjumlah ratusan ribu di Jakarta.
- Presiden dan Wakil Presiden terbang menuju Mandalika, Lombok.

H+15
- Pertempuran terjadi di beberapa kota besar. Bandung, Jakarta, Cirebon, Yogyakarta.
- Sayangnya pertempuran tersebut menimbulkan korban jiwa di pihak militer dan sipil

H+45
- Wabah dilaporkan sudah menguasai kota-kota besar di pulau Jawa dan Bali
- Militer mulai bergerak menuju Surabaya yang masih bersih dari wabah, mereka membangun sebuah camp besar. Akibatnya populasi kota Surabaya melonjak tajam karena banyak pengungsi yang menuju kesana.

H+55
- Cerita ini dimulai

Timeline ini ditulis oleh seorang wartawan berita dalam negeri yang sekarang berada di Australia
 
Hei hei, baru aplod bagian timeline hehe. Maaf kalo fantasi ane terlalu harsh. :fiuh:
Untuk ceritanya masih ditulis dan masih banyak yang harus dicut down disana sini, dan ane sedang membangun (develop) karakter Kyla, ini yang mungkin butuh waktu. Mohon maaf belum dapat apdet sekarang

Bagi yang mau tanya wtpd, sama kayak id ane cuma ganti "zeke" dengan "tx55". Thank you and see you :p
 
6. When Worlds Down



Beberapa hari kemudian

Semua berjalan seperti biasa. Dan grup kita memiliki anggota baru, Kyla dengan cepat bisa akrab dengan kita-kita, termasuk aku juga. Kalau dilihat Kyla ternyata seorang gadis yang periang dan aktif, berbeda saat pertama kali bertemu. Mungkin efek ikan bakar buatan Aya hahaha.

Namun yang aku heran, dia bisa dekat sekali dengan Citra, dia juga begitu. Mereka selalu bersama baik dalam melakukan beberapa hal. Canda tawa selalu mereka hasilkan memberikan warna tersendiri pada grup kami di dunia yang aneh ini.

"Kyla asyik juga orangnya kak, aku suka banget" kata Citra saat menyantap ikan bakar bersamaku.

"Bagus deh, punya temen lagi kan kamu haha" balasku.

"Iya kak, berasa punya kakak kandung. Si Kyla sudah anggap aku adiknya sendiri. Padahal kayaknya dia lebih muda dari aku haha"

"Kok aneh gitu haha"

"Gak apa-apa sih kak, aku suka kok" kata Citra sambil tersenyum kearahku. Mungkin ini senyuman paling cantik yang pernah aku lihat.

"Yaudah kamu udah ngantuk?" tanyaku.

"Iya kak, aku mau tidur dulu ya, bareng kak Kyla" balas Citra. Bahkan sekarang dia memanggilnya dengan sebutan Kak, memang aneh.

Malam itu aku duduk sendirian di api unggun yang masih menyala terang. Sebenarnya senyuman Citra membuat libidoku mulai naik. Namun aku tahan karena ini bukan saat yang tepat. Kuhidupkan sebatang rokok dan mulai kuisap dalam-dalam. Asap putih itu terbang menghilang menuju angkasa. Sebenarnya aku ingin berencana untuk berhenti merokok namun entah kenapa itu rasanya sulit sekali. Malam semakin larut dan suhu udara semakin menusuk kulit. Okelah mungkin aku harus tidur.

Pagi ini, aku berjalan menyusuri hutan yang cukup lebat untuk kembali mencari ikan di sungai, namun kali ini aku ditemani oleh Aya yang penasaran dengan sungai itu.

"Masih jauh gak sih?" kata Aya yang sedang membawa ember dan peralatan mancing. Raut mukanya seperti penasaran.

"Bentar lagi nih" jawabku.

Tak lama kami telah sampai di sungai, aku langsung duduk di sebuah batu besar dan menyiapkan peralatan mancing ikan. Aya mengikuti gerakanku. Ia seperti kebingungan memasang peralatan itu.

"Nah seperti ini" kataku ke Aya.

"Oh gitu ya kak haha, aku gak pernah mancing ikan soalnya" balas Aya.

"Hehe aku aja diajarin Gracia kok" balasku.

"Ohh hehe" Aya terkekeh. Akhirnya kami mulai memancing. Aku duduk menghadap sungai, diiringi dengan suara-suara burung yang berisik berkicau. Air sungai tampak tenang sekali, Ah, aku menikmatinya.

"Tenang banget ya kak" Aya akhirnya berkata setelah terdiam cukup lama disampingku.

"Iya"

Aya kemudian berdiri, dan melepaskan celana jeansnya, menampilkan pahanya yang jenjang dan putih dan terlapisi dengan sebuah celana boxer. Aneh sih cewek pakai boxer.

"Sekali-kali berjemur ya kak hahaha" kata Aya. Aku balas dengan senyumannya. Sebenarnya mataku tertuju ke paha Aya namun dengan cepat aku membuang pandanganku.

"Kenapa kak?" Sial. Aya tampaknya tahu aku sedang melihat pahanya.

"Emhhh gak apa-apa hehehe"

Kami terdiam cukup lama. Kulihat kaki Aya tercelup air sungai yang cukup bersih. Ia tampak senyum-senyum sendiri sambil sesekali mengayunkan kakinya ke air.

"Kamu kenapa sih Ya, senyum-senyum sendiri?" tanyaku memecah keheningan.

"Hehehe lagi kepengen"



Aku tak menghiraukannya, kuambil sebatang rokok dari sakuku dan mulai kuhidupkan. Kuisap dalam-dalam rokok itu

"Aku senang dengan kehidupanku sekarang" kata Aya melihatku.

"Hah? Diserang dan diteror mayat hidup kok seneng?"

"Bukan itu kak, tapi....."

"Emmmn panggil aja Dino, kita kan kayaknya selisih satu tahun" balasku.

"Okedah, Dino"

"Hmmmm aku tahu. Seneng karena udah dapet pasangan ya hahaha" kataku.

"Hah? Sama siapa? Aku gak punya pasangan kok"

"Bukannya kamu deket sama Dani?"

Aya terdiam sejenak, dan berkata;

"Enggak kok emmmm, gak sama siapa-siapa" balas Aya.

"Udah gak apa-apa Ya, bilang saja ke aku. Rahasia dijamin hehe"

"Gak tau sih Din hehe. Dani kan abis ketembak, jadi aku kasih perhatian lebih ke dia biar cepat sembuh" kata Aya.

Hmmmn sampai ena-ena juga kan ya. Pikirku.

"Oalah oke, bagus deh" aku kembali mengisap rokokku dan kusembur asapnya. Sebenarnya aku suka dengan sifat Aya yang sangat care dengan teman-teman. Kami kembali terdiam sejenak menikmati sunyinya sungai ini.

"Aku merasa kondisi ini seperti mukjizat bagiku" kata Aya.

"Mukjizat?"

"Iya Din, aku merasa bisa bebas. Bisa merasakan dinginnya air sungai ini" kata Aya.

Aku sebenarnya tidak mengerti apa yang Aya maksud dengan "mukjizat".

"Aku enggak ngerti maksud kamu Ya" balasku.

"Berarti kamu gak percaya dengan mukjizat?" tanya Aya.

"Emmmmm, sebenarnya gak terlalu percaya" Jujur, aku bukan orang yang religius sampai percaya akan mukjizat.

"Mukjizat itu nyata Din, aku sudah mengalaminya selama ini" balasnya.

"Emang apaan?"

"Emmm, bebas" kata Aya antusias. Sepertinya dia bersungguh-sungguh namun aku masih tak mengerti apa maksudnya.

"Woii Din, kesini!!" Tiba-tiba suara Galang mengagetkanku.

"Ada apa?" tanyaku.

"Ada dua orang menuju kemari" balas Galang. "Tapi sepertinya bukan mayat"

"Oke, aku kesana. Ayo Ya"

-----------------------------

"Siapa kalian? Dan kenapa kalian kemari?" Galang berbicara kepada kedua orang laki-laki. Kulihat mereka membawa sebuah jerigen bensin.

"Kami sedang mencari bahan bakar untuk menghidupkan genset di rumah kami" kata salah satu orang itu. "Dan kebetulan kami melihat gudang ini dan sebuah mobil" lanjut orang itu.

Sepertinya mereka orang baik-baik.

"Lang, mereka kayaknya orang baik" kataku kepada Galang.

"Hmmmn mungkin sih, tapi aku belum terlalu percaya" balasnya.

"Kami punya beberapa jerigen bensin, mungkin cukup untuk kalian" kata Galang.

"Ah, syukurlah. Terima kasih orang asing, oh iya kalau boleh tahu siapa namamu?"

"Aku Galang, dan ini Dino" balas Galang.

Aku dan Galang menyalami kedua orang itu. Tatapan mataku langsung melihat sebuah senapan yang ada di punggungnya, sepertinya sejenis shotgun.

"Sebagai rasa terima kasih, bagaimana kalau kalian ikut dengan kami? Tempat kami sangat aman dari serangan mahkluk mayat. Gimana?" tawar orang itu. "Oh iya namaku Tino dan ini Santoso, kalian bisa panggil Toso, ya kan bro?"

"Hahaha terserah"

"Jadi disekeliling rumah kami terpasang sebuah pagar listrik, alat ini sudah bisa melindungi dari mayat hidup kok. Jadi untuk saat ini kami bertahan di rumah" kata Tino.

"Ohhh gitu ya" kata Galang.

"Gimana? Kalian bisa bergabung dengan kami, kita punya beberapa makanan, senjata dan tempat untuk beristirahat"

"Lang, sepertinya ide bagus" kata Anin.

"Hmmmm baiklah, kita akan bergabung dengan kalian" kata Galang. Citra dan Gracia terlihat senang dengan keputusan Galang.

-----------------------

Mobil ini akhirnya telah sampai di sebuah pekarangan yang cukup besar, seperti hutan kecil. Kulihat sekeliling sambil menyetir.

"Rumah kalian di hutan ini?" tanyaku.

"Iya, sebenarnya itu bukan rumah kami, kami menduduki rumah ini cukup lama karena sudah ditinggal penghuni. Nah gak nyangka juga rumah ini adalah rumah bekas orang militer kalau gak salah" kata Toso.

"Ohhh gitu, betapa beruntungnya kalian" kataku.

"Nah itu rumahnya"



Rumah itu tak begitu besar, ukuran medium kalau bisa dibilang. Disamping rumah itu terdapat bangunan seperti gudang besar yang cukup untuk dimasuki mobil. Di sekelilingnya terdapat sebuah pagar besi, sepertinya itu pagar listrik yang dimaksud Toso dan Tino.

"Wah wah wah, kita kedatangan tamu tampaknya" seorang wanita paruh baya menyambut kami.

"Iya bu, tak sengaja kita bertemu dengan mereka, orang-orang yang selamat dari wabah ini" kata Toso

"Perkenalkan, namaku Ibu Ani, senang bisa bertemu dengan kalian" kata wanita itu.

"Iya bu, salam kenal untuk semua dan terima kasih telah menyambut kami dengan ramah" kata Galang.

"Hahaha, mari silahkan masuk. Aku bikinin teh hangat untuk kalian" Singkatnya kami masuk ke rumah itu. Ruang tamu yang bisa dibilang cukup besar, perabotannya masih tertata rapi sekali, seakan-akan kita seperti bertamu seperti kehidupan biasa.

"Duduk dulu" kata Ibu Ani. Kami duduk di sebuah sofa yang cukup besar, empuk sekali. Tak lama kemudian Ibu Ani membawa sebuah nampan besar dengan teko teh buatannya.

"Mari silahkan diminum" kata Ibu Ani.

"Ah, sudah lama aku gak minum teh hehe" celetuk Gracia.

"Haha sama Gre" kata Kyla dan Citra bersamaan.

"Hmmmn, maaf bu kalau air putih ada?" Kata Aya. Sepertinya dia gak suka minum teh.

"Oh ada kok, sebentar ya" kata Ibu Ani.

"Halah Ya, diminum aja"

"Gak suka minum teh hehe" balas Aya.

Singkatnya, kami disuguhi bukan hanya minuman saja, beberapa makanan kecil seperti biskuit dan kerupuk kami santap dengan lahap, seakan-akan kami sudah lama sekali tidak makan makanan itu.

Tino, Toso, dan Ibu Ani ternyata adalah sepasang keluarga yang selamat dari wabah mayat hidup. Mereka awalnya diselamatkan oleh militer namun karena sebuah peristiwa mereka terpisah dari militer. Kisahnya mirip dengan grup kami kurang lebih.

"Sebenarnya kami berempat, kami menemukan seseorang perempuan yang tak sengaja kami temukan di pinggir jalan" kata Toso.

"Namanya Rani, namun karena kesalahan sendiri dia tidak selamat" tambah Ibu Ani.

"Ohh gitu ya bu, sekali lagi terima kasih" kata Galang kepada Ibu Ani.

"Hahaha, di dunia ini kita harus saling tolong-menolong. Bener kan Tin?"

"Iya bro, hehe. Oh iya aku minta bantuan kalian untuk memeriksa pagar listrik sebelum dihidupkan"

"Aku bisa bantu" kata Aji dan Galang.

"Aku ikut" balasku tak mau kalah.

"Oke, ayo ikut aku" kata Tino. Singkatnya kami mengikuti Tino keluar menuju ke pagar listrik yang dimaksud. Benda itu mirip sekali dengan pagar besi.

"Nah ini alatnya" kata Tino.

"Genset" kata Galang.

"Iya. Alat ini nantinya bisa menghidupkan pagar listrik itu" jelas Tino. Aku mengganguk tanda mengerti.

"Tetapi ada sedikit masalah. Pagar ini tidak bisa hidup walau sudah ada bahan bakar. Sepertinya ada beberapa bagian yang rusak. Mungkin ada yang mau meriksa?" kata Tino.

"Yaudah, aku sama Galang coba untuk memeriksa sekeliling pagar ini" kataku yang disetujui oleh Galang.

"Oke. Terima kasih kawan" balas Tino. Singkatnya aku dan Galang berjalan-jalan mengitari pagar besi itu. Ternyata cakupannya sangat lebar mengingat wilayah pekarangan rumah ini cukup besar bahkan sampai masuk hutan. Aku membawa senapanku yang tak lupa sudah terisi peluru untuk mengatasi hal-hal yang tak diinginkan.

"Gede banget ya halaman rumahnya Din" kata Galang.

"Iya, beruntung banget mereka dapet tempat ini" balasku.

"Tapi Din, aku kok agak curiga dengan semua ini?" tanya Galang heran.

"Ah kamu Lang, mereka orang baik, aku percaya kok" balasku.

"Aneh aja, selama wabah ini baru pertama kali aku bertemu orang yang gak segan menjamu tamu bahkan orang yang gak kenal sekalipun" kata Galang. "Kebanyakan orang-orang yang selamat justru menjadi egois dan hanya percaya dengan orang yang paling dekat" tambahnya. Aku berpikir sejenak, sepertinya yang dikatakan Galang ada benarnya.

"Iya sih, aneh. Tapi jangan berprasangka buruk Lang, kita harusnya bersyukur bisa ketemu dengan mereka"

"Hmmmn okelah" balas Galang.

"Bentar Lang, ada mayat di pagar itu" kataku sambil menunjuk sebuah mayat yang tersangkut di pagar besi.

"Cek dulu Din, masih hidup apa engga"

"Eh pagarnya dalam kondisi mati kan?" tanyaku.

"Kalau nyala biasanya ada suaranya" balas Galang.

"Oh iya ya hehe"

Lalu kuhampiri mayat yang tersangkut itu, sepertinya mayat itu sudah mati.

"Aman Lang"

"Oke, sekarang angkat ya"

Aku dan Galang bergegas untuk mengangkat mayat itu dari pagar besi.

"Mungkin mayat ini kesetrum kali ya?" tanyaku.

"Mungkin"

"Oke beres, yuk kita jalan lagi"

Sekitar sejam kami berkeliling untuk memeriksa pagar besi dan setidaknya kami sudah menyingkirkan lima mayat yang tersangkut. Tak lama kemudian aku dan Galang kembali ke rumah.

"Sudah beres Tin" kataku kepada Tino.

"Bagus, sekarang pagar listrik ini bisa dihidupkan" Tino menghidupkan genset yang sudah terisi bahan bakar. "Untuk saat ini pagar listrik menjadi senjata utama di rumah kami" kata Tino.

"Citra sama Gracia dimana?" Tanyaku

"Lagi main ayunan tuh sama Kyla hehe" kata Anin. Aku berjalan menuju ketiga wanita yang sedang bermain ayunan kayu. Mereka tampak sangat senang.

"Cit, gantian dong"

"Bentar lagi ya, udah lama gak main ayunan hahaha"

"Kasian Gracia, gantian lah" kata Kyla

"Yaudah deh kak"

Aneh, Citra memanggil Kyla dengan sebutan kak

"Kamu gak ikutan main Nin?" tanyaku kepada Anin.

"Gak ah, mainan anak kecil. Mending ngegame" balas Anin.

"Yaelah Nin, disini gak ada game haha" kataku. Anin hanya cemberut mendengar balasanku.

"Kak Dino, dorongin aku dong" Gracia memanggilku.

"Iya iya Gre" aku lalu mendorong ayunan itu. Gracia tampak senang sekali. "Kak Dino, dorongnya jangan terlalu kenceng" balas Gre. Hahaha.

"Gak apa-apa Gre, siapa tau bisa terbang kamunya" candaku.

"Ihhh, akunya gak punya sayap kali"

Kami sangat menikmati kedamaian ini, tanpa khawatir akan mahkluk sialan itu. Kulihat Citra dan Kyla sedang duduk bersandar di pohon entah apa yang sedang mereka omongin, begitu juga dengan Aya dan Dani yang sedang asyik mengobrol. Sedangkan Anin hanya berjalan-jalan saja.

"Terakhir kali main ayunan kapan Gre?" tanyaku sambil terus mendorong ayunan itu.

"Lama banget kak, jaman kuliah dulu pas main di taman" kata Gracia.

"Ohh gitu, kalau aku waktu jaman TK haha" balasku.

"Yahh itu udah lama banget" kata Gracia.

Kulihat Kyla dan Citra yang tampaknya sedang bersenda gurau. Mereka terlihat sangat akrab, sesekali suara tawa mereka keluarkan. Sebenarnya aku senang melihat Citra setelah kedatangan Kyla, dia lebih banyak gembira, dan raut senyumnya itu yang terkadang membuatku gesrek. Eh.

"Ayunan, aku suka banget"

"Haha yaudah kamu naik aja, nanti aku dorongin"

"Din, jangan kenceng-kenceng dorongnya, nanti kalau aku terbang gimana?"

"Gak apa-apa, nanti aku tangkap kamu"

"Beneran loh, awas aja kalau engga"


Lagi-lagi sebuah memori berputar didalam pikiranku. Ah, sebuah momen yang indah diwaktu dulu.

-----------------------

Malam itu kami bersama Tino, Toso dan Ibu Ani berkumpul di luar untuk bersiap menyantap makan malam buatan Ibu Ani. Sebuah sayur sop dengan ikan goreng dan yang terpenting kami akhirnya bisa makan nasi setelah sekian lama tidak memakan salah satu makanan pokok itu.

"Mantap Gre, akhirnya kamu bisa makan banyak hahaha" canda Anin kepada Gracia yang sedang makan lahap.

"Berisik lu Nin" balas Gracia.

"Hahaha gak apa-apa nambah, nasinya masih banyak kok. Makan aja sepuasnya" kata Ibu Ani bangga.

"Ayo Cit, nambah" kataku kepada Citra yang berada disampingku.

"Udah kenyang kak" balasnya.

"Kyla aja nambah loh, masak kamu engga haha" kataku.

"Kak Kyla kayaknya doyan banget sama sop"

"Hehehe iya dong, makanan sehat" balas Kyla.

Suasana di malam ini sangat ceria, mereka bersenda gurau dan kami menikmatinya. Seperti keluarga sendiri.

GGGGGRRRRHHHHHHH

"Suara mayat!!" kata Galang cemas.

"Tenang saja kawan, kan ada pagar listrik" kata Toso menenangkan Galang. Benar kata dia. Aku melihat tiga mayat hidup yang berjalan kearah kami.

BBBBBZZZZZTTTTTT

Mayat itu kesetrum, dan jatuh lemas dan mungkin mati.

"Kalian lihat sendiri kan, kita pasti aman kok hahaha"

Malam sudah semakin larut. Aku masih berada diluar sambil mengisap sebatang rokok, kebiasaanku sebelum tidur. Aku berjalan-jalan mengitari pagar besi itu, hanya terdengar suara jangkrik yang semakin intens. Sepertinya rokokku sudah habis, aku bergegas menuju rumah untuk tidur.

SYUUUTTT

Tiba-tiba ada yang menarik tanganku.

"Anin..."

"Din...."

"Kok belum tidur?" tanyaku.

"Emmm, gak bisa tidur" kulihat raut muka Anin yang lucu. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu.

"Aku... Aku...."

"Kenapa?" tanyaku.

"Pengen.... gituan" jawab Anin. Matanya membesar saat menatapku. Dengan cepat Anin menciumi bibirku, aku sebenarnya tidak sedang dalam kondisi tidak siap menerima bibirnya.

"Aku abis ngerokok" kataku sambil melepas bibirnya yang tebal itu.

"Pantesan rasanya lain, tapi gak apa-apa deh" balasnya.

"Din, ke gudang situ yuk. Tadi aku kesana dan pintunya tidak dikunci" kata Anin.

"Yaudah" okelah, mungkin aku butuh sebuah kenikmatan untuk meraih kantukku yang daritadi belum muncul.

Singkatnya, aku dan Anin bercumbu ria di sebuah gudang yang ternyata bekas kandang sapi. Kami berguling-guling diatas lantai menikmati setiap decak liur yang kami keluarkan. Tak lupa aku meremas-remas pantat dan payudara Anin yang sekal.

"Mmmhhhh Din"

Desahannya begitu seksi, entah karena libido Anin yang besar tapi aku menikmatinya. Lalu tanganku merangsek melepas kaos putih Anin dan tampaklah buah dadanya yang tertutup sebuah bra. Kulepas bra itu dan kuisap putingnya yang sudah keras. Anin mendesah keenakan menikmati permainan awalku.

"Ahhhhhhh ahhhhhh isep putingku Din...."

Slllrrrppppppp. Kuisap kencang puting payudaranya.

"Ahhhhhhh, pengen tititmuuuuu"

Tangan Anin meraba-raba bagian selangkanganku, dengan cepat ia melepas celana jeansku dan celana dalam. Batang kemaluanku langsung tegang mencuat. Anin tersenyum.

"Hehehe udah ngaceng ya?"

Mulut Anin langsung mencaplok batang kemaluanku dan mulai mengisapnya, sesekali lidahnya bermain di area lubang kencingku. Dengan sadar aku mendesah keenakan menikmati permainan mulut Anin di batang kemaluanku.

"Ughhhhhhh Nin......"

"Langsung aja deh ya, quickie hehe"

Anin melepas celana jeans dan celana dalam berwarna hitam. Kemaluannya sudah basah karena permainan awal yang kulakukan tadi.

"Nafsu banget sih" kataku.

"Hehe tititmu itu yang bikin aku nafsu" kekeh Anin, lalu dia mulai menurunkan kemaluannya kearah batangku yang sudah sangat keras dan basah karena liurnya.

"Ahhhhh gede bangett"

Anin mulai menaik turunkan pinggulnya, mula-mula perlahan saja, kurasakan batang kemaluanku menggesek liang kemaluannya. Aku hanya melihat ekspresi Anin yang keenakan.

"Ahhhhh ahhhhhh ahhhhhh gede banget sih Dinnn ughhhhh"

Suara tabrakan selangkanganku dengan selangkangan Anin semakin keras dan intens. Ahhhhhh, Anin memainkan otot-otot kemaluannya sehingga batang kemaluanku seperti diremas-remas. Sialan kalau begini terus aku akan cepat keluar.

Plak plak plak

Kubalas perbuatan dia dengan kuhentakkan selangkanganku berkali-kali. Semakin kencang dan semakin kencang.

Plok plok plok plok

"Oghhhhhhh mantepppp terussss Din...."

Tak berapa lama kurasakan dinding kemaluannya berkedut hebat, pertanda orgasmenya segera tiba. Okelah mungkin aku harus menambah intensitas gerakan nikmat ini.

"Ahhhhhh Dinnnnn akkuuuuu keluarrrrrrrr"

Sudah kuduga, Anin squirt. Cairan bening itu menyembur membasahi selangkangan dan perutku. Tetapi aku belum puas, kulanjutkan gerakan selangkanganku ini walau tubuh Anin sudah mulai melemas.

"Ahhhhhh ohhgghhhhhh sialan lu Din ahhhhhh"

Sebentar lagi....

"Akuuuu mau keluarrr Nin, di dalam yaaaaa" kataku dengan nikmat yang sebentar lagi sudah diujung.

"Lepasinn" Anin langsung melepas kemaluanku dan mulai kembali memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Tangan Anin meremas-remas buah zakarku. Ahhhh aku tak tahan. Kulepaskan cairan mani kedalam mulutnya.

"Ahhhhh Aninnnnn"

Cairan itu menyembur didalam mulutnya, dan Anin menyedot semua cairan maniku sambil terus mengurut dan meremas batang kemaluanku, seakan-akan kemaluanku seperti dipaksa mengeluarkan seluruh cairan ditubuhku. Setelah klimaks yang dahsyat itu tubuhku langsung lemas sekali, kemaluanku mulai menyusut.

PLAKKK

Anin menamparku, kenapa?

"****** lu Din"

"Hah? Kenapa?" tanyaku heran.

"Gak boleh keluar di dalam" kata Anin dengan memasang muka cemberut

"Iya iya, tadi kelepasan ngomong" balasku.

"Tapi enak Din hehehe"

"Sama"

"Nah kalau gini kan ngantuk, yuk ah tidur" kata Anin sambil kembali memakai pakaiannya.

------------------------

Oke, mungkin tidurku bisa dikatakan sangat nyenyak karena ulah Anin tadi malam. Aku meregangkan tubuhku sambil kuputar-putar setiap sendiku. Bunyi tulang menandakan kalau persendianku sudah dalam posisi yang benar.

"Eh Kak Kyla dimana?" tiba-tiba Citra menghampiriku.

"Bukannya tidur sama kamu?" tanyaku.

"Iya tapi pas aku bangun dianya gak ada" balas Citra.

"Yaudah, aku cari ya"

Aku berjalan-jalan mencari Kyla, kurasa dia berada di sekitar tempat ini. Dan sudah kuduga, Kyla terduduk sambil memegang secarik kertas dibawah pohon.

"Hei Kyl, kamu ngapain disini?" tanyaku.

"Menyendiri"

"Ohh, aku temenin boleh?"

Kyla mengganguk tanda setuju, aku mendekati dia dan duduk disampingnya. Awan pagi ini terlihat mendung dan gelap, hawa dingin mulai menusuk kulit.

"Itu siapa?"

Kyla terdiam sesaat sambil tetap melihat kertas foto itu. Kulihat sesosok gadis yang mirip sekali dengan Kyla sedang berfoto bersama dengan dia.

"Adikku, Zara" katanya lirih.

"Cantik ya, sama kayak kakaknya" balasku.

"Hehe iya"

"Kak, kulihat Citra mirip banget sama adikku. Kelakuannya, wajahnya, sifatnya"

"Masak sih? Haha" tanyaku heran.

"Iya, setiap melihat Citra aku selalu teringat dengan Zara"

"Citra padahal lebih tua dari kamu, tapi kamu nggangap dia seperti adikmu" kataku heran.

"Hehe tapi dianya gak masalahin kok" kata Kyla.

Kyla terdiam, aku juga ikutan diam menikmati pagi hari ini.

"Apa yang terjadi dengan dia?" tanyaku.

"Dia tidak selamat" balasnya lirih.

"Maafkan aku berkata seperti itu" aku merasa bersalah karena bertanya seperti itu.

"Iya gak apa-apa kak, itu juga sebenarnya salahku"

"Salah kenapa?" tanyaku lagi.

"Kalau aku bisa menjaga dia lebih baik lagi, sekarang Zara sudah ada disampingku"

Kyla menangis, dia menutup wajahnya sambil terisak-isak. Aku merasa Kyla mempunyai tekanan batin yang teramat sangat sebagai seorang kakak yang kelihangan adik tercintanya. Tiba-tiba Kyla memelukku, masih menangis. Aku mencoba menenangkannya dengan mengelus rambut panjangnya yang halus sekali.

"Kak, tolong"

"Iya?"

"Jaga Citra baik-baik, jangan sampai membuat dia sedih" kata Kyla. Matanya terlihat basah karena air matanya. Aku tertegun mendengar perkataannya yang terlihat sungguh-sungguh dari tatapan matanya kearahku.

"Iya, aku akan jaga dia" balasku.

"Kak Dino punya rasa gak ke Citra?" tanya Kyla sambil mengusap matanya.

"Emmmmm...."

"Jujur aja hehe" Kyla menatap mataku cukup dalam, seakan-akan dia berusaha menggali isi hatiku.

Aku sulit untuk menjawab. Untuk saat ini memang aku punya sedikit rasa ke Citra, tetapi entah kenapa sepertinya masih sulit untuk mengungkapkan.

"Untuk kali ini kayaknya belum ada" kataku sambil mengelus rambutnya kembali.

"Kakak bohong" kata Kyla, dia terus menatap mataku. Matanya yang indah seakan-akan menghipnotisku.



"Kenapa bohong?" balasku.

"Dari mata kak Dino udah kelihatan kok, lebih jujur hehe" Oke, Kyla sudah sukses menggaet isi hatiku lewat tatapan matanya.

"Hmmmn...." Aku terdiam sejenak. "Iya iya deh, aku suka sama Citra"

Oke, ini mungkin weird.

"Haha gitu dong kak, tapi Citra nya tau gak?" tanya Kyla.

"Gak lah, aku kan gak bilang ke dia"

"Kenapa kak, apa ada hal yang mengganjal di hati?"

"Hmmmn maybe" balasku.


"Dinoooo" suara itu mengaburkan lamunanku.

"Iya, kenapa?"

"Kenapa kamu diam, aku udah kesini tapi gak ngomong apa-apa"

"Emmmm ngomong apaan dah aku malah lupa" balasku kikuk.

"Yaudah aku tunggu, ingat-ingat lagi hehehe"

"Oh iya, emmmmm......"

"Emmmmm gimana?"

"Misal, misalnya kita pacaran gimana?"

"Aku gak salah denger nih?" Dia memasang muka heran. Ah kenapa dia makin lucu kalau ekspresinya seperti itu?



"Kak??"

"Kak Dino, hei" Kyla menempelkan tangannya ke mukaku, sukses menyetop sebuah memori yang tak sengaja aku putar kembali karena perkataan Kyla sebelumnya.


Bagaimana kabar dia sekarang?


"Eh iyaaaa" aku mulai kembali sadar.

"Malah ngelamun" balas Kyla.

"Emmmmm, hehehe"

"Nanti aku bilangin ke Citra ya"

"Ehhhh jangan" tanpa sadar mukaku memerah malu. Sudah lama aku tak merasakan ini.

"Hehehe kakak gak jantan mah kalau gini. Seorang cowo harus berani mengutarakan perasaan ke cewek" kata Kyla.

"Emmmm" aku tak bisa berkata apa-apa.

"Yaudah itu terserah kakak sih, tapi yang pasti jangan pendam terus perasaan itu, nanti bisa jadi racun lama-lama"

"Iyadeh iya" balasku.

"Yuk balik, kamu dicariin Citra loh"

Siang itu, aku sedang duduk santai di bawah pohon, cuaca siang ini tidak terlalu panas karena mendung.

"Eh Dino" suara Galang mengagetkanku.

"Kenapa Lang"

"Ikut aku" kata Galang.

"Eh ada apa emangnya?"

"Ikut aja"

Aku terkejut apa yang aku lihat di sebuah jendela yang Galang temukan. Terdapat tubuh seorang wanita yang terbaring lemah dan bersimbah darah.

"Darimana kamu tau ada orang lain disini?" tanyaku.

"Aku tak tahu, firasatku mengatakan ada sesuatu yang janggal disini"

"Bagaimana kalau kita masuk aja?"

"Oke, jendela ini kebetulan bisa dibuka dari sini" balas Galang.

Singkatnya kami masuk ke ruangan itu lewat jendela. Aku terkejut melihat isi ruangan ini, kasur yang penuh dengan darah dan kaki wanita itu terpotong di bagian kiri. Dan yang lebih mengejutkanku, terdapat alat seperti gergaji, pisau, alkohol dan alat-alat pemotong lainnya. Wanita itu terlihat lemas sekali dan sesekali mengigau. Ada apa dengan semua ini?

"Jangan...... jangan......." kembali suara wanita itu terdengar lemah.

"Benar kan dugaanku Din, aku merasa aneh dengan semua ini"

"Jangan..... makan...... daging....... itu........"

"Apa maksudnya dengan daging itu Lang?" tanyaku

"Aku tak tahu"

"Mereka...... mereka....... memotongku......" suara wanita itu menghilang, tampaknya dia kehabisan darah dan tewas.

"Din.... mungkin mereka memotong kaki wanita ini untuk dijadikan makanan" kata Galang.

"Tidak mungkin, mereka kanibal???"

"Bisa jadi, tapi yang pasti kita harus cegah teman kita untuk tidak memakan makanan mereka sekarang" kata Galang tegas. "Ayo Din, kita harus keluar dari sini"

Aku dan Galang kembali keluar lewat jendela dan menemui Ibu Ani yang sedang memasak di dapur dalam rumah.

"Bu, ada yang harus kita bicarakan sekarang" kata Galang.

"Eh Galang, Dino, ada apa emangnya" kata Ibu Ani sambil memotong-motong sebuah daging yang aku yakin berasal dari kaki wanita tadi.

"Itu daging apa yang Ibu masak?"

"Daging yang seharusnya dimakan kan?" kata Ibu Ani.

"Lalu apa maksudnya anda menyembunyikan seorang wanita di kamar dengan kaki terpotong?" tanya Galang tegas. Ia sudah membawa sebuah pistol. "Dan daging itu berasal dari kaki wanita"

"Lalu? kita kehabisan bahan makanan sehingga kita memakai jasa wanita itu, lagian nyawa dia sudah tidak tertolong kok" kata Ibu Ani sambil terus memotong daging itu.

"Anda manusia biadab, kami tidak akan memakan daging itu. Kita akan pergi dari sini" Galang mulai menodong pistol itu kearah Ibu Ani.

"Ehh kok buru-buru sih nak, kalian makan dulu baru boleh pergi dari sini. Gak baik menolak jamuan dari tuan rumah"

"AHHHHHHHHHH"

Suara Citra, aku kenal dengan suara itu.

"Sepertinya si Toso sedang bermain sama teman anda"

Aku langsung berlari menuju keluar rumah, kulihat Toso menyandera Citra dengan todongan pistol. Tino menodongkan senapannya kearah kawan-kawanku.

"Jangan bergerak, atau temanmu akan mati"

"Bangsat. Lepasin Citra sekarang" teriakku.

"Atau ibumu ini juga akan mati" Galang muncul dengan menyandera Ibu Ani. Toso dan Tino terkejut sepertinya.

"Kalian semua biadab, berani-beraninya memotong seorang wanita hanya untuk dijadikan makanan"

"Hahaha, ya mau gimana lagi bro, dunia ini sudah berubah"

"Kakkk, tolong aku"

"Bajingan, bisa diam gak sih"

PLAK

Emosiku langsung meledak melihat Citra ditampar oleh orang bajingan itu sampai terjatuh.

"ANJINGG"

DOR

Aku terjatuh saat mendengar suara pistol diledakkan, untung saja peluru itu tidak mengenaiku.

"Jangan mendekat"

"Citra....."

Tiba-tiba Kyla berlari menuju kearah Citra yang terjatuh sambil memegang pipinya.

DOR

Kyla ditembak!

"Bangsat, aku bilang jangan mendekat"

"KAK KYLAAAAAA"

Dengan seluruh kekuatanku, aku merangsek maju ke arah Toso yang tampaknya lengah setelah menembak Kyla.

"AGHHHHHH BANGSATTTT"

Emosiku meluap. Kujatuhkan Toso ke tanah dan kupukul rahangnya berulang kali.

BUUGH BUUGH BUUGH BUUGH

"ANJINGGGG"

Kupukul rahang Toso hingga mengeluarkan darah, dia tak berdaya sama sekali.

DOR DOR DOR

Aku langsung menoleh, tampaknya Anin menembakkan senapannya kearah Tino, dia langsung tewas. Kulihat muka Toso yang sudah bersimbah darah. Kuluapkan emosiku lagi dan kembali memukul orang yang telah menyakiti kawanku.

"Dino....."

"Dino... Sudah cukup" Anin menghampiriku.

"Ahhhhhh Tino, Tosooo" teriak Ibu Ani.

"Itu balasan setimpal untuk anak anda karena ulah biadab anda"

"Tapi itu anakku, kalian juga biadab...."

DOR

Galang menembakkan pistolnya kearah Ibu Ani, dan tewas.

"Lang, kenapa dia ditembak?"

"She deserve to die"

---------------------

Aku tertunduk lesu, melihat tubuh Kyla yang sudah tak bernyawa. Kututup kepalanya menggunakan sapu tangan milik Kyla. Aku tak percaya ia sampai mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan Citra.

"Din...."

"Lang, kita tak bisa tinggalkan dia begitu saja" tanpa sadar air mataku mulai keluar dari sela-sela bola mataku. "Kita harus kuburkan dia, berikan dia tempat yang layak. Dia sudah berkorban menyelamatkan Citra"

"Kak...." Citra menghampiriku dan memelukku erat. Dia menangis.

"Aku setuju sama Kak Dino, Kyla harus dikubur" kata Citra pada Galang. Dia mengganguk tanda setuju.

"Baiklah, aku bantu"

Singkatnya, aku mulai menggali sebuah lubang yang tidak terlalu dalam. Galang ikut membantu. Sebenarnya ini pertama kalinya aku menggali sebuah liang lahat. Setelah jadi aku mulai mengangkat tubuh Kyla dan kutaruh dengan perlahan ke dasar lubang. Kuambil secarik foto yang berisi gambar Kyla dan Zara, kulihat foto itu. Ekspresi bahagia. Aku kembali meneteskan air mata melihat nasib kedua orang ini. Kutaruh kertas foto itu di sela tangan gadis yang sudah tak bernyawa itu. Kutimbun lubang itu dengan tanah bekas galian. Tak lama kami mengelilingi makam itu dan mulai berdoa.

"Ayo Din, kita pergi dari sini" kata Galang. Sebenarnya aku masih berat untuk meninggalkan dia.

"Sebentar" aku membalas.

"Kyla, terimakasih....." air mataku kembali jatuh. Aku masih tidak percaya dengan ini, pagi tadi aku mengutarakan perasaan ke Citra lewat Kyla, sekarang ia sudah tiada. Kulihat Citra juga ikut menunduk dan menangis kehilangan seorang sahabat sekaligus figur "kakak".

"Relakan ya Citra" aku memeluknya dan menenangkannya. Citra menatapku dengan mata berkaca-kaca dan mengganguk. Akhirnya kami meninggalkan makam itu dan berjalan kearah mobil.

"Din......"

"Aku gak apa-apa" balasku.

Tiba-tiba sebuah kupu-kupu hinggap di bahu Citra. Kupu-kupu yang indah. Selama hidupku aku tak pernah melihat kupu-kupu seindah ini.

"Citra, ada kupu-kupu di bahumu" kataku.

"Kak, Itu Kyla...." kata Citra, kupu-kupu itu terbang kearah makam Kyla. Benar kata Citra, mungkin kupu-kupu itu adalah ucapan terima kasih dari dia. Aku tersenyum.

"Iya Citra, mungkin itu dia...."

Kami masuk ke mobil, kuhidupkan mobil itu dan mulai berjalan meninggalkan rumah itu. I will never forget this moment, and this memory too......

Kyla, semoga kamu tenang di sana......

Credits roll (Kyla's Theme)
 
Terakhir diubah:
Sedikit Trivia:
- Balap MotoGP sama F1 sudah sampai ke pertengahan musim, begitu juga dengan cerita ini. Mungkin sekitar 6-7 episode lagi cerita ini akan selesai. Also, mungkin ini adalah episode tersulit yang pernah ane tulis, jadi kemungkinan masih banyak sekali kekurangan hehe.
- Episode ini mengambil ide dari game The Walking Dead Season 1
- Dan juga, penampilan pertama dan terakhir Kyla di cerita ini
- Dah gitu doang trivianya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd