Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
kemaren kemaren ada yang ngebahas trisum ya? kalo dari cast disini, aku berharapnya Anin sih. dan kalo diliat dari karakter yang disajikan, sama aya kayanya rame deh, yang satu napsuan yang satu perhatian (kalo ga salah nilai aya nya) ehehe'

tapi kalo ada cast yang baru, yang turns out adalah perempuan yang "sangat dekat" dengan Anin, aku bakal pilih dia deh.
 
kemaren kemaren ada yang ngebahas trisum ya? kalo dari cast disini, aku berharapnya Anin sih. dan kalo diliat dari karakter yang disajikan, sama aya kayanya rame deh, yang satu napsuan yang satu perhatian (kalo ga salah nilai aya nya) ehehe'

tapi kalo ada cast yang baru, yang turns out adalah perempuan yang "sangat dekat" dengan Anin, aku bakal pilih dia deh.
Untuk saat ini kyaknya cuma empat orang itu aja sih hehe, walau pernah ane mikir kalo nambah satu tokoh lagi. Kandidatnya? Ini dia:

1. Jinan
2. Ramel
3. Saktia
4. Fidly
5. Feni

Tapi karena ngembangin empat orang ini udah cukup susah, yaudah gak jadi hehe.
Anyway, mungkin di episode-episode yang akan datang ada salah satu tokoh yang "keluar" dari cerita ini, siapakah dia? Ditunggu saja.
 
Terakhir diubah:
Untuk saat ini kyaknya cuma empat orang itu aja sih hehe, walau pernah ane mikir kalo nambah satu tokoh lagi. Kandidatnya? Ini dia:

1. Rahasia
2. Rahasia
3. Rahasia
4. Rahasia
5. Feni

Tapi karena ngembangin empat orang ini udah cukup susah, yaudah gak jadi hehe.
Anyway, mungkin di episode-episode yang akan datang ada salah satu tokoh yang "keluar" dari cerita ini, siapakah dia? Ditunggu saja.

Nah, aku pilih nomor 5 aja deh kalo mau trisum, bagus nya sih jadi rebutan itu kaka dino, lucu kayanya
Ehehe

Tapi balik lagi gimana kaka penulis aja, apalah hamba ini
 
"Tujuan kita sekarang ke Surabaya"

"Jauh banget Lang, kita aja masih di sekitar Jawa Barat"

"Ya mau gimana lagi Din, disana tempat yang paling aman"
-----------------------------
"Gimana kak kalau aku pakai topi polisi ini?"

"Waduh Gre, tambah cantik aja kamu"

"Ihhh kak Dino, bisa aja"
-------------------------------
"Aya, kamu gak apa-apa? Kalau kamu belum bisa jalan aku gendong aja"

"Aku gak apa-apa Din"

"Tapi...."

"Jangan bilang aku tidak bisa....."
---------------------------------
"Dino"

"Iya Aya, kenapa?"

"Aku mau membeberkan rahasiaku, tapi jangan bilang siapa-siapa ya"

"Hmmmn oke"

"Sebenarnya aku......."
Episode 7 : Butterflies and Hurricanes
Apdet mungkin sekitar pertengahan agustus

Jangan lupa besok minggu ada F1 GP Jerman hehe
 
Terakhir diubah:
7. Butterflies and Hurricanes

Dengan tenang aku menancap gas mobil ini, jalanan tampak sepi sekali tanpa kendaraan terbengkalai yang biasa kami temui. Kami semua terdiam di dalam mobil terlebih Citra yang duduk di depan. Dia hanya melihat kaca jendela mobil, mungkin dia masih sedih atas kepergian teman dan "kakaknya", Kyla. Kucoba untuk menyalakan radio mobil yang masih berfungsi, mungkin sedikit musik bisa mencairkan suasana.

"Small Hope Radio kembali lagi gais, kali ini Mr Hope akan memberikan beberapa berita. Diantaranya basis militer di Surabaya sedang membangun sebuah tembok untuk melindungi dari mayat hidup."


"Tujuan kita sekarang ke Surabaya" kata Galang memecah keheningan.

"Jauh banget Lang, kita aja sekarang masih di sekitar Jawa Barat" balasku.

"Iya sih, butuh waktu lama kalau pakai mobil"

"Naik pesawat aja gimana kak?" tanya Gracia.

"Gak pernah nyupir pesawat Gre, kecuali kalau kita di dalam dunia game" Anin nyeletuk.

"Iya Nin, kayak di game Grand Theft Auto (GTA) haha"

"Dasar lu Gre"

"Naik kereta?" kata Gracia lagi.

"Sama Gre, gak ada yang bisa nyupir" balasku.

"Berarti memang jalan satu-satunya menggunakan mobil, tapi aku gak yakin kita bisa sampai kesana" kata Dani.

"Gak boleh ngomong gitu Dani, kita harus yakin" kata Aya.

"Benar kata Aya, kita bisa selamat, kita harus yakin itu" Galang dengan ketegasannya ala polisi.

"Siap"

"Kita harus kompak menghadapi semua ini"

"MERDEKKAAAA" sialan, teriakan Gracia benar-benar bikin telinga sakit hehe.

"Apaan sih Gre??"

"Gak apa-apa kak, biar pada semangat hahaha" Gracia benar-benar dah, orangnya nyebelin tapi asyik.

"Citraa, ikutan semangat dong" tambah Gracia.

"Ehh, emmmm iya Gre" balas Citra lirih. Kuusap rambut Citra yang halus sekali. "Ayo semangat Cit" kataku, Citra menoleh kearahku dan tersenyum.

"Dan untuk menemani kalian di sore hari ini, saya akan memutar lagu yang mungkin sangat familiar terutama saat kalian masih di sekolah dasar. Selamat menikmati dan tetap waspada"

"Garuda pancasila...... Akulah pendukungmu...."


Wah pas banget lagunya" kata Gracia sambil menirukan lagu tersebut. Aku jadi keingat waktu jaman SD hafalin lagu itu.

"Hafal bener lu Gre haha" celetuk Aya.

"Iya dong, salah satu lagu penyemangat juga kan"

Tak lama suasana di dalam mobil kembali cair. Kami seakan melupakan kejadian yang barusan kami alami. Aku senang melihat Citra yang mulai kembali ke sifat aslinya, makasih ya Gracia. Hehe.

Mungkin sekitar dua jam kami tiba di sebuah kota. Seperti biasa, kota ini terlihat hancur bahkan masih ada kobaran api disana sini. Aku menyetir mobil ini dengan hati-hati karena banyak sekali puing-puing yang berserakan di jalan. Bahkan masih ada mayat hidup yang berdiri dan berjalan-jalan.

"Tabrak aja gimana?" tanyaku.

"Ngawur lu Din, jangan nanti mobilnya rusak" balas Galang.

"Hehe oke"

"Wah ada Mall ternyata" Anin berkata sambil menunjuk ke arah bangunan besar yang disebut Mall.



"Iya juga"

"Gimana kalau kita mampir kesana?" kata Gracia.

"Gimana Lang?" tanyaku kepada Galang.

"Hmmmmn bolehlah, tapi kita harus tetap siaga"

Singkatnya, mobil ini berhenti di depan mall. Mall ini besar sekali, mungkin ini adalah salah satu sentral belanja terbesar di kota ini. Kami turun dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk mall.

"Jangan lupa bawa senjata kalian, usahakan jangan menembak kecuali kalau situasi darurat, kalau ada mayat hidup yang menyerang gebuk atau tusuk pakai pisau" kata Galang sambil ia menyiapkan senapannya.

"Siapp"

"Yuk masuk"

Anehnya pintu masuk Mall ini dalam keadaan terbuka. Kami mulai memasuki Mall, terlihat masih ada beberapa kobaran api yang menyala. Mall tersebut tampaknya habis dijarah.

"Usahakan jangan berpencar, kita harus tetap bersama" kata Galang.

"Oke bossku" jawabku.

"Lalu, tujuan kita kesini ngapain?" kata Aya.

"Berbelanja dong, tapi kali ini gak pakai uang hahaha" kata Dani.

"Iya, uang jadi tidak berguna sekarang" balasku.

Kami berjalan perlahan, dan benar saja, ternyata ada beberapa mayat hidup yang berjalan-jalan. Tampaknya ada salah satu mayat hidup menuju kemari.

"Nah benda ini akan berguna sekali" Anin memegang sebuah pemukul baseball. Anin lalu maju dan memukul mayat hidup itu di bagian kepala.



BUUUGGG

Anin kembali memukul mayat hidup itu berulang kali sampai mahkluk itu tak bergerak, mungkin sudah mati.

"Berani juga kamu Nin" kataku.

"Hehe kayak di game kan ya" balasnya.

"Anjirrr Nin, kondisi kayak gini lu nganggepnya kayak di game" kata Gracia.

Sial! Ada salah satu mayat hidup lagi menuju kemari. Dengan kapak ini aku bisa membunuhnya.

CRAKKKKK. Kupukul kapak itu di bagian leher. Mayat hidup itu terjatuh bersimbah darah dan mati.

"Kakak hebat" Citra menghampiriku.

"Kamu mau coba?" tanyaku sambil memberikan kapak itu ke Citra.

"Aku gak bisa makai kapak"

"Aku ajari" balasku.

Untuk saat ini rencana berjalan lancar sekali. Kami tidak mengalami kesulitan berarti saat menghadapi mayat hidup yang menyerang kami. Dan Citra tampaknya sudah mahir menggunakan kapak, dia bahkan sudah membunuh tiga mahkluk gila itu.

"Wah bajunya bagus-bagus" Gracia mendekati sebuah stand baju bermerek yang anehnya masih tertata rapi. Dulunya baju ini berharga cukup tinggi dan sekarang tempelan harga itu sudah tidak mengandung arti. Gracia dan Citra mengambil beberapa buah baju di stand itu.

"Enak ya tinggal langsung ambil aja hehe" kata Gracia.

Kulihat Gracia mengambil sebuah topi polisi yang ada di lantai dan memakainya.

"Gimana kak? Hehe"

Aduh Gre.......



"Tambah cantik pakai topi itu Gre" balasku.

"Ihhh kakak bisa aja" balas Gracia terkekeh

"Yaudah yuk pindah tempat"

Singkatnya kami berjalan menuju tempat dimana dijualnya berbagai macam makanan dan minuman. Kami periksa tempat tersebut dan tidak ada mayat hidup.

"Oke, let's shopping guys"



Tampaknya masih ada beberapa makanan dan minuman yang dijual disana, dengan menggunakan troli dorong aku mengambil beberapa makanan ringan dan makanan kalengan. Aku sudah peringatkan Citra untuk tidak mengambil roti karena sudah pasti kadaluarsa.

"Kak ada cokelat" Citra tampak kegirangan melihat jajanan cokelat yang terpajang.

"Yaudah ambil aja Cit" kataku. Citra mengambil beberapa cokelat batangan.

"Yahh kok gak keras" kata Citra cemberut.

"Yang penting bisa dimakan haha"

"Yeee asyikk" Gracia mendorong troli dorong itu seperti mainan.

"Yaampun Gre, kayak anak kecil lu" kata Anin.

"Kalau dulu main troli kayak gini langsung ditegur satpam haha" tawa Gracia. Aku terkekeh melihat kelucuan Gracia.

Aku berjalan meninggalkan Citra dan Gracia yang sedang asyik bersenda gurau. Kulihat Aya dan Dani yang sedang memilih-milih minuman. Ia mengambil beberapa botol air mineral ukuran besar.

"Eh Aya, susu beruang ada kan?" kataku kepada Aya.

"Ada kok, tuh disana" kata Aya.

Aku mengambil satu kaleng susu beruang tersebut dan kuminum sampai habis. Dulu saat kuliah aku paling suka minum susu beruang, seminggu bisa beli empat kaleng, tapi memang rasanya enak banget sih hehe. Kuambil beberapa kaleng.

"Oh iya rokok"

Kuambil juga beberapa bungkus rokok yang terpajang di area kasir. Secukupnya saja.

"Eh Ji, lu bawa apaan tuh?" tanyaku kepada Aji yang sepertinya membawa beberapa botol kaca.

"Yaelah Din, ini bir"

"Jirr ternyata jual bir juga disini" balasku.

"Mantap kan, lagian gratis juga haha.

"Lang, aku temukan ini" kataku sambil menunjukkan botol bir.

"Wah mantap, nanti minum bareng dah. Udah lama gak minum bir" balas Galang.

Sekitar satu jam akhirnya kami selesai mengambil beberapa barang di tempat ini, secukupnya saja dan menurutku ini sudah lebih dari cukup sih sebenarnya.

"Bayar berapa mbak?"

"Lima ratus ribu kak"

Yaampun, sekarang Gracia berpura-pura menjadi kasir sedangkan Citra sebagai pembelinya. Aku tertawa geli melihat kelakuan dua wanita ini.

"Oke kak, selamat berbelanja kembali ya"

"Kalian ini lucu banget sumpah" kataku kepada Citra dan Gracia. Mereka tersenyum kearahku.

"Gak apa-apa kak sekali-kali"

"Si Aji kan kerja jadi kasir minimarket, harusnya lebih cocok dah haha" kata Aya.

"Haha bener kok yang diperagakan si Gre" celetuk Aji.

"Oke, yuk kita pergi dari sini" Galang memberi perintah. Akhirnya kami keluar dari mall yang untungnya tidak ada mayat hidup yang menghalangi. Kami memasukkan barang-barang ke bagasi belakang.

-----------------------

Perjalanan kami berlanjut. Aku kembali menyetir mobil, kucek meteran bensinnya yang menunjukkan bahan bakar masih ada, sepertinya mobil ini irit bahan bakar. Kulihat Citra tertidur, kepalanya bersender di jendela mobil.

"Kita berhenti disini" Aku melihat bangunan seperti kafe karena ada baliho besar bertuliskan "cafe". Kami turun dari mobil dan memeriksa bangunan ini.

"Terkunci" kata Dani memeriksa pintu utama.

"Sini" aku mengacungkan senapan shotgun yang aku ambil dari rumah Ibu Ani dulu. Kupompa senjata itu supaya pelurunya terisi.

DOR! Rantai gembok itu hancur.

"Oke, kita periksa kedalam"

Singkatnya, kami tidak menemukan mayat hidup disini. Kafe ini cukup besar, bahkan bisa dibilang bersih walau sudah ditinggal penghuninya. Aku melihat meja dan kursi yang tertata rapi sekali.

"Oke, kita beristirahat disini sampai pagi, besok kita lanjutkan perjalanan" kata Galang.

"Kopinya mahal juga ya" kulihat Gracia sedang melihat daftar harga yang terpampang di tempat kasir.

"Ya namanya aja kafe Gre" celetuk Citra.

------------------------

Aku berjalan-jalan menyusuri bangunan kafe, sebatang rokok menemaniku sore ini yang terlihat mendung, mungkin sebentar lagi hujan akan turun.

"Eh Dino" tiba-tiba Aya menghampiriku.

"Kenapa Ya?"

"Jalan-jalan bentar yuk" kata Aya.

"Eh, kita kan gak boleh pisah sama yang lain" balasku.

"Gak apa-apa asal gak jauh, yuk" Aya menarik tanganku.

Singkatnya kami berjalan-jalan menyusuri hutan belakang kafe, pepohonannya rimbun sekali mengingat kita sudah masuk ke area gunung. Udara dingin mulai menyengat kulit. Aya berjalan santai sambil sesekali menoleh-noleh.



"Aku suka hutan Din, hehe" kata Aya.

"Oh iya? Kenapa?" balasku.

"Aku sering mendaki gunung Din, dulu juga pernah ikut pramuka hehe"

"Haha aku aja dulu males ikut pramuka" aku jadi teringat masa-masa SMP dimana aku paling malas ikut ekstrakurikuler itu sampai pernah aku pura-pura sakit hanya untuk tidak mengikuti kegiatan persami.

"Dasar Din hahaha"

Tanpa sadar kami sudah berjalan cukup jauh menyusuri hutan ini. Aku mulai khawatir karena jalan yang kita lewati semakin sukar untuk diingat.

"Kamu khawatir ya Din? Tenang aja aku inget kok"

"Kamu yakin Ya?"

"Yakin, yaudah deh udah kejauhan sepertinya. Kita balik yuk"

Tiba-tiba Aya terjatuh, aku langsung menghampiri dia. Dari raut mukanya ia tidak kesakitan tapi anehnya seperti bingung.

"Aya, kamu gak apa-apa kan?" tanyaku.

"Enggak. Enggak mungkin......"

"Apa maksudnya enggak mungkin Ya......"

Tiba-tiba aku merasakan udara dingin yang sangat menusuk kulit. Kulihat sekeliling, sialan! Kenapa tiba-tiba ada kabut disini?

Aku langsung teringat dengan perkataan Galang. Ini kabut kematian!

"Aya, sini aku gendong"

"Aku bisa berdiri Din, tunggu sebentar....."

"Sebentar? Ini kabut kematian Ya, kita harus pergi dari sini secepatnya!"

"Aku bilang tunggu sebentar!" Aya membentakku. Aku tak mengerti.

"Kita cuma buang-buang waktu Ya, aku gendong......"

"Jangan bilang aku tidak bisa"

"Bodo amat Ya, aku gendong sini" Akhirnya aku menggendong Aya. Kabut ini tebal sekali sehingga aku hampir tidak bisa melihat apa-apa di depan.

GGGGRRRRRHHHHHHHHH

GGGRRAAHHHHHHHHHHH

Suara-suara mayat hidup mulai memekikkan telingaku. Mereka ada dimana-mana. Aku terus berjalan dengan sesekali berlari.

"Kita sembunyi disini" aku menemukan sebuah batang pohon yang runtuh, beruntung ada lubang besar disana. Kami bersembunyi didalam lubang itu. Kulihat Aya terisak.

"Jangan bikin suara Ya" kataku kepada Aya. Ia mengganguk. Tak berapa lama aku melihat ada puluhan mayat hidup menuju kemari. Detak jantungku berpacu cepat sekali melihat pemandangan mengerikan ini.



"Uhuk uhuk......" Aku langsung menutup mulut Aya yang tiba-tiba terbatuk. Salah satu mayat hidup menoleh kearahku.

GGGRRRRHHHHHHHHHH

Syukurlah, mahkluk itu hanya melihat saja dan kembali berjalan. Tak berapa lama gerombolan mahkluk itu mulai menghilang namun kabut ini masih terlihat.

"Ayo Ya, kita jalan lagi" kataku. "Kakimu gak apa-apa kan?"

"Iya Din, gak usah digendong lagi" Aya langsung berdiri seakan tidak terjadi apa-apa di kakinya.

Kami melanjutkan perjalanan walau kabut ini terlalu tebal, bahkan aku tidak bisa melihat jelas pepohonan di sekitar.

Sepertinya aku melihat sesuatu, sebuah tenda.



"Kita sementara berlindung disini, sampai kabut ini hilang" kami masuk ke tenda yang ternyata cukup besar. Kondisi didalam terlihat bersih lengkap dengan alas tikar dan selimut. Aku menemukan lampu senter yang anehnya masih menyala, sepertinya tenda ini ditinggal penghuninya.

Aku dan Aya akhirnya terpaksa bermalam di tenda ini. Aku sedang tiduran dengan Aya di sebelahku, kulihat Aya yang tampaknya belum memejamkan matanya.

"Ya, kamu gak tidur?"

Dia tidak menjawab. Aneh.

"Aya?"

Ah, entahlah. Mungkin sebatang rokok bisa membuatku ngantuk.

"Din" tiba-tiba Aya menarik tanganku.

"Temenin aku"

"Nah akhirnya ngomong juga kamu" kataku.

"Din, maafkan aku karena sifatku tadi" kata Aya, dia menatapku. "Gara-gara aku sekarang kita tersesat".

"Iya gak apa-apa kok" balasku. "Semoga aja kita bisa temukan jalan pulang besok, malam ini terlalu berbahaya" Aya mengganguk.

"Semoga aja ya Din"

"Iya dong, kan kata kamu kita harus yakin"

"Hehe"

Kami terdiam. Aku memandang Aya yang termenung, raut mukanya yang manis sekali membuatku berpikiran jelek untuk saat ini. Tapi dengan cepat kubuang pikiran itu.

"Yaudah, tidur yuk" kataku kepada Aya.

"Emhhh Din"

"Iya"

Tiba-tiba Aya mendekatiku dan mencium bibirku, aku tidak siap dengan gerakan spontan Aya sehingga aku terjatuh.

BRUK

"Ma...maaf Din" Aya mendekatiku.

"Emhhh, Ya, kamu kenapa sih?" tanyaku. Aya hanya diam sambil terus menatapku.

"Din......" suara Aya tiba-tiba berubah pelan, suara yang belum aku dengar selama aku kenal dia. Tiba-tiba ia menyerang bibirku kembali, cukup buas. Aku awalnya tidak bisa mengimbangi cumbuannya namun lambat laun aku mulai mengimbanginya.



"Slllrpppppp sllrpppppp" kami bercumbu cukup lama sampai akhirnya aku melepas bibirnya.

"Aya, kamu kenapa cium aku?" tanyaku, walau sebenarnya aku ingin sekali melanjutkan ciuman ini. Dia diam saja sambil menatapku dalam. Matanya yang bulat indah itu seakan-akan menghipnotisku.

"Aku.... Aku....." Dia tampak bingung menjawab.

"Sebagai balas budi....."

"Balas budi? Maksudnya?"

"Kamu orangnya baik banget Din, perhatian sama wanita. Aku lihat sendiri kok gimana kamu kasih perhatian sama Anin, Citra, Gracia, Kyla. Itu membuatku iri" jawab Aya.

"Intinya, aku iri sama kamu"

"Kita kan harus saling tolong menolong Ya, wajar aku melakukan semua ini" kataku.

"Kamu pernah menolongku mencari obat untuk Dani. Itu yang membuatku semakin kagum sama kamu Din" kata Aya.

"Iya, terima kasih"

"Terima balas budi ini Din, tolong...." Aya menggesek-gesekkan selangkangnya, bersamaan dengan buah dadanya yang menekan dadaku. Otomatis libidoku mulai naik.

"Tapi, tapi Ya bukan begini caranya........"

"Tititmu keras Din, gak usah bohong" Sialan! Bagian organ ini memang keenakan digesek selangkangannya.

"Emmmmmm"

Aya kembali menciumi bibirku, kubalas kelakuan dia. Lidahku berusaha menggaet lidah Aya dan seperti biasa, aku mengisap liurnya sebanyak mungkin. Aya mendesah disela-sela cumbuan akibat perlakuanku.

"Slllrrpppppp ughhhhhhh Dinnnnn...."

Sepertinya dia keenakan.

Tanganku mulai bergerilya menuju buah dadanya, kuremas buah dada yang ternyata sekal sekali itu di saat aku masih bercumbu ria.

"Ahhhhhh Dinooooooo......." Aya melepas cumbuan ini dan mendesah cukup keras. Aku bisa memberikan kesimpulan kalau bagian ini adalah titik sensitifnya. Untung saja ini di hutan jadi desahan sekeras apapun mungkin hanya binatang-binatang yang kedengaran.

Aya kembali menciumi bibirku, namun ini lain, ciuman ini lembut sekali seperti seakan-akan aku bercumbu bersama seorang wanita yang kucintai. Kubalas ciuman itu dengan lembut tentunya. Tubuhku tiba-tiba terasa panas, aku sudah tak tahan dengan libidoku yang selalu berapi-api disaat aku bercumbu dengan wanita. Tampaknya Aya merasakan suhu tubuhku.

"Kenapa Din, kamu gak tahan?" Aya tersenyum. Ah! Senyumannya seksi sekali, mirip dengan Citra.

"Yaudah, aku buka" Aya membuka kaos berwarna biru itu, dan tampaklah buah dada yang terlapisi bra berwarna putih. Besar dan sekal dan, Ah! perutnya rata dan mulus sekali, bentuk pusarnya juga menggemaskan.

Serius. Ini indah sekali.

"Kenapa dilihat Din?"

"Seksi sekali Ya"

"Bisa aja kamu hehe"

Kutarik lebih dekat tubuh Aya yang sudah setengah telanjang itu, kujilati bagian leher dan bagian dekat telinganya sesekali kugigit leher putih dan jenjang itu meninggalkan bekas merah. Aya tampaknya merasakan kenikmatan lebih saat kumainkan bagian ini, ditandai dengan lenguhan seksinya yang semakin intens.

"Ahhhhhhhh Dinnnnnn aghhhhhh"

"Terussss Dinnnnn aghhhhhhhh"

Setelah bosan menjamah leher dan telinganya, kupindah lidahku menuju bagian buah dadanya yang kencang itu, kuhisap bagian putingnya yang berbentuk mungil dan lucu, Aya merawat tubuhnya dengan sangat baik. Desahan nikmat kembali keluar dari mulutnya. Suara-suara itu terus menaikan libidoku.

"Aku buka ya" kataku kepada Aya.

"Biar aku aja"

"Ohh oke"

Aya melepaskan celana panjangnya, celana itu terlepas menampakkan bagian selangkangannya yang masih tertutup celana dalam berwarna hitam.

"Din"

"Iya?"

"Aku kira kamu itu cowo mesum, tapi perkiraanku salah Din, kamu orang baik" kata Aya. Sebenarnya perkataannya tadi menusuk hatiku.

"Ehhhhhh"

"Hehe yaudah mau dilanjut?"

Aya melepaskan celana dalamnya, sekarang dia tidak mengenakan sehelai benang pun. Dengan semangat aku juga melepas semua pakaianku termasuk celana dalam. Batang kemaluanku langsung tegak mengacung melihat pemandangan yang sangat indah ini. Aya tampaknya terkejut sampai tangannya menutupi mulut.

"Dino, ini gede banget"

"Hehe"

Tangan Aya langsung menggengam kemaluanku, ia meremas dengan kuat sehingga aku mendesah.

"Ahhhhhhh Ayaaaaaaa"

"Keenakan ya kamu hehe" dia terkekeh puas.

Dengan cekatan Aya mengurut-urut batang kemaluanku sesekali tangan yang lainnya memijat lembut buah zakarku. Perlakuannya membuatku merem-melek keenakan. Jujur sebenarnya aku paling lemah pada situasi saat ini. Aku yakin jika dia terus melakukannya, aku akan keluar duluan, dan ini memalukan buatku.

"Ayaaaaa aghhhhhh cukuuuppppp"

Aya menghentikan aktivitasnya, lalu ia kembali mencumbu bibirku. Kami berpagutan sejenak.

"Aya, aku mau ngomong sesuatu"

"Iya Dino?"

"Kamu bener pernah gituan sama Dani?"

"Ehhhhh" dia terkejut.

"Emmmm, pernah" jawabnya. Gak kaget sih karena pernah ngintip juga.

"Ohh oke" balasku.

"Oke? jangan-jangan pernah ngintip ya??"

"Ehhh?" aku berpura-pura memasang muka kaget. "Engga kok"

Aya terdiam sejenak, menatapku heran.

"Yaudah kalau gak mau ngaku" tiba-tiba Aya mengarahkan selangkangannya kearah batang kemaluanku. Tepat sasaran sehingga batang itu melesak masuk ke liangnya.

"Oughhhhhhhhhh" aku dan Aya mendesah berbarengan. Sial! liang kemaluannya sempit sekali. Sesekali Aya mengejan dan benar saja batang kemaluanku terbetot keras di liangnya. Serius, ini nikmat sekali.

"Ayaaaggghhhhh" mungkin baru kali ini aku mendesah keras disaat berhubungan badan. Aya kembali menciumku dan aku membalasnya, lumatan demi lumatan aku lancarkan di bibirnya. Aya mulai menggerakan pinggulnya naik turun, gerakannya sangat lembut walaupun liang kemaluannya sempit sekali.

"Ughhhhh Dinnnnnn gimana, ngaku gakkk oghhhhh" kata Aya dengan campuran suara desahannya.

"Aghhhhh sempit banget Ya, aghhhhhh iyaaaa aku ngakuuuu" balasku.

"Hehe hehehe gitu dong aghhhhhh" Aya mempercepat gerakan pinggulnya sehingga kemaluanku semakin menggesek dinding kemaluannya. Kurasakan didalam liangnya sudah basah karena cairannya. Lambat laun gerakan pinggulnya semakin lemah. Saatnya pembalasan!

Kupeluk bagian pinggangnya yang langsing itu. Kusiapkan ancang-ancang untuk memulai proses kopulasi ini. Aya menatapku dengan sayu, membuat libidoku semakin tak terbendung.

"Aghhhhhhhhh"

Kuhujam batang kemaluan ini kedalam liangnya kembali, bahkan aku merasakan kemaluanku menabrak mulut rahimnya. Kudiamkan sejenak untuk menikmati setiap denyutan kemaluannya yang sudah basah itu. Setelah dirasa cukup aku mulai menggerakan pinggulku. Awalnya pelan-pelan saja. Tubuh Aya kurasakan bergetar menikmati batang kemaluanku.

"Dinooooo ahhhhh ahhhhhhh"

10-15 hentakan pelan aku lancarkan, setelah cukup aku mulai menaikkan tempo.

Plok plok plok

"Ahhhhhh ahhhhh ahhhhhhh enak Dinnnnnn"

Kugempur kemaluan Aya terus menerus, tidak kubiarkan dia untuk berhenti. Sekitar lima menit an kurasakan dinding kemaluannya berkedut hebat pertanda orgasmenya hampir tiba.

"Oghhhhhh Dinooooo akuu keluarrrrrr"

Akhirnya Aya meraih orgasmenya, batang kemaluanku terbetot kencang oleh liang surganya dan kurasakan cairan cintanya menyembur didalam memberikan sensasi hangat dan licin. Aku diamkan batangku didalam kemaluannya, napas Aya tersengal-sengal menikmati orgasmenya.

"Enak?" Aku melihat ekspresi muka Aya yang terlihat sangat menggoda setelah orgasme. Ia mengganguk.

"Ughhhh Din"

"Mau dilanjut?" kataku.

"Iya lanjut aja Din"

Kulepas batang kemaluanku dari liangnya, kurasakan cairan kentalnya keluar dari sela-sela bibir kemaluannya yang tebal itu. Kulihat sejenak bagian vitalnya, aku kagum dengan bentuk bibir kemaluannya yang merah merekah itu. Dengan spontan aku menjilati setiap bagian bibir kemaluannya, Aya mengerang nikmat akibat seranganku.

"Ahhhhh Dinoooo kamu ngapain sihhhh"

Kuabaikan perkataan dari dia, kuhisap cairan cintanya yang meluber keluar. Rasanya yang khas dan enak sehingga aku semakin rakus melahap cairan itu. Tak lupa aku menjilati daging kecil yang sudah tegang itu. Bagian paling sensitif seorang wanita. Tentu saja Aya mendesah kembali, bahkan lebih seksi dari yang sudah-sudah.

Slllrppppp slllrrppppplll

"Ahhhhhhh terusssssss terusssss Dinnnnn"

Jemariku mulai mengusap-usap bagian selangkangannya, lalu dengan menggunakan jariku aku mulai merogoh mulut kemaluannya, pelan saja. Kutelusuri setiap senti liang kemaluannya dengan jariku, setelah kurasa siap aku mulai menggosok-gosok jariku di dalam liangnya.

"Ahhhhhh ahhhhhh Dinoooo aghhhhhh"

"Jangan berhentiiiiii ahhhhhh ahhhhhhh"

Cukup lama jariku bermain di liang kemaluannya, Aya membalas perlakuanku dengan kedutan-kedutan kencang. Oh! Sepertinya aku menemukan bagian paling sensitifnya, kuusap bagian itu. Seperti dugaanku, tubuh Aya terangkat akibat perlakuanku.

"Dinoooooooo"

Aku semakin semangat meng-hand job kemaluan Aya. Kutingkatkan intensitas gesekan jariku di bagian sensitifnya.

"Oooghhhhhhhh aku keluarrrrrrr Dinnnnn kyaaaaaaaaa"

Kemaluannya berkedut kencang meremasi jariku di dalam kemaluannya, dan wow, lubang kencingnya menyemburkan cairan bening. Aku sukses membuatnya squirting. Cairan itu menyembur cukup banyak seperti pipis. Tubuh Aya bergetar seperti orang ayan, sepertinya dia baru pertama kali merasakan tipe orgasme ini. Tak berapa lama tubuhnya melemah.

"Ughhhhhh Dinoo" Aya mengambil napas dalam-dalam. Tenda ini mulai pengap dan hanya tercium campuran bau keringat dan cairan orgasmenya yang sudah membasahi tikar ini.

"Hehehe kamu gak apa-apa?" tanyaku. Aya menatapku lemah, matanya sayu sekali. "Kamu baru pertama kali merasakan ini kan?" tanyaku.

Aya hanya mengganguk, buah dadanya membusung dan terlihat naik turun. Kucium bibirnya lembut.

"Kamu kayaknya capek Ya, kita istirahat aja yuk" sebenarnya aku tidak tega melihat kondisi Aya yang lemah sekali, walaupun tentu saja aku belum puas dengan ini semua.

"Aku gak apa-apa Din, lanjut aja" balasnya lemah.

"Tapi Ya....."

"Ayo ah lanjut" Aya berganti posisi, sekarang ia menungging. Memperlihatkan pantatnya yang sekal dan seksi karena kulitnya yang putih tanpa cacat. Kemaluanku kembali tegang melihat pemandangan duniawi ini. Kuremas pantatnya.

"Eh Aya, punggung kamu kenapa?" aku melihat bagian bawah punggung Aya terdapat bekas luka yang cukup panjang.

"Oh, itu luka lama kok hehe" balasnya. Okelah bukan masalah.

"Aku masukin lagi ya"

Kumasukkan batang kemaluanku ini kedalam lubang surgawinya, aku langsung tancap gas dengan menggerakan pinggulku. Aya kembali mendesah.

"Besaarrrrrr Dinnnnnnnn aghhhhhhhhhhh"

Kedua tanganku meremas-remas pantat Aya, gemas sekali karena benar-benar sekal. Sesekali aku menekan dalam kemaluanku sehingga menabrak mulut rahimnya. Kutingkatkan intensitas persetubuhan ini, desahan dan lenguhan Aya dan sesekali aku mewarnai dinginnya malam ini. Aku tak peduli suara nikmat ini terdengar oleh mayat hidup yang mungkin saja ada diluar tenda.

Tak berapa lama tubuhnya kembali bergetar, kemaluannya kembali meremas kuat batang kemaluanku. Aya meraih orgasmenya namun aku tetap menggenjot kemaluanku, aku sangat ketagihan dengan organ intim wanita ini, bahkan kalau perlu aku bisa melakukan ini semalam suntuk. Desahan Aya semakin memekikkan telingaku, justru itu sebagai cambuk untuk terus menikmati tubuh mudanya.

"Dinooooo akuuu keluarrrr lagiiiiiiiiii"

Semburan cairannya semakin kuat, kunikmati kehangatan liang kemaluannya yang semakin basah saja. Aku rubah posisinya, sekarang Aya dan aku saling bertatapan, kucumbu kembali bibirnya dan kuisap liurnya, yang pasti aku semakin liar menikmati persetubuhan ini.

Kembali aku menggenjot kemaluannya, desahan demi desahan keluar dari mulut Aya. Cukup lama kami melakukan persetubuhan dalam posisi ini, dan sepertinya batang kemaluanku mulai berdenyut-denyut.

"Ayaaaaghhhhh aku mau keluarrrrrrr"

"Iyaaaaghhh Dinooo sayanggg akuuu jugaaaa ahhhh ahhhhh"

"Keluarin dimana?" tanyaku sambil terus menggauli Aya.

"Dalemmm ajaaaa aghhhhhh akkuuu amannn kokkk ohhhhh"

Okelah.

Kupompa kemaluanku lebih cepat untuk segera meraih orgasmeku, kuremas-remas buah dadanya untuk mempercepat orgasme Aya. Tak lama tubuhku bergetar hebat.

"Keluaaarrrrrr aghhhhhhhhhh"

"Aghhhhhhhh kyaaaaaa Aya jugaaaaaa"

Kemaluanku berkedut kencang, menyemburkan semua cadangan maniku kedalam liang kemaluannya. Tubuh Aya berguncang merasakan kembali nikmatnya orgasme. Tubuhku bergetar menikmati orgasme hebat ini. Setelah beberapa menit tubuhku mulai melemah, aku cabut batangku dari kemaluannya, cairan maniku meluber keluar dari bibir kemaluannya, cukup banyak kurasa.
Tubuhku terasa lemas sekali. Posisi Aya berada di atas dadaku, dia juga lemas setelah mendapat orgasme yang begitu intens karena persetubuhan tadi.

"Mmhhh Din"

"Iya Aya" aku mengelus rambutnya perlahan.

"Aku mau beritahu rahasiaku, jangan bilang siapa-siapa ya Din" kata Aya dengan suara yang lemah.

"Hmmmn oke"

Aya menatapku, matanya terlihat sayu.

"Sebenarnya aku......."

(Aya's Theme)

"Aku pernah lumpuh Din"

"Hah??" Aku terkejut mendengar perkataan Aya.

"Dulu sebelum bencana ini, aku mengalami kecelakaan mobil, aku selamat tetapi karena ada bagian tulang belakang yang remuk, aku lumpuh. Kamu tadi lihat bekas luka di punggung bawahku kan?" kata Aya. Aku mengganguk.

"Tapi... kenapa kamu bisa berjalan lagi?" tanyaku heran.

"Aku tak tahu Din, tapi saat bencana ini terjadi, tiba-tiba saja aku bisa menggerakkan kakiku lagi" kata Aya. Aku heran dan bingung mendengar perkataan dia, setahuku kelumpuhan tidak bisa sembuh secepat yang dialami Aya. "Saat itu aku di rumah sakit. Terjadi kepanikan disana" tambahnya.

"Aku melihat banyak orang-orang bersenjata menembaki beberapa pasien disana. Mungkin karena mereka jadi mahkluk itu, beruntung aku bisa melarikan diri dari rumah sakit itu"

"Mayat hidup ya?" Aya mengganguk.

"Ya ampun Aya, benar-benar beruntung ya kamu"

Aya tersenyum.

"Kalau kamu belum percaya, coba kamu cubit kakiku, sekuat mungkin"

"Tapi Ya...."

"Coba aja"

Aku menuruti perintahnya. Tanganku lalu mencubit bagian betisnya yang putih itu. Anehnya dia tidak merasakan kesakitan walau aku sudah mencubitnya sekuat mungkin. Dan anehnya lagi, kulit itu tidak membekas saat aku cubit.

"Kamu lihat sendiri, aku gak merasakan sakit sama sekali"

"Aneh"

"Iya, aneh. Mungkin ini mukjizatku dari bencana ini Din"

"Masih belum percaya? Gigit kakiku....."

"Iya Aya, aku percaya kok" kataku.

"Aku merasa bebas Din, bebas dari kursi roda. Aku bersyukur sekali bisa mendapat mukjizat ini" Aya meneteskan air matanya, tentu saja ia bahagia. Aku memeluk tubuhnya cukup erat. Kami saling bertatapan dan melihat mata Aya yang berkaca-kaca, dan kucium kembali bibirnya lembut. Aya membalas ciumanku dengan lembut juga. Aku merasakan ciuman yang berbeda dari Aya, benar-benar romantis.

"Kamu mirip banget sama Rudi"

"Rudi?" tanyaku heran.

"Tunanganku" balasnya.

"Ohh"

"Aku sama Rudi seharusnya sudah menikah, tetapi karena kecelakaan itu dia meninggal"

"Sabar ya Aya" aku mengelus rambutnya.

"Tidur yuk, besok kita lanjutkan perjalanan"

"Iya Din, capek banget aku haha"

"Haha sama" aku kembali mengenakan pakaianku dan celanaku. Aya melakukan hal yang sama. Kami pun tertidur dengan saling berpelukan karena suhu dingin yang menyengat malam ini.

----------------------------

"Oke, mungkin ini jalan yang kita lalui sebelumnya, semoga aja benar" kataku kepada Aya.

"Iya Din, semoga saja"

Kami melanjutkan perjalanan kembali menuju lokasi teman-teman kita, aku berusaha untuk mengingat jalan menuju ke tempat kawan kami. Kulihat Aya terlihat lemas berjalan.

"Kamu gak apa-apa kan Ya?" tanyaku.

"Masih lemas Din, tapi gak apa-apa kok" balas Aya.

"Maafkan aku, seharusnya kita gak melakukan hal itu tadi malam" sebenarnya aku merasa bersalah menggaulinya.

"Udah gak apa-apa kok, biarkan ini jadi rahasia kita berdua" balas Aya.

Kami melanjutkan perjalanan, udara pagi ini segar sekali, membantu pernapasanku yang secara tidak langsung menambah tenagaku.

"Din, kayaknya kita lewat sini aja deh"

"Kamu yakin Ya?" balasku.

"Iya yakin"

"Oke, kita lewat sini"

Kami berjalan menyusuri hutan, menghindari bebatuan yang cukup banyak disana-sini. Aku sebenarnya hampir putus asa karena sampai sekarang aku hanya melihat pepohonan saja.

"Dino, itu dia"

Benar kata Aya, akhirnya kami sampai di bangunan tempat kawan-kawan kami. Aku langsung membuka pintu belakang.

"KAK DINOOO" Citra langsung memelukku erat, dia menangis.

"Kakak darimana aja sih? Aku khawatir banget"

"Aku sama Aya tersesat di hutan, untungnya kami menemukan tenda untuk bermalam, aku baik-baik aja kok"

"Ya ampun Dino, Aya. Kalian gak apa-apa kan?" Galang mendekati kami.

"Aman kok hehe"

"Untung aja kalian gak kami tinggal soalnya kabut kemarin tebel banget, kita gak bisa bergerak disini" kata Galang.

"Aya" Dani mendekati Aya yang terlihat lemas. "Dani, aku minta minum"

Aku duduk bersandar di dinding, kubuka kaleng susu beruang yang kuambil dari mall kemarin, kuteguk minuman itu hingga habis. Semoga saja dengan susu ini tenagaku kembali pulih.

"Maafkan aku Lang, seharusnya aku bilang ke kamu kalau aku sama Dino mau jalan-jalan"

"Lain kali kita gak boleh terpisah Ya, kita harus tetap bersama demi keselamatan kita" kata Galang.

"Iya Lang"

"Yaudah kalian istirahat dulu, nanti siang kita lanjutkan perjalanan"

Kuhisap batang rokok ini dalam-dalam. Aku sedang duduk santai di bawah pepohonan. Aku tidak percaya bisa menikmati tubuh Aya, terbayang sejenak permainan nakal kami di benakku, namun di satu sisi aku kasihan dengan dia yang sudah kehilangan tunangannya dan pernah lumpuh akibat kecelakaan yang dialaminya.

"Heh Din" tiba-tiba Anin mengagetkanku.

"Apaan Nin?"

"Kamu ngapain aja sama Aya?" pertanyaan Anin mengejutkanku.

"Gak ngapain-ngapain kok" aku jelas berbohong.

"Hmmmmn masak sih?" Anin menatapku.

"Iya beneran dah" balasku. Tatapan mata Anin semakin tajam.

"Mmhhhh Din, aku pengen ini" tangan Anin tiba-tiba meremas selangkanganku.

"Anin, kamu ngapain sih??"

"Gak usah bohong Din, kamu ngentot sama Aya kan?" remasan tangannya semakin kuat, sehingga batang kemaluanku mengeras.

(Anin's Theme)

"Ahhhhh Nin" aku mendesah pelan.

"Okelah kalau kamu gak ngaku" Anin melepas risleting celana jeansku, dengan spontan tangannya merogoh celana dalamku dan mulai meremas buah zakarku. Aku melihat-lihat sekeliling untuk memastikan tidak ada orang selain kami.

"Nin kamu nekat banget oghhhhh"

Anin berhasil mengeluarkan batang kemaluanku yang sudah tegang mengacung. Ia mulai memasukkan kemaluanku ke mulutnya, lidahnya dengan lihai menjilati setiap bagian batangku dan sesekali meremas kencang buah zakarku. Aku menutupi mulutku untuk mengurangi suara desahanku.

"Sssllllrpppppp sllleerpppppp sslllrrppppp"

Kepala Anin naik turun menikmati kemaluanku. Intensitasnya semakin meningkat sehingga aku tak tahan menahan aliran maniku yang sebentar lagi keluar.

"Aniiiinnnnnnnnn aku keluarrrrrr"

Kemaluanku berkedut hebat, cairan maniku tersembur di dalam mulutnya. Anin menggeram merasakan semburan cairan ini. Ia menghisap habis setiap cairan itu dan menelannya. Aku bisa berikan kesimpulan kalau Anin sangat menyukai maniku.

"Hoooghhhhhhhh. Tumben kamu cepet keluar Din"

"Aku capek Nin, maklum hehe"

"Ngaku ya, kamu gituan sama Aya kan?" tanya Anin sambil mengelap sisa-sisa maniku yang belepotan di bibirnya.

"Hhhhhhhhh iya Nin"

"Hahaha dasar mesum kamu Din" Ia tertawa.

Aku tak menghiraukan Anin, kumasukkan batang kemaluanku yang sudah lemas ini kedalam celana sambil kubetulkan celanaku

"Lah Din, gak main dulu?" tanya Anin heran.

"Kapan-kapan aja Nin ya, bentar lagi kita kan jalan hehe"

"Sebel"

"Eh jangan bilang ke Aya, atau Citra dah" kataku.

"Iya iya asal aku dipuasin juga hihihi"

Aku menghela nafas dalam-dalam untuk mengisi tenagaku yang terkuras akibat orgasme tadi. Semoga aku tidak mengantuk pas nyetir nanti.

Credits Roll
 
Sedikit trivia:

Sebelumnya, maaf kalau apdet ini lebih pendek dari episode2 sebelumnya. Maaf juga kalau apdetnya lebih cepet dari jadwal. Maaf juga kalau masih banyak kekurangan.

1. Lima episode lagi menuju akhir
2. Ke F1. Pembalap asal Belanda (negaranya si adrian tuh) Max Verstappen menang lagi di GP Jerman kemaren, Mercedes terpongkeng di kandangnya sendiri. Balapannya sendiri amat sangat seru, udah lama banget gak ngerasain nonton F1 seseru ini. Dan besok minggu balap lagi di Hungaria, semoga balapnya tetap seru.
3. Ke MotoGP, cepet sembuh ya hohe. Tapi rumornya bakal pensiun tahun ini. Masa depannya Vale46 juga masih dipertanyakan. Dan jangan lupa juga besok minggu ada balap MotoGP di Brno hehe
4. Ke WRC (balap reli, ada yang ngikutin?), respect buat pembalap selandia baru, Hayden Paddon yang batal ikut reli Finland kemarin karena kecelakaan saat testing.
5. Ke sepakbola, Inter cuma butuh striker lagi gak bisa ngandalin primavera yg belum mateng.
6. Ke video game, ada yang sudah lihat trailernya Call of Duty Modern Warfare? Game yang paling ane tunggu setelah Death Stranding, FF7 Remake dan Cyberpunk, kayaknya bakal worth it soalnya gameplaynya benar2 ala CoD lawas hehe.

Lah, kok trivianya melenceng banget?
Maaf hehe
Oke, ni trivianya

1. Judul episode ini mengambil ide dari judul lagu Muse.
2. Karakter Aya juga mengambil ide dari salah satu serial TV terkenal, Lost.
3. Lokasi episode ini ada di daerah Jawa Barat (dan yang pasti, daerahnya fiksi)
4. Karakter baru? Untuk saat ini enggak dulu karena keterbatasan waktu
5. Shotgun yang dipakai Dino adalah jenis Mossberg 500, yang biasa dipakai oleh polisi brimob kalo gak salah
6. Senjata api yang sudah muncul di cerita ini so far: SS2, Glock 17, Mossberg 500.
7. Aya: Butterfly, Anin: Hurricane, Citra: Moon, Gracia: (?)

Happy reading, dan ingat cerita ini hanya fiksi belaka, jangan dibawa serius. Cheers :) :)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd