Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Lanjut aja kak.

Tapi jangan dipotong juga adegan spesialnya, nanti ga masuk platform ini dong.

Ya, bener, update nya malam aja, kalo diistarahatkan takutnya mood ceritanya hilang, aku sih mikirnya gitu
 
14. Denied


Pagi ini sama seperti hari-hari sebelumnya, berawan. Sinar matahari terhalang oleh gumpalan awan putih dan abu-abu, mungkin sekarang sudah memasuki musim penghujan, aku juga tidak tahu sekarang bulan berapa dan kapan.

Rencananya, besok kami akan ke kota untuk mengambil barang-barang seperti biasa. Namun kami memprioritaskan untuk mencari dan mangambil barang elektronik yang mungkin masih bisa dipakai, aku akan mencoba mencari magic jar siapa tahu masih ada di kota, mungkin aku bisa mengotak-atik alat itu supaya bisa hidup hanya menggunakan baterai aki, kebetulan sebelum bencana ini aku lumayan ahli di bidang elektronik dan pernah ikut bekerja di tempat reparasi punya temanku hehe. Sebelumnya kami berhasil mendapatkan dua karung beras dari sebuah gudang penyimpanan makanan yang terbengkalai, letaknya cukup jauh sekitar 20 km dari tempat tinggal kami. Setidaknya beras ini sudah lebih dari cukup untuk persediaan makanan kami setidaknya sampai beberapa minggu kedepan.

"Eh Din, nanti ambil semua senjata-senjata kita ya" tanya Galang.

"Hah? buat apa?" tanyaku balik.

"Dibersihin lah Din, biar gak macet senjatanya"

"Ohhh oke. Eh tapi bukan aku doang kan yang bersihin?"

"Ditemenin Anin kok nanti, hehe"

Aku hanya mengangguk mengiyakan perintahnya. Setelah beres mengambil beberapa senjata api dari gudang, kubawa tas berisi senjata itu keluar. Tugasku sekarang membersihkan semua senjata api milik kelompok kami. Untuk lebih lengkapnya, ada 8 pucuk senapan bertipe Assault Rifle; dengan rincian 4 senapan SS2, 3 SS1 dan satu senapan milik Rachel yang diketahui adalah HK416 katanya si Galang. Senjata itu jauh lebih ringan ketimbang senjata-senjata kami dan hanya dipakai oleh pasukan khusus terorisme.

Selanjutnya adalah 12 pistol yang terdiri dari 6 jenis Glock 17 dan 19, 2 termasuk satu revolver milikku dan 3 shotgun. Amunisi masih bisa dibilang cukup walau kita harus berhemat, gunakan senjata api jika kondisi benar-benar mendesak. Senjata tajam sudah cukup efektif untuk melawan mayat hidup karena mudah digunakan dan tidak membutuhkan peluru. Cara membersihkan senjata api juga tidak sembarangan dengan hanya mengelap bagian-bagiannya dengan kain, ada alatnya sendiri yang disebut "Cleaning kit". Alat itu kami temukan saat menjarah kantor polisi tempo hari.

(Note: Pindad SS1 dan SS2 adalah senjata asli buatan Indonesia dengan basis senjata asal Belgia, FN FNC yang dimodifikasi)

Sepertinya aku akan mulai membersihkan pistol dulu, karena cara bongkarnya lebih mudah dari senjata yang lain.

Mula-mula kukeluarkan magasin pistol, lalu kutarik popor senjata (chamber) untuk memastikan tak ada peluru disana. Setelah beres kutekan tuas untuk membongkar popor itu dengan hati-hati.

Oke, bagian itu sudah lepas. Saatnya dibersihkan dengan sikat halus dan melumurinya sedikit dengan cairan pembersih. Tak butuh lama untuk membersihkan pistol ini kira-kira cuma butuh lima menit.

"Din" tiba-tiba ada yang memanggilku, ternyata Anin.

"Hei Nin" kubalas sapaan dia sambil mengambil langkah duduk disampingku. Tercium bau shampo dari rambut panjangnya yang masih basah. Anin mengenakan kaos warna putih yang cukup ketat sehingga buah payudaranya cukup menonjol, mataku terus memindai setiap bagian tubuhnya dan tentu saja kemaluanku mulai mengeras, menimbulkan rasa tak nyaman di selangkanganku.



Entahlah, dia memang memakai pakaian itu sengaja untuk memancingku atau tidak

"Emmm Din...." Anin menatapku dan menggoyangkan badanku. Suaranya yang seductive itu langsung membuatku tersadar.

"Eh gimana-gimana?" tanyaku spontan.

"Tuh kan mulai...." Anin tampaknya mengerti apa yang ada didalam otakku.

"Hehe sorry"

"Dasar, pagi-pagi udah mikir mesum ya Din? hihihi" kekeh Anin mengejekku, aku hanya diam saja sambil membersihkan pistol ini. Kami terdiam dan sibuk dengan kegiatan kami sendiri.

Satu pistol sudah beres aku bersihkan, saatnya beralih ke pistol lain.

"Eh Din" celetuk Anin.

"Iya kenapa Nin?" balasku.

"Kamu lagi pacaran sama Nadila ya?" pertanyaan Anin membuatku sedikit terkejut.

"Eh enggak kok, kita cuma temenan doang" balasku meyakinkannya.

"Masak sih Din? gak usah bohong dah" Anin memasang muka penasaran yang justru membuatku gemas.

"Lalu Citra gimana Din?" tanyanya lagi. Entah kenapa ini dia kepo amat sama urusanku.

"Emmm...." aku hanya bergumam, bingung ingin menjawab pertanyaannya.

"Udah gak apa-apa Din santai aja hehe. Kita kan temen jadi gak masalah kamu mau jawab apa" katanya. Aku hanya mengangguk, mungkin aku harus curhat padanya.

"Aku gak pacaran sama siapa-siapa kok Nin. Baik dengan Citra maupun Nadila" kataku.

"Lah, terus selama di camp dulu kamu sekamar sama Citra ngapain coba kalau gak ngewe....."

Aku tersentak mendengar perkataan Anin, walau aku sendiri tidak kaget Anin berkata seperti itu. Selama aku berteman dengannya kami sering berkata vulgar dan kami tak pernah merasa jengah.

"Emmm gimana ya...." kugaruk kepalaku.

"Gak mungkin cowok kayak kamu gak ngapa-ngapain cewek satu kamar" kata Anin, aku hanya mengangguk-angguk saja.

"Gimana ya, aku ngelakuin itu semua karena aku kasihan sama dia. Tapi aku juga bingung.... ah gimana ya...."

"Hahaha yaampun Din gitu aja sampai bingung. Udah ngaku aja kalau kamu emang suka sama Citra atau Nadila. Eh iya sebelumnya kamu sama Nadila pernah pacaran?" dia balik bertanya padaku.

"Belum pernah, sama sekali" jawabku.

"Lah, seriusan Din?"

"Iya. Selama hidupku aku belum pernah pacaran Nin"

"Dih, kasian amat hidup lo wkwk. Tapi kok kalo ngewe jago banget dah." Anin tertawa kecil sambil memasang kembali bagian pistol yang sudah terlepas itu. Begitu juga aku yang sudah beres membersihkan senjata api tangan itu.

"Atau jangan-jangan lo sebelumnya pernah jadi gigolo ya wkwkwk" kata Anin tertawa sambil menunjukkan jarinya kearahku. Dalam hati aku emosi mendengar perkataan Anin yang merendahkanku namun kutepis rasa itu dan aku anggap lelucon saja.

"Eh anjing, bukan ya hhhhhh" jawabku.

"Wkwkwk enggak Din canda doang kok. Cowok ganteng kayak kamu masak kerjaannya gitu wkwk"

"Emm ok dah terserah kamu" kami kembali asyik membersihkan senjata-senjata api kami. Sejujurnya Anin memang orangnya terbuka banget, apa saja yang aku obrolin ke dia selalu nyambung bahkan sampai hal-hal berbau seksual sekalipun, karena itulah aku dan Anin cepat akrab.

Keakraban kami bertambah setelah beberapa kali melakukan hubungan badan secara sembunyi-sembunyi, dengan begitu aku bisa mengenalinya lebih jauh. Dia pernah cerita kalau kehidupan asmaranya cukup liar, dia sering gonta-ganti pasangan hanya untuk memuaskan nafsunya yang besar itu. Terkadang kami melakukan permainan role play saat bersetubuh untuk menambah sensasi, lebih seringnya aku seolah-olah menjadi majikan dan dia seorang wanita panggilan.

Namun setelah Anin jadian dengan Galang, hubungan kami jadi renggang. Selama itu aku dan Anin hanya saling sapa saja dan mengobrol tentang hal-hal biasa saja. Aku menghormati hubungannya dengan Galang dan tidak pernah berniat ikut campur dengan urusan mereka. Dan ini untuk pertama kalinya aku bisa ngobrol dengan Anin kembali.

Walaupun sifatnya yang sassy, Anin memiliki skill bertahan hidup yang sangat baik, terbaik dari kalangan perempuan di grup ini. Dia handal menggunakan senjata api dan senjata tajam, dia belajar banyak dari Galang sebelum aku bergabung dalam grupnya. Citra juga suka belajar dari Anin cara bertahan hidup selama ini sehingga skill-nya dia cukup setara dengan Anin.

"Emmm Din....."

"Iya Nin kenapa?"

"Kangen nih hehe"

"Kangen apaan?"

Anin beranjak dari posisinya dan duduk disampingku. Aku tak mengerti maksudnya. Ahhh.... tangan kanannya langsung bergerak kebawah dan mengelus-elus selangkanganku, sesekali dia meremas pelan bagian itu dan tentu saja batang kemaluanku mulai mengeras. Kulihat Anin yang memasang muka sendu dan menggemaskan itu. Namun aku cepat sadar dan berusaha untuk menyingkirkan tangan nakalnya.



"Apaan sih Nin" kataku, namun tetap saja dia terus mengelus dan meremas selangkanganku.

"Yuk ah, nanti malem. Udah lama kita gak main" Anin terlihat bersemangat dan memasang muka memelas kearahku.

"Heh, elu kan punya orang sekarang"

"Udah gak apa-apa Din, aku bisa urus kok hihihi" kekehnya lucu. "Ughhh kangen kontol gede kamu Din, pasti banyak cewek-cewek yang terlena sama barang kamu ini hihihi" dia berbisik seksi di telingaku. Ah bangsat! Aku tak tahan lagi!

Disaat Anin menggodaku dengan cara ini, mungkin aku akan dinobatkan menjadi manusia paling bodoh di dunia ini jika aku tolak permintaannya.

"Hahhh iya-iya dah. Tapi ini kamu yang ngajak loh" kataku mengiyakan permintaannya. Raut mukanya berubah senang. Anin menjelaskan "rencana" ini padaku dan aku hanya mengangguk-angguk saja.

Singkatnya kami sudah membersihkan semua senjata api, aku memeriksa kembali untuk memastikan semuanya terpasang dengan benar. Anin juga demikian terkadang ia memasang magasin dan mengokang senjata-senjata itu. Sepertinya semuanya tak ada masalah.

"Oh iya Din, satu lagi aku mau tanya hehe" katanya. Aku tahu dia pasti akan tanya hal "sensitif" lagi.

"Yaudah tanya apa?"

"Dari semua cewek disini kecuali yang udah kamu ajak main, kira-kira kamu mau sama siapa Din?" tanyanya. Aku langsung berpikir sejenak, tak sampai 10 detik.



"Emmm, pengen nyicip Gaby sih hehe"

"Kenapa dia?"

"Penasaran aja. Eh kamu jangan ember ya. Awas lu"

"Hehe santai"

Galang berjalan menghampiri kami dan langsung memegang pundak Anin.

"Eh Nin, boleh ngomong bentar?" katanya sambil membuat gestur "ngomongnya jangan disini".

"Emm iya kenapa Lang?"

"Disana aja. Eh bentar ya Din"

Anin dan Galang berjalan meninggalkanku, kulihat tangan Anin memeluk tubuh si pacarnya itu yang membuatku iri. Benar juga kata Anin, mungkin aku harus punya pacar kali ya. Tapi sama siapa?

Citra....

atau

Dila......

Pengennya sih aku bisa memacari mereka berdua sekaligus, tapi apa mungkin....

"Kak"

Aku menoleh kearah sumber suara. Ternyata Melati memanggilku.

"Eh, Melati. Ada apa?

"Kak Sandi bilang kalau antena radionya gak berfungsi, katanya akinya abis" kata Melati lugu, jujur aku jadi gemas.

"Ohh gitu ya, minta sama Citra aja dia yang nyimpen aki nya hehe"

"Oke kak, eh iya..."

"Apa lagi Mel?"

"Emmm tadi kakak sama kak Anin ngobrol apaan? kok kayaknya asyik banget sampai kak Anin dempet-dempetan sama kakak?"

"Ehhh itu......"

*****

Malam harinya sesuai rencana Anin, aku berjalan mengendap-endap menuju tempat yang letaknya cukup jauh dari lapangan golf. Aku menyusuri hutan kecil tanpa membawa senjata apapun karena aku yakin hutan ini sudah bersih dari mayat hidup. Setelah berjalan menyusuri hutan akhirnya aku sampai di tempat yang Anin maksud. Sebuah bangunan kecil, terdapat palang bertuliskan "Ruang Generator" sebelumnya aku pernah kesini untuk mengecek generator di ruangan ini masih berfungsi namun sayangnya benda itu sudah rusak sehingga tak ada listrik di lapangan golf ini.

Kubuka pintu yang tidak terkunci itu dengan memegang senter. Seharusnya tidak ada apa-apa disini selain aku dan Anin nantinya. Baiklah sekarang menunggu dia kesini.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu diketuk, aku tahu itu pasti dia.

"Hei, maaf agak lama Din hehe" kata Anin santai.

"Gak apa-apa kok"

Suasana canggung menyelimuti diri kami, entah kenapa walau aku sudah pernah main sama dia beberapa kali namun aneh saja, mungkin karena posisi dan status dia. Sebenarnya aku juga tak ingin melakukan ini karena aku tak ingin merusak hubungan orang lain.

"Kenapa?" Anin medekatiku dan membelai pipiku lembut bak seorang kekasih.

"Kita seharusnya tidak melakukan ini Nin, kamu udah punya Galang. Aku tak mau merusak hubungan orang lain terlebih ini sahabatku" kataku sambil memeluk pinggangnya.

"Hehe kamu lupa ya Din...."

"Apaan?"

"Pas dulu kamu ngentot sama Aya waktu kalian tersesat di hutan semalaman?" kata Anin. Jelas aku ingat saat itu.

"Iya, kenapa?" tanyaku.

"Mereka ada hubungan Din, mereka pacaran. Dan kalian malah gituan akhirnya" balasnya.

"Ehhh masak sih?" aku berpura-pura kaget padanya, sebenarnya aku sudah tahu hubungan mereka langsung dari Aya.

"Iya, itu artinya kamu selingkuh kan? tapi hubungan mereka gak kenapa-kenapa malah semakin erat"

Aku terdiam sejenak. Benar juga kata Anin, tapi tetap saja ada rasa tak enak dalam hatiku.

"Kita temen Din, dan saling dapet enak hehehe. Aku suka sama kamu sebagai teman kok...." Anin menempelkan dadanya ke perutku. Aku masih membisu sembari leherku mendongak ke bawah melihat dia. Anin menatapku nakal seolah-olah tak sabar untuk segera bermain denganku.

"Pokoknya jangan khawatir Din, nikmatin aja ya......"

Oke, mungkin aku harus mengiyakan permintaannya, lagian sudah cukup lama aku tak bermain dengannya, hehe.

"Ayo ah..... puasin Anin....... Ughhhhh....."

Kedua tanganku kulingkarkan di pinggangnya dan kuangkat sehingga kedua wajah kami sejajar. Anin menyambar bibirku dan berusaha meraih lidahku, karena merasa tak nyaman kurebahkan tubuhku ke dinding sambil terus bercumbu liar. Anin kuakui sangat handal dalam bercumbu bibir, aku sampai terlena menikmatinya.

"Sslrpp.... pcakkkk...."

Suara decakan liur kami beradu di sela bibir, tangan kananku kuangkat menuju pipinya dan kubelai lembut bagian itu dengan mesra. Sepertinya Anin menikmatinya hehe.

Cumbuan itu berlangsung selama beberapa menit, kami melepaskan bibir karena mulai kehabisan napas. Campuran air liur kami bersatu menjadi seuntai benang yang panjang, aku menatap matanya yang juga dibalas olehnya. Aku baru sadar dia terlihat cantik sekali, dengan kedua matanya yang bulat mengkilat dan bibirnya yang tipis itu membuatku semakin terlena dan ingin menjamah tubuh seksinya itu.



"Dino....."

"Iya Nin?"

"Bibirmu enak hehe, aku ketagihan ciuman sama kamu...."

"Yaudah yuk lagi"

Bibir kami kembali saling menempel seperti tadi, bermain lidah dan bercampur ludah. Tanganku dengan cepat memegang buah pantatnya yang sekal itu dan meremasnya pelan. Anin mendesah kecil disela-sela cumbuan kami dan membalasnya dengan meningkatkan intensitas cumbuannya menjadi liar. Ahhh, tangannya mulai menggerayangi selangkanganku yang sudah menegang dan meremas kemaluanku. Tampaknya ia sudah tidak sabar untuk segera melampiaskan nafsu besarnya itu.

"Aku lepas ya....."

Aku hanya mengangguk mengiyakan permintaannya. Anin melepaskan celana panjangku dengan cekatan dan melorotkan kebawah kaki sehingga tersisa celana dalamku yang menggembung menghalangi batang kemaluan yang terangsang oleh keseksual-an seorang Anin. Dia memasang muka gemas saat melihat kepunyaanku. Lalu kedua tangannya menurunkan celana dalamku, batang kemaluanku langsung terbebas dari sangkarnya dan mengacung tepat kearah mukanya.

"Nakal ih....." Anin memandangku dengan ekspresinya yang gemas itu.

"Ahhh Nin sumpah dah, pengen banget mejuhin wajah lo" kataku tak kuat menahan nafsu bejat ini.

"Dasar mesum"

"Kamunya juga hhhhh, ayo ah isep dah gak kuat....."

Namun permintaanku tak langsung dituruti Anin, dia memundurkan kepalanya sambil terus menatapku nakal. Sialan, dia sedang menggodaku rupanya. Dengan cepat kupegang kepalanya dengan tangan kananku dan kudekatkan kearah kemaluanku, bibirnya langsung bersentuhan dengan kepala penisku, dia hanya pasrah saja sambil kedua mata bulatnya mendelik nakal kearahku.

"Ayo Nin, buka mulutnya hhhhhghh" desahku tak tahan ingin menggenjot mulutnya.

Anin membuka mulutnya dan tangan kanannya memegang batang kemaluanku, sesekali ia mengurut pelan bagian itu dari pangkal hingga ke ujung kepala batangku. Rasanya sungguh nikmat sekali, aliran darahku terus terpompa menuju batang kemaluanku hingga terasa lebih membesar. Setelah bosan mengurut, Anin mulai memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, aku hanya melihat proses itu tanpa ada keinginan untuk "kasar" dengannya. Rasa hangat dan licin terasa di setiap kulit kemaluanku, mataku merem-melek menikmati oral seks yang dilancarkan Anin dan sesekali juga mulutku mengeluarkan desahan kecil. Kuakui memang foreplay Anin sangat nikmat dibandingkan beberapa wanita yang pernah kumainkan dulu hehe.

"Oghhhh Nin..... enak......"

Anin tidak merespon dan masih terus mengulum batang kemaluanku.

SLLURRPPPP GLOGHKKKKK SLURRPPPPPP

Suara decakan air liurnya sedikit terdengar, pertanda dia menikmati penisku di mulut mungilnya. Kedua pipinya tampak sedikit menggembung di saat kemaluanku menyodok sedikit dalam pipinya. Setelah beberapa menit Anin memanjakan batangku, dia melepaskan batangku yang terlumuri oleh ludahnya sendiri. Anin melepaskan semua pakaian yang membalut tubuhnya termasuk celana dalam dan bra-nya, tubuhnya telanjang dengan kulit putih mulusnya memanjakan kedua mataku, aku langsung juga melepaskan celana dan bajuku. Kami sudah telanjang bulat di ruangan kosong berhawa dingin dan sedikit sinar bulan menyinari ruangan ini.

"Mainin aku Din......"

Kuturuti permintaannya dengan sebuah anggukan. Kupeluk tubuhnya erat, buah dadanya yang cukup padat itu menekan dadaku, sesekali Anin menatap mataku dalam dan tangannya mengelus-elus kemaluanku. Kedua bibir kami kembali bersatu dan bergumul dalam panasnya birahi yang semakin memuncak, bak sepasang kekasih.

Tangan kirinya mengelus seluruh bagian batang kemaluanku sedangkan tangan kirinya mengelus lembut pipiku. Aku semakin melancarkan aksi lidahku, mungkin ini kebiasaan Anin kalau bercumbu dengan lelaki. Setelah lelah kehabisan napas akibat cumbuan liar tadi, kurebahkan tubuhnya ke lantai yang dingin namun bersih dan kurentangkan kedua paha montoknya sehingga area intimnya yang gemuk dan bersih dari rambut-rambut itu terpampang jelas dari mataku. Aku tersenyum mesum melihat pemandangan itu dan tak sabar ingin "memainkan" klitorisnya, hehe.

"Ughhhhh....."

Kuelus area bibir luar kemaluannya yang sudah lembab terlumuri lendirnya sendiri. Labia minora-nya memang menggemaskan. Merah merekah. Setiap jemariku mengusap lembut bagian itu direspon dengan lenguhan seksinya dan pantatnya sedikit terangkat. Kuarahkan kepalaku kearahnya dan kuserang bibirnya kembali. Anin membalasnya dengan ciuman panas andalannya. Birahiku semakin memuncak, kumasukkan jari-jariku kedalam liang kemaluannya, lancar sekali karena banyaknya lendir nikmat yang sudah melumuri area intimnya.

"Ahhhh ahhhh Dinoooo ahhhh...."

Desahannya keluar dari mulutnya melepaskan cumbuanku. Aku tersenyum nakal sambil terus mengocok-kocok jemariku. Sesekali kunaikkan intensitas kocokan itu dari pelan ke cepat, pelan ke cepat, begitu seterusnya hingga tubuhnya semakin menggelinjang mengekspresikan kenikmatan seksualnya.

"Ahhhhhh ahhhhhhh"

"Sumpahhh Din..... gak kontolmu aja yang bikin enak..... tanganmu jago banget ngocokin memek... Ahhhhhh ahhhh iyaaaa Dinnn terusss ahhhhhh...."

Beberapa saat kemudian tubuhnya mulai menyentak-nyentak dan perutnya tampak menahan sesuatu. Aku tahu dia akan segera klimaks hebat, beruntung sekali pada saat ini salah satu jariku mengenai klitorisnya, dengan cepat kutekan pelan bagian itu. Lenguhannya makin membuat nafsuku naik ke tingkat tinggi.

"Ahhhhh... fffuckkkk...... Dinoooo.....akuuuuuu.....akuuuuuuu....ahhhhhhh"

CROTTT

CROTTT

Anin orgasme hebat, jemariku yang terbenam dalam kemaluannya langsung keluar akibat kejangan dari mulut kemaluannya. Dan seperti yang aku duga, lubang pipisnya mengucurkan air bening yang banyak sekali membasahi jemariku dan lantai ruangan ini. Dalam hati aku merasa puas sekali memberikannya kenikmatan dari foreplay andalanku hehe. Setelah klimaksnya, Anin menghela napas pendek dan kulihat buah dadanya yang kencang itu naik turun oleh napasnya. Dengan cepat kuraih payudaranya dengan kedua tanganku dan meremas-remas kencang. Aku tak akan membiarkan Anin istirahat.

"Ahhhhhh kok diremes sih.... Ahhhhhh"

Nafsuku mulai tak terkontrol, kuremas hebat buah dadanya berulang kali hingga desahannya semakin liar, tak lupa jemariku menekan puting susunya yang mengacung keras, tubuhnya semakin menggelinjang saat jemariku dengan nakal mencubit pelan puting susunya. Setelah puas, kurendahkan kepalaku kearah buah dadanya dan dengan spontan mulutku mencaplok bagian kanan dadanya. Sepertinya kepala Anin mendongak keatas menikmati serangan mendadak yang kulancarkan. Oh iya, jemariku yang satunya lagi kembali masuk ke liang kemaluannya dan langsung menemukan sang klitoris.

"Ughhhh shhhhhh....."

"Slurpppp ahhhhh, sumpah Nin toketmu gemesin....."

"Shhhh ahhhhh.... Dinoooo....."

Kunaikkan tempo hisapan di putingnya dan tak lupa juga jemariku mulai mengocok liang kemaluannya. Desahan dan lenguhannya semakin keras dan liar. Saking nikmatnya tangannya menjambak rambutku semakin keras seiring dengan meningkatnya intensitas rangsangan yang aku lancarkan. Kuabaikan rasa sakit itu dan terus merangsang birahi Anin. Keringat dari tubuh kami terus mengucur keluar sembari mulai tercium aroma pengap di ruangan ini.

Beberapa menit kemudian tubuhnya kembali menggelinjang naik turun terutama perutnya yang seperti menahan sesuatu. Dia akan klimaks kembali, namun terbesit di pikiranku untuk mengerjai dia. Di saat yang kurasa tepat, kucabut jemariku dari kemaluan Anin yang berkedut kecil dan mulutku dari puting payudaranya. Anin langsung menatapku kesal menahan klimaks yang hampir saja ia raih.

"Dinoooo ahhhhh kok dicabut sih....."

"Hehe...."

Anin merengek-rengek seperti anak kecil, kedua tangannya meremas gundukan payudaranya berniat untuk menuntaskan klimaksnya yang tertunda. Aku tersenyum mesum melihat kelakuannya. Kusingkirkan tangannya dari payudaranya dan kucumbu liar bibirnya, Anin membalasnya dengan penuh nafsu disertai dengan desahan-desahan kecil dari sela bibirnya. Cumbuan ini berlangsung sekitar satu menit bahkan entah kenapa Anin meraih pinggangku dan kami saling berguling di lantai dingin sehingga aku sekarang berada dalam posisi terlentang dan Anin sendiri sudah berada di atas perutku. Dia menatapku penuh nafsu dan memiringkan kepalanya yang tertutup rambut sebagian. Kami tak melontarkan satu kata pun, hanya tatapan nafsu.

Anin membalikkan tubuh telanjangnya yang sedikit mengkilap karena keringatnya, aku hanya menelan ludah sambil melihat gerakan pantatnya yang pelan menggesek kemaluanku, kurasakan kepala batangku basah oleh lendir kemaluannya sendiri. Awalnya aku mengira dia akan langsung melakukan penetrasi namun ternyata dugaanku salah. Ia menyodorkan pantatnya tepat kearah wajahku!

"Hghhhh Ninnnn....."

Seluruh wajahku sudah terbenam dalam selangkangan dan pantat Anin, aku sempat kesulitan bernapas karena serangan mendadak ini, kuangkat sedikit selangkangannya untuk memudahkanku memainkan bagian vitalnya. Tetesan lendir kemaluannya membasahi wajahku, aku hanya tersenyum nakal melihat pemandangan vulgar ini

Ahhhhh, sialan. Anin sedang mengisap batang kemaluanku tampaknya. Hampir saja aku orgasme akibat serangan mendadaknya. Jika saja aku telat menahan sensasi itu sepersekian detik saja, air maniku sudah menyembur keluar dan itu merupakan suatu penghinaan buatku karena klimaks "tak tepat sasaran" ke wanita macam Anin.

"Anjing Nin, nyaris ngecrot akunya" kataku sambil memanjakan mulut kemaluannya.

"Balasanku karena bikin kentang Din, ughhh tapi kamu kuat banget deh...." jawab Anin lirih. Aku tertawa dalam hati.

Kuambil napas pendek untuk menenangkan ragaku yang hampir dilanda orgasme, cukup sekitar dua menit saja sambil jari tangan kanan ini kumasukkan kedalam liang kemaluannya. Pantatnya bereaksi naik turun menikmati setiap gesekan jariku, dan tak lupa ia mendesah seksi walau itu samar-samar saja. Kutingkatkan intensitas kocokan jariku, lendir kemaluannya semakin banyak terproduksi dan keluar dari sela bibir kemaluannya, terkadang lendir itu menetes masuk ke mulutku yang sengaja aku buka, sensasi asin melanda indera perasa namun justru ini yang aku suka. Menikmati lendir alamiah vagina perempuan hyper.

"Aghhhh sialannnnn ahhhhhh ahhhhhhhhh"

Aku tidak menjawab desahan Anin yang sedang menikmati reaksi dari gesekan jariku di dalam liang kemaluannya, aku semakin asyik saja mengocok bagian itu bahkan sekarang aku akan menyerang klitorisnya yang tersembunyi dari liang kemaluannya. Kusentuh pelan daging kecil yang sudah membengkak itu dengan jari tangan kananku sedangkan tangan kiriku meraba dan memegang buah pantat montoknya. Anin kembali menggelinjang nikmat saat kulancarkan serangan itu bahkan aku sampai kewalahan mengimbangi gerakan pantatnya yang seperti berusaha untuk memendam wajahku dengan selangkangannya. Anin meracau, mendesah dan melenguh liar cukup keras seperti orang gila.

"Aaughhhhh iyaaaaaa ahhhhhhh......"

"Ayo Dinnn, bikin Anin ngecret plissss aghhhhh....."

Dia memohon untuk terus menyerang kemaluannya, aku hanya mengiyakan permintaannya dengan mencium dan mengulum mulut kemaluannya. Lidahku dengan lihai mulai menyapu setiap bagian luar alat vitalnya, selangkangannya selalu merespon dengan getaran naik turun dan memendam kemaluannya ke mulutku. Hidungku yang tidak terlalu mancung itu terkadang kutempelkan kearah bibir kemaluannya sehingga bagian itu juga tergesek menimbulkan sensasi aneh namun jelas nikmat untuknya. Dari situ juga aku bisa merasakan aroma kelaminnya yang aku hirup dalam, khas wanita yang sudah terangsang total. Setelah puas mengulum bibir kemaluannya, kembali kumasukkan jariku ke dalam liangnya, langsung dengan tiga jari. Mudah sekali memasukkannya, mungkin karena sudah sering dimasukin kemaluan laki-laki. Kukocok kembali liang kewanitaannya sambil lidahku menari di area selangkangannya. Beberapa kocokan kemudian kurasakan kemaluannya mengalami kontraksi pertanda dia akan kembali klimaks.

"AHHHHHHH AHHHHHHH......"

Anin mendesah kencang karena seranganku yang cukup kasar, aku semakin gila karenanya. Sekarang pandanganku tertuju pada salah satu bagian lain yang ada di selangkangan Anin.

Anusnya.

Kurubah posisi pantatnya dengan kedua tanganku yang otomatis juga menghentikan kocokan kemaluannya yang sudah berlendir. Kukuakkan pantatnya sehingga sekarang kepalaku sudah tepat berada di anusnya. Sialan! lubang pembuangannya sedikit merekah juga, apa Anin sudah pernah melakukan anal seks sebelumnya?

Bodo amat. Kudekatkan bibirku kearah lubang itu dan menjilatinya. Rasanya aneh namun seperti tadi, aku menikmatinya. Pantatnya yang montok itu kembali bergoyang naik turun seiring dengan jilatanku.

"Ahhhhh Dinooo kok disitu sihhh ahhhhhhh..... tapi enakk....."

Aku tersenyum mesum mendengar respon binalnya. Baiklah mungkin setelah ini aku akan siap meng-anal pantat montok Anin, tapi nanti setelah aku menggenjot kemaluannya, hehe.

Setelah puas mengerjai anusnya, fokusku kembali kearah liang kemaluannya yang sudah ingin orgasme namun batal untuk yang kedua kalinya. Kumasukkan jemariku kedalam liangnya sambil juga meraih klitorisnya. Anin melenguh panjang dan pantatnya bergoyang semakin kencang seiring dengan semakin kencang kocokan di kemaluannya.

"UUGGHHHH SSSSHHHHH ANINNNNN MAU KELUARRRR DINNNN....."

"PLISSS JANGANN BERHENTIII ....AAAAHHH AHHHHH BANGSAAATTTT AKUUU KELUARRRRR KELUARRRR AHHHHH AHHHHHHH....."

SYURRRRR

SYUURRRR

SYUUURRR

Akhirnya Anin meraih orgasme keduanya dengan jemariku, kali ini benar-benar dahsyat sekali. Lubang kencingnya langsung mengucurkan air bening bak air keran bocor. Semburan cairannya membasahi seluruh wajahku, tubuhnya tersentak-sentak seperti orang ayan. Aku tersenyum sambil mengais cairan bening itu dengan lidahku. Dan yang paling membuatku kaget saat kucabut ketiga jariku dari liang kemaluannya, cairan kental berwarna putih langsung menyembur keluar seperti sperma laki-laki. Dengan buas kuhisap lendir orgasme Anin hingga habis tak bersisa.

"Puahhhh hahhh, bener-bener kayak lonte kamu Nin" jawabku sambil menelan seluruh lendir orgasmenya. Dia tak menjawab, hanya terdengar suara desahan kecil dan napas pendek. Setelah orgasmenya berlalu, Anin menggulingkan tubuhnya dan sekarang posisinya terlentang. Kulitnya yang putih bersih terlihat basah karena keringatnya yang membasahi hampir seluruh tubuhnya. Ia menatapku lemas namun dari sorot matanya, sepertinya dia ingin lebih dari ini.

"Lemes ya? Haha" tawaku.

"Hahhhhh Dinnn ngilu banget memekku ughhhh....." lenguh Anin, mungkin karena kocokanku yang terlalu keras. "Tapi gak asyik kalo belum dimasukkin kontol....."

"Eh Nin, istirahat dulu dah. Katanya ngilu" sanggahku.

"Ah bawel. Ayo ah entotin Anin ughhhh, kamu lupa kalau aku pelacur kamu....."

Ah, dia mulai menggunakan mode roleplay seperti sebelumnya. Baiklah. Kami saling bercumbu cukup lama dan tanganku meremas-remas gundukan buah dadanya untuk menghidupkan kembali birahi Anin, goyangan tubuh dan desahannya kembali terjadi, tangannya menggerayangi selangkanganku dan mengenggam batang kemaluanku.

"Ayuk ah, masukkin sekarang....."

Aku mengangguk. Tangan Anin mulai mengarahkan batangku ke liang kemaluannya yang berlendir banyak, tak sulit untuk memasukkannya walau masih terasa cukup sempit.

SLEPPP

"Ahhhhhhh" kepala Anin mendongak keatas sambil mendesah panjang di saat batang kemaluanku menusuk ke dalam liangnya. Hangat, sempit dan basah melanda seluruh kemaluanku. Kudiamkan sejenak batang kemaluanku yang tampaknya sudah mencium mulut rahimnya. Ekspresinya sungguh seksi sekali, dia menggigit bibirnya dan menatapku sayu.

"Memekmu enak banget pelacurku, hehe" kataku merendahkannya. Ia hanya tersenyum nakal.

"Dasar, ayok entot Dino sayang ughhhhh...."

Mula-mula kugenjot pinggulku pelan saja, tubuhnya bereaksi sembari genjotan kemaluanku yang menggesek liang kemaluannya. Desahan dan lenguhan kembali keluar dari mulut Anin. Setelah kurasa cukup, kunaikkan tempo genjotannya, semakin kencang dan semakin kencang bahkan tubuhnya sampai berguncang-guncang.

"Ouuugghhhhh ohhhh ohhhh ahhhhh fuckkk Din ahhhhh......"

"Sshhh ughhhh sumpahh Nin memekmu bikin nagih ahhhh"

"Uahhhhgg ahhhhh kontolll gedeee ahhh hhahhhhh"

Genjotan kemaluanku semakin keras menghujam-hujam liang kewanitaannya, aku semakin gila melakukan persetubuhan ini, kuremas kencang buah dadanya yang kencang itu dan dibalasnya dengan desahan kencang yang terus membangkitkan birahi

PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK

Beberapa menit kemudian kurasakan kemaluannya mengejang hebat pertanda ia akan klimaks kembali. Kukencangkan kocokan ini untuk mempercepat proses orgasme Anin.

PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK

"UAHHGGGHHH AKUUUUU MAUUUU PIPISSSS DINOOOOO AHHHH AHHHHHH....."

CROOORRTTTT SYURRRRRR

Anin kembali orgasme. Aku sengaja menusukkan kemaluanku dalam-dalam untuk menikmati pijatan dinding kemaluannya yang meremas hebat batangku. Dan juga kurasakan semburan air bening dari lubang kencingnya yang cukup deras membasahi selangkanganku dan lantai ruangan ini. Sungguh ini squirting yang lebih hebat dari foreplay sebelumnya. Setelah guncangan orgasmenya reda, kucabut batang kemaluanku dari liangnya dan kembali lendir putihnya keluar bersamaan. Pemandangan yang membuat nafsu birahiku semakin tak terkendali. Ini jelas belum selesai!

"Hahhhh haahhhh fuckkkkk, enak banget memekku...." desah Anin lirih.

"Hehehe, emang kamu berbakat jadi pelacur Nin..." jawabku.

"Lanjut Din, pengen di doggy kamu..."

Tubuh Anin bergerak berubah posisi menjadi menungging, pantatnya yang bulat kenyal itu terlihat mengkilap oleh keringatnya. Bangsat! pantatnya sombong sekali menatapku. Kuremas keras pantatnya gemas dan tentu saja diikuti dengan desahannya.

Kukocok pelan batang kemaluanku yang sudah dilumuri cairan kental hasil orgasme Anin untuk bersiap menjebol kemaluannya kembali. Dengan perlahan kumasukkan batangku ke liang kemaluannya. Ankn mendesah panjang disaat batangku merangsek masuk kedalam liangnya yang sempit dan basah itu. Kupegang kedua pantatnya dengan sesekali melakukan gerakan meremas lembut, pijitan demi pijitan dinding kemaluannya sungguh membuatku melayang, sesekali juga aku mendesah menikmati perlakuannya.

"Ahhhhh bangsattt..... memekmu enak banget Nin...."

PLOK PLOK PLOK

"Aahhhhh Dinooo ahhhh...."

Kukencangkan genjotan kemaluanku pada liangnya, Anin mendesah kuat-kuat dengan sesekali mengejankan pantatnya mengiringi irama kemaluanku didalam liangnya. Kami saling mendesah liar mengekspresikan rasa nikmat birahi, aku semakin tak bisa mengontrol birahiku sendiri. Kutusukkan dalam-dalam batang kemaluanku dengan irama kencang dan liar.

PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK

"UUGGHHHHH AHHHHHHH DINOOOOO AHHHHHHHHHH"

"MEMEK LONTEEEE AHHHHHH BANGSATTTTT AHHHHHH"

"HARDERRR DINNNN AHHHHH ENAKKK KAN MEMEKNYA ANIN AHHHH..... GENJOT SAMPAI JEBOOOLLOUAAGHHHHHHH....."

Sekitar lima menit aku menyetubuhi Anin, kurasakan kemaluannya berkedut kencang sekali pertanda ia akan kembali orgasme. Kedua tanganku berpindah kearah buah dadanya yang menggantung dan kuremas-remas kencang untuk mempercepat proses orgasme Anin.

"AHHHHHHH NGENTOOOTTT AHHHHH AKUUU KELUARR... ANINNN KELUARRRR AHHHHHH NGENTOTTTTTT"

CROOTTTT

CROOTTTT

CROOTTTT

Semburan air beningnya mengucur deras dari liang kencingnya, dibarengi dengan kedutan kemaluannya yang luar biasa kencang. Aku harus mati-matian menahan sensasi itu supaya tidak keluar. Tubuh Anin mengejang-ngejang menyentak saat orgasme hebat itu menyerangnya.

"Hahhhhh Dinooooo hahhhhhh"

Orgasmenya mereda, pantat Anin jatuh ke lantai dibarengi dengan terlepasnya batang kemaluanku. Pantatnya masih bergoyang sedikit menikmati sengatan orgasme yang masih tersisa dalam tubuhnya. Aku mendengus melihat pemandangan yang sangat memancing birahi itu. Aku belum puas!

Saatnya kusetubuhi lubang anusnya! Aku penasaran.

Kuangkat kembali bongkahan pantatnya, Anin yang tahu dia akan kembali disetubuhi langsung membenarkan posisi menunggingnya. Kulebarkan bongkahan pantat semoknya untuk menampilkan lubang anusnya yang sedikit merekah itu. Aku ingin mencoba untuk melakukan anal seks kepadanya.

"UGHHH DINOOOO AHHHHHH" Anin kembali mendesah disaat jemariku mengelus lubang pembuangannya yang sesekali kumasukkan jemariku kedalam. Pantat Anin semakin heboh bergoyang yang menandakan lampu hijau untuk siap kembali disetubuhi. Kutempelkan kepala penisku ke mulut anusnya dan kugesekkan pelan bagian itu.

"Dinooo jangan dimasukin kesana...."

Anin menolak? Ah bodo amat. Aku tak peduli!

Kutekan sedikit pinggulku kedalam liang anusnya. Anin meronta-ronta menolak untuk disetubuhi anusnya, namun aku tak menghiraukannya. Akhirnya kepala kemaluanku sukses masuk kedalam liang anusnya.

"AHHHH BANGSAATTT, ENAKKKK"

"AAAAAHHHH DINOOO HIKS HIKS HUHUHU....."

Aku mendengar Anin terisak dan menangis saat kumasukkan kepala kemaluanku ke anusnya. Anin secara tiba-tiba membalikkan tubuhnya. Wajahnya terlihat mengekspresikan rasa sakit dan kedua matanya basah oleh air matanya.

"Dino..... hiks hiks..... pleaseee jangan lakukan....."

Kedua matanya basah, raut mukanya menunjukkan ketakutan. Kesadaranku yang awalnya terkuasai oleh nafsu birahi tiba-tiba saja sirna melihat Anin yang menangis menatapku, kemaluanku langsung menyusut di depan lubang anusnya yang nyaris aku jebol.

"Anin.... aku..... maaf....." kuusap air matanya.

Kami saling bertatapan, mata Anin semakin basah dan ia mengangkat tubuhnya memelukku erat sekali. Anin kembali menangis di dadaku, tak ada nafsu kali ini hanya rasa empati yang dalam kepadanya. Kuusap-usap rambut panjangnya untuk menenangkannya.

"Hiks....hiks.... aku takut Din....."

"Maaf.... maaf Anin....." kueratkan pelukanku.

Apa yang sudah aku lakukan? sebelumnya aku tak pernah membuat wanita menangis saat bersetubuh. Harga diriku terasa tercabik-cabik. Anin masih menangis di pelukanku yang semakin erat.

"Anin, aku minta maaf. Aku tak tahu kalau kamu gak suka digituin" kataku iba. Anin melepas pelukanku dan memperlihatkan matanya yang basah, kuusap air matanya yang membasahi pipi Anin.

"Aku pernah diperkosa Din saat masih kuliah dulu sama teman-teman pacarku. Saat itu mereka menyetubuhi anusku. Rasanya sakit luar biasa, aku trauma karena itu" kata Anin menceritakan masa lalunya. Aku terhenyak mendengar penjelasannya. Jadi benar, dia pernah melakukan itu sebelumnya.

"Maaf Nin, aku minta maaf" aku merasa sangat bersalah karena membuatnya menangis dan teringat masa lalunya.

Kami tiduran di lantai yang dingin, kami hanya diam tak saling menatap. Hanya suasana sunyi yang menemani kami.

"Dino"

"Iya Nin"

"Kamu gak lanjut?" tanya Anin pelan.

"Enggak Nin, gak apa-apa. Aku merasa bersalah bikin kamu nangis tadi. Kita sudahi aja ya" jawabku, walau sebenarnya aku juga merasa kentang.

"Tapi kamu belum keluar Din, mending tuntasin sekarang aja" dia menatapku sendu. "Tapi jangan dimasukkin kesitu ya, hehe"

"Kamu yakin?"

"Iya, aku gak apa-apa kok. Ayo lanjut ah. Kamu pengen aku titfuck gak? Hihihi"

Aku tersenyum nakal melihat bahasa tubuh Anin yang menggoda itu. Akhirnya kami melanjutkan persetubuhan yang sempat tertunda itu.

*****

Keesokan harinya,

Kuperiksa semua senjata api milikku mulai dari pistol revolver dan shotgun. Sepertinya tak ada masalah. Kukumpulkan semua peluru-peluru dan kumasukkan kedalam saku jaket, setelah semuanya beres kubawa senjataku bersama dengan yang lainnya dan dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Tim kami terdiri dari aku sendiri, Anin, Sandi, Andi dan Rachel.



Rachel bersedia untuk bergabung dalam kelompok kami, walaupun aku sendiri masih curiga dengannya. Sifatnya yang gampang diajak ngobrol dan suka membantu membuatnya bisa akrab dengan teman-teman kami termasuk aku, bahkan sekarang Citra dan Dila suka mengajak Rachel untuk ngerumpi bareng entah apa yang mereka bahas, hahaha.

Intinya, mereka suka ada teman baru.

Yang aku kagum dari Rachel adalah skill survivalnya yang sangat baik, dia bisa menggunakan senjata api baik pistol dan senapan serbu, selain itu dia juga bisa melawan mayat hidup dengan senjata tajam miliknya.

Kami berkumpul diluar untuk membahas rencana di kota. Seperti biasa, tugas kami menjarah barang-barang terutama makanan, pakaian dan benda elektronik. Semoga saja masih ada magic jar dan aki basah disana.

"Udah pada siap kan?" kata Sandi kepada kami.

"Yep, siap" kataku.

"Yuk berangkat"

Perjalanan dari lapangan golf ke kota tak membutuhkan waktu lama, hanya lima menit. Kami turun dari mobil dan mengambil senjata dari bagasi. Jam menunjukkan pukul dua siang saat ku cek arloji yang kuambil dari kota beberapa waktu yang lalu.

"Haruskah kita berpencar?" kata Andi.

"Jangan. Kita harus terus bersama" balas Sandi.

"Yep, betul kata Sandi"

"Oke, jadi kita harus ngapain dulu?" celetuk Anin sambil membawa senapan serbunya.

"Selama ini kita sudah menjarah di bagian dalam kota, terutama bagian barat dan timur. Hmmmn kita coba ke arah selatan" kataku.

"Oke Din, kamu yang mimpin"

Singkatnya kami berjalan menuju arah selatan. Menurut peta yang aku dapat di tempat itu terdapat banyak sekali ruko-ruko yang mungkin dulunya menjual berbagai macam barang. Sepanjang perjalanan seperti biasa kami menemukan beberapa mayat hidup yang langsung kami habisi dengan senjata tajam. Senjata api hanya digunakan untuk saat-saat genting untuk menghemat amunisi.

"Ingat, pakai senjata tajam kalau mayatnya gak banyak ya. Senjata api kalau benar-benar mendesak" kataku mengingatkan.

Akhirnya kami sampai di bagian selatan kota. Kami mencoba untuk mendobrak pintu roll salah satu ruko yang menjual barang elektronik. Dengan alat pemotong kunci gembok ini aku dapat menghancurkan kunci tersebut untuk bisa masuk ke dalam ruko. Sialnya, barang-barang di ruko elektronik itu sudah diambil oleh orang nyaris tanpa sisa, yang kami temukan hanya mayat-mayat manusia, setelah aku periksa mereka tewas tertembak di bagian kepala.

"Hmmmn, sepertinya ada orang lain yang pernah kesini" kataku kepada Sandi.

"Mungkin Din"

Kami melanjutkan meyusuri ruko berikutnya namun sayangnya hasilnya nihil. Tak ada Magic Jar disana, namun setidaknya kami masih bisa menemukan makanan dan pakaian tapi tetap saja aku kesal karenanya.

Dua jam kemudian kami berkumpul di mobil untuk mengangkut barang-barang ke dalam mobil. Barang itu tidak banyak namun sudah cukup, masih ada hari esok untuk mengambilnya kembali. Namun aku masih penasaran dengan ketiadaan Magic Jar di kota ini.

"Emm San" kataku kepada Sandi.

"Gimana Din?" balasnya.

"Aku mau coba cari lagi, kalian tetap disini ya aku gak lama kok"

"Jangan nekat Din......"

"Gak jauh kok San, aku coba susuri bagian timur. Disana ada permukiman siapa tahu Magic Jar-nya ada disana"

Tampaknya Sandi tidak memaksaku untuk pergi, aku tahu ini cukup berisiko.

"Kalo begitu aku ikut aja Din....."

"Gak San, kamu tetap disini jaga mobil sama yang lain. Aku bisa sendiri"

"Emmm biar aku aja yang ikut Dino...." Rachel mengajukan diri untuk ikut denganku.

"Gak usah Hel, aku sendiri aja....." aku tetap menolaknya.

"Aku mau ikut! Aku mau bantu kamu Din" kata Rachel tegas. Aku terdiam sejenak dan berpikir untuk menyetujui permintaannya.

"Hmmn yaudah kamu ikut denganku Hel, yang lain tetap disini jaga mobil ya. Sebentar doang aku kesana" kataku.

"Tapi kalau sampai lebih dari satu jam kalian belum kembali, kami akan kesana" kata Sandi.

"Makasih San"

Aku dan Rachel berjalan meninggalkan teman-teman kami, perlu diketahui bahwa bagian timur kota ini merupakan wilayah permukiman padat penduduk dulunya, aku pernah kesana satu kali saat menjarah barang-barang beberapa waktu yang lalu sehingga aku tak khawatir untuk kesasar. Kami akhirnya tiba di tempat itu namun sialnya, seperti biasa ada mayat hidup bahkan jumlahnya lumayan banyak. Aku memutar otak untuk bisa melewati mahkluk itu tanpa ketahuan.

"Din, masuk gang disana coba" Rachel menunjuk kearah gang kecil.

"Oke, kita kesana"

Kuangkat senapan shotgunku untuk bersiap menghadapi mayat yang bisa aja tiba-tiba ada disini. Sepertinya gang ini aman, aku menyuruh Rachel untuk bergegas.

"Aman Hel, yuk"



Kami berjalan cepat namun waspada menyusuri gang permukiman ini, gang ini cukup sempit dan hanya bisa dilalui oleh sepeda motor. Setelah menyusuri gang ini kami tiba di sebuah pertigaan gang, disebelahnya terdapat rumah bertingkat yang kondisinya hangus terbakar, namun beruntung di sebelahnya juga terdapat rumah bertingkat yang masih utuh. Aku memutuskan untuk memeriksa rumah itu.

"Hel, kamu tetap dibelakangku ya" kataku kepadanya. Ia sedang menguncir rambut panjangnya.

"Oh, oke Din"

Kucoba untuk mendobrak pintu dengan kaki, aku tahu pintu tersebut sudah dikunci oleh pemiliknya. Awalnya aku kesusahan mendobraknya namun setelah kukumpulkan seluruh tenagaku akhirnya pintu itu sukses kudobrak.

BRAKK

Aku berjalan perlahan memasuki rumah diikuti oleh Rachel. Ruangan di dalam cukup berantakan, sepertinya sang penghuni rumah ini sudah melarikan diri tepat saat wabah ini terjadi. Aku menemukan bercak-bercak darah di lantai, menambah kewaspadaanku.

"Aku cek lantai atas Hel, kamu di bawah. Kalau ada magic jar langsung ambil aja" kataku kepada Rachel yang dibalas dengan anggukannya.

"Dino, hati-hati"

Dengan pelan kulangkahkan kakiku, mungkin saja masih ada mayat hidup di rumah ini sehingga aku harus waspada. Kuperiksa beberapa ruangan di lantai atas ini, ada empat ruangan yang dulunya merupakan kamar tidur dari penghuni rumah bertingkat ini. Tiga kamar sudah aku periksa dan tak ada hal-hal aneh. Aku panggil Rachel yang berada di bawah.

"Hel, gimana?" tanyaku.

"Gak ada apa-apa dibawah Din, kamu sendiri?" balasnya.

"Sama, tapi ada satu ruangan yang belum aku periksa. Aku kesana dulu"

Aku bergegas menuju pintu yang belum aku periksa. Kubuka pintu itu pelan-pelan dan masuk kedalam. Bau busuk langsung menyerang indera penciumanku. Kunyalakan senter yang sudah kupegang untuk mencari sumber bau tersebut. Alangkah terkejutnya aku saat melihat sesosok mayat yang menggantung dengan seutas tali, tampaknya mayat itu sudah berbulan-bulan berada disini. Dan tak hanya itu saja, ada tiga buah mayat yang juga menggantung, salah satunya adalah mayat anak-anak. Aku hanya memandang keempat mayat itu kosong. Mengapa hidup mereka bisa berakhir tragis seperti ini?

(Note: sebenarnya ada ilustrasinya, namun karena terlalu sadis ane hapus aja gambarnya, hehe :) )

BRAKKK

"AHHHHHH" tiba-tiba tubuhku seperti didorong dari belakang, aku terjatuh ke lantai dan senjata shotgunku terhempas cukup jauh dari posisiku. Aku langsung membalikkan badan dan disambut terkaman mayat hidup perempuan. Aku berusaha untuk lepas dari mahkluk itu namun sia-sia, dia menjepit kedua kakiku sehingga aku tak dapat lepas.

"GGRRRAAHHHHHHH" erangan keras mahkluk itu memekikkan telinga. Aku berusaha untuk mengambil pistolku dari saku celana, namun tidak mudah untuk mengambilnya. Aku berusaha untuk menendang tubuh mahkluk itu dengan kakiku.

"AHHHH SIALLL" teriakku saat menendang mayat itu sekuat tenaga, dia terhempas ke dinding. Dengan cepat kucabut revolver dari saku celanaku dan membidik ke kepala mahkluk itu.

BLAM BLAM

Dua peluru kuletuskan dan tepat mengenai kepala mayat hidup perempuan itu. Jantungku berdegup kencang, hampir saja.

"Din, kamu gak apa-apa?" suara itu berasal dari pintu. Ternyata Rachel ada disana sambil menodongkan senjatanya kearahku.

"Tadi diterkam mahkluk sialan, tapi aku gak apa-apa hehe" jawabku berdiri dan mengambil shotgunku.

"Astaga, itu apaan Din?" Rachel tampak kaget saat dia melihat tubuh manusia yang tergantung di langit-langit.

"Gantung diri Hel, mungkin satu keluarga" jawabku.

"Din, ayok kita keluar dari sini. Serem sumpah"

"Oh iya Hel, tadi kamu nemu Rice Cooker disitu?"

"Enggak Din, semuanya sudah dijarah"

"Yaudah kita periksa tempat yang lain. Aku yakin pasti ada" kataku bergegas.

"Din, kita harus pergi dari sini. Kita bisa cari lagi benda itu besok" kata Rachel. Aku mendenguskan napas, mungkin benar kata dia. Teman-teman juga sudah menunggu disana.

"Oke dah, kita balik....."

Aku dan Rachel keluar dari rumah bertingkat itu. Sialan! jalan gang itu sudah dipenuhi mayat hidup yang menatap kami buas. Aku baru ingat senjata yang kuletuskan tadi menarik perhatian mayat-mayat hidup di sekitar tempat ini.

"Sialan! gimana kita bisa keluar dari sini?" kataku panik. Gerombolan mayat itu mulai berjalan kemari, jumlahnya sekitar puluhan.

"Kita pancing aja biar pergi dari sini" berbeda denganku, Rachel tampak berusaha tenang dalam kondisi seperti ini.

"Gimana caranya?"

"Pakai ini" Rachel mengambil sebuah jam beker dari saku jaketnya dan memutar kunci, setelah siap dia langsung melemparkannya kearah gerombolan mayat itu.

KRRIIINGGG KRIINGGGGG

GGRRAAHHHH GGRRHHHHH

Benar saja, mayat-mayat itu berbalik menuju jam beker yang berbunyi cukup keras. Aku baru ingat kalau Fidly pernah melakukan hal yang sama tempo hari saat kami terjebak di dalam kota akibat cuaca buruk.

"Dino, ayo"

Kami berlari menuju ujung gang yang sebelumnya kami lewati. Mayat-mayat itu masih sibuk mencari-cari sumber suara berisik itu. Dalam hati aku lega mereka tak mengejar kami.

BBRAKKKKKK

GRRRHHHAAHHHH GGHHHHHHH

"SIAL SIAL!" tiba-tiba di samping kami, empat mayat hidup mendobrak pintu rumah dan nyaris saja menerkamku. Kutembakkan shotgunku kearah mereka. Kami terus berlari dan menembak apa saja yang menyerang kami. Akhirnya kami tiba di jalanan utama, tanpa pikir panjang kami langsung berlari ke tempat teman-teman kami. Aku menoleh kebelakang dan terkejut dengan pemandangan yang menyeramkan. Semua mayat-mayat hidup dari setiap sudut kota keluar bergerombol dan berjalan mengejar kami!

"Hahhh hahhhh kita hampir sampai" kataku memegang tangan Rachel. Sandi dan Anin menghampiri kami yang kelelahan dikejar mayat hidup.

"Ayo San, kita pergi dari sini"

Kami dengan terburu-buru masuk ke mobil dan tancap gas keluar dari kota. Aku melihat dari belakang gerombolan mayat-mayat dalam jumlah sangat banyak mengejar kami. Untungnya kecepatan mobil ini cukup kencang sehingga kami lolos dari maut.

"Hahhhh hahhhh untung aja" kataku sambil mengelap keringat di dahi.

"Kok sampai banyak banget gitu Din, kamu apain mereka?" ucap Anin.

"Ini semua salahku, aku lalai kalau suara senjata api bisa menarik perhatian mayat-mayat itu. Untungnya Rachel menyelamatkanku tadi" jawabku. Rachel hanya tersenyum.

"Lain kali hati-hati Din"

*****

Mungkin waktu sudah menunjukkan tengah malam namun seperti biasa, aku tak dapat langsung tidur. Bayang-bayang mayat hidup yang menyerangku tadi sore masih menghantui pikiranku. Kuhidupkan sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Mungkin dengan sedikit jalan-jalan menyusuri lapangan golf ini bisa membuatku ngantuk.

Pandanganku tiba-tiba tertuju pada bayangan hitam yang sedang berjalan menuju hutan lapangan. Siapa dia? Masak hantu sih?

Karena penasaran aku mengikuti bayangan hitam itu. Sesampainya di hutan kecil, sosok manusia itu tampak menghidupkan senter dan mencoba untuk naik keatas pagar pembatas. Sial, jangan-jangan ada penyusup.

Setelah sosok itu berhasil keluar dari pagar, aku terus mengikuti dan menaiki pagar itu. Aku menjaga jarak dari sosok itu supaya tak ketahuan. Sialan juga bisa-bisanya ada penyusup disini, mungkin aku harus menghabisinya sekarang juga.

Dengan perlahan aku berjalan mendekati sosok manusia itu, aku terkejut saat melihat sosok itu dari dekat walau cukup gelap. Seorang wanita....

"Dino...."

"Rachel, kami ngapain malem-malem disini?" ternyata sosok manusia itu Rachel.

"Dino, tolong tinggalkan aku sendiri....."

"Kenapa Hel? Kenapa kamu pergi?" tanyaku sambil terus melangkah mendekatinya, dia terus mundur melangkah.

"Itu bukan urusanmu, Din"

"Kamu ada masalah apa sampai kamu mengendap-endap keluar dari lapangan golf?" kataku tak mengerti. Rachel hanya terdiam dan terlihat panik.

"Kita bisa bicarakan bersama apapun masalahnya. Kau sudah kami anggap teman Hel"

"Tidak Din, ini masalahku, urusanku. Kalian gak usah ikut campur, aku bisa selesaikan semuanya"

"Rachel...."

KLIK

Dia mencabut pistol dari pinggangnya dan langsung menodong senjata itu kearahku. Jarinya sudah bersiap menekan pelatuk senjata pertanda ia tidak main-main.

"Tolong Din, jangan ikuti aku" dia mendekatiku dengan memegang pistolnya kearah kepalaku. Aku hanya berjalan mundur dan mengangkat kedua tanganku.

"Kamu harus pergi dari sini Din, aku tak mau kamu celaka"

"Celaka? apa maksudmu?" kataku tak mengerti. Namun aku merasakan firasat buruk di sekitar sini.

BRUKK

Tiba-tiba aku merasakan bagian leher belakangku dipukul sesuatu. Pandanganku langsung mengabur dan tubuhku jatuh ke tanah. Rasa pusing yang luar biasa melanda seluruh kepalaku. Perlahan-lahan pandanganku mengabur dan terus mengabur.

Dan semuanya menjadi gelap.

..........

..........

..........

..........

"In another moment DOWN WENT ALICE AFTER
IT
, never once considering how in the world she was to get out again."​



CREDITS ROLL
 
Tribia lagi

Sebelumnya ane minta maaf karena situasi seperti ini ane jadi sangat tidak produktif, semoga aja di bulan mei yang penuh berkah ini bisa lancar lagi nulisnya (emang ada yang masih baca cerita ini? hahaha)

1. Denied dalam bahasa indonesia artinya menolak. Judul ini mengacu pada penolakan Anin untuk melakukan anal seks dengan Dino dan penolakan Rachel untuk kembali bersama gengnya Dino

Terus apa hubungannya? Entah saia juga bingung

2. Episode ke-26 secara keseluruhan (mulai dari part 1-part 2)

3. Citra, Nadila, Aya, Gaby, Fidly tak muncul di episode ini (secara fisik tetap ada cuma tanpa dialog, hehe)

4. Episode ini juga memperjelas peran Anin yang sempat seperti "tersingkirkan" sebelumnya. Ane sempat revisi sebanyak empat kali karena itu ehehe.

Kayaknya kalau matikan tokoh juga lumayan berat apalagi tokoh yang banyak fansya seperti dia.

Bagi yang masih setia sama cerita ini, ane kasih spoiler dikit untuk episode selanjutnya; Dino bakal kenapa-kenapa, hehe

Happy reading and have a nice day. Stay safe and stay healthy :Peace:




Saatnya maen Warzone lagi :pedang:
 
Mantap kak update nya

Akhirnya ada anin lagi, aku kira bakal anal beneran, ternyata nggak ya.

Dan aku juga mikir kalo anin bakal bawa gebi biar nanti main nya jadi makin variatif, tapi pas adegan main nya keren banget yah detail nya. Suka banget baca nya

Ehehe

Apakah para mayat nya bakalan sampe ke padang golf? Soalnya ga diceritain juga jalurnya dari kota ke padang golf tuh, kalo linear kan kemungkinan ketemu nanti.

Semoga bisa ada adegan anin lagi
Eh maksudna pengembangan cerita yang menarik lagi.

Ini udah sangat bagus sih, nikmat aja bacanya, sampe akhirnya, eh udah abis lagi

We want more
 
Hehe monggo dibaca
Mantap kak update nya

Akhirnya ada anin lagi, aku kira bakal anal beneran, ternyata nggak ya.

Dan aku juga mikir kalo anin bakal bawa gebi biar nanti main nya jadi makin variatif, tapi pas adegan main nya keren banget yah detail nya. Suka banget baca nya

Ehehe

Apakah para mayat nya bakalan sampe ke padang golf? Soalnya ga diceritain juga jalurnya dari kota ke padang golf tuh, kalo linear kan kemungkinan ketemu nanti.

Semoga bisa ada adegan anin lagi
Eh maksudna pengembangan cerita yang menarik lagi.

Ini udah sangat bagus sih, nikmat aja bacanya, sampe akhirnya, eh udah abis lagi

We want more
Makasih kritik dan sarannya suhu hehe. Kedepannya cerita ini akan lebih banyak sisi emosionalnya tapi untuk ss tetap ada kok hehe.

Which means akan ada tokoh yang mati
wkwk kirain anin ngajak gaby trus 3some
Keenakan nanti Dino hehe. Lagian Gaby gak nakal orangnya kok
 
Oh iya,

Untung aja sih ga ada potonya itu yang gantung diri

Kalo ada potonya, mungkin aku bakal stop baca,

Kalo udah bawa anak anak mah aku nggak kuat
 
Gile2 updatenya, ga kepikiran anin bakal dibikin detail kayak pas sama fidly, alias keren kesabaran menulisnya hu
Lanjutkan
 
Dino kena karma nih gara-gara mau analin Anin hehehe alias ditunggu hu kelanjutannya
Siap selamat menunggu (lagi) hehe
Oh iya,

Untung aja sih ga ada potonya itu yang gantung diri

Kalo ada potonya, mungkin aku bakal stop baca,

Kalo udah bawa anak anak mah aku nggak kuat
Hehe untung aja teesnya baik
Thanx buat updatenya ya hu.....
Sama-sama, met baca ya
Gile2 updatenya, ga kepikiran anin bakal dibikin detail kayak pas sama fidly, alias keren kesabaran menulisnya hu
Lanjutkan
Hehe semuanya dapet giliran kok :ha:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd