Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Baru baca, suka banget sama detailnya, diliat dari beberapa part terakhir selalu dibuat detail begini, semoga konsisten ya hu, soalnya bikin yg detail begini ga gampang haha
 
Moga next Ada anin lg haha
Semoga aja hehe
mantap suhu
Makasih hu, semoga gak bosen ya
Tunggu ahhhh
Silahkan
Baru baca, suka banget sama detailnya, diliat dari beberapa part terakhir selalu dibuat detail begini, semoga konsisten ya hu, soalnya bikin yg detail begini ga gampang haha
Nah yang susah itu konsistennya wkwk, tapi ane selalu usahain bikin yang terbaik hehe makasih sebelumnya

Anyway, GTA V lagi gratid tuh. Gak ada yg ambil nih? Hehe
 
(Warning: ada beberapa adegan kejam di episode ini, read of your own risk. Oh iya seperti sebelumnya, tanda (===ooo===) adalah flashback)

15. Ring Finger

===ooo===

KRINNGGGGGG

Ah sial, suara beker ini. Kedua mataku langsung terbuka setelah mendengar suara yang menyebalkan itu. Plafon putih terpampang pada penglihatanku yang masih buram. Oh iya ini kamarku.

Aku langsung membalikkan tubuhku ke kiri, ah sepertinya dia sudah bangun. Aku tersenyum saat mengingat apa yang aku lakukan bersama dia tadi malam. Ini pertama kalinya aku melakukan hal ini dan dia menerimanya dengan senang hati. Setelah kurenggangkan tubuhku sejenak aku berjalan menuju dapur. Tampak seorang wanita berambut panjang yang sedang sibuk membuat sarapan untukku, tubuhnya yang terbalut handuk menandakan ia sudah mandi, bau shamponya yang wangi semakin memikatku.

"Dila...."

Dia menoleh kearahku, namun ekspresinya tampak kaget.

"Dino, eh itu...." Dia menunjuk kearahku, aku baru sadar kalau tubuhku hanya mengenakan celana dalam. Aku hanya tersenyum.

"Hehe baru bangun aku. Gak sempet pakai celana tadi" kataku.

"Ih dasar" jawabnya pendek dan kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.

"Bikin apaan sih?" tanyaku.

"Nasi goreng" jawabnya. "Aku sering bikin sih hehe, moga aja kamu suka"

"Pasti suka lah, yang bikin wanita cantik kayak kamu" aku memeluknya dari belakang dan kucium leher belakangnya.

"Yahh jangan diganggu lah, aku belum selesai masak, huh." gerutunya, yang justru membuatku semakin gemas.

"Hehe iya"

"Dan kamu mandi dulu sana ah, bau banget sumpah" ucapnya lagi.

"Iya iya"

Kuambil handuk dari kamarku dan bergegas masuk ke kamar mandi. Kubasuh seluruh tubuhku dengan sabun dan membilasnya sampai bersih. Bayangan saat malam tadi masih tertempel dalam pikiranku. Aku masih tak menyangka peristiwa itu terjadi begitu saja. Dila menyerahkan kesuciannya padaku tadi malam.

Batang kemaluanku berdenyut-denyut sembari terus membayangkan hal itu sehingga benda itu sudah membesar, tanpa sadar juga tanganku mulai mengurut-urut kemaluanku, namun aku langsung mengurungkan niat itu. Lagian niatnya mandi kok malah coli kan hahaha.

Walau sejujurnya aku selalu membayangkan Dila dalam fantasi coliku, membayangkan aku dapat memecah selaput daranya dan menjerit-jerit nikmat bersenggama. Aku menggeleng-gelengkan kepala mengingat semua kejadian tak terduga itu.

Singkatnya kami duduk berdua di meja makan menyantap nasi goreng buatan Dila, jujur saja rasanya lumayan enak entah bumbu apa saja yang dia campurkan mengingat aku tak memiliki persediaan makanan yang memadai selain nasi dan bumbu-bumbu masak. Tanpa sadar aku sudah menghabiskan sepiring nasi goreng itu, Dila menatapku heran.

"Cepet amat Din makannya" kata dia.

"Sumpah ini enak banget" balasku.

"Enak ya, hehe makasih ya...."

Kuteguk segelas air putih yang sudah tersedia di meja. Dila juga sudah memakan nasi goreng itu dan melihatku dengan wajah lucu.

"Kenapa?" tanyaku.

"Gak apa-apa" balasnya pendek, ia meraih ponselnya di meja dan asyik bermain sesuatu.

"Eh iya Py"

"Kenapa Din?"

"Emmm.... soal malam tadi..." kataku terputus saat ekspresi Dila berubah, ia menunduk tak mau melihatku, aku heran dibuatnya.

"Kenapa kau melakukan itu? kita kan bukan sepasang kekasih....."

"Aku tak tahu Din, aku sendiri bingung....." jawabnya lirih. Kuraih tangan kanannya dan kupegang erat. "Aku.... Aku kalah sama nafsuku Din...."

"Dila, it's okay. Aku juga minta maaf seharusnya aku tak melakukan itu...."

"Itu berarti salah kita Din, bukan salah kamu....." kata Dila menatapku sekarang, dia membalas pegangan tanganku. "Tapi aku gak apa-apa kok selama ada kamu disini...." tambahnya. Dalam hatiku timbul perasaan aneh, aku merasa tak mau kehilangan dia....

Mungkin aku mulai cinta padanya? entahlah.

Tangan Dila memegang jari manisku dan memegangnya erat-erat.

"Jarimu gede banget Din hehe" katanya terkekeh. Aku hanya tersenyum.

"Kamu tahu gak Din, jari manis itu bukan hanya sekedar jari. Ini merupakan simbol" kata Dila.

"Simbol apaan?" tanyaku heran.

"Jari manis itu sebagai saksi dari pasangan kekasih yang sudah resmi jadi suami istri hahaha" tawanya.

"Yaelah, dari mana kamu tahu"

"Dari buku yang aku baca Din........"

===ooo===

Kedua mataku terbuka meskipun masih terasa berat, pandanganku terlihat kabur.

"Dimana.... Dimana aku?"

Pandangan itu semakin lama semakin jelas, namun aku merasa aneh saat melihat plafon atap yang berbeda dari biasa aku lihat. Kepalaku masih terasa pusing, aku tak ingat apa yang terjadi sebelumnya.

Tiba-tiba seorang laki-laki mendekatiku dan melihatku cukup dekat. Mataku langsung melotot. Siapa dia?

"Hei anak muda, kamu sudah sadar" kata si laki-laki itu. Dari suaranya mungkin dia sudah berusia cukup tua dariku.

"Dimana aku?" kataku lirih dan berusaha untuk berdiri, namun dicegah oleh laki-laki itu.

"Kepalamu terbentur sesuatu nak, kamu jangan berdiri dulu" kata si laki-laki itu. Dia benar, rasa pusing itu kembali menyerang, pandanganku sedikit berputar-putar.

"Siapa kamu?" tanyaku sambil kembali menaruh kepalaku pada bantal.

"Saya dokter"

"Hah? dokter? aku gak salah dengar?" tanyaku heran. Bagaimana bisa ada dokter disini?

"Iya saya dokter di permukiman ini nak. Oh iya sebentar, aku akan panggil Boss dulu untuk mengabarkan kalau kamu sudah sadar"

Si dokter itu pergi dari ruangan ini, tinggal aku sendiri. Kuperhatikan sekeliling sambil mencoba berdiri kembali, terdapat beberapa tempat tidur dan peralatan medis.

"Oh kamu sudah sadar rupanya" suara laki-laki mengagetkanku. Terdapat empat orang yang menuju ke ranjangku bersama si dokter.

"Kamu siapa?" tanyaku kepada orang berbadan tegap dan mengenakan jas hitam.

"Aku biasa dipanggil Boss, pemimpin permukiman ini hehe. Selamat datang di pabrik semen, dulunya haha" kata si laki-laki yang dipanggil Boss itu. Aku mengamati setiap raut mukanya, mungkin dia orang baik, walau instingku mengatakan jangan terlalu percaya dengan mereka.

"Oh oke, salam kenal. Jadi, bagaimana ceritanya anda bisa mendapat tempat sebesar ini?"

"Haha, sebaiknya kamu kumpulkan tenaga dulu. Nanti kamu bisa ikut aku berkeliling"

Singkatnya setelah tenagaku pulih, aku berjalan mengikuti pemimpin tempat ini. "Boss", oke itu nama yang bagus.

"Jadi kenapa anda dipanggil Boss?" tanyaku padanya.

"Entahlah, semua pengikutku memanggilnya begitu. Sebenarnya aku lebih suka dipanggil Bupati, namun aku sadar itu panggilan yang aneh. Jadi akhirnya mereka memangilku Boss haha" jawabnya. Aku melihat-lihat sekeliling, tempat ini sungguh besar sekali. Sebelumnya aku tak pernah masuk ke dalam pabrik semen dan ternyata begini suasananya.

"Dulunya aku seorang camat di daerah tak jauh dari sini, setelah wabah mayat hidup menyerang aku berhasil kabur dari desa namun istri dan ketiga anakku tak selamat. Aku dan keempat teman dekatku memutuskan untuk bermukim di pabrik semen ini. Seiring berjalannya waktu banyak orang-orang yang bergabung dengan kami dan akhirnya tempat ini berubah menjadi permukiman kecil" jelas si Boss. Aku hanya mengganguk mendengar semua perkataannya.

"Tempat ini dilengkapi dengan pagar besi yang cukup tinggi sehingga mayat hidup tak mungkin dapat menyerang. Selain itu aku selalu menyuruh anak buahku untuk melakukan patroli setiap malam untuk keamanan"

"Aku tak menyangka masih ada orang yang berusaha untuk bertahan hidup dan membangun kembali kehidupan" kataku.

"Sifat alamiah manusia, anak muda. Manusia akan selalu berusaha untuk bertahan hidup seburuk apapun kondisinya. Oh iya nama kamu?"

"Dino"

Kami tiba di sebuah tanah lapang lengkap dengan tempat duduk yang sudah dipenuhi oleh orang-orang yang tinggal disini. Aku melihat anak-anak yang berteriak-teriak gembira seperti tak sabar menunggu sesuatu disana.

"Ada apa disana?" tanyaku kepadanya.

"Kebetulan malam ini ada pertandingan yang biasa kami adakan seminggu sekali. Kamu bisa lihat di ruanganku. Mari ikut aku"

Kuikuti setiap langkah kaki si Boss. Kedua anak buahnya sepertinya terus mengikutiku, firasatku mulai tak enak. Akhirnya kami memasuki ruangan yang cukup besar. Terdapat meja yang cukup besar ala-ala perkantoran, di belakangnya terpasang kaca jendela yang cukup besar, sehingga pertandingan itu bisa dilihat dengan jelas dari sini.

"Nah pertandingannya sudah mulai"

Aku melihat penonton yang bersorak-sorak gembira. Beberapa orang yang sepertinya anak buah si Boss membawakan sosok manusia ke dalam arena.

Aku tak percaya apa yang kulihat.

Mereka membawa dua mayat hidup dan meninggalkannya begitu saja. Mataku melotot tajam melihat pemandangan mengerikan ini. Dua mayat hidup saling beradu seperti sabung ayam. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ada anak-anak dan wanita yang ikut menyaksikan pertandingan ini, mereka terlihat gembira.

Serius. Ini gila, sungguh gila.

"Hei kamu, kenapa mereka harus melihat pertandingan menjijikkan ini?" kataku kepada si Boss

"Dan kamu harus mengikuti pertandingan itu untuk membuktikan kalau kamu berhak untuk tinggal disini"

"Aku tak mau! Ini bukan tempat tinggalku!" aku menolak dengan tegas.

"Ohhh kamu tak mau rupanya, penjaga!!"

Dua orang itu langsung memukul punggungku sehingga aku terjatuh.

"Kau pasti punya tempat tinggal kan? mungkin sebuah permukiman, oh iya lapangan golf itu cukup besar untuk bisa dijadikan tempat tinggal. Dan itu adalah wilayah kekuasaanku nak, dalam peraturanku siapapun yang berani menguasai wilayahku akan mendapat sebuah konsekuensi hahahaha" tawa si Boss, aku berusaha untuk lepas dari pegangan kedua orang itu namun yang kudapat justru tendangan keras yang menghantam perutku.

"Sialan! Bagaimana kamu bisa tahu dengan lapangan golf itu?"

"Hahaha, wanita itu sangat berguna kan? dia adalah anggotaku...."

Aku langsung teringat pada seseorang. Rachel?

"ANJINGGG, LEPASKAN AKUU"

BRAKK BRAKK

Pukulan dan tendangan mengenai seluruh tubuhku. Rasa sakit dan perih melanda tubuhku, aku tak dapat berbuat apa-apa.

"Dan sekarang aku hanya ingin melakukan perjanjian padaku. Simpel saja, kamu dan orang-orang disana harus pergi dari lapangan golf itu, kalau tidak kamu akan tahu akibatnya. Kamu tahu Dino, orang-orangku berjumlah banyak, kita bisa dengan mudah menghabisi kawan-kawanmu, Dino"

"Tidak akan. Temanku kompak, kalian tak akan bisa merebut tempat tinggalku"

BRAKKK! kembali pukulan telak menghantam rahangku. Suara dengingan menghiasi telingaku, kepalaku mulai pusing.

"Kamu tahu Dino, senjata-senjata yang kamu rampas di kantor polisi dekat tempat golf itu. Itu milikku, semuanya" sentak si Boss, aku tak meresponnya.

"Pegang kedua tangan bajingan itu ke meja"

Kedua pria tegap itu langsung meraih kedua tanganku dan menaruhnya keatas meja si Boss. Aku tak tahu apa yang akan dilakukannya. Agh, kepalaku yang awalnya tertunduk dipaksa untuk berdiri. Sekarang aku bisa melihat kedua tanganku yang dipegang erat oleh dua pria itu.

"Baiklah, kalau kamu tak mau dengan perjanjian ini. Aku akan memberi kamu sedikit pelajaran"

SRINGG

Si Boss mengeluarkan sebuah pisau besar. Sialan! Apa yang akan dia lakukan padaku??

"Tanganmu ini akan jadi jaminan hahaha"

SIALAN! DIA AKAN MEMOTONG TANGANKU!!

"ANJINGGG, LEPASKAN AKU...."

BRAKKKK

Kepalaku didorong keras menghantam meja, kembali rasa pusing melanda seluruh kepalaku.

"Sekarang, pisau ini akan bertemu dengan kulitmu, rasanya pasti enak Dino....."

KRAKKKK

"AAAGHHHHHHHHHHH" aku mendengar suara seperti tulang patah dan disertai dengan rasa sakit yang luar biasa. Dia mematahkan salah satu jari tanganku!

"SAAKITTTTT AHHHHHHHH" teriakku keras, tubuhku berguncang hebat, air mataku tanpa sadar keluar mengekspresikan rasa sakit ini. Aku juga merasakan pembuluh darah di jariku pecah didalam.

"Hahaha ini belum seberapa kawan, sekarang ini menu utamanya"

SRAKKKKKKK

"AAAUGHHHHHHHH AHHHHHHHHH" pisau itu menebas jariku yang sudah dipatahkan tadi. Rasa sakit ini semakin menjadi-jadi, aku sudah tak bisa merasakan gerakan jariku. Tubuhku kembali berguncang-guncang namun pria penjaga itu terus mehanannya.

"HAHHHGHHH AHHHHH......"

Rasa sakit ini juga mulai menyerang kesadaranku, mataku mulai terasa buram, kepalaku semakin pusing, air mataku terus mengalir. Terdengar gelak tawa dari si boss yang sudah berhasil memotong satu dari jariku.

"Bagaimana Dino? masih tak mau setuju dengan perjanjian ini?" kata si Boss namun aku hanya mendengarnya samar-samar.

"Dia mulai kehilangan kesadaran, boss"

"Hmmmn oke, pegang kuat-kuat tangan satunya. Aku akan selesaikan ini"

Kurasakan tanganku satunya dipegang erat-erat dan sepertinya bersiap untuk memotong jariku satu lagi. Aku sudah tak mampu berkata apa-apa bahkan luka ini sudah tak berasa sakit.

KRAAAKKKK

SRAKKKKKK

Si boss kembali memotong jari di tanganku, pandanganku semakin mengabur dan mulai menghitam, mulutku terbuka tak mengeluarkan suara. Dan semuanya menjadi gelap.

******

"Ughhhh kepalaku....."

Aku mengigau saat membuka kedua mataku, sangat berat kurasa. Tubuhku masih terasa nyeri, kepalaku juga terasa pusing.

"Dimana aku?"

Aku berusaha untuk bangun, denyutan kepalaku terasa sekali sehingga pandangan sekitarku sedikit berputar-putar. Aku berusaha untuk tenang karena mungkin aku terlalu lama tertidur.

Tapi, aduh. Kedua tanganku sakit sekali, dan jemariku terasa aneh.

Tanpa pikir panjang kurentangkan kedua tanganku tepat kearah mataku.

"JARIKU!!??"

Aku tak salah lihat dan ini jelas bukan mimpi. Jariku tinggal empat?? Tidak mungkin, ini tidak mungkin!

Dan aku kembali terkejut saat mengetahui bahwa tak hanya tangan kiriku yang kehilangan jari manisku, tangan kanan juga. Sialan! Bangsat! Aku baru sadar kalau si pemimpin tempat ini yang sudah melakukan hal biadab ini kepadaku.

"BANGSATTT AHHHHHH...." aku berteriak meluapkan amarah, namun aku sadar percuma aku melakukan ini. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya aku bisa keluar dari tempat bangsat ini.

Aku teringat Rachel. Dia tak menampakkan batang hidungnya sampai saat ini. Sialan! Aku tak bisa memaafkan dia, gara-gara dia aku jadi seperti ini.

KREK, kudengar suara pintu terbuka. Tampak seorang laki-laki berbadan tegap membawa sebuah piring makanan.

"Hei, kamu sudah sadar rupanya" laki-laki itu berjalan mendekatiku dan dia memberiku air minum, tanpa pikir panjang kuambil gelas itu dan menenggaknya hingga habis. Laki-laki itu seperti mengawasiku, mungkin aku harus menghajar dia supaya aku bisa keluar dari sini.

KLIK

"Bung, jangan macam-macam" laki-laki itu menodongku dengan pistolnya saat aku hampir saja ingin melempar gelas ini kearahnya.

"Apa yang kau inginkan dariku? Aku ingin lepas dari sini" kataku penuh amarah.

"Kamu masih ada urusan dari sang Boss, kawan. Sekarang makanlah dan isi tenagamu, karena nanti bakal melelahkan hehehe" kata si laki-laki terkekeh.

"Aku tak akan makan makanan busuk ini. Cuihhhh" aku meludah tepat kearah pria itu. Ekspresinya berubah, dia siap menekan pelatuk pistolnya tepat ke kepalaku.

"Bangsat ini orang...."

"Hei, jangan ditembak orang ini. Kawan" tiba-tiba si Boss masuk ke ruangan ini. Aku memandanginya dengan penuh amarah, dalam benakku ingin sekali aku menghabisinya sekarang juga.

"Ohhh maaf Boss, tapi dia ngeludah bajuku tadi"

"Halah gitu doang hahaha. Sekarang ikat dia kuat-kuat di kursi. Aku ingin bersenang-senang bersama dia"

******

Tubuhku terasa sakit semua, pukulan dan tendangan yang kuterima dari Boss membuatku kehabisan tenaga. Dan sekarang aku terikat erat pada kursi kayu. Aku berusaha untuk lepas dari ikatan ini namun sia-sia, ikatan talinya sangat kuat.

"Hei kawan, hehehe...." Laki-laki bangsat itu membukakan pintu dan menyapaku.

"LEPASKAN AKU ANJINGGG!!!!" aku berteriak sambil terus berusaha lepas dari ikatan ini.

"Hahaha, kau tak akan bisa lepas dari sini kawan. Oh iya, si Boss akan memberi kamu sebuah hadiah. Silahkan dinikmati hahaha"

GGRRRHAAHHHHHH

SIALAN! BANGSAT! MAYAT HIDUP!

"Ini dia hadiahnya kawan. Selamat menikmati hahaha"

BRAKK

Sialan! mayat hidup itu berdiri didepan pintu dan melihatku dengan buas seakan-akan didepannya ada santapan lezat. Aku terus berusaha lepas dari ikatan ini, kugoyangkan tubuhku ke kanan dan ke kiri. Mayat itu berjalan pelan mendekatiku, aku semakin panik.

"Aghhhhhhh"

BRUK

Tubuhku jatuh ke lantai, pandanganku sedikit mengabur akibat hantaman itu. Mayat hidup itu semakin dekat dan siap menerkamku. Kutarik tangan kananku yang masih terikat dengan kursi sekuat tenaga, rasa sakit yang hebat melanda seluruh saraf tanganku namun aku tak peduli. Aku tak ingin mati konyol disini!

KRAKK

"AUGHHH SAKITT" akhirnya tangan kananku lepas dari ikatan walau aku juga merasakan luka di bagian itu. Kayu dari kursi itu juga pecah menjadi beberapa bagian. Aku berusaha berdiri walau ada ikatan yang masih ada di tangan kiriku. Mayat hidup itu merangsek maju berusaha untuk menerkamku. Beruntung aku dapat menghindari serangan itu.

BRAKKK

Mayat itu menghantan dinding dan meninggalkan bercak darah. Namun dia tak merasakan sakit dan langsung menoleh kearahku. Aku kembali berusaha melepaskan ikatan di tangan kiriku. Kuhantam kursi ke dinding berulang kali dengan harapan kursi itu bisa pecah.

"BANGSATT AGHHHHHH"

KRAKKKK

Berhasil! Kursi itu sudah hancur dan ikatanku sudah terlepas semuanya. Kupegang potongan kayu kursi itu dengan tangan kananku, rasa sakit melanda tanganku namun aku berusaha untuk mengabaikan rasa sakit itu.

Mayat itu kembali menyerangku, tubuhku terhempas ke lantai karena aku tak punya tenaga lagi untuk menghindar. Wajah mayat hidup itu tepat menghadap mataku, terkadang mulutnya mengeluarkan darah membasahi bajuku, aku berusaha untuk menusukkan bilah kayu itu ke kepalanya.

GREP

"AGHHHH ANJINGGG"

Tanganku langsung dipegang oleh mayat hidup itu kuat sekali sehingga aku tak mampu menusuk kepalanya. Kukumpulkan seluruh tenagaku yang masih ada, aku tak mau mati, AKU TAK MAU MATI!!

"AGHHHHHHHH"

Tanganku berhasil lepas dari cengkraman mayat itu. Dia mengaum tepat kearah wajahku dan mengeluarkan darah. Tanpa pikir panjang aku langsung mengayunkan kayu itu menusuk kepalanya. Satu kali, dua kali, tiga kali, entah berapa kali aku menusuk-nusuk kepala mayat itu. Tanpa sadar emosiku naik hingga ke puncak saat menyerang mahkluk sialan itu.

"Aghhhhhh"

Kugulingkan mayat yang sudah mati itu. Kucabut kayu yang menempel di kepala mayat itu. Napasku berat, emosiku naik. Aku kembali menusukkan kayu itu ke kepala depan berulang kali.

"AAAAAHHHHHHHHH......"

"BANGSAATT ANJINGGGGG AGHHHHHHH"

Aku seperti bukan diriku lagi. Emosiku benar-benar sudah menguasai seluruh tubuhku, seperti orang yang memang hanya bertujuan untuk membunuh apapun yang menghalangiku.

Setelah lelah menghujam kepala mayat itu hingga sudah tak berbentuk, aku merangkak menghindari tubuh mayat yang bersimbah darah, bau anyir mengisi seluruh ruangan ini. Aku melihat kedua tanganku yang berlumuran darah dan dengan jari manisku yang sudah lenyap.

Siapa aku sebenarnya? Ini bukan aku......

******

Beberapa jam kemudian aku hanya duduk di sisi dinding, menatap kosong kedepan. Aku sudah kehabisan ide bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini. Kawan-kawanku pasti sudah mencariku. Citra, Dila..... mereka dalam bahaya sekarang.

DUARRRRRRRR

Tiba-tiba suara ledakan yang cukup keras terdengar cukup dekat dari sini. Aku langsung berdiri dan mengintip lubang pintu. Apa yang sedang terjadi sekarang?

KRAK KRAK KRAK KRAK

Aku mendengar suara dari dinding.

KRAK KRAK KRAK KRAK

Karena penasaran aku berjalan menuju sumber suara. Sepertinya ada yang berusaha untuk menjebol dinding ini, tapi siapa?

KRAK KRAK KRAK KRAK

Dinding itu akhirnya jebol dan membentuk lubang. Betapa terkejutnya aku siapa yang keluar dari lubang itu.

"Dino"

Rachel? Kenapa dia disini?

"Rachel....."

"Kamu harus keluar dari sini Din, ayo ikut aku..."

"Tapi Hel...." aku masih ragu untuk mempercayai wanita yang sudah menyebabkan hilangnya jari manisku.

"Ayo Din, tunggu apa lagi"

Aku mengangguk tanda setuju, Rachel membantuku untuk masuk kedalam lubang yang ia buat, tak butuh waktu lama untuk bisa keluar dari ruangan ini. Aku memandang Rachel yang sedang sibuk mengambil sesuatu.

"Ini Din, pistol dan pisau. Sekarang kamu ikuti aku. Kita akan keluar dari sini"

"Rachel, kenapa kamu bebasin aku?" tanyaku memastikan tujuannya.

"Kita bahas aja nanti. Ayo Din sebelum penjaga tahu keberadaan kita.

Aku berjalan cepat mengikuti Rachel yang berada didepan. Aku yakin dia pasti tahu jalan keluar dari tempat ini, kugenggam pistol ini di tangan kananku walau masih terasa sakit, tenagaku sudah sangat tipis hanya untuk berjalan sehingga aku sempat terjatuh.

"Ayo Din"

Kami tiba di sebuah selasar sempit yang cukup panjang. Aku dan Rachel menyusuri tempat itu, dia sepertinya sedang mencari tempat keluar.

"Aku tadi meledakkan sebuah gudang senjata untuk menarik perhatian orang-orang Din, jadi aku bisa dengan mudah bebasin kamu" kata Rachel sambil memotong kawat pagar. Aku hanya mengangguk.

"HEI KALIAN" sialan, seorang penjaga berlari menuju kearah kami. Aku langsung meletuskan pistol ini kearahnya berulang kali.

PEW PEW PEW PEW

BRUK. Penjaga itu langsung tewas seketika.

"AUGGHHHHH" pistol itu terlepas dari tanganku akibat rasa sakit di jemariku. Aku langsung mengecek setiap sisi untuk memastikan tak ada penjaga lagi disini.

"Ayo Din" Rachel berhasil menjebol pagar kawat itu. Tanpa pikir panjang aku langsung menerobos pagar itu diikuti oleh Rachel. Kami berlari sekuat tenaga meninggalkan pabrik semen itu

******

Aku mengikuti Rachel keluar dari markas mereka. Erangan mayat hidup terdengar di sekitar kami, rasa sakit dan nyeri di kedua tanganku masih terasa hingga aku nyaris terjatuh karenanya.

"Ayo Din, cepat" Rachel menarik tanganku, rasa sakit kembali melanda dan aku berteriak kesakitan.

"AAGHHH RACHELL"

"Maaf Din, kamu masih bisa berdiri kan? Bentar lagi kita akan sampai di bangunan sana, aman kok"

"Iya, aku masih bisa. Ayo Hel"

Tak lama kemudian kami sampai di sebuah gudang kosong yang cukup besar namun banyak sekali puing-puing disana sini. Rachel tampak sedang mencari-cari sesuatu.

"Nah ini dia, ayo masuk Din. Mereka tak akan tahu tempat persembunyian ini"

Aku langsung masuk kedalam diikuti dengan Rachel. Tempat ini cukup besar dan hanya memiliki satu ruangan. Aku berjalan pelan dan terduduk menempel di dinding. Tenagaku benar-benar sudah habis, namun emosi didalam diriku masih membara. Dengan sadar aku mengenggam pisau di tangan kiriku.

"Dino, kamu gak apa-apa....." perkataan Rachel terputus saat melihat tangan kananku yang berlumuran darah dari mayat hidup yang aku habisi tadi.

"Jarimu...."

"INI SEMUA GARA-GARA KAMU!?" Kutodong dia dengan pisau di tangan kiriku. Dia sontak kaget. "GARA-GARA KAMU, KAWAN-KAWANKU SEKARANG TERANCAM BAHAYA"

"Dino, aku.... aku minta maaf...."

"Hah?? Maaf katamu?? KAMU LIHAT SEKARANG HEL, AKU GAK PUNYA JARI LAGI. LIHAT!!" emosiku meledak di hadapannya sambil kuperlihatkan tangan kananku yang tersisa empat jari. Rachel menatapku tajam dan berusaha tenang.

"Dino, aku.... seharusnya kamu tak ikut denganku....."

"DAN KAMU MATA-MATA DARI SI BOSS BANGSAT ITU, HAH?? SEHARUSNYA AKU TAK PERNAH PERCAYA PADAMU WANITA BANGSAT....."

BRAKK

Rachel memukul rahangku cukup kuat hingga tubuhku terhempas ke tanah. Rasa sakit melanda rahang dan kepalaku. Gila, dia cewek tapi pukulannya setara dengan pukulan pria dewasa.

"CUKUP DINO, CUKUP......" dia terisak, pandanganku mengabur setelah menerima pukulan tangannya. Telingaku berdenging keras.

"Ini semua aku lakukan demi keselamatan adikku, Dino..... aku tahu ini salah..... KARENA KAMU JUGA, ADIKKU TERBUNUH OLEH DIA, DINO. SEHARUSNYA KAMU TAK IKUT DENGANKU!!?!" Rachel membentakku sambil terisak. Aku tak merespon amarahnya karena kepalaku semakin pusing.

"Adikku adalah satu-satunya yang tersisa dari hidupku...."

"Aku ingin balas dendam kepada dia Dino, karena itu aku bebasin kamu...."

Pandanganku semakin mengabur, suara Rachel hanya terdengar samar-samar.

"Dino... Dino....."

Pandanganku menjadi gelap.

.......

.......

.......

"'I like the Walrus best,' said Alice: 'because you see he was a LITTLE sorry for the poor oysters.'
'He ate more than the Carpenter, though,' said Tweedledee."

CREDITS ROLL
 
Trivia

1. Ring Finger yaitu jari manis, judul ini mengacu pada Dino yang kehilangan kedua jari manisnya

2. Awalnya mau potong tangan tapi tees pikir malah keterlaluan, akhirnya jadi potong jari aja hehe

3. Episode ini awalnya cukup panjang namun ane putuskan untuk men-cut beberapa adegan terutama pas si Boss gebukin si Dino hehe. Mohon maaf juga kalo jomplang banget untuk episode kali ini, dari 7k ke 3k doang moga aja gak dosa

4. Untuk pertama kalinya tak ada tokoh utama cewek disini (tak termasuk flashback ya)

5. Oh iya, serial ini ada spin-off nya judulnya 55 Days Later: The Safe Haven eksklusif di WP, silahkan cari sendiri ceritanya kalau mau

Happy reading and have a nice day. Stay safe and stay healthy


So far GTA V lumayan asik sih walau ane sejujurnya kurang suka game open world yang terlalu bebas....
Lah malah bahas game hhhhh......


Sadly, mungkin ini apdetan terakhir~
 
Trivia

1. Ring Finger yaitu jari manis, judul ini mengacu pada Dino yang kehilangan kedua jari manisnya

2. Awalnya mau potong tangan tapi tees pikir malah keterlaluan, akhirnya jadi potong jari aja hehe

3. Episode ini awalnya cukup panjang namun ane putuskan untuk men-cut beberapa adegan terutama pas si Boss gebukin si Dino hehe. Mohon maaf juga kalo jomplang banget untuk episode kali ini, dari 7k ke 3k doang moga aja gak dosa

4. Untuk pertama kalinya tak ada tokoh utama cewek disini (tak termasuk flashback ya)

5. Oh iya, serial ini ada spin-off nya judulnya 55 Days Later: The Safe Haven eksklusif di WP, silahkan cari sendiri ceritanya kalau mau

Happy reading and have a nice day. Stay safe and stay healthy


So far GTA V lumayan asik sih walau ane sejujurnya kurang suka game open world yang terlalu bebas....
Lah malah bahas game hhhhh......


Sadly, mungkin ini apdetan terakhir~
Hah?? Apdetan terakhir??? Gimana maksudnya nih hu??
 
Suwun updatenya hu @metalgearzeke :beer:
Top banget hihihi
Monggo gan
Hah?? Apdetan terakhir??? Gimana maksudnya nih hu??
Eh maksudnya bulan ini apdet terakhir, bulan depan tetap apdet seperti biasa

Sialan typo wkwk
dino pad ena ena gk pernah ketauan ya. siapa tau gtu jadi rame rame

gk ketemu suhu cereita yg di wp
Luck dia lumayan gede untuk urusan gituan wkwk, gak kalah sama tokoh2 cowok di cerita lain

https://my.w.tt/5Dxid0LtE6
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd