Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Referensi karakter Boss ini kayaknya The Governor nya TWD ya?... agak mirip..
"Sabung mayat hidup" juga ada di Woodbury , Dino diikat di kursi sambil lawan mayat hidup juga mirip scene Glen Rhee dalam situasi yg sama, apa memang jalan cerita nya akan mirip dengan The Governor, Woodbury dll nih?
Menarik banget referensinya 👍👍👍
 
Spin off di WP fa ketemu ya?
Ada kok, scroll up aja ada linknya
Referensi karakter Boss ini kayaknya The Governor nya TWD ya?... agak mirip..
"Sabung mayat hidup" juga ada di Woodbury , Dino diikat di kursi sambil lawan mayat hidup juga mirip scene Glen Rhee dalam situasi yg sama, apa memang jalan cerita nya akan mirip dengan The Governor, Woodbury dll nih?
Menarik banget referensinya 👍👍👍
Yap memang ada beberapa referensi twd wkwk yang pernah nonton harusnya tahu 😂😂
 
Yang masih nungguin, here's some spoiler
"Aku tahu caranya supaya kamu tak emosi lagi Din, kamu harus lampiaskan emosi itu...."

Tiba-tiba dia mendekati bagian belakang leherku, tangannya meremas-remas batang kemaluanku memberikan rasa tak nyaman dalam selangkanganku. Rachel mendesah pelan sehingga nafsuku perlahan mulai naik.

"Hmmmmn kamu tak dikebiri ternyata"

"Hah? enggak lah...."

"Aku pernah dengar si Boss suka mengebiri laki-laki yang melanggar aturannya Din"

"Sialan! Gila! ada aja orang kayak gitu. Untung banget aku bisa lolos darinya" kataku sedikit panik mendengar kata "kebiri" dari mulutnya. Rachel membisikkan sesuatu di telingaku pelan dan lembut dan aku terkejut setengah mati mendengar perkataannya.

"Dino...."

"....rape me, please. I deserve it....."

Paling lambat Juni hehe
 
Yang masih nungguin, here's some spoiler
"Aku tahu caranya supaya kamu tak emosi lagi Din, kamu harus lampiaskan emosi itu...."

Tiba-tiba dia mendekati bagian belakang leherku, tangannya meremas-remas batang kemaluanku memberikan rasa tak nyaman dalam selangkanganku. Rachel mendesah pelan sehingga nafsuku perlahan mulai naik.

"Hmmmmn kamu tak dikebiri ternyata"

"Hah? enggak lah...."

"Aku pernah dengar si Boss suka mengebiri laki-laki yang melanggar aturannya Din"

"Sialan! Gila! ada aja orang kayak gitu. Untung banget aku bisa lolos darinya" kataku sedikit panik mendengar kata "kebiri" dari mulutnya. Rachel membisikkan sesuatu di telingaku pelan dan lembut dan aku terkejut setengah mati mendengar perkataannya.

"Dino...."

"....rape me, please. I deserve it....."

Paling lambat Juni hehe
Akhirnya si ekspresif judes kena ekse. Going really really really wild please 😶
 
wah ada update ternyata

so far aku enjoy bacanya, gapapa sih banyak dipotong juga, selama si isi cerita masih tersampaikan mah.
perubahan emosi ke rachel nya cepat juga ya, mungkin karena survival instinct nya lebih besar daripada emosi belaka

wah tapi eps selanjutnya si emosi dino mau di channel ke good way
wkwkw

patut ditunggu


btw, GTA V bener bener bikin update mandeg
ahaha
 
16. This Sorrowful Life

Kubuka kedua mataku setelah merasakan mimpi tidurku sudah selesai. Kucoba untuk mengangkat kepalaku namun masih terasa berat. Sepertinya aku sudah tertidur cukup lama, setelah kuregangkan leher aku mencoba untuk bangun. Aku ingat ini tempat dimana kita bersembunyi saat aku kabur bersama Rachel.

"Dino, kamu udah bangun" Rachel ternyata berada disampingku sambil meminum botol air.

"Rachel...." aku berkata lirih, dia hanya tersenyum.

"Aku punya beberapa cup mie buat makan, airnya baru aku rebus"

"Oh iya Hel, makasih" perutku terasa lapar sekali setelah kejadian kemarin. Kedua tanganku terasa berdenyut-denyut, kulihat jemari tanganku yang salah satunya terbalut perban. Aku ingat saat di pabrik semen dimana aku disiksa bahkan sampai kedua jari manisku dipotong.

"Gimana tangan kamu Din?" tanya Rachel.

"Masih agak sakit, aku belum dapat mengenggam Hel" jawabku.

Singkatnya kami menikmati cup mie bersama-sama. Aku memakannya dengan lahap tak peduli mie ini masih panas, tenagaku harus terisi kembali.

Setelah makan, aku duduk dengan kaki selonjoran untuk menurunkan makanan dalam perutku. Kulihat wanita bernama Rachel itu sedang sibuk memeriksa is tasnya. Dia mengenakan tanktop berwarna hitam yang mungkin cukup ketat sehingga gundukan buah dadanya tercetak jelas, aku terkesima melihat tubuhnya.

"Emmm Din, abis istirahat kita pulang ke lapangan golf, semoga saja orang-orang itu belum menyerang kesana" kata Rachel menatapku.

"Iya harus lah, mereka dalam bahaya sekarang" kataku tegas. "Berapa jauh lokasi kita ke sana?"

"Mungkin sekitar 30 kilometer Din, nanti kita cari kendaraan menuju kesana"

"Hah? jauh banget" balasku terkejut.

"Iya, kita berada di area pegunungan Din, tempat ini masih satu wilayah dengan pabrik semen atau markas si boss. Kita harus secepatnya pergi dari sini sebelum orang-orang itu menangkap kita" Rachel mengecek magasin pistolnya lalu memasukkannya lagi ke dalam senjatanya, aku hanya mengangguk menyetujui rencana yang ia buat namun dalam benakku masih terpancar rasa emosi kepadanya, aku tak bisa seratus persen percaya padanya, bisa saja dia hanya mempermainkanku dan menangkapku kembali. Bisa saja.

Setelah cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan pulang, sepanjang perjalanan kami menemukan sebuah permukiman yang mirip dengan desa kecil, tak ada barang-barang berguna disana selain mayat hidup yang sedang mencari mangsa. Karena kedua tanganku masih terasa sakit aku tak dapat mengenggam senjata dengan baik, Rachel yang melawan mereka. Yang aku kagum dari wanita ini dia dengan mudah dapat melawan mayat-mayat itu walaupun berjumlah banyak. Rachel selalu menembakkan pistolnya saat melawan mayat yang tak dapat dijangkaunya, sisanya ia menggunakan belati untuk menghabisi mahkluk itu.

Singkatnya kami bertemu dengan jalan aspal yang sayangnya tak ada kendaraan yang bisa digunakan sehingga kami berjalan menyusuri jalan ini. Mungkin dulunya ini adalah jalan menuju desa yang kami lewati tadi.

Siang ini cuaca tak terlalu panas, awan mendung mulai menyelimuti langit berbarengan dengan suara-suara guntur yang mengisyaratkan bahwa akan turun hujan. Aku hanya berjalan saja di belakang Rachel tanpa mengucap satu kata pun.

Setelah cukup lama berjalan, kami menemukan persimpangan jalan. Terdapat papan penunjuk jalan yang kurasa sangat berguna, salah satu panah menunjukkan jalan menuju kota.

"Nah itu Din, lewat sana" ucap Rachel sambil menunjukkan jarinya.

"Ohh oke, jadi kita jalan kaki mulu nih biar sampai" balasku.

"Cari mobil Din"

Kami memeriksa bangunan yang dulunya merupakan sebuah rumah makan. Terdapat beberapa mobil yang masih terparkir disini, kuperiksa salah satu mobil berjenis sedan kecil namun sayangnya mobil tersebut sudah tak bisa digunakan lagi saat kubuka kap mesinnya. Mobil ini sudah berada disini cukup lama sehingga banyak sekali karat di beberapa bagian mesin mobil.

BRAKK

"Anjing, mobil ini gak bisa dipakai" entah karena emosi atau tidak aku membanting kap mesin mobil itu. Rachel menghampiriku kaget melihat perbuatanku.

"Din jangan berisik....."

"Apaan sih Hel" aku membentaknya, Rachel menatapku heran dengan sikapku.

BBBRUMMMMM

Aku mendengar suara mobil.

"Dino, kita harus sembunyi. Cepat" Rachel tampak panik saat mendengar suara derungan mobil itu. Aku tak mengerti.

"Heh kenapa Hel"

"Ayo cepat Din....."

Rachel menarik tanganku menuju kedalam rumah makan yang terbengkalai, rasa sakit melanda seluruh tubuhku. Aku berlari mengikutinya.

"Kenapa sih?" tanyaku kesal.

"Mungkin itu anak buahnya Boss, mereka mencari kita"

"Apa?"

Aku terkejut mendengar perkataan Rachel yang panik, mereka mencari kita. Tiba-tiba saja rasa panik dan takut melanda diriku, bagaimana kalau mereka tahu aku disini? habislah sudah kalau itu terjadi.

Mataku langsung melirik tajam kepada Rachel, dia tampaknya tahu maksudku dan berkata lantang padaku.

"Sumpah Din, aku tak tahu mereka mengejar kita" kata dia, namun aku tak bisa langsung mempercayainya.

"Beneran Hel?"

"Ya terus aku harus bagaimana supaya kamu bisa percaya Din"

CIIIITTTTTT

BRAKKKKK

Sial! mobil itu berhenti tepat di depan rumah makan ini, aku mengintip tak jauh dari lokasi. Ada tiga orang yang keluar dari mobil dan langsung berjalan menuju rumah makan ini. Rachel dan aku saling menatap, bingung apa yang harus kami lakukan.

Aku kembali mengintip dari celah pintu dapur, sekarang ketiga orang itu sudah berada di dalam. Mereka memegang senjata api berjenis submachine gun kalau aku tak salah lihat, dari situ sudah jelas apa yang akan mereka lakukan jika mereka menemukan kita.

"Gimana ini bro? kita harus cari kemana lagi?" tanya salah satu pria.

"Seharusnya mereka belum jauh dari sini, tak ada kendaraan yang bisa dinaiki selain mobil kita"

"Nah kalo misalnya mereka ada di sekitar sini gimana?"

"Dasar bego, ya makanya cari lah"

DEG. Jantungku serasa berhenti saat mendengar ocehan mereka, aku mulai panik sekaligus emosi. Kulihat Rachel tak terlalu cemas dengan ini dan dia menyiapkan senjata api pada tangannya.

"Kamu mau ngapain Hel?" tanyaku heran.

"Buat jaga-jaga. Kita harus ambil mobil itu Din" balas Rachel.

"Itu bukan ide bagus. Kita bisa ditangkap sama mereka nanti"

"Gak, gak bakal ketangkap kalau kita bisa habisi mereka" aku terkejut mendengar jawabannya yang terkesan enteng itu.

"Berarti kau akan bunuh mereka begitu?"

"Ya begitulah. Tapi itu jalan terakhir"

Aku mengambil pisau dari sakuku dan pistol, kugenggam kedua benda itu dengan tanganku walau aku masih kesulitan. Kuintip kembali gerak-gerik ketiga orang itu. Mereka tampaknya akan memeriksa tempat ini.

"Kita periksa dulu tempat ini bro, siapa tahu dua bajingan itu ada disini"

"Siap"

Mereka mulai berpencar dan memeriksa setiap tempat rumah makan ini, syukurlah mereka malah memeriksa di ruangan besar bekas tempat makan, namun aku yakin pasti mereka akan masuk kedalam dapur ini. Aku menoleh kearah Rachel, sialan! dia tiba-tiba saja menghilang.

"Bangsat, dimana dia?" gumanku marah. Aku berusaha untuk berpindah tempat tanpa mengeluarkan suara, kurasa salah satu orang itu akan menuju ke dapur sehingga aku harus bergegas pindah posisi.

BRAKK

Benar saja dugaanku, salah satu orang itu mendobrak pintu dapur. Dengan hati-hati aku bergerak menuju ke bagian yang tak terlihat oleh orang itu. Jantungku berdegup kencang dan keringat membasahi bajuku. Tangan kananku memegang pisau untuk menghadapi situasi terburuk.

Laki-laki itu menyusuri setiap sudut ruangan dengan menghidupkan senter. Sialan! aku merasa terjebak disini. Laki-laki itu sebentar lagi mendekat kearah posisiku berada.

BUGGG

Tiba-tiba aku mendengar suara, aku langsung menoleh kearah laki-laki itu yang ternyata terjatuh oleh sesuatu. Ternyata Rachel menusuk kaki laki-laki itu hingga terjatuh, sebelum dia berteriak Rachel sudah menusukkan pisaunya kearah leher. Aku bergegas menuju kesana dan melihat laki-laki itu tewas ditangannya. Tampaknya tusukan pisau itu tepat mengenai bagian pita suara sehingga laki-laki itu mati tak mengeluarkan suara.

"Beres Din" kata Rachel santai sambil mencabut pisaunya.

"Lu dari mana tadi??" kataku kesal karena aku sempat kehilangan kontak dengannya.

"Aku bersembunyi Din sama seperti kamu. Tinggal dua orang sekarang dan aku rasa kita bisa memancing mereka kesini dan menghabisinya" jawabnya sambil mengokang senjata submachine gun.

"Gimana caranya?"

"Gampang"

DOR DOR DOR DOR

Aku terkejut saat Rachel meletuskan empat tembakan ke sembarang arah. Suaranya sangat bising sampai aku menutup telingaku.

"ANJING HEL, LU GILA....."

"Enggak, ini satu-satunya cara supaya mereka kesini. Ayo Din kita sembunyi lagi"

Rachel dan aku kembali bersembunyi ke lemari penyimpanan makanan yang kebetulan cukup besar untuk bisa dimasuki dua orang. Dalam celah lemari itu aku bisa mengintip ruangan dapur ini. Benar kata Rachel, dua orang itu langsung masuk kedalam dapur dan menemukan salah satu temannya tewas.

"Anjing, mereka ada disini bro" kata salah satu laki-laki itu. Kedua orang itu mengambil sikap waspada sambil memegang senjata apinya.

"Din, aku akan tembak mereka. Kebetulan dua orang bangsat itu ada di jalur" kata Rachel. Aku hanya mengangguk saja berharap semua ini bisa berakhir.

Tanpa pikir panjang Rachel langsung membuka pintu lemari ini dan menembakkan senjata submachine gun-nya kearah dua orang itu.

TRAT TRAT TRAT TRAT

Dua orang itu tertembus peluru dari senjata Rachel beberapa kali. Aku kagum padanya yang bisa dengan mudah menghabisi dua orang itu dengan senjata api. Setelah mereka tewas aku keluar dari lemari dan melihat Rachel sedang mengambil senjata mereka dan sebuah kunci mobil.

"Ayo Din, kita pergi dari sini"

Kami keluar menuju mobil, Rachel memasukkan tas dan senjata api kedalam bagasi. Kuhidupkan mobil itu dan pergi dari tempat ini sejauh mungkin. Selama perjalanan kami lebih banyak diam menikmati perjalanan. Beruntung sekali kami tak menghadapi satupun rintangan baik mayat hidup maupun orang-orang yang mungkin masih mencari kami, untuk saat ini.

*****

"AAHHHH BANGSAT! ANJING!" kubanting setir mobil ini berulang kali saat kulihat sebuah gerombolan mayat hidup yang berjumlah cukup banyak menutupi jalan. Kami berhenti di dekat sebuah permukiman kecil, hari juga sudah menjelang malam dan hujan deras disertail angin yang lumayan kencang.

"Sabar Din, kita tunggu mereka sampai gerombolan itu terpisah. Mungkin gak akan lama kok" kata Rachel santai. Emosiku meledak mendengar perkataannya yang santai.

"Teman-temanku dalam bahaya Hel, lu jangan anggap gampang dengan semua ini" kataku penuh emosi.

"Dino, aku yakin mereka akan baik-baik saja" jawabnya berusaha menenangkanku, namun aku tak menggubrisnya. Aku berpindah posisi ke kursi tengah mobil dan menyenderkan tubuhku. Rasa nyeri dari kedua tanganku kembali muncul sehingga aku mengaduh.

"AAAGHHHHHHHH" kulihat kedua tanganku yang sekarang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Kedua jari manisku sudah lenyap, aku masih tak menyangka kejadian ini menimpa diriku.

Kulihat Rachel mendekatiku di kursi tengah dan mencoba untuk melihat kondisi tanganku.

"Mau ngapain kamu, hah?"

"Din, aku mau lihat tanganmu"

"Gak"

Kami terdiam sejenak, Rachel semakin bingung dengan sikapku padanya.

"Semua ini gara-gara kamu Hel. Kedua jariku dipotong, mereka memburuku dann sekarang teman-temanku dalam bahaya" aku kembali menyalahkannya dengan penuh emosi. Entah kenapa aku tak bisa mengontrol ini.

"Dino, aku sudah bebasin kamu dari Boss dan berusaha untuk melindungimu, kenapa kamu terus menyalahkanku Din....." kata Rachel.

"Aku tak peduli, semua ini gara-gara kamu!!"

"Kamu sedang marah Dino....."

"Iya, terus kenapa Hel? aku masih belum bisa maafkan kamu atas kejadian ini

Rachel mendekatiku, sekarang jarak antara wajahku dengan wajahnya cukup dekat, aku bisa merasakan dengusan napasnya.

"Aku tahu caranya supaya kamu tak emosi lagi Din, kamu harus lampiaskan emosi itu...."

Tiba-tiba dia mendekati bagian belakang leherku, tangannya meremas-remas batang kemaluanku memberikan rasa tak nyaman dalam selangkanganku. Rachel mendesah pelan sehingga nafsuku perlahan mulai naik.

"Hmmmmn kamu tak dikebiri ternyata"

"Hah? enggak lah...."

"Aku pernah dengar si Boss suka mengebiri laki-laki yang melanggar aturannya Din"

"Sialan! Gila! ada aja orang kayak gitu. Untung banget aku bisa lolos darinya" kataku sedikit panik mendengar kata "kebiri" dari mulutnya. Rachel membisikkan sesuatu di telingaku pelan dan lembut dan aku terkejut setengah mati mendengar perkataannya.

"Dino...."

"Rape me, please. I deserve it....."

"Rachel, kamu serius?" tanyaku memastikan. Dia melemparkan senyuman padaku.

"Kamu pasti masih marah sama aku kan, sekarang kamu boleh lampiaskan amarah itu padaku Dino, aku akan menerimanya. Kamu perkosa sesukamu dan setelah itu kau boleh tinggalkan aku....."

Aku tak menyangka Rachel berkata seperti itu padaku. Mungkin seorang wanita meminta untuk bercinta itu sudah hal yang lumrah. Tapi kali ini, meminta untuk memperkosa dia?

Sejujurnya amarahku kepada dia masih sangat terasa. Melihat tubuhnya yang seksi itu terutama buah dadanya yang lumayan besar selalu menggelitik nafsu birahiku.

Aku mendenguskan napas saat memegang buah dada Rachel, pakaian tanktop hitamnya yang lumayan ketat memamerkan gundukan payudaranya. Dia memasang muka pasrah, yang menurutku itu adalah lampu hijau. Kudekatkan kepalaku padanya dan menyambar bibir tipisnya, kumainkan lidahku.

Beberapa saat kemudian kulepaskan bibirnya dan kembali menatap wajahnya yang jujur sangat manis itu.

"Aku.... aku tak sanggup....." kataku.

"Kenapa Din?"

"Entahlah......"

PLAK

Tanpa terduga Rachel menampar pipiku cukup kencang. Rasanya lumayan sakit walau tak sesakit saat dia memukul wajahku. Napasku mendengus, aku bisa merasakan amarah dalam diriku yang kembali "hidup". Aku kembali menatapnya dengan tatapan penuh emosi.

"ANJING!!??"

PLAK PLAK

Kubalas tamparannya dua kali di pipinya. Tubuhnya terhempas ke jok mobil, tanpa menunggu dia berdiri lagi kutindih tubuh mungilnya, dengan buas kulepaskan tanktop hitamnya sehingga terpampang buah dadanya tanpa bra. Anjing! Sialan! buah dadanya sangat ranum, besar dan putingnya berwarna merah. Perutnya yang rata dan pusar bulatnya semakin menaikkan birahiku.

"LU MAU GUE PERKOSA, HAH??"

Rachel hanya menatapku pasrah tanpa mengucap satu kata pun. Dengan kasar kuremas-remas payudara sekalnya dengan sesekali jemariku mencubit putingnya. Rachel mengaduh kesakitan dan tubuhnya berguncang. Aku tak memperdulikan suara kesakitannya.

"HHHGHHHHH SUSULU SEKEL JUGA, KAYAK PEREK HHHHHHH" aku mendengus kencang dan melontarkan kata-kata kotor sambil terus meremas gundukan payudaranya.

"Ahhhhhh......"

Kurendahkan kepalaku kearah payudaranya. Dengan mulutku aku langsung menyambar salah satu putingnya yang sudah tegang pertanda si empunya sudah terangsang. Kuhisap-hisap putingnya dengan sesekali menggigit kencang. Rachel kembali mengaduh kesakitan sembari juga mendesah panjang. Sepertinya bagian ini adalah bagian sensitifnya.

"Dinoooo ahhhhhh ahhhhhhhh"

"Sslrrppppl sllrpppppppp"

Setelah puas memainkan payudaranya, lidahku berjalan menuju bagian perutnya yang rata. Aku sebenarnya terkesima dengan tubuhnya yang mungil dan seksi itu terutama perutnya. Kujilat bagian iti hingga ke pusarnya. Perutnya mengejang-ngejang menerima semua rangsanganku. Setelah bosan kulepaskan celana panjangnya dengan paksa dan kurobek celana dalamnya. Terpampang sebuah kemaluannya yang tanpa rambut, aku melihat pemandangan itu dengan buas penuh amarah dan birahi.

"Memek lo gundul, pasti sering dientot kan ini. Dasar perek emang" ejekku, benar saja, mulut kemaluannya merah merekah pertanda dia pernah dan sering disetubuhi lelaki. Dengan cepat kulesakkan jemari tangan kiriku kedalam liang kemaluannya. Rachel mendongakkan kepalanya dan mendesah panjang. Kukocok dengan kasar kemaluannya hingga mulai berlendir.

CLOK CLOK CLOK

CLOK CLOK CLOK

"Aahhhhh ahhhhhh Dinoooo ahhhhhh....." desahannya sangat seksi, aku semakin semangat mengocok kemaluannya berharap dia akan orgasme. Dan benar saja, beberapa menit kemudian pinggulnya mengejang hebat, desahannya semakin liar saja.

"Aaahhhh aku keluarrrrr ahhhhhh ahhhhhhhhh......"

CROT

CROT

CROT

Rachel meraih orgasme pertamanya dengan kocokan jariku, mulut kemaluannya masih sedikit mengucurkan cairannya, ekspresinya tampak kelelahan dan sesekali napasnya mendengus pendek-pendek. Batangku semakin terasa keras mengacung melihat tubuhnya yang berbalur keringat, buah dadanya berguncang saat dia bernapas membuatku semakin ingin menggaulinya dengan kasar. Rasa sakit di kedua tanganku seakan-akan seperti bahan bakar yang siap membakar birahiku. Melihat itu semua, kulepaskan seluruh baju dan celanaku, sekarang aku telanjang bulat sama seperti dia.

"Heh keenakan lu ya" bentakku kepadanya. Rachel hanya terdiam dan menatapku sayu.

"Heh bangsat, jangan diem" bentakku lagi.

"Hhhhhh iya.... iya Din enak....." jawabnya pelan. Dalam hati aku tertawa jahat melihatnya tepar, dan ini masih jauh dari kata selesai. Permainan baru saja dimulai.

Tiba-tiba aku mendapat ide, mungkin ini ide yang jahat menurutku namun aku sangat ingin melakukannya.

Kuangkat tubuh Rachel sedikit, dia tampak terkejut namun pasrah saja. Kuarahkan selangkangannya menuju tempat yang sangat aku inginkan dan ini adalah fantasi terliarku sebelumnya.

"Dinooo.... jangan disitu.... tolong......."

"Diem!"

Kutempelkan mulut kemaluannya ke tuas persneling mobil, benda itu memiliki panjang lebih sedikit dari batang kemaluanku. Rachel meronta-meronta dan memohonku untuk tidak melakukan ini namun tak aku gubris. Dengan cepat kupaksa dia untuk memasukkan tuas persneling itu kedalam lubang kawinnya yang berlendir.

"DINOOOO AGHHHHHHH"

ZLLEBBBB

Kepala tuas perseling yang bulat itu masuk ke dalam kemaluannya dengan lancar. Tubuhnya mengejang hebat saat kudorong dengan pelan pinggulnya, isak tangis mulai terdengar di sela-sela desahan seksinya. Aku tersenyum jahat melihat Rachel menderita kemaluannya termasuki benda itu. Kubenarkan posisi kakinya sehingga kedua kakinya mengangkang lebar diantara dua kursi, setelah dirasa mantap kulepas pelukan tubuhnya.

"AUGHHHH UUHHHHHH....." Rachel masih mengerang pilu dalam posisi tersebut, beberapa saat dia tampak ingin melepaskan diri tapi dengan cepat kujambak rambut panjangnya.

"Lu harus turuti semua perintahku bangsat, kentoti tuas persneling itu sekarang sampai kamunya ngecret. NGERTI GAK PEREK!!??"

Emosiku meledak saat kulontarkan kata-kata rendah itu padanya, namun entah kenapa aku sangat menyukai ini. Rachel kembali menatapku sayu, ia mengangguk tanpa berkata apapun.

"Perek pintar, sekarang lakukan"

Kulepaskan tanganku dari rambutnya. Rachel tampak kebingungan apa yang harus ia lakukan namun tak lama kemudian ia mulai menaik turunkan pinggulnya. Tanganku mengocok-kocok batang kemaluanku dan melihat setiap tubuh seksinya yang naik turun menyetubuhi tuas persneling. Bibir kemaluannya tampak ikut tertarik kedalam yang membuat birahiku naik tak terkontrol. Kocokan batang kemaluanku juga semakin keras melihat pemandangan yang tak biasa ini.

Rachel yang awalnya mendesis kesakitan berubah menjadi desahan-desahan penuh birahi. Gerakan pinggulnya yang awalnya konstan mulai tak beraturan.

"AAHHHHH AGGGGHHH AHHHHH...." suaranya yang semakin bising memekikkan telingaku namun itulah yang aku inginkan.

"Terus anjing, lebih kenceng ngentotnya. Ayo oughhhhhhh" aku mendesah saat kemaluanku terus kukocok dengan tempo sedang.

"IYAAHHH IYAAAHHH DINOOOO AHHHH AHHHHHHH"

CLOGH CLOGH CLOGH

CLOGH CLOGH CLOGH

Batang kemaluanku mulai berkedut kencang pertanda ejakulasi akan terjadi. Rachel tampaknya juga akan orgasme dilihat dari gerak perutnya yang seperti menahan sesuatu. Kubentak lagi dia untuk terus mempercepat gerakan pinggulnya.

"Ayo anjing, lu mau ngecret kan, hah?? ayo keluarin sekarang!!!"

"Iyahhhh iyaaahhh aghhhhh ahhhh ahhhhh aku mau keluarrrr aghhhhh AHHHHHHH......"

Gerakan pinggulnya berhenti mendadak dan tubuhnya mengejang hebat. Rachel meraih orgasme keduanya dengan tuas persneling sebagai perantara. Cairan bening muncrat mengenai tubuh telanjangku. Aku semakin semangat mengocok batang kemaluanku saat kucuran squirtnya masih memancar keluar. Tak butuh berapa lama kemaluanku mulai mengejang dan menembakkan air maniku tepat kearah dada dan perutnya.

"OOUUGHHHHH ANJIINGGGG AHHHHHHH"

Kepalaku mendongak keatas saat ejakulasi ini terjadi selama beberapa detik. Setelah spermaku sudah tak keluar lagi kutatap wajah Rachel yang terbuka mulutnya, mungkin orgasmenya cukup hebat sampai air liurnya keluar dari sudut mulutnya. Tuas persneling yang basah oleh cairan birahi Rachel itu sudah lepas dari kemaluannya.

"Hahhh hahhhhh memekmu sampai kencing hahhhh hahaha" aku tertawa melihat kondisi tubuh Rachel yang sangat lemas, dia tak merespon.

Aku tak menyangka salah satu fantasi liarku ini bisa terwujud bersama dia, bahkan di film porno yang pernah kutonton sekalipun jarang sekali ada adegan wanita masturbasi menggunakan tuas persneling.

Kuangkat kembali tubuh Rachel ke posisiku. Kucumbu bibirnya dengan kasar, dia membalas cumbuanku dan bermain dengan lidahku. Kualiri air liurku kedalam mulutnya bercampur dengan liurnya sendiri. Setelah berciuman selama satu menit kutatap wajahnya, matanya sayu sekali.

"Lu mau kontol kan? Hah?? cewek pengkhianat kayak lu itu pantas dientot sampai mampus...."

"........"

"Heh pecun, sekarang lu mohon-mohon ke gue minta kontol kontol. Ayo!!!"

PLAKKK

Kutampar pipinya cukup kencang, wajahnya sedikit terlempar. Ia kembali terisak.

"AYO BILANG KE GUE......"

"Iyahhh, aku mau kontol.... Rachel suka kontol.... Rachel pengen dientot Dinoo...."

"Hahaha, pinter. Sekarang menu utama ya sayangku.... kontol gue bakal ngerobek memek peretmu itu hahaha"

Dengan kasar kuhempas tubuhnya ke jok dan kulebarkan pahanya sehingga kemaluan tanpa bulu itu terekspos jelas. Setelah mengambil ancang-ancang kutusukkan dalam-dalam kemaluanku kedalam liang kawinnya. Rasa sempit dan hangat sangat terasa di setiap kemaluanku. Mataku merem melek merasakan kenikmatan birahi yang teramat sangat.

"Oughhhhh bangsat, enak sangat....."

"Aaahhhhh Dinooo ahhhhhhh"

"Keenakan lu perek, sekarang rasakan ini...."

PLAK PLAK PLAK PLAK

PLAK PLAK PLAK PLAK

Kugenjot liang kemaluannya dengan tempo kasar, terkadang kupercepat gerakan batangku sehingga tubuhnya sedikit terhempas. Buah dadanya bergoyang-goyang seksi dengan putingnya yang mengeras. Kuremas-remas buah dadanya dengan kasar seiring dengan semakin intens kemaluanku mengobok-obok liang kemaluannya. Desahan dan rintihannya semakin terdengar riuh memenuhi dalam mobil, mungkin saking kencangnya aku menggaulinya sampai mobil ini bergoyang-goyang. Tapi aku tak peduli, toh tak akan ada yang memergoki kami selain mayat hidup.

PLOK PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK PLOK

"UAGHHH BANGSATT, MEMEK ENAK AHHHHHHH" aku mendesah saat dinding kemaluannya menyempit dan mencekik batang kemaluanku.

"Lu sengaja ya hah? Memang kamu cocok jadi pelacur hahaha"

Kudekati kepalaku menuju buah dadanya yang kencang dan bulat itu, kugigit area disekitar areolanya dan meninggalkan beberapa bekas merah. Rachel merespon dengan desahan dan lenguhannya, rambut panjangnya menutupi sebagian dari wajahnya.

Sekitar lima belas menit kami bergaul dengan posisi ini, kemaluan Rachel mulai mengejang hebat dan kurespon dengan tusukan-tusukan dalam hingga kepala kemaluanku mencium bibir rahimnya. Aku semakin buas menyetubuhi wanita pengkhianat ini.

"Ahhh ahhhhh Dinooo aku mauuuuu ahghhhhh aghhhhhhh"

"Lu mau pipis ya, hah? Yaudah keluarin aja cepetan!!"

PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK

"UAGHHHH HHHAHHHH IYAAAHHHH RACHELLL PIPISSS AHHHH IYAAAA PIPISSSS AHHHHH......"

CROOOT

CROOOT

CROOOT

Tubuh Rachel mengejang hebat dan sedikit terangkat, selangkangannya berguncang dengan diiringi kucuran cairan bening dari lubang kencingnya. Aku langsung melepas batang kemaluanku dari liangnya dan melihat pemandangan yang sangat menggelitik birahi. Rachel orgasme hebat hingga terkencing-kencing, cairan itu membasahi kemaluanku dan jok mobil ini cukup banyak.

"Hahhhh bangsat......"

Setelah kira-kira satu menit guncangan tubuh Rachel mereda, kemaluannya sudah tak mengeluarkan cairan bening. Rachel mendengus mengambil napas pendek, keringatnya terus mengucur membasahi seluruh tubuhnya begitu juga denganku.

Namun jelas, ini belum selesai. Aku belum puas membantai tubuhnya, selama kemaluanku masih berdiri kokoh.

Dan aku berencana untuk menyemburkan sperma ini kedalam liang kemaluannya, kedua tanganku berdenyut kencang menimbulkan rasa sakit, emosiku yang tercampur rasa sakit dan birahi kembali memuncak.

"HGHHHHHH....."

"DINOO AHHHHHH....."

Kubalik tubuhnya dengan paksa tanpa menunggu Rachel istirahat. Kutampar buah pantat yang sombong itu berulang kali, Rachel mengerang kesakitan bercampur dengan desahan, sepertinya dia juga menikmati pantatnya kutampar, hehehe.

"Sekarang lo nungging perek, gue mau kentot lo dari belakang...."

Rachel tampak bingung dengan perintahku, aku semakin emosi melihat responnya yang lelet itu dan langsung kutampar kembali pantatnya.

PLAKKK

"HEH, DENGER GAK SIH LOH??"

"I....Iya Din..... iya aku nungging nih....."

Rachel masih terlihat bingung dan membuang mukanya karena takut melihatku, aku membantunya dengan mengangkat pantatnya pelan dan menyuruhnya untuk menahan kedua kakinya. Rachel menuruti semua perintahku tanpa mengucap satu kata pun.

Pantat yang putih bersih dan cukup besar itu seakan-akan menggodaku, walau sudah terdapat bekas merah akibat tamparanku. Birahiku tak dapat kutahan lagi, kulebarkan pantat itu dan terekposlah belahan bibir kemaluan dan anusnya. Sialan! lubang pembuangannya merah merekah, mungkin dia sering di anal dulunya. Ah, aku sangat ingin menyetubuhi anusnya!

Tapi itu nanti, sekarang aku akan menggenjot vaginanya lagi dengan posisi doggy, hehe.

Tanpa pikir panjang kumasukkan kembali batang kemaluanku yang berlumuran lendir dari kemaluannya, dengan hentakan keras batangku sudah masuk kedalam lubang kawinnya, dinding kemaluannya berkedut-kedut menerima sodokan batang kemaluanku. Rachel terpekik cukup keras karena sodokanku yang mendadak.

"Aagghhhhhh ngiluuuuuu......"

"Hahhh hahhhhh anjingg ni memek, bisa enak banget hahhhh....."

"Dinoo ahhhhh ahhhhhh enak ahhhhh....."

"Hahaha keenakan lu hah..... lonte kayak lo emang kudu digenjot terus....."

PLOK PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK PLOK

Mobil ini semakin pengap saja, campuran aroma keringatku dan keringat Rachel bersatu namun aku terus menggenjot kemaluannya dengan kencang dan brutal. Rachel terus merintih kesakitan dan nikmat sembari batang kemaluanku terus menghujam liang kawinnya. Terkadang aku menampar keras pantat kenyalnya sehingga kulitnya memerah. Rasa sakit di kedua tanganku semakin menambah tenagaku untuk menyetubuhinya dengan kasar.

"Aaahhhh ahhhhhhhh ahhhhhhhh" Rachel terus berteriak riuh. Aku semakin sebal karena suaranya lumayan berisik.

"Hhggggghhhh memek enak ahhhhh" aku mendesah menikmati setiap pijitan kuat di kemaluan Rachel, sepertinya ia terus menantangku untuk menyetubuhinya lebih keras. Baiklah, terima ini.

PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK

"AAAHHHHHHH DINOOOOOOO" lolongannya cukup panjang, hanya beberapa tusukan dalam saja ia sudah meraih orgasmenya, kurasakan banyak sekali cairan yang terproduksi didalam kemaluannya, namun tempo genjotan batangku tak berkurang malah justru aku percepat. Aku tak ingin wanita pengkhianat ini istirahat setelah orgasme.

"Ughhhhh ahhhhhh plisss Dinnnn ahhhhh cukupppp ahhhhhh"

"Diem bangsat! Lu yang minta diperkosa sekarang minta berhenti, hah"

"Dasar pelacur hina....."

PLAKKKKK PLAKKKKK

Kutampar pantatnya kencang-kencang sebanyak dua kali, tubuhnya tersentak-sentak kedepan sambil terdengar suara rintihannya yang membuatku semakin kesetanan menyetubuhi Rachel dengan kasar. Setelah puas menampar buah pantatnya, kupegang leher belakangnya dengan cepat sehingga wajahnya menempel pada jok. Pinggulku kusentakkan keras-keras menghujam dinding rahimnya, desahan Rachel semakin terdengar riuh dengan sesekali juga terdengar isak tangisnya.

Dengan kesetanan aku genjot kemaluannya dengan tempo kasar, tubuhnya berguncang-guncang menerima setiap sodokanku. Rachel yang awalnya mengaduh kesakitan berubah menjadi desahan-desahan nikmat, terkadang pantatnya ikut bergoyang naik turun mengimbangi setiap kocokan kemaluanku. Aku tersenyum nakal melihat responnya yang keenakan, jelas aku berhasil mendominasi tubuhnya sekarang.

"Ahhhh ahhhh ahhhhh......"

"Ahhhhh ahhhh ahhhh......" Rachel terus mendesah keenakan.

"Enak kan kontolku, lonte? Jawab!!" bentakku sambil memelankan tempo genjotan kemaluanku.

"Iyahhh.... iyaaahhh... Rachel suka kontolnya Dinoo....ayooo genjot lagi plissss....." jawabnya memohon. Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya, sangat puas aku melecehkan wanita pengkhianat ini. Kuturuti permintaannya dengan kembali menggenjot kemaluannya dengan kasar, sesekali aku menekan dalam untuk merasakan mulut rahimnya yang berkedut-kedut. Aku rasa kemaluan Rachel tergolong unik dibandingkan dengan yang lain, kedutan otot kemaluannya bisa memberikan rangsangan hebat pada batang kelaminku.

Tiba-tiba aku mendapat ide untuk merangsang dia lebih jauh lagi, dengan tangan kiriku kuusap-usap lubang anusnya. Tubuhnya mengejang merespon perlakuan jariku, lalu kulesakkan jari telunjukku kedalam liang anusnya dan kuputar-putar. Dan seperti dugaanku, Rachel menjerit-jerit yang justru membuatku semakin kesetanan untuk menyetubuhinya.

"Aaaahhhhh kok disitu ahhhhhh....."

"Udah jangan banyak bacot lo, nanti setelah lu ngecret gantian boolmu yang kuentot....."

"Dinoo.... jangan.... plissss jangan anusku ahhhhh...." Rachel memohonku dan terdengar isak tangisnya namun aku tak menggubris. Kugenjot terus kemaluannya sembari jemariku mengocok-ngocok lubang anusnya.

PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK

Suara tabrakan selangkanganku dengan pantatnya semakin keras terdengar, membuatku semakin kesetanan. Sepuluh menit kemudian setelah beberapa puluh kali genjotan kasar kurasakan tubuhnya mengejang-ngejang dan dinding kemaluannya berkontraksi hebat. Dia akan orgasme.

"AAAHHHHHH AKU KELUARRRR AHHHH AHHHHHH....."

Sialan! Kemaluanku tercekik oleh dinding kemaluannya dan tak bisa kutahan lagi aliran sperma yang dari tadi sudah berada di ujung. Rachel orgasme hebat yang ditandai oleh semburan cairan bening dari lubang kencingnya, aku dan Rachel mendesah berbarengan menikmati orgasme yang sungguh hebat. Spermaku menyembur deras didalam kemaluannya, aku refleks menusukkan dalam-dalam kemaluanku hingga kembali mencium mulut rahimnya.

"HHAHHHHH ANJINGGG....."

Beberapa saat kemudian orgasme kami mereda, aku langsung mencabut batang kemaluanku dan tampak bibir kemaluannya berkedut-kedut memuntahkan sisa-sisa spermaku hingga membasahi jok mobil. Aku tak peduli dia akan bunting atau tidak, toh setelah ini selesai aku akan tinggalkan dia.

"Hahhhh hahhhhh anjingggg hahhhhh" aku mendengus mengambil oksigen yang tersisa didalam mobil ini, udara mulai terasa pengap dengan aroma-aroma persetubuhan kami. Namun entah kenapa birahiku masih berkobar-kobar, kemaluanku masih tegang mengacung.

"Anjing, sekarang boolmu....."

"Dino... plisss aku capek....."

"Heh, lonte kayak lo gak butuh istirahat.... lo emang harus dientot terus sampai mampus...."

Kuangkat kembali pantatnya yang sempat jatuh akibat orgasme tadi, kuelus-elus lubang pembuangannya yang merah merekah itu dan tanpa tedeng aling-aling kulesakkan kemaluanku kedalam lubang anusnya.

JLEBBBB

"AAAAUHGHHHHHH AHHHHH......"

Anjing! Sialan! lubang anusnya begitu sempit dan legit, kedutannya sangat terasa di setiap bagian kemaluanku, sama seperti kemaluannya. Birahiku kembali memuncak ke level tertinggi, kugenjot kemaluanku dengan tempo pelan terlebih dahulu karena saking sempitnya. Rachel mulai menangis kesakitan saat kemaluanku melesak kedalam anusnya.

"Hiks...Hiks....Hiks....plisss cabut Din.... aku mohon....."

"Kontol lu, gak akan gue cabut sampai aku pejuhin anusmu"

"Aaahhh enggak mau hiks....hiks.... Ahhhhhhhh"

Setelah beberapa kali aku melakukan genjotan pelan kunaikkan tempo secara bertahap. Rasa ngilu di batang kemaluanku mulai terasa namun justru aku semakin tak terkontrol karena itu.

PLOK PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK PLOK

Suara peraduan selangkanganku dengan pantatnya kembali terdengar riuh, keringatku terus mengucur hingga membasahi jok mobil. Tangisan Rachel berangsur-angsur menghilang dan berganti dengan desahan nikmat. Beberapa genjotan aku lakukan pada anusnya dan aku baru menyadari kalau Rachel sudah orgasme yang ditandai dengan hentakan pantatnya. Tiba-tiba saja ide jahatku kembali muncul.

"Heh lonte, buka jendelanya....."

"Ahhhhh ahhhhh buat apa Din.... Ahhhhhhh" balasnya sambil mendesah.

"Jangan banyak bacot! ayo buka jendelanya" bentakku, dia menurut dan memencet tombol untuk membuka jendela mobil. Udara dingin langsung masuk kedalam mobil. Tampaknya diluar juga masih hujan walau tak sederas tadi.

"Sekarang keluarin kepalamu ke jendela dan tutup lagi setengahnya" perintahku.

"Tapi Din....."

"AYO!!??"

Rachel hanya mengangguk patuh dan melaksanakan perintahku. Sekarang kepalanya sudah berada diluar kaca jendela mobil. Aku kembali meneruskan genjotan anusnya lebih kencang. Rasa ngilu kemaluanku dan sakit di kedua tanganku semakin menaikkan birahi. Kugenggam bongkahan pantatnya dan kuremas dengan ganas. Rachel mendesah-desah cukup keras di luar dan aku juga melihat kepalanya sudah basah oleh air hujan.

"Dinooo ahhhhhh.... plisss cukupp ahhhhh ahhhhh"

Aku tak merespon ampunannya dan terus menggenjot anusnya dengan ganas. Aku yakin dia tak akan meronta karena tenaganya sudah habis akibat orgasmenya sendiri.

"OOOGHHHHH BANGSATTTT ENAK BANGET BOOLMU PEREK AHHHHHH"

"AHHHHH DINOOOOO AHHHHHH....."

"ANJINGGGHH AHHHH GUE MAU KELUARRRR, GUE PEJUHIN BOOLMU PEREK AHHHHHH"

PLOK PLOK PLOK

PLOK PLOK PLOK

Aku melolong panjang merasakan ejakulasi yang lebih nikmat dari sebelumnya. Spermaku kembali menyembur keluar mengisi setiap relung anusnya, dia juga kembali meraih orgasme yang entah keberapa kali, aku tak sempat menghitungnya.

Tubuh kami bergetar hebat mengiringi orgasme kami selama beberapa menit. Kurasakan anusnya sudah hangat karena spermaku, kucabut batang penisku yang berlumuran cairanku sendiri. Sama seperti kemaluannya, lubang anusnya berkedut-kedut memuntahkan sebagian sperma kentalku. Tubuh Rachel sudah benar-benar lemas dan tak terdengar suara-suara darinya.

Namun seperti sebelumnya, aku belum puas dengan semua ini. Vagina dan anusnya sudah kusembur spermaku dan sekarang giliran mulutnya yang aku akan isi dengan spermaku!

Tubuhku terasa panas sekali dengan api amarah bercampur birahi. Otakku sudah benar-benar tak bisa berpikir jernih untuk saat ini, dalam pikiranku yang ada hanyalah nafsu birahi.

"Hahhh pengap disini, gue entot lu diluar aja dah....."

"Hhhhhhhh Dinoo....."

Responnya melemah, Rachel benar-benar sudah kehabisan tenaga. Kuangkat tubuh mungilnya dan kubuka pintu mobil dalam keadaan telanjang. Udara dingin sangat menusuk diluar beruntung hujan sudah berhenti. Aku menoleh kesana-sini mencari sesuatu.

"Ah disana aja dah"

Aku berjalan cepat menuju sebuah bangunan kecil yang mungkin dulunya adalah sebuah warung. Aku langsung masuk kedalam dengan mendobrak pintu dan kutaruh tubuh lemas Rachel ke lantai yang kotor. Kukocok-kocok batang kemaluanku yang sempat melemah hingga kembali mengeras. Tanpa belas kasihan kubalik tubuhnya dan mengatur tubuh lemahnya sehingga ia menungging. Rachel mendengus lemah disertai dengan lirihan kecil.

"Dino......."

"Gue entot lagi boolmu lonte, sumpah gue ketagihan hhhhhh"

Dengan cepat kulesakkan kembali batang kemaluanku ke liang anusnya yang masih basah berlendir dari spermaku. Kugenjot anusnya dengan tempo cepat dan lambat bervariasi. Rachel kembali mendesah walaupun lemah, tampaknya ia sudah benar-benar pasrah aku membantai tubuh seksinya.

Beberapa hentakan aku lancarkan dan otot anusnya kembali berkedut kencang. Rachel kembali meraih orgasmenya dan mengucurkan cairan bening walau intensitasnya tak separah sebelumnya. Kemaluanku terbetot hebat dan menimbulkan rasa ngilu. Kepalaku terdongak keatas dan melolong nikmat akibat sensasi anusnya.

Genjotan demo genjotan aku lancarkan pada anusnya yang mungkin sudah agak longgar akibat ukuran batang kemaluanku yang lumayan besar. Tenagaku sudah mulai terasa habis namun aku terus berusaha untuk bisa ejakulasi di mulutnya. Rachel hanya mendesah lemah sembari membalas genjotanku dengan pijitan otot anusnya.

Beberapa menit kemudian akhirnya aku merasakan akan orgasme. Kucabut kemaluanku dari liang anusnya dan membalik tubuhnya, kududukkan dia ke dinding. Wajah Rachel sudah benar-benar tak karuan, kedua matanya sangat lemah dan air liurnya menetes dari bibir. Kudekatkan batang kemaluanku yang sudah membesar dan berwarna merah ke mulutnya yang terbuka.

Kumasukkan batang kemaluanku kedalam mulutnya. Matanya melotot kaget saat benda kebanggaanku masuk kedalam. Kutahan kepalanya supaya dia tidak meronta.

"Isep kontolku, perek hahhhhhhhhh"

Rachel menuruti perintahku, dia mulai mengulum batang kemaluanku walau terasa lemah, aku mendesah panjang menikmati mulutnya yang ternyata tak kalah nikmat.

"Slurrppppp sssllrrpppppp" suara hisapan Rachel terdengar walau lemah. Aku tak sabar lagi untuk orgasme. Kujambak rambut panjangnya dan memaksanya untuk mengisap kemaluanku lebih dalam.

"HHOOGHHH GLOOGHHHKKKKKK"

"Ahhhh anjingg, enak ahhhhhh"

Suara napasnya terdengar seperti terhalang sesuatu. Aku memaksanya untuk melakukan deepthroat dengan menekan kepalanya. Rachel hanya pasrah tanpa melawan ataupun meronta. Kugerakkan kepalanya maju mundur dengan tempo sedang, saking kerasnya dia seperti hampir muntah karena perbuatanku.

"GLOOGGKKKKK GLOGGKKKKK"

"AAHHH BANGSATT, TELEN PEJU GUE PECUN"

Akhirnya setelah sodokan demi sodokan di mulutnya, tubuhku mengejang hebat meraih ejakulasi keempat kalinya kumuntahkan semua sisa-sisa sperma ini kedalam mulutnya. Rasanya sama nikmatnya seperti sebelumnya walau kemaluanku sudah terasa sangat nyeri, tubuhku langsung lemas seketika setelah semburan sperma itu berakhir. Mata Rachel terpejam sambil berusaha untuk menelan hasil orgasmeku, mukanya memerah dan tetesan keringatnya terus keluar.

Kedua mataku mulai terasa berat dan pandanganku semakin mengabur, persetubuhan kasar ini menguras habis seluruh tenagaku. Tubuhku jatuh menghempas tubuh Rachel dan semuanya menjadi gelap namun aku masih bisa mendengar desahan pelan Rachel yang memanggil namaku.

"Dino......."

"......."

"......."

******

Entah sekarang hari sudah malam atau siang, aku terbangun dalam posisi memeluk tubuh Rachel, dia masih memejamkan mata, betapa terkejutnya aku saat melihat tubuh ini tak tertutup sehelai benangpun begitu juga dengan Rachel. Aku baru sadar sebelumnya di tempat ini aku bersetubuh dengan dia.

Dan aku juga ingat saat aku menyetubuhinya dengan kasar, sangat kasar.

Masih terbayang jeritan, lenguhan dan isak tangis Rachel saat itu. Dalam hati aku sangat menyesal melakukan ini. Walau kami mungkin menikmati semua ini namun menyakiti wanita saat bersetubuh itu bukanlah sesuatu yang baik, selama ini aku tak pernah melakukan hal tersebut.

"Ughhhhh....."

Rachel tampaknya sudah bangun dari tidurnya. Aku mengelus rambut panjang hitamnya yang masih lepek karena keringat, entah karena rasa empati yang teramat sangat kupeluk tubuhnya erat. Rachel terkejut dengan perbuatanku namun ia sendiri langsung membalas pelukanku.

"Rachel.... maafkan aku.... maafkan aku"

"Ugghh... Dino kenapa?" tanyanya lemah, air mataku mengalir mendengar suaranya.

"Aku sudah menyakiti kamu Hel, maafkan aku....." aku terisak. Hatiku pecah berkeping-keping menyesali perbuatanku padanya. "Aku tak dapat mengontrol emosiku, aku sudah keluar jalur....."

"Dino.... gak apa-apa, kan aku udah bilang kalau aku yang bersalah atas semua yang kamu alami. Aku berhak terima ini....."

"Tapi aku sudah keterlaluan Hel....." kutatap mukanya yang lemah dan berantakan, air mataku terus mengalir. Rachel membalas tatapanku dan mengusap air mataku. Hatiku terasa luluh melihat Rachel yang masih saja mengasihiku dan memaafkanku padahal semalam aku memperkosa dia dengan brutal tanpa belas kasihan.

"Gak apa-apa Dino, aku baik kok hehehe. Udah ah cowok kok nangis sih...." katanya dengan senyuman khasnya. Aku jadi ikutan tersenyum.

"Demi keselamatan adikku, aku rela jadi budak seksnya si Boss Din, aku sering melayani dia setiap hari bahkan beberapa anak buahnya juga pernah aku layani. Jadi aku sudah terbiasa dengan ini semua" kata Rachel yang membuatku terkejut. Aku kembali memeluknya penuh kasih sayang.

Kami berdua berjalan menuju mobil yang terparkir diluar, dalam keadaan telanjang. Rachel tampak kesulitan untuk berjalan dan meringis menahan sakit di selangkangannya, aku membantunya untuk berjalan. Tubuhku terasa lengket karena keringat begitu juga dengannya.

"Kamu sudah lampiaskan semuanya padaku Din, sekarang tinggalkan aku, kembali ke teman-temanmu"

"Tidak Rachel, kau tetap ikut denganku"

"Tapi kenapa Din? aku penyebab semua masalah ini. Jari manis kamu lenyap, teman-temanmu dalam bahaya, semua itu karena aku" mata dia terlihat basah, aku mengusap air matanya yang sudah mengalir membasahi pipinya. Kuberi ciuman lembut di bibirnya yang dibalas olehnya.

"Aku percaya kamu orang baik Hel, kamu terpaksa melakukan ini semua demi keselamatan adikmu. Dan kamu ingin balas dendam kepada boss itu, aku akan bantu kamu" jawabku. Raut mukanya tampak berbinar dan dia memelukku erat sekali.

"Dino, entah bagaimana caranya aku membalas semua ini. Aku benar-benar berterima kasih...."

"We're family, right? hehe. Mungkin teman-temanku bakal menjudge kamu tapi jangan khawatir aku akan bela kamu semampuku"

"Dino, terimakasih....."

******

Perjalanan ini bisa dikatakan lumayan lancar walau tetap saja kami harus menghadapi beberapa mayat hidup yang menyerang. Tak lama kemudian kami telah sampai di jalan besar yang sudah aku kenal, yep, jalan menuju lapangan golf. Aku sebenarnya merasa khawatir dengan keselamatan teman-temanku disana, semoga mereka tak kenapa-kenapa.

"Sebentar, aku merasa ada yang gak beres disini Hel" kataku saat melihat-lihat kondisi diluar lapangan golf. Mayat-mayat hidup bergerombol kearah pintu masuk gerbang. Sial, aku merasakan hal tak enak.

GGRRJAAHHHHHH GGHHHHHHHH

RRAAAWWWRRR GGGRRHHHHHHH

"Kita harus turun Hel, mobil ini gak bisa nerobos mayat itu" kataku.

"Iya Din, kita harus cepat bergerak untuk bisa masuk ke dalam"

Kami dengan cepat turun dari mobil sambil membawa senjata api. Rachel dengan cepat menembakkan pistolnya kearah mayat hidup yang menyerang sedangkan aku berada di belakangnya, tanganku masih terasa dan belum mampu mengenggam gagang senjata api. Aku hanya mengikutinya dari belakang.

"Ayo Din"

"Iya Hel"

Beberapa mayat hidup kami lumpuhkan sepanjang jalan menuju pintu gerbang lapangan golf. Aku tak dapat melawan mereka dan mengandalkan Rachel yang terus berusaha melawan mahkluk-makhluk itu.

Betapa terkejutnya aku saat melihat pintu gerbang lapangan golf itu hancur, terdapat bekas ban mobil.

"Tidak mungkin, ini tidak mungkin....."

Tubuhku tiba-tiba melemas saat melihat kerumunan mayat hidup didalam lapangan golf ini. Mereka diserang.

Teman-temanku......

******
.
.
.
.
.

"'Oh, you can't help that,' said the Cat: 'WE'RE ALL MAD HERE. I'M MAD. YOU'RE MAD.'

'How do you know I'M MAD?' said Alice.

'You must be,' said the Cat, 'or you wouldn't have come here.'"

CREDITS ROLL

 
Lagi males nulis trivia, hahaha

Harusnya apdetnya besok, tapi karena kepengen jadi apdetnya sekarang aja hehe

Happy reading and have a nice weekend. Stay safe and stay healthy
Sering-sering 'kepengen' aja kalo gitu, hu

Alias

Rachel mantep juga.. Tapi kenapa gue malah bayanginnya cici Rachel ya wkwkwk :pandaketawa: :pandajahat:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd