- Daftar
- 17 May 2012
- Post
- 86
- Like diterima
- 237
Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan
impian bagi sebagian besar orang. Bergagai
cara ditempuh agar bisa lolos tes CPNS.
Mengikuti bimbingan tes CPNS, menyogok,
menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan
dilakukan. Entah karena putus asa setelah
beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya akupun
juga memakai jasa dukun atau orang pintar.
Menurut info yang aku peroleh dari temanku,
ada seorang dukun di pinggir kota yang dulu
pernah meloloskannya menjadi PNS.
Malam itu aku sendirian pergi mencari rumah
dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya
sana-sini, akhirnya aku tiba di sebuah rumah
sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan
raya. Halamannya yang luas dan tertutup
rimbunnya pohon-pohon mangga membuat
suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah
beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita
setengah baya dengan senyum ramahnya
membukakan pintu.
Permisi, apa benar ini rumahnya Bu Sarmi?
tanyaku kemudian.
Oh iya, saya sendiri. Silakan masuk, Mas!
Setelah dipersilakan duduk, tanpa basa-basi
aku segera memperkenalkan diri dan langsung
mengutarakan maksud kedatanganku.
Ooo, jadi Mas Anang ini juga pengen jadi
pegawai negeri to?
Iya Bu! Saya juga sudah membawa sebotol
madu murni sebagai syarat, seperti yang
dikatakan teman saya. Aku menyodorkan satu
botol madu murni kepada Bu Sarmi.
Kalau begitu, silakan Mas Anang ikut saya ke
dalam! Bu Sarmi beranjak dari duduknya
sambil membawa botol madu yang aku berikan
tadi.beliau berjalan menuju ke sebuah kamar
di ujung ruangan. Dari belakang aku
membentutinya sambil memperhatikan gerakan
pantatnya yang membuatku menelan ludah.
Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu,
Bu Sarmi menutup pintu dan menyuruhku
membuka pakaianku.
Maaf ya Mas Anang! Tolong pakaiannya di
lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita
akan segera memulai ritualnya!
Semuanya, Bu? tanyaku malu-malu.
Bu Sarmi tersenyum, Mas Anang gak usah
malu. Anggap saja saya tidak ada. Toh ini kan
juga demi cita-cita Mas Anang! Bu Sarmi
benar, pikirku. Lagi pula aku sudah terlanjur
datang ke sini, jadi aku tidak perlu malu lagi.
Sementara Bu Sarmi menyiapkan kelengkapan
ritual, aku segera menanggalkan semua
busanaku kemudian berbaring di atas ranjang
yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat
kemudian, dengan sebotol madu ditangannya ,
Bu Sarmi datang dan duduk di sampingku.
Sesaat aku sempat melihat Bu Sarmi mengamati
tubuh telanjangku. Pandangannya terkesan liar,
seolah tengah melihat ayam panggang yang siap
untuk di santap.
Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Bu
Sarmi mulai menuangkan madu murni itu ke
sekujur tubuhku. Aku memejamkan mataku
saat tangan lembut Bu Sarmi mulai menyentuh
dadaku, meratakan madu yang lengket itu ke
setiap sudut tubuhku. Jemarinya yang lentik
dengan lihai menari-nari, meremas-remas dada
bidangku, dan mempermainkan bulu-bulu halus
yang tumbuh di atasnya. Aku menggigit bibirku
sendiri, mencoba mengendalikan aliran
darahku yang bergejolak menuju ke arah
pangkal pahaku.
Mas Anang sudah punya pacar? tanya Bu
Sarmi memecah keheningan.
Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu,
Bu!
Ooo , jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi
panas-panasnya dong, Mas! kata Bu Sarmi
meledek.
Ah, Bu Sarmi ini bisa saja! Tanpa sengaja
tanganku menyentuh lutut Bu Sarmi ketika
beliau memindahkan tanganku yang tadi
menutupi kemaluanku. Aku juga sempat
melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah,
mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi
betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Bu
sarmi membiarkannya ketika tanganku
mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan
pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang
untuk bergerak menelusuri paha bagian
dalamnya.
Darahku semakin mendidih manakala dengan
lincahnya jemari Bu Sarmi turun ke perutku,
membelai bulu-bulu halusnya dan memijat otot-
otot perutku yang keras.
Wah , badan Mas Anang kekar juga ya. Pasti
Mas Anang rajin olah raga.
Ya, tiap pagi saya usahakan untuk olah raga
meskipun cuma angkat beban atau sit up.
Ooo , pantesan adi Mas Anang gede!
Maksud Bu Sarmi, adik yang mana? tanyaku
pura-pura bodoh.
Maksud saya adik yang ini .. kata Bu Sarmi
sambil meremas kejantananku tanpa rasa
canggung. Ada rasa kaget sekaligus senang
dengan perlakuan Bu Sarmi. Beliau dengan
lembut melumuri kejantananku dengan madu,
kemudian mengocoknya pelan.
Ooohh , Bu! Enak ! aku melenguh nikmat.
Aku juga semakin berani dengan menyingkap
roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi.
Dan ternyata Bu Sarmi menanggapi positif
tindakanku itu. Terbukti dengan ia sedikit
mengangkat pantatnya agar aku bisa mencapai
pangkal pahanya. Astaga ! Sekali lagi aku
terkejut sekaligus senang manakala tanganku
menyentuh rambut-rambut halus diantara
pangkal paha Bu Sarmi. Ternyata beliau sudah
tidak memakai celana dalam.
Perlahan-lahan aku mulai menggosok bibir
vagina Bu Sarmi yang sudah basah itu dengan
jariku. Bu Sarmi bertambah kelonjatan dan
semaikin bersemangat mengocok batang
kontolku. Perlahan lahan batang kejantananku
itu mulai membesar dan mengeras. Tanpa rasa
jijik, Bu Sarmi mulai menjilati sisa-sisa madu
yang menempel di sekitar pangkal pahaku,
melumat buah zakarku, kemudian bergerak
naik menyapu urat-urat kontolku yang sudah
bertonjolan.
Gimana Mas Anang? Enak kan? tanya bu
Sarmi di sela-sela aksinya.
Ahh.., nikmat banget Bu! Saya belum pernah
merasakan senikmat ini! Aku memang belum
begitu pengalaman dalam hal sex. Selama
berhubungan dengan isteriku, kami hanya
melakukan dengan cara konvensional saja.
Namun kali ini Bu Sarmi memberikan pelajaran
baru yang ekstrim. Terbukti ketika Bu Sarmi
dengan lembut memasukkan ujung penisku ke
mulut mungilnya.
Ooougghh yeah enak, Bu! nafasku semakin
memburu. aku merintih-rintih nikmat, namun
Bu Sarmi masih asyik mempermainkan
kontolku di dalam rongga mulutnya. Aku juga
semakin berani. Kutarik rokny sampai terlepas.
Bahkan Bu Sarmi juga melepaskan kaosnya
sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda
lagi, ternya bu Sarmi masih memiliki tubuh
yang bagus. Kulitnya putih mulus, payudaranya
yang masih kencang dan montok, serta
pantatnya yang bulat menggemaskan
membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh,
sungguh sexy.
Aahhh ., kontol Mas Anang memang luar
biasa besarnya. Hhhmmmm ., saya memang
sudah lama mendambakan kontol sebesar
ini.Hhhmmm ! dengan rakus Bu Sarmi
kembali melumat kejantananku. Kali ini beliau
mengangkangi tubuhku dan menyodorkan
vaginanya tepat ke wajahku. Dengan naluriku,
akku mendekatkan mulutku ke vagina Bu
Sarmi yang merekah merah. Bau harum yang
keluar sangat merangsah syaraf otakku untuk
menjilatnya.
Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu
permukaan vaginanya dengan lembut.
Aaaaghhh ! Yaahhh , begitu Mas! Jilat terus
punya saya .!Oooghhh !
Bu Sarmi bertambah semangat
mempermainkan kontolku di dalam mulutnya.
Sementara tangannya mengocok batang
kontolku, kepalanya juga bergerak naik turun.
Sesekali beliau menyedo-nyedot ujung kontolku
kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini,
saling menjilat, mengulum dan mengocok
kemaluan masing-masing.
Berapa saat kemudian Bu Sarmi melepaskan
kulumannya.
Gimana, Mas Anang Suka kan? tanya Bu
Sarmi sambil tersenyum padaku.
Aku hanya mengangguk pelan sambil
menikmati jemari Bu Sarmi yang masih
memijit-mijit batang kontolku.
Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan
orang yang mempunyai penis besar mempunyai
keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini
Mas Anang pasti akan bisa jadi Pegawai
Negeri. kata Bu Sarmi menjelaskan. Tapi
sekarang, biarkan saya bersenang-senang dulu
dengan kontol Mas Anang yang besar ini!
Bu Sarmi mengambil posisi duduk di atas
pahaku. Perlahan-lahan beliau meraih
kejantananku dan membimbingnya menuju ke
gua darbanya yang sudah basah. Dia terlihat
meringis saat ujung penisku mulai memasuki
memeknya yang hangat.
impian bagi sebagian besar orang. Bergagai
cara ditempuh agar bisa lolos tes CPNS.
Mengikuti bimbingan tes CPNS, menyogok,
menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan
dilakukan. Entah karena putus asa setelah
beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya akupun
juga memakai jasa dukun atau orang pintar.
Menurut info yang aku peroleh dari temanku,
ada seorang dukun di pinggir kota yang dulu
pernah meloloskannya menjadi PNS.
Malam itu aku sendirian pergi mencari rumah
dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya
sana-sini, akhirnya aku tiba di sebuah rumah
sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan
raya. Halamannya yang luas dan tertutup
rimbunnya pohon-pohon mangga membuat
suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah
beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita
setengah baya dengan senyum ramahnya
membukakan pintu.
Permisi, apa benar ini rumahnya Bu Sarmi?
tanyaku kemudian.
Oh iya, saya sendiri. Silakan masuk, Mas!
Setelah dipersilakan duduk, tanpa basa-basi
aku segera memperkenalkan diri dan langsung
mengutarakan maksud kedatanganku.
Ooo, jadi Mas Anang ini juga pengen jadi
pegawai negeri to?
Iya Bu! Saya juga sudah membawa sebotol
madu murni sebagai syarat, seperti yang
dikatakan teman saya. Aku menyodorkan satu
botol madu murni kepada Bu Sarmi.
Kalau begitu, silakan Mas Anang ikut saya ke
dalam! Bu Sarmi beranjak dari duduknya
sambil membawa botol madu yang aku berikan
tadi.beliau berjalan menuju ke sebuah kamar
di ujung ruangan. Dari belakang aku
membentutinya sambil memperhatikan gerakan
pantatnya yang membuatku menelan ludah.
Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu,
Bu Sarmi menutup pintu dan menyuruhku
membuka pakaianku.
Maaf ya Mas Anang! Tolong pakaiannya di
lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita
akan segera memulai ritualnya!
Semuanya, Bu? tanyaku malu-malu.
Bu Sarmi tersenyum, Mas Anang gak usah
malu. Anggap saja saya tidak ada. Toh ini kan
juga demi cita-cita Mas Anang! Bu Sarmi
benar, pikirku. Lagi pula aku sudah terlanjur
datang ke sini, jadi aku tidak perlu malu lagi.
Sementara Bu Sarmi menyiapkan kelengkapan
ritual, aku segera menanggalkan semua
busanaku kemudian berbaring di atas ranjang
yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat
kemudian, dengan sebotol madu ditangannya ,
Bu Sarmi datang dan duduk di sampingku.
Sesaat aku sempat melihat Bu Sarmi mengamati
tubuh telanjangku. Pandangannya terkesan liar,
seolah tengah melihat ayam panggang yang siap
untuk di santap.
Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Bu
Sarmi mulai menuangkan madu murni itu ke
sekujur tubuhku. Aku memejamkan mataku
saat tangan lembut Bu Sarmi mulai menyentuh
dadaku, meratakan madu yang lengket itu ke
setiap sudut tubuhku. Jemarinya yang lentik
dengan lihai menari-nari, meremas-remas dada
bidangku, dan mempermainkan bulu-bulu halus
yang tumbuh di atasnya. Aku menggigit bibirku
sendiri, mencoba mengendalikan aliran
darahku yang bergejolak menuju ke arah
pangkal pahaku.
Mas Anang sudah punya pacar? tanya Bu
Sarmi memecah keheningan.
Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu,
Bu!
Ooo , jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi
panas-panasnya dong, Mas! kata Bu Sarmi
meledek.
Ah, Bu Sarmi ini bisa saja! Tanpa sengaja
tanganku menyentuh lutut Bu Sarmi ketika
beliau memindahkan tanganku yang tadi
menutupi kemaluanku. Aku juga sempat
melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah,
mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi
betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Bu
sarmi membiarkannya ketika tanganku
mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan
pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang
untuk bergerak menelusuri paha bagian
dalamnya.
Darahku semakin mendidih manakala dengan
lincahnya jemari Bu Sarmi turun ke perutku,
membelai bulu-bulu halusnya dan memijat otot-
otot perutku yang keras.
Wah , badan Mas Anang kekar juga ya. Pasti
Mas Anang rajin olah raga.
Ya, tiap pagi saya usahakan untuk olah raga
meskipun cuma angkat beban atau sit up.
Ooo , pantesan adi Mas Anang gede!
Maksud Bu Sarmi, adik yang mana? tanyaku
pura-pura bodoh.
Maksud saya adik yang ini .. kata Bu Sarmi
sambil meremas kejantananku tanpa rasa
canggung. Ada rasa kaget sekaligus senang
dengan perlakuan Bu Sarmi. Beliau dengan
lembut melumuri kejantananku dengan madu,
kemudian mengocoknya pelan.
Ooohh , Bu! Enak ! aku melenguh nikmat.
Aku juga semakin berani dengan menyingkap
roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi.
Dan ternyata Bu Sarmi menanggapi positif
tindakanku itu. Terbukti dengan ia sedikit
mengangkat pantatnya agar aku bisa mencapai
pangkal pahanya. Astaga ! Sekali lagi aku
terkejut sekaligus senang manakala tanganku
menyentuh rambut-rambut halus diantara
pangkal paha Bu Sarmi. Ternyata beliau sudah
tidak memakai celana dalam.
Perlahan-lahan aku mulai menggosok bibir
vagina Bu Sarmi yang sudah basah itu dengan
jariku. Bu Sarmi bertambah kelonjatan dan
semaikin bersemangat mengocok batang
kontolku. Perlahan lahan batang kejantananku
itu mulai membesar dan mengeras. Tanpa rasa
jijik, Bu Sarmi mulai menjilati sisa-sisa madu
yang menempel di sekitar pangkal pahaku,
melumat buah zakarku, kemudian bergerak
naik menyapu urat-urat kontolku yang sudah
bertonjolan.
Gimana Mas Anang? Enak kan? tanya bu
Sarmi di sela-sela aksinya.
Ahh.., nikmat banget Bu! Saya belum pernah
merasakan senikmat ini! Aku memang belum
begitu pengalaman dalam hal sex. Selama
berhubungan dengan isteriku, kami hanya
melakukan dengan cara konvensional saja.
Namun kali ini Bu Sarmi memberikan pelajaran
baru yang ekstrim. Terbukti ketika Bu Sarmi
dengan lembut memasukkan ujung penisku ke
mulut mungilnya.
Ooougghh yeah enak, Bu! nafasku semakin
memburu. aku merintih-rintih nikmat, namun
Bu Sarmi masih asyik mempermainkan
kontolku di dalam rongga mulutnya. Aku juga
semakin berani. Kutarik rokny sampai terlepas.
Bahkan Bu Sarmi juga melepaskan kaosnya
sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda
lagi, ternya bu Sarmi masih memiliki tubuh
yang bagus. Kulitnya putih mulus, payudaranya
yang masih kencang dan montok, serta
pantatnya yang bulat menggemaskan
membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh,
sungguh sexy.
Aahhh ., kontol Mas Anang memang luar
biasa besarnya. Hhhmmmm ., saya memang
sudah lama mendambakan kontol sebesar
ini.Hhhmmm ! dengan rakus Bu Sarmi
kembali melumat kejantananku. Kali ini beliau
mengangkangi tubuhku dan menyodorkan
vaginanya tepat ke wajahku. Dengan naluriku,
akku mendekatkan mulutku ke vagina Bu
Sarmi yang merekah merah. Bau harum yang
keluar sangat merangsah syaraf otakku untuk
menjilatnya.
Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu
permukaan vaginanya dengan lembut.
Aaaaghhh ! Yaahhh , begitu Mas! Jilat terus
punya saya .!Oooghhh !
Bu Sarmi bertambah semangat
mempermainkan kontolku di dalam mulutnya.
Sementara tangannya mengocok batang
kontolku, kepalanya juga bergerak naik turun.
Sesekali beliau menyedo-nyedot ujung kontolku
kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini,
saling menjilat, mengulum dan mengocok
kemaluan masing-masing.
Berapa saat kemudian Bu Sarmi melepaskan
kulumannya.
Gimana, Mas Anang Suka kan? tanya Bu
Sarmi sambil tersenyum padaku.
Aku hanya mengangguk pelan sambil
menikmati jemari Bu Sarmi yang masih
memijit-mijit batang kontolku.
Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan
orang yang mempunyai penis besar mempunyai
keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini
Mas Anang pasti akan bisa jadi Pegawai
Negeri. kata Bu Sarmi menjelaskan. Tapi
sekarang, biarkan saya bersenang-senang dulu
dengan kontol Mas Anang yang besar ini!
Bu Sarmi mengambil posisi duduk di atas
pahaku. Perlahan-lahan beliau meraih
kejantananku dan membimbingnya menuju ke
gua darbanya yang sudah basah. Dia terlihat
meringis saat ujung penisku mulai memasuki
memeknya yang hangat.