Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Buah Dari Masa Depan by Nona Violet

miss-bone-44.gif
:v

:takut:
Seeeyemmmmmm...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
4211440.gif
10982890_988050201219466_7094136018555759274_n.jpg

Lamborghini Gallardo LP 550-2 berwarna silver tengah melaju menerjang derasnya hujan disore itu. Jalanan tampak lenggang karena hujan yang turun sejak siang membuat beberapa orang malas berada dijalanan untuk sekedar berjalan-jalan atau menghabiskan waktu santai bersama orang-orang terdekat, jam pulang kantor juga sudah lewat beberapa jam yang lalu jadi jalanan sangat mulus untuk memacu kencang mobil mewah bekas pakai Ayahnya itu.


Mobil mewah itu tampak dikemudikan oleh seorang pemuda tampan berambut jabrik, yah meski Ayahnya sanggup membelikan apapun untuknya tapi sepertinya hanya untuk merapikan rambut anaknya itu Ayahnya sangat kesulitan. Bukan karena tak mau, tapi bagi Aga memang rambut yang susah diatur itu membuatnya tampak lebih keren, paling tidak itulah yang dikatakan gadis-gadis disekolahnya dulu.


Setelah beberapa saat kemudian dengan tampang yang agak masam, ia membawa mobilnya menuju sebuah pusat perbelanjaan terbesar dan termewah di Ibu kota itu. Untung saja wajahnya yang tampan itu menyelamatknnya, jadi mau masam seperti apapun tetaplah dia terlihat begitu menawan.


Iya Lisna memaksanya menjemput Ruby yang sedang berbelanja disana, padahal pemuda itu kan sedang mencoba game terbaru yang baru saja dibelinya. Kesal karena selalu saja gara-gara Ruby dirinya harus meninggalkan sejenak kegiatan kesukaannya. Terlambat tidak ya kalau dirinya memilih dipenjara saja daripada harus menuruti semua kemauan orang tuanya? Toh dipenjara dia bisa kan diperlakukan istimewa seperti kalangan atas lainnya?


Aga memelankan laju mobil mewahnya saat tiba didepan pusat perbelanjaan. Berhenti tepat didepan seorang wanita yang telah berdiri lama dengan baju hamil berwarna merah muda, sedang memegangi perutnya yang besar dan membawa beberapa tas belanjaan.


Wanita itu tampak terkejut kemudian mengerucutkan bibirnya mengetahui siapa yang menjemputnya. Padahal Lisna ibu mertuanya kan mengatakan bahwa driver dan dirinya sendiri yang akan menjemputnya, bukan Aga.


"Kau pulang tidak?!" seru Aga dari dalam mobil setelah membuka kaca disisi kirinya, hujan yang dikatakan sudah tidak terlalu lebat masih terus turun saat itu.


"Kenapa kau yang menjemputku?!" tanyanya ketus dengan wajah yang tak kalah ketus.


Aga turun dari mobilnya membawa payung yang dibawanya dari rumah, kemudian menghampiri Ruby yang memandangnya seperti ingin menerkam. "Ibu ada acara bersama teman-temannya, kalau menjemputmu dia akan terlambat. Sekarang terserah kau saja mau pulang bersamaku tidak?!" jawab Aga tegas, mengimbangi Ruby yang selalu berbicara dengan nada kasar padanya.


Ruby melengos menggigit bibirnya bingung, tentu saja dia tidak mau satu mobil dengan Aga berduaan saja. Bisa-bisa dia diperkosa lagi oleh lelaki jabrik busuk sepertinya. Tapi kalau menolak dia akan pulang naik apa.


"Kalau tidak mau ya sudah!" ucap Aga cuek menyadari Ruby menolaknya.


Ruby melirik tajam suami yang tak dicintainya itu,


“Apa? Kenapa kau melirikku seperti itu??!” protes Aga yang ditatap tajam Ruby. “Kalau tidak mau yasudah aku pulang! Merepotkan sekali!” sedikit emosi melihat Ruby yang hanya diam sambil menatapnya seperti itu, kadang dia tidak mengerti kenapa wanita begitu rumit. Kalau tidak mau kan tinggal bilang.


“Kenapa kau selalu membentakku?!” teriak Ruby memejamkan matanya seperti biasa kalau dia sedang kesal, kadang hal konyol nan imut yang Ruby ciptakan semacam itu membuat Aga gemas untuk mencubitnya.


“Jangan berteriak seperti itu kau dilihat banyak orang!” protes Aga melirik sekelilingnya beberapa orang yang lewat sedang melihat kearah mereka.


“Aku tidak peduli!”


“Kalau begitu ya sudah aku pulang saja!” Aga berbalik dengan payungnya, berjalan meninggalkan Ruby di depan Mall yang menatapnya sebal bahkan sangat sebal, Aga tau itu.


“Terserah kau saja! Kau pikir aku tidak bisa pulang sendiri?!” timpal Ruby saat Aga masuk kedalam mobilnya dan menyalakan mesin. Kemudian dirinya juga pergi dari tempat itu dan menerjang hujan, tidak peduli bajunya basah atau apa. Ruby kesal pada pria itu, entah kenapa Aga itu makhluk yang sangat menyebalkan baginya. Tidak peka! Kenapa Aga tidak memaksanya, wanita kadang suka dipaksa? Kalau begini dia harus hujan-hujanan kan.


Aga melihat Ruby dari dalam mobilnya, memijat kepalanya yang berdenyut pusing, kalau dia membiarkan Ruby pulang dengan keadaan seperti itu dan naik taksi bisa-bisa hidupnya berakhir karena dikirim Ibunya keplanet lain. “Shit!” dengan berat hati Aga membuka pintu mobilnya kembali dan berlari menjemput Ruby, lupakan soal payung, Aga berlari semakin cepat dibawah hujan yang mulai membasahi tubuhnya karena Ruby berhasil mendapatkan taksi yang ternyata sedang stand by diseputaran Mall itu.


Menyahut pergelangan tangan Ruby dan mencegahnya memasuki taksinya begitu sampai. “Pulang bersamaku!” ucapnya. Permintaan bernada perintah itu membuat Ruby menghentikan langkahnya.


“Lepaskan aku, aku sudah dapat taksinya!” balas Ruby ketus.


Aga merogoh celananya mengeluarkan dompet berwarna hitam dan mengambil beberapa lembar uang kertas, kemudian menyodorkan uang itu ke supir taksi yang akan Ruby tumpangi. ”Kurasa ini cukup, tinggalkan kami. Dia pulang bersamaku,” ucap Aga kepada pria dibalik kursi kemudi itu, tentu saja disambut dengan senang hati, sedangkan kening Ruby berkedut tak mengerti. Tanpa menunggu lebih lama taksi berwarna biru laut itu pergi meninggalkan Aga dan Ruby, anggap saja hari ini adalah hari keberuntungan supir taksi itu, mendapatkan uang yang mungkin cukup untuk setorannya hari ini.


“Kenapa?!” Ruby menghempaskan tangan Aga yang mencengkeram pergelangannya.


“Ayo pulang, aku tidak mau ibu marah karena tidak menjemputmu!”


“Aku akan jamin Ibu tidak marah, aku tidak mau pulang bersamamu!”


“Cerewet!” Aga mencengkeram pergelangan tangan Ruby kemudian menariknya dengan kasar menuju mobilnya.


“Sakit! Lepas!”


“Tidak akan sakit kalau kau diam dan menurutiku!”


“Pelan sedikit!”


“Baiklah... sekarang masuklah, kau basah nanti masuk angin,” perintah Aga saat mereka telah sampai didepan mobil Aga.


Dengan wajah yang tertekuk kesal, Ruby terpaksa masuk kedalam mobil mewah itu dan duduk disamping kursi kemudi, tak lama kemudian Aga yang menyusul dan menyalakan mesinnya kemudian membawa mobilnya pergi dari area pusat perbelanjaan.


Tidak ada obrolan yang tercipta diantara keduanya, mereka saling diam tak berniat sedikitpun untuk memulai suatu pembicaraan. Hanya berharap cepat sampai rumah dan berpisah, tapi keadaan seperti itu malah membuat waktu seakan tak berputar.


Aga melirik sebentar wanita disamping kirinya, baju dan rambut panjangnya basah. Bibirnya kebiruan dan sedikit menggigil, Aga tau meski ruangan didalam mobil gelap karena lampu jalan cukup menerangi. Sedikit tak tega melihatnya seperti itu, meski wanita disampingnya ini sangat menyebalkan tapi membiarkan wanita hamil kedinginan juga membuatnya sedikit kasihan.


“Kita mampir ke Apartemenku,” ucap Aga memutuskan. Hal itu membuat Ruby membulatkan bibir kebiruannya tak percaya.


“Ma-mau apa? Jangan macam-macam!” Ruby gugup sekaligus ketakutan, seketika pikirannya terlempar kemasa lalu yang membuatnya berada dirumah Nugraha sampai hari ini.


“Hn! Aku tidak tertarik dengan wanita hamil, apalagi denganmu! Aku hanya ingin kau mengganti pakaianmu itu saja!” seru Aga memastikan dan menegaskan. Lagipula dirinya juga tidak akan melakukan hal bodoh untuk yang kedua kalinya.


“Aku tidak mau!” jawab Ruby tegas.


“Yasudah kalau begitu kau tunggu aku dimobil, aku akan mengganti pakaianku sebentar di Apartmen,” tanpa menunggu persetujuan dari Ruby, Aga memutar mobilnya mengambil jalan pintas untuk ke Apartemennya dan hanya ditanggapi Ruby dengan mendelikkan mata hijaunya.


Setelah beberapa saat kemudian Aga sampai diparkiran Apartemennya, gedung mewah menjulang tinggi dengan keamanan yang sangat ketat. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menempati dan memilikinya.


Aga sengaja memarkirkan mobilnya diluar karena niatnya hanya sebentar. “Aku tinggal sebentar ya, hati-hati. Jangan membuka jendela, karena kabar yang beredar disini ada hantu wanita yang dulu terjun dari lantai tujuh bergentayangan meneror orang-orang disekitar parkiran ini,” terang Aga berbohong menakut-nakuti Ruby yang mengelus-elus perutnya. Dia berharap Ruby takut dan ikut masuk ke Apartemennya, bukan apa-apa Aga hanya ingin Ruby mengganti pakaiannya, tidak mau Ibunya marah melihat menantu kesayangannya ini pulang dengan baju yang basah.


“Kau fikir aku takut?” jawab Ruby tanpa menatap Aga disampingnya. Sedangkan pemuda beralis tebal dan menawan itu tersenyum seakan berkata ‘sial aku gagal’.


“Iya sudah, hati-hati ya.” Aga membuka pintu mobilnya dan beranjak pergi, Ruby meliriknya kemudian matanya menyapu pandang keadaan sekitar. Lumayan gelap karena Aga mengambil tempat parkir yang agak pinggir pojok, ada pos satpam disebelah kanan tapi cukup jauh dari mobil Aga hal itu membuat Ruby ngeri dengan sendirinya.


“Tu-tunggu!” seru Ruby menghentikan Aga yang melangkahkan kakinya pergi. Pemuda itu menoleh, dengan malu-malu Ruby berkata. “Aku ikut! aku mau ke kamar mandi!” lanjutnya, berbohong untuk menutupi rasa malunya.


Aga menyeringai menang, apapun itu nyatanya Ruby mau mampir Apartemennya. Tanpa menjawab Aga menunggui Ruby berjalan kearahnya, masih dengan wajahnya yang hampir selalu cemberut saat bertemu Aga. Tidak menolong meskipun Aga semakin tampan dengan rambut yang basah seperti itu.


Ruby berjalan dibelakang Aga, dengan pakaian yang basah dan bibir yang membiru. Benar-benar dingin, kalau tidak berganti pakaian bisa-bisa dirinya masuk angin. “Cepat sedikit,” protes Aga saat dirasakannya Ruby semakin tertinggal dibelakang sana.


“Aku sedang berusaha! Perutku kan berat!” jawab Ruby tak mau kalah. Susah payah ia berjalan sambil memegangi pinggangnya, perutnya yang membesar itu memaksa pinggangnya untuk terus melengkung kedepan membuat pinggangnya begitu nyeri.


Aga berhenti dan menoleh kebelakang, kemudian menghampirinya. Tidak tega juga melihat Ruby tampak begitu tersiksa dengan keadaannya, semua itu gara-gara dia kan? “Ayo aku bantu,” ucapnya memegang kedua pundak Ruby. Awalnya ingin Ruby tolak, tapi bagaimanapun ia butuh Aga untuk menemaninya berjalan bagai keong.


Mereka berjalan beriringan, beberapa orang yang berpapasan dengan Aga tak jarang menanyainya tentang keadaannya yang basah kuyup, ditambah seorang wanita yang hamil sedang bersamanya. Aga hanya tersenyum dengan cengiran khasnya menanggapi mereka tanpa menjawab, sedikit membuat Ruby tersinggung atas perlakuannya, bagaimana bisa Aga tidak menjawab saja kalau dia itu istrinya. Memangnya Ruby jelek ya sampai-sampai Aga tidak mau mengakuinya? Meskipun hamil Ruby tetap cantik, tetap modis dengan baju rancangan disainer Lisna. Memang Aga itu sangat menyebalkan!


Ruby menggelengkan kepalanya cepat, apa yang dipikirkannya barusan? Ingin diakui Aga sebagai istrinya? Yang benar saja, bahkan dirinya sendiri sangat membenci Aga tidak sudi menikah dengan pria disampingnya ini. Gerakkan aneh Ruby tak disadarinya diperhatikan Aga, “Kau ini kenapa? Menggeleng seperti itu, gila ya?” ejek Aga santai membuat Ruby kaget.


“Tidak apa-apa!” Ruby salah tingkah dan Aga hanya sweatdrop melihatnya.


Kemudian keduanya melangkah memasuki lift, setelah Aga menekan tombol angka 10 lift naik, mereka hanya berdiam diri selama beberapa menit didalam sana. Tak lama kemudian pintu terbuka, mereka berdua berpapasan dengan wanita cantik berpakaian sexy yang ternyata tersenyum pada Aga.


“Nugraha?” sapanya dengan gesture tubuh yang sedikit menggoda.


“E-e kau Evelyn?” Aga tampak mengingat-ingat.


“Ya... ini aku,” jawabnya, tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya mengundang Aga untuk memeluknya.


Rentangan kedua tangan gadis berkulit putih itu disambut Aga dengan senang hati, “Eve... kau pulang kapan?” peluk Aga dengan hangat. Keduanya berpelukan saling menghirup aroma parfum masing-masing, sementara Ruby yang menyaksikan pemandangan itu hanya melongo tak percaya. Entah kenapa melihat Aga memeluk gadis itu membuat dirinya tidak suka, semakin sebal dan ingin sekali memukul Aga. Dasar genit, mesum dan tidak tau malu! Umpat Ruby dalam hati.


“Umm... aku baru dua hari, dan kau basah?” jawab Evelyn melepaskan pelukannya. Wajahnya sangat cantik, bibirnya merah basah, rambutnya lurus dan sengaja dibuat ikal diujung-ujungnya.


“Hahaha... maaf aku kehujanan,” Aga menjawabnya tak enak, dia bersemangat sekali bertemu dengan sahabatnya sewaktu SMP itu.

“Oh oke tidak masalah, um lalu siapa wanita yang bersamamu?” tanya Evelyn tersenyum pada Ruby yang tampak berantakan dengan rambut basahnya.


“Oh... dia... dia istri temanku,” jawab Aga ragu. Dan hal itu membuat Ruby membulatkan kedua emeraldnya.


Entah kenapa pernyataan Aga itu membuat hatinya terasa begitu sakit, memang Ruby tidak pernah mencintai Aga, tapi tetap saja itu menyakitkan.


“Oh jadi hanya istri dari temanmu ya?” tatapan lega dari kedua mata cokelat Evelyn tampak begitu nyata.


“Haha...iya begitulah,” jawab Aga melirik Ruby yang mulai berkaca-kaca menahan lelehan air matanya. Ada tanya didalam dada Aga tentang hal itu.


“Oh iya, aku ada janji makan malam bersama teman-teman bagaimana kalau kau menemaniku?” usul Evelyn dengan bersemangat.


“Eeee... aku sangat ingin tapi...”


“Ayolah....” kelemahan bagi seorang pria itu apabila seorang wanita sudah merengek padanya, Evelyn tau betul itu. Dan Ruby tau Aga tidak akan menolak wanita itu.


“Maaf sepertinya tasku ketinggalan,” Ruby begitu saja pergi meninggalkan kedua orang sahabat yang sedang mengobrol disana, tangisnya tak dapat lagi ditahan. Dia tidak suka wanita itu, dia tidak suka melihat Aga tertawa seperti itu, dia tidak suka melihat keduanya! Tidak suka! Tidak suka! Tidak suka!


“Emh Eve maaf aku harus pergi,” ujar Aga gelisah, kemudian mengejar Ruby dan mengabaikan Evelyn yang masih ingin mengajaknya bicara.


“Hei tapi? Aga!” berusaha menghentikan Aga, tapi ternyata pemuda itu lebih memilih mengejar Ruby.


“Ruu tunggu! Kau mau kemana?!” seru Aga mengejar Ruby yang berlari.


“Pulang! Kemana lagi!” jawabnya sambil menghapus air matanya dengan punggung tangannya.


“Pintu keluarnya bukan disana,” seketika kalimat itu menghentikan langkah kaki Ruby. “Sebelum pulang ayo ganti baju dulu, nanti kau sakit.”


“Peduli apa padaku!”


“Aku tidak mau Ibu marah,”


“Ibu! Ibu! Selelu Ibu! Kau tidak usah memperdulikanku lagi kalau semua yang kau lakukan hanya karena takut Ibumu! Aku berjanji tidak akan bicara apa-apa lagi tentangmu pada Ibu!” tangis Ruby berderai tak sanggup menahan amarahnya.


“Apa maksudmu Ruu?”


“Sudahlah aku mau pulang!” Ruby berbalik, menundukkan kepalanya kemudian berjalan melewati Aga yang masih mematung disana.


“Tunggu,” pergelangan tangan Ruby ditahan Aga. “Aku mau bicara,” lanjutnya. Lalu menarik pelan tangan Ruby untuk mengikutinya.


“Aku tidak mau!” tolak Ruby berontak, tapi tangannya terlalu lemah.


Tak peduli Aga membawa Ruby kekamarnya. Setelah memasukkan keycard pintu kamar Aga terbuka, lalu melepaskan cengkeraman tangannya saat keduanya sudah berada diruangan Apartemen mewah bercat cream itu.


“Kenapa menangis?” tanya Aga pada wanita hamil dihadapannya.


Masih menundukkan kepalanya sehingga poni depannya yang rata menutupi kedua pandangan matanya. “Aku mau pulang!”


Aga menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, mulai muak dengan sifat Ruby yang selalu menyembunyikan kemauannya. “GANTI PAKAIANMU LALU KUANTAR PULANG!” bentaknya membuat Ruby berjingkat kaget.


“KENAPA MEMBENTAKKU!” balas Ruby menatap tajam wajah Aga yang memerah, Aga tidak sengaja membentaknya seperti itu. “TERUS SAJA KATAKAN PADA SEMUA ORANG KALAU AKU BUKAN ISTRMU!, TERUS SAJA BERBICARA TENTANG IBU YANG AKAN MEMARAHIMU KALAU KAU TIDAK BERSIKAP BAIK PADAKU!” teriakan itu seakan menyadarkan Aga pada kesalahannya. “AKU TIDAK BUTUH PERHATIANMU! AKU BISA MENJAGA DIRIKU! DAN AKU TIDAK PERLU KAU AKUI TAPI SETIDAKNYA HORMATI PERNIKAHAN KITA!” Ruby menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia menangis sejadi-jadinya. Hal itu membuat Aga merasa menjadi orang yang paling bersalah.



“Ruuu... maaf,” Aga melembutkan tatapan dan suaranya, merengkuh tubuh ringkih Ruby kedalam pelukkannya. “Maaf....” hanya itu yang dapat dikatakannya, mendekap Ruby yang masih sesenggukan didadanya. Tangannya mengusap lembut rambut basah Ruby, merasa sangat bersalah pada wanita yang menjadi korban keegoisannya.



"Kau tega! Jahat!" teriak Ruby dipelukkan Aga.


"Maaf... aku tidak akan begitu lagi Ruu..."


Setelah tenang Aga melepaskan pelukannya kemudian menangkup kedua pipi Ruby dengan telapak tangannya, kedua mata mereka bertemu lalu Aga mencium bibir Ruby yang kebiruan karena kedinginan dengan lembut. Ruby dan Aga memejamkan kedua mata mereka, bibir keduanya menempel sangat lama membuat tubuh mereka perlahan menghangat dengan sendirinya.


“Mmmh,” Aga melepakan ciumannya, tersenyum hangat pada Ruby. Ruby membalas senyuman itu dengan malu-malu, pipinya yang terlihat chuuby karena kehamilannya itu juga memerah.


“Ganti pakaianmu ya nanti kau sakit,” bujuk Aga sambil meminggirkan poni Ruby kesamping. Ruby hanya mengangguk. “Pakai bajuku tidak apa-apa kan?” lanjut Aga memastikan.


“Um... nanti tidak muat,” jawab Ruby dengan imutnya.


“Tenang saja kemejaku ada yang agak besar,” timpal Aga dan dijawab dengan anggukan Ruby. “Boleh aku melepas bajumu?” pertanyaan itu membuat Ruby berjingkat kaget. Apa-apaan dia mesum sekali.


“Kalau tidak boleh ya tidak apa-apa sih aku hanya ingin membantu,” Aga berkilah menutupi rasa malunya karena sudah lancang dan mungkin terlihat mesum didepan Ruby.


“Eh terima kasih sebelumnya, tapi aku memang tidak bisa membuka resluiting bajuku ini,” ucap Ruby sambil membelakangi Aga.


“Jadi tidak apa-apa aku yang membuka bajunya?” tanya Aga ragu.


“Buka sekarang atau aku berubah pikiran?”


“Baik aku yang buka,” pernyataan Ruby barusan seketika membuat Aga tak mau menyia-nyiakan waktunya. Perlahan ia buka resluiting Ruby sampai sebatas pinggangnya, punggung mulus dengan bra putih yang membelitnya itu membuat Aga menelan ludahnya susah payah.


Kemudian tangannya berpindah dikedua bahu Ruby, menurunkan kain yang membungkus tubuh Ruby pelan-pelan sambil bibirnya mencium tengkuk istrinya dengan lembut membuatnya mendesis pelan.


Perlahan tetapi pasti, Aga berhasil memelorotkan baju hamil Ruby sampai pinggangnya membuat perutnya yang membesar terlihat sexy. Tangan Aga mengusap-usap lembut kedua lengan Ruby sambil terus menciumi leher Ruby, menghirup aroma keringat Ruby yang segar. Kemudian tangan kekarnya berpindah mengusap perut Ruby, memeluk Ruby dari belakang membiarkan bibirnya bergerak mengulum dengan penuh perasaan telinga kanan Ruby dan membuat wanita muda itu menggelinjang kegelian.


Ciumannya berpindah kembali keleher putih Ruby, menyapukan lidahnya sepanjang leher dan berhenti dipundak mulus tanpa cacat itu memberikan tanda kepemilikan Aga disana sambil menahan geliat Ruby menahan rasa geli bercampur nikmat.


Tanpa persetujuan Ruby, Aga kembali menaikan tangannya kepundak indah itu. Menurunkan tali bra dari pundaknya diselingi ciuman-ciuman kecil dipunggung Ruby membuat Ruby memejamkan matanya dan kembali mendesis nikmat. “Aaah...Aga...”


Setelah kaitan terakhir dibelakang punggung Ruby berhasil ia lepas dan diloloskan dari tubuh Ruby, bra malang itu langsung dilemparkan jauh-jauh dari hadapan Aga. Kemudian memijat pelan kedua bongkah payudara Ruby yang besar semakin membesar karena air susunya sudah keluar, begitu kenyal dan mengasyikan. Aga suka itu.


Kembali Aga menyapukan lidahnya yang basah dipermukaan leher Ruby, kini leher kirinya yang menjadi bulan-bulanan bibir dan lidah Aga hingga beberapa tanda kepemilikkan itu kembali memenuhi leher Ruby. Kedua pasang jemarinya juga tak mau kalah, dengan terampil Aga memilin kedua puting Ruby yang memerah. Memerah akibat gerakkan tangannya yang tak berhenti memilin, mencubit dan menekan, Ruby sangat menikmati sentuhan itu, sentuhan diputingnya begitu geli dan menyenangkan membuat dirinya bergairah. Bahkan akibatnya beberapa tetes susu putih mengalir, desahan Ruby juga mulai memenuhi telinganya membuat Aga begitu gemas namun juga berhati-hati memperlakukan wanita hamil sepertinya.


"Aga...aah!" Ruby mendesah tertahan saat kedua payudaranya kembali dipijat lembut suaminya. "Mmmh.. Agaaa," nafasnya mulai berat, Ruby semakin terangsang.


"Mnnnh...boleh aku menyentuhmu lebih dari ini kan, Ruby?" desah Aga dengan suara yang sexy.


"Ah! mmhh..." mendesah tertahan saat Aga menekan payudaranya. Lalu tangan kanan Aga perlahan mulai turun ke daerah selangkangan Ruby, menurunkan celana dalam senada dengan bra yang ia buang tadi, jemarinya mulai bermain dengan daging kecilnya disana, memberikan rangsangan pada kewanitaan Ruby.


Ruby merasakan panas ditubuhnya, ia tak lagi kedinginan, ia terangsang dengan perlakuan Aga. Aga juga sama, celananya terasa menyempit dan sakit ingin dibebaskan, tapi sepertinya belum saatnya.


"Ouuh! Aga..." bibir Aga kembali mengecup dan menjilat permukaan kulit leher Ruby membuat wanita itu semakin menggelinjang. Serangan pada ketiga titik rangsangnya itu benar-benar membuat Ruby terdiam, melayang menikmati.


Kemudian jari tengah Aga berpindah lagi dari benda sebesar biji jagung Ruby kelubang basahnya, mengeluar-masukan jarinya disana kemudian menambah satu jari lagi, jari telunjuknya.


Tangan kiri Aga yang sejak tadi meremas mulai memilin puting Ruby dengan gemas, secara bergantian hingga mengeras sempurna.


Kejantanan Aga juga sudah mengeras hebat, ia tak tahan lalu mulai bergerak menggesek-gesek pantat Ruby. Sensasinya begitu hebat meski celananya belum ia lepas.


Tubuh Ruby terasa melemas, desahannya tak berhenti lolos dari bibirnya, mungkin tak lama lagi ia akan terjatuh kalau Aga terus memperlakukannya seperti itu. Seakan tersadar tubuh Ruby mulai melemah, Aga sengaja menarik perlahan tubuh Ruby kebelakang dan berakhir dipangkuan Aga yang terduduk diranjang besar yang sangat empuk.


Tubuh Ruby mulai bergetar. "Aaahh... Aga, akuuuh...mmh,"


"Keluarkan sesukamu, sayang," ucap Aga mengerti Ruby akan segera memuntahkan cairan orgasmenya. Ia mempercepat gerakan jarinya.


Ruby mendongak keatas, mengerang keras dengan desahan yang panjang, Iya Ruby telah mencapai puncaknya. Cairannya keluar dan meleleh turun dari lubang kewanitaannya membasahi paha Aga yang masih lengkap dengan celana panjangnya.


Aga menarik jemarinya dari kewanitaan Ruby, dan menunjukkan pada Ruby. Tentu saja hal itu membuat wajah Ruby memerah menahan malu. Merasa telah dipuaskan Aga, Ruby turun dari pangkuannya lalu berjongkok didepan selakangan Aga.


"Ruu??" Aga sedikit terkejut dengan tindakan Ruby.


"Aku tidak mau aku saja yang dilayani, kau kan suamiku!" jawab Ruby sambil melepas sabuk, celana dan boxer Aga kemudian memelorotkannya membuat harta miliknya mengacung bebas dihadapan Ruby. Aga mengerti maksud Ruby, tapi tidak tega melihatnya jongkok dengan perut yang besar.


Aga memegang kedua lengan Ruby dan mengangkatnya berdiri. "Lakukan sesukamu, tapi kau juga harus nyaman kan?" lanjutnya menukar posisinya dengan Ruby. Kini Aga berdiri didepan Ruby yang duduk diranjangnya.


Aga mengambil posisi jongkok didepan Ruby, dipegangnya perut membesar didepannya itu lalu menciumnya penuh sayang kemudian dia kembali berdiri.


Ruby tersenyum menggoda Aga sambil memijat pelan kejantanan besar milik Aga yang sudah ereksi sempurna. Sedangkan Aga deg-degan menunggu apa yang akan dilakukan Ruby selanjutnya.


"Ruby... aah..." Aga mendesah saat Ruby menjilati ujung kepala juniornya dengan lidah basahnya. Ini adalah pertama kalinya kejantanannya dijilat seorang wanita dan rasanya sangat nikmat.


Tangan Aga menahan kepala Ruby agar tak menjauh, sedangkan lidah Ruby menjilati setiap bagian kejantanan pria yang memperkosanya 9 bulan yang lalu itu.


Puas menjilati, Ruby mulai melahap aset pribadi Aga yang lumayan besar itu lalu menggerakkan kepalanya maju-mundur. Selain itu dia juga menghisap dalam-dalam benda itu membuat Aga mendesah-desah keenakan. Entah darimana Ruby mempelajarinya, ia terlihat sangat hebat dalam melakukannya.


"Ruuu..." Aga mendesahkan nama Ruby, ia benar-benar merasakan begitu tersiksanya benda miliknya didalam mulut Ruby. Iya, siksaan yang sangat nikmat.


"Ummnh... 'plop' " Ruby mengeluarkan kejantanan Aga dari dalam mulutnya, lalu berganti menghisap kedua bola testis Aga, sedangkan satu tanganya ia gunakan untuk mengurut benda yang mengacung bebas dengan cairan precum diatasnya.


"Ruu... ini nikmat sekali! aahh! kau hebat," puji Aga dengan nafas berat, sambil mengusap poni Ruby dan membuatnya berkumpul kebelakang.


Mendengar pujian itu entah kenapa membuat Ruby semakin bersemangat, ia kemudian bergantian menghisap dan menjilati testis Aga, kemudian melahap lagi kejantanan Aga dan menyedot dengan kuat juga cepat. Hal itu membuat Aga tak tahan lagi untuk menahan ledakan orgasmenya.


Aga mencengkeram lembut kepala Ruby kemudian menggerakkan kepala Ruby dengan cepat. Ruby sedikit kuwalahan, gerakan itu sesekali mengenai tenggorokanya dan itu membuatnya tersedak.


Tak lama kenudian Aga menyemburkan cairan putihnya ke dalam mulut Ruby, beberapa tetes mengenai wajah ayu Ruby.


"Maaf ya.... " ucap Aga melihat Ruby berantakan dengan beberapa cairan cemen-nya yang mengotori Ruby, lalu membantu Ruby membersihkan cairannya dengan tissu yang diambil Ruby.



Beberapa saat kemudian Aga kembali menatap tubuh telanjang Ruby didepannya. Tubuh telanjang dengan perut yang membesar entah kenapa hal itu membuat Aga begitu tertarik, sampai-sampai kejantanannya kembali mengeras. Malu kalau mengingat ia pernah sesumbar tidak tertarik pada wanita hamil.


Aga sudah tidak sabar lagi untuk segera menyatukan tubuh dengan Ruby dan menggerakan juniornya didalam Ruby.


"Ruu?" Aga menarik lembut pergelangan tangan Ruby, menariknya untuk berdiri. kemudian memutar tubuh Ruby untuk membelakanginya dan membuat dirinya kembali duduk .


"Aah! Agaaa ..." Ruby memekik kaget, kini wanita itu sudah berada di atas pangkuan Aga dengan posisi duduk membelakangi Aga, mengangkangi Aga.


"Boleh kan Ruu?" bisik Aga lembut ditelinga Ruby, meminta ijin wanita yang dinikahinya 7 bulan yang lalu itu untuk memasukinya.


“Ehhm...” hanya itu jawaban Ruby, dan itu artinya ‘silahkan’ menurut Aga.


Dengan sedikit gerakan dipinggulnya, Aga berusaha melesakkan kejantanannya kedalam tubuh Ruby. Sedikit sulit karena memang masih begitu sempit, karena itu Aga menggunakan jemarinya untuk meraba lubang surga milik Ruby kemudian memasukan aset pribadinya itu dengan pelan ketubuh Ruby sampai semuanya amblas.


"Ahh! Ahh! Agaaah... pelan. Ahh!" pekik Ruby ketika Aga mulai memompa kejantanannya, sedikit perih memang bagi Ruby.


"Maaf Ruu, tapi kau masih sempit,” jawab Aga dengan nada menggoda, kemudian mengecup punggung mulus Ruby sembari menaik-turunkan tubuh Ruby.


"Ahh! Ahh! Ouuh! Ohh!" desahan, lenguhan juga erangan terus keluar dari mulut Ruby. Kedua tangannya menggengam lutut Aga mencari pegangan, ini terlalu memabukkan untuknya.


Aga juga memeluk Ruby dari belakang dengan kuat, tangannya sesekali mengelus bayi yang ada diperut Ruby. Mereka berdua mulai hanyut dan menikmati permainan yang dibuat keduanya.


"Ah! Ahh! Agaaaaah!"


“Kau suka sayang? Ha, kau suka kan?” Aga menyeringai puas mendapati Ruby mendesahkan namanya, ia semakin keras menghujamkan kejantanannya.



“Ahh! Agaaah...oouh..ini..aah!" desahan Ruby begitu membakar gairah Aga, pemuda itu menghentikan gerakannya kemudian memposisikan tubuh Ruby untuk menungging. Kedua tangan Ruby bertumpu pada sisi tempat tidur Aga dan tidak sabaran Aga kembali melesakkan kepunyaannya kedalam tubuh Ruby.


"Aaaakkhhh!" gerakan tiba-tiba dari Aga itu membuat Ruby tersentak, seketika rasa nikmat kembali menjalari tubuh telanjangnya. Aga mulai kehilangan kesadarannya, lupakan soal wanita hamil harus diperlakukan lembut. Tak sempat, ia menghujam kewanitaan Ruby dengan brutal dan liar. Cepat, kuat dan keras membuat Ruby menjerit keenakan.


Kedua tangan Aga juga tak mau tinggal diam, sambil terus melakukan gerakan keluar-masuk ia memeluk tubuh Ruby dari belakang. Meremas kedua payudara Ruby yang menggantung bebas, memberikan satu lagi kenikmatan dititik rangsang Ruby dengan memilin putingnya.


Setidaknya sekitar lima menit mereka bertahan dengan doggy style, tubuh keduanya mulai bergetar hebat bersamaan. Ruby meneriakan nama Aga begitu juga dengan Aga yang meneriakkan nama Ruby. Dan dengan sekali hentakan kuat dari Aga, keduanya mencapai puncak bersamaan.


Cairan orgasme keduanya bercampur mengisi penuh kewanitaan Ruby, beberapa menetes keluar dari sana. Begitu panas dan menggairahkan.


KRIRIRIRIRIRIRIIINNNNNGGGGG!


Suara jam waker yang terpasang di nakas samping tempat tidurnya itu seketika membuatnya melonjak kaget dari tidurnya. Kemudian membuang benda sialan yang membangunkan tidurnya dari mimpi indah.


“TCH!” Mendecih kesal, memijat kepala jabriknya yang tiba-tiba terasa pusing, "Jadi hanya mimpi ya?" gumamnya setengah sadar, mimpinya barusan terasa begitu nyata.


Untuk sejenak ia masih mengingat-ingat kejadian demi kejadian didalam mimpinya, lalu matanya menangkap basahan dicelana boxer yang dipakainya. “Tch!” kembali mendecih saat tangannya meraba dan ternyata basah, bisa-bisanya dia bermimpi bercinta dengan wanita yang menyebalkan seperti Ruby. Kemudian ia menjatuhkan tubuh tegapnya kembali kekasurnya, memental beberapa kali kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak besarnya.


Masih pusing, badannya terasa begitu lemas. Cairannya terasa habis, tak percaya dirinya bermimpi melakukan hal mesum bersama Ruby, dan sialnya dia begitu menikmati. "Sial! Sial! Sial!" keluhnya mengacak-acak rambut jabriknya.


TBC​





Author Note : Holaaa saya update lagi... gimana-gimana adegan LEMON nya? Asem gak?. Hahaha... maaf ya kalo gak asem, saya ga jago bikin ss. Dan ini normal kan? Semoga ga merusak jalan ceritanya ya...semoga ga ngecewain, semoga suka semua ^^. Masih mau dilanjut gak chapter 8?
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mantaaapp suhu,,,
Tapi,,,,
Lemonnya asem banget....
Gagal keluar deh....
Hahaha....
 
yah gak jadi pertamaxxx...lanjutkan kak hehe...
.
.
haha aga jadi suami jablai toh hahaha
 
aseemmmm....
Krain bnran s aga ml ama s rubi taunya hnya mmpi, bagus bngt sis critanya...
Saya tnggu chpter 8 nya...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wahhhh, kirain beneran ga taunya cuma mimpi :marah:
Tp nice sist updatenya :jempol: deh sist.
Semangat lanjutannya :banzai:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd