Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Buah Dari Masa Depan by Nona Violet

Bimabet
Nice..meskipun ada typo2 dikit lah but so far Siip..santai seperti baca teenlit hehhe..
 
4211440.gif
11205097_988812144476605_2046157744798275850_n.jpg


Disebuah toko peralatan bayi, tampak wanita dewasa cantik berambut lurus tampak memilih - milih baju berukuran kecil, ia tak sendiri melainkan datang bersama seorang wanita lain yang juga tak kalah cantik darinya.


Lisna dan Ruby, menantu dan mertua yang selalu terlihat kompak. Lisna yang masih seperti Ibu-ibu muda di umur yang sudah berkepala empat itu selalu bisa mengimbangi Ruby menantunya yang juga cantik. Kedua wanita dengan rambut panjang yang selalu digerai itu lebih mirip jika disebut kakak beradik daripada Ibu dan menantu, mereka sama-sama cantik dan modis.


Lisna tampak sibuk memilih-milih contoh baju bayi yang dipasang berjajar didepannya, sedangkan Ruby yang berdiri disampingnya terlihat begitu tidak nyaman berada disana, beberapa kali mengusap perut berusia 8,5 bulannya dan tampak gelisah.


Tersenyum melihat menantu kesayanganya canggung, memang Ruby jarang sekali keluar rumah semenjak kehamilannya mulai membesar, dia malu karena hamil di usia muda. Tapi hari ini Lisna memaksanya untuk memilih segala kebutuhan bayinya nanti. "Ruu? kau kenapa? wajahmu terlihat tidak senang?" tanya Lisna sambil memilih baju.


Pura-pura memilih baju dihadapanya, padahal hanya dibolak balik, "Umm... semua orang seperti menatapku, aku malu..." jawabnya menunduk.


"Kenapa harus malu? Kau hamil dan punya suami. Apa yang jadi alasan untuk malu?"balas Lisna kembali, kelihatanya ia sangat tertarik dengan baju bayi berwarna biru langit yang kini sedang diperiksa kecocokanya.


"Tidak, bukan itu...hanya saja, Aga selalu mengejeku gendut pasti aku sangat jelek kan Ibu? makanya orang-orang menatapku seperti itu," iya selain malu karena hamil diusia muda, Ruby juga takut terlihat sebegitu gendutnya seperti yang dikatakan Aga.


"Ahahaha... kau ini, jangan dengarkan bocah bodoh itu. Kau terlihat cantik, tenang saja Aga kan memang senang sekali menggodamu." Lisna menanggapi sekenanya, karena ia masih sangat antusias memilih pakaian untuk calon cucunya.


Memang hari itu Ruby tampak sangat cantik, dengan baju hamil yang beberapa bulan lalu dibelikan Lisna. Baju yang tidak terkesan keibuan, baju berwarna baby lavender dan rambut nan panjang halus, membuatnya sangat cantik hari itu, maka tidak jarang Ruby jadi pusat perhatian dan itu membuatnya sedikit salah paham.


"Hei kenapa melamun? Ayo sekarang bantu Ibu memilih baju-baju lucu ini," kaget Lisna mencolek Ruby yang melamun.


"Ibu saja, aku tidak mengerti," sedikit merengek seperti biasa. Yah gadis pendiam itu telah sedikit berubah semenjak menjadi istri Aga Nugraha, dia jadi sedikit manja. Dari gadis pendiam dan pemalu, bahkan dia juga tidak punya banyak teman dulu waktu disekolah.


Seolah tak menghiraukan Ruby yang menolak permintaanya, Lisna semakin bersemangat memilih baju bayi. "Wah pasti cucuku akan sangat tampan dengan baju ini," wajah yang seharusnya sudah keriput itu berbinar, menjunjung tinggi kemeja berwarna orange bergambar jerapah kecil di sisi kanan dadanya. "Lihatlah Ruby, putramu pasti sangat tampan," lagi-lagi kata itu yang terlontar dari bibir Lisna, Ruby hanya menghela nafas panjang melihat ibu mertuanya terlihat sangat berlebihan.


"Iya terserah Ibu saja, Ibu kan lebih mengerti,"


"Bantu Ibu, pilih saja yang menurutmu bagus Ruby," perintahnya sambil memasukkan banyak-banyak pakaian bayi kedalam kereta belanjaan yang kecil.


"Ahh... baiklah..." sedikit malas Ruby kembali memilih-milih baju imut yang tertata rapi dalam rak baju itu. Kemudian berkeliling toko, memilih beberapa celana ganti, kaus rumahan, topi bayi, jaket hangat, popok dan sepatu kecil yang semuanya lucu menurut Ruby. Seperti pesan Ibunya.


Semua belanjaan di tas belanjaan Ruby hampir semua berwarna biru laut, warna yang menurutnya sangat cocok untuk bayi laki-laki. Iya setelah melakukan Usg bayi Ruby dinyatakan laki-laki dan sehat. Saat itu Lisna yang yang selalu setia menemani Ruby periksa kandungan melonjak gembira.


Tidak buruk juga, malahan Ruby yang dari awal tidak suka belanja dan menghamburkan uang mulai menikmati kegiatan belanjanya. Beberapa kali berpapasan dengan Ibu hamil yang lainnya yang juga membeli perlengkapan bayi membuat Ruby mulai tak canggung lagi, malahan mereka sempat sedikit mengobrol untuk memberikan pendapat.


Lisna tersenyum melihat menantunya, lalu ia yang sudah berpengalaman dalam mengurus bayi, kini membiarkan Ruby yang memilih pakaian beserta celana ganti dan hal-hal standart lainnya. Sedangkan Lisna memutuskan untuk membeli beberapa minyak penghangat, bedak bayi yang tak dimengerti Ruby.


Dirasa sudah cukup Lisna memanggil menantunya yang masih sibuk memilih selimut, mengajak Ruby untuk segera membayar dikasir, karena mereka harus pergi ketempat lain untuk membeli kereta bayi hari itu.


Kemudian mereka meletakan barang belanjaan yang mencapai empat keranjang dan satu trolly, sedikit berbasa-basi kemudian Kasir mulai menghitung total biayanya. "Kau terlihat lelah Ruu?" ujar Lisna melihat wajah Ruby yang memucat. "Masuklah kemobil, biar Ibu yang membayar," lanjut Lisna tampak khawatir.


Ruby meringis menahan perutnya, sejak mengangkat keranjang belanjaan yang cukup berat tadi tiba-tiba perutnya terasa mulas. "Ssh...tidak apa Ibu, mungkin karena bayinya sejak tadi menendang terlalu keras," jawab Ruby wajahnya terlihat pucat.


Memegang kening Ruby dengan telapak tanganya. "Kau tidak panas, tapi kau sangat pucat,"


"Ughs!" Ruby sedikit membungkuk meringis, memegangi perutnya kembali.


"Ruu!" Lisna memegangi kedua lengan Ruby menahanya agar tak jatuh, ia mulai panik melihat ekspresi Ruby yang mengernyitkan keningnya menahan sakit.


"Aawh! Ibu perutku sakit sekali!" putri tunggal Hanggoro itu merasakan perih diperutnya.


"Ah iya bagaimana ini, tenanglah Ruu!" Lisna kali ini benar-benar panik melihat Ruby, bahkan Kasir yang seharusnya menghitung belanjaannya ikut berlari membantu Lisna menahan Ruby. Lalu beberapa karyawan toko dan pengunjung lainnya mulai mengerubuti Ruby, bermaksud menolong sebisanya atau sekedar melihat.


"Cepat panggilkan ambulance!" teriak seorang karyawan wanita kepada salah satu temanya yang juga berdiri disana. Sementara Ruby semakin kesakitan, perutnya mengalami kontraksi hebat, dan rasa sakit ini belum pernah ia rasakan sebelumnya.


"Sabarlah Ruu, tahan. Ambulance akan datang sebentar lagi!" ucap Lisna menenangkan. Lisna tidak menyangka akan secepat ini, Iya Lisna mulai menyadari bahwa Ruby akan segera melahirkan.


"Ibuuu...sakit, rengek Ruby. Air matanya mulai meleleh merasakan mulas yang amat sangat diperutnya.


"Ibu tau sayang, sabarlah." Menghapus airmata Ruby yang melewati pipi putihnya. "Kau akan jadi Ibu, sabarlah sebentar ya kita tunggu Ambulance," terang Lisna mencoba setenang mungkin agar Ruby tidak makin panik.


Setelah menunggu beberapa saat kemudian, "ambulance sudah datang!" teriak seseorang yang menerobos kerubutan orang-orang itu.


"Ayo cepat bawa bawa menantuku!" seru Lisna tak sabaran pada perawat yang datang.


Lalu beberapa pria dan perawat rumah sakit memapah tubuh Ruby yang mulai tidak sanggup berdiri, Lisna yang semakin gugup dan panik mengikuti langkah tergesa-gesa para perawat itu menuju Ambulance.


---***---[/center


Tubuh Ruby yang sudah terbaring ditempat tidur khusus melahirkan itu menggeliat kesakitan. Menggenggam apapun yang bisa ia raih untuk menyalurkan rasa sakitnya, termasuk mencengkeram baju Lisna yang mungkin sebentar lagi akan robek.

Sementara beberapa suster telah menyiapkan peralatan untuk menolong Ruby yang meraung-raung kesakitan, beberapa tetes keringat mulai membasahi keningnya.


"Ini sangat perih bu.... sakit sekali..hiks.." tangis Ruby memelas pada Lisna.


"Sabarlah sayang, berdo’a kepada Tuhan agar semua lancar,” Lisna mengusap kening Ruby, suaranya masih panik meski ia berusaha menormalkan suaranya.


"Aaah!..Ayaaaah! Sakit sekali! Nnnh!" teriak Ruby memanggil-manggil Ayahnya, ia merasakan nyeri yang teramat diseputar perut dan pinggangnya.


"Sabar Ruby...dokternya akan segera datang!"


"Huuft...hah..ahh.. sakit...Ibuuuu toloong aakhuh...hah.." nafasnya mulai tersengal-sengal, rasa sakit yang mendera tubuh bagian bawahnya itu menjalar sampai keseluruh tubuhnya.


"Ruby dengarkan Ibu, kau harus berjuang nak. Putramu sedang berjuang untuk melihat dunia, kau harus kuat ya," sebisa mungkin Lisna menguatkan Ruby, menggenggam tangan Ruby agar sedikit lebih baik.


"Hnn...nnnhhh...aaahh! Ibuuu..huh..huh..hh"


Lisna berdo’a dalam hatinya, tak henti-hentinya memohon agar Ruby kuat sampai akhir, dia tau bagaimana rasa sakitnya melahirkan. Bahkan kalau boleh tugas itu bisa diambil alih oleh dirinya, Lisna tidak akan membiarkan menantunya kesakitan seperti itu. Lisna tidak tega.


Setelah beberapa saat kemudian pria berambut cepak, dan berpakaian serba putih masuk dengan tergesa-gesa, tentu saja karena melihat Ruby yang jadi pasienya sejak tujuh bulan yang lalu itu merintih-rintih kesakitan.


"Dokter Daren?!" Lisna terlihat lega melihat dokter yang selama ini memeriksa kandungan menantunya itu datang.


"Tenanglah nyonya Nugraha, tak apa aku akan menolong Ruby dan bayinya dengan sekuat tenaga." Seakan tau apa yang Lisna rasakan, Dokter Daren mencoba meyakinkan bahwa Ruby dan bayinya akan baik-baik saja.


"Nona Ruby... kau ingat apa yang aku katakan dulu? Rilex dan tarik nafasmu dengan teratur," ucap Dokter muda mengingatkan Ruby.

"Ummmh...nnhhh aaahh... dok..tee..err!" Ruby memandang Dokter Daren, dengan tatapan penuh dengan permintaan pertolongan.


Kemudian Dokter muda itu memeriksa jalan bayinya. "Pembukaanya sudah cukup, kita mulai Ruby, tarik nafasmu dalam-dalam!" perintah Dokter Daren, tanpa mengulangi Ruby menurutinya, ia sudah tidak sabar ingin segera menyelesaikan tugas berat ini. "Sekarang dorong yang kuat...iya, begitu terus...dan dorong Nona Ruby!" lanjut Dokter Daren memberi instruksi.


"Nnnhh... aaahh... kyaaah! Sakit!.. huh..huh..huh..nnnhh...aakh Ibuuuu!"


"Iya terus Ruu! berjuanglah... ulangi lagi! Tarik nafas...dorong Ruu...!" Seru Lisna.


Dokter Daren dan Lisna mendorong Ruby untuk tetap berjuang. Peluh telah membasahi tubuh Ruby yang mengejang, sekuat-kuatnya Ruby mengejan. Rambut halusnya basah karena keringat, dan beberapa helai telah menutupi wajah ayunya.


Rasanya sudah lelah, Ruby tak kuat lagi. Badanya benar-benar terasa tak bertenaga, tapi tanda-tanda akan segera lahirpun juga tidak ada padahal tadi jalan lahirnya sudah terbuka dengan sempurna.


"Nnnhhhh!...aku tidak kuat lagi...nnnhh..aahh" rengek Ruby.


"Ruu...ayolah, dia ingin melihatmu. Kau juga ingin melihatnya kan?" kata Lisna membangun semangat Ruby lagi


"Tarik nafasmu sedikit lagi Nona Ruby!" pinta Dokter Daren.


Hampir satu jam berlalu, peluh sudah membasahi, bukan Ruby saja. tetapi juga Lisna dan Daren yang tak hentinya menyemangati Ruby. Menuntun Rubu untuk mengatur pernafasannya, menarik nafas dan menghembuskanya.


"Huuh...huh..huh..hnnnn...huh...huh..hnnnn...!" Ruby mengejan dengan kuat.


"Bagus Nona Ruby! sedikit lagi! kepalanya sudah terlihat!" seru Dokter Daren, “suster siapkan airnya!” lanjutnya memerintahkan suster untuk mengambilkan air.


Lisna yang mendengarnya juga ikut senang, jantungnya semakin berdegup. Mengenggam tangan Ruby dengan erat berharap dapat menyalurkan sedikit kekuatan untuk membantu Ruby yang sudah tidak karuan.


"Aaaakh! Hnnnn...aaaakkh!"


"Bagus Nona Ruby! satu dorongan lagi! Iya terus! Sedikit lagi!"


"Haaaaannnnnhhhhhhh! Aaaaaaarrghhhh!”


"GOOOLLLL!" teriak pemuda berambut durian didepan layar LED yang menampilkan lapangan hijau, gawang, beberapa pemain bola berseragam biru yang bersorak-sorak bersama penonton ditribun lapangan. Pemuda itu merentangkan kedua tangannya keatas melakukan selebrasi.


"Ah sial!" umpat Arslan, melempar stick playstasionnya asal.


"Ahahahaha...kau kalah lagi! kemarikan hadiah taruhannya!" pinta Aga, menagih bahan taruhan yang mereka janjikan.


"Kita main lagi!, aku tidak akan kalah!" timpal Arslan tak mau kalah.


"Kita sudah main 5 kali, dan kau kalah brengsek! Sudahlah kemarikan barang yang kau janjikan!"

Dengan malas Arslan berjalan ketempat tidur Aga, mengambil sebuah benda dari tasnya. Sebuah patung, lebih tepatnya action figure Lionel messi original dari negara dimana club Barcelona berasal, dan itu hanya dibuat sebanyak 10 buah.


Menyeringai penuh kemenangan, mengetahui sebentar lagi benda yang diinginkanya sejak dulu akan menjadi miliknya. Sementara Arslan masih enggan memberikan benda yang didapatkanya waktu liburan ke spanyol harus menjadi milik sahabat yang dianggapnya bodoh itu.


"Kemarikan brengsek!" tak sabar Aga ingin memilikinya.


"Kita main lagi!" Arslan masih tak rela.


"Tidak mau! Kemarikan sekarang juga!”


---***---​


"Haaah..."


"Nnnnrrr...oeek! ooeek! ooeekkk!ennnrrrr...ooeeeekkk ..." makhluk kecil yang berada di tangan suster itu menangis keras, tubuh kecilnya bergerak-gerak masih penuh darah.


"Selamat Nona Ruby bayi anda laki-laki, sehat dan tampan," ujar Dokter Daren tersenyum senang.


Lisna juga tersenyum lega,Ruby juga terlihat lega dengan peluh yang membasahi wajahnya. Kejadian barusan terasa seperti mimpi, ia tak percaya telah melahirkan manusia dari dalam rahimnya. Ruby tersenyum pada Lisna, kemudian suster mendekatkan bayi mungil itu ke Ruby. Tapi kesadaran Ruby mulai menghilang, ia sangat lelah dan semua terlihat semakin menggelap.


"Ruby!" teriak Lisna khawatir melihat Ruby tak sadarkan diri.


"Tenang Nyonya, ia hanya pingsan. Biar suster yang merawatnya, dan kami akan membersihkan bayinya juga. Nyonya bisa istirahat dan menunggu diluar," kata Dokter meyakinkan Lisna lagi.


"Baiklah...tolong rawat cucu dan menantuku, aku akan menghubungi Suami dan besanku." Lisna meninggalkan ruangan bersalin, berjalan keruang tunggu untuk menelpon Julian suaminya.


Menekan tombol panggil dan menempelkan handphone ketelinganya, terdengar nada tunggu dari seberang sana.

"Lisna!" panggil seseorang yang baru saja akan ditelepon-nya, menghamipiri Lisna yang duduk sendirian.


"Julian!" seru Lisna sedikit heran bagaimana suaminya itu bisa menyusulnya.


"Tadi Jona yang mengabariku, maaf terlambat datang." Terangnya masih memakai pakaian kerjanya.


"Jona ya?" Teringat bahwa ia datang ketoko itu dengan Jona supir pribadinya, tentu saja Jona tau mereka ada disini. "Eh baguslah,” senyumnya lembut pada suami kesayangannya. “Um Julian sayang, kau pasti tidak percaya! cucuku sudah benar-benar lahir!" seperti teringat sesuatu, Lisna langsung menghambur kepelukan suaminya.


"Syukurlah, kau sudah melihat wajahnya? apa mirip Aga, atau Ruby?" tanya Julian antusias, sambil membalas pelukan istrinya.


"Sayang sekali aku belum melihatnya dari dekat, karena Ruby pingsan dan bayinya langsung dibawa keruanganya untuk dibersihkan, tapi yang kulihat sekilas rambutnya agak acak-acakan, sepertimu dan Aga! hihi..." Lisna tertawa geli sekaligus senang mengingat cucunya yang imut tadi.


"Hahahaha...benarkah? Aku tidak sabar untuk melihatnya, dimana ruangan menantu kita?" Julian tak sabaran mendengar cerita Istrinya.


"Baiklah ayo kita kesana, oh ya aku akan menelpon Aga dan Ayah Ruby terlebih dahulu," ucap Lisna melepaskan pelukannya dan membuka ponselnya lagi.


---***---​


Lisna membuka pintu dan memasuki ruangan bercat krem itu, ruang rawat Ruby. Ruang VVIP yang sudah dipesan sejak jauh hari oleh Lisna. Saat memasuki ruangan itu yang pertama kali terlihat adalah ruang tamu dengan tempat duduk berwarna senada dengan tembok, lalu disebelahnya sebuah mini pantry lengkap dengan kulkas dan meja makan. Sedikit berjalan kedepan baru akan ditemui Electric bed yang ditempati Ruby, dekat dengan jendela kaca besar. Ruang rawat itu lebih mirip jika disebut hotel berbintang.


Julian mengikuti istrinya, didapatinya Ruby tengah berbaring dengan pakaian pasien berwarna krem dengan gambar-gambar kecil boneka beruang. Mereka berdua tersenyum melihat menantu kesayanganya sudah terlihat normal.


"Kau sudah baikan Ruu?" sapa Lisna penuh perhatian, dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Ruby. Kemudian mendekati Ruby, mengusap rambutnya pelan.


"Selamat ya kau sudah menjadi ibu" ucap Julian disamping Lisna.


“Terima kasih Ayah Julian...” jawab Ruby tersenyum tipis, ia masih sedikit lemas. Menjadi ibu? Ruby tak percaya akan secepat ini, rasanya baru kemarin ia dinyatakan hamil. Dan kali ini ia benar-benar melahirkan seorang manusia. Tidak! Tidaaak! Hal ini membuatnya frustasi saja! ia tidak mau anak itu, anak hasil dari pemerkosaan! Hubungan yang sangat ia benci! Ruby tidak menginginkanya!


Krieeeetttt....


"Permisi... maaf menganggu Nyonya, Tuan." Seorang suster dengan baju dinas berwarna merah muda masuk kekamar, berjalan menggendong bayi mungil berselimutkan selimut yang pagi tadi dipilihkan Ruby kearah mereka bertiga. "Ini cucunya, sehat dan tampan,” Ucapnya saat berada didepan Lisna dan Julian. “Panjangnya 46cm dan beratnya 2,5kg," lanjutnya terlihat sangat ramah.


"Uwaaaghh...boleh aku menggendongnya suster?" tentu saja Lisna sangat antusias.


"Tentu saja Nyoya, tapi nona Ruby harus menyusuinya terlebih dahulu," kata suster cantik ber tag name Noela itu.


'Me-menyusui?' pekik Ruby dalam hati. Wajahnya tampak gugup, lagipula dirinya tidak sudi menyentuh bayi itu, darah daging Aga. Tidak! Ruby tidak mau!


Ruby melihat bungkusan bayi yang sudah ada didalam gendongan Lisna memalingkan wajahnya, menatap keluar jendela disamping kanannya. Bagaimana-pun Ruby tidak akan sudi menyentuh bayi itu, rasa geramnya tiba-tiba muncul membuat semua kenangan buruknya dan Aga kembali berlarian dibenaknya.


"Waahh...tampan sekali sayang... kau mirip sekali dengan Ayahmu," Lisna tampak begitu senang melihat cucunya.


"Benar dia tampan seperti kakeknya, bukankah begitu Ryuuki?" sahut Julian kepada cucunya yang telah ia carikan nama sejak jauh hari. Wajahnya benar-benar bahagia melihat makhluk mungil didekapan istrinya itu


"Kau ini sudah tua masih suka bercanda ya Julian!" ejek Lisna, kegiatan mereka sangat menyenangkan, bahkan sampai lupa kalau ada Ruby yang menahan air mata berada diantara mereka.


Entah apa yang Ruby rasakan, ia ingin sekali menjerit saat ini. Seharusnya ia berbahagia karena anaknya sudah lahir dengan selamat, tapi kalau itu berjalan normal seperti impiannya. Sayangnya semua ini tak pernah ia inginkan dari awal, menikah dengan pemuda yang memperkosanya dan sekarang harus merawat bayi yang tak pernah diinginkannya itu.


"Baiklah saya tinggal dulu ya Nyonya, Tuan. Pastikan Nona Ruby menyusui bayinya," pamit suster cantik itu mohon diri setelah menyerahkan bayi Ruby bersama Lisna.


"Iya suster, terima kasih sudah merawat cucuku ya," ucap Lisna ramah, lalu suster itu membuka pintu dan keluar. Kemudian perpapasan dengan kedua pria bermata sama didepan pintu, dan memberikan sedikit senyum ramahnya.


Kriiieeettt...


Pintu kembali terbuka, dan tak lama kedua pria bernama belakang Hanggoro masuk kedalam ruangan itu dengan aura khas mereka. Kuat dan tidak ramah, mereka hampir sama seperti keluarga Dermawan.


"Pak Hanggoro?!" Julian yang sedari tadi hanya menyentuh pipi gembil cucu digendongan istrinya itu sejenak menghentikan kegiatanya.


Ruby menoleh mendengar Julian memanggil nama ayahnya, dan tersenyum ketika melihat ayah dan kakak sepupunya datang.


Berjalan kearah Julian dan Lisna, diikuti Gary yang langsung menghampiri adik sepupu kesayanganya, memastikan Ruby sehat dan baik-baik saja.


"Pak Henri lihatlah cucu kita...sangat tampan!" seru Lisna bersemangat sambil menunjukan bayi mungil itu kepada Henri.


"Hahahaha... aku benar-benar tidak percaya akan dipanggil kakek secepat ini Julian!" tawa Henri sangat gembira setelah sekilas melihat cucunya, wajah yang biasanya datar itu kini menyiratkan kebahagiaan saat melihat makhluk digendongan Lisna itu menguap dengan bibirnya yang benar-benar mungil.


"Hahahahahaha...lihatlah dia menguap, lucu sekali! benar-benar tampan!" Julian juga tak kalah heboh diikuti Lisna dan Henri yang juga nampak sangat senang dengan bayi Ruby yang menggemaskan.


“Hahahaha....siapa namanya?” tanya Henri Hanggoro antusias.


“Namanya Lord Ryuki Nugraha, bagaimana pak Hanggoro nama yang bagus bukan?” jawab Julian tak kalah antusias, nama itu dia yang memilihkan sejak jauh hari.


“Hahahaha... iya nama yang bagus, tapi kenapa harus memakai nama belakang kalian, He? Kenapa tidak namaku?!” Henri sedikit tidak setuju.


“Apalah artinya pak Henri, tidak ada maksud apa-apa. Hanya saja Ayahnya kan Nugraha?” timpal Lisna.


“Aah... baiklah, yang penting aku senang cucuku lahir dengan selamat!”


Ruby menghela nafas dalam-dalam melihat orang tuanya sangat sibuk dengan bayi yang baru saja dilahirkanya. "Bahkan Ayah tidak menanyakan keadaanku Kakak..." keluh Ruby melihat sayu Gary yang duduk disamping ranjangnya.


"Mereka sangat senang Ruu, bukankah kau juga begitu?" tanya Gary mengusap-usap lembut kening Ruby.


"Entahlah..." jawab Ruby malas.


"Ruu, lihatlah putramu tampan sekali seperti Aga," ujar Lisna yang seperti baru mengingat bahwa cucunya seharusnya bertemu dengan Ibunya terlebih dahulu. Berjalan mendekati Ruby, dan Ruby kembali memalingkan wajahnya. Tidak sudi menyentuh bayi itu.


Wajah bahagia Lisna berubah kecewa melihat Ruby seperti itu, tidak menerima putranya. "Ruu...kau harus menyusuinya," pinta Lisna berdiri disamping Ruby. "Hei lihatlah Ruu...kau tidak maukah melihatnya?" lanjut Lisna membujuk


"Tidak Ibu, aku tidak mau," cicit Ruby lirih tanpa melihat Lisna.


Henri dan Gary hanya diam, mereka yang tadinya juga tidak terlalu perduli dengan bayi Ruby mulai khawatir Ruby menolak bayinya. Meski mereka tau perasaan Ruby, tapi setelah melihat wajah tak berdosa bayi mungil itu Henri berubah pikiran, seketika ia benar-benar sangat menyayangi cucunya itu dan berharap Ruby mau menyusuinya.


"Ruu? lihatlah bayimu, dia ingin merasakan hangat tubuhmu. Gendonglah walau hanya sebentar," pinta Henri membuat Ruby melebarkan iris emeraldnya yang sayu. Bahkan ayahnya malah menyuruhnya menerima bayi itu, tidak!


“Ruu... Ibu mohon susui bayi Ryuki walau hanya sebentar,” pinta Lisna memelas.


“Aku tidak mau Ibu!” tolak Ruby. Wajahnya benar-benar muram saat itu.


“Oeeeee....ooeekk...hiks...”


“Sssssh.... diam sayang, ssshh... sayaang... cucu Oma..” Lisna menimang pelan bayi Ryuki digendongannya. “Ruu... ibu tau kau tidak suka pada Aga, bahkan mungkin kau sangat membencinya melebihi apa yang kita lihat. Tapi kau tau, bayi ini tak mengerti apa-apa. Dia tidak pernah berdosa apapun padamu, dia suci. Bagaimanapun dia suci meski cara ia ada dengan jalan yang buruk, Ibu mohon padamu Ruu sekali saja biarkan dia merasakan hangat Ibunya.” Bujuk Lisna panjang lebar.


Bagaimanapun Ruby tidak sudi! Tetapi jauh didalam lubuk hatinya Ruby tetaplah seorang ibu kandung. Ibu yang mengandung bayi merah itu selama 8,5 bulan, dan bayi itu tidaklah berdosa benar kata Lisna. Bayi itu butuh kasih sayang Ibunya, begitu juga sebaliknya. Seperti Ruby yang sangat menyayangi ibunya, butuh ibunya. Menyadari itu semua, Ruby menoleh kearah Lisna. “Hanya sekali!” ucap Ruby menyerah.


TBC​


Author Note : Holaaa... gimana chapter ini? Maaf kalau tidak memuaskan, saya juga kurang dpt feelnya. umm saya tadi ngetik banyak tapi sengaja dipotong. Hehehe... soalnya kalau diterusin bengkak banget, okedeh segini dulu deh... tinggalin komentar yaaa... ^^ biar semangat update lagi...
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
mantap..
semakin panjang jalannya..
makin penasaran nunggu penyesalan seorang aga..
benang merah tersusun rapi,tiap tokoh punya karakternya masing2..
jgn bosan tuk melanjutkan subo..
 
Yap, si Aga,, istri mempertaruhkan nyawa namun dua asik nge-game ria,, :galak:

Feel melahirkannya koq kurang nendang yap?? Gimana saat wanita melahirkan, kebahagiaan yg ditunjjukin kluarga juga seperti alakadarnya.


Maaf jika ada kata2 yg kurang berkenan.
 
Ayo sist. Lanjut lagi...
 
iiihhh....thu si aga suruh netehin aja sis....tau istri lahiran malah main ps....
Ambil kursi dulu sambil nunggu up lgi..jangan lama2 y sisi kalo bisa dobelup..
 
Telat bacanya nih, baru tau dramanya sangat menarik, sedikit masukan waktu bagian melahirkan feelnya kurang dapat, pengambaran suasanya masih kurang dikit mungkin karena ts lom pernah melahirkan ya, :) tp overall mantap bgt ide nya ama eksekusi ceritanya. maaf kalau kurang berkenan atas kritik dr pembaca sok tau ini,semoga semakin semangat berkarya
 
Si aga payah nih malah maen game...,,ayoo ruby kamu pasti bisa jadi ibu yg baik..,,semangat..,,ditunggu apdate na ya sis...,jangan lama" looh...
 
Kayaknya bakal jadi tugas ryuuki yg nyatuin aga dan ruby ini
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
masak sih segitu nya walau g ingin pnya bayi tapi g segitu juga kali . terlalu kejam buat seorang ibu g mau nenen in bayi nya. perjuangan 9 bulan buat ngandung dengan sakit yang tiba2 apalagi waktu konstraksi. minimal ada rasa haru waktu lihat anak yang dah dilahirin, harus e sih seneng. kecuali cewek g normal. tapi dari background keluarga sih harus nya ruby g segitu nya.

aga... mati aja deh. pengalaman nungguin istri melahirkan tu bener 2 pengalaman yang luar biasa. ikutan ngrasain sakit nya istri buat ngeluarin si kecil, kringetan kayak abis lari muterin lapangan, dan waktu si kecil keluar rasannya legaaaaa luar biasa. kaki ku langsung lemes plus bersyukur. pokok nya pengalaman yang, heboh

ah panjang bgt. maaf ya ini cma pengalaman seorang ayah. :D
pokok e lanjut ke ya jeng : jempol:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd