Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Buah Dari Masa Depan by Nona Violet

Keren sis... detail dan romantisme nya dapat banget. Udah kayak nonton film.korea.
Untuk aga, jadi manusia yg beradab dikit dong. Katanya dri keluarga terpandang.
Buat ruby, kemari aja neng,biar si bodoh g mau.ngurus eneng, akang siap kok ngurus eneng. Tp bu lisna nya juga ikut y.. sekaliam sama.evelyn.
:beer:
Aaiihhh film korea, pdhl jarang nntn palingan Cuma Meteor garden versi korea ituh... hehe..
Heei...
4d6161fd.gif
maruk banget deh... satu aja situ suster yg bantu lahiran Ruby. hihi...
069.gif

Selamat ya Ruu dah lancar lahirannya walau blum genap 9 bulan, yg pnting c Ryuki sehat. Konflik d hati Ruby kayaknya bkalan menjadi2 nih, cos d satu sisi naluri seorang ibu berperan, sdangkan d sisi yg lain rasa benci kpda c Aga yg mkin berkobar.. Mgkinkah egoisme c Aga akan kalah dan mulai mencoba berbaikan dngan Ruby stlah khdiran c Ryu?? Hanya sist Vio yg tau, ane mah nyantai aja d pjokan smbil "ngekepin" tante Lisna d pjokan..:D

#semangat terus sist Vio, maaf bru bisa mampir lg..:semangat:
Mari kita saksikan setelah pertarungan Goku vs Sun go kong rebutan awan kinton :v hahaha...
Eh tante Lisna tuh selingkuhannya siapa sih dimari, perasaan pada napsu sama di e :v haha...
:jempol:
Kereen sis.. Feeling seorang ibu setelah nyusuin anaknya pasti keluar..
:pandajahat:
Ss tante lisna udah dibikin sis??

Ciieeegitu yah :-p
Aaaaa.... tante lisna belom :"( tungguin yaa...
 
:haha: ternyata bnyak fans nya Tante Lisna ni,,

Tante Lisna ooh Tante, kapan kita bsa ketemu..
:sayang:
 
Aaiihhh film korea, pdhl jarang nntn palingan Cuma Meteor garden versi korea ituh... hehe..
Heei...
4d6161fd.gif
maruk banget deh... satu aja situ suster yg bantu lahiran Ruby. hihi...
069.gif


Mari kita saksikan setelah pertarungan Goku vs Sun go kong rebutan awan kinton :v hahaha...
Eh tante Lisna tuh selingkuhannya siapa sih dimari, perasaan pada napsu sama di e :v haha...


Ciieeegitu yah :-p
Aaaaa.... tante lisna belom :"( tungguin yaa...
Ga maruk sis, kan kasian klo ru na nangus, g ada tante lisna vuat nenangin. Heheeheh
 
Sebarin polusi dulu sambil nunggu updatetan :papi:
 
Calm down sist, jangan merasa terbebani dngan tuntutan apdet + tuntutan ssnya tante Lisna yah.. Kami sbgai pembaca slalu sbar menanti koq..:banzai:

#tapi jangan sampe lewat 1 minggu ya sist Vio, cos goku aja dlu minimal seminggu sekali dah apdet..:p
 
Awalnya sih cuman penikmat cerita aja sih , tapi begitu baca ini thread langsung pengen comment
Alus banget alur nya mba vio :jempol:
Poko nya top deh cerita nya dari mba vio ini :banzai:
 
sad ending atau happy ending kurasa gak masalah subo,yg penting jalan ceritanya...
dan sejauh ini,aq perhatikan jalan ceritanya bagus,gak ada kesan paksaan dan mengalir..
mdh2n saja ending nya sehalus alur ceritanya..
cuma yg jadi mslh,mumpung naruto maen nya msh ntar sore,gmn kalo up skrg??
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ikut nunggu pengen liat gmana si aga dan ruby ngurus si ryu sist
 
Heheh.. Kyk novel Karmila versi Korea neh.. Update.. Update..
 
4211440.gif
11143499_991185794239240_7590498330736872297_n.jpg

Ruby tidak sudi! Tetapi jauh didalam lubuk hatinya Ruby tetaplah seorang ibu kandung. Ibu yang mengandung bayi merah itu selama 8,5 bulan, dan bayi itu tidaklah berdosa benar kata Lisna. Bayi itu butuh kasih sayang Ibunya, begitu juga sebaliknya. Seperti Ruby yang sangat menyayangi ibunya, butuh ibunya. Menyadari itu semua, Ruby menoleh kearah Lisna. “Hanya sekali!” ucap Ruby menyerah.


Lisna tersenyum lega mendengarnya. "Baiklah hanya sekali,” jawab Lisna tersenyum dan Ruby bangun kemudian duduk diranjangnya. "Lihatlah bayimu...," Lisna menyerahkan bayi Ryuki ketangan Ruby dengan pelan, ia terlihat gugup dan takut saat menerima bungkusan itu. Dan dalam hitungan detik tubuh ringkih bayi itu sudah ada didalam rengkuhannya.


Ruby membulatkan iris hijaunya saat atensinya menangkap wajah tak berdosa itu tertidur digendongan tangannya. Makhluk kecil yang kini ada didalam dekapanya itu bernafas dengan sangat teratur, mata kecilnya terpejam, hidungnya mungil mancung seperti Aga, bibirnya juga mungil merah menggemaskan, kulitnya putih seperti kulitnya dan rambutnya itu seperti Aga. Meski dia masih bayi Ruby tau rambut itu nantinya akan sama seperti Aga, susah diatur dan acak-acakan.


Sedetik kemudian mata Ruby berkaca-kaca, entah kenapa ia merasa begitu kejam terhadap bayi yang baru dilahirkannya itu. Tersenyum tipis lalu menyentuh pelan pipi gembil yang tampak menggemaskan, bayi kecil Ruby bergerak pelan, mungkin kegelian merasakan sentuhan jari Ruby dipipinya. Lalu berlahan mata kecil itu bergerak-gerak kemudian terbuka, menampilkan iris safir yang begitu indah sama seperti ayahnya.


Ruby sedikit terhenyak melihat pemandangan indah didepannya, rambut dan mata indah itu milik Aga. Iya, bayinya sangat mirip Aga. Untung saja kedua alisnya yang tebal tidak dibawa Ryuki juga, kalau tidak putranya pasti akan sangat mirip pria yang menghamilinya itu.


Ruby kembali tersenyum saat kedua pasang safir mungil itu memandangnya penuh kasih. Ia benar-benar merasa sangat berdosa menolaknya beberapa saat yang lalu. Perlahan airmatanya meleleh dipipi mulusnya, sementara Lisna dan Julian saling bertatapan senang melihat menantu mereka menggoda bayinya. Henri dan Gary Hanggoro juga terlihat lega melihat Ruby.


"Uugh..." bayi Ruby menggeliat pelan.


"Hei? kau sudah bangun pangeran mungil?" sambut Ruby, mendekatkan hidungnya kehidung Ryuki mencium aroma bayinya. Masih sedikit berbau amis memang, itu khas bayi baru lahir tapi itu sangat menyenangkan. “Kau tampan sekali...” Ruby menciumnya penuh kelembutan dan kasih. "Ryuki...a-anak Ibu...maaf..." ucap Ruby menangis sambil mendekap bayi mungil itu. Seketika Ruby melupakan kebenciannya terhadap bayinya, perasaan itu berubah menjadi perasaan yang sangat bahagia. Perasaan sayang yang teramat sangat, bahkan Ruby belum pernah merasa sesayang itu pada siapapun. Ruby merasa sangat bodoh dan tidak berperi kemanusiaan karena telah menolaknya tadi, kalau boleh ia mau memukuli dirinya sendiri karena sudah menolak bayi-nya sendiri. Tapi Ruby yakin, semua orang diruangan itu pasti akan mencegah, lalu sekarang sudah diputuskan bahwa Ruby akan menyayangi Ryuki, melindungi Ryuki dari apapun.


Lisna yang melihat pemandangan itu juga meneteskan airmatanya, merasa lega dan sangat bersyukur. Lisna tau Ruby adalah wanita yang baik, tidak mungkin dirinya tega menyia-nyiakan Ryuki. "Ruu susui Ryuki sebentar," pinta lisna sambil menghapus airmata dipipinya dengan tangannya sendiri, membuyarkan kegiatan Ruby yang menimang bayinya.


"Me-menyusui?" Ruby terhenyak, bagaimana caranya ia tidak tau. Dan setaunya menyusui itu kegiatan bayi menghisap puting Ibunya, Ruby takut pasti rasanya geli. Ruby ingat betul rasanya dihisap puncak dadanya saat itu oleh Aga dan itu memalukan sekaligus sangat geli. Ruby takut.


"Iya kata suster, Ryuki tadi hanya minum susu yang diambil saat kau pingsan. Jadi sekarang kau harus menyusuinya secara langsung," terang Lisna menjelaskan. Sedangkan Ruby hanya memasang wajah kikuk, "Ibu akan menemanimu, tenanglah... bayi akan jauh lebih sehat kalau minum Asi," lanjutnya mengerti kegalauan Ruby yang pertama kali harus menyusui.


"Dan... seharusnya para pria meninggalkan ruangan ini sebentar saja, karena Nona muda Nugraha akan menyusui bayinya," ujar Lisna sedikit bercanda, tersenyum kearah ketiga pria dewasa yang masih berdiri disana.


"Hahaha...baiklah tentu saja kami akan keluar, pak Henri, Gary sebaiknya kita menunggu diluar saja, mari mengobrol disana," ajak Julian, lalu berjalan meninggalkan kamar diikuti Henri dan Gary.


Sepeninggalan Julian, Henri dan Gary hanya ada Lisna dan Ruby diruangan VVIP itu, segera Lisna mengajari Ruby bagaimana cara menyusui putranya dengan benar.


Setelah membuka sedikit kancing baju pasiennya, Ruby dibantu Lisna tampak meringis kesakitan saat Ryuki mulai menghisap puncak dadanya. Lisna hanya tertawa cekikian melihat Ruby matanya berair menahan sakit, ia tahu betul rasanya. Memang sakit sekali saat pertama kali menyusui bayi karena lidah bayi begitu kasar, bahkan lebih sakit daripada terkena gigi Julian saat mereka bercinta. Hah, apa yang dipikirkannya.


"Sshh...aawh sakit Ibuuu," rengek Ruby mengernyitkan dahinya.


"Hehehem..heem... sabarlah, kau tau? Semua ibu merasakan ini," ujar Lisna.


"Benarkah? apa Ibuku dulu juga begitu waktu menyusuiku?"


"Hahahah...tentu saja," jawab Lisna bersemangat sambil membenarkan kepala Ryuki didekapan Ruby agar membuat bayi yang mulai tertidur itu semakin nyaman.

---***---​


"Maaf Pak Julian, sampai selarut ini aku tidak melihat Aga datang kemari," Gary yang sedari tadi tidak melihat adanya Aga menemani Ruby bertanya.


Menyeruput kopinya yang sudah mulai dingin, kemudian meletakan dimeja lagi dan menimbulkan dentingan kecil. "Aku sudah menghubunginya, tapi Aga tidak mau datang," terang Julian menyiratkan penyesalan. Henri dan Gary langsung menajamkan tatapan mereka tanda tidak suka.


"Tch! Anakmu itu benar-benar pengecut Julian!" tanggap Henri kecewa, "seharusnya dulu aku benar-benar membunuhnya!" lanjutnya terlihat marah.


"Maafkan kami Pak Henri, kami mencoba mengerti keadaan ini. Aga juga Ruby masing-masing masih labil, mungkin Aga tidak bermaksud mengacuhkan Ruby, tapi..." jawab Julian mencoba memberi pengertian kepada besannya.


"Aku benar-benar merasa terhina oleh kelakuan anakmu!" emerald Henri menatap Julian tajam, sementara Gary juga memasang wajah tak sukanya.


"Sebaiknya perceraian mereka dipercepat saja paman," pinta Gary serius, bahkan Julian tampak terkejut dengan pernyataan Gary itu. "Tidak usah menunggu bayi Ruby berumur tiga bulan atau lebih, aku tidak mau adikku lebih lama tersiksa!" putusnya tegas.


"Sabarlah nak Gary, setidaknya biar Ruby pulih dahulu dan putranya siap ditinggalkan olehnya," jawab Julian berusaha tidak terbawa suasana panas yang ditimbulkan keluarga Hanggoro.


"Siapa bilang Ruby akan meninggalkan putranya? Dia akan membawa serta putranya tinggal bersama kami! Tentu saja setelah mereka bercerai!" pernyataan Henri itu membuat Julian semakin tak percaya. Bukankah perjanjian sebelumnya setelah mereka bercerai anak Ruby akan dirawat Lisna, tapi mengapa Henri begitu saja ingin membawa serta Ryuki.


"Ta-tapi Pak Henri perjanjiannya buk-"


"Aku berubah fikiran!" Henri memotong kalimat Julian, "Kulihat Ruby terlihat senang berada dekat dengan putranya, begitu juga denganku. Aku ingin merawat cucuku, cucu yang lahir dari rahim putriku!" lanjutnya. Itu keputusannya, tidak peduli penolakan atau apa, Henri akan mendapatkan apa yang diinginkannya, tidak boleh ada yang menghalanginya.


Sesaat suasana panas penuh ketegangan imemenuhi kantin private dengan meja bundar berisi tiga pria kalangan atas itu. Tidak ada lagi yang mau membuka suara membuat suasana semakin terasa tegang.


Julian yang memang terkenal pria kalem diantara semua koleganya enggan meladeni Henri. Bahkan Julian tau walau Henri begitu profesional dalam hal bisnis tapi pria dengan tatapan membunuh itu memiliki ego yang tinggi kalau sudah menyangkut harga dirinya, apalagi ini menyangkut puteri kesayangannya. Julian memilih diam dan mengalah.


---***---​


"Ayah dan Ibu lama sekali, padahal sudah larut malam begini,"Aga mondar-mandir dengan gelisah dikamarnya, sesekali melihat jam berwarna hitam yang melingkar ditangan kirinya, wajahnya juga tampak kusut ditambah rambutnya yang susah diatur.


"Kenapa kau tidak menyusulnya saja, dasar bodoh!" jawab Arslan yang seakan tidak ada bosannya bermain ps sejak siang. Sementara Aga yang sudah bosan bermain memilih mondar-mandir menunggui orang tuanya.


Lelah menunggu, Aga merebahkan tubuhnya ditempat tidurnya yang luas, beberapa kali memantul pelan. Menatap langit-langit kamar yang dipenuhi logo batman, pikiranya tidak fokus setelah mendengar Ruby melahirkan siang tadi, bahkan ia telah dikalahkan 5 kali oleh Arslan.


Pikiranya terus melayang, bertanya-tanya apa Ruby baik-baik saja? Apa bayinya tidak apa-apa, dia pernah membaca sebuah artikel diinternet bahwa melahirkan itu sakitnya teramat sangat sampai menjalar keseluruh tubuh, selain itu melahirkan juga mempertaruhkan nyawa. Sekali lagi apa Ruby tidak apa-apa? bagaimana dengan bayinya?. Kasihan Ruby, setiap hari selalu diejek gendut dan dijahili, sekarang dia harus merasakan sakitnya melahirkan gara-gara dirinya? apa sebaiknya ia menengok Ruby? tapi bagaimana, Aga malu tak siap bertemu Ruby apalagi bayinya.


"Hei bodoh! kau melamun apa?" merasa tidak ada gerak-gerik dari sahabat yang biasanya selalu berisik itu membuat Arslan mempause permainannya, menoleh ketempat Aga terbaring ditempat tidur dibelakangnya, menyadari sahabat jabriknya itu sedang memikirkan sesuatu.


"Ah, aku hanya memikirkan keadaan Ruby, apa dia baik-baik saja, apa bayinya juga baik-baik saja?" Aga memejamkan matanya, pernyataan yang terlontar dari mulutnya itu sama sekali tak disadarinya.


Arslan tersenyum tipis mendengar pengakuan Aga, yaah paling tidak sahabat yang dianggapnya bodoh itu sedang menghawatirkan anak dan istrinya meski tanpa tindakan apapun.


Lalu Aga bangun dan duduk dikasurnya, mendapati Arslan tersenyum dengan tatapan mengejek. "Kenapa kau tersenyum begitu?!" seru Aga tidak suka ditatap Arslan dengan tatapan yang menurutnya menggelikan.


"Tidak, hanya saja aku sekarang mengerti kalau kau menyukai Ruby," jawabnya santai, sementara Aga tampak kaget.


"Apa?! memangnya apa yang baru saja aku katakan?"


"Kau bilang kau merindukan Ruby!" jawab Arslan bohong.


"He?! Tidak...tidak! kau pasti salah dengar dasar brengsek! bodoh!" kelaknya, dan hal itu malah membuatnya terlihat salah tingkah tak karuan.


"Haahahaha... kau mengatakanya tadi! dan aku jadi tau kalau kau mondar-mandir sedari tadi bukan karena menunggu paman dan bibi, tapi karena kau menghawatirkan Ruby dan bayinya."


"Heee ... jangan sembarangan dasar brengsek!"


"Hahah! sudahlah akui saja bodoh!"


"Aku tidak begitu!" balas Aga masih berusaha membela diri, kemudian kembali diam dan berfikir. "Tapi benarkah?" Aga seketika melompat dari tempat tidurnya dan duduk disamping Arslan dibawah. "He?? jangan katakan pada siapapun tentang ini ya!" tatap Aga kepada Arslan serius. "jalau tadi aku memang mengatakan merindukan Ruby itu hanya bohong! mungkin lidahku keseleo!" kilahnya.


"Memangnya kenapa?" tanggap Arslan kembali santai.


"Aku malu kau tau, dan bukannya kau juga tau kalau aku tidak menyukainya!"


"Benarkah begitu? jadi sekarang kau bahagia ya karena sebentar lagi akan bercerai dari Ruby, begitu?" Arslan kembali membuat game di layar LED itu berjalan.


"Eh?" raut wajah pria berkulit pale itu seketika berubah terkejut, ia ingat perjanjianya waktu itu. Ia ingat mereka akan bercerai setelah Ruby melahirkan.


"Benarkah kau senang tuan muda Nugraha yang terhormat?" tanya Arslan dengan senyum tipis yang tak disadari Aga.


"Eee... tentu saja kan," jawabnya nyengir kuda, meski senyum lebar yang menjadi ciri khasnya itu tampak dibuat-buat.


"Kau bahagia?" entah kenapa kali ini Arslan yang mempunyai penyakit sariawan kronis karena tidak mau banyak bicara itu terkesan cerewet dari sebelumnya.


"Aku tidak tau," jawab Aga singkat sambil mengambil stick Playstationnya. "Kau tau? kalau aku dan Ruby bercerai tidak ada lagi yang bisa aku goda kan? Dan tidak akan ada lagi yang memukulku saat aku memanggilnya gendut. Hahaha begitu kan, meski menyebalkan tapi aku jadi tidak terlalu kesepian dirumah ini kalau ada Ruby." jawab Aga sengaja membuang tatapannya kedepan TV-nya.


"Jadi? kau akan tetap bercerai? atau mempertahankan pernikahanmu?" lanjut Arslan melirik Aga disampingnya.


---***---​


Pagi kembali menyapa, udara yang lumayan dingin dipagi itu membuat sang Nugraha muda malas untuk bangun. Bahkan selimut tebalnya masih memanjakannya untuk tidur dibawahnya dengan tampan.


Pintu kamarnya dibuka seseorang, dan berlahan mendekati Aga yang masih memeluk guling kesayangan. Mengusap kepala jabrik sang anak, memperhatikan wajah tampan yang sangat mirip denganya.


"Aga bangunlah," sentuh sang ayah dipundaknya. Ayah yang kini telah menjadi kakek.


Aga tetap tidak bergeming, Aga memang susah bangun, itu juga sifat yang dimiliki Julian. Bahkan Lisna harus menggodanya dengan sedikit nakal hanya untuk membuat Julian mau bangun pagi.


"Hei bangunlah!" seru Julian mengguncang-guncang tubuh Aga. "Dasar anak bandel! pantas saja Lisna sering mengomelimu ya!" seakan lupa dengan sifatnya sendiri, padahal mereka hampir mirip kalau masalah susah bangun.


"Nggh.." menyingkirkan tangan ayahnya yang sedari tadi mencoba membangunkanya.


"Bangun Aga! temani Ibumu dirumah sakit!"


"Hoooamh... kerumah sakit?" Aga menguap lebar, membuka matanya, mendengar kata rumah sakit. Ia baru ingat bahwa Ruby melahirkan dan Ibunya menungguinya semalaman.


"Iya, nanti sore Ruby dan bayinya sudah boleh pulang, jadi sekalian kau jemput mereka karena Ayah ada pertemuan dengan klien dari luar kota.


"Baiklah...aku berangkat nanti," jawab Aga masih memeluk gulingnya.


"Oh iya Ayah beritahu sesuatu padamu," lanjutnya tersenyum senang. "Putra Ruby sangat mirip denganmu," lanjut Julian.


Mendengar itu Aga membuka matanya. "Ah... benarkah?" berbalik menatap ayahnya, "baguslah kalau begitu Ayah, itu artinya Ruby tidak tidur dengan pria lain kan?" cengirnya senang.


"Memangnya kenapa kalau Ruby tidur dengan pria lain? kau cemburu? tidak rela?" Goda Julian pada Aga.


"Ah Ayah ini bicara apa sih." jawab Aga tak berminat.


"Kau terlihat senang, bukankah dulu kau sangat berharap Ruby hamil dengan pria lain? Jangan bilang kalau kau mulai menyukai Ruby ya?" pria yang mempunyai rambut yang sama dengannya itu masih menggoda, wajahnya terlihat konyol kalau begitu.


"Ayaaahhh hentikan jangan menggodaku seperti itu! Aku tidak mungkin menyukai Ruby!" jawabnya mengelak. Padahal terdapat semburat merah dipipinya.


"Hahaha... kau lucu sekali ya, seperti gadis yang jatuh cinta. Malu-malu begitu, ternyata Arslan benar ya," seakan tak puas Julian masih menggoda puteranya, wajahnya menyelidik geli melihat Aga pipinya merah dengan bibir mengerucut.


"Memangnya Arslan bilang apa?! dasar! tidak kusangka Dermawan satu itu suka bergosip!" Aga berusaha mengalihkan perubahan sikapnya yang malahan membuatnya semakin kentara bahwa dia salah tingkah.


"Ahahaha..." Julian menggaruk belakang kepalanya, "Arslan tidak bilang apa-apa, hanya saja tadi pagi dia buru-buru pulang setelah kau mengigau menyebut nama Ruby sambil memeluk Arslan."


"Apa!" Melonjak dari tidurnya, "tidak! menjijikan! pasti itu tidak benar! si brengsek pantat ayam itu pasti bohong!" Aga membela dirinya sebisa mungkin, kali ini dia benar-benar dipermalukan oleh Arslan didepan Ayahnya sendiri, dasar Dermawan brengsek!


"Hahaha... sudahlah, Arslan tidak suka berbohong sepertimu, Ayah tidak menyangka kau bisa juga jatuh cinta," ejek Julian bersedekap dan ekspresi ayahnya membuat Aga semakin salah tingkah juga jengah.


"Sudahlah Ayah jangan menggodaku seperti itu!" mengerucutkan bibirnya. Pipinya yang telah memerah sedari tadi semakin memerah sempurna mendengar Ayahnya sangat jahil pagi itu.


"Hahahaha... ya sudah cepatlah bergegas, Ibu sudah menunggumu." Mengusap kepala durian Aga, kemudian berdiri meninggalkan putera satu-satunya itu.


"Baiklah...baiklah...aku bangun"



---***---​


Aga berjalan tergesa-gesa, lebih tepatnya berlari kecil dikoridor rumah sakit mewah dengan dominan warna biru itu. Manik safir indahnya sesekali melihat jam berwarna hitam ditangan kirinya, mengumpat karena ruangan yang dicarinya tidak juga ditemukan. Sementara ponselnya tak berhenti berdering sedari tadi, enggan menjawab karena pasti hanya omelan yang akan didengarnya. Tapi kalau difikir bukankah itu lebih baik? setidaknya setelah dimarahi ia bisa bertanya dimana kamar Ruby berada.


Merogoh ponsel pintar seri terbaru yang baru dibelinya satu minggu yang lalu dari saku celana jeans Armani kesukaannya, lalu menempelkan layar ponsel ditelinganya setelah sebelumnya mengusap kekiri layar ponsel itu untuk menerima panggilan.


"Iya Ibuuuu..." raut wajah tampan itu terlihat pasrah bersiap menerima bentakan dari Lisna. "Aku sudah sampai, hanya saja aku tersesat," jawabnya lagi, lalu diam untuk beberapa saat mendengarkan suara ibunya yang entah bilang apa, "Iya aku memang bodoh, sekarang dimana kamarnya?" Aga mengerucutkan bibirnya bosan. "Baiklah baiklah.." menghela nafas lalu memasukan hpnya kesaku lagi.


Tanpa menunggu lebih lama pemuda yang hari itu menggunakan polo shirt Ralph Laurent berwarna merah itu berjalan lurus dan berbelok kekanan. Setelah sekitar 3 menit akhirnya menemukan kamar yang dia cari.


Memegang gagang pintu berwarna putih dan membukanya.


'Kriieeett...'


Melongokan kepala jabriknya yang tidak pernah rapi. Langsung disambut suara Ibu berambut indahnya. "Masuklah jangan seperti pencuri!" yaaah... sedikit ragu memang kalau langsung masuk.


Saat Aga masuk dan menuju ruang rawat Ruby yang pertama kali didapatinya ketika memasuki kamar itu adalah ibunya yang sedang mengemasi beberapa barang, dan tentu saja Ruby yang sedang mendekap bungkusan mungil diranjangnya.


Wajah Ruby cerah sekali, rasanya sangat lama wajah itu tak Aga lihat, padahal baru kemarin ia tidak bertemu Ruby. Tapi kata orang, wanita yang habis melahirkan itu memang kecantikannya bertambah 100%, entah itu betul atau tidak yang jelas Ruby benar-benar cantik saat itu.


"Ha-hai gendut," sapa Aga canggung, tetapi Aga berusaha sesantai mungkin seakan tidak ada perasaan apa-apa. Padahal semalaman kepala duriannya itu dipenuhi bayangan wanita yang saat ini terlihat mengabaikannya. Ruby sendiri sebenarnya ingin berteriak seperti biasanya, namun enggan menanggapi karena tidak mau mengagetkan makhluk yang sedang tidur dengan nyaman didekapanya.


Merasa lega melihat Ruby sepertinya baik-baik saja, tapi kemudian merasa diacuhkan dan membuatnya canggung. Aga memilih mendekati Ibunya yang berdiri agak jauh dari ranjang Ruby, lebih tepatnya didepan ranjang Ruby yang sepertinya adalah ruang keluarga, karena disana hanya terdapat satu sofa memanjang yang dipenuhi beberapa barang bawaan Lisna.


"Sayaaang... jangan ganggu Ruby," ujar Lisna yang melihat Aga mendekatinya.


"Tidak, aku hanya menyapa," jawabnya. "Kenapa tidak menyuruh maid saja yang membereskannya bu?" tanyanya lagi melihat Ibunya tampak sibuk melipat baju-baju kecil Ryuki.


"Ibu hanya ingin merawat cucu Ibu sendiri! dan kenapa kau sangat terlambat menjemput kami, ha?! Kau pikir ini jam berapa!" bentak Lisna menjawab sekaligus bertanya pada Aga yang duduk disofa itu dan menindih beberapa baju Ryuki.


"Maaf, tadi aku ketiduran lagi Ibuuu..." jawabnya malas-malasan, lalu mengambil satu celana kecil Ryuki dan mempermainkannya sambil mendengus geli.


"Itu punya cucu ibu!" Lisna melotot sambil merebut pakaian kecil Ryuki. "Kau memang selalu begitu terlambat bangun! tapi yasudahlah," Lisna mengalah kemudian memasukan pakaian Ryuki yang dilipatnya kedalam tas.


"Umm... bagaimana kalau kau menggendong putramu?kau tau wajahnya sangat mirip denganmu!" tawar Lisna yang terlihat sudah selesai merapikan barang bawaanya.


Sedangkan Aga tak menjawab dan melirik sekilas pada bayi didekapan Ruby. "Ngg...mu-mungkin nanti saja dirumah, sekarang ayo cepat pulang," jawab Aga ragu.


"Jangan! kau tidak boleh menyentuh Ryuki!" seru Ruby tiba-tiba, ternyata ia mendengar pembicaraan Ibu dan suaminya itu. "Kau tidak boleh menyentuhnya Aga!" ulangnya lagi.


Kening Aga berkedut, menoleh dan terpaksa menatap Ruby yang sedang menatapnya tajam sembari berkata. "Memangnya siapa yang ingin?! Aku juga tidak mau menggendongnya! bau ompol, menjijikan!" jawab Aga memiringkan bibirnya mencibir, sedangkan Ruby mulai membuka mulutnya. "Biar kau saja yang bau ompol sendirian!".


"Kkh-kaaau!" Ruby kesal diejek seperti itu, dia ingin membalas Aga.


"AGA! RUBY! HENTIKAN!" dan Lisna menatap tajam keduanya bergantian, lagi-lagi menghentikan kalimat yang akan terlontar dari bibir Ruby. Wanita setengah baya yang rutin fitnes itu tidak mau kedua anaknya bertengkar dirumah sakit.


"Berhentilah bersikap seperti itu, kalian sudah menjadi orang tua," lanjut Lisna serius, sementara Aga mendekapan kedua tanganya didada berpaling keluar jendela disebelah kanannya.


"Daripada kalian terus bertengkar disini, ayo kita pulang! memalukan saja!" ujar Lisna tegas, "Aga! Kau bawa tas itu, kau keluarlah dulu. Biar Ibu dan Ruby menyusul," perintahnya menunjuk kedua tas yang berisi pakaian Ruby dan Ryuki.


"Haaah... selalu saja dari dulu! Merepotkan!" keluh Aga lirih sambil bangkit dari duduknya dan mengangkat kedua tas pakaian itu.


"Kau sudah berani membantah Ibu?!" hardik Lisna melemparkan tatapan seramnya.


"Eh!" kaget dengan wajah konyolnya, "tidak-tidak...baiklah aku mengerti," jawab Aga tidak mau membantah.


Tanpa diperintah duakali Aga bergegas keluar kamar tanpa melirik Ruby begitu saja meninggalkan Lisna dan Ruby dikamarnya.


---***---​


Mobil Nissan GT-R berwarna silver milik keluarga Nugraha melesat dengan suara khas mobil sport karena empat knalpotnya, dikendarai putera tunggal mereka menyusuri jalanan kota Jekardha yang sudah mulai gelap. Lampu jalan juga papan-papan besar iklan sudah menyala menghiasi jalanan yang yang tak pernah sepi itu.


Mobil berisi Aga, Lisna dan Ruby beserta bayinya itu berjalan sedikit lambat tapi tak bisa juga selambat mobil yang lainnya, karena tentu saja ini bukan kebiasaan Aga yang lebih suka kebut-kebutan.


Siapa lagi kalau bukan Lisna yang sedari tadi tidak berhenti mengomel dan memarahi Aga jika mobil melaju sedikit kencang.


"Kapan sampainya, rasanya seperti naik kura-kura saja," geruto Aga tetap fokus menyetir menatap kedepan dengan tampang malasnya.


"Yang penting sampai dan selamat! Aku tidak mau cucuku menangis ketakutan karena kau menyetir seperti berandalan!" bentak Lisna sewot, ia duduk disamping Aga.


"Bukankah dia seorang pria? Pria tidak akan takut kalau hanya ngebut sepertiku Ibu," jawab Aga santai.


Bletak!


"Kau bodoh atau apa! dia itu masih bayi!" Lisna memukul kepala Aga tak sabaran.


"Aww! Ibuu kan sakit!" rengek Aga menggosok-gosok kepalanya yang panas, sementara Ruby hanya tersenyum mengejek melihat Aga dipukul seperti itu.


"Jangan memukulku seenaknya begitu Bu... kebiasaan buruk Ibu! aku kan sedang menyetir!" Protes Aga bersungut-sungut.


"Ahhahahahaha... maaf maaf sayaang..." Lisna mengusap-usap kepala jabrik itu dan meminta maaf, Lisna memang selalu begitu, gerak refleknya hampir selalu mencelakai Aga. Sering sekali.


"Bagaimana kalau tadi aku kehilangan keseimbangan?" gerutu Aga meneruskan acara marah-marahnya.


"Ah tidak akan, Ibu kan tau mana yang berbahaya dan tidak!" kilahnya ngawur, membuat keringat Aga menetes didahinya.


"Sok tau!" timpal Aga sebal.


"Hiik...ooeeek...hiks.hiks.hiks...ooeeekk.." Ryuki menggerakan tangannya terbangun, kemudian menangis. Mungkin sedikit kaget dengan suara Lisna dan Aga.


"Ssh...cup..cup..sayang kau bangun, ha?" Ruby mencoba menenangkan Ryuki menggoyangkan tubuh kecil itu pelan.


"Hei... kau bangun cucuku yang manis? maaf membangunkanmu..." Lisna menengok kekursi belakang dimana ada Ruby dan cucunya. "Sebentar lagi kita pulang kerumah sayaaang..." lalu mengusap pelan kepala jabriknya yang mirip Aga.


Sementara Aga merasa berdebar mendengar tangisan pertama Ryuki untuknya, ia melirik melalui kaca didepanya mencuri-curi pandang wajah Ruby juga berharap sedikit saja melihat wajah bayi yang disebut Julian dan Lisna mirip denganya.


Namun sayang, Ruby selalu mendekapnya dengan posesif, dan selalu saja topi bayi beserta selimut itu semakin menghalangi indahnya wajah Ryuki putranya.


Ryuki masih menangis dengan mata terpejam, padahal Ruby sudah mencoba menenangkanya. "Mungkin dia haus Ruu," kata Lisna yang memutar duduknya lagi demi menyentuh Ryuki yang masih menangis. "Biarkan dia minum, bayi memang begitu, sedikit-sedikit minum susu,"


Ruby membulatkan matanya seolah berteriak APA?! dalam hati, menyusui Ryuki? Ruby harus menyusui Ryuki sementara ada Aga didepanya? Oh...Lisna tidak mungkin sang puteri mau. Tapi setelah melihat Ryuki menangis seperti itu Ruby juga tidak tega, bukankah ini juga salah satu resiko menjadi Ibu yang baik seperti yang dikatakan Lisna? Baiklah anggap saja ini demi sang pangeran kecil.


Ruby menyiapkan dirinya untuk menyusui Ryuki. Masih belum terbiasa dengan bayinya Ruby masih kikuk dan kaku jikalau harus menyusui tanpa bantuan Lisna, karena itulah Lisna yang duduk didepan hanya mengarahkan dan terpaksa Ruby harus berusaha sendiri melepas kancing bajunya sambil menahan kepala Ryuki, itu lumayan sulit untuk Ibu baru sepertinya. Belum lagi dia harus menjaga serapat mungkin agar Aga tidak melirik payudara besarnya.


Tidak lama kemudian Ryuki berhenti menangis, Ruby berhasil menyusui Ryuki tanpa bantuan Lisna. Yah meski tetap sedikit dibantu karena Lisna membantu memegangi kepala Ryuki dari kursi depan, lalu tak lama kemudian dengan wajah imutnya Ryuki meminum Asinya dengan tenang.


Aga diam-diam melirik Ruby lagi dari kaca diatasnya, pipinya memerah melihat Ruby sedang menyusui Ryuki terlihat sangat keibuan dan cantik, payudaranya yang putih juga menyembul sedikit, tidak apa-apa bukan dia mengintip sedikit? toh Ruby sudah menjadi istrinya yang sah, bahkan jika ingin menyentuhnya tidak ada yang boleh melarangnya pikir Aga tersenyum tipis.

"Kau lihat apa Aga!" bentak Lisna tiba-tiba, menangkap basah safir indah Aga melihat Ruby melalui kaca diatasnya. Sementara Ruby yang tidak menyadari sedari tadi dilirik Aga mendesis pelan.


"Dasar mesum!" ujar Ruby membenarkan selimut Ryuki untuk menghalangi pandangan Aga kedadanya. Yah sebagai lelaki normal wajar kan Aga tertarik dengan hal semacam itu.


"Aku tidak lihat apa-apa, percaya diri sekali!" jawab Aga menyembunyikan semburat merah dipipinya.


"Biar saja! daripada mesum!" balas Ruby tak mau kalah.


"Jangan teriak-teriak nanti jahitanmu lepas," timpal Aga kembali.


"Si-siapa yang dijahit?! jangan sok tau! jabrik jelek!" teriak Ruby lagi, berteriak sambil memejamkan matanya.


"Heii... sudahlah, apa tidak bisa kalian ini akur? Ryuki tidak mungkin dibesarkan dikeadaan yang seperti ini kan?" ujar Ruby yang lagi-lagi harus menjadi penengah.


Enggan meladeni Aga, begitu juga dengan Aga yang enggan meladeni Ruby, keduanya memilih diam dan menyibukan diri dengan pikiran masing-masing. Sementara Lisna yang sudah berada diposisinya hanya memijat keningnya yang terasa pening, entah harus berapa lama lagi dia harus berada diposisi ini. Dan tak berapa lama mobil mewah itu memasuki halaman luas kediaman Nugraha.


Aga memarkirkan mobilnya didepan pintu masuk rumahnya, dan beberapa penjaga menghampiri mobil itu, membuka pintu mobil dan mereka bertiga keluar dari dalamnya. Lalu bergegas masuk kedalam rumah, beberapa maid menawarkan diri untuk membantu menggendong bayi Ruby, tapi Ruby menolak dan memilih menggendong putranya yang beberapa jam lalu tak ingin ia sentuh. Sedangkan Aga langsung melenggang pergi berniat masuk kedalam kamarnya dengan wajah jengkel andalanya.


"Aga bawa Ryuki keatas, bantu Ruby me-"


"Tidak usah Ibu, aku bisa sendiri," tolak Ruby, tidak mau bayinya disentuh Aga.


"Hah! Yasudahlah aku juga tidak mau! Urus saja sendiri!" ujar Aga sengit pada Ruby. Padahal semalam ia selalu teringat Ruby dan bayinya, tapi entah kenapa saat makhluk menyebalkan itu ada didepan matanya Aga merasa sangat benci. Andai saja Ruby bisa sedikit lembut padanya.


Aga meneruskan niat sebelumnya, masuk kamar dan kembali tidur. Dia yang merasa selalu diacuhkan kedua wanita yang dipanggilnya Ibu dan Ruby itu meninggalkan keduanya yang kembali ngobrol seolah tak ada Aga disana. Menyebalkan memang!


TBC​


Author Note : Holaaaa... update macam apa ini , jelek yaaa...
th_108_.gif
pesenya ga nyampek ya? Iyah nih saya lagi-lagi ga dapet feelnya tapi kepaksa update karena udah janji #PLAK
Alurnya kelambatan ya? Kok saya ngerasa makin bengkak tp gada isinya, percaya diri mulai turun
875328cc.gif
#PLAK!
Umm yang nungguin SS nte Lisna ntar yeee... nunggu momen yg pas. Hehehe... Oke segitu dulu ya, tunggu lagi chapter selanjutnya... tinggalin kritik saran silahkan... ato coret-coret aja dikolom komentar...
Terima kasih sudah baca...
baa60776.gif
.
 
Terakhir diubah:
Bimabet
gapapa sist, daku suka kok alur yang lambat-lambat :)
wahh, penggambaran seorang ibu (Ruby) benar-benar semakin detail, salut ... :rose:

saya suka, saya suka.. hihihihi :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd