Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Buah Dari Masa Depan by Nona Violet

Mejeng page twenty :hore: ayo aga akui kau cinta sama ru jangan lah munafik terus. Semangat
 
Mohon doanya agan" ganteng + sista" cntik, agar jari-jemari sistVio yg sdang skit bisa sgera sembuh. So hrap d maklum yah low blum ada apdet, tpi kmrin ada bcoran d lonje low TS kesayangan kita ini akan apdet pd hari senin. Jadi mhon agar brsbar ya brada n sista.. Cheers WJS :ngeteh:
 
can't wail till Monday...........
 
Aduh gemes liat kelakuan mereka berdua
 
4211440.gif

"Besok rekan-rekan Ayah beserta istri dan teman-teman Ibu akan mengunjungimu, ingin melihat bayi tampan ini." Lisna mencubit lembut pipi kemerahan milik Ryuki, ia terlihat begitu gemas dengan cucu pertamanya itu. "Sekarang istirahatlah dulu, bawa Ryuki masuk kamar beristirahat, dan kau yakin bisa sendiri?" tanyanya tak yakin, lebih tepatnya ia khawatir Ruby kenapa-napa karena dia masih terlihat lelah.


"Baik Ibu terima kasih, sepertinya masih ada sedikit tenaga untuk naik keatas," yakin Ruby pada Ibu mertuanya dengan senyum yang selalu diberikan kepada siapapun, kecuali pada Aga.


"Iya sudah, nanti Ibu akan menyusulmu setelah ini," ucapnya lagi.



---***---​


"Ooeeekk...oooeekk...nnnn...nnooeeekk...hiks...hiks...oeeek!" waktu menunjukan pukul tiga dini hari, di saat suara yang mulai tidak asing ditelinga Aga itu kembali mengusik tidurnya dimalam ini. Mungkin sudah lebih dari tiga kali pria pemilik rambut model spike itu terbangun karena tangisan Ryuki. Dan selalu ia harus terbangun setiap malam selama beberapa minggu ini setelah datangnya Ryuki.


Berguling kekiri dan kekanan tidak nyaman, tengkurap lalu terlentang lagi, menutup telinga dengan bantal besarnya, berganti bersembunyi dibalik selimut tebalnya, tidak! semua itu tidak membantu pemuda bermata biru itu agar tak mendengar lagi tangis Ryuki yang setiap jam mengganggu tidurnya.


"Aaaarrrghh! berisik sekali!" decihnya, sembari meremas rambut duriannya frustasi. Tidak tau apa yang dilakukan Ruby didalam sana, masa hanya membuat bayinya diam saja tidak bisa.


"Aarrgggh! dasar merepotkan!" kan bisa saja seharusnya ia berikan balon pada bayinya, permen atau gula kapas seperti tayangan di TV yang pernah Aga lihat. Setaunya anak kecil akan diam jika diberi salah satunya, tapi Ryuki itu kan masih bayi?. Daripada dia berfikir hal yang tak masuk akal Aga berfikir akan lebih baik jika dia melabrak Ruby secara langsung, agar Ryuki kembali tenang.



Ya tak perlu ragu, Aga kemudian beranjak dari tempat tidurnya dengan piyama berwarna silver miliknya, berjalan penuh emosi kekamar Ruby yang berdampingan dengan kamarnya, wajahnya terlihat begitu kesal.


'BRAK! BRAK! BRAK!' menggedor pintu berwarna putih itu dengan sedikit kasar, ia tak sabar ingin segera melabrak Ruby. Aga sudah sangat lelah dibuat pusing oleh suara Ryuki, benar saja ia sedari tadi terus terganggu suara tangis bayi itu.


"Hei Ru! berisik sekali!" serunya bersungut-sungut.


'Brak! brak!'


"Ooe! kau bisa membuat bayimu diam tidak! berisik kau tau!" lanjut Aga dari luar, "Aku mau tidur!"


Sementara Ruby yang sedang berusaha menenangkan Ryuki menatap pintunya tajam, bagaimana tidak? tubuhnya sudah sangat lelah, hatinya juga lelah, memangnya mengurus bayi itu gampang? sekarang Aga malah menggedor pintunya dengan keras. Hal semacam itu tentu saja membuat Ruby makin kesal.


Andai saja dia menerima tawaran Lisna untuk mengambil jasa pengasuh bayi selama Lisna menemani Julian ke Paris, mungkin dirinya tidak akan selelah ini. Sangat disayangkan bukan, sifat keras kepala dan percaya pada dirinya sendiri itu malah membuatnya kerepotan seperti ini.


"Ssstt... sayang tolong berhentilah menangis, Ibu mohon ya sayang..." Ruby mencium mulut mungil Ryuki yang terbuka karena tangisannya, sambil menimang-nimang Ryuki berharap bayi mungilnya itu mengerti.


"Ruby! ayolah jangan biarkan anakmu menangis terus ini sudah malam kau tau!" teriak Aga kembali. "Kau tau aku sangat mengantuk!" lanjutnya sambil memejamkan matanya didepan pintu. Sedangkan Ruby menatap tajam pintu kamarnya seolah sedang menatap Aga secara langsung.


"Aku sedang berusaha membuatnya diam! kalau memang kau terganggu kenapa kau tidak tinggal saja di Apartemenmu ha?!" bentak Ruby dari kamarnya.


Aga langsung membuka matanya. "Kenapa kau mengusirku! kau pikir ini rumah siapa?!" timpal Aga emosi, tapi wajahnya malah terlihat konyol. "Kau pikir aku mau tinggal dirumah kalau tidak diperintah Ibu untuk menemanimu?!"


Sedangkan Ruby tidak merespon, mengabaikan suami jabriknya yang semakin menyebalkan. Memangnya siapa yang butuh ditemani pria menyebalkan seperti Aga, dirinya juga tidak butuh.


Ruby sedikit heran, padahal kan beberapa waktu yang lalu Aga sedikit berubah tidak kasar lagi, tapi kenapa sekarang dia kembali jahat seperti itu, Ruby menggembungkan pipinya lelah.


"Sayang minum susu ya nak..." untuk kesekian kalinya Ruby berusaha menyusui Ryuki, tapi sayangnya Ryuki memalingkan wajahnya menolak, ia masih terus menangis.


"Hiks...ooeeekk! oeek!"


"Sssttt... sayaaang anak Ibu...Lord Ryuki Nugraha yang tampan, kasihan Ibu ya nak, jangan nakal Ryuki sayang..." bujuk Ruby dengan suara lembutnya, sembari mengelus-elus pipi Ryuki yang semakin memerah karena menangis.


Kemudian menempelkan dengan lembut hidungnya ke hidung bayinya, "apa yang kau inginkan sayang? Ibu sangat mencintaimu, Ibu sangat menyayangimu...kumohon Ryuki berhentilah menangis," lanjut Ruby, berharap Ryuki mengerti kalimatnya. Sedangkan Aga yang merasa tidak dianggap keberadaannya oleh Ruby berdecak kesal kemudian meninggalkan kamar Ruby.


Kembali mencoba menyusui Ryuki, memperlakukanya dengan lembut. Beberapa hari ini semakin sering berinteraksi dengan Ryuki, membuat perasaan Ruby sebagai seorang ibu semakin kuat. Ia juga sedikit lebih paham bagaimana harus memperlakukan Ryuki, Ibu baru berambut bermata indah itu sangat lembut memperlakukannya. Ia teramat sangat mencintai Ryuki, anak yang dilahirkanya dua minggu hari yang lalu.


Ryuki kembali tenang setelah Aga menggedor pintunya, dengan imut dan wajah tanpa dosa Ryuki menyusu pada Ibunya. Ruby memeluknya dengan hangat, memberi perlindungan senyaman mungkin padanya, mendekap dengan sangat protektif seakan tidak mau bayi yang masih lemah itu terluka sedikitpun walau hanya karena dihinggapi nyamuk.


"Eh...kau diam karena mendengar teriakan Aga? apa itu artinya kau takut pada Ayahmu yang menyebalkan itu?" ucap Ruby sambil menatap putera kecilnya, sedang menggerakan bibir mungilnya karena sedang minum ASI, Ryuki juga mulai menyipitkan kedua iris safirnya yang mungil karena mengantuk. "Jangan takut, dia itu hanya seorang pengecut yang tidak mau mengakui kesalahanya. Bahkan kau tau kan sayang? dia tidak ada diantara kita saat kau berjuang untuk melihat dunia ini?" lanjut Ruby mengingat kejadian itu.


"Sekarang kau tidurlah sayang, Ibu akan menjagamu, jangan takut pada pria jabrik yang menyebalkan itu." tambahnya lagi dengan wajah mengejek, lalu mencium pucuk hidung mungil Ryuki. Dan seakan mengerti apa yang diucapkan Ruby Ibunya, ia meresponnya dengan senyuman dalam tidurnya. Senyuman yang tidak bisa diartikan apa maksudnya oleh Ruby, namun senyuman itu jelas melukiskan kelicikan. Yaahh memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya.


---***---​


Keesokan harinya Aga masih tertidur dikamarnya dengan nyaman, memeluk guling bergambar batman kesukaannya. Ia tidur dengan tenang setelah semalaman terganggu oleh tangisan Ryuki. Yah akhirnya dia bisa kembali tidur pada pukul tiga dini hari sampai sekarang jam berbentuk karakter favoritnya dinakas samping Bed-nya sudah menjunjukan pukul 08.33, walau Ryuki menangis lagi setelahnya dia sudah tidur nyenyak dan tidak mendengar tangisannya lagi. Lagi pula ini hari sabtu, jadi Aga bisa tidur sepuasnya karena tidak harus pergi kuliah.


"Oooeeeekkkk! hiks...hiks! oeeekk... ooeek! oeeeeekkk! oooeeekkk!" sayang sekali, tangisan yang memekikan telinga itu kembali mengalun dengan brutal mengorek telinga Aga.


Belum terlalu sadar, pria dewasa copy-an Ryuki itu bergerak reflek menutup telinganya dengan bantal.


"Ooooeeeekkk! Ooeeeeeekkk...nnnrr.. ooeek!"


"Aaaarrrghhh... dasar anak rubah!" decaknya kesal, rasanya baru saja ia memejamkan telinganya tapi suara tangisan Ryuki itu kembali mengusiknya. Bagaimana cara Ruby mengasuhnya, ia seperti tidak tau apa-apa. Membuat bayinya diam saja ia tak pernah bisa! Payah!


"Ooeeekkk...ooeekkk..." masih terus menangis dengan kencang disebrang kamarnya, sementara pria jabrik itu dengan gelisah berusaha menutup telinganya.


Kemudian Aga bangun dan duduk dikasurnya, menyumpal kedua lubang telinganya dengan jari telunjuknya, wajahnya terlihat sangat stress.


Lalu dengan tidak sabaran Aga bangkit, memutuskan kekamar Ruby untuk melabraknya kembali, berniat melakukan apa saja agar bayi itu diam. Menyumpal mulutnya yang berisik itu mungkin, atau menutup wajahnya dengan bantal. Ah oke! itu terlalu kejam dan sadis, Aga mungkin masih sedikit punya hati untuk tidak menghabisi nyawa orang lain.


"Ruby bisakah kau-!" dengan kasar ia mendorong pintu kamar Ruby. Menghentikan tegurannya saat kedua safirnya tak juga menemukan wanita penyuka parfum Bvlgari itu disudut manapun. Tapi saat pandangannya ia jatuhkan pada ranjang Ruby yang dia temukan adalah seorang bayi yang sedang menangis diatas ranjang bersprei hijau itu.


Aga menyeringai jahat, baginya ini adalah kesempatannya untuk membuat bayi Ruby yang menyebalkan itu diam dan berhenti menangis.


"Ooooeeekkk...ooeeekk...!" Ryuki masih menangis dengan lantang, sedangkan Aga pelan-pelan mulai mendekati bayi Ruby.


"Ryuki sayang sabar sebentar ya, Ibu sebentar lagi selesai!" suara lembut itu sontak membuat Aga sedikit berjingkat, tapi saat menoleh ke arah suara yang berasal dari dalam kamar mandi itu ia sedikit lega saat bersamaan suara gemericik air terdengar dari sana. Itu artinya ia masih punya cukup waktu itu membuat bayi itu diam dengan cara apapun.


Kemudian Aga mendekati bayi yang sedang sendirian diranjang itu, lebih dekat dan lebih dekat sampai Aga melihat putranya itu sedang menangis keras dengan kedua tangan mungilnya yang menggapai-gapai, kedua pasang kakinya juga menendang-nendang tak beraturan.


Sepasang safir dewasa itu membulat sempurna saat tatapannya berhenti pada bayi kecil itu, rambutnya persis sepertinya, rambut yang sama pada foto dirinya waktu masih bayi, lalu iris sebiru langit yang sedikit tertutup karena si empunya sedang menangis itu tidak luput dari sepasang safir milik Aga yang kini menatapnya dengan takjub. Benar-benar mirip denganya, dan bibir kemerahan dan tipis itu bibir yang sama dengan Ruby. Sangat tampan dan menggemaskan.


Seketika amarah pada dada Aga hilang entah kemana, tergantikan oleh hujan salju yang mendinginkan dadanya. Melihat betapa lucunya Ryuki itu membuat niat jahatnya benar-benar hilang.


Menjambak helaian kasarnya sendiri, merasa sangat bodoh karena dirinya terus marah-marah sedari kemarin hanya karena tangisan makhluk mungil tak berdaya dihadapanya ini. Bahkan berniat menyumpal mulutnya saat Ruby tidak ada.


Tapi kalau saja boleh jujur, sebenarnya Aga tidak pernah membenci bayi ini, sejak dia dilahirkan bukankah Aga ingin melihatnya? tapi Ruby melarang. Tentu saja ia merasa sangat kesal dan membuatnya juga kesal pada bayi yang tak tau apa-apa itu. Bahkan ia memutuskan untuk tidak memperdulikan Ruby dan bayinya lagi, namun nyatanya ikatan anak dan ayah itu tidak bisa dibohongi. Apalagi saat bertemu dengan bayi ini, Aga ingin menyentuhnya.


Aga kemudian duduk ditepian ranjang, tanganya gemetar terulur menyentuh pipi gembil Ryuki yang kemerahan. Ia menyunggingkan senyuman cerah khas Aga Nugraha yang selalu membuat fans wanitanya bersemangat.


"He-hei anak kecil, anak manis kenapa kau selalu menangis ha?" tanya Aga sedikit canggung, ia menggoda Ryuki sambil memainkan jari telunjuknya dihidung mungil itu.


"Hei... berhentilah menangis anak manis, kau tau wajahmu sangat merah kalau menangis, seperti buah tomat. Kau lucu sekali ya," lanjut Aga lagi, jari telunjuknya kini ia main-mainkan dibibir Ryuki. Ryuki dengan semangat menyambar-nyambar jari Aga, mungkin Ryuki kira itu adalah nipple Ruby. Itu adalah insting seorang bayi, apabila ada yang menyentuh bibirnya disangka nipple Ibunya.


"Hahaha...kau membuka mulut, kau kira jariku ini nip-, ehhehe.." pipinya memerah, tidak meneruskan kata-katanya, karena menurutnya hal itu terlalu vulgar untuk pendengaran Ryuki yang masih sangat polos.


Sementara didalam kamar mandi, Ruby yang sedang menggosokan shampo dikepalanya sedikit heran, suara tangisan Ryuki tidak terdengar lagi. Ia tersenyum menganggap bahwa Ryuki itu sangat lucu, sudah lelah menangis dia malah tidur. Mengetahui hal itu Ruby meneruskan mandinya kembali.


"Ne? kau diam? kau suka bermain denganku Ryu?" ucap Aga senang. "Kalau begitu biar kugendong ya, tapi jangan ngompol. Tidak lucu jika pria tampan sepertiku bau ompol kan? hehehehe." Aga nyengir senang aambil menggapai tubuh Ryuki beserta selimutnya, berusaha menggendong Ryuki sebisanya. Walau tidak pernah punya pengalaman sedikitpun soal mengendong bayi, Aga berusaha menyentuhnya dengan selembut mungkin, lagi-lagi hanyalah insting seorang ayah yang menuntunya.


Setelah berhasil memindahkan Ryuki dari bed ketanganya Aga tersenyum puas, kemudian mendekatkan wajahnya kewajah Ryuki, menghirup aroma Ryuki dalam-dalam, begitu lembut dan wangi Aga suka itu, wangi minyak telon dan bedak lavender yang harum.


"Waaahh... kau wangi sekali, tampan dan wangi sama sepertiku kan tomat kecil?" menempelkan hidungnya dipipi kiri Ryuki, menghirup lagi aroma khas baby Ryuki.


"Pipimu benar-benar halus ya...sama seperti pipi Ibumu hehe, kau tomat yang sangat segar dan manis." Aga kembali nyengir, pipinya juga memerah saat mengingat pipi Ruby yang ia cium dengan paksa malam itu, padahal sudah cukup lama kejadiannya dan Aga masih mengingat betapa halusnya pipi Ruby? benarkah saat itu dirinya benar-benar mabuk? Entahlah.


"AGAAAAAA!" entah sejak kapan keluarnya Ruby dari kamar mandi. Makhluk bermata hijau itu sudah berkacak pinggang didepan pintu kamar mandinya, manik emeraldnya menatapnya tajam seolah ingin mencabik-cabiknya, wajah dan gerak tubuhnya yang biasanya lembut itu kini tampak garang, mirip dengan Henri dan Gary saat menatapnya. Seram.


"Ru-ru-riby?"


Glek!


Susah payah Aga menelan ludahnya sendiri, antara terkejut dengan kedatangan Ruby dan terkesiap oleh penampilan Ruby yang terlihat sangat sexy.


Melangkah dengan pasti kearah Aga yang sedang menggendong Ryuki tanpa melembutkan pandangannya. Tentu saja ia bersiap merebut Ryuki dari tangan Aga. Tidak peduli penampilanya kini mengundang naluri kelelakian Aga terusik. Rambut panjangnya yang basah, tubuhnya yang mulus tanpa cacat hanya terbalut handuk ungu sebatas dada dan pahanya, membuat Aga ngeri juga sedikit salah tingkah.


"Siapa yang kau bilang buah tomat ha!" teriaknya tepat didepan Aga. "Dan kembalikan putraku! jangan menyentuhnya!" Ruby menyambar Ryuki, berusaha merebut Ryuki dari gendongan Aga.


"Tunggu!" Aga tetap menahan Ryuki. "Kau ini kenapa?! aku hanya berusaha membuatnya berhenti menangis!" Aga masih membela diri sambil mempertahankan Ryuki.


"Tidak boleh! berikan Ryuki padaku dasar rambut durian jelek!"


"Aku hanya ingin menggendongnya! apa salahnya ha?!"


"Pokoknya tidak boleh!" Ruby menarik-narik Ryuki dari dekapan Aga, sementara Ryuki malahan tersenyum lebar saat tubuhnya terguncang kesana kemari sambip mendengar kedua orang tuanya sedang berebut dirinya.


"Kemarikan bayiku Aga!"


"Tidak mau! Aku ingin menggendongnya!"


Masih terjadi perebutan bayi secara sengit antara Aga dan Ruby, sekali Ryuki berada didekapan Aga, lalu ketangan Ruby, lalu ketangan Aga lagi, kemudian ditangan Ruby lagi, entah sudah berapa kali bayi ringkih itu jadi bahan rebutan, tapi ia hanya nyengir diperlakukan seperti itu.


"Kubilang jangan sentuh bayiku Agaa!" Ruby masih belum menyerah, bahkan handuknya mulai longgar karena kegiatan rebut merebut itu dan ia hampir melupakannya.


"Aku ingin menggendongnya!" Aga juga tak mau kalah, beberapa kali tangannya tak sengaja menempel didada Ruby, bahkan wangi shampo dan sabun dari tubuh Ruby juga tercium olehnya. Yah meski ia tak terlalu peduli.


Tapi lama kelamaan handuk ungu itu mulai merosot dan sebentar lagi pasti melorot.


SET!


Sukses, handuk Ruby benar-benar melorot dari tubuhnya dan terjatuh tepat dikakinya, satu-satunya penutup tubuhnya itu lepas.


"Uwaaaahh..." Aga langsung melebarkan mulutnya membuat huruf O yang sangat besar.


Waktu terasa berhenti berputar bagi keduanya, Aga dengan kekagumanya hampir tak percaya tubuh mulus Ruby yang agak berisi itu tersaji didepanya tanpa busana sama sekali, kedua bongkahan dadanya lebih besar dari sebelumnya, Aga tau itu meski hampir seluruhnya tertutup Ryuki. Lalu kewanitaan dengan rambut-rambut halus yang teratur rapi. Sekali lagi Aga membulatkan mata, berusaha menelan ludahnya sendiri tapi kesulitan.


Sedangkan Ruby mematung dengan keterkejutanya, tak percaya semua bagian tubuh yang selama ini ia tutupi begitu saja terpampang didepan pria yang pernah memperkosanya itu.


1 detik


2 detik


3 detik


"Kyaaaaaah!" Ruby berteriak histeris, seperti baru tersadar satu-satunya penutup tubuhnya itu terlepas begitu saja dibawah kakinya. Sontak melepaskan Ryuki begitu saja ditangan Aga, kemudian menutupi sebisanya bagian tubuhnya yang tidak boleh dilihat siapapun dengan tangannya, kalau saja Aga tak cukup konsentrasi mungkin Ryuki sudah terjatuh kebawah.


"Kyaaaah! apa yang kau lihat Aga! pergi! cepat pergi!" teriak Ruby heboh, memejamkan matanya menutupi rasa malu yang teramat, bahkan wajahnya sudah merah sempurna seperti udang rebus.


"A-aku...eh," Aga mengusap hidungnya dengan punggung tangannya, ada cairan merah keluar dari hidungnya. Yah dia mimisan, lalu tanpa fikir panjang ia langsung melesat pergi dengan langkah seribu Aga berlari membawa Ryuki keluar kamar Ruby bersamanya.


"Aagaaaa! dasar jabrik jelek! kurang ajaar!" teriak Ruby semakin kesal pada Aga yang seenaknya membawa Ryuki keluar. Kejadian ini membuat Ruby malu, semalu malunya. Kalau boleh, sekarang ini Ruby ingin mengubur dirinya sedalam-dalamnya agar tidak bertemu Aga lagi.


---***---​


"Haaah... haah...Ibumu menyeramkan ya kalau sedang marah," kata Aga sedikit ngos-ngosan, sambil duduk disebuah gazebo. Bayi itu hanya tersenyum sambil sesekali menjulurkan lidahnya didalam gendongan Aga. Aga membawa bayi Ryuki ditaman belakang rumah mewahnya, taman dengan dua gazebo dan dibawahnya terdapat kolam ikan emas.


"Hei kenapa kau senyum-senyum begitu? Kau tadi lihat apa?" tanya Aga pada bayinya.


"Aa...uuuh..."


"Aahh kau jangan menggodaku seperti itu, ini urusan orang dewasa kau tau!" Aga salah tingkah sendiri dibuatnya. Sedangkan Ryuki malah melebarkan tawanya, terlihat sangat menggemaskan.


Angin bertiup semilir pagi itu, Aga membuat selimut biru Ryuki menutupi tubuh kecilnya agar tetap hangat, kemudian Aga menimang-nimang Ryuki yang tak berhenti tersenyum melihat wajah Aga yang terus menggodanya.


"Hahaha! apa kau lihat wajah Ibumu yang lucu tadi?" kenang Aga pada kejadian yang baru saja dialaminya.


"Naa...aauuh.." seolah menanggapi pertanyaan Aga, Ryuki memandang safir Aga berbinar.


"Ahahaha apa? ya kau juga menganggap Ibumu itu manis?" gumam Aga, mengernyitkan dahinya mencoba memahami maksud Ryuki yang hanya 'haa..auuh...aaiih' sejak tadi.


"Selamat pagi tuan muda?" sapa dua orang maid yang entah dari mana datangnya, mungkin mereka telah menyelesaikan tugas rutin mereka memotong daun-daun mawar yang rusak, lalu menghampiri Aga dan Ryuki, niatnya memang hanya menyapa. Tapi ternyata pesona sang Nugraha kecil membuat keduanya mendekat ingin melihat dari dekat.


"Iya selamat pagi," cengirnya ramah pada dua orang berseragam sama itu, yang diketahui bernama Nana dan Oki.


"Waaah...tuan muda sedang bersama tuan muda Lord Ryuki," gadis berambut hitam panjang tampak begitu antusias, namanya Nana.


"Waaahhh... tampan sekali bayi tuan muda," sahut gadis berambut sebahu satunya.


Aga terkekeh senang melihat kedua maidnya mengagumi bayi digendonganya itu, tentu saja dia sebagai Ayahnya bangga. Tapi kedua maid itu tidak berani menyentuh bayinya, Aga mengerti bahwa kedua orang itu ingin sekali menyentuh Ryuki.


"Kalau kalian ingin menyentuhnya tidak apa-apa," ucap Aga, memamerkan deretan gigi putihnya.


"Be-benarkah tuan?" tanya Oki tidak percaya, wajahnya berbinar senang.


"Tentu saja boleh," cengirnya lagi makin lebar. Aga dan keluarganya memang terkenal dengan keramahanya dirumah itu, tidak pernah memperlakukan para assistan rumah tangganya dengan rendahan. Kecuali moodnya sedang buruk.


"Waaahh...lucunya," seru Nana membelai pipi Ryuki yang halus, bayi itu meresponnya sama seakan itu adalah nipple Ibunya.


"Tuan muda Lord Ryuki memang sangat mirip anda tuan," puji Oki antusias. "Mata birunya yang indah, rambut ini juga seperti tuan, kalau bibirnya seperti Nona Ruby, kulitnya juga putih bersih seperti Nona Ruby. Benar-benar tampan!"


"Hahahaha... dia memang tampan sepertiku," timpal Aga percaya diri.


"Hehehe... pasti tuan," balas Nana menyenangkan Aga.


"Sayangnya alisnya tidak terlalu tebal seperti tuan muda ya, kalau tebal sudah pasti tuan muda dan tuan Ryuki semakin mirip, bukan begitu Nana?" Tanya Oki pada Nana yang sedari tadi menggoda bayi Ryuki yang selalu tersenyum saat Nana menggelitik pipi gembilnya.


"Benar.." jawab Nana singkat, dan kembali menggoda Ryuki yang sangat menggemaskan.


"Hahaha...kalian bisa saja," Aga kembali terkekeh senang. "Tapi benar juga ya, alisnya tidak terlalu tebal sepertiku.


"Hehehe... iya tuan muda,"


"Kalau begitu, kami mohon diri dulu tuan, masih ada pekerjaan yang harus kami selesaikan," pamit Oki dan mencubit lengan Nana yang masih sibuk dengan Ryuki.


Nana lalu berhenti menggoda Ryuki dan berdiri mensejajarkan dirinya dengan Oki, kemudian membungkuk mengikuti Oki.


"Iya selamat bekerja ya," jawab Aga sembari tersenyum lebar.


Setelah kedua maid itu menghilang dari pandangan Aga, ia kembali memperhatikan Ryuki yang menatapnya dengan tersenyum dengan kedua safir yang sama dengannya. "Apa? kau senang semua orang memanggilmu tampan?" tanya Aga lagi pada Ryuki.


"Aaa...auuuh...aaooh!"


"Haa? iya-iya aku mengerti kau lebih tampan dariku," Aga berpura-pura memasang wajah sebal, menanggapi Ryuki yang seolah menjawab pertanyaannya.


"Aga!"


Aga menengokan kepalanya kekanan, kearah sumber suara yang memanggilnya. Ternyata Ruby sedang menatapnya dengan tajam, yah sang induk sudah menemukan anaknya.


"Sudah memakai baju rupanya? padahal kan kau lebih cantik jika seperti tadi," kata Aga sedikit menggoda Ruby yang sudah berdiri didepannya dengan tatapan membunuh.


"Apa yang kau katakan?! dasar mesum!" pipi Ruby memerah. "Kembalikan putraku!" teriaknya tak sabar, kemudian merebut paksa Ryuki dari tangan Aga. Sedangkan Aga hanya melongo pasrah melihat Ruby berhasil merebut Ryuki darinya.

TBC​


Author Note : Hai, saya update lebih awal, tadinya mau senin. Semoga suka ya... maaf blm sempet bales komentar yg dibelakang2 ya... bukan gak menghargai. tapi beneran tangannya masih sakit klo pegang hp lama2... yg jelas saya baca semua komentar yg masuk, yang baru gabung salam kenal^^, saya senang semangatnya ^^. pokoknya terima kasih banyak yg udah sempetin mampir disini sampe ga sabaran update nih...haha...
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
oke sis, thanks for an update
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Akhirnya tanpa hrus menunggu monday dah ada apdetannya jga, trimakash bnyak sistVio..:jempol:

#bkalan tambh kesiksa nih c Aga krena ngerinduin c Ryuki yg d over protektif ama c Ruby..:D

semangat trus sist, n moga cepet sembuh jemari"nya.. Aminnn :semangat:
 
Ih..tante lisna ama om julian kok tiba" ke paris ,gak ajakajak pula " kan kasihan ruuby gak bisa jinakin aga....haduh
Eh..eh...
Tapi...hmmm ini sih bau baunya mau ada yg mancing" nih....coba ikutin tante ah siapa tau dapet bonus....
 
ahh aga mah gitu orangnya...liat pemandangan gak ngajak2 :ngiler: ..eh eh :bata: aduh
 
Rebutan bayi ryuki membawa berkah buat aga.
Ayo tunjukan aga semangat rebutan bayi ryukinya, supaya bisa liat lagi tubuh mulus ruby :pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd