Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Buah Dari Masa Depan by Nona Violet

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
:haha: siap menunggu si aga versus ruby lagi. Ayo sist luncurkan rudal misilnya :semangat:
 
Ngumpul.... Ngumpul...... Ngumpul pamiarsa....
Sekarang hari selasa... Siapin kopi + rokok...
Eng.... Ing.... Eng......
Ruby dan aga siap siap....
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kyaknya chapt slanjtnya tentang petualangan tante Lisna d Paris nih..:pandaketawa:
 
kereeeen , ngga duga cerita nya kaya gini. baru baca nih gan. numpang gelar lapak yaa

14
 
^
^^
^^^
^^^^
Halo maaf nunggu lama, nunggu Naruto iklan dulu ya tar saya post ^^, maaf SS tante lisna msti nunggu ya... seperti biasa membengkak nih satu chapter.
 
4211440.gif


"Apa yang kau katakan?! dasar mesum!" pipi Ruby merah padam. "Kembalikan putraku!" teriaknya tak sabar, kemudian merebut paksa Ryuki dari tangan Aga. Sedangkan Aga hanya melongo pasrah melihat Ruby berhasil merebut Ryuki darinya.


"A-apa?!" Ruby berlagak sedikit galak meski agak kaku, jujur saja kejadian barusan masih membuatnya sangat malu.


"Tidak," memalingkan wajahnya dan bersedekap, tak kalah sebal.


"Jangan coba-coba menculik Ryuki lagi dariku makhluk jabrik menyebalkan!" bentaknya sambil mendekap Ryuki dengan protektif, tak mau Ryuki disentuh Aga lagi.


Aga memutar kepalanya, memberanikan diri menatap wajah Ruby yang sedang menatapnya tajam. "Kau ini kenapa? Aku kan hanya ingin menggendongnya, memang apa salahnya?"


"Kurasa kau tidak perlu tau!" jawab Ruby, lalu berbalik dan meninggalkan Aga yang cengo sendirian. Memangnya Ruby sudah lupa perlakuan Aga selama ini padanya? Enak saja dia mau merebut Ryuki yang sudah dilahirkannya dengan susah payah.


"Hei..tunggu! aku belum selesai!" Aga berdiri mencegah Ruby pergi, tapi Ruby pura-pura tidak dengar dan tetap melangkah pergi, memangnya siapa yang mau bicara pada pria menyebalkan sepertinya.


"Wanita aneh, kukira dulu kau sangat pendiam dan manis," gerutu Aga pelan sambil memandang punggung Ruby dengan rambut yang halus mulai menjauh dari jangkauannya.


Dan saat Ruby masuk kedalam rumah dan berniat melangkahkan kakinya kekamarnya seseorang menghentikan dan memanggilnya.


"Ruu!" suara lembut yang sangat dikenalnya itu berasal dari ruang tengah dan membuat Ruby menoleh kesumber suara.


Ruby tersenyum tak percaya melihat sesosok langsing dengan outfit top crop berwarna merah yang memperlihatkan perut ratanya dipadukan dengan hotpants putih, rambutnya kuncir kuda seperti biasanya. Ditangannya membawa papper bag putih yang entah apa isinya, yah itu Yuuka sahabat yang sangat dirindukannya selama ini. "Yuukaaa..."


Yuka tersenyum berlari kearah Ruby tak sabaran. "Aaaah...aku sangat merindukanmu Ruu, maaf aku baru sempat mengunjungimu," Yuuka memeluk Ruby kencang, menumpahkan rasa rindunya pada Ruby, maklum saja hampir tiga bulan ini Yuuka tinggal diluar negeri dan kuliah disana.


"Aku juga merindukanmu Miss.Ponytail!" balas Ruby memeluk sahabatnya. Dan hampir lupa bahwa Ruby kini sedang menggendong bayinya.


"Oh wow, ini pasti putramu!" melepaskan pelukannya pada Ruby, bulatan matanya berbinar saat atensinya berpindah pada sosok kecil ditangan Ruby. "Ryuki yang kau ceritakan itu kan? tampan sekali, aku ingin menggendongnya Ruu..." rengek Yuuka tiba-tiba.


"Tentu saja tampan, anak siapa dulu?" jawab Ruby begitu bangga.


"Anak si bodoh jabrik itu siapa lagi?!" timpal Yuuka penuh semangat.


"Yuuka! dia putraku!" jawab Ruby sewot.


"Tidak bisa tanpa suami bodohmu itu!" goda Yuuka membuat Ruby menggembungkan pipinya.


"Aagh sudahlah aku tidak mau membahasnya, dan untuk sekarang kau tidak boleh menggendongnya, badanya masih terlalu lemah, nanti kau jatuhkan." jawab Ruby mengalihkan pembicaraan agar sahabat cerewetnya itu tidak menggodanya lebih lama. Dan hal itu membuat Yuuka memajukan bibir merahnya kecewa merasa diremehkan.


"Baiklah... tapi beberapa bulan lagi aku akan menggendongnya" timpal Yuuka tak menyerah. "Oh iya namanya siapa Ruu?"


"Ha-ah, boleh saja." Ruby menganggukan kepalanya membuat poni ratanya bergoyang pelan, "uhm...namanya Lord Ryuki Nugraha." lanjut Ruby tersenyum manis.


"Nama yang keren...siapa yang memberikan nama itu?" tanya Yuuka penasaran, jari lentiknya ia main-mainkan dihidung Ryuki. Yang direspon Ryuki dengan menggeliat geli, Yuuka tampak begitu menyukai tingkah lucu Ryuki.


"Tentu saja Ayah Julian," jawab Ruby lagi dan dijawab Yuuka dengan 'oooh' sambil mengangguk.


Aga masih berdiri ditaman, berniat masuk rumah tentu saja harus melewati dua orang wanita yang sibuk mengobrol dan bercanda itu, tidak enak, canggung juga. Meski tampan dan digemari banyak gadis tapi Aga sebenarnya sedikit pemalu, apalagi dia belum mengenal Yuuka dengan akrab.


Terpaksa Aga memutuskan untuk berbasa-basi, mendekati dua sahabat yang sedang temu kangen itu. "Hai Yuuka?" sapa Aga yang muncul tiba-tiba dari pintu yang menghubungkan taman dan ruang keluarga. membuat Yuuka sedikit terkejut, dia baru saja mengatai Aga bodoh dan bagaimana dia bisa muncul dari sana. Jangan-jangan Aga mendengar perkataannya, mati Yuuka!


Wajah Ruby sedikit berubah mendengar Aga menyapa Yuuka dengan suara yang ramah seperti itu, padahal kan kalau memanggil Ruby selalu terdengar kasar dan menyebalkan?! Apa jangan-jangan Aga sebenarnya suka pada Yuuka, Ruby pernah membaca tentang perubahan sikap pria yang tertarik pada wanita. Bahkan pria rela merubah kebiasaannya hanya untuk menyenangkan wanita yang disukainya, termasuk bersikap manis. Ruby sedikit tidak suka menyadarinya, dia tidak suka Aga jatuh cinta pada Yuuka sahabatnya! Tapi kenapa? apa salahnya? Pokoknya tidak boleh! Aga itu mesum dan menyebalkan! Tidak boleh kalau Yuuka bersatu dengannya! Pokoknya tidak boleh >.< !


"Ha-hallo Aga? selamat siang," balas Yuuka berusaha tersenyum ramah, meski agak kikuk karena ia masih merasa perkataannya tadi didengar Aga. "Maaf aku masuk begitu saja kedalam rumahmu, aku sudah mencoba menghubungi Ruby, tapi dia tidak menjawab teleponnya, dan penjagamu mengijinkan aku masuk karena aku menunjukan kartu tamu keluargaku." tutur Yuuka menjelaskan, merasa tidak enak karena seolah dia masuk rumah itu sembarangan.


"Oohh... tidak masalah, lagi pula kau kan teman Ruby, jadi tidak apa-apa," jawab Aga dengan cengiran khasnya, dan hal itu malahan membuat Yuuka tak enak hati. "Baiklah kalau begitu silahkan lanjutkan mengobrolnya, sebaiknya aku masuk kekamarku." lanjutnya berpamitan dengan sopan. Sementara Ruby terlihat semakin kesal, apa Aga sedang cari perhatian untuk membuat Yuuka suka padanya?


"Terima kasih Aga.." ucap Yuuka lega, lalu Aga meninggalkan mereka berdua.


"Yuuka... sebaiknya kita juga masuk kamar, aku harus menyusui Ryuki!" ajak Ruby menarik tangan Yuuka.


"Baiklah, setelah itu aku boleh mengangkatnya kan?"


"Iya boleh tapi hanya ditempat tidur!" jawab Ruby asal.


Setelah menutup pintu kamarnya, Ruby yang hari itu memakai terusan selutut berwarna krem duduk ditepian tempat tidurnya. Bersiap menyusui Ryuki, diikuti Yuuka yang juga naik ke kasur besar Ruby, tengkurap menyamankan dirinya setelah sebelumnya meletakan bungkusan yang ternyata berisi baju bayi dan perlengkapan lain, yang ia beli dari baby shop dinegara yang ia tinggali saat ini di nakas Ruby disampingnya.


"Ruu? kalau tidak salah kulihat kau tadi baru saja dari taman kan? dan tidak lama kemudian Aga juga muncul dari sana, apa kalian sedang menghabiskan waktu bersama?" tanyanya antusias, "apa kalian sudah baikan?" lanjutnya lebih bersemangat.


Ruby sedikit terkejut, "Ma-maksudmu baikan? aku tadi hanya mengambil Ryuki darinya."


"Iyaa.. maksudku kau sudah memaafkan Aga, aku kira kalian merawat Ryuki berdua?" Yuuka menatap Ruby lekat, memperhatikan wajah sahabatnya yang semakin terlihat cantik dengan bayi digendongannya.


"Tidak, dia berusaha menculik Ryuki!" jawab Ruby sambil menyusui Ryuki.


"Ha?!" Yuuka bangun dari kasur dan duduk "memangnya hal semacam itu untuk apa? kau bercanda ya, lagipula kalian tinggal bersama sudah cukup lama? kenapa harus diculik?" tanya Yuuka lagi, lebih antusias dari sebelumnya. Dia memang begitu, terkadang terlalu berlebihan.


"Dia mencoba menggendong Ryuki bersamanya," jawab Ruby cemberut.


"Memangnya kenapa? dia juga orang tuanya kan? bukankah hal itu lebih baik, artinya dia sudah menerima Ryuki." tanggap Yuuka menatap yakin Ruby didepannya.


"Itu dia, aku masih sangat sebal Yuuka! Aku masih ingat saat itu, Ryuki masih didalam kandungan dan dia tidak mau mengakuinya, menuduhku tidur dengan pria lain. Kau tau hatiku masih terasa sakit! bahkan saat aku melahirkan dia tidak datang. Sekarang tiba-tiba Aga ingin dekat dengan Ryuki! Bukankah itu menyebalkan?!" kenang Ruby mengingat perlakuan Aga padanya.


"Hhh..***u... kenapa tidak ambil positifnya saja? Aku tau ini tidak mudah tapi-"


"Apanya yang positif Yuuka?" Ruby memotong perkataan Yuuka, semakin tidak mengerti. "Bahkan selama aku tinggal dirumah ini, Aga selalu menggangguku, membuatku setiap hari marah dan sebal padanya, kau tau dia selalu memanggilku gendut, kau tau dia manja sekali, kau tau..kau tau.." panjang lebar Ruby bercerita soal Aga kepada Yuuka, sementara Yuuka hanya senyum-senyum mendengarnya.


"Pokoknya Aga itu menyebalkan!" tutup Ruby setelah bicara panjang lebar tentang keburukan Aga memajukan bibirnya sebal mengingat semuanya.


"Aaaa...emm.." manik Yuuka mengerling menatap dengan pandangan menggoda pada Ruby, bibirnya tersenyum tipis.


"Ke-kenapa menatapku seperti itu Yuuka?" pekik Ruby menerima pandangan aneh dari sahabatnya.


Yuuka menatap tajam wajah Ruby sambil berkata. "Kau tau? cinta itu datang karena terbiasa, maksudku kau terbiasa bertemu denganya dan mungkin saja Aga mulai menyukaimu ,dan kau juga menyukainya." ujar Yuuka yakin, dah hal itu membuat Ruby membelalakan matanya.


"Pe-pernyataan macam apa itu? tidak mungkin aku jatuh cinta pada pria yang sudah menghancurkan masa depanku?" sanggah Ruby mengalihkan pandangan matanya kearah lain.


"Hei dengarlah.." Yuuka menarik tangan kanan Ruby dan mengenggamnya. "Tuhan punya rencana untukmu Ruu, yakinlah..Tuhan pasti menyiapkan sesuatu yang lebih indah dan membahagiakan dari pada sesuatu yang kau sebut masa depan indah itu." Yuuka tersenyum, mendapati Ruby memasang wajah tak mengerti. "Dan kalau kau ikhlas menerima semua ini, kau akan mengerti, bahwa...masa depanmu adalah Ryuki." lanjutnya mencoba menyemangati Ruby dan membuatnya untuk menerima keadaan ini. Yuuka tau meski sulit, hidup Ruby masih lebih baik daripada korban pemerkosaan yang lainnya.


"Aku melihatmu bahagia bersama Ryuki dan Aga yang kau sebut menyebalkan itu!" lanjut Yuuka lagi, semakin membuat Ruby kebingungan. "Dan kurasa walaupun begitu, kau tidak pernah menangis lagi kan?" dan sekali lagi Ruby kembali membulatkan matanya baru menyadari sesuatu.


"Benar kan Ruu? kau tidak pernah bersedih lagi walau tinggal bersama Aga yang menyebalkan? bukankah hatimu bahagia? Aku tau Ruu!" Yuuka terus berbicara seperti peramal yang seakan lebih tau bagaimana perasaan Ruby, walau tak dipungkiri semua yang dikatakan Yuuka ada benarnya.


Masih tertegun dengan semua perkataan Yuuka, Ruby sedikit membenarkan semuanya dalam hati. Yah meski Aga selalu mengganggunya dan selalu bersikap seenaknya, bahkan Ruby tidak pernah menangis lagi karena Aga. Entahlah apa penyebabnya, mungkin karena sudah kebal dengan ejekan-ejekan semacam itu, atau karena hal lain Ruby tak tau pasti, Ruby tidak bisa menjelaskan perasaannya.


Kalau boleh sedikit jujur pada dirinya sendiri, rasa bencinya pada Aga memang tak sedalam waktu itu, tapi tidak juga hilang seluruhnya. Bahkan Ruby juga tidak rela jika hatinya melupakan kesalahan Aga dan memaafkanya, tapi meski tak diinginkannya rasa benci itu sedikit demi sedikit luntur, dan seperti keharusan Ruby masih terus berusaha membenci Aga semampunya. Meski kebencian yang besar itu kini telah menyusut menjadi kebencian yang sering disebutnya ‘Menyebalkan!’ Aga tetap harus menanggungnya. Penjahat tidak boleh kan dimaafkan segampang itu?


"Hei? kenapa diam? lihat Ryuki sudah tidur," kata Yuuka membuyarkan lamunan Ruby.


"T-ttidak," Ruby tergagap dan tersenyum pada Yuuka, dan sekarang sedikit heran darimana Yuuka belajar menyelami hati seseorang, setau Ruby dia bukanlah calon Psikolog. Lalu untuk menyembunyikan perubahan wajahnya, Ruby membaringkan Ryuki dikasurnya dengan perlakuan selembut mungkin.


"Jadi bagaimana, apa kau masih membenci Aga?" lanjut Yuuka kembali membuka obrolan.


"A-aku aku tidak tahu Yuuka..." Ruby menundukan kepalanya berpura-pura sibuk mengurus Ryuki, padahal dia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada hatinya, dia tidak terlalu yakin akan hal itu apa ia sudah tidak membenci Aga.

"Memangnya tidak adakah perasaan yang sedikit ‘ehem’?" goda Yuuka lagi menaikan sebelah alis indahnya, yang langsung sukses membuat pipi Ruby memerah.


"Kau ini bicara apa, tidak akan! bahkan aku sangat membencinya!" elak Ruby berusaha meyakinkan Yuuka.


"Benarkah?” tatapan Yuuka benar-benar membuat Ruby sebal. “kau tau benci dan cinta itu beda tipis?"


"Tidak Yuuka! Tidak tau dan tidak mungkin!" balas Ruby salah tingkah, membuat Yuuka cekikikan geli.


"Emmh... Ruu, kau menyadari tidak kalau Ryuki itu sangat mirip Aga, mata birunya indah, wajahnya kurasa juga mirip sekali dengannya."


"Memang, lalu kenapa?"


“Jadi Ryuki tampan ya,”


“Iya sangat tampan.”


"Hahaha...kalau begitu kau juga mengakui Aga itu tampan!"


"Memang, eh kenapa kau jadi membicarakan si jabrik itu? Jangan-jangan kau suka ya padanya?" ejek Ruby membalas perlakuan iseng Yuuka padanya.


"Kalau iya memangnya kenapa?” jawab Yuuka santai, dan itu membuat Ruby sedikit tersentak meski tidak terlalu mencolok. “dan siapa yang sedari tadi membicarakan Aga? bukanya kau sendiri?"


"Ti-tidak apa-apa."


"Benarkah kalau kau tidak apa-apa?" selidik Yuuka menaikan sebelah alisnya kembali, menatap serius membuat Ruby semakin tergagap.


"Be-benar, la-lagipula...apa ma-masalahnya buatku?"


"Hahaha... kau kenapa jadi gugup begitu? aku hanya bercanda,” jawab Yuuka nyengir iseng.

"Ah tidak, tidak apa-apa kalau Yuuka mau dengan Aga," Kata Ruby berusaha berbicara normal, padahal Yuuka tau betul wajah Ruby seperti menahan sesuatu.


"Dan menjadi ibu tiri untuk Ryuki? Haha!" goda Yuuka melihat wajah Ruby yang berubah. "Tidak-tidak... seharusnya memang kau dan Aga saja yang menjadi orang tuanya, kurasa Aga itu sebenarnya baik, kalian cocok!" ujar Yuuka tersenyum menatap Ruby.


"Aahh Yuuka...aku tidak mau,"


"Hihi kenapa malu begitu?"


---***---​


Satu minggu kemudian...

Hari ini adalah hari minggu, seperti biasa Aga menghabiskan harinya seperti hari-hari minggu sebelumnya. Menghabiskan waktunya dengan bermain playstation bersama Arslan dikamarnya sampai sore, kalau perlu sampai malam. Yaah hanya itu, kadang sifat mereka berdua membuat iri rekan-rekan bisnis Ayah mereka, dimana remaja seusia mereka lebih suka nongkrong dan berfoya-foya seperti anak-anak mereka. Tapi Aga dan Arslan yang konon bisa mendapatkan apa yang mereka mau, malahan berdiam diri bermain game seperti orang gila.


Memang kehidupan remaja mereka tak selurus itu, beberapa kali mereka pernah minum dan pergi ke sebuah club malam, ikut balap liar mobil dan ditangkap polisi lalu berhenti total dari semua itu.


Felix Dermawan Ayah Arslan, bahkan menghajar puteranya tanpa ampun saat itu dan membuat Arslan dirawat dirumah sakit. Arslan boleh memiliki apa yang diinginkannya, asal bukan kehidupan malam dan balap liar. Orang berkelas sepertinya tidak sudi menyentuh hal-hal semacam itu. Tidak boleh!


"Yes! Kali ini kau kalah bodoh!" lirik manik obsidian milik Arslan pada pemuda berambut jabrik disampingnya, yang tengah memajukan bibirnya.


"Aahh menyebalkan sekali!" gerutunya, melemparkan stik PS-nya menyesali kekalahanya saat bermain game PES. "Baiklah kau ambil saja mana yang kau suka!" melemparkan satu tas kecil berisi berbagai macam miniatur pemain sepak bola dunia dipangkuan Arslan.


"Tch! apa in?! aku tidak mau rongsokan ini!" Arslan melemparnya dipangkuan Aga lagi.


"Lalu apa maumu? dasar brengsek!"


"Kembalikan patungku yang kemarin saja!" pinta Arslan dengan tatapannya yang selalu dingin.


"Tidak mau!" jawab Aga memalingkan wajahnya kesamping.


"Kau bilang jika aku menang bisa memlilih koleksimu yang mana saja?!"


"Tapi jangan yang itu!"


"Aku ingin yang itu...ayolah bodoh!"


"Tidak!"


"Hiks...hiks... Oooeeek...oooeeekkk!"


"Ssst...diamlah sebentar brengsek!" meletakan telunjuk kanan dibibirnya memberikan kode agar Arslan diam dan ikut mendengarkan suara tangisan Ryuki.

"Hn? " Arslan mengernyitkan dahinya tidak mengerti.


"Kau tau, itu suara bayi Ruby." kata Aga, "Kau belum pernah melihatnya kan?"


"Belum!" jawab Arslan singkat.


"Kau mau melihatnya tidak? banyak yang mengatakan wajahnya tampan sepertiku!" lanjut Aga percaya diri, dan hal itu membuat Arslan sedikit jengah.


"Oh ya? boleh saja!" jawabnya tanpa menunjukan ketertarikannya, dia memang selalu begitu.


"Baiklah... aku tau kalau sekarang adalah jam Ruby mandi, sebentar lagi pasti meninggalkan bayinya sendirian ditempat tidur, dan saat itu aku akan membawa bayinya kemari!" terang Aga bersemangat.


Arslan mengernyitkan dahinya samar mendengar Aga. "Bodoh! kau bahkan hafal jadwal saat Ruby mandi? kau mengintipnya? dan Kau mau menculik bayinya?"


"Enak saja! untuk apa aku melakukan hal menjijikan seperti itu?"


"Bahkan kau telah melakukan hal yang lebih menjijikan daripada mengintipnya?"


"Sudahlah...jangan mengingatkanku hal memalukan seperti itu," Aga memonyongkan bibirnya sebal saat Arslan menyinggung peristiwa pemerkosaan Ruby. "Ruby melarangku dekat-dekat dengan bayinya," lanjut Aga menjelaskan.


"Itu karena kau terlalu terlihat bodoh, mungkin Ruby tidak mau bayinya dekat-dekat dengan orang bodoh sepertimu!"


"Jangan bilang begitu! dasar brengsek!"


"Hn!" malas menanggapi Aga, Arslan memilih merestart game yang sudah selesai itu.


"Sudah diamlah, aku akan mengambilnya sekarang," ucap Aga pada Arslan yang sudah tidak memperhatikannya itu. Lalu berdiri dan berjalan kekamar Ruby meninggalkan Arslan sendirian didepan monitor besarnya yang masih menampilkan game PES kesukaannya.


Aga telah berada didepan kamar Ruby. Dengan gerakan sepelan mungkin membuka pintu kamar Ruby yang memang jarang dikunci itu. Dan benar saja, dengan mudah Aga masuk dan mengendap-endap kekamar yang lumayan luas itu.


Mendengar suara gebyuran air dan senandung lirih dari dalam kamar mandi, sudah dipastikan Ruby sedang mandi seperti dugaan Aga. Pelan-pelan ia mendekati box bayi yang berada disamping tempat tidur Ruby, dan tersenyum lebar ketika dilihatnya Ryuki sedang terjaga sendirian, kakinya menendang-nendang bergerak bebas, memasukan jempol kanan imutnya kedalam mulut mungilnya.


"Hei..***bah kecil, selamat siang.” Bisik Aga tersenyum pada Ryuki yang juga meresponnya dengan melebarkan mulutnya senang. “Lama sekali tidak bertemu denganmu ya, kau terlihat lebih besar dari sebelumnya," Aga mengelus lembut pipi Ryuki yang hari itu memakai stelan singlet dan celana biru langit, sangat tampan.


"Ayo ikut denganku sebentar, ada yang ingin berkenalan denganmu, " pelan-pelan Aga mengangkat tubuh Ryuki dari box-nya. "Ayo jagoan kecil, kita berkenalan dengan paman Arslan si pantat ayam yang tingkat ketampananya nomor dua setelahku..hehe...jangan menangis ya nanti aku bisa dimarahi Ibumu yang seksi itu," oceh Aga pada Ryuki, dibalas dengan tawa lebar tanpa suara Ryuki, karena mendengar suara Aga saja sudah membuat Ryuki senang. Kemudian dengan hati-hati Aga berhasil membawa Ryuki kekamarnya.


"Hei Arslan?!" mengagetkan Arslan yang ternyata tidak jadi meneruskan game-nya, malahan sedang memilah-milah mainan ditas kecil Aga yang dibuangnya tadi.


"Hei! ini dia bayi Ruby, lihatlah.." Aga membawa Ryuki beserta selimutnya, kemudian duduk disamping Arslan dengan Ryuki digendonganya.

11119115_993297240694762_961261941563498628_n.jpg
Iris Onyx pemuda bernama belakang Dermawan itu menatap Ryuki, kemudian tersenyum tipis dan melirik Aga sebentar. "Hn! dia lebih tampan darimu bodoh!" ucapnya, tentu saja komentar itu termasuk komentar yang tidak diharapkan Aga.


"Hee!" Aga kaget dengan wajah konyolnya, "Bicara apa kau? jelas-jelas dia tampan sepertiku! kau tidak lihat mata dan rambutnya itu sama sepertiku?" protesnya tidak terima.


"Hahahah... baiklah terserah kau saja, memang kuakui perpaduan antara kau dan Ruby hasilnya tidak buruk juga."


"Tentu saja,"


"Kalau begitu buatlah satu lagi, teman bermain untuk putramu itu," ujar Arslan asal.


"Tentu saja," jawab Aga juga asal. "Hee! apa yang kau katakan!?" kembali memasang wajah terkejut dan konyolnya.


"Hah...cukup tau saja," jawab Arslan dengan wajah sinisnya.


"Jauhkan otak mesumu itu Arslan, jangan sampai Ryuki mengikutimu."


"Kau yang mesum bodoh!"


“Tapi ngomong-ngomong, tubuh Ruby boleh juga.” Ujar Aga dengan wajah mesum.


“Kau sudah melihatnya?”


“Hihihi... sudah.”


“Menjijikan! Mesum!” balas Arslan cuek.


Seketika wajah Aga berubah sebal. "Sudahlah, aku tidak mau meladenimu! lebih baik tolong kau foto aku dan Ryuki, mau aku bagikan dipath dan blogku," ujar Aga, merogoh ponsel dari saku celananya dan memberikan ponsel pintar itu kepada Arslan.


"Hh... merepotkan!" mendengus malas walau akhirnya menerima dengan berat hati permintaan sahabat bodohnya.


Kemudian Aga berpose dengan Ryuki. "Ayo senyum Ryuki tampan," Aga mensejajarkan wajah Ryuki dengan wajahnya, dan seperti mengerti kata-kata Ayahnya Ryuki senyum lebar tampak senang.


'Ckrek!’ satu foto berhasil dicapture Arslan yang tampak bosan.


"Mana hasilnya?"


"...." menunjukan foto hasil jepretanya.


Aga nyengir senang melihat hasil jepretan Arslan. "Wah keren... sekali, lagi ya Arslan," perintahnya lagi sambil memberikan ponselnya pada Arslan. Sedangkan Arslan menatap Aga dengan tatapan membunuh.


"Hehe... sekali lagi, ayolah..." bujuk Aga meski ia tau Arslan tidak suka diperintah-perintah. Tapi lagi-lagi sahabat pantat ayamnya itu tidak bisa menolak, lalu dengan berat hati ia kembali membidik Aga dan Ryuki yang nyengir dari layar ponsel itu.

'Ckrek!'


"Sudah!" ucap Arslan saat satu foto berhasil ia abadikan.


"Bagus tidak hasilnya?" Aga menyahut ponselnya, kemudian melihat hasil fotonya "Ah tapi ada yang kurang? umm... apa yaa?" manik safirnya memutar keatas menandakan ia sedang berfikir. "Aha! aku tau!" Ucap Aga mengingat sesuatu.


"Apa lagi?" tanggap Arslan malas.


"Gendong Ryuki sebentar," begitu saja menyerahkan Ryuki ditangan Arslan yang tampak gelagapan.


"Aku tidak bisa bodoh!"


"Sebentar saja, hanya kekamar Ruby." Jawab Aga, kemudian melesat pergi meninggalkan Arslan.


"..." Arslan tampak pasrah menerima Ryuki digendonganya, kemudian melihat wajah lucu Ryuki ditangannya. "Kau tau Ayahmu itu sangat menyebalkan, kuharap kau tidak sepertinya ya Nugraha kecil!" ucap Arslan pada Ryuki.


“Aa..uuh...” balas Ryuki yang tersenyum menatapnya dengan bulatan biru yang indah. Sepertinya pemuda Dermawan yang dingin itu berbakat juga menjadi pengasuh bayi.


Tak lama kemudian Aga kembali dengan berlari-lari kecil menghampiri Arslan dan Ryuki. "Haaah... untung saja Ruby belum selesai mandi.”


"Dari mana?" tanya Arslan dingin.


"Mengambil benda ini," jawabnya tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya, dan menunjukan benda berbentuk pensil ditanganya.


"Apa itu?" tanya Arslan lagi tak paham.


"Uhm... ini namanya..." mencari-cari keterangan tentang benda apa itu sebenarnya, yang sudah tertulis dipermukaan benda itu. "Uhm...ini disini namanya...eyebrow, entahlah benda apa ini aku tidak tahu, aku ambil dari peralatan make up Ruby. Sepertinya ini semacam pensil penebal alis." jawab Aga yakin.


"Untuk apa?" Arslan menaikan alisnya tak mengerti.


"Hehehe... untuk ini," Aga tersenyum licik, lalu membuka tutup benda bertuliskan eyebrow itu. Lalu menggoreskan bagian pewarnanya ke alis Ryuki.


"Hei kau sudah gila! mau kau apakan bayimu!" reflek Arslan menarik Ryuki kesamping badanya guna menghindari Aga.


"Hanya menebalkan alisnya agar sama denganku!" jawab Aga, dibalas tatapan tajam Arslan yang melarang. "Ayolah kurasa ini aman," bujuk Aga.


"Kau mau dibunuh Ruby?" tanya Arslan.


"Tidak akan, sebelum Ruby kemari akan ku hapus gambarnya," jawab Aga meyakinkan.


"Oh...baiklah, terserah kau saja!" Arslan mengalah, lalu mendekatkan Ryuki ke Aga lagi. Ia juga yakin benda itu tidak akan melukai Ryuki.


Lalu Aga menebalkan alis Ryuki dengan pensil alis milik Ruby, dan beruntungnya Ryuki sama sekali tidak rewel. Beberapa saat kemudian Aga selesai, hasilnya Aga dan Ryuki kini benar-benar sangat mirip. "Hehehe..." nyengir senang melihat karyanya jadi dengan sempurna. "Sekarang kita benar-benar mirip ya Ryuki kecil!"


Arslan sweatdrop[/] melihat kelakuan Aga yang menurutnya tidak wajar, berfikir jika beban sahabatnya itu sangat berat sampai membuatnya gila seperti itu.


"He brengsek? kenapa menatapku seperti itu?" protes Aga menyadari tatapan Arslan seperti menghawatirkanya.


"Hn? tidak, kuharap kau tidak gila sungguhan."


"Apa katamu?, aku hanya bermain dengan Ryuki."


"Iya terserah kau saja!" Lagi-lagi kalimat ketidak pedulianya itu terlontar.


"Kalau begitu foto lagi," pinta Aga yang dijawab oleh decakan malas Arslan. Memangnya sejak kapan seorang Dermawan sepertinya menjadi juru foto amatiran seperti ini? kalau bukan Aga yang meminta mungkin sudah sejak tadi ponsel pintar itu rusak karena sudah dibanting terlebih dahulu.


Aga bersiap, menggendong dan mendekatkan wajah Ryuki dengan alis yang tebal sepertinya ke wajahnya. "Hihi...sekarang ayo senyum Ryuki, katakan moochii..." bersemangat dan memamerkan lagi gigi putih bersihnya.


'Ckrek!' Satu foto berhasil diambil.


"Bagaimana hasilnya?"


"Lumayan," memberikan ponsel pintar itu ke Aga.


"Wah! hebat sekali... kita benar-benar sama Ryuki...hahaha!" Aga tertawa senang melihat hasil fotonya sesuai harapanya, tidak menyangka Arslan jago juga mengambil gambarnya.


"Aku akan mengirimkan ke Ibu..." ujar Aga senang, sementara Arslan kembali bersweatdrop menanggapi Aga.


'Brraak!'


Tiba-tiba pintu terbuka.


Aga dan Arslan terkejut menoleh kearah suara, dua pasang manik safir dan onyx itu membulat sempurna menangkap sesosok wanita berambut panjang sedang menatap mereka tajam.


"AGA!" Ruby geram melihat Ryuki berada dalam gendongan Aga, lalu tanpa pikir panjang Ruby berjalan kearah Aga dan bersiap merebut Ryuki.


"Kau menculik Ryuki lagi, dasar menyebalkan!" cerca Ruby yang terlihat sangat marah. Sementara Aga dan Arslan hanya diam, masih belum siap menghadapi Ruby yang datang secara tiba-tiba.


"Dan...aaah.." Ruby menghentikan kalimatnya, menyisakan pemandangan sexy menurut Aga, karena bibir Ruby terbuka membentuk huruf ‘O’ terlihat kemerahan dan segar ketika melihat wajah Ryuki penuh coretan di alisnya.


"Hehe...kami hanya bermain Ruu..." ujar Aga dengan wajah bersalah, sekaligus salah tingkah.


"Kau apakan wajah Ryuki!" bentak Ruby kesal, lalu merebut Ryuki dari Aga.


"Ehem..." Arslan berdiri dari duduknya. "Sebaiknya aku pulang saja, hari ini aku ada janji dengan Alan," ujar Arslan menggaruk kepala belakangnya dan berniat menghindari amukan Ruby.


"Arslan!" rajuk Aga pelan dengan tatapan seolah 'temani aku menghadapi Ruby!'. Namun semua itu hanya harapan, dengan santainya sahabat pantat ayamnya itu ngeloyor begitu saja, keluar dari kamarnya. Benar-benar tidak bisa diandalkan! Dalam hati Aga mengutuk Arslan dan bersumpah akan membawa sahabtanya itu kesarang banci yang sangat Arslan takuti.


Emerald itu melirik sebentar kearah Arslan yang melewatinya, lalu kembali menatap tajam Aga yang ada didepannya. Aga pasrah kalau saja sekarang Ruby mau memukul atau menendangnya.


TBC​
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terakhir diubah:
Hahahaha asli ngakak ane bca yg in sist...updatenya mantapp punya...
 
Bimabet
huahahahaha ngakak ama update yang ini.

=))
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd