Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Buah Dari Masa Depan by Nona Violet

Bimabet
sis vio, cek PM yah :D
 
4211440.gif


Emerald itu melirik sebentar kearah Arslan yang melewatinya, lalu kembali menatap tajam Aga yang berada didepannya. Aga pasrah kalau saja sekarang Ruby mau memukul atau menendangnya.


"Hiks...hiks...ooeeekk... " Ryuki tiba-tiba gelisah dan menangis, membuat perhatian Ruby tertuju pada Ryuki didekapannya. Lalu menatap Aga tajam, seolah menuduhnya melakukan sesuatu.


"Kenapa menatapku?! kau yang membuatnya menangis, bukan aku!" sadar dengan sorot mata Ruby, Aga membela diri.


"Kau apakan Ryuki?!" ia tak percaya begitu saja.


"Tidak ada!"


"Lalu kenapa Ryuki menangis?!" timpal Ruby takut sesuatu telah dilakukan Aga.


"Mana aku tau! mungkin kau menariknya terlalu kasar!"balas Aga tidak mau menjadi tersangaka atas menangisnya Ryuki.


"Shh...sayang, timang timaaang...diam sayang..." Ruby mencoba menenangkan Ryuki yang menangis sambil memejamkan matanya yang kecil.


"Coba biarkan aku saja yang menggendongnya," pinta Aga. Tidak tega juga melihat Ryuki menangis seperti itu.


"Tidak boleh!" Ruby menolak kasar.


"Dia ingin bermain denganku, kemarikan sebentar saja!"


"Ma-mana mungkin! Ryuki senang bersamaku, aku Ibunya!" bentak Ruby tidak terima.


"Lalu apa salahnya?! aku juga Aya-" Aga menghentikan kalimatnya, ragu menyebut dirinya Ayah Ryuki. Bagaimana ya, bukannya tidak mau. Tapi bukankah dulu ia tidak mau mengakuinya, kalau tiba-tiba dia berkata seperti itu malu juga.


"Apa?!" seru Ruby masih dengan wajah ketusnya.


"Sudahlah, aku lelah bertengkar denganmu. Aku hanya ingin menenangkan Ryuki, memangnya apa salahnya?" Aga merendahkan suaranya pasrah.


"Ti-tidak ada yang salah, hanya saja Ryuki-"


"Sudahlah kalau boleh kemarikan, kau tidak kasihan dia terus menangis begitu?"


Bulatan kristal hijau Ruby teralih menatap Ryuki, dan bayi mungilnya itu masih menangis. Iya tidak tega juga melihatnya, tapi kalau Aga yang menenangkannya ia juga tidak yakin.


"Ayolah, sebentar saja Ruu," bujuk Aga membuyarkan lamunan Ruby.


"Tapi dia harus minum susu, dan tidur!" jawab Ruby tegas.


"Sebentar saja, kau boleh menyusuinya setelah dia berhenti menangis," Aga meyakinkan.


Ruby terdiam, ia terlihat ragu tapi jujur saja Ryuki memang susah dibujuk kalau sudah menangis seperti itu. Dan kali ini ada Aga yang menawarkan dirinya untuk membantu menenangkan Ryuki, apa salahnya dicoba? selama dia disamping Ryuki, Aga tidak akan bisa menyakiti Ryuki. Ya, bukankah Aga juga ayahnya, sepertinya Aga tulus mau menenangkan Ryuki.


Dengan ragu Ruby membiarkan Aga merengkuh tubuh Ryuki dari dekapannya, membiarkan Aga menimang Ryuki. Walau masih kaku dengan Ryuki digendongannya, tapi cukuplah untuk seorang pria yang tidak pernah menggendong bayi.


"Ssstt...sst.. tenanglah... ini aku, bukanya sudah kubilang laki-laki tidak boleh gampang menangis?" ujar Aga pada Ryuki, mengguncang pelan tubuh Ryuki kemudian mengelus pelan pipi merah itu menenangkan puteranya.


Setelah beberapa menit kemudian Ryuki berhasil ditenangkan, bayi mungil itu memejamkan matanya sambil menyesap jempol kanannya dengan nyaman. Ruby yang menyaksikan pemandangan itu tersenyum tipis, ada sedikit rasa lega melihat Aga memperlakukan Ryuki dengan lembut. Tidak menyangka, pemuda kekanakan sepertinya bisa juga bersikap lembut pada seorang bayi, dan aura itu, entah aura apa yang dipancarkan Aga saat itu. Dia terlihat lebih menarik, em...bukan! tapi apa ya, yah Ruby juga tak tau pasti, mungkin terlihat lebih dewasa. Mungkin.


"He! Ryuki-nya sudah tidur," suara Aga membuyarkan lamunan Ruby.


"Eh?"


"Kau mau membawanya kekamarmu, atau berdiam diri dan mengagumi ketampananku disana? He?" goda Aga menaikan sebelah alisnya berlagak keren.


'Plash'


Wajah seputih porselen itu memerah. "Si-siapa yang mengagumimu! aku..aku hanya, em... aku akan menidurkan Ryuki sekarang!" merebut begitu saja Ryuki dari tangan Aga, kemudian pergi secepat mungkin dari hadapan Aga sambil menyembunyikan pipinya yang memerah seperti tomat masak.


"Dasar wanita aneh, kau aneh, dan kau...ah! lupakan!" gerutu Aga berbicara sendiri sambil menatap punggung dengan rambut lurus yang mulai menghilang dari pandanganya, kemudian masuk kekamar dengan Ryuki.


Lalu beberapa saat kemudian Aga berbalik dan mengambil ponselnya yang tergeletak dilantai, kemudian membuka galeri fotonya memeriksa foto yang beberapa saat lalu dibuat Arslan. Aga tersenyum melihat foto-fotonya dengan Ryuki, tampak beberapa foto dengan gaya yang lucu, tawa lebar Ryuki dengan alis buatannya yang tebal. Yaah... itu sangat lucu dan akrab.


---***---​


"Paman, lalu kapan paman akan membicarakan perceraian Adikku dan Aga?" tanya pemuda dengan mata emerald yang tajam, ia bertanya pada seorang pria setengah baya yang sedang duduk dimeja kerjanya, tampak sibuk dengan dokumen-dokumen perusahaanya.


Kemudian pria yang dipanggilnya paman itu meletakan dokumen - dokumen itu kemeja, melirik sebentar kearah keponakan laki-lakinya yang berdiri mematung didepan meja kerjanya. Pemuda itu memang seperti itu, tidak bisa duduk dengan tenang kalau sudah menyangkut adik kesayangannya. "Mungkin secepatnya, menunggu Julian pulang dari Perancis!" jawabnya dengan suara yang berat dan tegas.


"Lalu apa paman akan tetap membawa Ryuki?"


"Ruby dan putranya akan tinggal bersama kita,"


"Aku senang mendengarnya paman, baiklah kalau begitu, sebaiknya aku mulai menyiapkan kamar Ruby dan Ryuki," ucap Gary.


"Kerjakan saja jika itu memang perlu, kau kakak yang bisa diandalkan," jawab Henri, menatap anak dari adiknya itu yakin.


"Baik paman, terima kasih." balas Gary tersenyum tipis, kemudian meninggalkan Henri yang kembali sibuk dengan berkas perusahaanya.


---***---​


Siang telah berganti malam dengan gelapnya yang pekat. Hujan yang turun sedari petang belum juga reda sampai tengah malam, masih menyisakan ribuan rintik yang berjatuhan kebumi. Hawa dingin dan suara rintiknya membuat sebagian orang semakin nyaman berada dibawah selimut tebal mereka masing-masing.


Tapi tidak dengan Ruby, ia masih terjaga dengan raut wajah yang tampak khawatir. Ia mengguncang pelan tubuh Ryuki agar bayi itu berhenti menangis, beberapa kali ia menempelkan punggung tangannya dikening Ryuki. Mengecek suhu badan Ryuki yang ternyata belum juga turun sejak sore tadi.


Ini adalah pengalaman pertama bagi Ruby menghadapi putranya yang demam, meski begitu ia berusaha agar tidak panik. Ia juga beberapa kali sudah menanyakan pada Lisna tentang apa yang harus dilakukannya. Yang ia dapat adalah, Lisna menyarankan agar mengompres Ryuki dan melepas selimutnya.


Ruby sudah melakukannya tapi sudah berlembar-lembar penurun panas ia ganti dari kening Ryuki, namun suhu panas sang putra belum juga turun. Sedari tadi Ryuki rewel dan menangis, sesekali tidur dan kemudian kembali menangis tidak nyaman.


Ruby melihat jam di dindingnya, waktu sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari, dan bayi berusia hampir dua bulan itu masih bergerak-gerak gelisah tanpa mau menyentuh ASI yang diberikan Ruby.


"Ryuki?" pekik Ruby saat punggung tangannya menyentuh leher Ryuki. Suhu badannya kembali naik! Dan sekarang ia tak bisa lagi bersikap tenang, Ruby sudah benar-benar panik, ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan lagi.


"Hiks...eeoooeekk...nneee...oooeekk!" tangis Ryuki gelisah.

"Sayang... ssh..ssh, cup cup...sayang, Ryuki sayang tenang ya?" Ruby mengangkat tubuh Ryuki, mendekapnya berusaha memberikan rasa nyaman untuk Ryuki. Namun nyatanya Ryuki masih terus menangis.


"Sayang... Ibu disini sayang tenanglah, kita kedokter!" ujar Ruby memutuskan. "Ssstt...sabar ya sayang," mencium lembut pipi Ryuki yang panas.


Kedokter, iya Ruby tau ia harus membawa Ryuki kedokter segera. Tapi Ruby tidak bisa membawa mobilnya sendiri, dan ia tau driver mereka sudah pulang kerumah masing-masing.


Lalu apa yang harus dilakukannya, menanyakan berapa nomor pribadi driver keluarga Nugraha? tapi itu tidak sempat sedangkan ia harus cepat, satu-satunya penghuni rumah ini yang bisa membawa mobil hanyalah Aga, iya Aga!


Tanpa pikir panjang Ruby berlari kecil keluar dari kamarnya, membawa Ryuki didekapanya yang masih menangis keras, bahkan ia tidak peduli kalau Aga akan menolak! Ruby akan memaksa Aga, bahkan kalau harus bersujud untuk diantarkan akan Ruby lakukan! semua demi Ryuki.



'Brak! brak! brak!'


"Aga! bangun Aga!" dengan kasar Ruby menggedor pintu kayu Aga, mulai tidak sabaran karena tangisan Ryuki mulai tak wajar, dan itu membuat Ruby tak kuasa menahan tangisannya.


"AGA KUMOHON BUKA PINTUNYA! BUKA AGAAA! BUKAA!" Ruby menjerit histeris saat Ryuki menangis gemetar, bahkan Ryuki sudah tidak mengeluarkan suaranya lagi.


"Ryuki! kumohon jangan begini nak...sabar sebentar ya sayang!" tangis Ruby panik.


'Brak!brak!' Ruby kembali menggedor dengan keras, seakan menumpahkan kekhawatirannya dipintu kayu tak berdosa itu.


"AGAAAAA! AGAA KUMOHON BANGUN! Tolong Ryuki Agaaaa! tolong Ryukiiiiii" teriak Ruby mulai putus asa.


"Nona Ruby?!"


"Ada apa Nona Ruby?!"


Lalu beberapa maid dan penjaga datang tergopoh-gopoh berkumpul menghampiri Ruby.


"Ryuki sakit..." jawabnya dengan tangisan.


'Cklek' pintu kamar Aga terbuka. "Ada apa?" melongokan kepalanya, dan iris birunya terbelalak mendapati Ruby bercucuran air mata dengan rambut yang berantakan.


"Aga Ryuki sakit! cepat antar aku kerumah sakit! kumohon!" tangis Ruby menarik-narik lengan baju Aga.


Aga memegang dahi Ryuki, "Ryuki?!" dan kemudian wajahnya menegang. Seketika ia juga panik mengetahui kening Ryuki sangat panas.


"A-aku ambil kunci mobil dulu!" Aga melesat, bergegas masuk kedalam kamarnya dan mengambil kunci mobilnya. Ryuki masih terus menangis, Ruby berusaha menenangkan semampunya, tapi Ryuki terus menangis, tangisannya tidak seperti biasanya. Sedangkan maid dan penjaga rumah itu hanya bisa menatapnya penuh kekhawatiran.


Dan tidak perlu waktu lama, Aga kembali dengan membawa kunci mobilnya. "Ayo Ruu, bawa Ryuki cepat!" ajaknya terburu-buru diikuti Ruby dibelakangnya. Lupakan soal pakaian Aga, bahkan ia tak sempat mengganti kaus putih polosnya dan celana santainya.


"I-iya!" mereka berjalan menurun tangga rumah dengan tergesa-gesa.


Aga mendahului Ruby yang berada dibelakangnya, keduanya terburu-buru dan panik. Maklum saja mereka hanyalah sepasang pasangan muda yang tidak mengerti apa-apa, tidak didampingi siapapun disaat genting seperti ini.


Setelah mengambil mobilnya Aga menuntun Ruby masuk kedalam mobil hitamnya, dan dengan serampangan Aga menutup pintu mobilnya, ia sangat panik! benar-benar panik. Lalu Aga berlari ke kursi kemudi, menstarter kemudian menjalankan mobilnya. Tidak perlu ada yang membukakan pintu gerbangnya, karena hanya dengan menekan password Aga bisa bebas keluar dari rumahnya dan melesatkan mobil sportnya itu dengan cepat.


Beruntung karena jalanan sudah sepi, selain karena hujan yang turun hari juga sudah mulai pagi. Aga melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, andai saja bukan karena ingin segera membawa Ryuki ke Dokter, mungkin Ruby sudah pingsan sedari tadi, ini terlalu berlebihan untuknya.


Mata biru Aga sesekali melirik Ryuki yang masih menangis, tampak sebuah kekhawatiran tersirat diwajahnya.


"Ooeeek...ooooeeek!..aaa..ooeeekkk..." Ryuki terus menangis, tubuhnya menggeliat tidak nyaman. Beberapa kali mau melompat dari tangan Ruby.


"Ryuki kumohon... jangan begini nak.." bujuk Ruby berusaha tenang meski suaranya bergetar, menandakan bahwa ia benar-benar tidak tenang. Pemandangan itu semakin membuat perasaan Aga gundah. Aga tidak sabaran, sebisanya ia melajukan mobilnya dengan kencang, ia tak kuasa melihat dua orang yang entah sejak kapan menjadi sangat berharga baginya sedih dan sakit itu membuat hatinya terasa sakit.


"Ruu...tenanglah, sebentar lagi kita sampai." ujar Aga mencoba menenangkan Ruby. Walau sebenarnya ia benar-benar tidak tega melihat Ryuki seakan kesakitan disekujur tubuhnya.


"Aga! Ryuki kenapa?!" pekik Ruby hampir tak percaya melihat tubuh Ryuki mengejang, mata birunya membalik keatas hanya terlihat bagian putihnya saja.


"Ryuki!" Seru Aga semakin melihat Ryuki kejang-kejang "Ki-kita akan sampai Ruu sebentar lagi!" hati Aga terasa begitu sakit, ia ingin menangis saja melihat Ryuki seperti itu, ia benar-benar gugup apalagi Ruby sudah menjerit-jerit sambil mendekap Ryuki.


Mobil hitam itu melaju dengan cepat ditengah gerimis yang belum reda, beberapa menit kemudian mobil hitam Aga telah memasuki halaman rumah sakit International itu.


'Blam!'


Dengan kasar Aga menutup pintu mobilnya dan keluar berlari kepintu Ruby, membukakan pintu Ruby dengan tidak sabaran.


"Cepat Ruu!" sekali lagi, mereka hanyalah pasangan muda yang tidak punya pengalaman apa-apa soal ini.


Keduanya berlari secepat mungkin mencari perawat, dan tentu saja dengan mudah mereka menjumpai dilorong rumah sakit.


Setelah Ryuki diserahkan keperawat kemudian dibawa kedalam ruang ICU, Ruby yang masih stress berusaha menemani Ryuki tapi perawat melarangnya, dengan berat hati Ruby membiarkan Ryuki dirawat sendirian.


Pundak Ruby bergetar tak kuasa menahan tangisnya, mematung didepan ruang ICU. Melihat Ryuki dibawa keruang rawat tanpa dirinya sangat-sangat membuat perasaannya semakin khawatir. Pipi mulusnya terus basah oleh lelehan air mata suci-nya yang sedari tadi menetes dari bulatan emeraldnya, dan agar tangisnya tak pecah Ruby menutup mulutnya rapat-rapat dengan telapak tangan, menjerit sekencangnya agar teriakannya tak terdengar siapapun.


"Ruu..." Aga menelan ludahnya dengan susah payah, ia masih terlihat shock, raut wajahnya masih tegang menyiratkan kekhawatiran, tapi dia seorang pria. Bagaimana kalau ia juga lepas kontrol seperti Ruby? itu akan membuat mental Ruby semakin down, jadi ia harus berpura-pura tegar.


Aga mendekati Ruby, tidak tau apa yang harus ia katakan pada Ruby, yang jelas perasaannya tak jauh beda dengan Ruby. Ia sentuh pundak Ruby yang membelakanginya. "Tenang Ruu.." ucapnya bohong, padahal ia juga tidak tenang.


Ruby berbalik menghadap Aga. "Agaaaaa...hiks..." tanpa disangka sebelumnya, Ruby menghambur kepelukan sang Nugraha muda yang sering disebutnya 'menyebalkan'. Memeluk tubuh Aga dengan kencang, menangis tersedu-sedu didada bidang Aga.


"Eh?!" membulatkan iris safirnya, detak jantungnya tiba-tiba berdebar kencang, terkejut dengan gerakan tiba-tiba Ruby. Namun beberapa detik kemudian safir itu kembali teduh meski detak jantungnya tak dapat ia kontrol, ia mengerti apa yang sedang dirasakan istrinya itu, ia tau Ruby butuh sandaran disaat yang seperti ini. Sekuat apapun, Ruby tetaplah seorang wanita yang butuh pendamping saat dirinya begitu rapuh.


Tidak mau mengganggu Ruby, Aga hanya diam saat Ruby memeluknya terlalu erat, membiarkan dada bidang yang tertutup kaus itu ikut basah oleh airmata Ruby. Aga yakin, Ruby mendengar detak jantungnya yang seolah mau keluar dari dadanya itu. Apa itu terlihat memalukan saat seorang wanita mengetahui jantungmu berdetak kencang saat dia berada didekatmu?


"Hiks...Ryuki... hiks...aku takut Aga..." lirihnya pelan.


Sebagai seorang pria yang melihat wanita yang sering mampir ditidurnya bersedih seperti itu, jujur saja membuat perasaannya bergetar. Dengan ragu kedua tangan kekar yang sedari tadi bergantung disisi badanya kini terangkat. Ragu ingin membalas mendekap tubuh mungil yang kini masih terisak dihadapanya, ragu jikalau Ruby marah dan menolaknya. Tapi apa salahnya mencoba? perasaanya tulus, hanya ingin menenangkan dan memberikan perasaan nyaman terhadap ibu dari anaknya ini.


Entah darimana Aga mengumpulkan keberanianya, Aga memutuskan membalas pelukan Ruby. "Ruu..., aku yakin Ryuki tidak apa-apa," kedua tangan kekarnya melingkar dipunggung Ruby, kemudian tangan kananya mendekap kepala Ruby agar lebih nyaman didadanya. Mengusap lembut rambut lembut Ruby yang kini terlihat kusut. Tidak peduli dengan detak jantungnya yang semakin menggila.


Dekapan tulus Aga berhasil membuat Ruby sedikit tenang, ia hirup Aroma citrus yang melekat pada tubuh Aga, tak disadarinya aroma itu diam-diam telah menghipnotisnya, membuat perasaanya terasa aman dan nyaman saat berada didekapan Aga. Aroma itu, aroma tubuh Aga yang dulu pernah membuatnya trauma, aroma tubuh yang dulu sangat dibencinya, aroma yang dulu pernah menempel ditubuhnya dan sangat ingin dihilangkanya dengan mandi berjam-jam diguyuran air dikamar mandinya. Kini aroma itu malah membuatnya merasa nyaman dan tenang, merasa terlindungi dari apapun.


Ruby sadar dan kenal bahwa aroma itu adalah milik seseorang yang ia kenal, sekaligus orang yang ia benci. Dan ia yakin, yang ia peluk adalah Aga. Menyadari itu, Ruby enggan membuka matanya, malu, takut dan juga gengsi. Bodoh! Kenapa ia harus memeluk Aga sekencang ini? dan sialnya ia sangat suka, suka berada didekapan Aga. Bahkan Ruby suka mendengar degup jantung Aga yang tak karuan itu, sama seperti degup jantungnya saat mengetahui bahwa yang dipeluknya adalah Aga.


Ruby menghentikan tangisannya, ia harus memastikan bahwa dada bidang yang kini ia gunakan untuk bersandar adalah orang yang dikenalnya. Ia berharap itu Ayahnya atau Gary, ia tidak mau kalau itu Aga. Tapi kita semua tau kan siapa yang dipeluknya?


Berlahan emerald yang sudah membengkak dan basah itu terbuka pelan, saat menggulirkan bulatan matanya keatas yang pertama kali ia lihat adalah leher kokoh yang sudah ia kenal. Dan beberapa detik kemudian dirinya mengumpulkan keberanianya untuk melihat langsung wajah seseorang yang kini memeluknya, seseorang yang memberikanya rasa nyaman.


Aga merasakan Ruby bergerak pelan didalam dekapanya. Kemudian Ruby menarik kepalanya pelan-pelan dari dada Aga.


Saat emerald dan safir itu beradu keduanya saling terpaku, ada rasa lain yang menggelitik hati keduanya, kemudian menimbulkan rasa canggung bagi keduanya.


"Maaf..." kata itu yang terucap dari bibir tipis Ruby, dan begitu saja melepaskan pelukan Aga padanya.


"Ti-tidak apa-apa," Aga tergagap, canggung. Ada sedikit rasa tidak rela saat tubuh itu lepas dari dekapannya. "Sebaiknya kita duduk saja, kau tampak lelah." demi menghilangkan suasana canggung, Aga mengajak Ruby duduk. Tapi karena masih canggung Ruby diam tak bergeming.


Entah apa yang ada didalam otak Aga. "Ayolah..." tiba-tiba Aga menggenggam jemari tangan kiri Ruby dan menariknya menuju kursi tunggu disamping ruang ICU. Ruby sedikit terkejut atas gerakan tiba-tiba itu, tapi dia tetap mengikuti mau Aga.


Duduk berdua dikursi tunggu, keduanya terdiam sibuk dengan kekhawatiranya dengan Ryuki. Rumah sakit juga tampak sepi, sedangkan hujan masih turun dengan rintik yang semakin banyak.


Aga melirik Ruby yang menundukan kepalanya, kedua tangan halus Ruby terkepal diatas lutut menahan perasaanya. Wajah sendunya terhalang oleh poninya yang sudah mulai panjang. Walau samar Aga masih bisa melihat, bahwa wanita manis disampingnya itu masih terus menangis.


"Eh? aku tau kau sangat khawatir," Aga kembali membuka percakapan. "Aku juga menghawatirkanya," ujarnya. "Tapi kau tau kan? Kau yakin kan Ryuki itu pasti kuat? dia tidak akan apa-apa, jadi jangan menangis lagi, sebaiknya kita berdoa saja." ujar Aga berusaha menguatkan dan memberi harapan pada Ruby.


Tapi Ruby malah semakin terisak mendengarnya, pundaknya berguncang-guncang hebat. Sedangkan Aga menjadi merasa bersalah karena mendengar Ruby menangis lagi, setaunya kata-katanya tidak ada yang salah. Lagipula Ruby menangis bukan karena Aga, ia hanya tidak menyangka, disaat seperti ini malahan Aga orang yang dibenci menguatkanya. Dia tidak seburuk itu, dia tidak secuek itu padanya dan Ryuki.


"Ma-maaf kalau aku salah bicara," ucap Aga khawatir.


"Ti-tidak, terima kasih." Kemudian Ruby mengangkat wajahnya, menatap Aga disampingnya dan mengangguk tersenyum padanya, dengan sisa-sisa airmata yang masih meleleh.


Aga terlihat lega, ia juga tersenyum membalas Ruby. Kemudian kedua tangan kekarnya terangkat menangkup kedua pipi Ruby, dengan lembut dihapus airmata yang membasahi pipi putih itu dengan ibu jarinya. "Jangan menangis, kau kan galak." ejek Aga mencoba menghibur Ruby. Perlakuan spontanitas Aga itu membuat pipi-pipi Ruby yang tadinya putih pucat itu, kini menjadi putih bersemu merah.


Dan Aga terhipnotis wajah cantik polos tanpa make up didepannya itu. Kecantikannya juga berlipat ganda karena senyuman yang tidak pernah Aga lihat sebelumnya. Boleh kan kalau Aga jatuh cinta padanya?


TBC​


A/N : Maaf updatenya dikit, maaf untuk Typo, next chapter SS nte Lisna ya... maaf nunggu lama ^^
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
siiippp mantab :jempol:

akhirnya Aga tersepona ama Ruby.
 
Jadi inget wkt peri kecil ane berusia 1 tahun, dia terkena muntaber dan hrus d rawat 3 hari d RS.. Perasaannya persis sama sperti yg Aga alami, panik, takut dan tak tau hrus berbuat apa. Hanya bisa berpura2 tegar dan kuat, demi menguatkan istri trcinta.. :(( :((


#nice apdet sist, ngena bnget feelnya..:jempol:
 
Feelnya ngena banget sist
Mungkin beberapa orang tua muda bakal khawatir banget kalo si kecil sakit

Semoga si ryuki gak parah sakitnya sist

Btw Nice Post sist :beer:
 
hahaha :haha: saya suka ini mantap :baca:

"A/N : Maaf updatenya dikit, maaf untuk Typo, next chapter SS nte Lisna ya... maaf nunggu lama"

ss tante lisna? hmmm tawaran yang sangat mengoda :pandajahat:
 
Hmm.. Tanda2-nya sih kyknya si Gary jg mau sama Ruby neh..
 
Pertamax, Sis. Hohoho... ;)

Yeeeeeeiy, baikan juga... :horey:

SS Tante Lisna? Hmmm... :fiuh:

Yang penting, mantap! :jempol:

wkwkkw.... ss nte next update deh : p
siiippp mantab :jempol:

akhirnya Aga tersepona ama Ruby.

Haha... amin semoga :v
Jadi inget wkt peri kecil ane berusia 1 tahun, dia terkena muntaber dan hrus d rawat 3 hari d RS.. Perasaannya persis sama sperti yg Aga alami, panik, takut dan tak tau hrus berbuat apa. Hanya bisa berpura2 tegar dan kuat, demi menguatkan istri trcinta.. :(( :((


#nice apdet sist, ngena bnget feelnya..:jempol:

Waaahh.... gitu yah, namanya juga anak yah pasti panik bgt :-(
 
Feelnya ngena banget sist
Mungkin beberapa orang tua muda bakal khawatir banget kalo si kecil sakit

Semoga si ryuki gak parah sakitnya sist

Btw Nice Post sist :beer:

Syukurlah klo ngena yah^^
Iyaaah pasti panik, aplg anak pertama :'(
hahaha :haha: saya suka ini mantap :baca:

"A/N : Maaf updatenya dikit, maaf untuk Typo, next chapter SS nte Lisna ya... maaf nunggu lama"

ss tante lisna? hmmm tawaran yang sangat mengoda :pandajahat:

wkwk... soalnya baru nemu jalannya...hehe
sis updetnya jangn lama lama yaa soal ane ga sabar pngn tau lanjutnya hee :D
:semangat: :beer:

Haha... maunya jg update cpt, tp gempor juga nulisnya >_<. pokoknya jgn bosen nunggu yaaa...
 
:haha: feelnya sungguh berasa sist sampe ane lupa tarik nafas waktu bacanya sist. Ditunggu lanjutannya.
 
Bimabet
Gantungin kenttang terooooooooos
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd