Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Buah Dari Masa Depan by Nona Violet

sad ending juga gpp...yg jelas ini cerita udah sangat berkualitas
 
4211440.gif


"Nnneee...aaaeek...ooouh..oooek! hiks..hiks..."


"Ryuki sayaang, kau sekarang cengeng sekali ha?" mau jadi anak nakal?" Wanita muda itu terus berbcara, tampak kesulitan membuat bayi kecilnya diam. Sesekali ia mengguncang pelan gendongannya sambil berusaha menyusui bayinya yang masih menangis.


"Ooeekkk...aaaeek..oooee'.." tapi sayangnya bayi mungil itu masih terus menangis.


Ruby mendekap tubuh mungil bayinya dengan hangat. "Ssstt... diam sayang, hei kau tau ini sudah malam?" rayu Ruby sambil menimang-nimang Ryuki.


"Hiks... ooee...ooekk..!" masih terus menangis.


'Tok..tok..tok'


"Ruu?"

Ruby menoleh pintu kamarnya yang diketuk dari luar. "Masuklah Aga, tidak dikunci," jawab Ruby hafal itu suara Aga.


'Cklek' pintu terbuka. Kemudian Aga masuk dengan mengenakan piyama, sepertinya ia terbangun dari tidurnya. "Berisik sekali, Ryuki kenapa lagi?" tanyanya dengan nada bosan, sambil ngeloyor mendekati Ruby.


"Tidak tahu, sekarang Ryuki makin cengeng dan nakal!" Ruby cemberut kesal.


"Jangan bilang begitu, kemarikan biar aku saja yang menimangnya." Tawar Aga mengulurkan kedua tangannya.


"Hhh... baiklah..." mendengus pelan, dan tanpa ragu Ruby membiarkan Aga menggendong Ryuki, siapa tau Aga beruntung. "Hati-hati," ucapnya saat Aga menerima bayinya.


"Kurasa aku bisa diandalkan," jawabnya Aga percaya diri, sekilas membuat Ruby meliriknya bosan. Kemudian Aga menimang Ryuki sebentar, tapi pangeran kecilnya ternyata masih menangis. "Apa dia haus?" tanya Aga sembari menggoyang-goyang Ryuki pelan.


"Tidak, malah kurasa dia sudah terlalu kenyang," jawab Ruby yakin, tentu saja karena sedari tadi Ryuki sesekali minum ASI-nya disela-sela tangisnya itu.


"Ooh...tapi kenapa kau masih terus menangis? Cengeng yaa anak Ayah?" Aga mencium pelan mulut mungil Ryuki yang terbuka, menghirup aroma khas nafas bayi Ryuki. Entah kenapa melihat Aga selembut itu pada Ryuki membuat dada Ruby sedikit berdegup.


"Oooeee...ummm...ooeekk."


"Hei, hei...Ini Ayah, diamlah." Aga masih berusaha membuat Ryuki diam, dengan telaten ia menimang dan memperlakukan Ryuki dengan lembut, ditemani Ruby disampingnya yang wajahnya terlhat sedkt tegang, bukan apa-apa ia hanya agak canggung.


Aga mengusap lembut pipi Ryuki dengan ibu jarinya."Diamlah Pangeran Ryuki yang tampan, kau mau tetanggamu datang dan marah pada Ayah gara-gara kau berisik?" ujarnya membuat Ruby tersenyum tipis mendengarnya.


“Oeeeekkk! Hiks..ooeek!” alih-alih diam, Ryuki malah menjerit sejadi-jadinya.


“Sudah biar aku saja yang menggendongnya,” pinta Ruby putus asa atas usaha Aga.


“Beri aku kesempatan sebentar lagi,” tolak Aga. Ia masih yakin bisa membuat Ryukinya diam, lagi-lagi membuat Ruby mendengus menyerah.

Masih dengn sabar Aga mencoba membujuk Ryuki, tapi beberapa saat kemudian Aga merasakan perutnya hangat dan Ryuki berhenti menangis. Penasaran Aga meraba perutnya sendiri. "Payah kau ngompol ya!?" pekik Aga dengan ekspresi konyolnya, sedangkan Ryuki nyengir melihat Aga panik.


"Eh? mmh..mmhhh," Ruby menutup mulutnya dengan telapak tangan, menahan tawa gelinya melihat wajah Aga yang jijik bercampur risih. Kalau saja itu bukan seorang bayi, Aga pasti sudah membantingnya.


"Ruu?! kau mentertawaiku? Apanya yang lucu?!" seru Aga masih dengan ekspresinya yang menurut Ruby sangat konyol.


"Mhh...tidak," Ruby menggeleng cepat, tapi itu tidak membuat wajah yang jelas-jelas menertawakan Aga itu tersamarkan.


"Lalu apa?" Aga mendesak, ia tak percaya begitu saja.


"Mmmhhahahahah... tidak tidak!" akhirnya tawa Ruby yang sedari tadi ia tahan tak dapat dibendung lagi. Hal itu membuat jantung Aga berdetak keras, baginya ini pertama kali untuknya melihat Ruby tertawa begitu lepas. Sangat manis, cantik dan tentu saja itu sama sekali tidak dibuat-buat.


"Benar kau mentertawakanku kan Ruu?” desak Aga lagi, Ruby masih tertawa. “Kau memang selalu senang kalau aku sial ya!"


"Haaha...haha...sudahlah, kemarikan Ryuki biar aku ganti celananya," ujar Ruby meraih Ryuki dari gendongan Aga.


Kemudian membiarkan Ruby mengambil alih Ryuki dari tangannya. "Ah...jadi kotor kan, kenapa tidak kau pakaikan diapers?" Aga mengerucutkan bibirnya sebal sambil mengibas-ngibaskan baju bagian perutnya yang basah.


"Maaf Aga diapersnya habis," jawab Ruby tersenyum geli sembari merebahkan Ryuki ditempat tidurnya, lalu mengambil celana ganti dilemari.


"Ck memalukan sekali, kau itu Nyonya Nugraha. Apa kata orang kalau tau keluarga Nugraha kehabisan popok bayi?" gerutu Aga bersungut-sungut.


Ruby yang membungkukkan badannya ke tempat tidur karena sedang memakaikan celana Ryuki, menoleh dan tersenyum pada Aga."Iya maaf, besok aku akan membeli popok bayi sebanyak mungkin. Kalau perlu kita beli saja pabriknya, bukan begitu Tuan muda Nugraha yang terhormat?" jawab Ruby bercanda, dibalas cengiran Aga yang khas.


"Aaeehh...uuh..aaeh..." sementara Ryuki senyum-senyum manis mendengar suara kedua orang tuanya.


"Kau senang Ryuki tampan?" ujar Ruby sambil mencubit pelan pipi gembil Ryuki.


"Dasar anak nakal!" sahut Aga, lalu mendekati Ryuki dan naik ketempat tidur Ruby. “Kau senang ya menjahili Ayahmu sendiri?” kemudian mencium gemas pipi Ryuki. “Kalau diingat, Ibumu juga pernah memuntahiku waktu mengandungmu.” Kenang Aga, melirik Ruby yang dibalas Ruby dengan melebarkan matanya.


“Salah siapa menahanku masuk kedalam toilet?!” sahut Ruby membela diri.


"Hehehe...” Aga nyengir lagi menatap Ruby, membuat pipi Ruby memerah. “Yasudah kalau begitu aku tidur lagi ya,” pamitnya, lagipula kenapa harus pamit? Memangnya Ruby peduli? “Kau juga tidur ya,” ucapnya kemudian pada Ryuki, “jangan menangis terus, berisik kau tau?” lanjutnya. padahal Ryuki masih sibuk meraih-raih wajahnya dengan senang. Ryuki terlihat begitu gemas pada Aga.


Aga kemudian bangkit dan turun dari tempat tidur Ruby, sedangkan Ruby masih berdiri menunggu Aga keluar dari kamarnya. Saat melangkahkan kakinya berniat keluar dan segera mengganti pakaianya tiba-tiba.



"Hiks…hiks..aaeekk...,umm.." Ryuki menangis lagi.


"Eh...Ryuki? Kenapa lagi?" Ruby naik kekasurnya, mendekati Ryuki yang mulai rewel kembali.


"Menangis lagi ya?" Aga mengurungkan niatnya kembali kekamarnya, kemudian mendekati Ryuki dan Ruby diranjangnya. “Kenapa sih? Apa ada semut ditubuhnya?” tanya Aga heran karena sebentar-sebentar Ryuki menangis. Tapi tiba-tiba saja Ryuki nyengir saat melihat Aga didekatnya.


"Eh?!" Ruby dan Aga saling bertatapan seolah bertanya apa yang terjadi, kenapa Ryuki tiba-tiba diam.


"Ryu-ki? Kau tidak mau aku pergi dari kamarmu ya?" tebak Aga menaikan sebelah alisnya yang tebal.


"Bukan itu maksudnya Aga!" sanggah Ruby sewot, menurutnya Aga terlalu mengada-ada.


"Aku yakin," jawab Aga, melirik Ruby yang mendelikkan mata hijaunya.


Lalu dengan sengaja Aga mundur beberapa langkah, memastikan bahwa Ryuki menangisi kepergiannya. Dan terang saja, "Uuuh..ihiks...hiks...oooeek..." Ryuki kembali menangis dengan lantang.


"Kau lihat kan? Ryuki tidak mau aku pergi?" pamer Aga senang dan bangga.


"La-lalu?!" Ruby memasang wajah antara mengerti dan tidak mengerti, dia tidak mau hal paling buruk akan jadi solusinya.


Aga bersedekap, iris birunya memutar tanda ia sedang berfikir. Kemudian melirik Ruby disamping kirinya yang menatapnya was-was. Lalu seperti ada lampu yang menyala dikepala jabriknya. "Aku akan tidur disini malam ini!" jawab Aga menatap Ruby tegas, membuat Ruby membulatkan mulutnya tak percaya. Hal buruk yang ditakutinya terjadi juga.


"Apa?! Tidak mau!" tolak Ruby, pipinya langsung memerah.


"Kalau tidak mau kau yang tidur dikamarku!" jawab Aga santai.


"Ap-apa lagi itu?! A-aku tidak mau!" Ruby masih bersikeras, bagaimanapun dia tidak mau satu kamar dengan Aga. Yang benar saja, dia itu mesum dan menyebalkan! Bisa-bisa dia diperkosa lagi, uuuuh! Hal itu memalukan sekali bukan?!


"Lalu bagaimana? Apa aku membawa Ryuki tidur bersamaku tanpamu?" Aga menaikan lagi sebelah alisnya, melakukan penawaran agar Ryuki tidur bersamanya.


"Ja-jangan! Aku tidak mau jauh dari Ryuki, la-lagipula dia harus minum susu!" rengek Ruby gagap. Dan itu semakin membuatnya terlihat manis.


"Lalu bagaimana sebaiknya?" tanya Aga serius, melipat tanganya didepan dada dan menatap Ruby tajam.


Ruby diam sejenak, meremas-remas jemarinya bergantian. Ia gugup, bagimana ya? Lagipula kenapa Aga harus menatapnya tanpa berkedip seperti itu sih, hal itu kan membuat Ruby semakin gugup dan tidak bisa berfikir.


Bagamana bisa Aga tidur satu kamar denganny? Tapi kan demi Ryuki, mungkin tidak apa kalau Aga tidur dikamarnya semalam saja. Tapi kalau Aga macam-macam bagaimana? Ayah dan Ibu tidak ada, kalau dia diperkosa Aga lagi siapa yang menolongnya? Tapi Ryuki nanti menangis tanpa Aga???


Ruby memejamkan matanya sebentar, menarik nafas kemudian menghembuskannya berlahan. Aga masih menunggu jawaban Ruby, bagaimanapun ia harus memutuskan. "Hhhh...baiklah, kau boleh tidur disini, tapi sampai Ryuki tidur saja!" keputusan akhir Ruby itu membuat Aga nyengir senang.


"Baguslah, aku akan mengambil pakaian ganti dan gulingku sebentar!" Aga melonjak senang, dia bisa tidur dengan Ryuki bonus tidur bersama Ruby. Bukankah itu menyenangkan? Sementara Ruby menggembungkan pipinya sedikit menyesal atas keputusannya.


Lalu Aga berbalik berniat kembali kekamarnya, tapi baru selangkah ia berjalan. "Hiks...hikks...eemmm..." Ryuki melengkungkan garis bibirnya kebawah, ia menangis lagi saat Aga akan meninggalkannya.


"Ryuki? Kenapa kau cengeng sekali, heh?" Ruby mengusap lembut pipi Ryuki dengan tangannya dan menciumnya. Lalu menoleh ke Aga yang masih berdiri disamping kanannya, "kau disini saja! biar aku yang mengambil pakaian dan gulingmu!" yah mau bagaimana lagi, yang penting Ryuki diam. Lalu dengan berat hati Ruby bangkit dari duduknya. Aga nyengir kuda melihat ekspresi kesal Ruby yang seperti itu, semakin manis. Diakuinya mau marah atau senyum baginya Ruby tetap saja manis.


"Hehe...maaf ya merepotkanmu, kurasa memang Ryuki sangat menyayangiku,” ujar Aga mengejek, dibalas Ruby dengan mendelikan mata emeraldnya pada Aga kemudian meninggalkan suaminya itu bersama Ryuki.


Sesampainya dikamar Aga, Ruby langsung membuka lemari pakaian pria berambut spike itu. Bajunya tertata dengan rapi didalam lemari besar berwarna cokelat, tidak susah mencari tumpukan piyama Aga karena selain rapi kelihatannya penataannya sengaja diletakkan paling tengah, agar memudahkan Aga untuk mengambilnya secara sembarangan.


Kemudian Ruby mulai memilihkan piyama pengganti yang terkena ompol Ryuki barusan, entah kenapa Ruby harus memilih, bukankah seharusnya ia mengambil salah satunya saja? Entahlah. Namun nyatanya Ruby memilih warna lavender pudar kesukaanya, ia ingin Aga memakai piyama itu malam ini.


Setelah memilih piyama untuk Aga, Ruby beralih ketempat tidur dibelakangnya, mengambil selimut tebal berwarna baby orange milik Aga dan satu guling bersarung senada dengan selimutnya.


Tidak langsung kembali, Ruby sedikit penasaran dengan kamar Aga. Ia menyapukan pandangannya disekeliling kamar pria itu, banyak Action figur pemain bola dan pahlawan super dilemari kaca hias. Di depan TV-nya berserakan DVD game, musik dan beberapa film, yah selera Aga soal musik dan film tidak buruk juga menurut Ruby.


Ruby masih melihat-lihat isi kamar Aga, terakhir ia masuk kamar ini kalau tidak salah kira-kira 8 bulan yang lalu, saat kandunganya masih muda, dan oh! beberapa hari yang lalu saat menjemput Ryuki juga, tapi Ruby tak memperhatikan detil kamar ini. Dan yang dahulu tak ia lihat adalah sebuah foto dinakas disamping tempat tidur Aga, foto Ryuki dan Aga yang diambil Arslan tempo hari, Ruby tersenyum karena disitu Ryuki dan Aga terlihat hangat dan lucu, apalagi alis Ryuki yang waktu itu sengaja ditebali Aga dengan pensil alisnya. Cute! Ruby ingin mencubit kedua pria beda umur dengan tampilan yang mirip itu.


Dan yang membuat Ruby sedikit tak percaya adalah foto disamping foto Ryuki dan Aga, disana terpasang foto sepasang pengantin yang tampak malu-malu, dada Ruby berdetak keras melihatnya. Iya itu adalah foto pernikahanya dengan Aga, foto itu memperlihatkan Aga yang sedang mengecup keningnya, dan disitu pipi Ruby tampak merah padam. Padahal foto itu diambil dengan memaksa mereka kan? tapi hasilnya sangat hidup, seperti tak ada pemaksaan sama sekali. Keduanya tampak saling menerima.


Pipinya memanas mengingat waktu itu, lagipula tidak pernah menyangka Aga juga menyimpan foto pernikahannya. Malahan sampai memajangnya di dekat tempat tidurnya. Ruby tersenyum tanpa alasan, entah kenapa ia merasa senang foto itu dipajang disana.


Sadar terlalu lama berada dikamar Aga, Ruby segera pergi dari sana dan kembali kekamarnya.


Belum begitu normal detak jantungnya karena foto yang dilihatnya dikamar Aga tadi, tiba-tiba saat ia memasuki kamarnya, ia kembali dikagetkan Aga yang sedang duduk diranjangnya. Ruby gelagapan melihat keadaan Aga yang sudah tidak mengenakan baju atasanya, memperlihatkan dada bidang dan perutnya yang terlihat kokoh, ia sedang bermain-main menggoda Ryuki.


Pipi Ruby kembali merona, memerah terasa panas. Dadanya juga berdegup keras menyaksikan hal yang menurutnya terlalu seksi itu. Dengan ragu ia melangkahkan kakinya menghampiri Aga yang ternyata belum sadar kedatangan Ruby. "A-a-ag-aga?" panggilnya susah payah.

Aga mengangkat kepalanya melihat Ruby yang sudah berada didekatnya, sedang memeluk guling dan selimutnya, kemudian ragu-ragu Ruby meletakan selimut dan guling milik Aga ditempat tidurnya. Ia Semakin salah tingkah saat melihat dada bidang Aga yang sexy dari dekat begitu.

"I-Ini p-pakaianmu," Ruby tergagap sambil menyodorkan pakaian Aga.


"Oh...terima kasih," Aga menerima pakaian itu dan membuka kancingnya, tapi sekilas ia menyadari perubahan pada wajah Ruby. "Kau demam Ruu?" tanya-nya, menautkan kedua alis tebalnya sebagai penguat bahwa ia serius bertanya pada Ruby yang sedang mematung didekatnya.


"T-tidak!" jawabnya sok netral, padahal dadanya sudah berdetak tak beraturan.


“Syukurlah...” jawabnya lega. Kemudian Aga memakai piyama berwarna ungunya itu dan mengancingkan kancing-kancing kecilnya, "Kau mau terus berdiri disitu? atau tidur disini?" tanyanya, menepuk-nepuk permukaan bed.


“Ah, eh-iya iya!” Ruby yang tersadar langsung salah tingkah, canggung dan malu."Aku akan tidur," lanjutnya langsung naik ketempat tidurnya. Ia mengambil tempat disamping kanan Ryuki, dan Aga disamping kiri Ryuki, sedangkan Ryuki berada ditengah-tengah orang tuanya. Ini adalah saat-saat yang sangat canggung bagi Ruby, tapi Aga terlihat sangat tenang.


"Ngomong-ngomong ini piyamaku yang lama, kenapa kau mengambilnya?" tanya Aga yang sudah merebahkan tubuhnya santai disamping Ryuki senyum-senyum tidak jelas karena apa.


"Eh..." Ruby yang masih duduk canggung dengan keadaan itu kembali gelagapan karena pertanyaan Aga."I-ituh... kkebetulan a-aku suka warna ungu, jadi aku ambil saja," jawabnya jujur, menundukan kepalanya karena malu.


"Oh...begitu? Ini juga piyama kesukaanku," jawab Aga kembali. Ia nyengir dengan cengiran yang beberapa hari ini selalu terlintas dibenak Ruby. Entah jujur atau hanya ingin membuat Ruby senang, yang jelas pernyataannya itu sukses membuat Ruby tersenyum.


"Benarkah?" tanya Ruby antusias.


Aga mengangguk mengiyakan. “Ngomong-ngomong kenapa sedari tadi kau gagap begitu?”


“Eh... tidak.”


"Sudahlah ayo kita tidur," ajak Aga yang memang sudah sangat mengantuk.


Ruby masih diam, jujur saja ia masih takut kalau tidur sedekat ini dengan Aga.


"Kau takut?” Aga menebak Ruby yang tak kunjung merebahkan dirinya, “tenang saja aku tidak akan memakanmu. Lagipula ada Ryuki disampingmu kan?" Rayu Aga agar Ruby tak canggung tidur denganya.


"Bu-bukan itu," jawab Ruby gagap.


"Ayolah..." Aga menarik paksa lengan kiri Ruby agar segera berbaring.


"Aaah!" Ruby memekik kaget. Karena Aga terlalu keras menarik lengan Ruby, akibatnya wajah Ruby jadi condong tepat diatas wajah Aga. Kedua pasang manik indah itu kembali bertemu, membuat debaran jantung keduanya terpompa lebih cepat secara tiba-tiba. Kedua wajah mereka juga berjarak begitu dekat membuat pipi-pipi mereka memerah, keduanya juga dapat mencium aroma nafas masing-masing. Aroma mint dan teh hijau, ya begitu hangat dan menenangkan.


“Aaah! Auuoh!” Suara Ryuki membuyarkan keduanya, dengan cepat Ruby menarik dirinya takut hal yang tak diinginkan terjadi.


"Ma-maaf aku terlalu keras menarikmu," sesal Aga menyadari Ruby sedikit takut dengannya.


"Tidak apa-apa!" jawabnya cepat. Lalu berbaring membelakangi Aga dan Ryuki, menarik selimut ungunya, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal itu dan menyembunyikan semburat merah dikedua pipi putihnya. Berbeda dengan Aga, pemuda tampan itu terus memandangi gerak-gerik Ruby yang membelakanginya, senyum-senyum seperti orang gila.


“Cepat tidur ya Ryuki sayang,” bisik Aga pada Ryuki yang masih belum menampakkan kalau dia akan segera tidur.


---***---​


Keesokan malamnya Aga kembali tidur dikamar Ruby. Tentu saja karena Ryuki kembali menangis saat Aga tidak ada didekatnya, untung saja hal itu hanya berlaku malam hari. Bisa repot kalau setiap jam Ryuki hanya mau ditemani Aga, bisa-bisa Ayahnya itu tidak kuliah.


"Ruuby ...ummh..***by," waktu menunjukkan pukul 00.15. Belum juga ada satu jam Aga tidur, ia mulai berulah dalam tidurnya, mengigau. Mengigau adalah penyakit Aga yang beberapa minggu ini ia derita. “Ruuu... Ruby...”


Pundak Ruby berjingkat mendengar sayup-sayup namanya disebut seseorang. Kemudian ia membuka matanya berlahan memastikan dari mana suara itu berasal, horror juga malam-malam begini ada suara yang memanggilnya. Dadanya semakin berdegup kencang saat ia sadari suara itu berasal dari Aga.


Ruby berlahan menoleh kebelakangnya, mendapati Aga sedang memeluk gulingnya erat sambil menyebut namanya. Hal itu membuat Ruby salah tingkah, pipinya memanas dan memerah, gugup dan sedikit ngeri menerka apa yang sebenarnya diimpikan Aga. Pasti hal-hal mesum, dasar pria! Ruby menggeleng cepat dan menutup wajahnya malu.


Lalu tubuh Aga bergerak, beberapa kali gerakan yang memperlihatkan dia tak nyaman. Dan kemudian gerakannya berakhir dengan tangan kokohnya menimpa tubuh kecil Ryuki. Terang saja Ryuki terganggu dan mengeluarkan suara ketidak nyamananya.


Ruby yang melihat hal itu mengganggu Ryuki langsung memindahkan tangan Aga pelan. Tapi berkali-kali kemudian Aga mengulangi hal yang sama dan itu membuat Ruby kesal. Tentu saja sebagai seorang Ibu dia tidak akan rela ada orang yang membuat Ryuki tidak nyaman dan terusik.


"Aga? Aga?! Bangun!" Ruby duduk diranjangnya dengan wajah ditekuk, mengguncang bahu Aga, mencoba membangunkan Aga dan berniat menyuruhnya pindah kekamarnya sendiri. Karena rencana awal jika Ryuki sudah tidur Aga harus kembali kekamarnya. Tapi berkali-kali dibangunkan pemuda itu masih tidur pulas seperti Ryuki, membuat Ruby merasa tidak tega membangunkanya. Dan hasilnya Ruby akan membiarkanya tidur dikamarnya sampai pagi.


Ruby putus asa kalau urusan membangunkan Aga. Ia mengerucutkan bibirnya sebal, kemudian melirik lagi pada Aga yang memeluk gulingnya menghadap Ryuki. Ruby tersenyum melihat wajah Aga. Lucu, tampan dan tenang. Yaah jujur saja memang Aga sangat tampan, bahkan kalau boleh lebih jujur Ruby sedikit terpesona pada ketampanan Aga. Apalagi saat melihat wajah Aga ketika tidur seperti itu, mana kelihatan kalau dia itu menyebalkan dan mesum? Yang ada dia terlihat menggemaskan seperti Ryuki.


Ruby senyum-senyum, kemudian ia mengangkat tanganya. Dengan perasaan campur aduk diberanikanya tangan halus dan lembut itu membelai pipi Aga pelan. Kembali tersenyum manis, mulai mengalah pada perasaan yang lain yang mengatakan bahwa Aga itu menyebalkan dan pantas dibenci. Kenyataannya diam-diam dirinya mengagumi sosok rupawan dihadapannya itu. Sempat terlintas pertanyaan dimana rasa benci yang seharusnya selalu ia pelihara khusus untuk Aga, tapi seolah rasa itu telah melebur bersama rasa yang lain. Rasa yang lebih kuat dibanding kebenciannya, kebencian yang harusnya dan pantas Aga terima seumur hidup.


Tatapan Ruby beralih pada sesosok kecil yang tidur dengan tenang disamping Aga, kemudian membandingkan. Kenyataannya mereka benar-benar mirip, walau sang putra tidak memiliki alis dan bibir yang sama dengan sang Ayah Mereka berdua sangat tampan dan mirip.


Ruby masih mengembangkan bibir tipisnya, tersenyum. Entah apa yang harus dia adukan kepada Tuhan untuk semua ini, haruskah ia bersyukur atau menyesal?


Pemuda yang sedang terlelap disampingnya itu adalah orang jahat yang menodainya, sampai kapanpun Ruby tidak akan pernah lupa hal itu. Dan makhluk kecil disampingnya itu adalah putranya, putra yang sangat dia sayangi, putra yang lahir dari kebejatan pemuda itu.


Sekarang entah apa yang harus ia perbuat, haruskah ia bersyukur dan bahagia atas semua ini? Tapi nyatanya memang Ruby saat ini sedang bahagia, bahkan jauh lebih bahagia dari sebelum ia mempunyai anak. Bahagia karena ada Ryuki yang sangat ia cintai melebihi apapun, dan haruskah bersyukur karena telah dinodai Aga? Mungkin tidak harus begitu juga.


Entahlah, pemikiran-pemikiran itu terlintas dibenak Ruby begitu saja dan membuatnya kemudian menggelengkan kepalanya.


Menyadari perlakuanya pada Aga sedikit memalukan jika sampai ketahuan, Ruby menarik lagi tangannya. Menjauhkan tanganya dari pipi Aga. Kemudian berlahan dirinya memindahkan Ryuki disamping kirinya menukar posisinya dengan Ryuki. Posisi Ruby kini ditengah antara Ryuki dan Aga, mengalah untuk mereka tidak apa-apa kan? Tidak tega membangunkan Aga, tidak tega juga melihat Ryuki sesak nafas karena Aga yang tidurnya ‘Bar-bar’.


Meski begitu,Ruby menata dua guling sebagai pemisah antara dirinya dan Aga. Memangnya siapa yang mau berdekatan dengan pemuda mesum seperti Aga?!


Haaah... tidak disangka, membiarkan Aga tidur bersamanya akan merepotkan seperti ini.


---***---​


Waktu menunjukkan pukul 03.45.


Ruby mulai terusik ditidurnya, bukan karena aroma citrus, juga bukan nafas hangat beraroma mint yang kini dihirupnya. Tetapi saat ia rasakan pinggangnya sedikit terbebani oleh sesuatu yang sedikit berat.


Manik indahnya terasa begitu lengket karena sangat mengantuk, terpaksa harus ia buka hanya untuk melihat apa yang terjadi. Tiba-tiba matanya membulat, pipinya terasa panas saat menyadari dirinya ada didalam dekapan dada bidang Aga. Tangan kekar itu juga tengah memeluk erat pinggangnya yang kini sedikit berisi, bahkan yang membuat Ruby semakin malu adalah tanganya yang juga memeluk pinggang Aga.


Ini memalukan! bahkan Ruby seakan mau mati saat wajahnya dan wajah Aga ternyata sudah berhadapan, berjarak begitu dekat sampai Ruby bisa merasakan hembusan nafas hangat Aga yang begitu khas.


Belum sempat memindahkan tanganya yang bertengger dipinggang Aga, pemuda bermata lautan itu membuka matanya. Ia juga terkejut dengan posisi itu. Untuk sesaat keduanya hanya bisa diam mematung.


Dan untuk yang kesekian kalinya, mata mereka bertemu, saling berpandangan dan merasakan hembusan nafas dari keduanya. Hening seketika, hanya detak jantung yang memacu keras dari keduanya yang terdengar bersahutan seperti sedang berlomba. Detak jantung yang tentu saja tidak normal, bahkan mereka dapat mendengar degupan itu dari tubuh masing-masing.


"Eh?" Hanya itu saja suara yang mampu dihasilkan Ruby, tanpa melepaskan tatapannya pada lautan biru milik Aga.


Sementara tatapan terkejut Aga berubah melembut walau detak jantungnya masih tak beraturan. Tak ada kata yang terucap dari keduanya, hanya saling bertatapan. Dan sebagai seorang laki-laki yang normal Aga mengikuti instingnya, dengan lembut ia mengeratkan pelukanya, menarik pinggang Ruby agar merapat. Itu berjalan tanpa penolakan, sampai akhirnya Aga dapat merasakan hangat dan wanginya tubuh Ruby.


Keduanya masih saling bertatapan, tatapan yang membuat keduanya saling menghipnotis. Waktu juga terasa berhenti berjalan, detak jantung mereka juga seperti tabuhan genderang.


Aga mendekatkan wajahnya pada Ruby, nafasnya berhembus hangat dibibir yang berwarna peach yang terlihat indah dimata biru Aga.


Dengan perasaan yang juga tidak metentu, Ruby melihat bibir Aga semakin mendekat ke bibirnya. Apa Aga akan menciumnya? Ruby tidak mau! ini memalukan! bagaimana kalau Ruby menolak saja? tapi Ruby sepertinya tidak mampu, ia memilih memejamkan matanya berharap hal memalukan itu tidak terjadi.


'Cuph'


Terlambat, kedua bibir manusia berbeda gender itu bersentuhan pelan. Aga mengecup bibir lembut Ruby semakin dalam, hal itu membuat jantung keduanya seperti berhenti berdetak, kepala terasa sangat pusing, pandangan gelap, tapi sensasinya seperti melayang diudara.


Berani sumpah, ciuman penuh perasaan itu adalah pengalaman pertama bagi keduanya, dan mereka sepertinya mau pingsan saat itu juga. Wajah mereka bukan lagi bersemu merah, tapi merah sempurna.


Memang ini bukanlah murni ciuman yang pertama bagi keduanya, tapi saat ini keadaanya berbeda. Ciuman kali ini terasa sangat lembut dan manis, keduanya saling memberi dan menerima, tidak ada paksaan seperti malam itu.


Setelah beberapa menit kemudian bibir itu masih bersentuhan, Ruby membuka matanya berlaha. Ia mulai kehabisan nafas dan tersadar. "Emh" mendorong pelan dada bidang Aga dan melepaskan tangan Aga.


"Iih! Me-menyebalkan!" pipi chubby Ruby masih sangat merah, matanya tidak berani menatap wajah Aga.


"Eh..maaf," sesal Aga menggaruk kepala belakangnya, salah tingkah.


Lalu Ruby memutar tubuhnya, membelakangi Aga. Kejadian barusan adalah kejadian yang memalukan, "k-kau mencari kesempatan!" lirihnya gagap.


"Siapa yang mencari kesempatan? Kau sendiri yang tidur disampingku, jangan salahkan aku kalau aku mengira kau gulingku," bantah Aga, membela diri.


"Aku kan sudah menata dua guling diantara kita! Dan kau yang membuangnya kan?" timpal Ruby tak mau disalahkan juga


Aga melirik pundak Ruby disampingnya. "Aku tidak membuangnya, hanya saja aku tidak tahu kenapa guling-guling itu semuanya terjatuh," Aga menggaruk-garuk kepalanya.


"Kau yang menjatuhkanya!"


"Aku tidak tahu! Lagipula kenapa bisa kau memindahkan Ryuki? Kau ingin dekat-dekat denganku kan?" selidik Aga dengan wajah sombong.


Ruby berbalik dan menatap sebal. "Jangan seenaknya!" memukul Aga dengan bantalnya, Aga menangkis sekenanya. "Kau tidur seperti kuda, tanganmu menimpa tubuh Ryuki! aku tidak mungkin"


"Benarkah?"


"Iya! Sekarang pergilah! Ryuki sudah tidur, kau bisa kembali kekamarmu!" dengan kata lain Aga sedang diusir oleh Ruby.


"Baiklah baiklah..." Berat hati Aga bangun dari ranjang, menarik selimut dan bantalnya berniat kembali kekamar pribadinya.


Tapi....


"Hik...hik...eeeuukk...uuuuee..." Ryuki terbangun lagi.


Ruby memutar bola matanya bosan. "Kau boleh tidur disini," ujar Ruby malas. Lama-lama ia kesal dengan Ryuki, seolah hanya pura-pura tidur sepanjang malam hanya untuk mengawasi Aga agar tidak keluar dari kamarnya. Terbukti kan kalau Aga pergi dia menangis? Menyebalkan.


"Baiklah...baiklah... anak cengeng," Aga juga tampak bosan, kemudian kembali ketempat tidurnya.


Ruby bangun dan duduk, diangkatnya pelan tubuh Ryuki untuk ditenangkan. "Ini jam minum susu Ryuki, jadi tutup wajahmu saat aku menyusui!"


"Baiklah...silahkan, cerewet sekali!" keluh Aga, membaringkan tubuhnya lagi. Kemudian membelakangi Ruby yang bersiap menyusui Ryuki.


Keduanya terdiam larut dalam lamunan masing-masing.


Diam-diam keduanya mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Menyentuh pelan bibir mereka masing-masing. Ciuman itu masih terasa menempel disana. Aga tersenyum, sementara Ruby menggelengkan kepalanya cepat, dan pipi keduanya tampak kembali memerah mengingatnya.


TBC​


A/N : Absurd? okeh... saya semakin kehilangan feelnya "-_-, untuk itu maaf ya kalo kelanjutannya ga ada perkembangan sejak awal sampe sekarang gini2 terus *otl

Oh ya lupa, makasih ya buat yg udah kasih ijo2... hehehe...
Semoga masih bisa menghibur ^^
 
kirain update ternyata blm

Sad Ending kayaknya nggak, mungkin ending yang mengharukan. Seperti 9 bintang. Am I right?

Sad ending itu spesialisnya om Will D Otong. Karena om Will filosofinya "Karena Happy Ending terlalu mainstream" :D

aaaaa... 9 bintang itu apa sensei? saya ga tau... :'(
:mancing: dulu aahhh,,,

hehe...
Update sist:(

udaaah ^^
Up.. jangan sampe tenggelem sebelum si aga exe ruby buat yang kedua kali..

ye kali ada... hihihi :'p
Up biar gak tenggelam

makasiiih ^^
sad ending juga gpp...yg jelas ini cerita udah sangat berkualitas

Haloo.. baca yuk udah update nih...hehe
 
9 bintang, cari aja di SF Cerita. :D
 
sungguh ceritanya mengalir sist,tenang tapi menyetuh..lanjutkan sist jangan kelamaan yee :D

#sAveHeppyEndingSist :beer:
 
:hore:
yang penting menghibur lha, sista..

Ryuki kan tahu siapa bapaknya:)

emang pintar kau, nak:jempol:
 
jangan beri tekanan kepada sang dalang...biarkan imajinasinya berkembang
 
Bagussss kok sist. Sangat menikmati momen-momen kecanggungan aga-ruby.
Pelan-pelan saja, yang penting updatee. Hehe
 
Bimabet
Ane suka klo ada feel malu2 tapi mau. :D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd