Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Buah Dari Masa Depan by Nona Violet

Bimabet
hiii jijay :takut:sop iler daging tikus:berbusa:
 
Holaa... gabisa tidur, ini iseng aja ajah kasih SOP ILER :v hahah...
Pesan ini akan menghilang dalam waktu...berapa ya enaknya...
yaudah deh langsung ajah, cekijrot!

SOP ILER NEXT CHAPTER :V​

Sop iler deleted :v

Yahhh sop ilernya di delete pdahal ane blm bca tlat dehhh asemmmm
 
4211440.gif


Ruby membelai pipi gembil Ryuki, bayi kecilnya itu sudah tidur tenang disampingnya, dengan nafas yang teratur makhluk kecil yang rupawan itu tampak kelelahan setelah hampir semalaman menangis.


Sementara Ruby bisa sedikit lega melihat putranya akhirnya bisa tidur dengan nyenyak. Tak seperti satu jam yang lalu, dimana ia harus menenangkan Ryuki mati-matian.


Beruntung Ruby memiliki kakak seperti Gary, cepat tanggap. Tau apa yang harus dilakukanya untuk menenangkan Ryuki tanpa harus mendatangkan Aga disana. Yah walau harus menanyai Ruby hal yang tidak sopan. Gary terpaksa menanyakan pada Ruby soal baju yang kemarin dikenakan saat bergumul dengan Aga.


Tidak sopan memang pertanyaan yang sedikit tabu itu ditanyakan oleh seorang Gary Hanggoro, tapi itu terpaksa demi keponakan kecilnya. Meski Ruby menjawab dengan pipi semerah kepiting rebus, setidaknya berkat Gary ia bisa mengatasi masalahnya.


Dress berwarna putih milik Ruby, Gary meminta Ruby untuk mengambilnya dari tumpukan baju kotor. Tentu saja pakaian itu masih ada aroma khas tubuh Aga yang tertinggal, yah walaupun sedikit. Tapi semua tau bayi itu sensitif, Gary yakin penciuman Ryuki juga sensitif. Mungkin hanya Ryuki yang bisa mencium aroma Aga digaun putih itu, gaun yang kini ada disamping Ryuki. Buktinya hanya dengan mendekatkan baju itu, Ryuki jauh lebih tenang.


Ruby tersenyum saat memandang Ryuki, rambutnya agak memanjang mulai terlihat jabrik, hidung yang mancung dan alisnya yang makin tebal mengingatkannya pada Aga, Ayah biologisnya.


Kemudian tangan Ruby berpindah. Membelai dress putihnya didekat kepala Ryuki, pipinya memerah mengingat kejadian siang tadi, kegiatan intim yang ia lakukan berdua dengan Aga untuk yang pertama kalinya setelah hampir satu tahun mereka menikah. Mengingat saat wajah Aga begitu dekat dengan wajahnya, saat bibir Aga menyentuh bibirnya dan melumatnya lembut, saat tangan kuat dan hangat Aga menyentuh bagian-bagian sensitifnya. Saat seperti itu adalah saat yang memalukan juga mendebarkan baginya.


"Aakkhh! Aahh! Jangan keluarkan didalam! Aku tidak mau hamil lagi!" saat itu dengan wajah penuh hasrat dan rasa geli disekujur tubuhnya, ia merasakan kedutan kuat didalam kewanitaannya. Ya Ruby tau sebentar lagi pria yang tengah mengaduk-aduk kewanitaannya itu akan segera mencapai puncaknya dan siap menumpahkan benih dirahimnya lagi.


"Sshh...aahh! ini terlalu nikmat kau tau?! memangnya apa masalahnya kalau aku keluar didalammu?! Ha?!" tatapannya yang menggelap seolah menegaskan bahwa dia sama sekali tak berminat mencabut kejantanannya yang tertanam dalam dikewanitaan Ruby.


Ruby menggigit bibirnya menahan ngilu dibawahnya sana. "Ngghh.... Agaaa.... jangan! Ahh!" sepertinya ia juga tidak berniat menjawab pertanyaan suaminya itu, ia hanya terus menggeleng sambil sesekali mendesah hebat karena Aga menghisap putingnya kuat-kuat sambil meremas dadanya yang besar. Sampai saat Aga tak sanggup lagi menahan gelombang orgasmenya dan berniat menumpahkannya didalam rahim Ruby, Istrinya itu dengan kuat mendorong tubuh Aga sampai terjengkang kebelakang, membuat cairan orgasmenya tumpah diperut Ruby, berceceran di sprei merah yang mereka gunakan, wajah Aga tampak konyol saat itu dan Ruby langsung menutup tubuhnya dengan selimut.


Ruby tersenyum mengingatnya, bodoh! Kenapa ia tidak membiarkan Aga menanamkan benihnya lagi saja? Siapa tau mereka tak perlu bercerai secepat ini, tapi Ruby ragu. Ia tidak pernah tau bagaimana perasaan Aga padanya, tidak mungkin ia harus hidup bersama pria yang mungkin tidak mencintainya.


Ruby kemudian bangun dari tidurnya, menurunkan kaki mulusnya memijak lantai kamarnya yang dingin. Kemudian berjalan mendekati meja rias, tangannya membuka kotak make up yang belum sempat ia keluarkan isinya dan mengambil sesuatu dari sana.


Senyum Ruby kembali mengembang memandangi benda persegi panjang yang kini berada ditangannya, benda yang ternyata adalah sebuah foto pernikahan.


Sambil membelai permukaan kaca foto itu dengan lembut, Ruby membawanya kembali ketempat tidurnya. Masih dengan senyum yang mengembang diwajahnya, Ruby mengusap wajah pria tampan difoto itu. Foto yang memperlihatkan dirinya dengan baju pengantin dan keningnya tengah dicium oleh pengantin pria.


"Kau sedang apa, Aga?" Lirihnya pelan dengan wajah sendu tapi enggan menghilangkan senyumnya, ia terus memeluk foto berukuran 25.4 cm x 30.5 cm dengan bingkai hitam polos itu. Ia sangat rindu pada pria jabrik didalam didalam foto yang sedang ia peluk, biar baru beberapa jam berpisah ia sudah sangat rindu. Lalu perlahan ia memejamkan mata hijaunya, berharap bisa bertemu dengan Aga di alam mimpi nanti.


Sementara dikamar Aga. Pemuda berambut jabrik yang susah diatur itu juga tengah memikirkan Ruby. Foto yang sama dengan yang Ruby bawa-pun juga ia peluk dengan erat, seolah itu adalah Ruby. Tak mau Aga melepaskannya sedetikpun, ia terlalu ingin bersama Ruby.


Seolah keduanya saling terhubung dan dapat saling berkomunikasi, Aga mulai memejamkan matanya. "Selamat tidur Ruu...." ucapnya lirih. Tersenyum, dibenaknya terlintas Ruby juga tengah tersenyum manis dipelukkannya. Dan kemudian iapun terlelap perlahan dengan senyum diwajah tampannya.


---***---​


"Aga, pinjam pulpenmu sebentar," pinta Arslan yang sedang membaca buku catatan kuliahnya, mengulurkan tangannya tanpa melihat Aga yang tampak kusut duduk disampingnya.


Aga sibuk melamun menopang dagunya dengan kedua tanganya melirik Arslan malas, dan dengan malas pula Aga memberikan pulpen yang sedari tadi ia gigiti sambil melamun.


Kedua pemuda tampan itu tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Duduk disebuah kafe mewah, menikmati hot capuchino sambil mengerjakan tugas kuliah. Setidaknya itu yang mereka rencanakan sejak awal. Yah walau sebenarnya Aga sedari tadi hanya melamun memikirkan Ruby dan Ryuki dengan wajah suram.


"Bisa ambilkan buku disampingmu itu?" pinta Arslan beberapa saat kemudian. Dan dengan respon yang sama Aga menyodorkan buku yang diminta Arslan, kemudian kembali dengan kegiatan melamunya.


"Aga bisa kau pesankan aku seporsi frenchfries? Aku sedang tanggung," lagi-lagi Arslan memerintah tanpa melihat Aga.


"Brengsek! Kau menggangguku dari tadi!" Aga bangkit dari sofa cokelat yang diduduki-nya, wajahnya terlihat sangat marah. Entahlah ia merasa sangat kesal, tapi entah dengan siapa. Bukan juga dengan Arslan, ia merasa sangat kesal secara random.


Arslan mendongak dengan ekspresi datar, memperhatikan wajah kesal Aga. Kemudian melirik sekeliling, ternyata beberapa orang tengah memperhatikan mereka dengan tatapan aneh. "Ada apa? Kenapa kau marah? Aku hanya minta tolong," tanya Arslan malas dan kembali sibuk dengan buku yang dibacanya.


"Jangan ganggu aku!" jawab Aga setengah membentak.


"Hn? Kau ini kenapa?" ulang Arslan, yang sebenarnya heran dengan tingkah sahabatnya itu, tapi ia tampak acuh. "Sensitif sekali, seperti gadis yang baru saja datang bulan," lanjutnya, sembari mengangkat cangkir keramik berisi Capuchino, menyesap capuchinonya yang mulai dingin. "Duduklah, kita terlihat seperti Gay yang sedang bertengkar, apa kau tidak malu?" ucap Arslan kembali, meletakkan cangkirnya kemeja.


"Brengsek! Kau itu tidak mengerti!" lalu Aga mengambil tasnya, pergi begitu saja meninggalkan Arslan yang malahan kembali membaca bukunya.


"Hn? Bodoh!" dengusnya tak peduli, memiringkan senyumannya meremehkan Aga.


---***---​


Langit sore yang cerah kini mulai berwarna jingga, burung-burung juga berterbangan untuk kembali kesarangnya, para pekerja juga sudah menghentikan pekerjaannya untuk segera pulang bertemu dengan keluarga mereka.


Disana, diatap sebuah gedung yang sudah tua. Aga duduk tanpa alas dipermukaannya yang masih terasa hangat karena sinar matahari siang tadi. Rambutnya yang jabrik tampak bergerak-gerak oleh tiupan angin senja. Manik safirnya menatap sendu pada matahari yang mulai menghilang dibalik gedung-gedung yang lebih tinggi dari yang ia tempati sekarang. Pikirannya hanya penuh dengan Ruby, Ryuki, Ruby, Ryuki!


"Sudah kuduga kau pasti kesini," sebuah suara yang sangat Aga kenal tiba-tiba terdengar, suara langkah kaki seseorang juga mulai mendekatinya.


Tanpa menoleh, Aga hanya memiringkan sudut bibirnya sinis ketika mendengarnya. Kemudian pemuda berambut raven itu duduk disampingnya, membiarkan tas hitamnya tergeletak begitu saja disamping tubuhnya.


"Aku tidak seperti melihat Aga yang biasanya didalam dirimu-" ucapnya sambil membetulkan duduknya dan menekuk kedua lututnya sama dengan Aga. "Kau terlihat lebih bodoh dari sebelumnya," lanjutnya sinis.


Namun Aga masih tak bergeming, memilih tetap menatap matahari yang rupanya akan benar-benar tenggelam, tidak memperdulikan sahabat rambut pantat ayamnya itu.


"Hei! Aku mengajakmu bicara!" bentak Arslan tak sabaran, melirik tajam Aga.


"Sejak kapan kau jadi banyak bicara, Ha?! Arslan Dermawan?!" bentak Aga kembali ia masih sangat kesal. "Kalau kau hanya ingin mengejeku, lebih baik kau pergi dari sini!" usirnya serius. Kalau kedatangan Arslan hanya membuatnya bertambah kesal, lebih baik ia tidak bertemu Arslan sama sekali.


Arslan mendengus geli, "Hn! Kau bodoh, akui saja kau mencintai Ruby!"


"Tch! Aku tidak sedang memikirkanya!" jawab Aga tanpa berfikir.


"Lalu apa? Kau tidak punya bakat berbohong dasar bodoh!" ejek Arslan lagi. "Lagipula masalahmu itu tidak terlalu rumit, kau saja yang membuatnya terkesan rumit! Katakan kau mencintai Ruby dan bawa pulang, semua masalahmu akan selesai!" lanjutnya sedikit geregetan. Dia tau sahabatnya itu bodoh, tapi ia tidak menyangka Aga sebodoh itu. Masalah yang menurutnya tidak perlu dibuat rumit ini jadi makin rumit untuk Aga.


"Eh.... aku hanya sedang memikirkan Ryuki,"


"Ryuki dan Ibunya!" sedikit mendengus Arslan memindahkan atensinya, memandang matahari yang sudah mulai hilang, hanya meninggalkan semburat jingga dilangit. "Sebagai temanmu, aku hanya bisa menyarankan. Bawalah mereka pulang."


"Kau tidak meng-"


"Kau takut pada Paman Henri, takut pada Gary?" Arslan memotong kalimat Aga, ia dapat menebak apa yang ada didalam kepala jabrik Aga.


"Kalau aku jadi kau, aku akan membawa anak dan istriku pulang bersamaku. Walau harus melawan harimau yang tak mungkin kukalahkan, karena sesungguhnya kebahagiaan itu harus diperjuangkan, apalagi ini menyangkut orang-orang yang aku yakin mampu membuatmu bahagia selamannya," tutur Arslan mencoba menasehati Aga "Berapa kalipun kau jatuh cinta, kalau kau tidak berjuang untuk mendapatkannya kurasa kau tidak akan pernah berhasil sampai kapanpun." Lanjutnya, membuat Aga menundukkan kepalanya.


Kalau difikir memang apa yang dikatakan Ayahnya dan Arslan ada benarnya, bagaimana dia bisa tau kalau Ruby akan menolaknya, sedangkan dia tak pernah mengutarakan perasaannya pada Ruby. Bagaimana dia bisa hidup dengan Ryuki sementara dia hanya terus diam dan tidak melakukan apa-apa, bagaimana dia bisa hidup dengan Ruby dan Ryuki kalau dirinya masih terus menahan perasaannya?


"Kurasa kalau masalah bersemangat kau ahlinya, kenapa kau sekarang jadi begini?" tanya Arslan lagi.


Aga menegakkan kepalanya, menolehkan kepalanya kekanan dan tersenyum 3 jari pada Arslan. "Iyaaa aku tau, kau cerewet sekali brengsek! Kurasa porsi bicaramu sekarang bertambah," kekeh Aga sudah kembali seperti biasanya.


"Hn, aku baru saja mengajak Yuuka makan, dia banyak bicara dan sangat cerewet. Mungkin aku tertular itu darinya," canda Arslan dengan senyum khasnya yang dingin.


"He?! Kalian kencan?" selidik Aga dengan wajah aneh berniat menggoda Arslan.


Wajah Arslan sedikit berubah, "Tidak! Aslan meninggalkanya dipinggir jalan. Aku mengantarnya pulang, lalu mengajaknya makan, membicarakanmu dengan Ruby tentu saja," jawab Arslan mengingat wanita yang kini ternyata sudah putus dari kakak kandungnya sendiri.


"Eh? maksudmu?" Aga memiringkan kepalanya tidak mengerti


"Sudahlah kita bicarakan itu nanti saja!" sela Arslan yang tidak mau hubungannya dengan Yuuka diketahui lebih jelas, "Yang jelas Ryuki mencarimu sepanjang malam! Kau tidak mau kan membuat Ruby dan Ryuki malam ini tidak tidur lagi?" tambah Arslan mengalihkan perhatian Aga.


"Ryuki?"


"Jemputlah mereka,"


"Kau yakin Ruby mau?" wajah Aga tampak tak yakin.


Dengan senyumnya yang khas dan angin yang meniup rambut hitamnya, Arslan berkata, "percayalah, Ruby berharap kau menjemputnya."


Wajah Aga-pun berubah, ia tersenyum yakin. "Kalau begitu, aku akan kesana playboy brengsek!" kekeh Aga berdiri dari duduknya.


"Baik, semoga berhasil bodoh!"


"Terima kasih!" cengir Aga, kemudian berlari meninggalkan Arslan yang tersenyum dengan gayanya yang dingin. Menuruni satu persatu anak tangga yang menghubungkan lantai satu gedung tua itu dengan atapnya.


Saat itu juga Aga mendapatkan kembali semangatnya, tekadnya sudah bulat untuk membawa keluarga kecilnya kembali kerumahnya. Tekadnya sudah bulat, menjemput pusat kebahagiaannya itu.


Aga membuka pintu jaguar hitamnya dengan terburu-buru, masuk kedalam mobil mewahnya dan membawanya melesat pergi.


Dari atas bangunan, Onyx tajam Arslan menatap laju mobil sahabatnya yang meninggalkan area gedung tua itu, tersenyum penuh harap pada Aga yang selalu dianggapnya bodoh. "Kali ini aku percaya padamu Aga!"


---***---​


Tidak perlu waktu yang lama untuk Aga sampai dirumah mewah bercat putih dan ungu itu, dengan plat mobil yang sudah terdaftar dilist tamu penting keluarga Hanggoro, dengan mudahnya Aga mendapat ijin memasuki halaman rumah Ruby.


Setelah memarkir jaguar hitamnya, Aga turun. Kedatangannya disambut beberapa orang penjaga disana dengan penuh hormat.


"Selamat malam tuan muda Nugraha," sambut pria setengah baya bertubuh tinggi.


"Selamat malam," balas Aga sedikit grogi karena ini kali pertamanya ia datang kerumah ini.


Agak aneh memang bagi-nya, ini pertama kalinya ia datang ke rumah Hanggoro tetapi sepertinya orang-orang sudah mengenalnya semua.


Tetapi memang bukan salahnya kalau ia tidak tahu atau tidak ingat dengan orang-orang yang menyambutnya itu, yang ternyata mereka dahulu pernah hadir dalam acara pernikahan Aga dan Ruby.


"Ada yang bisa kami bantu Tuan muda?" tanya laki-laki yang diketahui bernama Romi itu.


"Eh.." Aga masih tampak bingung,


"Ingin bertemu Nona muda Ruby, atau Tuan Hanggoro?" lanjut Romi menyadari kebingungan Aga.


"Eh...e.. Aku ingin bertemu keduanya, tapi pertama aku ingin bertemu Pak Hanggoro," jawab Aga yakin.


"Baiklah silahkan masuk Tuan muda Nugraha." Romi mempersilahkan Aga masuk, dan Aga mengikuti dari belakang pria tinggi berkemeja putih dengan rompi hitam sebagai pakaiannya, dari penampilannya mungkin dia kepala pelayan.


Sesampainya didalam rumah, yang ia lihat adalah ruangan mewah yang bergaya eropa lengkap dengan furniture yang artistik, tak kalah dengan rumahnya yang juga mewah. "Silahkan duduk Tuan muda, saya akan memanggilkan Tuan besar Hanggoro," pamit Romi sopan.


"Siapa yang datang?" belum sempat Romi memanggil Henri, ternyata Henri sedang berada diruang sebelah memberi makan ikan-ikannya.


'DEGH!'


Tiba-tiba dada Aga berdegup mendengar suara baritone yang tegas dari ruang sebelah, tampak sekali aura hitam yang membuat Aga agak bergidik ngeri.


"Tuan muda Nugraha sedang berkunjung, Tuan besar Hanggoro," jawab Romi merendah.


Henri memicingkan matanya mendengar nama Nugraha, lalu orang tua itu meletakan kotak makanan ikanya disamping Aquarium. Kemudian berjalan menuju ruang tamu disebelahnya dengan sedikit tergesa.


"Kau?-" gumam Henri, tatapannya menajam saat bertatap muka dengan Aga yang saat itu terlihat sedikit berantakan. Tapi bagi gadis-gadis seusianya itu terlihat sangat keren.


"Eh... Pak Hanggoro," Aga sedikit grogi dengan tatapan Henri yang jelas terlihat tak suka padanya, tapi ia sudah bertekad bahwa ia berani menghadapi Ayah Ruby.


Henri mendekat dan berdiri tepat didepan Aga tanpa melembutkan tatapannya, "mau apa kau datang kemari? Ha?!" Tanya Henri melipat tangannya didada kemudian.


Romi yang melihat Tuan besarnya mengeluarkan aura terkutuk memilih berpamitan pergi, tidak ingin mengganggu. Sedangkan Aga susah payah menelan ludahnya ngeri membayangkan apa yang akan selanjutnya ia hadapi.


Namun Aga mencoba mengumpulkan keberanianya, demi Ruby dan demi Ryuki. "Aku ingin membawa Ruby dan Ryuki pulang," jawab Aga yakin tanpa basa-basi.


"Hn!" Hanya jawaban itu yang terdengar dari mulut pria setengah baya yang tersenyum sinis meremehkan Aga.


"Aku ingin meminta maaf pada Ruby dan membawanya pulang kerumahku, aku membatalkan perceraianku dengannya!" lanjut Aga seakan rasa takutnya telah musnah, tapi jujur saja ia masih sedikit takut. Tak apa ia telah mengambil semua stok keberaniannya saat ini dan bisa saja ia kembali down nanti.


"Cih! Apa yang kau bicarakan bocah busuk?!" suara itu terdengar tiba-tiba dari arah pintu masuk, membuat Aga dan Henri menoleh. Ternyata Gary yang baru pulang entah darimana tengah berjalan kearah mereka, menatap buas Aga yang sedikit terkejut atas kedatangannya.


Baik, Aga sepertinya melupakan adanya Gary pada misinya kali ini, dan ia hanya menyiapkan amunisinya untuk menghadapi Henri, belum memasukkan Gary dalam perkiraannya. Apa boleh buat? Mau tak mau ia harus menghadapi Singa sekaligus Macan yang buas bersamaan.


"Memangnya kau siapa?! datang kerumahku, berniat mengambil Adik dan Keponakanku?!" bentak Gary marah. "Tidak sopan! Memalukan! tak kusangka Julian tidak becus mendidik anaknya menjadi anak yang santun!"


Kening Aga berkedut, tak suka Ayahnya disebut-sebut. "Jangan bawa-bawa Ayahku! Ayah dan Ibu mendidikku dengan sangat baik, jika semua hal yang aku timbulkan itu salah, itu semua memang salahku! bukan orang tuaku!" jawab Aga tegas membela ayahnya.


'BUGH!'


“Ouugh!”

Satu tinju dilayangkan Gary tepat di perut Aga. Membuatnya meringis menahan perutnya yang nyeri, ini tidak ada dalam bayangannya kalau dirinya akan bertemu Gary. "Sudah lama aku ingin menghajarmu! bahkan membunuhmu setelah kau memperkosa Adikku!” kemudian Gary menarik kerah baju Aga, ia masih belum bisa melupakan sakit hatinya karena Aga memperkosa Adik kesayangannya. Kalau saja waktu itu Henri tidak mencegahnya untuk pergi menemui Aga, pasti pemuda yang kini terlihat pasrah padanya ini sudah dibunuhnya sejak lama. “Brengsek!”


‘BRRAAAKKHH!’


Satu tinju diwajah Aga berhasil membuatnya tersungkur jatuh dibawahkaki Henri, orang tua itu hanya menatapnya dingin tak berniat menolong. Tampak darah keluar dari hidung Aga dan langsung diusapnya. Sakit, ngilu dan perih mungkin tulang hidungnya patah akibat pukulan Gary itu. Belum sempat Aga bangun, Gary kembali menarik rambutnya, memutar wajah Aga kemudian menendang wajahnya lagi dengan lutut kuatnya.


‘BRRAAAKK!’


“Ouughh!” Aga memekik kesakitan, wajahnya terasa panas, mungkin juga mati rasa. Yah, pukulan kedua ditempat yang sama membuat kepala Aga benar-benar pusing sampai ia mau pingsan.


Aga berusaha bangun dengan susah payah, tapi kaki kanan bersepatu Gary menginjak bahu kirinya kuat-kuat, mendorongnya dan membuat pemuda berkepala jabrik itu terbaring sambil menatap tajam padanya. “Sebaiknya kau pulang! Lupakan rencana bodohmu untuk membawa Adikku bersamamu!” ucapnya menekan bahu Aga dan membuatnya kembali meringis kesakitan.


“Cih! Aku tidak akan pulang sebelum membawa mereka kembali padaku!” Aga menjawabnya dengan sangat yakin!


Aga tidak sadar, pernyataannya barusan itu malah membuat api didalam dada Gary seperti disiram minyak. “BRENGSEK!”


‘BRAAAKKKH! BRRAKH! BRAAKH!’


Tinju kuat Gary berkali-kali menghantam wajah dan perut Aga, ia sangat marah pada pemuda yang secara tidak langsung menantangnya itu. “Kau itu sampah! Kau tidak pantas menemui Ruby lagi!”


‘BRAAKH!’ satu pukulan kembali mendarat dipelipis Aga.


“Kau sudah menghancurkan Adikku!” Sekarang kau datang ingin membawanya pulang?!”


'BRAAAKH!' Satu tinju lagi di pelipis kanannya dan membuat wajah Aga menoleh.


“Aku ingin minta maaf pada Ruby!” terang Aga sambil menyilangkan tangannya menghalau pukulan Gary pada wajahnya yang sudah babak belur. Ia tidak berniat melawan Gary, Aga sadar dirinya memang pantas diperlakukan seperti sekarang ini. Bahkan semua yang dilakukan Gary tidak mungkin tidak setimpal dengan perbuatannya dulu pada Ruby.


“Adikku tidak akan memaafkanmu!”


'BRAAAKKH!' Tendangan diperut Aga terasa mau mati, ia ingin menangis saja tapi tidak mungkin.


"Uhuk! “Pak Hanggoro, ak-aku mohon biarkan aku bertemu dengan Ruby!” pinta Aga disela-sela pukulan Gary pada perut dan wajahnya. Dan Henri hanya menatap tajam menantunya yang menjadi bulan-bulanan Gary.


“Kau bajingan! Hah... hah... hah...” Nafas Gary terasa berat setelah puas memukuli Aga yang sudah tak sanggup bergerak.


"Apa aku salah ingin meminta maaf dan memperbaiki semuanya? apa aku salah jika ingin membawa Istri dan anaku kembali bersamaku?" Aga berkata lirih sambil menahan sakit disekujur tubuhnya. Dia sudah memutuskan untuk tidak menyerah, sudah terlalu lama dirinya menjadi pecundang. Dan saat ini mati-pun dia tidak lagi takut.


"Jangan terlalu percaya diri aku katakan padamu Nugraha muda, Ruby tidak akan sudi kembali kerumahmu lagi!" timpal Henri membelakangi Aga dan Gary yang tengah terengah, sengaja ia menghindari tatapan memelas Aga.


"Setidaknya ijinkan aku bertemu dengannya, biarkan aku meminta maaf, dan mengutarakan perasaanku padanya," jawab Aga tak menyerah.


"Perasaan macam apa ha?!" bentak Gary mengangkat tinjunya kearah Aga. Reflek Aga menyilangkan kedua tangannya lagi didepan wajahnya.


“Cukup Gary!” beruntung Henri menoleh dan menghentikan gerakkannya, meski membuat keponakannya itu mendecih kecewa.


Aga menurunkan tangannya perlahan dan membiarkan wajahnya terbuka. "Perasaan bahwa aku benar-benar mencintai Ruby, aku mencintai Ruby, aku ingin menjaga Ruby dan Ryuki, aku ingin membatalkan perceraianku."


"Kau pikir putriku akan bahagia hanya dengan itu?! Kau tidak pantas untuk putriku!" decih Henri meremehkan Aga. "Pulanglah atau aku juga akan menghajarmu!"


TBC​
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Baru kali ini ane salut sama yang namanya Aga Nugraha..:jempol:

#tetap berjuang brada..:semangat:

trimakash apdetannya sist..:ampun:
 
yee updett maksih sist

harus kaya gitu jadi cowo jangan cemen..
Hadapi semua rintangan untuk mnemukan kebahagiannmu aga :semangat:
 
Agaaaaa semangatku ada padamuuuuu
 
Yaaaach, Aga sih..., nggak bisa tegas. Kalau nggak gengsian, justru nggak bakal kayaq begini. :benjol:

BTW, selamat atas updatenya, Sistah. Saya tunggu lamaran Aga kepada Ruby di episode selanjutnya. :sayang:

Pertamax :haha:

Ahahah... benjol deeh...
:kopi::baca:
..........​

yeayy updateee, baca dulu deh :baca:

Oke^^
Nice update sist... :D

Makasiih^^
Baru kali ini ane salut sama yang namanya Aga Nugraha..:jempol:

#tetap berjuang brada..:semangat:

trimakash apdetannya sist..:ampun:

Semaangaaat...yeeeeyyy!
yee updett maksih sist

harus kaya gitu jadi cowo jangan cemen..
Hadapi semua rintangan untuk mnemukan kebahagiannmu aga :semangat:

Ciiiiee... haha semangaaat^^
Agaaaaa semangatku ada padamuuuuu

Semuanya ayo semangaaat^^
 
kasian si aga jadi sasak hidup si gary.....ckck
si ruby pasti lg nina bobo si ryuki makanya kagak keluar...hehehe
 
Nebak-nebak berhadiah:

Ryuki meninggal dan keluarga Hanggoro menyesal.

________:ngacir:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Nebak-nebak berhadiah:

gerry suka ama ruby dan menghianati hendri,trus aga muncul jadi pahlawan

-----------------
 
Haii nona Vio^^ lama tidak mampir disini hahaa. udah jauh yaa :huh: hehe. makin bagus ajaa nihh, semangatt yaa nulisnya! :Peace:

btw, ada yang rusuh dimari yaa? gausah ditanggepin. toh juga dia belom bikin cerita apapun. dia nubi liat dia rusuh juga di thread lain. untung udah di ban haha.

terus lanjutkan karyamu nona :ampun: ijin :baca: duluu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd