Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

adik suami pemuas nafsuku 1

king2001

Semprot Baru
Daftar
17 Dec 2012
Post
44
Like diterima
397
Bimabet
Pengalaman nyata ini terjadi kurang lebih 19 tahun yang lalu.
Panggil saja aku Wita (nama samaran). Saat itu usiaku 24
tahun dan sudah mempunyai 2 anak yang masih balita.
Untuk mengisi waktu aku bekerja sebagai salah satu
manager pada perusahaan yang berkantor di kawasan
Kebayoran Baru. Banyak orang mengatakan diriku cantik.
Dengan tinggi badan 161 cm, berat badan 48 kg aku masih
kelihatan seperti gadis remaja.
Sejak masih remaja nafsu seksku memang tinggi.
Keperawananku telah direnggut oleh seorang pria mantan
pacar pertamaku, saat aku berusia 17 tahun. Semasa
pacaran dengan suamiku yang sekarang, sebut saja
namanya Zali, kami berdua telah sering melakukan hubungan
seks. Untungnya hubungan seks yang cukup kami berdua
lakukan sebelum menikah itu tidak sampai membuahkan hasil.
Aku bersyukur walau Zali mendapatkan diriku yang sudah
tidak perawan lagi, ia tetap bertanggung jawab menikahiku.
Kecintaan suami terhadap kedua orang tuanya,
menyebabkan kami sekeluarga tinggal di rumah mertua. Di
rumah mertua juga masih tinggal empat orang adik ipar,
dimana dua diantaranya adalah adik ipar laki-laki yang sudah
dewasa. Pekerjaan yang digeluti suami, menyebabkan
suamiku sering melakukan tugas dinas ke luar kota.
Suatu hari, sekitar bulan Mei, suamiku mendapat tugas ke
daerah untuk jangka waktu dua bulan. Beberapa hari
sebelum keberangkatannya, tanpa diduga ia bertanya
kepadaku, "Mam, seandainya Papa pergi untuk waktu yang
cukup lama, apakah Mama tahan nggak ngeseks?"
Aku terkejut mendengar pertanyaan suamiku itu, "Nggak lah
Pap.."
Namun suamiku tetap mendesakku, dan selanjutnya
berkata, "Papa nggak keberatan kok jika Mama mau
selingkuh dengan pria lain, asalkan Mama mau dan pria itu
sehat, Papa mengenalnya dan Mama jujur."
Aku menjawab, "Mana mungkin lah Pap, siapa sih yang mau
sama aku."
Kemudian suamiku menawarkan beberapa nama antara lain
bosku, teman-teman prianya dan terakhir salah satu adik
kandungnya (sebut saja namanya Ary, usianya lebih muda
satu tahun dariku). Walaupun aku mencoba mengelak untuk
menjawabnya, ternyata suamiku tetap merayuku untuk
berselingkuh dengan pria lain. Pada akhirnya ia menawarkan
aku untuk berselingkuh dengan Ary. Terus terang, Ary
memang adik iparku yang paling ganteng bahkan lebih
ganteng dari suamiku. Selain itu, Ary sering membantuku dan
dekat dengan kedua anakku. Perasaanku agak berdebar
mendengar tawaran ini dan saat itu pikiranku tergoda dan
mengkhayal jika hal ini benar-benar terjadi.
Kemudian aku mencoba mencari tahu alasan suami
menawarkan adiknya, Ary, sebagai pasangan selingkuhku.
Tanpa kuduga dan bak halilintar di tengah hari bolong,
suamiku bercerita bahwa sebelumnya tanpa
sepengetahuanku ia pernah berselingkuh dengan adik
kandungku yang berusia 19 tahun saat adikku tinggal
bersama kami di kota M. Pengakuan suamiku itu
menimbulkan kemarahanku. Kuberondong suamiku dengan
beberapa pertanyaan, kenapa tega berbuat itu dan apa
alasannya. Dengan memohon maaf dan memohon
pengertianku, suamiku memberikan alasan bahwa hal itu
dilakukan selain karena lupa diri, juga sebenarnya untuk
menebus kekecewaannya karena tidak mendapatkan
perawanku pada malam pengantin. Aku mencoba
menanggapi alasannya, "Kenapa Papa dulu mau menikahiku.."
Suamiku hanya menjawab bahwa ia benar-benar
mencintaiku. Mendengar alasan tersebut, aku terdiam dan
dapat menerima kenyataan itu, walau yang agak kusesalkan
kenapa ia lakukan dengan adik kandungku. Selanjutnya
suamiku berkata, "Itulah Mam mengapa Papa menawarkan
Ary sebagai teman selingkuh Mama, tak lain sebagai
penebus kesalahan Papa dan juga agar skor menjadi 1-1,"
sambil ia memeluk dan menciumiku dengan penuh kasih
sayang.
Aku mencoba merenung, dan dalam benakku muncul niat
untuk melakukannya. Pertama, jelas aku menuruti harapan
suami. Kedua, kenapa kesempatan itu harus kusia-siakan,
karena selain ada ijin dari suami, juga akan ada pria lain yang
mengisi kesepianku, lebih-lebih dapat memenuhi kebutuhan
seksku yang selalu menggebu-gebu dan sangat tinggi.
Sempat kubayangkan wajah Ary yang selama ini kuketahui
masih perjaka. Ketampanannya yang ditunjang oleh fisiknya
yang tegap dan gagah. Kubayangkan tentunya akan sangat
membahagiakan diriku. Bermodalkan khayalan ini kuberanikan
berkata kepada suamiku, "Boleh aja Pap, asal Ary mau.."
Mendengar perkataanku tersebut, suamiku langsung
memelukku dan akhirnya kami berdua melanjutkan
permainan seks yang sangat memuaskan.
Sehari setelah suamiku berangkat ke luar kota, aku mulai
berpikir mencari strategi bagaimana mendekati Ary. Selain
memancing perhatian Ary di rumah, kutemukan jalan keluar
yaitu minta tolong dijemput pulang dari kantor. Waktu kerja di
kantorku dibagi dalam dua shift, yaitu shift pagi (08:00 -
14:30) dan shift siang (14:30 - 21:00). Rute pengantaran selalu
berganti-ganti, karenanya jika aku mendapat giliran terakhir,
pasti sampai rumah agak terlambat. Hal ini aku keluhkan
kepada kedua mertuaku. Mendengar keluhanku ini, kedua
mertuaku menyarankan agar setiap kali pulang dari dinas
siang, tidak perlu ikut mobil antaran, nanti Ary yang akan
disuruh menjemputku. Hatiku begitu gembira mendengar
saran ini, karena inilah yang kutunggu-tunggu untuk lebih
dekat pada Ary. Sampai kedua kali Ary datang menjemputku
dengan motornya, sikapnya padaku masih biasa-biasa saja,
walau dalam perjalanan pulang di atas motor, kupeluk erat-
erat pinggangnya dan sekali-kali sengaja kusentuh penisnya.
Suatu hari, pembantu rumah tanggaku terserang penyakit.
Karena aku dinas siang, mertuaku menyuruhku
membawanya ke rumah sakit bersama Ary. Sambil
menunggu giliran pembantuku dipanggil dokter, aku dan Ary
mengobrol. Dalam obrolan itu, Ary menanyakan beberapa hal
antara lain berapa lama suamiku dinas di luar kota, dan apa
aku tidak kesepian ditinggal cukup lama. Pertanyaan terakhir
ini cukup mengejutkan diriku, dan bertanya sendiri dalam hati
apa maksudnya. Tanpa sungkan aku memberanikan diri
menjawab untuk memancing reaksinya. "Yakh sudah tentu
kesepian donk Ri, apalagi kalau lama tidak disiram-siram."
sambil aku tersenyum genit. Entah benar-benar lugu atau
berpura-pura, Ary menanggapinya, "Apanya yang disiram-
siram.." Kujawab saja, "Masa sih nggak ngerti, ibarat pohon
kalau lama nggak disiram bisa layu kan.." Ary hanya terdiam
dan tidak banyak komentar, namun aku yakin bahwa Ary
tentunya mengerti apa yang kuisyaratkan kepadanya.
Selesai urusan pembantuku, kami semua kembali ke rumah.
Seperti biasa jam 14:00 aku sudah dijemput kendaraan
kantor. Sekitar jam 16:00 aku menerima telepon dari Ary.
Selain mengatakan akan menjemputku pulang, ia juga
menyinggung kembali kata-kataku tentang 'siram menyiram'.
Kukatakan padanya, "Coba aja terjemahkan sendiri.." Sambil
tertawa di telepon, Ary berkata, "Iya deh nanti Ary yang
siram.."
Tepat jam 21:00, Ary sudah datang menjemputku dengan
motornya. Dalam perjalanan, kutempelkan tubuhku erat-erat
dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya. Aku
mencoba memancing reaksi Ary dengan menyentuhkan jari-
jari tanganku ke penisnya. Kurasakan penisnya menjadi
keras. Saat berada di depan Taman Ria Remaja Senayan,
Ary membelokan motornya masuk. Aku sedikit kaget, dan
mencoba bertanya, "Ri, kok berhenti di sini sih..?" Ary
menjawab, "Nggak apa-apa kan, sekali-kali mampir cuci
pemandangan, sekalian ngobrol lagi soal siram-siraman." Aku
mengangguk dan menjawab, "Iya boleh juga Ri.."
Setelah parkir motor, tanpa sungkan, Ary menggandeng
pinggangku sambil berjalan, dan aku tak merasa risih
mendapat perlakuan ini. Setelah berhenti sebentar membeli
dua cup coca cola dan popcorn, sambil bergandengan aku
dibawa Ary ke tempat yang agak gelap dan sepi. Dalam
perjalanan, kulihat beberapa pasangan yang sedang asyik
masyuk bercinta, yang mebuat nafsu seksku naik.
Setelah mendapat tempat yang strategis, tidak ada orang
di kiri kanan, kami berdua duduk bersebelahan dengan rapat.
Kemudian Ary membuka pembicaraan dengan kembali
mengulangi pertanyaannya. "Berapa lama Mas Zali tugas di
luar kota.?"
Kujawab, "Yah.. katanya sih dua bulanan, memang kenapa
Ri?
"Apa Wita nggak akan kesepian begitu cukup lama ditinggal
Mas Zali?" kata Ary.
"Yah tentunya normal dong kesepian, apalagi nggak disiram-
siram." kuulangi jawaban yang sama sambil kupandang
wajah Ary dengan ekspresi menggoda. Tiba-tiba Ary
meletakkan tangannya di pundakku dan dengan beraninya
menarik wajahku. Kemudian ia mencium pipi dan melumat
bibirku dengan penuh nafsu. Diriku seperti terbang, kulayani
lumatan bibirnya dengan penuh nafsu pula. Sambil berciuman,
dengan lirih Ary bertanya, "Oh Wita sangat cantik, boleh
nggak Ary mengisi kesepian Wita?"
Sebagai jawaban kubisikkan di telinganya, "Oh.. Ri, boleh saja,
Wita memang kesepian dan butuh orang yang dapat
memuaskan.."
Sambil berciuman, tangan Ary membuka kancing bajuku dan
memasukkan tangannya di balik kutangku sambil meremas-
remas buah dadaku dan memilin-milin puting susuku. Tubuhku
menggelinjang menahan rangsangan tangannya. Kemudian
tangannya terus turun ke bawah, dari balik rokku dan
celana dalamku yang sudah basah, ia memasukkan jari-jari
tangannya mempermainkan klitorisku. Nafsuku semakin naik,
dengan lirih aku mengerang, "Oh.. oh Ri, aduh Ary pinter sekali..
oh.. puaskan Wita Ri.. Oh.." Dengan semangat Ary
mempermainkan vaginaku sambil kadang-kadang ia melumat
bibirku. Tubuhku terasa terbang menikmati permainan jari-
jari tangannya di vaginaku. Kurasakan satu dan akhirnya
dua jari Ary masuk ke dalam lubang vaginaku. "Oh.. Ri.. aduh..
enaknya Ri.. oh terus Ri.." aku mengerang menahan
kenikmatan. Mendengar eranganku, kedua jari tangan Ary
makin mengocok lubang vaginaku dengan gerakan yang
sangat merangsang. Dan akhirnya, beberapa menit
kemudian karena tak tahan, aku mencapai orgasme. "Oh Ri,
aagh.. Wita keluar Ri.." Kujilati seluruh permukaan wajah Ary
dan kulumat bibirnya dengan nafsuku yang masih tinggi. Ary
masih tetap memainkan kedua jarinya di dalam vaginaku.
Begitu hebatnya permainan kedua jari tangan Ary yang
menyentuh daerah-daerah sensitif di dalam lubang vaginaku,
membuatku orgasme sampai tiga kali.
Kelihatannya Ary begitu bernafsu dan saat itu ia
mengajakku bersetubuh.
"Wita.. boleh nggak Ary masukkan lontong Ary ke dalam
apem Wita?"
Walau aku sebenarnya juga menginginkannya, namun aku
khawatir dan sadar akan bahaya kalau ketahuan satpam
Taman Ria. Kujawab saja, "Jangan di sini Ri, bahaya kalau
ketahuan satpam, nanti di rumah saja ya Yang.."
"Benar nih jangan bohong ya.. dan bagaimana caranya?"
tanya Ary.
Kujawab saja, "Nanti kamar nggak dikunci, masuk aja Ri,
yang penting jangan ketahuan orang rumah."
Akhirnya Ary setuju dengan tawaranku itu. Mengingat
waktu sudah menunjukkan jam 22:10 kami berdua sepakat
pulang. Sebelum meninggalkan tempat, sambil berdiri kami
berdua berpelukan erat, saling melumat bibir dan lidah. Sambil
bergandengan mesra, tanpa khawatir kalau ada orang yang
kenal melihatnya, kami berdua berjalan menuju parkir motor.
Dalam perjalanan pulang, kupeluk erat tubuh Ary, sambil jari-
jari tangan kananku membelai dan meremas-remas
lontongnya dari balik celananya.
Bersambung...
Adik Suami Pemuas Nafsuku II
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd