Astralblaze
Semprot Baru
- Daftar
- 21 Jan 2017
- Post
- 25
- Like diterima
- 66
WELCOME TO MY THREAD
ASTRALBLAZE
ASTRALBLAZE
Salam kenal ya agan agan, ane silent reader bertahun tahun memberanikan diri untuk post thread pertama ane, tolong kripik pedas nya yaaaaa...
PROLOGUE
Perkenalkan namaku Mira, aku tinggal di keluarga dan lingkungan yang alim dan selalu menjaga tata krama dalam bersikap. Saat ini umurku 18 tahun dengan tinggi 152cm dgn BB 47 dan masih sangat polos jika di hadapkan ke dunia luar yang di penuhi dengan banyak hal yang sangat berbeda dengan cerpen dan novel yang pernah kubaca karena mereka memang menceritakan kebanyakan hal hal baik saja, jikapun ada hal negatif itupun sudah di poles dan di filter sedemikian rupa hingga menghasilkan karya yang syarat akan nilai moral dan etika. Namun, cerita yang akan kuceritakan mungkin akan berbeda dengan cerita-cerita motivasi tersebut dan juga tidak seextreme cerita orang-orang yang hanya beberapa saat langsung berubah menjadi pribadi yang berbeda. Ini cerita dongeng dariku di tambah dengan bumbu pelengkap yang akan membuat sebuah karya menjadi cemilan yang mungkin bagi sebagian kamu pedas, manis, asam, dan asin, pokoknya nano-nano lah karena perspektif tiap orang berbeda dalam menilai suatu cerita.
Nah perkenalannya di lanjutkan yah, kebetulan kedua orang tuaku sudah bercerai karena terjadi perselisihan yang aku sendiri tidak paham inti masalahnya, karena waktu itu aku ikut pelatihan serta olimpiade sains ke kota J, dan pas aku pulang keduanya sedang mengurus surat perceraian padahal sebelumnya di telfon tidak ada apa-apa. Sebulan aku mengurung diri di dalam kamar, aku tidak tahu apa-apa dan sedihnya bukan main, banyak hal yang tak bisa ku ungkapkan yang apabila kuceritakan akan membuat kalian membacanya, kalian bayangkan sendiri ya, aku tak mau mengungkitnya lebih dalam. Tidak sekarang, mungkin nanti. Ibuku sendiri sekarang tinggal di tempat kakak tertua ku Kak Fani, karena ibu tidak sanggup bertahan di kota ini, mengingat semua kejadian yang telah terjadi dan ayah pun sekarang fokus pada bisnis propertinya di Kota R. Dan mereka setuju aku di titip kan pada paman dari keluarga ibu karena kebetulan beliau adalah salah satu yang tuakan dan teladan bagi keluarga kami. Beliau adalah salah seorang pendiri yayasan dan juga pada beliaulah amanah untuk mendidikku di berikan kedua orang tuaku yang sama sama sepakat karena dalam hati mereka sama sama merasa tidak pantas mengambilku, dan aku pun masih kecewa pada mereka, aku sayang mereka tapi aku kecewa. Begitulah, Jika kalian tidak mengerti tidak apa.
Setelah mengemasi barang barangku aku pun di jemput paman dengan avanza merahnya. Singkat cerita Paman akhirnya menyarankanku melanjutkan studi ke salah satu perguruan tinggi di Kota P, kebetulan aku lulus jalur undangan karena prestasiku dulu, dan jurusan yang aku pilih adalah??? Yah jurusan yang katanya menduduki salah satu kasta tertingi di kampus tersebut yaitu : Bahasa inggris.
Jarak rumah paman dan kampus sekitar 30 km. Itupun terkadang macet di dekat pasar pagi Alsia. Akhirnya paman memutuskan untuk menitipkanku di pondok mahasiswa yang dekat kampus, bukan hanya karena dekat namun juga karena aku masih polos, jadi aku di masukkan ke tempat jelas kredibilitasnya. Stay disana pembayarannya pertahun dan tergolong murah Rp2.400.000 pertahun. Kalau untuk biaya kuliah aku mendapatkan beasiswa sehingga tidak terlalu memberatkan paman walaupun katanya nanti beliau akan membantu biaya kuliahku. Di sana seperti asrama di pesantren memiliki sistem dan tatanan yang terorganisir antar senior senior serta juga merupakan tempat lahirnya bibit-bibit dari kader organisasi kampus. Tugas piket, masak, program rutin pengajian, iuran beli keperluan pokok bersama semuanya sudah di atur sedemikian rupa. Sorenya setelah magrib para anggota pondok berkumpul dan memperkenalkan diri masing masing. Total sekarang ada 5 orang, 3 senior 2 junior. Kami membentuk lingkaran atas instruksi ketua penanggung jawab yang segera memperkenalkan diri.
Yang pertama Kak Fira selaku penanggung jawab, tingginya sekitar 155cm dan BB 57kg, berwajah bulat bersih dia adalah sekretaris BEM U, kebetulan sekarang sedang memasuki Praktek lapangan di sekolah (dia adalah jurusan seni rupa). Walaupun sibuk dia juga ikut terlibat dalam program program yg di laksanakan BEM karena semangatnya yang tinggi dia bisa handle multitask. Mungkin jika di ibaratkan laptop Nvidia Titan Ram 8gb ya hehe.
Yang kedua, Kak Widya tinggi 165 BB 55kg, wajahnya ayu serta sosok yang menurutku ideal dengan tubuh yang semok dan tinggi, jurusan bahasa inggris semester 5. Kakak ini sepertinya agak pendiam dan banyak main hp saja aku lihat bahkan di saat kami saling memperkenalkan diri.
Yang ke tiga, Kak Ana. Dia semester 5 juga seperti Kak Widya tapi jurusan perhotelan di Universitas B. Tinggi 150cm BB 49kg, yang lebih menonjol pada Kak Ana ini adalah dadanya yang membusung melebihi kami semua serta kulitnya yang hitam manis daripada kami yang ada disini dan aku tidak iri sedikitpun ya, karena yang berlebihan itu tidak bagus menurutku.
Yang terakhir, anak baru juga namanya Milya, jurusan Pendidikan Biologi. Tinggi 150 BB 40, putih bersih dan berdada rata menurut yang aku amati sih walaupun sudah pakai BH tapi kelihatannya hanya menggembung beberapa milimeter saja. Karena dia belum berpakaian syar’i dan pakai pakaian ketat namun sudah berjilbab dengan celana jeans. katanya dia masuk ke sini karena kost di sini murah, kami semua terkesima dan mencoba berpikiran positif mungkin ada kendala ekonomi.
Para senior mengatakan kalau kita di sini wajib berpakaian syar’i, kalau untuk gamis itu optional dan mengikuti SOP yang berlaku. Ada juga kegiatan pengajian rutin. Setelah itu akupun masuk ke kamarku yang baru, semuanya sudah tersedia, kasur, lemari, meja belajar. Untuk mandi, kami memiliki 2 kamar mandi. Kamar kami berderetan dengan kamar Kak Fira yang paling depan, karena terkadang ada anak kampus yang datang membicarakan program kerja jadi lebih mudah keluar masuk dan tidak ribet karena kalau agak kebelakang kamarnya otomatis sulit kedengaran apabila ada orang datang di depan pagar. Waktu bertamu pun di batasi sampai pukul 9 malam dan untuk laki laki hanya boleh di luar pagar saja.
Paginya aku pergi ke kampus jam 7 lalu berangkat setelah ucap salam, di depan pondok ada kursi rotan panjang di antara kamar Kak Fira dan gerbang. Aku selintas melihatnya dan tiba-tiba pandanganku jadi hitam putih dan melihat gambaran 2 sosok yg duduk di sana. lalu kupejamkan mata lalu kubuka lagi.
“Ahh mungkin aku kecapekan karena baru sampai di sini” pikirku.
Malam itu di sebuah gudang yang sepertinya sudah tidak lagi di pergunakan, terlihat seorang pria dengan hoodie berjalan lalu maju menuju pintu besi sembari mengeluarkan kunci dari saku kanannya. Perlahan pintu tersebut membuka lalu pria itu menutupnya dan berbunyi drttttttt engselnya yang sudah berkarat berderit membuat ngilu gigi siapa saja yang mendengarnya. Dengan modal flash dari ponselnya dia meraba-raba dinding dan akhirnya menemukan stop kontak lalu menekannya. Ruangan 5x3 itu pun remang remang di buatnya karena voltase lampu tersebut tergolong rendah. Di bagian dekat dinding diletakkan meja dan kursi kayu yang sudah berdebu dan di penuhi jaring laba laba. Sementara ventilasi hanya ukuran kecil di atas lotengnya yang membuat udara masuk sekedarnya. Lalu dia melihat ke arah sudut kanan ruangan itu. Dan terlihatlah seorang perempuan tanpa sehelai benangpun dengan leher terikat tali collar yang terbuat dari kulit leather lembut dan terikat ke tonggak di belakangnya dan di kunci dengan gembok dan nafasnya menderu cepat dengan tubuh yang penuh keringat karena panasnya tempat tersebut, jauh di ujung satunya terlihat pakaiannya menggantung di kaki salah satu meja yang di letakkan terbalik, dan di sebelah perempuan di sebelahnya terlihat roti dan air mineral yang tinggal seperempatnya. Tidak terlihat jelas detail penampilannya karena pencahayaan yang remang remang. Pria tersebut melangkah dan berkata
“Apa terkurung di sini sudah membuatmu jadi anjing yang patuh?’’ katanya sambil memegang rahang perempuan itu.
Perempuan itu hanya melotot melihatnya tanpa biacara apa apa. Dia sengaja tidak bicara apapun karena jika dia bicara dia akan di cambuk oleh pria tersebut. Dari dekat kelihatan samar bekas cambukan di bahu menyilang ke pinggang kanan namun sepertinya bukan cambukan yang kuat hanya peringatan namun cukup untuk membuat bekas selama beberapa hari. Rambutnya yang panjang tergerai bercampur keringat membuatnya terlihat seram. Pria tersebut tidak bergeming sedikitpun, lalu pria tersebut mengeluarkan semacam ring. Lebih tepatnya piercing lalu meremas kuat kuat dada kiri perempuan tersebut dan memasukkan piercing tersebut ke dalam lubang kecil di puting nya pertanda ini bukan pertama kalinya benda tersebut bergelantungan di sana. Ekspresinya menggigit bibir bawah menahan sakit karena pria berhoodie tadi memasukkannya dengan agak memaksa lalu dia berjalan ke arah tali yang di borgol tersebut lalu membukanya sambil berkata
“Pulanglah, nanti ku temui lagi jika memang kau berguna nanti’’.
Perempuan tersebut segera berlari mengambil bajunya dan mulai memasangnya dengan cepat, dia mencari cari cd dan bh nya yang tidak di temukannya dalam kumpulan kain tersebut, yang ada hanya hotpants dan baju kaos saja. Si pria pun melangkah dan berkata
‘’Sudah, pulang saja seperti itu, mau pakai pakaian berlapis pun yang lacur pun tetap kelihatan lacurnya’’.
Pria tersebut beranjak pergi dan berjalan ke arah belakang gudang sambil menekan tombol panggil di ponselnya. Perempuan yang di tinggalkan tersebut akhirnya selesai memasang pakaian walau yang langsung basah oleh keringat dan perabotnya terlihat jelas di gantungi oleh ring piercing tersebut karena makin terlihat transparant lalu dia berlari keluar, kebetulan hari mulai hujan dan akhirnya dia hilang dalam kegelapan malam dengan dendam yang membara serta carut marut yang tak terucapkan.
dulu 
