Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

AKU GURU BERHIJAB TAPI BINAL (pindahan)

Bimabet
BAGIAN IIIa
APA AKU PEREMPUAN BINAL?

Aku melangkah memasuki toilet. Pada saat yang sama Pak Joko baru keluar dari toilet. Dia langsung merengkuh tubuh dan mencium bibirku. Diremas-remasnya tetekku.

“Kita pulang bareng yah,” bisiknya. Aku gak tau harus menjawab apa. Aku langsung masuk ke toilet.

Di dalam toilet kukorek keluar sperma Pak Joko dari dalam liang senggamaku. Kubersihkan juga yang di celana dalam sebisaku, setelah itu aku merapihkan pakaianku sebentar. Keluar dari toilet, aku tak menemukan dia. Aman, pikirku sambil berjalan ke ruang guru.

Di ruang guru, kulihat seluruh guru sedang bersiap-siap untuk pulang. Dengan diam aku menuju mejaku. Karena semua sibuk, maka kebisuanku terabaikan. Aku juga membenahi mejaku, bersiap untuk pulang. Pikiranku masih dipenuhi peristiwa yang baru aku alami di ruang penyimpanan alat olah raga.

“Erna!!… Apa yang baru kamu lakukan dengan Pak Joko tadi? Kamu baru saja berzinah lagi dengan lelaki lain!” Pikiranku menghakimiku, ”Dasar perempuan gampangan!”

“Pak Joko menjebak dan memaksaku,” bela pikiranku yang lain.

“Terpaksa apanya? Kamu secara sukarela berbaring telentang dan melebarkan kakimu!” pikiran yang pertama kembali menghujat.

“Apa dayaku sebagai perempuan? Pak Joko berhasil merangsang gairahku. Aku gak sanggup melawannya. Sudah hampir dua minggu aku tidak bercumbu dengan suami,” pikiran yang lain setia membelaku.

“Seharusnya kamu dari awal jangan menghampirinya. Kamu kan sudah tahu apa yang akan dilakukannya di ruangan itu. Dasar perempuan binal!! Sudah berapa lelaki yang menghujamkan kontolnya ke memekmu? Perempuan murahan! Istri binal!” nampaknya suara pikiran yang pertama yang menang. Suara yang membelaku menghilang.

Sudah berapa lelaki yang telah menyetubuhiku? Pikiranku menerawang ke masa lalu. Pada saat yang sama aku sudah di depan ruang guru. Aku berdiri sebentar mengembalikan kesadaranku. Semua guru sudah bersiap untuk pulang. Aku menuju mejaku.

“Daritadi Bu Erna kok diem aja?” sapa Bu Syarifah atau Bu Ipah.

“Iya nih, Bu Erna. Pak Joko mah begitu orangnya, jangan dipikirin,” sahut Bu Neti.

Dug.. jantungku seperti copot. Kok Bu Neti ngomong gitu ya? Apa dia tahu yang baru saja terjadi? Pikiranku bertanya-tanya.

Aku terpaksa membalas omongan mereka hanya dengan senyuman.

“Yuk ah.. duluan semuanya. Assalamu’alaikum,” pamit Pak Endi

“Wa’alaikum salam,” semua membalas seperti koor.

“Bu Erna jadi gak saya temani ke S*****? Kalau jadi saya tunggu,” tiba-tiba suara Pak Joko menyeruak.

“Hah?” karena tak menyangka, aku jadi tergagap.

“Jangan mau Bu Erna. Pak Joko kalau baik, pasti ada udang dibalik bakwan.,” malah Bu Neti yang menjawab.

“Ayo semua aku duluan… Assalamu’alaikum,” sekarang Bu Ipah yang pamit.

Sama seperti tadi kami semua membalas salamnya. Lalu satu persatu meninggalkan ruang guru. Tinggal aku, Bu Tuti, dan Pak Joko.

“Jadi bareng?” Pak Joko mengulang pertanyaannya. Aku bingung harus jawab apa.

“Udah sana jalan,” Bu Tuti malah menyarankan.

“nanti Dian aku yang jemput pulang,” lanjutnya.

Oh ya Dian.. Ya Ampun aku sampai lupa pada anak pertamaku. Dian sekolah di SD kelas 4. Harusnya aku menjemputnya di sekolah. Dian pasti lagi menungguku.

“Ayo Bu Erna, kita jalan sekarang,” desak Pak Joko. Akupun mengangguk. Bu Tuti tersenyum.

“Hati-hati di jalan,” pesan Bu Tuti, melepas aku dan Pak Joko meninggalkan ruang guru.

Tak lama aku sudah membonceng di motor Pak Joko menjauhi sekolah. Aku meletakkan tas di antara aku dan dirinya. Berpegangan pada motor, aku tak ingin menyentuhnya. Bagaimanapun besar kemungkinan akan ada yang mengenali kami.

“Kita mau kemana, Pak?” tanyaku memecah kebisuan.

“Ke S***** aja,” jawab Pak Joko. Aku mencoba menebak.

“Ke S***** nya kemana?” tanyaku lagi setelah tak mampu mengira.

“Maunya Erna kemana?” malah Pak Joko balik bertanya. Dia tidak lagi memanggil “bu”.

“Kok malah tanya Erna? Kan Bapak yang ngajak.”

“Barangkali Erna punya saran tempat yang enak buat berdua.”

“Terserah Bapak aja,” jawabku lalu kembali bisu.

Motor terus melaju sebelum terlalu jauh akhirnya membelok ke tujuan. Sebuah motel. Dan aku bisa menebak apa yang akan Pak Joko lakukan kepadaku sebentar lagi.



DI SEBUAH MOTEL MURAH

Begitu motor memasuki pekarangan motel, terlihat seorang petugas motel menyambut dan mengarahkan motor ke sebuah garasi dengan ‘rolling door’ terbuka. Bersamaan itu rolling door garasi disebelah kanan terbuka. Sebuah mobil kijang mundur keluar.

Seorang gadis nampak duduk di kursi penumpang sebelah supir. Sulit menebak kisaran usianya. Make up-nya lumayan tebal. Setidaknya untuk di siang hari begini. Rambutnya pendek. Dia menatapku dan seperti agak heran.

Tatapan yang sama dari petugas motel. Dia sempat menatapku beberapa detik. Mungkin di benak si petugas hotel bertanya, mau apa perempuan berhijab rapih sepertiku masuk motel bersama seorang lelaki yang pasti bukan suaminya. Duh… pasti dia bisa menebak dengan tepat apa yang akan aku dan Pak Joko lakukan. Bagaimana kalau dia mengenalku? Duh malu-maluin banget, pikirku.

Kesadaran akan apa yang bakal terjadi di dalam kamar membawa kembali ingatanku pada permainan kami di sekolah tadi. Tidak lama memang. Mungkin cuma 15 menit atau 20 menit. Tapi gairahnya begitu menggebu. Mungkin aku dan Pak Joko terlalu menggebu jadi cepat klimaks.

Sayang gak bisa terlalu lepas, pikiranku semakin liar. Kalau di kamar ini pasti akan lebih bebas. Dan bisa lebih lama. Loh kok malah aku jadi berfikir kotor? Dan rasa gatal mulai muncul di bagian-bagian tubuhku yang sensitif.

“Masuk yuk Erna,” ajakan Pak Joko membuyarkan lamunanku. Duh pakai nyebut namaku di depan si petugas motel lagi.

Aku mengangguk pasrah. Apakah aku akan menyerah membiarkan Pak Joko menikmati tubuhku lagi? Aku menghela nafas panjang. Melangkah naik tangga sedikit terus melewati pintu kamar yang ada dalam garasi itu.

Di dalam kulihat ada sebuah tempat tidur ukuran sedang tertutup sprei putih. Ada selimut. AC yang baru dinyalahkan. Televisi 24 inchi. Dua botol air mineral. Dua buah handuk, sabun dan sikat gigi terbungkus plastic bening. Pak Joko bayar sewa kamar. Seratus sepuluh ribu rupiah.

Tidak. Aku harus menahannya agar kali ini tidak terlalu jauh melewati batas hubungan yang bukan suami istri. Mungkin tidak sampai persetubuhan. Ya ngobrol-ngobrol aja sambil peluk-peluk.. dan ciuman… tambah raba-raba lah boleh. Asal tidak sampai memasukkan batang kemaluannya ke dalam kemaluanku. Kan tadi udah…. pikirku optimis. Tekad bulat sudah.

Petugas motel pun menghilang. Pak Joko mengunci pintu. Lalu berbalik ke arahku. Mendekati, lalu memelukku. Bibirnya langsung menyosor bibirku. Aku menyambutnya. Tangan kami mulai saling meraba dan meremas. Tangannya satu di bokongku, yang lain meremas dadaku.

Remasan-remasan itu menimbulkan sensasi nikmat yang membangkitkan gairah kewanitaanku. Gairah yang bangkit itupun membuat syaraf-syaraf semakin sensitive, sehingga sensasinya semakin nikmat. Begitulah terus menerus sehingga menjadi gelombang birahi yang menghanyutkan.

Begitu besar gelombang gairah birahi menghanyutkan kesadaranku. Mengahanyutkan tekad bulatku. Yang ada hanya tuntutan badaniahku harus terpenuhi.

“Aahhh… uffff… Pak,” rintihku.

Kurasakan tangan Pak Joko berpindah ke kancing kemejaku. Segera kudorong tubuhnya, dan aku mundur menjauh. Tapi kali ini aku tak bermaksud menolak dirinya, melainkan ingin dia segera membuka pakaiannya. Urusan pakaianku biar aku buka sendiri.

Pak Joko yang sempat kaget aku mendorong tubuhnya, menjadi tersenyum Ketika melihat aku melepas kerudungku, lalu mulai melepas kancing-kancing kemeja. Dia pun melepas kaosnya.

Aku membuang kemejaku ke lantai. Lalu menyusul beha. Kini aku berdiri dengan bagian atas tubuh telanjang. Pak Joko memandang takjub pada kedua bukit kembarku yang belum jatuh walaupun sudah beranak dua. Aku yang memberi isyarat agar Pak Joko mendekat. Kamipun kembali saling merengkuh.

“Oohhh Erna…” desah Pak Joko. Kedua bukit kembarku langsung menjadi santapannya. Nikmat sekali rasanya. Birahiku sudah pada titik tak mungkin surut sebelum dituntaskan.

“Aaahhh.. Pak.. ennaaaak… terus isep Pak,” ceracauku sambal meremasi rambutnya.

“Tetek Erna indah sekali… bagus… empuk,” kata Pak Joko.

“Iya Pak.. isep terus… dua-duanya Pak,” rintihku. Tanganku mencari sesuatu ke selangkangnya yang masih tertutup celana panjang. Kuelus-elus batang kontol yang mulai bangun membesar.

“Aaaahhh... enak Na.”

Aku segera melepaskan diri kembali mundur dua langkah ke arah tempat tidur. Seperti tadi aku ingin segera Pak Joko melepas celananya. Diapun langsung melepas sekaligus celana dalamnya. Aku sendiri segera melepas rok panjangku. Sementara kubiarkan celana dalamku tetap di tempatnya.

Sekarang Pak Joko sudah dalam keadaan bugil. Kontol monsternya sudah mulai mengacung. Dilihatnya aku berdiri hanya tertutup celana dalamku yang semi transparan. Dia langsung menyerbuku Kembali. Kembali mencumbu payudaraku. Kini tangan kirinya mengelus-elus bukit kecil di antara kedua pahaku. Masih terhalang CD nilonku. Tapi bagaimanapun tetap menimbulkan nikmat birahi.

Aku sendiri tentu langsung menangkap batang kejantanannya. Kuelus-elus dan kuurut, otot yang sebentar lagi akan memuaskan hasrat kewanitaanku.

“Aaaahhh terus Na.. enak sekali… kocok terus,” pintanya. Tentu saja aku terus mengocoknya tanpa diminta sekalipun. Akun ingin batang itu segera mengeras dengan penuh.

“Aaaahhh terus Naa….”

Kini tangannya menekan pundakku ke bawah. Aku tahu apa yang dimauinya. Akupun segera berjongkok. Kini batang kejantanan yang kukagumi itu berjarak hanya satu senti dari bibirku. Tanganku taku berhenti mengurutnya.

Kujilat kepala jamurnya. Aku mendongak ingin melihat hasil perbuatanku.

“Aaaahhhh mantap Na,” desah Pak Joko sambal memejamkan mata menikmati. Aku semakin gairah. Jilatanku merayap sepanjang batang itu menuju pangkalnya. Kujilat juga kantung yang menggantung disana, lalu kembali ke kepala jamur. Kembali ku mendongak melihat hasil kerja ku.

“Seddaaaaaap Na… terus,” Pak joko terlihat menengadah ke atas, sehingga tak bisa kulihat ekspresinya dari bawah sini. Tapi itu tak perlu. Batang yang mengangguk-angguk yang semakin tegak dan urat-uratnya semakin menonjol sudah memperlihatkan kenikmatan seperti apa yang kuberikan. Aku semakin semangat.

Langsung kumasukan kepala jamur itu kedalam mulut.

Slluurrpp…. Kepala kontol besar dengan batangnya masuk sedalam mungkin. Sambil mulutku menghisapnya. Shhhheeeeeppsss…

“Gilaaaaa enak sekali sepongan kamu Na,” Kedua tangannya terus menekan kepalaku ke selangkangannya. Aku segera menarik mundur kepalaku. Gerakan kepalaku sekarang menjadi maju-mundur di depan selangkangannya. Batang kontolnya bergerak keluar masuk.

Kadang kuselingi dengan jilatan sepanjang kontolnya.

Pak Joko sontak menghentikan seponganku dan meraihku untuk berdiri. Sepertinya dia tak ingin terlalu cepat keluar nanti. Sebaliknya sekarang dia yang berjongkok untuk memelorotkan celana dalamku.

Tiba-tiba kurasakan benda lunak hangat menyapu bibir vaginaku. Aaaaahhhhhh seperti aliran listrik rasa geli tapi nikmat menjalar ke seluruh tubuhku. Kini lidah Pak Joko gantian bermain di kewanitaanku. Sambil berdiri aku merenggangkan kedua kakiku, agar dia lebih leluasa menjelajahi celah sempit di bukit kecil itu.

“Aaaaahhhh…Pak… enakk… shshshshh,” gentian aku yang berceloteh sambil meremas rambutnya.

Kakiku semakin merenggang. Sekarang Pak Joko dapat mengakses liang senggamaku. Lidahnya langsung menjukur-julur memasukinya, lalu ganti menghisap klentitku. Dia seperti mengocok klentitku.

Crrt.. crrt.. terasa cairan pelicinku mulai keluar.

“Slluurrppp,” Pok Joko sepertinya tak ingin cairanku menetes sia-sia.

“Aaarrrggghhh… Nikmat Pak… itu diapain?” tanyaku. Rasanya aku mulai menapak ke puncak.

Untung Pak Joko tidak terlalu lama. Segera aku di dorongnya ke tempat tidur. Aku telentang disana dengan kedua kaki mengangkang dan lutut terangkat.

Tak lama Kembali kepala Pak Joko berlabuh di antara kedua pahaku. Mulutnya kembali bermain disana.

“Aarrgghhh…,” teriakku Ketika Pak Joko memasukkan jari telunjuknya. Mengorek-ngorek dinding dalam Lorong kenikmatan itu. Jarinya bergerak keluar masuk disana. Liangku pasti sudah penuh dengan cairan cintaku.

“Paaaaakkkk…. Aduhhh… gak tahan,” celotehku. Kedua tanganku meremas-remas tetekku sendiri.

Sekarang jari tengahnya menyusul. Aku hanya bisa menggeleng kepala ke kiri dan kanan. Sensasi nikmat dari permain kedua jari didalam memekku dan bibir serta lidahnya bermain di luar, tak bisa kubendung lagi. Aku ingin segera tuntaskan permain ini. Untung Pak Joko juga mengerti.

Kini, Pak Joko mengarahkan kepala kontolnya ke memekku. Di gesek-gesekkannya kepala itu ke klentitku. Kedua tangannya mendorong kedua pahaku ke arah dadaku sambal tetap melebarkan. Otomatis pantatku terangkat mengekspose lobang memekku sepenuhnya. Pasti sudah banjir banget.

Kepala jamur tepat di mulut lubang vaginaku. Membelah tirai labia minora ku dan akhirnya..

Sleebbhhss…. Kepala jamur itu menyelusup masuk kontol liang senggamaku.

“Aaaaaahhh….. Paakkkk… Gedeeeeee,” jeritku. Liangku Kembali dipaksa melebar untuk menerima diameter batang itu. Akibatnya seluruh syaraf di saluran muskulomembranasea atau otot selaput yang menghubungkan rahimku dengan dunia luar mendapat stimulus gesekkan dengan batang kontolnya, tentu saja kenikmatannya juga jadi maksimal.

“Ernaaaa… masih sempit banget… ngempot… enak banget,” igau Pak Joko.

Pak Joko memompa batangnya keluar masuk beberapa kali sebelum akhir semua batangnya masuk ke dalam lorong memekku. Kepala jamur itu terasa mendesak mulut rahimku makin ke dalam supaya bisa muat…

“Aaahhhhhhh…. Pak Jokooooooo…. Memek Erna sesak banget.”
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd