Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA ALICE [LKTCP 2020]

Slz-Bun

Guru Semprot
UG-FR+
Daftar
16 Dec 2019
Post
707
Like diterima
7.135
Lokasi
Sir Alex ferguson stand old trafford
Bimabet
Ehem…hem..hem..hem,

Balik lagi nih sama ane suhu-suhu penghuni cerpan. Jadi maksut hati mau ikut meramaikan LKTCP 2020, saya memberanikan diri untuk ikut mendaftar menjadi peserta, ya walau cerita saya ini mungkin hanya seperti rengginang remuk di kaleng biskuit kongguan, cuma yang nama nya meramaikan ya boleh-boleh aja dong, hehehe.

Karena tema nya Affair, ane rasa sangat cocok dengan cerita yang memang sedang saya garap, project ini sudah tertunda sangat lama, mungkin yang pernah baca cerita ane tau tentang project ini..

Ok tanpa berlama-lama lagi, langsung saya persembahkan cerita ini kepada kalian..enjoyyyyy



ALICE

9sSaFhH4_t.jpg





“Tit…tut..tit..tut” suara alarm di pagi itu, membangunkan ku dari tidurku.

“tok..tok..tokk, mas, udah bangun?” terdengar suara dari balik pintu kamarku.

Aku yang saat itu sedang mengumpulkan nyawa untuk bisa bangun dari kasur ku tidak menggubris suara itu.

“mas, ayo bangun, sudah siang, nanti ke siangan ke kampus nya” suara dari balik pintu kamarku kembali terdengar.

“iya…iyaa bi, udah bangun” teriak ku dari atas kasur.

Sejenak aku terfikir, oh iya hari ini hari pertama aku efektif kuliah setelah menjalani ospek sebagaimana di kampus-kampus lain.

Bergegas aku loncat dari kasur ku untuk menuju kamar mandi, setelah selesai aku segera memacu motor ku ke kampus, pagi itu terasa sangat cerah sinar matahari pagi dengan malu-malu keluar dari balik awan pagi di kota ini. Oh iya sampai lupa berkenalan, nama ku Frans umur ku 19th aku baru lulus dari SMA swasta di kota ini, saat ini aku melanjutkan pendidikan ku ke perguruan tinggi negri yang cukup terkenal di negri ini. Dari sini lah semua kisah perjalanan cinta ku bermulai.

Perjalanan dari rumah ku ke kampus ini memang tidak dekat, aku memang sudah memutuskan akan nge-kost selama menempuh pendidikan di sini untuk meng efesiensi waktu ku di jalan.

Saat itu akhir nya setelah perjalanan panjang yang ku tempuh, aku sampai juga di kampus ku, baru selesai memarkirkan motorku hp ku bergetar, Terlihat Pacarku saat itu Jennifer menelfonku.

jFGwDHbU_t.jpg

“Beb udah sampai kampus?” tanya jennifer.

“udah Beb, baru aja parkir motor, kamu udah sampe juga ?” balas ku sambil berjalan menuju ruang kelas.

“sama, aku juga baru sampe, udah di kelas, semangat ya hari pertama nya. Sedih deh beda kampus sama kamu..huuh, inget jangan genit-genit sama cewe di sana ya” balas Jennifer saat itu.

“hehehe, nga lah, yaudah aku masuk dulu ya, nanti ku telfon lagi” balas ku saat itu mengakhiri percakapan.

Sean berpindah ke salah satu kelas di bangunan ini.

“Selamat pagi” sapa dosen memasuki kelas, bersiap memulai proses mengajar.

Terlihat pintu kelas yang kembali terbuka, berbarengan dengan masuk nya seseorang dengan nafas ter engah-engah sambil berlari.

“Pagi pak, maaf saya terlambat” buka perempuan itu sambil menunduk memegangi lutut nya mengatur nafas.

“siapa kamu ? kamu ini, baru hari pertama, sudah terlambat” jawab dosen itu dengan raut muka killer menatap anak itu.

“saya Alicia pak, maaf pak, saya janji tidak akan mengulanginya lagi” jawab perempuan itu yang akhirnya ku tau bernama Alicia.

BkoV3Mlk_t.jpeg

“sekali lagi kamu terlambat di kelas saya, saya anggap kamu tidak masuk, sudah sana duduk” jawab dosen itu.

Terlihat Alicia berjalan menunduk melewati bangku-bangku depan kelas yang sudah penuh ter isi, mata nya terlihat mencari dimana dia bisa duduk saat itu, pandangan kami sempat bertemu saat Alicia mencari bangku kosong. Saat itu aku duduk di blakang dan kebetulan kursi sebelah ku kosong.

Terlihat Alicia dengan kaos, jeans dan spatu keds nya berjalan menuju kursi kosong di sebelahku, saat itu aku tidak begitu tertarik dengan Alicia ya cuma sekedar melihat saja, tidak ada rasa apa-apa saat itu.

Kelas berjalan normal, tak terasa hari-hari berlalu begitu cepat di kampus ku ini sampai hari itu tiba.
FYI, sebenarnya bagian ini sudah pernah saya bahas di cerita sebelum nya, bagi yang familiar dengan bagian ini, ya memang bagian ini adalah bagian yang sama, tapi untuk mencegah plot hole bagian ini terpaksa saya masukan kembali, oke sudah paham semua ? yuk lanjut…

Saat itu sedang jam makan siang, terlihat kantin kampus sangat penuh dengan mahasiswa yang sedang istirahat, aku duduk di sebuah kursi dan meja panjang di suatu sudut kantin ini, terlihat Alicia datang dengan makanan yang dia bawa ke meja yang sama dengan ku, dia duduk di sebelah ku ( ya nga percis di sebelah sih, masih ada space yang cukup menampung 1 orang memisahkan kita) saat itu rasanya aku ingin sekali bertegur sapa dengan nya, bukan untuk SSI tapi hanya sekedar menanyakan tugas yang di berikan oleh dosen ke kami, jujur saja, saya bukan orang yang begitu pintar di akademis ber tolak belakang dengan ku Alicia memang terlihat menonjol di sisi akademis sepanjang aku mengenal nya di kelas.

l6mTQh6d_t.jpeg

Baru selesai aku mengumpulkan keberanian untuk menyapa Alicia tiba-tiba entah datang dari mana ada seseorang duduk di antara kami ( ya kalian yang pernah baca, tau lah ini siapa ) aku pun mengurungkan niatan ku dan kembali fokus dengan makanan ku saat itu, sampai tiba saat nya terdengar suara riuh bersamaan dengan datang nya para senior ke meja ku.

"Hii alice, makanya mau kaka suapin nga?" Di barengi dengan kedatangan beberapa senior lagi di depan meja kami.

Alicia terlihat hanya tersenyum malu menunduk , godaan² dari senior itu pun semakin menjadi jadi. Ada yang terlihat berusaha memaksa mengambil sendok Alicia dari tangan alice saat itu, ada juga yang dengan lancang meminum minuman-nya Alicia dengan sedotan nya, Alicia hanya bisa tertunduk melawan godaan² itu. sampai akhirnya..

"Brisik...DUG !!!" Terlihat wanita di sebelahku berteriak sambil memukul tangan nya ke meja.

Di barengi dengan itu , semua senior yang sedang menggoda Alicia saat itu pun mengalihkan pandangan mereka ke wanita di sebelahku.

4ZegJYKA_t.jpeg

"Wuihh..***lak amat neng" ucap salah satu senior yang kini sudah duduk di depan wanita itu.

"Lagi dapet ya ?" Buka salah satu dari kerumuman senior itu lagi di ikuti dengan tawa kerumunan itu.

Wanita di sebelahku tampak tidak menggubris perkataan para senior ini di depan nya, sambil terus perhatiannya tertuju ke hp di depan muka nya.

"Kamu anak jurusan apa ? Angkatan berapa ?" Tanya lelaki di depan Wanita itu dengan senyum mupeng nya.

Melihat tidak ada respon , lelaki itu mulai terlihat ingin merebut hp Wanita di sebelahku agar perhatian nya tertuju pada nya. Wanita itu dengan sigap menarik hp nya ke belakang sebelum tangan lelaki itu berhasil merebut hp nya.

Terlihat Wanita itu mengambil segelas esteh manis yang ada di depan nya dan menyiramkan nya ke muka lelaki tersebut.

"Anjinggg, lonte" teriak lelaki di depan Wanita sebelahku saat itu sambil menegelap muka nya yang penuh dengan es teh oleh tangan nya.

Saya dan Alicia beserta beberapa orang yang saya liat di sekitar kami hanya bisa melongo kaget melihat aksi Wanita di sebelah saya saat itu. Terlihat lelaki itu dengan muka penuh amarah berdiri dan melihat ingin menampar nya.

Dengan sigap saya yang di sebelah nya saat itu, menghentikan tangan lelaki itu sebelum sempat menyentuh pipi nya.

Melihat akibat perbuatannya , alih alih menyesal atau takut, Wanita itu malah tampak menampar muka lelaki itu. yang tangan nya masih saya pegang saat itu percis di sebelah pipi nya.

Kondisi kantin jadi semakin riuh saat itu , terlihat beberapa pedagang makanan dengan cepat mendatangi tempat kami dan mulai melerai ketegangan itu dengan menarik lelaki di depan veronica untuk menjauh.

Dengan expresi datar nya Wanita itu tampak meninggalkan kantin. Di barengi dengan semua mata yang tertuju kepada dirinya. Di lain sisi , itu adalah moment pertama kali saya bertatapan muka secara langsung dengan Alicia dalam waktu yang lumayan lama, Terlihat muka bingung Alicia saat itu, dengan terburu buru Alicia tampak pergi meninggalkan kantin juga saat itu. Aku masih syhok dengan apa yang terjadi barusan, nafsu makan ku mendadak hilang dan karena sudah tidak ada kelas lagi aku memutuskan untuk pulang ke tempat pacar ku Jen yang memang aku sudah janji akan main ke rumah nya hari ini.

Perjalanan dari kampus ku ke rumah Jennifer memakan waktu beberapa jam di tempuh dengan sepeda motor ku, sepanjang jalan aku terus memikirkan kejadian barusan, dimana ada wanita dengan tatapan menyeramkan dengan tanpa rasa takut melawan se grombolan pria yang di nilai nya sudah kurang ajar tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi setelah nya, Tapi aneh nya entah kenapa saya malah tertarik dengan sosok tersebut.

Aku pun sampai di rumah Jennifer saat itu, setelah di bukakan pintu gerbang oleh Jen aku pun masuk dan memarkir motorku. Terlihat rumah sepi saat itu, hanya ada 1 orang pembantu nya pacar ku yang saat itu terlihat mondar mandir membersihkan rumah di ruang tengah tempat aku dan Jen duduk-duduk malas.

av3QK7vk_t.jpg

“gimana beb tadi di kampus?” buka Jennifer sambil mengganti acara TV di depan kami.

“ga gimana-gimana beb, biasa aja, kamu gimana tadi?” balasku sambil tiduran di karpet ruang tengah ini.

“ya biasa lah, banyak tugas dll, heran baru beberapa minggu aku masuk, tugas nya udah kaya orang skripsi” balas Jen sambil menaruh remot di tangan nya, terpejam dan menarik nafas.

Kami pun terdiam beberapa menit sambil memperhatikan acara TV di depan kami, tak lama dari itu Jen nyeletuk.

“eh beb, bantuin aku ketikin makalah dong buat tugas” buka Jen menengok ke arahku sambil tersenyum meringis.

“ah males ah, ketik sendiri woi” jawab ku menolak sambil membuang muka ke arah sebalik nya.

“ihh beb ayoo….tolong…” rengek Jen sambil menarik-narik tangan ku.

“yaudah, mana sini” jawab ku meng-iya kan permintaan pacarku karena tak tega, tentu nya dengan hati penuh keterpaksaan.

“ayo di atas aja, gerah biar bisa pake AC” ajak Jen ke kamar nya.

Sesampai nya di kamar Jen, aku langsung menuju meja belajar yang ada di kamar nya, terlihat sebuah laptop masih terbuka dan menyala, menampilkan layar penuh tulisan saat itu.

Sejam kurang lebih aku membantu pacarku mengerjakan tugas kampus nya, dengan udara yang dingin karena AC sebenernya malah membuatku semakin malas mengerjakan apa yang sedang ku kerjakan sekarang, entah kenapa rasa ngantuk dan lelah akibat perjalanan tadi malah semakin parah di kondisi seperti ini.

“bentar ah beb, aku mau cuci muka dulu, ngantuk” buka ku sambil bangun dari duduk ku.

Jen hanya terlihat tersenyum dengan buku masih di tangan nya yang dari tadi dia bacakan untuk saya ketik di laptop nya.

Sesudah cuci muka, aku keluar dari kamar mandi yang memang berada di kamar Jen ini hanya dengan boxer ku, aku memang berencana langsung lari ke kasur Jen untuk tidur, masa bodo lah dengan tugas nya saat itu, karena memang ngantuk yang ku rasakan sudah tidak bisa di tolelir lagi.

Oh iya rumah Jen ini memang selalu sepi di weekdays, ke 2 orang tua nya memang bekerja dan biasanya selalu pulang mendekati jam makan malam, jadi aku memang tidak pernah merasa was-was jika tidur siang di sini.

Dengan mengintip dari balik kamar mandi, ku lihat Jen masih fokus duduk di depan laptopnya menggantikan posisi ku tadi yang ku tinggalkan untuk cuci muka, aku pun langsung berjalan pelan-pelan menuju kasur yang berada memang di tengah kamar ini, ku rebahkan tubuhku, ku tarik selimut dan mulai memejamkan mata. Baru beberapa menit aku di posisi itu Jennifer tampak sadar aku hendak mangkir dari tugas ku saat itu.

s8M2hdWo_t.jpg

“Beb ihh….belum selesaiiii” teriak Jen manja sambil tertawa mendatangi ku.

“bodo, aku ngantuk” jawab ku sambil menutup muka ku dengan selimut saat itu.

Terdengar Jen tertawa, sambil menarik-narik kaki ku, semua cara di coba dari menarik, mengelitik dan mencubit kaki ku. Beberapa saat mencoba menarik ku jen pun kelelahhan dan tertawa, aku pun berusaha menahan tawa dan berusaha menahan tarikan nya.

Terasa jen ikut naik ke kasur duduk di sebelahku.

“beb, ihh..ayooo, lanjutin” rengek Jen sambil mengoyang-goyangkan tubuhku yang menghadap arah sebalik nya.

“ngantuk beb sumpah, nanti-nanti aku lanjutin janji” jawab ku sambil membuka tutupan selimut dan menghadap ke Jennifer.

Terlihat Jen hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Beberapa saat kami saling pandang sambil tertawa, Jen terlihat mulai tengkurap menindih dada ku dengan dada nya, muka nya kini berada percis di depan muka ku, dengan muka masih penuh senyum, ku tempelkan bibir ku ke bibir nya untuk mencium nya.

Beberapa menit kami saling ber tukar air liur saat itu, lidahku menari nari bersama lidah Jennifer saat itu, sesekali ku hisap lidah nya yang main ke rongga mulut ku.

Sangat terasa Jen sudah tidak menggunakan BRA nya saat itu, terasa dua buah daging kenyal menempel-nempel di dadaku. Tangan ku langsung dengan cepat menuju tempat daging kennyal itu berada, ku remas dan ku pilin-pilin puting mungil nya dari balik kalos nya.

“udah ahh, basah kan tuh” buka Jen menyudahi ciuman kami dan kembali duduk.

Aku dan Jennifer memang tidak pernah melakukan hal yang lebih jauh dari ini selama kami berpacaran 2 tahun sejak bangku SMA, yang ku lakukan mentok hanya pernah mengelus vagina nya dan menjilat-jilat payudaranya.

Jen ini memang yang ku tau mudah Banjir Vagina nya, setiap ada kesempatan di kala aku pergi dengan mobil atau nonton bioskop aku pasti melakukan hal ini, dan terkadang tangan ku semakin nakal sampai meng elus-elus vagina nya, tentu saja hanya ku elus-elus, untung nya selama ini aku masih bisa berfikiran sehat, tidak pernah aku memasukan jari ku ke dalam Vagina nya yang bisa-bisa mengakibatkan hilang nya keperawanan nya.

“iya udah, tapi tangan nya pindahin dong” balas ku mengingatkan Jen sambil tertawa yang tangan nya dari tadi mengelus-elus kemaluan ku dari luar boxer.

“eh iya maaf” jawab Jen malu terseneyum.

“beb, isepin dong” buka ku malu-malu garong.

“hah, isepin? Emm, ga ah malu” balas Jen kaget sambil membuang muka tersenyum malu.

Aku pun langsung bangun dari rebah ku duduk di depan Jen yang saat itu terduduk di dekat pinggang ku.

“beb, ihh, ayoo, plissss, aku mau rasain, kayanya kalo lagi nonton bokep enak banget ngeliat nya, abis itu aku kerjain makalah kamu deh janji ampe selesai ga alesan-alesan lagi” rayu ku memelas sambil mencolek-colek Jennifer.

“ihh Beb nga mau ah..malu..lagian kamu ah kebanykan nonton bokep” balas Jen tertawa malu sambil menutup muka nya dengan ke 2 tangan nya.

Setelah bujuk rayu, memasang muka melas, akhir nya sepertinya permintaan ku akan di kabulkan oleh Jennifer, terlihat dia mulai bangun dari kasur nya, membuka pintu kamar nya sedikit dan mengintip ke luar, di rasa sepi Jen kembali menutup pintu kamarnya dan mengunci nya perlahan, melihat itu muka ku langsung semringah bagaikan anak kecil yang baru di belikan mainan oleh orang tua nya, terlihat jen berjalan kembali ke arahku dengan muka cembetut malu-malu nya.

“boleh nih beb?” buka ku tersenyum lebar meringis.

“ihh beb, nga usah lah, ini aja ya?” jawab Jen dengan muka terpaksa melepas tank top nya yang saat itu dia kenakan.

Dalam sekejap, terlihat lah 2 buah sumber susu murni yang sangat kennyal rasanya berwarna putih dangan di hiasi puting kecil berwarna coklat muda berpusat di tengah gundukan itu.

Melihat pemandangan itu di depanku, nafsuku kian memuncak ku tarik tangan Jennifer agar cepat sampai ke kasur dan segera ku rebahkan badanya.

Ini adalah kali pertama aku melihat pacarku tanpa busana yang menempel di badan nya, dimana selama ini kalaupun aku ingin bermain dengan payudaranya pasti nya aku hanya mengangkat sedikit baju nya atau menurunkan kerah nya, maklum lah karena lokasi tempat kami melakukan itu kan paling cuma bisa di mobil / studio bioskop saat itu.

Tanpa berlama-lama ku mulai hisap puting Jen secara bergantian kiri dan kanan ku jilat-jilat dan kadang ku hisap, terlihat Jen hanya memejamkan mata nya mendapat perlakuan itu dari ku.

Aku dengan reflek menurunkan boxer dan cd yang saat itu ku kenakan, ya mungkin karena sudah nafsu berat, sontak kemaluanku langsung mengacung di bawah sana.

“beb” buka ku menyadarkan Jen yang terpejam.

“BEB…APANSIHHH !!!” reaksi Jen kaget melihat batang kemaluanku.

Aku bisa melihat Jennifer jadi salah tingkah sendiri setelah melihat kemaluan ku, di berusaha mengalihkan pandangan nya ke kiri dan ke kanan, bahkan sesekali menutup mata nya dengan tangan nya.

“beb ayooo” Rengek ku terhadap Jennifer.

Jen tampak mulai bangun dari rebah nya, dia mulai duduk dengan muka yang masih menghadap ke samping dia mulai mendekatkan wajah nya ke kemaluan ku. Perlahan tapi pasti Jen mulai membuka mulut nya, dan masuklah batang kemaluan ku ke dalam mulutnya.

“aahhhhhh” rengek ku bersamaan dengan masuk nya penis ku ke dalam mulut Jennifer.

Cukup lama Jen merasakan kemaluanku di mulutnya tanpa dia maju mundurkan kepalanya, yang ku rasakan Penis ku hanya terasa di emut-emut oleh Jen di bawah sana. Aku yang saat itu bertumpu dengan dengkul ku pun mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah ku rasakan sebelum nya, tangan ku mulai reflek memegang kepala nya, ku maju mundurkan perlahan.

Jen hanya berusaha mengikuti ritme dari tangan ku, sesekali dia tersedak karena aku terlalu menekan kepala nya dalam-dalam, cukup lama aktifitas itu kita lakukan sampai seperti nya aku merasakan sperma ku ingin keluar, ku semakin cepat menarik & mendorong kepala Jen saat itu, selang tak berapa lama, ku benamkan kepala Jen dalam dalam agar penis ku bisa semakin dalam masuk ke mulut nya dan Crot…crot..crott.

Keluarlah sperma ku di mulut nya, Jen terlihat langsung melepaskan emutan nya dari penisku dan berlari menuju kamar mandi yang memang ada di kamar nya, saat itu aku hanya bisa terkulai lemas dengan penis yang masih basah karena sisa-sisa sperma ku dan air liur dari Jennifer.

Beberapa saat aku menunggu Jennifer keluar dari kamar mandi, Jen terlihat keluar dengan muka bingung mengecap-ngecap mulu nya, expresinya sangat lucu saat itu saya masih ingat betul mimik muka nya, aku yang merasa lucu melihat muka nya tertawa melihat dirinya yang baru keluar dari kamar mandi saat itu.

“napa beb? Ahahhaahaah” buka ku masih memperhatikan Jen dengan expresi bingung nya.

“ihh beb, kamu apaan sih, ga enak banget mulutku” jawab jen yang duduk di sisi ranjang ini.

“hahahha, loh emang apa rasanya beb?” buka ku sambil memeluk nya dari belakang saat itu.

“ga tau, pait, keset-keset gitu, bau nya aneh, ga enak deh pokonya” jawab jen sambil menjulurkan lidah nya dan mengelap nya dengan baju nya yang tadi dia lepas di bawah kasur.

“jangan suruh aku kaya gitu lagi, aku nga suka” buka Jen kembali.

“hahahaha, iya..iya, makasih ya beb, loph u” jawab ku sambil mencium pipi kanan nya dari blakang.

Cukup lama aku memeluknya dari blakang, tak terasa penis ku yang tadi sudah mulai loyo, kembali menegang karena bergesekan dengan punggung Jen yang saat itu masih tanpa busana.

“beb udah sana cuci dulu terus pakai celana nya, bangun lagi kan tuh” tegur Jennifer.

Tanpa menghiraukan teguran Jennifer saat itu, ku mulai miringkan wajah nya agar bisa ku cium bibir nya dari posisi ku yang memeluk nya dari belakang, ku mulai goda kembali lidah Jennifer saat itu, beberapa menit kami melakukan aktifitas itu, nafsu Jen pun terlihat sudah memuncak kembali, dia memutar tubuhnya kini menghadap ke arahku, tubuh ku perlahan di dorong oleh nya sampai telentang dan dia kembali menindih ku, terasa ciuman Jen kini semakin buas, dia sesekali menggesek-gesekan puting nya ke dada ku.

Beberapa menit kami melakukan itu sampai aku melepaskan ciuman nya dengan mengangkat kepalanya, ku pandangi muka nya beberapa saat, kami saling menebar senyum, terlihat wajah Jen memerah karena malu saat itu, dia membenamkan wajah nya di dadaku, aku hanya bisa membelai lembut rambut nya.

“beb, gantian mau nga? Aku yang sekarang puasin kamu” buka ku sambil mengangkat muka nya.

“hah gimana?” balas Jen rada kaget.

Tanpa menjawabnya, aku mulai mengangkat tubuh nya yang menindih ku saat itu, ku rebahkan dia di sebelahku, ku cium kembali bibir nya, sesekali ku remas-remas ke dua buah dadanya, jari ku dengan pelan tapi pasti mulai berjalan ku gesekan lembut dari lehernya, ke payudaranya hinga turun ke area puser nya, sesekali ku alihkan bibir ku ke 2 payudaranya, ku hisap secara bergantian kiri dan kanan, tangan ku mulai nakal, aku mulai berusaha melepas kancing hotpants yang di gunakan Jennifer saat itu, dengan beberapa usaha akhirnya terlepaslah kancing yang menyatukan Hotpants itu.

Aku melihat Jennifer masih terpejam merasakan rangsangan ku saat itu, entah dia sadar atau tidak, saat ini hotpants nya sudah ku turunkan sampai ke dengkul nya, aku pun menghentikan emutan ku di payudaranya, sedetik kemudian Jen kembali sadar.

“loh beb, mau ngapain?” tanya Jen bingung.

Aku tak menggubris protes Jennifer saat itu, aku langung menurunkan juga CD pink tipis yang membalut Kewanitaanya itu, terlihat beberapa kali Jen berusaha melawan dengan menarik CD nya juga agar tidak terlepas.

“Beb jangan ih…nanti kebablasan” keluh Jen.

“nga, percaya sama aku, ga aku apa2in” balas ku meyakinkan nya.

Dengan sekali tarik lepas lah CD pink tipis itu dari tempat nya, sekarang di depan hadapanku terpampang pemandangan Vagina merah muda yang masih kencang dengan lendir yang sudah membasahi semua sisi Vagina nya.

DZBmGH5f_t.jpg

Terlihat Jen hanya berusaha menahan malu dengan menutup muka nya dengan ke dua tangan. Karena nafsu yang sudah memenuhi isi kepalaku, aku pun langsung memposisikan wajah ku berhadapan dengan vagina Jennifer saat itu, ku pandangi, ku elus-elus, aku tampak takjub dengan pemandangan yang tersaji di depan mata ku saat ini.

Maklum saja ini juga kali pertama saya melihat Vagina seorang wanita secara langsung dengan mata kepala saya sendiri, kalo hanya sekedar memegang tanpa melihat sih memang sudah beberapa kali saya lakukan. Perlahan tapi pasti ku mulai dekatkan muka ku ke dekat Vagina Jen saat itu, aroma khas yang sulit di gambarkan saat itu mulai tercium menusuk hidungku, saat itu pun aku baru tau, “ oh ini toh aroma dari vagina “ ucap ku dalam hati.

Aku mulai mengeluarkan lidah ku, ku mulai jikat perlahan belahan vagina yang ada di depan ku saat ini, terasa licin dan rasa yang sulit di gambarkan saat itu, di bilang manis tidak, sedikit asin ya seperti suatu rasa baru yang saya cicipi yang saya sendiri belum tau nama dari rasa itu. Aneh nya entah kenapa justru saya malah makin menyukai aktifitas yang saya lakukan saat ini, ku julat dengan buas, terasa tubuh Jen seperti kena hantam dari berbagai sudut, tubuh nya menggelinjang ke kanan ke kiri, ke atas dan ke bawah sesekali memendamkan wajah ku di selangkangan nya, tangan nya terlihat menremas seprai dengan kuat nya, sesekali ku lihat expresi nya, mata nya terpejam mulut nya membuka sesekali dengan expresi mengedan mungkin menahan geli yang teramat sangat dari vagina nya.

Beberapa menit ku lakukan aktifitas itu sampai saat itu terlihat tangan Jen menjauhkan muka ku dari vagina nya, dia mengelinjang hebat, nafas nya tersendat - sendat terlihat dia hanya memejamkan matanya. “Oh seperti nya dia mendapatkan orgasme nya” pikir ku dalam hati saat itu.

Ku tunggu beberapa saat, Jen mulai membuka matanya, menatapku dengan sayu dan air mata nya menetes, dia segera mengambil bantal di sebelah nya dan menutup muka nya.

“beb kenapa?” tanya ku menghampiri muka Jen yang di tutup bantal saat itu.

“bebi….maluuuuuuuuu” jawab jen sambil menurunkan bantal di muka nya dengan mata yang masih mengeluarkan air mata.

“hahaha, udah gpp, biar sama 1-1” ujar ku sambil memeluk nya dan mencium kening nya.

Jennifer pun membalas pelukan ku dengan berguling ke arahku, kami menghabiskan beberapa menit di posisi itu.

“yuk kerjain tugas lagi” buka ku sambil mengangkat kepalanya yang terbenam di pelukan ku.

“udah enak aja baru semangat, hu..uh! Dengkul ku jadi lemes nih” jawab Jen cembetut

Kami pun melanjutkan tugas nya Jennifer setelah itu, tidak ada yang special setelah itu, kami hanya menghabiskan waktu bersama, mengerjakan tugas, sesekali bercanda hingga saat aku pulang.

Ke esokan hari nya dimana hari ini adalah hari sabtu, aku sudah bilang kepada Jennifer kalo hari ini aku niatkan untuk mencari kost di sekitaran kampus ku, tentu sebenernya Jen merengek minta ikut, tapi tidak ku izinkan karena aku berffikir hari ini aku kan ribet ke sana ke sini di tambah aku menggunakan motor pasti matahari di kota ini akan menyinari dengan lucu2 nya saat tengah hari nanti.

Saya mulai mendatangi 1 per 1 tempat kost yang menurut saya nyaman saat itu, tak terhitung berapa property yang saya sambangi saat itu hingga di suatu property aku bertemu dengan Alicia.

zZNzV2lw_t.jpeg

“loh..”
“loh..”

Buka ku dengan Alicia berbarengan karena berpapasan di tangga kostan.

“kamu Frans kan ya?” buka Alicia.

“iya Alicia, kamu nge kost di sini ?” balas ku.

“iya, aku nge kost di sini, kamu nge kost di sini juga? Kok nga pernah liat aku.” Jawab Alicia.

“oh nga, ini aku masih nyari kost2an, lagi banding-bandingin, hehehe, mau kemana kamu Alicia?” balas ku.

“ke mini market di depan, air galon ku habis mau pesan, panggil Alice aja ah” Balas Alicia lagi.

“oh iya Alice, mau beli galon kok nga bawa galon?” tanya ku kembali basa basi.

“ iya biar minta di antar nanti sekalian, Frans kamu naik apa?” tanya Alice.

“naik motor, kenapa Lice ?” jawab ku heran.

“anterin donggggggg…hehehe” balas Alice.

“yee kirain kenapa, boleh-boleh, tapi tunggu ya, aku nunggu penjaga kost nya ini dari tadi katanya masih di jalan, mau liat kamar nya kaya apa” balas ku kembali.

“oh kamu mau liat kamar nya ? liat aja punya ku sama semua kok di sini untuk ukuran, bentuk kamar dan kamar mandi nya, mau?” ajak Alice.

“loh gpp emang nya?” tanya ku meyakinkan.

“hmmm, gpp sih, cuma rada brantakan gpp ya?” ajak Alice lagi.

Kami pun segera menuju kamar Alice saat itu, sebelum masuk ke kamar Alice, dia memintaku menunggu di depan kamar sebentar untuk merapikan kamar yang katanya sedang berantakan dengan barang-barang pribadi nya, beberapa saat aku menunggu akhirnya pintu kamar pun terbuka.

“begini kamar nya Frans…” Buka Alice sambil memperlihatkan kamar nya.

Terlihat kamar khas perempuan dengan pernak pernik lucu dan wangi yang berbeda 180 drajat dengan kamar ku di rumah, beberapa menit ku habiskan untuk melihat setiap sudut kamar kamar ini.

“Lice boleh liat kamar mandi nya ? skalian numpang pipis ya tapi hahhahaha” Tanya ku kepada Alice.

“ boleh, gih sana” undang Alice terlihat tersenyum

Kamar mandi terlihat biasa saja dengan WC duduk dan Shower, ada satu buah wastafel di sana, justru hal menarik terlihat di belakang pintu kamar mandi ini, di mana terlihat ada CD dan Bra unggu menggantung di balik pintu kamar mandi ini. Entah kenapa melihat nya malah aku menjadi malu sendiri saat itu, Setelah menyelesaikan ritual survey kamar mandi, aku pun bergegas kembali menemui Alice di depan.

“Makasih ya Lice” Buka ku kepada Alice yang menunggu ku di pintu kamar ini.

“sama-sama…ayooo sekarang anterin aku ke mini market” balas Alice dengan senyum sambil menutup pintu kamar nya.

Kami pun pergi ke mini market terdekat dari kostan ini, usai memesan air minum Alice mengajak ku untuk makan siang bersama, kebetulan di dekat Kost situ ada restoran khas mahasiswa yang murah meriah enak. Kami menghabiskan makan siang kami dan berbincang-bincang tentang lingkungan tempat kost Alice saat itu.

“pip..pip..pip” nada dering Hp ku memecah obrolan kami.

Ku lihat Jennifer menelfon ku saat itu, dia menanyakan tentang gimana aku mencari kostan hari ini, tidak lupa mengingatkan ku untuk makan siang, beberapa menit akhir nya telfon pun ku sudahi dengan dalih ingin pergi melihat tempat selanjutnya.

“pacar mu Frans?” tanya Alice di depan ku.

“iya Lice, nanya apa aku sudah dapet kost apa belum” jawab ku.

“ohh..asikk dong ntar malemm pacaran” saut alice kembali menghela nafas.

“nga sih, kayanya aku langsung pulang abis ini, capek seharian muter-muter” jawab ku kembali.

Aku pun kembali mengantar Alice ke kostan nya saat itu, kami berpisah setelah sampai di kostan nya. Aku pulang menuju rumah ku, di rumah aku kembali membuka smartphone ku untuk membandingkan dimana tempat yang paling nyaman yang akan ku tempati nanti.

Hari pun berlalu, tak terasa sudah beberapa minggu dari hari dimana aku mencari kostan untuk tinggal, aku memilih Kost yang sama dengan Alice saat itu, wait, bukan karena ada Alice ya di sana, tapi tempat itu memang yang paling worthed menurut saya dari sisi harga, lokasi & fasilitas.

Semenjak hari itu, dimana hari aku mengantar Alice ke mini market & makan siang bersama, hubungan kami jadi semakin dekat, tak jarang kami saling sapa, ngobrol di kelas bahkan ke kantin bersama. Saat itu siang hari, aku sudah tidak ada kelas lanjutan lagi saat itu, aku bergegas menuju parkiran untuk pulang.

“Lice, ngapain?” sapa ku melihat Alice berdiri di sebuah lorong bangunan ini.

“hei Frans, lagi nungguin Veronica” jawab Alice.

“Veronica siapa?” tanya ku heran

“ada anak PR, itu loh kamu pasti inget, yang bikin gaduh di kantin waktu itu” jelas Alice kepadaku.

“ohhh, jadi waktu itu dia temen kamu?” jawab ku ingat dengan sosok tersebut.

“ya nga sih Frans, baru deket baru-baru ini aja kok” jawab Alice.

Beberapa waktu kami mengobrol dan saat itu Veronica datang menghampiri kita.

MeDXsA7B_t.jpeg

“Lice, kayanya gw nga pulang ke kostan, bokap gw mau jemput, di suruh balik ke rumah gw, besok mau ada acara keluarga” buka Veronica tanpa menggubris ku.

“yah..terus besok gimana dong?” rengek Alice merespon Veronica.

“di undur dulu deh, minggu depan ya gw janji” balas Veronica sambil tersenyum.

“yaudah deh, tapi janji ya? Eh Ver btw ini Frans temen sekelas aku” Balas Alice sambil mengenalkan ku.

aku melambaikan tangan ku dan tersenyum kepada Veronica.

“oh ya, Vero” balas Vero terlihat tidak peduli dengan ku.

"yaudah ya gw duluan” putus Vero sambil meninggalkan kita.

Terlihat wajah Alice murung saat itu, dia hanya bisa memandangi Vero yang pergi menjauh.

“yaudah Lice, aku juga pulang ya” buka ku.

“yaudah Frans, hati-hati ya” balas alice sambil melambai dadah.

Aku pun segera menuju parkiran motor saat itu, aku keluar dari area kampus sampai motor ku hentikan karena melihat Alice sedang berdiri di depan gerbang kampus.

“Lice, ngapain?” tanya ku berhenti di depan Alice sambil mengangkat kaca helem Fullface ku.

“nunggu taxi Frans” Balas Alice sambil menutupi muka nya dari sinar matahari yang sedang terik saat itu.

“aku anterin aja, mau nga?” tanya ku tanpa maksut apa-apa, aku hanya kesian dengan Alice saat itu menunggu sendiri di depan gerbang kampus.

“gpp?” tanya Alice kembali.

“ayo naik” undangku.

“aku nga bawa helem 2, kamu pake ini Lice, Panas” buka ku kembali sambil mencopot helem ku dan memberikan nya ke Alice.

Alice terlihat bingung saat itu, dia lama tak mengambil helem yang ku berikan kepada nya saat itu.

“ayo cepet, panas nih, tenang aja helem aku rutin di cuci, nga bau kok harus nya” yakin ku kepada Alice.

“nga bukan gitu, tapi masa helem nya di kasih ke aku, kan aku yang nebeng, jadi ngerepotin” Balas Alice malu.

“udah cepet pake” Jawab ku sambil memakaikan helem ke kepalanya, tak lupa ku kaitkan ikatan helm nya juga.

Kami pun segera beranjak dari area kampus, perjalanan dari kampus ke tempat Kost Alice yang nanti juga akan menjadi kost ku di tempuh hanya sekitar 10 menit.

“Lice, numpang ke WC lagi boleh nga?” tanya ku begitu sampai di depan gerbang kost.

“boleh, ayo masuk.” undang Alice masuk membukakan gerbang agar aku bisa parkir.

Sesampainya di kamar Alice saya langsung menuju kamar mandi, setelah selesai buang air dan hendak keluar, saya menemukan sesuatu yang menarik perhatian saya tergantung di blakang pintu kamar mandi tersebut, terdapat lingery tipis berwarna ungu semi transparan, tangan ku yang hendak membuka handle pintu entah kenapa malah justru menyentuh lingery itu. “halus” ucap ku dalam hati saat itu.

Sepersekian detik saya merasa hilang kendali dengan tubuh saya, saya mulai mendekatkan muka saya ke lingery itu, ku hirup aroma nya, tercium aroma farfum anna sui varian secreat wish di lingery itu, kenapa saya tau parfum nya? Ya karena parfum nya sama dengan parfum yang sering di pakai Jennifer kala itu, wangi itu terasa sudah hatam di kepala ku.

Kesadaran ku mulai kembali, aku mulai menghakimi perbuatan ku barusan.

“najis, apa-apaan dah lo frans ini bukan diri lo” saut saya dalam hati berusaha menyadarkan tubuhku.

Begitu sadar aku lalu segera bergegas keluar kamar mandi, di sana terlihat Alice sedang duduk di ranjang, pintu kamar di tutup dan AC sudah di nyalakan.

“gilaaa, gerah banget” saut Alice sambil mengibak-ngibakkan baju yang di pakai nya kegerahan.

“iya muka mu ampe merah tuh” jawab saya sambil berjalan melalui Alice yang duduk di tepian kasur.

“Frans makasih ya udah di anterin, ampe di kasih helem segala, ga enak aku jadi nya” buka Alice lagi sambil melihat aku duduk di lantai dekat pintu kamar ini.

“gpp kali Lice, santai aja, nanti make up & prawatan mu luntur lagi, hehehe” Jawab ku.

“yee make up apaan, aku nga pernah make up an ke kampus, nih..nih..nih” Balas Alice lagi sambil mengelap elap muka nya.

o003FtXF_t.jpg

Jujur aku kaget mendengar pernyataan dari Alice karena saat ini dia sedang tidak Make up an, “ gila nga make upan aja udah cantik, gimana make ya” ujar ku dalam hati. Lama kami bersantai di kamar Alice, kami saling menyejukan badan masing-masing, tidak ada obloran saat itu, kamar terasa sunyi, hanya terdengar suara motor lalu lalang sesekali dari jalan depan bangunan ini.

“Lice sorry ya kalo kepo, tadi emang kenapa sama Veronica, kok kamu keliatan nya kecewa banget” buka ku memecah ke sunyian ini.

“oh itu, iya sebener nya besok Vero janji mau nganter aku ke Pantai A cuma dia nya nga bisa, sedih deh aku, mana udah seneng banget kemarin..huuhh!” jawab Alice.

“lah kamu ini kaya perantau yang nga pernah ke sana aja” balas ku tertawa mendengar destinasi yang ingin di tuju Alice.

“biarin wee, aku tuh suka banget sama pantai, dan yang paling deket pantai dari sini kan cuma di sana doang, eh iya kamu sendiri Frans, udah tau mau nge kost dimana?” tanya Alice.

“udah….tuh kamar aku nomor 19 yang pojok” jawab ku sombong.

“ihhh jadi di sini jugaaaa? Hahaha, itu sebelah kamu no 18 kamar nya Vero tau, hahahah” Balas Alice.

“loh si Vero nge kost di sini juga?” jawab ku kaget.

“iya, cuma dia setiap Jumat biasanya pulang kerumah ” jawab Alice sambil mengambil air minum di kulkas.

“Frans mau minum apa? Cuma ada teh buah nih mau nga? Sama btw kapan kamu pindah?” tanya Alice masih sibuk dengan kulkas nya.

“Besok, aku besok mulai pindahin barang ke sini, paling di tidurin sehari abis itu pulang lagi, loh kamu sndiri weekend tetep di sini Lice?” terang dan tanya ku kepada Alice.

“ya kalo lagi kangen rumah aja, rumah ku kan di *** Frans jauh juga dari sini, naik taxi lumayan.” jawab Alice sambil memberikan aku minuman botol.

Belum sempat ku balas pernyataan Alice barusan, tiba-tiba hp ku berdering. Terlihat Jennifer menelfon ku.

pcI3tJiB_t.jpg

“halo beb, dimana?” tanya Jennifer di balik telfon.

“iya beb, ini di kostan lagi beres-beres buat besok mindahin barang” jawab ku, sesekali aku melihat ke arah Alice, dia tampak tidak peduli dengan panggilan telfon ku dan asik saja memainkan Hp nya di pinggir ranjang.

“oh gtu, besok aku ikut ya, mau tau kostan kamu” Tanya Jennifer.

“nga usah beb, brantakan, mau angkat-angkat barang besar juga, kesian nanti kamu, kalo sudah rapih saja ya” balas ku.

Terdengar Jen tetap ngotot minta ikut besok saat aku pindah, cuma dengan penuh pengertian ku jelaskan agar dia mengerti dan menunggu semua sudah rapih saja, dengan beragam perdebatan akhir nya Jennifer pun meneyetujui usulan ku, tak lama dari itu telfon di matikan.

“duh ilah pak, sayang amat ama pacar nya, takut lecet ya, hahahah” goda Alice terhadap ku.

“ya nga, bener kan, kan kasin kalo cewe ikut angkat barang” jawab ku sambil meminum kembali minuman yang ada di tangan ku.

“terus kenapa tadi bilang nya lagi beresin kostan, kamu kan nga lagi beresin kostan, terus kamu juga malah lagi di kamar ku, hihihi” goda Alice berlanjut.

“yadauh deh aku pulang aja” jawab ku sebal.

“ehh…jangan ngambek dong..becanda, maaf ya” Balas Alice panik mungkin takut aku marah.

“ngaa…siapa yang ngambek, aku emang mau pulang, mau nyiapin barang buat besok, aku duluan ya, see u tom” balas ku sambil bersiap siap pulang.

Setelah pamitan dengan Alice aku memacu kendaraan ku ke rumah, di rumah aku menyiapkan barang apa saja yang akan saya bawa pindah ke kamar Kostan ku. Beberapa jam aku mempersiapkan semua hingga tak sadar aku tertidur di bawah kasur saking lelah nya, aku di bangunkan oleh pembantu ku yang meng info kan kalau hari sudah siang.

Saat itu ku liat sudah pukul 8 pagi, aku segera lari ke kamar mandi karena aku rasa aku ke siangan, memang sebenar nya aku berencana pindah pagi hari untuk menghindari panas nya matahari di siang hari, cuma apa boleh di kata rencana hanyalah tinggal rencana.

Pukul 10 kurang lebih saya ingat saya jalan dari rumah saya menuju kostan saya yang berada di dekat kampus, perjalanan dengan mobil malah membuat semakin lama jarak tempuh nya, sekitar 2 jam kurang lebih saya sampai di area kampus saya, begitu sampai rumah kost saya langsung segera memindahkan barang-barang yang saya bawa ke atas, kamar kost saya berada di lt 2 bangunan ini. Berkali kali saya bolak balik untuk memindahkan barang dari mobil sampai atas kamar ku.

“Frans, sini aku bantuin” sapa Alice di belakang ku yang saat itu sedang mengangkat karpet.

Alice membantu ku mengangkat karpet sampai kamar ku.

“nga usah Lice, gpp kok” balas ku tidak enak terhadap Alice.

“gpp santai aja, masih banyak di bawah Frans?” tanya Alice sambil menggulung lengan baju nya yang saat itu dia kenakan.

Belum aku memberikan jawaban, Alice sudah terlihat turun menuju mobil ku, dia membantu ku memindahkan barang-barang ku di mobil ke kamar baru ku ini. Setengah jam kurang lebih kami memindahkan barang-barang ini, tentu waktu segitu karena di bantu Alice, kalau tidak ada Alice mungkin akan memakan waktu lebih lama lagi. Setelah memindahkan barang rasa lelah tidak bisa kami tutupi saat itu, terlihat muka Alice merah seperti udang rebus, nafas nya ter engah-engah karena harus mengangkat barang dan naik turun tangga, keringat nya bercucuran.

“Lice, ngapain sih repot-repot, duh jadi ga enak gue” Buka ku melihat ke adaan Alice.

“haah..hahh.. gpp Frans, santai aja, yang penting udah selesai, hehehe” balas Alice tersenyum lebar dengan mata terpejam nya.

“kamu tunggu sini ya, aku beli minuman dinggin dulu” balas ku.

Aku segera turun ke warung terdekat, di sana ku beli minuman dingin untuk diriku dan Alice, saat itu, aku melihat iklan yang sedang di putar di tv warung tersebut, iklan itu adalah iklan komersial dari tempat rekreasi di kota ini. Seketika aku jadi ingat dengan perkataan Alice kemarin, kalau harusnya hari ini dia di ajak Vero untuk pergi ke sana.

Aku kembali ke kamar ku, di kamar terlihat Alice terlihat sedang merapikan kamar ku, menata barang yang tadi kita pindahkan dari mobil.

“loh Lice ngapain? Nga usah di beresin, aduhh” tanya ku kaget.

“kenapa emang Frans?” tanya Alice binggung.

“ya jangan, ngapain, kamu udah banyak bantu aku mindahin barang” balas ku sambil merebut sapu yang ada di tangan Alice.

“gpp kali Frans, aku juga nga ngapa-ngapain hari ini, seneng kalo bisa bantu” jawab Alice sambil mengambil minuman di kantong plastik dan meminum nya.

“eh iya Lice, kamu harus nya hari ini ke pantai A kan ya?” tanya ku mendadak ingat.

“iya, nga usah di inget-inget lagi ah, BT jadi nya” jawab Alice sambil menutup botol minuman yang sedang dia pegang.

“mau aku anterin ke sana? Skerang kan baru mau jam 3” tanya ku melihat Alice.

“Seriuss Franssss???” balas Alice kaget.

“ya iya lah serius, kamu hari ini udah bantu aku banyak banget, kalo mau ayo aku anter ayo” balas ku.

“assikkk..mauuu..makasih ya Frans” balas Alice riang sambil memeluk ku, iya memeluk, entah dia reflek saking senang nya atau gimana, aku yang saat itu di peluk oleh Alice menjadi salah tinggah sendiri.

“eh sorry-sorry Frans, kesenengan ampe lupa” buka Alice kembali malu dan menghentikan pelukan nya.

Aku hanya bisa tersenyum salting saat itu, akhirnya di sepakati, aku akan lanjut membersihkan kamar ku sementara Alice akan mandi terlebih dahulu.

Selesai mandi, Alice kembali ke kamar ku, dia berdiri di depan pintu dengan muka bahagia nya. Saat itu Alice mengenakan blouse lengan panjang warna krem di padukan dengan jeans hitam dan spatu keds, rambut nya yang se bahu di biarkan ter urai. “cantik banget” dalam hati tak sadar ku menyebutkan itu.

hI2RHp9X_t.jpeg

“udah Frans?” sapa Alice.

Aku yang masih bengong memandangi Alice pun tak menghiraukan sapaan Alice sampai dia berkali kali menegurku.

“Frans..helooo” sapa Alice kembali.

“eh iya Lice, gimana?” tanyaku kaget.

“loh kok malah bengong? Kecapean ya? hahaha” tanya Alice kambali.

Aku hanya bisa meringis di goda Alice saat itu, untung lah dia tidak sadar padahal aku sedang mengagumi nya. Begitu semua siap, kami langsung berangkat menuju pantai di suatu sudut kota ini, sepanjang jalan Alice banyak cerita tentang kehidupan nya sebelum ku kenal, Alice ini tergolong anak yang mudah bergaul asli nya, cuma memang dia pemalu dan susah jika di suruh membuka obrolan.

Kami sampai di pantai sekitar pukul setengah 6 sore saat itu, matahari yang dari tadi terang menyinari sudah mulai redup sinar nya berganti dengan sinar oranye yang terpantul juga dari air laut.

Tak banyak yang kita lakukan saat itu, Alice hanya duduk di dipinggiran pantai menikmati angin yang menghembus ke muka nya, wajah nya di penuhi kebahagiaan yang ku lihat saat itu.

“Kamu suka banget ya sama laut?” tanya ku memandang nya yang duduk di sebelah ku.

Alice hanya menganguk tak menjawab pertanyaan ku dengan senyum yang masih terpancar di bibir nya.

“ kamu mau tau kenapa aku suka sekali sama pantai?” Tanya Alice memandang ku kali ini.

“kenapa?” tanya ku.

“dulu, sebelum papa ku minggal, setiap minggu papa pasti mengajak ku ke sini, nga ngapa-ngapain, cuma duduk diem cerita-cerita, cuma aku suka. Dan sekarang kalo aku liat pantai, aku ngerasa papa ku masih ada di sebelah ku, aku mau dia tau aku sekarang sudah besar, aku sudah masuk kampus impian ku dan masuk jurusan yang ku suka, aku juga mau dia tau kalo aku baik-baik saja” terang Alice sambil menitihkan airmata nya memandang hamparan laut luas di depan mata nya.

Setelah mendenger pernyataan Alice aku jadi tidak bisa berkata apa-apa, aku hanya bisa mengelus pundak nya saat itu, Alice tanpak melihat ke arah ku, di lemparkan nya senyuman kepadaku. Ku tunggu sampai rasanya Alice tenang dan aku mengajak nya berjalan menyusuri pantai ini, ku ajak dia untuk menyusuri bibir pantai ini sesekali aku menggodanya dengan menendang air pantai hingga mengenai nya, terlihat raut muka bahagia Alice saat itu, aku hanya mau dia melupakan kesediahan nya tadi, baju kami ber 2 sudah basah kuyup dan penuh dengan pasir pantai, Kami membeli minum dan berjalan kembali ke mobil karena hari sudah mulai gelap.

“seneng Lice?” tanya ku di dalam mobil sambil menunggu memanaskan mesin mobil.

“seneng Frans, makasih yaaa” Alice tampak tersenyum ke arahku.

FwmNWFGY_t.jpg

Bak mendapat sambaran gledek di sore hari aku pun tertegun dengan senyum nya saat itu. Hati ku bergetar, wajah ku terasa memanas, “wah gawat, aku jatuh cinta” akal sehat ku menyadari apa yang terjadi terhadap ku saat ini. Dengan sekuat tenaga aku berusaha membangunkan ku cuma usaha ku sia-sia.

Aku mulai memegang pipi Alice, Alice terlihat kaget saat itu, mata nya hanya membesar menandakan ke bingungan nya saat itu, ku mulai dekatkan wajah Alice ke wajah ku.

“agghhh apa ini, ini tidak boleh terjadi, Frans Sadar Frans woiiii” batin ku mulai riuh.

Tubuh ku sudah hilang kendali, aku melihat wajah Alice semakin dekat dengan wajah ku, ku lihat mulut nya mulai membuka, mata nya terpejam, se dektik kemudian mulai lah kurasakan suatu objek hangat sedikit basah di bibir ku. Ya kini aku sudah mencium bibir Alice, beberapa menit kita melakukan itu sampai kesadaran ku mulai kembali.

Aku mulai melepaskan ciuman ku dari bibir Alice, terlihat mata Alice masih terpejam saat itu dan terbuka setelah nya, wajah nya memerah, dia membuang wajah nya ke samping. Jujur saja saat itu aku juga merasa malu, malu terhadap diriku dan malu terhadap Alice, ku putuskan untuk keluar dari mobil sesaat saat itu.

Di luar aku berjalan menjauh dari mobil, ku bakar roko dan mulai menghakimi perbuatan ku barusan, rasa bersalah mulai menyelubungi ku, rasa bersalah terhadap Alice dan bahkan ke Jennifer saat itu. Aku mulai mengeluarkan Hp ku, ku telfon Jennifer saat itu entah kenapa aku merasa berdosa sekali terhadap nya.

8Ww0iHpV_t.jpg

“Beb lagi apa? Dimana?” tanya ku di telfon.

“ di rumah, baru selesai makan, kenapa beb? tumben” tanya Jen bingung.

“gpp, kangen aja, besok aku jemput pagi ya kita jalan-jalan, kamu lagi mau kemana? Aku anterin kamu kemana aja.” Jawab ku

“oh, oke, mau jam brp ke sini? Kok tumben amat sih bebii…kamu gpp kan?” jawab Jen senang tapi juga bingung seperti nya dengan sikap ku.

Ku jelaskan kalau aku tidak ada maksut apa-apa saat itu kepada Jen, akhir nya setelah di sepakati aku pun menutup telfon saat itu. Aku mulai berjalan kembali ke mobil dengan perasaan takut, malu, jika bertemu Alice nanti.

Sesampai nya di mobil tanpa bicara sepatah kata pun aku mulai menjalankan mobil ku. Kami mulai meninggalkan lokasi ini, sepanjang perjalanan tidak ada obrolan yang kami lakukan, aku hanya fokus melihat ke depan, sesekali saya lihat Alice hanya tertunduk saat aku melihat spion kiri ku.

Sekiranya kami sudah mau sampai lokasi kostan, Alice mulai buka suara.

“Frans..” buka Alice pelan.

“ya Lice” jawab ku masih tak melihat nya.

“maaf ya, aku ke bawa suasana” Timpal Alice kembali sambil memandangku.

Aku yang mendengar permintaan maaf Alice merasa tertampar saat itu, ku hentikan mobil ku ke pinggir jalan.

“Lice, bukan kamu yang salah, aku yang salah, aku minta maaf ya Lice” Jawab ku memandang nya.

“gpp Frans, kita yang salah, jangan di bahas lagi ya, aku nga mau hubungan kita jadi Awkward setelah ini” Balas Alice tersenyum.

Setelah di rasa sudah baik-baik saja, aku mulai menjalankan lagi mobil ku untuk menuju kostan, sesampai nya di kostan aku turunkan Alice, tadi nya rencana nya aku akan tidur di kostan malam ini, cuma karena tadi saya sudah berjanji terhadap Jennifer untuk menjemput nya pagi hari saya rasa saya akan susah jika harus berangkat dari kostan ini. Setelah pamit dengan Alice aku melanjutkan perjalanku menuju rumah.

Ke esokan hari nya, aku menepati janji ku terhadap Jennifer ku temani dan ku turuti semua mau nya saat itu, tangan nya pun tak pernah ku lepaskan saat itu, dalam hati kecil ku aku sungguh merasa bersalah pada nya atas hal yang ku lakukan kemarin. Hari mulai larut malam, setelah puas pergi seharian aku mengantar Jen kembali ke rumah nya hingga sampai di depan rumah nya.

“makasih ya beb, hari ini udah di temenin, tapi tumben, nga kaya kamu biasanya, biasa kebanyakan ngeluh nya kalo ku ajak muter-muter hehehe” Buka Jen di dalam mobil yang saat ini sudah berhenti di depan rumah nya.

“ iya gpp, masa iya sih? Aku ngerasa biasa aja..ehhehehe” jawab ku bingung salting.

Saat itu Jen tampak hendak mencium ku, dia dekatkan wajah nya di dekat ku, aku yang melihat itu entah kenapa memory kemarin ter ulang di ingatan ku, aku melihat wajah Jen yang berubah menjadi Alice.

“Beb itu kayanya papi kamu” buka ku menghindari ciuman nya.

“hah mana?” terlihat Jen langsung melihat ke arah dalam rumah.

“mana nga ada siapa-siapa” Buka Jen kembali bingung melihat ke arah rumah nya.

“oh kirain tadi papi mu, yaudah sana kamu masuk, sudah malam, aku pulang dulu” saut ku sambil membukan pintu mobil dari sisi kursi ku

Untung nya Jen tidak menyadari elakan ku barusan, dia turun dan menunggu ku pergi dari depan gerbang, aku segera meninggalkan rumah Jen saat itu untuk menuju ke rumah.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan, aku masih menjalani hidup ku seperti biasanya, rutinitas ku ya hanya ke kampus, saat weekend aku pergi dengan pacar ku, setelah ke jadian itu aku pun semakin merasa terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan, dimana aku masih mencintai pacar ku Jennifer, di lain sisi juga hati ku ber getar kencang jika bertemu dengan Alice.

Hubungan ku dengan Alice semakin lama semakin intim bisa di bilang, interaksi kami pun bertambah via chat dan telfon saat kami tidak berada 1 atap di kostan, pernah 1 ketika karena harus mengerjakan tugas bersama, aku mengerjakan tugas bersama Alice di kamar nya sampai tertidur di sana, kami tidur bersebelahan saat itu, walau tak terjadi apa-apa tetap aja itu sudah bukan hal yang lumrah di lakukan oleh orang dengan status teman apa lagi salah satu dari kami sudah punya pasangan.

Situasi semakin keruh di kala saat itu.

“Lice, liburan semester ini mau ke bali nga?” tanya ku saat itu di kamar ku, kebetulan Alice memang sedang main di kamar ku.

“BALI?” Jawab Alice kaget.

“ iya Bali, mau nga? Kan liburan nya lumayan panjang tuh ya kita 3 4 hari saja di sana” balas ku.

“mau Frans mau, udah lama banget aku nga ke sana” Jawab Alice girang.

Entah kenapa ide itu terlintas begitu saja di kepala ku, entah lah, mungkin aku ingin melihat expresi nya bahagia nya Alice lagi saat itu. Sedetik kemudian…..

“kamu sama pacar mu juga Frans?” tanya Alice mendadak.

Bak mendapat serangan kilat aku langsung teringat dengan Jennifer. “begoo..elu kan punya cewe, ngapain elu ngajakin cewe lain liburan dah” suara hati ku muli ber gemuruh.

Aku pun tidak bisa menjawab pertanyaan Alice saat itu. Beberapa menit suasana hening tercipta di kamar ku sampai Alice memutuskan untuk pergi ke kamar nya.

“thanks ajakan nya Frans, cuma aku nga bisa kalau pacar mu ikut, mungkin lain kali ya” Buka Alice dari depan pintu tersenyum kepadaku dan menutup pintu kamar ku.

Aku langsung merasa jadi orang paling bodoh di dunia, secara tidak langsung ajakan ku kepada Alice adalah penghianatan dalam hubungan ku dengan Jennifer, tapi di lain sisi aku juga merasa sedih melihat kekecewaan Alice tadi, andai saja ide gila itu tidak pernah ku lontarkan, mungkin situasi ini tidak akan terjadi.

Hari berganti hari, di kepalaku masih terus terfikirkan raut muka kecewa Alice saat itu, di sela-sela jam kelas aku terus memandangi Alice dengan perasaan bersalah. sampai hari itu….

Tanpa berfikir panjang dan perasaan ingin lepas dari perasaan bersalah yang terus menghantui ku ku beli tiket pesawat ke bali, sekalian juga dengan Alice, bermodalkan tiket yang sudah di beli ku ketok kamar Alice saat itu dan di buka oleh Alice.

“Lice, tanggal 18 jadi ya kita pergi, ini tiket mu” buka ku sambil menyerahkan kertas bukti booking tiket pesawat saat itu.

Alice terlihat bingung, dia hanya membolak balik kertas yang ku berikan, aku pun meninggalkan nya untuk kembali ke kamar ku tanpa sepatah kata pun. Baru sampai di kamar dan tiduran di kasur hp ku berbunyi ada pesan dari Alice

“so excited..can`t wait” isi pesan Alice dengan Emoticon Hati saat itu.

Aku pun hanya cengar cengir bahagia sendiri saat itu di kasur membaca pesan Alice.

Hari-hari berjalan normal, hari keberangkatan ku semakin dekat, jauh-jauh hari aku sudah izin dengan pacar ku, aku ber alasan akan berlibur bersama keluarga di sana, dengan berat hati akhir nya Jennifer pun mau meng izinkan maklum lah saat itu pacaran kami belum sampai pengenalan ke 2 orang tua kami dan juga kebetulan orang tua ku berbeda kota dengan ku makin menyulitkan Jen untuk kenal dengan keluargaku.

Entah setan apa yang sudah merasuki ku, aku dengan sengaja berbohong kepada pacar ku untuk menyenangkan perempuan lain yang notabene nya tidak ada hubungan apa-apa dengan ku. Di satu sisi waras ku aku terus me maki perbuatan ku ini, tapi di alam bawah sadar ku, membayangkan bisa membahagiakan Alice telah membutakan ku.

Hari yang di tunggu tiba, hari keberangkatan ku bersama Alice, hari dimana seorang Frans telah melakukan sebuah penghianatan besar dalam hubungan nya yang sudah lebih dari 2 tahun dia jalani. kami sudah memasuki pesawat sekitar jam 8 pagi dan sampai 2 jam setelah nya. Vibe-vibe liburan sudah mulai menyelimutiku begitu sampai di sini, tak lepas senyum Alice selalu berkembang di setiap langkah nya.

Sampai keluar bandara aku langsung bertemu teman ku yang kebetulan berdomisi di sini, aku menyewa mobil nya untuk berlibur selama 4 hari di sini.

“Dek..kadek..”sapa ku melihat sosok teman ku yang sedang menunggu di parkiran bandara

“woihhh bro…ape kabar?” balas kadek dengan logat bali nya yang khas.

“baik bro…gimana-gimana sehat kan?” pertanyaan basa basi ku lontarkan.

Cukup lama kami bercengkrama di sana, sampai ku lihat Alice mulai gusar karena kepanasan.

“dek, kenalin” sambung ku lagi mengenalkan Alice

Mereka berjabat tangan sama seperti orang kenalan pada umum nya.

“baru lagi nih bro? Yang kmaren kmana?” tanya kadek menggoda.

“apeee sih…hahaha, udah ah mana sini kunci nya” balas ku berusaha mengalihkan pembicaraan

Setelah puas bercengkrama, aku pun langsung masuk ke mobil, kita menuju Vila yang sudah di pesan Alice saat itu, karena saat itu tiket nya aku yang beli, Alice dengan inisiatif nya yang memesan Vila tempat kami mengginap. Sesampai nya di Vila kami di sambut dengan Private pool yang berada di vila ini, Vila ini memiliki 2 buah kamar tidur, aku memilih kamar di blakang yang lebih biasa, biar lah Alice tidur di kamar depan, karena fasilitas nya lebih bagus seperti ranjang yang lebih besar, tersedia juga bathup di kamar mandi nya.

Kami pun berpisah untuk sekedar beres-beres sejenak.

“Franss…lapeerrr” rengek Alice menghampiri ku di kamar sambil berdiri di depan pintu.

5eSazENg_t.jpeg

“kamu udah selesai? Kalo udah ayo kita cari makan, mau makan apa?” jawab ku.

Aku pun menyetir mobil ke salah satu resto yang terkenal di kota ini, saat itu kami makan nasi pedas ingat saya, ya nasi pedas pertama saya dengan Alice jadi sangat memoreble banget sampe sekarang.

Habis kita makan kami mulai menjelajahi indah nya kota bali, kami mampir ke beberapa tempat, mampir juga ke beberapa pantai, saat itu expresi Alice sangat bahagia akhir nya menemukan pantai yang sesungguh nya nga kaya di kota kami tinggal.

Saat itu kami menghabiskan melihat sunset di pantai pandawa, pantai itu dulu belum begitu mainstrem seperti sekarang, pantai nya masih sepi tak banyak orang tau, kami bermain seharian di sana, dari saling siram sampai saling dorong, baju kami saat itu udah nga karuan basah semua dan tidak membawa pakaian ganti. Puas bermain kami menunggu sunset tiba, terpancar dari raut wajah Alice dia sangat bahagia hari ini.

“loh Lice, kenapa nangis?” tanya ku kaget melihat air mata Alice jatuh saat itu.

“bagusss bangetttt…thanks ya Frans” jawab Alice sambil tersenyum memandangku.

3Ti1TLpO_t.jpg

Hari sudah mulai gelap, kami bergegas kembali ke Vila, sebelum nya tak lupa kami mencari makan malam dan membeli beberapa cemilan. Sampai Vila kami segera bersih-bersih diri dan setelah beberapa jam aku pun ke luar ke ruang tengah Vila ini, tersedia sofa panjang dengan TV di depan nya, saat itu rencana nya aku ingin menonton tv sampai mengantuk sampai tidak tau nya Alice keluar dari kamar nya.

“loh masih keluar, emang nga cape?” tanya ku yang sedang duduk di sofa.

“cape, cuma denger kamu di depan jadi pengen keluar” jawab Alice berjalan ke arahku sambil melihat acara di tv saat itu.

“kebrisikan ya? Aku matiin deh, gih sana tidur” balas ku.

“nga gpp kok, belum ngantuk juga” jawab Alice yang duduk di sisi lain sofa ini sambil merebahkan kepalanya ke paha ku.

Iya, Alice kini tiduran di pangkuan ku, saat itu jantungku berdetak sangat cepat, mendadak aku tak bisa bergerak entah saking malu atau senang nya. Cukup lama situasi awkward itu ku rasakan.

“Lice, besok mau kemana?” tanya ku memecah situasi canggung ini.

“entahlah…ga kepikir Frans, besok aja di pikir” jawab Alice.

Waktu terasa lama saat itu, aku hanya bisa diam sambil nonton tv sambil keringat ku seperti nya mulai bercucuran, ku lihat sesekali ke bawah, Alice masih nyaman-nyaman saya menjadikan paha ku sebagai bantal nya.

“Frans..” buka Alice.

“ya Lice?” jawab ku kaget.

“aku mau minta tolong boleh nga?” tanya Alice.

“tolong apa Lice?” tanya ku kembali mulai serius.

“aku takut…kamu tidur di sini aja ya jangan di kamar” jawab Alice sambil bangun dari rebah nya dan mentap ku.

“heee…takut?” respon ku kaget.

“iyaaa, di bali kamu tau kan, adat nya masih kentel banget, mana banyak sesajen lagi di dekat jendela kamar, kan aku jadi parno sendiri” jawab Alice dengan tatapan serius.

“hahahaha, Lice-Lice, kirain mah apa…iya yaudah aku tidur sini” jawab ku ke gelian mendengar alasan Alice.

“ihhh jelekk, jangan ketawa…” protes Alice dengan wajah Bt nya.

“iya udah, aku ambil bantal sama selimut dulu” jawab ku sambil pergi ke kamar ku.

Sesuai janji aku pun tidur di ruang tengah ini, memang lumayan nyaman, tapi tetap saja rasanya kurang nyaman juga karena tidak bisa berguling guling, saat itu aku coba mencari tempat yang enak untuk tidur, ku coba tidur di karpet, keras, ku balik lagi ke sofa berasa tidur jadi mumi nga bisa leluasa kanan kiri. Sampai saat itu terlihat pintu kamar Alice terbuka kembali.

“Frans, belum tidur?” sapa Alice dari depan pintu kamar nya.

“belom Lice, masih nyari posisi enak” jawab ku sambil membalik balik kan posisi ku.

“Frans mau tidur di kamar sini aja?” tanya Alice tertunduk.

“heh? Gpp Lice di sini aja” jawab ku.

“oh yaudah, nite” tutup Alice sambil menutup kembali pintu kamar sliding nya.

Aku masih mencari posisi yang pas untuk tidur, sampai suatu ketika aku sudah tak tahan karena sudah ngantuk tapi tidak menemukan posisi yang pas. Akhir nya dengan perasaan BT aku mulai menenteng bantal ku untuk pergi ke kamar Alice, tentu saat itu tidak ada pikiran apa-apa walau aku berencana tidur di kamar Alice, yang ku pikirkan hanya bagaimana aku menepati janjiku terhadap Alice sekaligus bisa tidur dengan nyaman.

Ku buka perlahan pintu kamar Alice, ku liat lampu menyala terang di kamar ini, mendengar pintu terbuka, Alice dengan kaget langsung menegok ke arah pintu.

“eh Frans bikin kaget aja” buka Alice terlihat sedikit lega.

“lah dia belum tidur” balas ku sambil menutup kembali pintu kamar mengganti lampu utama dengan lampu tidur dan berjalan ke ranjang dimana Alice tidur saat itu.

“Lice aku tidur sini ya, nga bisa tidur aku di depan.” buka ku sambil merebahkan badan ku.

Alice hanya tersenyum saat itu, kami tidur bersebelahan bak suami istri yang sedang bulan madu saat itu, di tengah antara kami ada guling yang memisahkan kita. Kami mengobrol lumayan banyak di atas ranjang, dari hal yang umum sampai yang intim sampai aku menanyakan pertanyaan ini.

“Lice aku mau tanya deh” buka ku Serius.

“apa?” balas Alice

“kok kamu mau aku ajak liburan ke sini ber 2 aja?” tanya ku sambil menolehkan wajah ku untuk melihat nya yang berada di sebelah ku.

“hmm, ga tau ya Frans, aku juga bingung” jawab Alice bingung sambil memandang langit-langit kamar ini.

“loh kamu sendiri kenapa random waktu itu tiba-tiba ngajakin aku ke sini?” balas Alice.

“hmm, ga tau juga Lice, aku tau kamu suka pantai, jadi aku ajak ke sini pikir ku kamu pasti akan seneng” jawab ku seadanya.

“dan kamu benar” balas Alice sambil berguling ke arahku.

Aku melihat dia tersenyum bahagia saat itu, ya senyuman yang sama seperti saat di mobil waktu itu. Entah kenapa senyuman ini mulai membius ku kembali, ku mulai berguling juga ke arah Alice, ku mulai dekatkan wajah ku ke wajah nya, “ahh rasanya ini akan terulang lagi” ucap ku dalam hati.

Berbeda dengan dulu yang mana aku melakukan nya secara tidak sadar, kali ini bisa ku pastikan aku melakukan nya atas kemauan ku sndiri. Terasa rasa hangat dari udara yang di hembuskan dari hidung Alice mulai bisa ku rasakan dan sedetik kemudian ku mulai rasakan kembali objek hangat seperti waktu itu di bibir ku.

Ku mulai cium bibir Alice dengan lembut, Alice juga membalas ciuaman ku saat itu, berbeda sekali dengan ciuman pertama kita di mobil dimana Alice hanya diam membiarkan bibir ku melumat bibir nya, tapi kali ini berbeda, Alice terasa tidak ingin kalah membalas lumatan bibir ku terhadap bibir nya. Beberapa menit kita melakukan aktifitas itu sampai tidak sadar lidah ku mulai memaksa masuk ke rongga mulut Alice, begitu sampai lidah ku langsung di sambut dengan hisapan dari mulut nya, di hisap nya bibir ku hingga ku paksa menarik lidah ku kembali dan sekarang giliran lidah Alice yang main ke rongga mulut ku, sesekali lidah kami bertemu dan menari bersama di sana.

Beberapa menit aktifitas itu kita lakukan sampai permainan rasanya semakin panas, entah mungkin karena terbawa suasana tangan ku mulai kehilangan kendali, aku mulai meremas buah dada Alice yang sudah tidak mengenakan bra saat itu, sungguh terasa Alice kaget saat itu, tapi aneh nya Alice malah tidak menegurku, malah ciuman nya semakin menjadi-jadi, aku yang sudah semakin di butakan oleh nafsu mulai membuka kancing piyama Alice, dengan berbagai usaha akhir nya semua kancing nya dapat ku lepas, Alice tampak bagun dari rebah nya, dia melepas piyamanya dan melemparkan nya ke bawah ranjang, dia langsung menindih dada ku dengan dada nya sambil bibir nya terus menciumi bibir ku.

Menyadari kini ada dua buah payudara tanpa alas menempel di dadaku nafsuku pun semakin menjadi, ku mulai remas-remas bongkahan pantat Alice yang saat itu masih mengenakan celana panjang piyama. Leguh Alice semakin terdengar di kala aku meremas-remas bongkahan pantat nya. Sesekali dia melepaskan ciuman nya dari ku untuk mendesah.

Aku yang saat itu sudah di butakan dengan nafsu mulai mengangkat tubuh Alice dan memindahkan nya ke sebelah ku. Ku lepas kaos ku dan mulai ku turuni celana Alice, terlihat Cd hitam membalut kemaluan nya saat itu, dengan mata sayu dan nafas yang ter engah-engah Alice terus memandangi ku. Setelah celana Alice ku buka, ku mulai tindih tubuh Alice dan mencium bibir nya kembali, sesekali ku remas buah dada nya, ciuman ku mulai ku alihkan ke belakang kuping dan leher nya itu membuat Alice semakin kelojotan menerima serangan dari ku.

Pinggangku terus ku goyang kan ke atas dan ke bawah, menggesekan kemaluan ku yang sudah kencang ke area lobang Vagina Alice, saat itu walau vagina Alice masih terbungkus CD nya dan aku masih mengenakan celana boxer sensasi dari gesekan tersebut sungguh membuat ku merasakan kenikmatan. Permainan semakin liar, nafsu dari diriku dan Alice sudah semakin memuncak, aku dengan gelap mata mulai menurun kan Cd Alice yang saat itu dia kenakan, ku sentuh lembut vagina nya, dan aku merasakan banyak cairan licin sudah menyelimuti vagina nya.

Ku buka kan paha Alice lebar-lebar dan aku mulai mendekatkan wajah ku di Vagina nya, ku sapu bersih cairan kental nan licin itu saat itu. Ku mulai sapu dari bawah ke atas atas ke bawah, sesekali ku hisap bagian atas vagina nya.

Alice yang mendapatkan serangan itu dari ku semakin bergerak liar ke kiri dan ke kanan, beberapa menit aku menjilat dan menghisap vagina nya, setan yang sudah berada di otak ku mulai membisikan rayuan-rayuan laknat nya terhadap ku.

Ku hentikan aktifitas menjilat vagina Alice dan ku mulai turunkan boxer ku, ku arahkan kepala penis ku di arah lobang vagina nya saat itu. Belum aku melanjutkan dorongan ku tiba-tiba Alice memegang tangan ku erat.

“Frans, just let you know, im Virgin” buka Alice memandang ku.

Duarrrrrr, pengakuan Alice barusan menyadarkan dan mengusir semua setan yang ada di otak ku saat itu. Aku tidak bisa berkata apa-apa dengkul ku mendadak lemas, aku hanya bisa memandang Alice yang sedang tiduran dengan kaki yang mengangkang.

Alice tampak sedikit mengangkat tubuh nya, dia mulai majukan badan nya ke arah ku, kini penis ku sudah berada tepat di depan lubang vagina nya. Alice tampak melihat ke Arahku sembari tubuh nya terus mendorong ke arahku, aku mulai merasakan hangat di kepala penis ku saat itu, sedetik kemudian aku tersadar dari lamun ku dan melihat ke bawah, alangkah terkejut nya saya mengetahui kepala penis ku kini sudah masuk ke dalam Vagina Alice.

“Lice” buka ku panik.

Alice tampak tidak menghiraukan ku dia terus memajukan badan nya agar penis ku bisa semakin dalam masuk ke vagina nya.

Dengan sekali dorongan kencang, masuk lah penis ku dengan sempurna ke dalam vagina nya.

“aaaaahhhhhh” teriak Alice menjatuhkan badan nya kembali ke kasur

Di remang nya lampu kamar ini aku dapat melihat Air mata Alice jatuh saat itu, Alice mulai menangis entah apa yang dia rasakan saat itu, penyesalan kah? Sakit kah? Aku pun tidak tau. Aku yang tidak pernah merasakan sensasi ini seumur hidup ku menjadi semakin gelap mata, ku mulai goyangkan penis ku maju mundur, hanya butuh beberapa saat sampai aku mulai merasakan Sperma ku mulai mau keluar, ku tarik keluar penis ku dan ku muntahkan tepat di atas vagina Alice.

Nafas ku masih ter engah-engah, aku masih duduk bertumpu kepada dengkulku saat ini, sesekali ku pandangi wajah Alice, dia terlihat membuang wajah nya kesamping, tangan kanan nya menutup mulut nya, mata nya terus mengeluarkan air mata, aku yang mulai di hinggapi rasa penyesalan mulai merebahkan badan ku di sebelah nya.

Ku pandangi wajah nya, ku belai lemput pipi nya dan ku hapus air mata nya, Alice ter lihat semakin merapatkan tubuh nya kepada ku, dia benam kan wajah nya ke dada ku, kini aku tidak bisa melihat lagi expresi Alice saat itu, sangat terasa Alice masih menangis sesengukan dalam dekapan ku. Setelah beberapa saat ku mulai angkat wajah nya dari pelukan ku.

“Lice” buka ku sambil memegang ke 2 pipinya dalam posisi masih rebahan menghadap ke samping.

Alice tampak diam, dia mencoba kembali menundukan kepala nya kembali. Setelah beberapa saat Alice pun bersuara.

“aku sayang kamu Frans” ucap Alice kembali menangis setelah itu

Aku tidak bisa berkata apa-apa saat itu, aku hanya kembali memeluk nya dengan erat, tak terasa entah berapa lama kami ber pelukan, kami pun tertidur dan sadar ke seokan hari nya.

Pagi hari nya, ku bangun terlebih dulu, ku lihat Alice masih tidur dalam dekapan ku, sinar matahari pagi malu-malu menembus hordeng kamar ini menyinari tubuh Alice yang putih tanpa busana di sebelah ku. Alice tanpak masih tertidur dengan pulas nya, ku pandangi wajah nya, ku sibak rambut yang jatuh menunutpi muka nya. Entah kenapa hati ku terasa damai sekali pagi itu melihat Alice tertidur nyenyak di sebelah ku.

Dengan hati-hati ku pindahkan kepala Alice yag menindih lengan ku saat itu, aku segera menuju kamar mandi untuk mandi pagi. Di bawah siraman air shower hangat, aku terus memikirkan kejadian semalam, aku terus menghakimi diriku, betapa bodoh nya aku merusak keperawaan seorang wanita hanya karena nafsu sesaat. Mungkin untuk ku tidak ada beban setelah ini, tapi aku membayangkan Alice menjalani hari-hari nya di kemudian hari, apa yang akan di lakukan Alice? Bagaimana dia menerangkan kepada suami nya kelak? Bagaimana perasaan suaminya nanti? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi isi kepala ku hingga.

“pagi” terdengar suara Alice di belakang ku memeluk ku dari belakang.

Aku segera membalik tubuhku menghadap Alice.

LF8cJNaL_t.jpeg

“udah bangun? Ke brisikan ya?” tanya ku kepada Alice memegang ke 2 pundak nya.

Alice hanya tersenyum menggeleng, ku lihat Alice masih tidak mengenakan apa-apa saat itu tubuh putih polos nya kini sudah mulai basah terkena pantulan air dari shower. Aku menempatkan ke dua tangan ku di pipi nya, ku angkat wajah nya dan ku cium dengan mesra, kami berciuman di bawah siraman air shower saat itu sampai Alice melepaskan ciuman ku, di memandang ku beberapa saat, ku lihat tubuh nya mulai turun se iring dia men jongkokkan kaki nya. Kini wajah nya sudah berada tepat di depan kemaluan ku. Alice masih memandang ke atas melihat ku hingga.

Lep…hilang lah kepala penis ku masuk ke dalam mulut nya, dia hisap dan dia maju mundurkan kepa nya saat itu, sesekali dia melepaskan hisapan nya dan menjilat penis ku dari ujung kepala sampai ujung batang kemaluan ku.

Sensasi nikmat yang ku rasakan saat itu sungguh sulit di gambarkan tangan kanan ku memegang dinding dan tangan kiriku secara tidak sadar mulai menjambak rambut Alice. Kuluman Alice semakin liar sesekali dia menjilati buah zakar ku dan menghisap penis ku kembali, aku yang sudah tidak tahan langsung mengangkat tubuh nya untuk berdiri di depan ku, ku cium bibir nya dan ku sudutkan dia ke tembok. Ku mulai alihkan ciuman ku ke leher nya, sesekali turun ke payudaranya, tangan kiri ku dengan buas terus bermain di area vagina Alice ku gesek dan ku putar vagina nya, Alice terdengar mulai meracau.

“ahh…ahh..uuhh…ah” racau Alice terpejam bersender pada tembok area Shower ini. Air yang menyiram tubuh kami terasa semakin kencang membasahi tubuh kami. Aku mulai mengangkat kaki kiri alice saat itu, Alice terlihat mulai membuka mata nya, dengan tatapan nya yang sangat sexy menurut ku saat itu Alice mulai mencium bibir ku kembali dengan buas, tangan nya kini sudah berada di kedua pipi ku dia sedot lidah ku, di gigit nya bibir ku gemas.

Kini Penis ku sudah berada tepat di depan pintu masuk Vagina Alice, dengan sekali dorong masuk lah batang penis ku ke dalam nya. Alice terlihat kaget, dia melepaskan ciuman dan kepalanya mendongak ke atas.

“Ahhhh Franssss” suara yang keluar dari mulu Alice saat itu.

Aku mulai terbiasa melakukan Sex aku sudah mulai bisa mengatur tempo genjotan ku, ku maju mundurkan perlahan hingga speed sedang dan kencang dan terus ber ulang, sesekali ku benam kan penis ku dalam-dalam saking gemas nya. Penis ku terasa terjepit sebuah benda licin dan hangat. Seperti nya bahkan penis ku engan untuk keluar dari tempat itu saat itu. Aku semakin mempercepat tempo sodokan ku, Alice mulai merapatkan tubuh nya kepada tubuh ku, dia memeluk ku dengan erat, dengan posisi kaki kiri ter angkat kocokan ku semakin liar, ke dua tangan ku kini sudah berada di pantat nya, sesekali ku dorong pantat nya lebih ke dalam se iring dengan sodokan ku. Bibir Alice yang berada tepat di sebelah telinga ku terdengar mulai mengeluarkan suara suara yang tidak jelas.

“aahhhh..ahhh..uuhhh…yeeee..ff..rraaansshh” desah Alice di telinga ku.

Hingga suatu ketika aku mulai merasakan mulai ada yang ingin berontak keluar dari penis ku, tak berapa lama..

Crot….crot..crot keluar lah sperma ku di dalam Vagina nya Alice. Tubuh kami ber dua melemas, kaki kiri Alice yang dari tadi ku angkat mulai terjatuh, aku mulai bersandar pada tubuh Alice yang terdorong ke dinding.

Setelah beberapa saat mengatur nafas aku mulai mengangkat tubuh ku yang dari tadi bersandar menghipit tubuh Alice, ku pandangi dia kita saling tersenyum tertawa saat mata kami bertatapan.

Entah apa yang ada di pikiran kita saat itu, yang ku ingat hanya kebahagian, 2 anak muda bodoh itu tak menyadari apa konsekuensi perbuatan mereka ke depan nya saat itu.

Saat itu kami melanjutkan ritual mandi kita, hari ini yang memang tidak ada rencana kami habiskan hanya untuk bermesraan seharian yang setelah itu berlanjut ke Sex, kami mencoba beberapa posisi dan tempat baru saat itu, dari gaya misionary, doggy, kepiting, kura-kura hingga berang-berang, kami bermain di sisi kolam renang, kadang di kamar, ruang tengah, dapur sampai kamar mandi.

ya namanya juga ini pengalaman pertama kami melakukan hal itu, jadi rasanya kami seperti orang ke setanan, se ingat ku dalam sehari itu kita melakukan 6 sampai 7 sex dari pagi sampai malam.

Hari bergani, hari ini kadek datang ke Villa kami.

“tingtong…tingtong” suara bel dari depan pintu Vila kami.

Aku segera menuju ke depan, saat itu ku pikir petugas Villa ingin meng infokan sesuatu.

“brengsek…2 hari nga ada kabar, di telfon nga di angkat, di chating nga bales. Gw pikir lu kenapa-kenapa bro, khawatir asli gw” buka Kadek terlihat kesal sekaligus lega melihat ku.

“wet..wet..wet, santai bro, dateng-dateng udah di semprot aje gw, hahhaha” jawab ku.

“babhi kau, bikin orang khawatir saja” balas Kadek dengan muka Bt nya.

“masuk-masuk dek” undangku.

Kami berjalan menuju kursi yang ada di pinggir kolam renang dan duduk disana.

“babhi, kau kemana saja, 2 hari tidak ada kabar..gila kao” buka Kadek masih kesal.

“nga kemana-kmana bro, di sini aja gw seharian” jawab ku.

“wait, gw jadi inget, bentar” aku segera berlari ke dalam, ku masuk ke kamar ku di belakang dan mengambil hp yang saat itu tergeletak di meja.

Ku lihat ada 50 misscall dan 40 pesan belum di buka saat itu. Waduh saking terlalu nyaman nya menghabiskan waktu ber 2 dengan Alice, aku sampai lupa mengecek Hp ku saat itu, sedetik kemudian rasanya kepala ku kena timpa palu godam saat melihat nama Jennifer di sana. Nama itu mulai menyadarkan ku kembali dari yang ku rasa saat ini aku berada di nirwana langsung terasa turun terbanting ke dunia.

Aku masih tidak berani membuka pesan dari Jennifer saat itu, ku mulai menghampiri kadek lagi di sisi kolam.

“gila, gw baru sadar 2 hari gw nga ngeliat hp dek, sorry ya” buka ku saat itu.

“Konthol” balas Kadek saat itu langsung membuang muka nya.

“hahaha, jangan marah dong sayang…” jawab ku sambil merangkul Kadek menggoda nya.

“ lu kaya orang lagi hanimun saja, iya gw tau yang ini barang baru, cuma nga bgtunya juga kali” Balas Kadek berbisik.

Aku hanya bisa tertawa membalas ucapan Kadek saat itu.

“Siapa Frans” terdengar suara Alice dari dalam Vila

“oh ini Kadek Lice, sini” ajak ku.

Beberapa detik kemudian keluarlah sosok Alice dengan kemeja biru besar lengan panjang nya, baju itu terlihat sangat besar di pakai Alice, bagian bawah kemeja nya hanya menutupi setengah paha putih nya, 2 kancing atas nya di biarkan terbuka.

“hi dek” sapa Alice

Terlihat kadek hanya tersenyum mengangguk kepada Alice.

“ Lice siap-siap gih, kan kita mau jalan di temen in Kadek” sambung ku dan Alice segera masuk kembali untuk bersiap.

“si babhi pantes kau betah ya nga keluar kamar hahahah” Goda kadek.

Aku hanya bisa membalasnya dengan memukul bahu nya dan segera masuk untuk bersiap. Hari ini memang aku sudah buat janji ke Kadek, dia akan menemai kami jalan-jalan untuk explore bali ke tempat-tempat yang tidak mainstrem, tentu hal ini bisa di lakukan jika aku pergi bersama orang bali asli seperti Kadek ini. Kami mencicipi beberapa tempat kuliner baru, ke pantai-pantai yang masih belum di ketahui turis dan saat itu kapal Quiksilver masih ada, ku ajak Alice main ke sana, terpancar muka bahagia Alice bisa bermain seharian di tengah laut lepas.

Benar kata Kadek, kami berasa sepasang suami istri yang sedang bulan madu saat itu, entah berapa kali ciuman mendarat di bibir dan pipi kami masing-masing saat itu seperti Alice ada untuk ku dan juga sebalik nya aku ada hanya untuk Alice.

Tak terasa hari sudah mulai gelap, kami kembali ke Vila, Alice terlihat sangat kelelahan hasil dari perjalanan kami hari ini dan meninggalkan ku dan Kadek di kursi sisi kolam renang untuk masuk ke kamar.

“thanks ya bro buat hari ini” buka ku kepada Kadek sambil mengangkat botol bir kepada nya.

“santai lah bro, kaya sama siapa saja” balas Kadek.

Oh iya sampai lupa, Kadek ini adalah teman ku main Game Ragnarok jaman dulu, hubungan kami jadi semakin dekat karena sering main bersama, Kadek juga pernah mendatangi ku di kota ku dan semenjak saat itu hubungan kami jadi semakin dekat bukan hanya sekedar teman main game saja.

“bro btw, ku lihat di facebook pacar kau bukan ini bro, kenapa muka nya beda di foto dan asli nya” tanya Kadek berbisik.

Aku yang mendengar pertanyaan kadek pun jadi keselek bir yang sedang ku minum.

“emang beda orang bro” jawab ku terbatuk batuk.

“lah ini siapa dong bro?” tanya Kadek makin heran.

“temen kamus gw” jawab ku singkat

“wagila lu bro, terus pacar kau kmana?” tanya Kadek lagi kepo.

“ya ada dek di rumah” balas ku seadanya.

“wagila..gila..gilaa, pacar kau tau kau pergi dengan dia?” buka Kadek kembali.

“mana tau dek, gila apa?” jawab ku.

Terlihat kadek hanya melongo melihat ku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku cerita banyak hal ke Kadek malam itu, dari perasaan ku terhadap Jennifer hingga perasaan aneh yang ada di diriku terhadap Alice baru-baru ini. Untung nya Kadek ini memang pendengar yang baik, dia bisa membuatku nyaman bercerita dengan jujur kepada nya.

“tetap gw sebagai teman lu tidak membenarkan sih bro sorry ya sebelum nya” Buka Kadek saat itu.

“iya dek gpp, gw paham kok, gua juga yang bego” jawab ku menghela nafas sambil meminum sisa bir di botol yang ada di tangan ku.


“lebih baik cepat kau putuskan bro, kau pilih dia atau pacar mu, kesian mereka ber 2” tutup Kadek sambil berdiri dari kursi saat itu dan bersiap untuk pulang.

Setelah Kadek pulang aku pun kembali ke kamar Alice, terlihat Alice sudah tidur menghadap ke sisi berlawanan dengan pintu, tak lupa ku cium kening nya dan segera tidur di sebelah nya.

Hari ini kami pulang ke kota kami, liburan telah usai, rasa bahagia bercampur bersalah masih membekas di perasaan ku, kami di antar Kadek sore hari ke bandara dan naik pesawat setelah nya, aku berpisah dengan Alice sesampai nya di kota kita, kita naik taxi yang berbeda, Alice langsung pulang ke rumah nya dan aku juga pulang ke rumah ku. Sepanjang jalan ku terus memperhatikan hp ku, telfon dan pesan dari Jennifer sudah tidak ada lagi setelah itu, aku sempat membaca beberapa pesan Jennifer saat itu, intinya dia mencari keberadaan ku karena aku sama sekali lost contact selama berada di sana.

Marah? Saya raya Jennifer sudah bukan marah lagi, melainkan sudah Murka saat itu. Sesampai nya di rumah menjelang maghrib, aku segera menaruh semua bawaan ku, ku siapkan motor saat itu, aku berencana ke rumah Jennifer sekarang juga. Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan beberapa konsekuensi yang akan ku hadapi nanti, mungkin aku akan langsung di putuskan oleh Jennifer, itu membuat hatiku sakit, ga tau kenapa, walau sudah muncul perasaan baru terhadap Alice, aku masih sangat menyangi Jennifer saat itu, mau bagaimana pun sudah banyak memory yang kita ukir bersama di sepanjang perjalanan hubungan kita.

Sesampai nya di rumah Jennifer, aku langsung mengebel rumah nya, tak lama keluar lah Papi nya Jennifer saat itu menghampiriku yang berada di luar gerbang. Saat itu ku jelaskan kalau aku ingin bertemu dengan Jennifer sebentar, beliau mengundang ku untuk masuk cuma ku tolak dengan alasan ingin sebentar saja mengembalikan sesuatu kepada Jennifer.

Menunggu beberapa saat akhirnya Jennifer terlihat keluar dari dalam rumah nya dan menghampiri ku, terlihat awal nya Jen bingung mungkin dia tidak tau siapa yang datang, karena memang Papi nya Jen ini tidak kenal dengan ku. Begitu Jen melihat ku dia langsung berlari ke arah ku, di bukanya gerbang dan langsung memeluk ku.

ts6rsJIJ_t.jpg

“jahat…jahat..nga ngasih kabar, kamu kemana aja beb” buka Jen sambil memeluk ku di depan pintu gerbang.

Terdengar Jen seperti nya menangis saat itu. Ku balas pelukan nya beberapa saat sampai ku lepaskan.

“maaf ya beb, aku menghilang di telan bumi” ujar ku menunduk tak brani menatap Jen.

“gpp, yang penting kamu udah pulang dengan selamat, aku udah lega” balas jen memegang ke dua pipi ku dan mengangkat wajah ku.

aku hanya bisa tersenyum alakadar nya saat itu, kami sedikit mengobrol saat itu, Jen mengundang ku untuk masuk saat itu cuma ku tolak, aku beralasan belum ngapa-ngapain semenjak mendarat tadi sore dan emang betul sebenar nya.

Aku pamit pulang terhadap Jen, sebelum pulang dia sempat mencium pipi ku dan aku melanjutkan perjalanan ku ke rumah. Lega? Ya lega sekali rasanya mengetahui Jen tidak semurka itu, tapi entah kenapa perasaan bersalah semakin memenuhi hati ku saat itu. Kalo boleh jujur aku lebih baik di tampar atau di pukul saat itu di banding harus mendapat pelukan hangat dan ciuman di pipiku.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Saat ini aku masih terjebak dengan kondisi yang tidak mengenakan. Dimana setiap aku bertemu Jennifer ada rasa senang dan bersalah, di saat bertemu Alice ada rasa senang dan benci sekaligus. Ya benci, aku benci kenapa harus Alice bisa muncul dalam perjalanan hidup ku, di lain sisi aku sangat mencintai wanita ini. Aku jadi banyak merenung jikalau aku sedang berdiam sendiri, aku berfikir, ini semua tidak bisa di teruskan, aku harus mengambil sikap atas situasi ini.

Hari itu aku sedang jalan bersama Alice, kami makan di restoran seafood kaki 5 langganan kami, pulang nya di kamar Alice aku mulai membuka obrolan.

PaBl8PXz_t.jpeg

“Lice, aku boleh ngomong sesuatu” tanyaku ragu.

“ya Frans” terlihat Alice menengok ke arah ku sambil tersenyum manisss..manisss sekali..semanis madurasa.

“Lice, kamu kan tau hubungan ku dengan Jennifer, aku rasa aku nga bisa menjalani ini lagi Lice, aku nga kuat dengan rasa bersalah yang terus menghantuiku” jawab ku.

Terlihat Alice langsung mengalihkan pandangan nya ke depan, senyum nya terlihat menghilang dari bibir nya saat itu, Alice tidak menjawab ku saat itu.

“Lice aku rasa, aku harus menjauh dari kamu” sambung ku kembali sambil memegang tangan nya saat itu.

Terlihat Alice masih tidak menjawab ku, kini tangan nya mulai erat memegang tangan ku, dia menangis dan menundukan kepalanya di tangan kami ber 2 yang sedang berpegangan di lutut nya. Hati ku hancur rasanya saat itu melihat Alice saat ini, entah perasaan apa yang bergetar kencang di dadaku, rasanya sakit, tak nyaman, ku daratkan dagu ku di kepanya Alice saat itu sambil tangan kiri ku terus meng usap-usap rambut nya.

Tangis Alice makin terasa terisak saat itu, dengan penglihatan yang mulai kunang-kunang ku tarik tangan ku saat itu, “aku nga bisa, nga bisa di sini terus, ini malah akan membuat Alice makin sedih” ujar ku dalam hati. Begitu tangan ku terlepas dari genggaman Alice, aku pun meninggalkan kamar nya, dari balik pintu kamar yang ku tutup ku bisa mendengar tangis Alice pecah saat itu. Aku kembali ke kamarku dan berdiam diri, semalaman aku tak bisa tidur memikirkan hal yang barusan terjadi.

Beberapa hari kemudian aku memutuskan untuk pindah Kostan, itu ku lakukan untuk mengurangi intensitas bertemu dengan Alice, rasa nya setelah hari itu aku tidak memiliki keberanian untuk menatap Alice. Beberapa kali kami bertemu di kelas, kami hanya diam-diaman sampai beberapa teman kami yang tau kedekatan Alice dengan ku sampai bertanya-tanya dan menyangka saat ini kami sudah putus, padahal putus dari mana, jadian aja tidak pernah.

Hari-hari terus berlalu, hubungan ku dengan Jennifer kian hari kian sehat menurut ku, cuma tetap saja di sela-sela aku bersama Jennifer entah kenapa bayang-bayang Alice selalu hadir. Sampai saat itu.

Aku sedang makan malam bersama dengan Jennifer di sebuah restoran, itu adalah makan malam anniversary jadian kami yang ke 3 tahun. Bisa ku lihat Jen sangat menikmati malam itu hingga suatu kesempatan ku branikan berbicara dengan Jen.

TpbohCCU_t.jpg

“beb, aku mau ngomong” buka ku.

Terlihat Jennifer hanya menaikan alis sambil meminum minuman yang ada di gelas nya menandakan mempersilahkan aku untuk bicara.

“aku udah nga jujur sama kamu” jawab ku tertunduk.

“perihal?” tanya Jen bingung.

“hari dimana aku pergi ke bali, sebenernya aku tidak pergi dengan keluarga ku, aku pergi dengan teman di kampusku” jawab ku masih tertunduk.

Bisa kuliat lihat raut expresi Jen berubah walau tak menatap muka nya, gelas yang ada di tangan nya terlihat di genggam semakin kencang setelah mendengar pernyataan ku.

“siapa?” tanya Jen singkat.

“Alice” jawab ku.

Tidak ada balasan kata dari Jen saat itu sampai tiba-tiba tangan Jen menggengam tangan ku yang ada di atas meja saat itu.

“its ok beb, yang berlalu, biarlah berlalu, jangan di ulangi lagi ya”balas Jen, aku yang tertunduk langsung melihat ke arah nya, terlihat Jen tersenyum saat itu.

Aku mulai di landa perasaan bingung, kenapa? Kenapa Jen tidak marah? Ini malah membuatku semakin gila.

“aku jatuh cinta pada nya Jen” jawab ku lagi.

Terlihat senyum Jennifer memudar, dia mulai memalingkan wajah nya dari ku.

“sejak kapan ?” tanya Jen singkat

“aku nga tau, tiba-tiba perasaan itu muncul begitu saja” jawab ku seadanya.

“lupain dia Frans” balas Jen yang kini memandang ku dengan tatapan serius.

“maaf aku nga bisa, aku sudah mencoba tapi selalu gagal, banyak hal yang membuat aku mencintainya, aku juga sudah membuat kesalahan terbesar dalam hidup ku, aku…aku sudah tidur dengan nya” jawab ku saat itu sambil menatap Jen.

Dari mata nya Jen terlihat kaget setengah mati, mata nya membuka lebar menandakan ketidak percayaan nya atas ucapan ku barusan.

“terus dimana dia sekarang?” tanya Jen

“entah lah, sudah beberapa bulan aku lost contact, awal nya aku ingin melupakan nya, dan menjalani hidup ku seperti sebelum nya dengan kamu”

“cowok brengsek….Plaqq” ucap Jennifer sambil menampar pipi ku.

Sontak kami langsung jadi pusat perhatian di Resto itu, ku lihat sekilas para pengunjung lain malu-malu kepo melihat kami. Jen kembali duduk.

“aku marah bukan karena kamu selingkuh, aku marah karena kamu itu pengecut dan tidak bertangung jawab…selesaikan masalah mu Frans..mulai hari ini kita putus” ucap Jennifer sambil pergi meninggalkan ku.

Aku masih terduduk diam di restoran itu sampai beberapa saat bayangan Alice terus hadir di ingatan ku, aku langsung berlari menuju parkiran, memacu kendaraan ku ke kostan Alice.

Aku mendapati Alice tidak berada di Kostan nya, aku segera memacu kembali kendaraan ku menuju rumah Alice, berbekal ingatan yang seadanya entah tiba-tiba tau nya aku sampai ke rumah Alice tanpa kesasar, ya mungkin itu kekuatan cinta .( cielah geli bener hahah)

Sesampai nya di rumah Alice, langsung ku pencet bel yang ada di rumah itu, tak lama keluar lah sosok wanita setengah baya membuka gerbang.

“mau cari siapa mas?” tanya perempuan tua itu.

“saya ingin bertemu Alice” jawab saya.

“mas ini siapa? Dan ada keperluan apa?” tanya wanita itu makin bingung.

“saya Frans, saya pacar nya Alice bu” jawab ku gusar.

“tunggu di sini ya” balas wanita itu dan menutup pintu.

Tak lama dari itu wanita itu kembali keluar, kini dia di dampingi dengan sosok perempuan juga berjalan bersebelahan menuju ke arahku.

“saya mama nya Alice” buka wanita itu menjulurkan tangan nya.

“oh iya tante, saya Frans, Alice nya ada tante?” jawab ku saat itu.

“ada, Alice di kamar nya, akhir-akhir ini setiap pulang, kalau dia sudah di kamar dia jarang keluar lagi, ada apa ya nak Frans?” terang dan ucap mama nya Alice.

“gpp tante, bisa saya bertemu Alice?” balas ku meyakinkan mama nya Alice.

Beberapa saat sampai mama nya Alice mulai mempersilahkan aku masuk, aku berjalan di belakang mengikuti, kami sampai di lantai 2 rumah ini dan langkah kami terhenti di depan sebuah pintu kamar.

“sayang..ada yang nyari kamu nih, keluar sebentar” buka mama Alice sambil mengetuk pintu.

“bilang aku nga ada atau sudah tidur mah, lagi males ketemu orang” teriak Alice dari dalam kamar.

Terlihat mama nya Alice mulai mengisyaratkan ku untuk berbicara saat itu.

“Lice, ini aku Frans, boleh bicara sebentar?” buka ku sambil melihat mama nya Alice yang berada di samping ku.

Tak berapa lama, aku mulai mendengar kunci pintu kamar ini terbuka dan terlihatlah sosok Alice bersamaan dengan terbuka nya pintu kamar ini. Expresi kaget Alice tidak bisa di tutupi saat itu, aku hanya bisa diam dan mengangkat tangan ku memberi salam.

“ha..lo..Lice” buka ku.

“mama tinggal kalian ber2, ingat jangan macam-macam ya tapi” Buka mama Alice sambil pergi meninggalkan kami.

Alice mengisratakan ku untuk masuk ke kamar nya, aku masuk dan Alice menutup pintu kamar nya sambil tetap berdiri di belakang pintu kamar nya tertunduk.

“Lice, maafin aku udah ninggalin kamu” buka ku sambil berbalik mendekati Alice yang berdiri di balik pintu kamar nya.

yRzYeESS_t.jpg

Tampak Alice hanya diam Seriubu bahasa saat itu dengan masih berdiri tertunduk, aku mendekati nya, tanganku kuletakan di atas kepalanya dan mengusap nya. Tak lama Alice mengangkat muka nya, aku tersenyum kepadanya. Alice langsung memeluku erat saat itu.

Beberapa menit kami berpelukan, Alice mulai melepaskan pelukan nya, kini dia sudah mencium bibir ku, lama kita berciuman saat itu, bibir kami sudah sama-sama basah akibat liur kami yang menempel di dekat bibir kami. Ke dua tangan ku dengan reflek memengang pantat Alice saat itu. Ku angkat kaki nya hingga kini aku di posisi menggendong Alice, Alice melingkarkan kaki nya di pinggang ku dengan masih tetap mencium ku, ku angkat tubuh Alice menuju kasur nya saat itu dan ku rebahkan badanya yang mana otomatis badan ku juga kini menindih tubuh Alice.

Aku melepaskan ciuman ku, ku pandangi wajah nya, ku seka rambut nya yang turun menutupi mata nya, bisa ku lihat mata sayu Alice memandangku.

Tangan Alice kini sudah mulai melepas ikatan gesper ku, beberapa saat kemudian dia mulai mencopot kancing celana jeans yang ku kenakan, dengan mata yang saling menatap tangan ku juga dengan segera menurunkan celana tidur yang masih di kenakan Alice saat itu.

Kini kami berdua sudah tidak memakai celana bahkan Cd kemaluan kami sempat bergesekan di bawah sana, Alice mulai memutar tubuh ku yang kini berbaring dan dia berada di atasku.

Alice genggam Penis ku dengan tangan nya dan menggesek gesekan nya di belahan Vagina nya, sedetik kemudian.

Blesss,…sensasi jepitan hangat nan licin mulai memenuhi setiap inci penis ku.

“aaghhhhhh” desah Alice pelan bersamaan juga dengan masuk nya penis ku.

Alice mulai menggoyangkan tubuh nya maju mundur, sesekali dia mengangkat pinggang nya dan menjatuhkan nya lagi.

“agghhh…ahhhh…ahhh” desahan Alice semakin liar dan kencang terdengar bersamaan juga dengan gerakan naik turun pinggang nya.

Beberapa menit kita di posisi itu hingga aku mengangkat tubuh Alice saat itu, ku gulingkan tubuhnya membelakangi ku, ku angkat kaki kanan nya ke atas dan ku sodok dari belakang. Desah Alice semakin tidak terkontrol berbarengan juga dengan jambakan tangan ku ke rambutnya, sesekali ku ciumi punggung nya, leher nya dan belakang telinganya. Higga rasanya penis ku sudah mulai mau mengeluarkan lahar putih panas saat itu.

Ku cabut penis ku dan ku kocok, sedetik kemudian keluar lah sperma ku di samping bongkahan pantat Alice yang sesudah itu mengalir deras ke bawah kasur Alice.

Kami masih berusaha mengembalikan kesadaran kami saat itu, nafas kami masih ter engah-engah hasil permainan tadi, tak henti henti nya aku menciumi punggung Alice saat itu.

Hingga di rasa stamina kami sudah kembali Alice menoleh kebelakang dan melihat ku, kami saling melempar tawa saat itu.

“tok..tok..tok neng, neng Alice” suara dari balik pintu terdengar.

Aku langsung panik bukan main saat itu, ku segera menjauh dari Alice dan berusaha mengambil celana ku.

“ya bi” jawab Alice dari dalam.

“nga, neng Alice baik-baik saja?” tanya suara itu kembali.

“iya bi gpp” jawab Alice lagi saat itu.

“neng, inget…jangan kebablasan ya” terdengar suara itu kembali dan seperti nya sudah pergi meninggalkan area kamar ini.

Sontak Alice langsung tertawa mendengar itu, mungkin dia langsung membayangkan apa yang barusan kita lakukan. Aku pun tersenyum bisa melihat senyum Alice kembali saat itu. Kami menghabiskan waktu di kamar Alice, bercerita apa saja saat itu, Alice terlihat nyaman duduk di sebelah ku, tangan nya merangkul tangan ku kepalanya di senderkan ke bahu ku, hingga jam kalo tidak salah sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari, aku pun izin untuk pulang.

Di saat aku keluar aku bertemu dengan sosok wanita setengah baya yang tadi membukakan aku gerbang, dia pegang pergelangan tangan ku dari belakang, aku yang kaget langsung menoleh ke belakang.

“mas..kalo sama neng Alice jangan macam-macam ya. Bibi kenal banyak orang pinter di kampung bibi, awas aja kalo mas nyakitin neng Alice, dia itu sudah bibi anggap anak sendiri, dengan tangan ini bibi membesarkan nya, bibi nga akan redho kalo neng Alice sampai sakit hati.” terang wanita itu yang ternayata ku tau namanya adalah bi Ipoh.

Aku yang mendapat ancaman dari bi Ipoh pun hanya bisa meringis ketakutan saat itu.

“eehheeehe…iya bi, saya nga punya maksut jahat sama Alice” jawab ku saat itu gugup.

Bi Ipoh melepaskan genggaman tangan nya dan aku segera pulang ke rumah.

Hari-hari berjalan seperti biasa, tak terasa aku sudah mulai mengurus untuk sidang skripsi ku, di sepanjang waktu ini hubungan ku dengan Alice kian hari kian dekat kami bertemu hampir setiap hari, dan aku tidak pernah bosan jika bertemu dengan nya. Walau aku merasa kami tidak cocok 100% tapi entah kenapa saya rasa malah Alice lah yang melengkapi ku. Kami sering berlibur bersama di kala ada waktu, jika tidak ada ya hanya jalan-jalan saja paling ke mall, aku baru merasakan kenikmatan lebih memiliki pacar, di samping perasaan ada yang memperhatikan, sex rutin pun turut menjadi nilai plus dalam hubungan kita. Pernah suatu saat kita saling bosan nya dengan rutinitas kita baik itu kehidupan hari-hari dan juga sex, kita memainkan game kecil-kecilan, kita bermain truee or dare saat itu, yang paling ku ingat adalah Alice memilih dare, dengan asal mengucap aku menyuruh Alice untuk mengajak Veronica 3s yang kebetulan saat itu ku lihat bayangan nya lewat dari kamar Alice menuju kamar nya.

PDmysRPH_t.jpeg

Alice dengan percaya diri saat itu menghampiri Veronica dan menjelaskan maksut nya, kami berdua seperti kesambar petir di siang bolong saat itu, dimana ternyata Veronica meng iyakan dan langsung menarik tangan kita ber 2 menuju kamar Alice. Sampai kamar Alice veronica duduk di kursi meja rias Alice dan menyuruh kami segera memulai dan akan ikut nanti. Berkali kali kami menjelaskan maksut kami hanya bercanda saat itu cuma Veronica tidak mau tau dengan Alasan kita, saat ini malah Veronica sudah semakin gila, dia melepas bra nya tanpa mencopot kaos nya yang saat ini di pakai nya dan melemparkan nya ke kami, dari balik kaos putih nya aku bisa melihat ceplakan pentil Veronica saat itu. Di saat semua semakin terasa tidak wajar, untunglah kami terselamatkan oleh telfon dari Brian pacar Veronica saat itu, yang meng infokan kalu dia sudah di bawah untuk menjemput Veronica.

Dengan berat hati akhirnya Veronica pergi meninggalkan kita dan saya dan Alice merasa lega saat itu, hingga kini kami tidak mau mengulang becandaan itu lagi. Ternyata becandaan seperti itu bisa jadi fatal jika di lemparkan ke orang yang salah.

Perjalanan hubungan kami terus berlanjut, aneh nya hingga hari itu tidak pernah ada kata jadian dalam hubungan kami sampai hari itu tiba.

Hari dimana aku dan Alice sudah lulus dari kampus, aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ku ke luar negri, Alice marah sejadi-jadinya saat itu, sean berpindah ke pantai A. Alice mengangap semua sudah baik-baik saja, aku sudah mengurungkan kepergian ku, yang Alice tidak tau adalah sebenarnya diam-diam aku sudah menyelesaikan semua proses kepindahan ku saat itu.

“Frans…aku sayang kamu” buka Alice sambil duduk menatapku yang duduk di sebelah nya.

“aku juga sayang kamu, tapi maaf aku nga bisa jadian dengan kamu, aku nga mau hubungan kita bakal rumit kalo kita memutuskan untuk berpisah nanti” jawab ku sambil melihat Alice.

“aku nga mau pisah sama kamu” jawab Alice kembali sambil mengalihkan pandangan nya ke depan.

Perlahan aku mulai mendekati Alice, ku pegang tangan nya.

“Lice, maafin aku, cuma aku harus pergi” buka ku.

Terlihat Alice mulai menengok ke arah ku, mata nya mulai berkaca-kaca.

“kamu bohong…kamu bohong kan?” jawab Alice sambil melihat ke arahku yang kini airmata nya sudah jatuh.

“ya Lice, maaf aku harus pergi, ini mimpiku, hidup itu hanya sekali dan aku tidak mau menyesali nya se panjang hidup ku” jawab ku sambil melihat matahari yang mulai terbenam saat itu.

“ini ngak fair…” jawab Alice sambil menangis, tangan kanan nya mulai menutup mulut nya dia tertunduk.

Alice mulai mencoba melepaskan genggaman tangan ku kepada tangan kiri nya saat itu. Dia mulai bangun dari duduk nya dan berjalan meninggalkan ku masih dalam ke adaan menangis.

“Lice” teriak ku menghentikan langkah nya.

“aku pasti pulang Lice, kalau kamu mau menunggu, tunggu lah aku Lice, demi kamu aku akan cepat pulang” ujar ku, terlihat tidak ada respon dari Alice, dia melanjutkan langkah nya pergi meninggalkan ku.

Itu adalah hari terakhir aku bertemu dengan Alice, selang beberapa minggu kemudian aku pun bergi bertolak ke australi.

Aku meninggalkan semua nya di sini, ku biarkan kotak memory itu tertutup rapat hingga sampai saat nya ku buka kembali di kemudian hari.

Mungkin itu saja kisah ku kali ini, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita yang saya buat ini. Semoga bisa menghibur kalian jagat penghuni Sf Cepan.

Oh iya bagi yang bertanya-tanya bagaimana kabar Jennifer. Saat ini hubungan saya dengan nya baik, saking baiknya bahkan kami masih suka chating sesekali. Dan dia tidak pernah mempermasalahkan apa yang sudah terjadi terhadap kami di kehidupan kami yang lalu, infonya dulu Alice sempat bertemu dengan Jennifer, mekera ngob panjang lebar yang males saya terangkan di sini lelah woi ngetik 16,500 kata cuma buat kalian nih saya lakukan bukan semata-mata buat ikut lomba doang.

Paling nga dengan ini hutang saya sudah lunas ya sama para pembaca cerita saya di : https://www.semprot.com/threads/kisahku-menjadi-budak-sex-korporasi-bersambung-gambar.1353734/

Ini adalah cerita sebelum cerita itu bermulai, cerita dimana aku kenal dengan wanita bernama Alice..

IPeM5Xgc_t.jpg



Oh iya tak lupa terima kasih kepada teman-teman TRUST yang terus menyemangati ku saat menggarap cerita ini…ciooo bay bay see u in next story.:beer:
 
Terakhir diubah:
Mantap hu @Slz-Bun
Akhirnya bs baca prequel awal dekat sama alice....

Ditunggu cerita lainnya hu dan smoga sukses ya dengan lomba dan real lifenya...

👍👍👍👍
 
Bimabet
Paatteenn kaallee ini critanya tuan muda @Slz-Bun :jempol:

ngebacanya sampe trbawa dan trhanyut ngebayangin bang @Slz-Bun pas zaman msi muda :konak:

smoga mndapatkan hasil dan posisi yg trbaik dngan crita yg sbaik ini :ampun:

trima kasih sudah berbagi crita yg luar biasa ini bang :beer:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd