Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Alter Ego

marsena

Adik Semprot
Daftar
14 Jan 2018
Post
112
Like diterima
102
Bimabet
"Dasar istri tidak berguna .... Masa kamu mangkal semalaman tidak mendapat satu pelanggan pun !!" Tak lama setelah sang lelaki meluapkan amarahnya, terdengar suara tamparan disusul rintihan dan Isak tangis seorang perempuan

" Ampun, Mas ... hiks ... Beberapa hari ini pelanggan lagi sepi ... Aku .."

"Plak ..." Kembali lelaki itu menampar pipi wanita yang ada dihadapannya. Perlahan ia menjambak rambut panjang sang wanita yang jatuh tertelungkup dihadapannya.

" Dasar istri ****** ... Menjual diri saja tidak bisa ... Jika kau tidak mendapatkan uang, bagaimana aku bisa membayar hutang judiku ... Dasar pelacur"

"Plak ..." Kembali sebuah tamparan keras mendarat mulus di pipi kanan sang wanita. Tidak jauh dari tempat itu tampak seorang gadis kecil mengintip penasaran suara berisik yang telah mengganggu tidur malamnya dari balik tembok. Mata sipitnya mendadak terbelalak melihat raut wajah wanita yang terbaring di dekatnya penuh dengan luka lebam.

" Ibu ..." Sang gadis kecil tak kuasa menahan tangis dan emosinya melihat kondisi ibunya yang tengah babak belur.

"Anisa? Kok kamu terbangun, sayang? Maafin ibu yang terlalu berisik, ya" gumam sang wanita sambil memeluk tubuh kecil putri kesayangannya. Sementara sang lelaki menatap acuh kedua orang wanita di keluarga kecilnya.

" Cih ... Dasar ... Istri dan anak tidak berguna ... Dasar anak pembawa sial" gumam sang lelaki sambil menatap sinis ke arah sang gadis cilik. Sementara Anisa, sang gadis cilik hanya bisa membersihkan darah yang masih mengalir di sudut mulut ibunya dengan emosi terpendam. Mata lelaki itu menelusuri tubuh kecil yang berada dibawah kakinya. Kulit putih Langsat mulus khas keturunan Bangsa Asia timur, posturnya yang cukup tinggi dan berisi untuk ukuran anak kelas 5 SD, lesung pipi yang menambah kesan manis dan imut menghiasi wajahnya. Tampak sebuah ide gila terlintas dipikiran lelaki tersebut.

"Anisa, cepat berkemas sekarang ... Kamu harus ikut ayah malam ini" ujar sang lelaki dengan senyuman licik.

" Mas ... Kamu boleh memperlakukan diriku seenaknya ... Bahkan kau tega menjual diriku. Tapi jika kau ingin mengganggu Anisa, langkahi dulu mayatku" gumam sang wanita yang langsung memeluk erat putri kesayangannya. Lelaki itu langsung menendang sang wanita dan langsung menarik lengan Anisa. Sang wanita kembali bangkit dan mendorong suaminya hingga tersungkur tanpa memperdulikan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Lelaki itu menatap sinis wanita yang tengah memeluk gadis kecilnya. Ia merogoh kantong celana dan menggenggam pisau lipat yang selalu dibawanya.

" Dasar wanita jalang" dengan cepat lelaki itu menghujamkan pisau lipatnya ke arah dada kiri sang wanita dari belakang.

" Ahk ...." Sang wanita mengerang dan menguatkan pelukannya pada sang gadis. Perlahan ia menatap wajah gadis cilik yang tengah bergetar ketakutan di pelukannya . Matanya mulai terasa berat dan berkunang saat sang gadis mulai menangis dan menyebut namanya.

" Anisa ... Pergilah ... Tinggalkan ibu sendiri ... Selamatkan dirimu" ujar sang wanita dengan bibir bergetar dan kesadaran yang mulai menghilang. Perlahan pelukan sang wanita mulai melonggar. Bibirnya yang sedari tadi bergetar mengembangkan senyuman tulus ... Sebuah senyuman terakhir untuk putri kecilnya sebelum rasa sakit membawanya ke alam bawah sadar
***
Sinar mentari pagi perlahan menyeruak masuk melalui celah gorden sebuah apartemen. Jam weker sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu berusaha mengusik ketenangan tidur tuannya. Tampak seorang gadis muda menggeliat dibawah selimut hangatnya. Perlahan matanya terbuka silau dengan terpaan sinar mentari yang menerobos masuk.

"Hoam ..." Sang gadis perlahan bangun dengan sedikit linglung berusaha mengumpulkan kesadarannya. Mata sipitnya yang masih setengah terbuka berusaha fokus memperhatikan jam weker yang terus berdering. Mendadak kesadaran gadis itu terkumpul setelah melihat angka yang tertera pada layar jam weker.

"Gawat .... Aku terlambat," teriak sang gadis yang langsung melompat dari kasurnya dan bergegas menuju kamar mandi. 10 menit kemudian gadis berwajah oriental itu bersiap di depan kaca. Sebuah kemeja putih lengan pendek dan rok bahan hitam dibawah lutut menjadi pilihannya. Kedua tangannya sibuk merias wajah manisnya dengan make up tipis. Tidak lupa sang gadis membawa sebuah map biru di atas meja kamarnya tanpa mengeceknya terlebih dahulu. Matanya sempat menengok jam weker yang menunjukkan angka 08:00.

" Mudah-mudahan masih sempat," gumam sang gadis dalam hati. Saat melewati ruang makan, ia melihat sebuah roti bakar yang mulai dingin dan sebuah pesan disampingnya.

"Anisa, sebelum berangkat jangan lupa sarapan ya. Kamu susah banget sih dibangunin, jadi terpaksa kakak tinggal. Semangat untuk interview hari ini. Good luck sayang,". Sang Gadis mendengus kesal setelah membaca catatan untuknya. Kakak angkatnya pasti sengaja tidak membangunkannya pagi ini. Anisa langsung menyambar roti bakar buatan kakaknya sambil memakai flat shoes hitam miliknya.
"Bismillah ...semoga ada rejekinya hari ini," gumam Anisa sambil melangkah keluar apartemennya.
***
Sebuah kantor di pusat ibukota tampak sedikit ramai dari biasanya. Terlihat puluhan orang berpakaian Hitam-Putih duduk berjejer di depan ruang tunggu kantor, menunggu dengan cemas dan berharap peruntungan mereka hari ini. Anisa termasuk salah satu dari mereka yang tengah mengadu nasib di kantor advokat tersebut. Meskipun posisi yang dilamarnya hanyalah cleaning service, tetapi saingan Anisa cukup banyak. Dampak ketidakstabilan politik yang terjadi di negara ini mengakibatkan lapangan kerja yang berkurang karena pertumbuhan ekonomi berjalan lambat. Anisa menyeka sisa bulir keringat yang muncul di keningnya. Pagi ini ia harus berlari dari apartemen menuju tempat wawancaranya yang berjarak 3 km. Padatnya arus lalulintas ibukota memaksanya mengambil pilihan ini agar sampai di tempat wawancara tepat waktu. Beruntung ia memiliki kecepatan lari yang baik dan hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai ke tempat yang ditujunya.

"Anisa Miyuki" ujar salah seorang wanita blazer hitam yang baru saja keluar dari ruang wawancara.

" Iya ... Saya Bu ..." Gumam Anisa sambil berdiri dan mengangguk hormat.

"Silahkan masuk dan bawa berkas persyaratannya ya" gumam sang wanita sambil kembali masuk kedalam ruangan. Anisa bergegas mengikuti wanita tersebut sambil menenteng map biru berisi berkas yang telah ia siapkan. Sebuah ruangan dengan dekorasi sederhana menyambut kedatangan Anisa. Hanya ada sebuah meja, 3 buah kursi kantor dan beberapa rak berisi buku dan dokumen didalam ruangan tersebut. Dominasi warna hitam dan putih pada dinding dan inventori membuat kesan minimalis lebih mencuat pada ruangan tersebut. Tampak seorang lelaki dengan setelan jas hitam tengah duduk di seberang meja di hadapan Anisa. Matanya menatap tajam pada Gadis yang baru saja masuk kedalam ruangannya.

"Pak, ini pelamar ketujuh hari ini" gumam sang wanita.

" Baik. Terima kasih, Mona. Silahkan duduk mbak. Rileks saja, mbak. Jangan terlalu tegang begitu" ujar sang lelaki sambil tersenyum melihat kegugupan Anisa. Perlahan Anisa mendekat dan duduk di depan sang lelaki berwajah maskulin itu.

" Silahkan perkenalkan diri anda terlebih dahulu dan apa motivasi anda melamar ke perusahaan ini" gumam sang lelaki sambil terus menatap penasaran bola mata hitam mungil milik Anisa.

" Selamat pagi, pak. Nama saya Anisa Miyuki. Umur saya 21 tahun. Saya lulusan SD di kota sebelah. Motivasi saya melamar kerja disini adalah saya ingin belajar mandiri, pak. Selama ini hidup saya bergantung dengan penghasilan kakak angkat saya. Meskipun saya hanya lulusan SD, saya akan berusaha bekerja dengan baik jika bapak mau menerima saya" gumam Anisa dengan sedikit tersenyum. Pandangan sang lelaki tak pernah lepas dari wajah Anisa yang sedikit tegang saat mengenalkan diri. Sebuah kenangan lama melintas saat ia melihat senyuman dan lesung pipi milik Anisa.

" Mirip sekali" gumam sang pria dalam hati. Rasa penasarannya terhadap sang gadis semakin menyeruak. Dari dalam laci meja kerjanya, ia mengambil sebuah kertas yang berisi beberapa soal psikotes dan bahasa Inggris. Sebuah ide jahil terlintas di pikirannya.

" Sebenarnya saya membutuhkan cleaning service lulusan SMA" ujar sang lelaki sambil memandang selembar soal yang biasanya ia berikan pada pelamar bagian sekretaris beberapa bulan lalu. Perlahan ia melihat raut wajah kecewa terpancar dari wajah manis sang gadis.

"Tapi jika kamu berhasil menjawab semua soal ini, mungkin saya akan mempertimbangkan kamu bekerja disini. Oh iya sebelumnya perkenalkan, nama saya Ali. Kamu bisa panggil saya Al," gumam sang lelaki sambil menyerahkan selembar soal test. Anisa mengamati selembar kertas yang ternyata berisi gambar seorang nenek tua yang tengah berdiri dipinggir jalan raya dengan lalu lintas yang ramai. 50 meter di samping kanan sang nenek, terdapat sebuah jembatan penyeberangan orang yang mengarah pada kompleks pemakaman di seberang jalan. Sementara sebuah rumah sakit berjarak 25 meter disamping kiri sang nenek.

" Nenek tersebut memiliki mata yang rabun dan tidak bisa berjalan dengan cepat. Ia ingin mengunjungi suaminya yang dimakamkan di pemakaman tersebut. Ia ingin sampai di pemakaman dengan cepat karena ia sangat merindukan suaminya. Jika kamu saya tugaskan untuk membantu sang nenek, apa yang akan kamu lakukan agar ia tiba lebih cepat ke pemakaman tersebut," ujar Ali menjelaskan situasi yang ada pada gambar tersebut. Kening Anisa mengkerut sambil mengamati gambar tersebut dengan seksama.

"Melewati jembatan penyeberangan adalah pilihan terbaik, tapi apakah fisik sang nenek kuat jika harus menaiki jembatan?" Gumam Anisa dalam hati.

"Saya berikan waktu 5 detik dari sekarang untuk menentukan jawabanmu." Pikiran Anisa langsung kalut saat Ali mulai menghitung mundur. Bagaimana caranya ia menyelesaikan teka teki seperti ini dalam waktu 5 detik? Ditengah kepanikannya, tiba-tiba terdengar suara yang memanggil dirinya dari alam bawah sadar.
"Dasar payah. Menyelesaikan soal mudah seperti ini saja tidak bisa. Sudah serahkan saja padaku. Kau tidak ahli dalam pemecahan masalah seperti ini" gumam sang suara misterius.

"Jangan ... Aku ..."

" Sudahlah percayakan saja padaku. Kali ini biarkan aku membantumu. Kau harus berhasil dalam test ini untuk mempermudah misi utama kita. Tenang saja ... Aku tidak akan lepas kendali lagi" ujar sang suara misterius yang perlahan mengambil alih kesadaran Anisa.
"1 ... Ok silahkan jelaskan jawabanmu" ujar Ali sambil tersenyum menatap gadis yang tengah terpejam dihadapannya. Perlahan Anisa membuka kelopak matanya. Mendadak bulu kuduk Ali meremang ketika melihat tatapan tajam Anisa. Berbeda dengan sorot mata yang ceria dan penuh semangat saat pertama kali ia berjumpa Anisa. Kali ini tatapan tajam menyelidik yang terlihat di mata Anisa. Aura intimidasi tampak menyeruak dari diri sang gadis cantik.

" Saya akan mendorong Nenek tersebut ke seberang jalan hingga tubuh rapuhnya tertabrak mobil berkecepatan tinggi. Dengan demikian sang nenek akan mati dan diautopsi di rumah sakit. Setelah itu pihak rumah sakit akan menguburkan sang nenek di kompleks pemakaman tersebut. Si nenek bisa melampiaskan rasa rindu sepuasnya dengan sang kakek. Ia akan hidup bahagia selamanya bersama suami tercintanya," gumam Anisa dengan senyuman menyeringai. Ali tertegun saat memandang senyum Anisa. Sebuah senyuman yang membuatnya memasang kewaspadaan tingkat tinggi. Ia juga terkejut mendengar jawaban yang tidak umum dari Anisa.

" Haha ... Jawabanmu sangat luar biasa ... Ini adalah pertanyaan yang biasanya saya ajukan untuk pelamar yang melamar di posisi yang lebih tinggi dari jabatanmu ...tapi baru kali ini saya mendengar jawaban yang sangat logis seperti ini. Bagaimana caramu menemukan jawaban ekstrim seperti itu dalam waktu singkat? " gumam Ali sambil tersenyum.

"Sederhana saja, Pak. Bapak menyuruh saya untuk membantu sang nenek melepas rindu dengan sang kakek dan saya menawarkan solusi yang lebih baik agar sang nenek tidak merasakan kerinduan lagi. Menurut saya rasa sakit sang nenek ketika sekarat sesuai dengan apa yang ia dapat nantinya. Bukankah kita harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu". Ali menyimak penjelasan dari Anisa. Ia tidak menyangka dibalik sikap periang dan polosnya, sang gadis ternyata memiliki pola pikir yang menarik. Parasnya yang mengingatkan dirinya dengan kisah masa lalu, perilaku yang menarik, dan pola pikir yang tidak bisa ditebak membuat Ali semakin penasaran dengan gadis yang ada dihadapannya. Terlebih ia yakin masih banyak hal yang disembunyikan sang gadis.

"Baiklah ... Kamu saya terima bekerja disini. Besok kamu sudah mulai bekerja. Jam kerjamu dimulai dari jam 8. Tapi khusus untuk besok kamu harus datang jam 7 karena saya ingin membicarakan kontrak kerja dan mengenalkanmu dengan staff yang lain" gumam Ali yang disambut senyuman manis Anisa.

"Senyumnya kembali seperti saat awal masuk ruangan ...benar benar gadis yang menarik" gumam Ali dalam hati sambil memperhatikan gadis didepannya.

"Baik pak ... Terima kasih atas kesempatan yang bapak berikan. Saya berjanji akan bekerja semaksimal mungkin" ujar Anisa tersenyum sambil bersalaman dengan Ali.

"Kalau begitu saya pamit dulu, pak. Terima kasih, pak" gumam Anisa yang dibalas anggukan dari Ali.
***​
Taman kota sore ini tampak ramai pengunjung yang asyik dengan kegiatan masing-masing. Beberapa anak remaja dan dewasa terlihat sangat menikmati hembusan angin sore menyejukkan yang menemani kegiatan joging mereka di area joging track. Suara tawa dan ocehan anak kecil dan beberapa remaja di area kolam dan taman bermain anak membuat suasana taman semakin ramai. Diantara keramaian tersebut, tampak seorang wanita paruh baya tengah duduk di bangku taman. Matanya tampak menerawang jauh ke arah kolam yang berada tak jauh di depannya. Setelan baju kaos hitam yang dibalut jaket Hoodie putih seolah menyamarkan identitas sang wanita sebagai perwira intelijen di militer negeri ini. Beberapa kali ia menghisap rokok yang terselip di tangan kanannya, seolah berusaha mengusir rasa lelah dari pekerjaannya yang menumpuk. Diantara jemari kirinya terselip sebuah foto aktivis oposisi pemerintah lengkap dengan keterangan indentitasnya yang tertulis di balik foto. Smartphone sang wanita yang tersimpan di kantong jaket tampak bergetar pertanda sebuah pesan masuk. Bergegas ia membuka dan membalas pesan tersebut. Sang wanita langsung berdiri dan melambaikan tangan kanannya ketika melihat kedatangan gadis manis berpakaian Hitam-Putih tengah celingukan mencari keberadaannya.

" Kak Dinda ... Tumben ngajak aku makan diluar ... Baru gajian ya" ujar sang Gadis Hitam-Putih saat menghampiri wanita tersebut.

"Haha ... Nggak 'kok. Aku mau traktiran dalam rangka adik tersayangku ini akhirnya keterima kerja" gumam Dinda sambil tersenyum pada Anisa, adik angkatnya.

" Loh ... Kan kata Kakak kita harus bisa hidup hemat ... Kalau hanya makan malam 'kan bisa di apartemen aja, Kak. Anisa bakal masakin makanan yang spesial deh malam ini" ujar Anisa. Dinda hanya tersenyum melihat kepolosan adik angkatnya. Rasa lelahnya hari ini seolah terhapus oleh tingkah polos sang adik yang telah menemaninya selama 8 tahun terakhir.

" Tuh kan ... Kakak merokok lagi. Katanya janji bakal berhenti merokok" gumam Anisa sambil menggelembungkan pipinya ketika melihat benda yang terselip di jemari kanan Dinda. Sang Kakak hanya tertawa melihat ekspresi adik kesayangannya. Ia langsung membuang rokoknya dan memeluk Anisa karena tak tahan melihat ekspresi menggemaskan sang adik.

"Kakak juga sedang berusaha mengurangi intensitas merokok 'kok. Kakak tidak bisa langsung berhenti merokok. Harus bertahap, sayang" ujar Dinda sambil tersenyum dan mencubit gemas pipi sang Adik.

" Ih ... Jangan peluk-peluk ... Kakak masih bau rokok ... Aku gak suka" gerutu Anisa sambil berusaha melepaskan pelukan dan menghindari cubitan sang Kakak.

"Iya-iya ... Sekarang kamu harus temani Kakak makan malam, ya. Hari ini adalah moment spesial untukmu. Jadi harus dirayakan agar moment ini tidak akan terlupakan" ujar Dinda sambil menatap wajah polos sang adik. Mendadak sebuah rasa bersalah menyeruak di dalam hatinya ketika menatap mata sipit Anisa. Sejenak ia meragukan keputusannya ketika berhasil menyelipkan sebuah foto ke dalam tas gendong sang adik ketika berpelukan. Entah sudah berapa kali ia melibatkan Anisa ketika menjalankan misi berbahaya tanpa gadis itu sadari. Sungguh ia tidak tega kembali melibatkan Anisa dalam misinya kali ini. Terlebih misi kali ini tergolong berat dan bisa mengancam nyawa adik kesayangannya.

" Iya deh ... Ayo kita berangkat sekarang, Kak. Aku lapar dan ingin makan sepuasnya ... Mumpung ditraktir Kakak haha ..." Ujar Anisa tersenyum. Sebuah tarikan halus menyadarkan Dinda dari lamunannya.

" Ayo ,Kak" gumam Anisa sambil menggenggam tangan kanan Sang Kakak. Dinda hanya tersenyum sambil mengikuti tarikan sang adik.

"Maafkan Kakak, Nis" gumam Dinda dalam hati sambil menghempaskan napasnya yang terasa berat.​
***​
Sebuah mobil sedan berwarna hitam tampak tengah berusaha menembus beberapa titik kemacetan di jalan ibukota. Asap kendaraan yang tersamarkan oleh gelapnya malam dan suara klakson yang bersahutan menjadi pemandangan umum di jalan utama ibukota saat malam hari. Walaupun waktu saat inj hampir tengah malam, statusnya sebagai kota metropolitan membuat ibukota selalu ramai saat siang dan malam hari. Beberapa kali pengendara motor mendahuluinya, memanfaatkan celah sempit agar bisa terus melaju di tengah kemacetan. Sementara di dalam mobil sedan tampak sang pengemudi berusaha menikmati alunan lagu dari radio yang menemaninya menghadapi kemacetan. Wajah pria berusia 35 tahun itu tampak lelah dengan aktivitasnya hari ini. Beberapa kali ia menghela napas dan menerawang memikirkan rencana yang akan ia lakukan setelah menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan hari ini. Beberapa kali ia melirik map biru yang terletak di samping kursi kemudi. Kening sang pria kembali mengkerut ketika mengingat data yang tersimpan di dalam map tersebut. Ia tidak menyangka mutasi pekerjaan yang dilakuka atasannya 3 bulan lalu membuat dirinya beberapa kali terlibat hal yang berbahaya.

"Hah ... bekerja sebagai penyidik di kepolisian jauh lebih mudah dan aman dibandingkan bekerja di lembaga anti korupsi di negeri yang penuh dengan tikus" gumamnya dalam hati.

"Tin ... tin ..." suara klakson dari kendaraan di belakang membuat sang pria sadar dari lamunannya dan menjalankan mobilnya di tengah kemacetan yang mulai terurai. Ia membuka laci dibawah dashboard mobil yang berisi beberapa bungkus permen lolipop. Ia berharap makanan favoritnya ini bisa sedikit menghilangkan keresahan di hati dan pikirannya serta membuatnya fokus menyetir. Beberapa menit kemudian, ia berpindah jalur dari jalan raya utama ke jalan raya alternatif yang mengarah ke rumahnya di pinggiran ibukota. Kondisi lalu lintas yang ramai lancar membuat sang pria menjalankan mobilnya lebih cepat. Namun baru beberapa saat ia melaju, tampak seorang gadis tengah menyeberang jalan. Kondisi jalan yang kurang penerangan membuat sang pria langsung menginjak rem dan membanting stir menghindari sang gadis.

"Cit .... dug...." suara ban berdecit disusul suara hantaman terdengar keras sesaat sebelum mobil berhenti. Pria itu sangat terkejut ketika melihat tubuh sang gadis terpelanting ke atas kap mobil sebelum terjatuh ke aspal ketika mobil berhenti. Ia langsung keluar dari mobil dan memeriksa kondisi gadis yang ditabraknya. Kening gadis itu terlihat lecet mengeluarkan darah. Ia juga melihat kondisi lutut kanan sang gadis yang masih terlihat pingsan.

"Fiuh ... syukurlah dia hanya luka ringan. Lututnya agak lebam ... harus segera dikompres sebelum memburuk. Mungkin ia pingsan karena syok. Lebih baik aku obati dulu lukanya di rumah" gumam sang pria. Ia lekas menggendong tubuh sang gadis dan menidurkannya di kursi belakang bersama tas kecil yang dibawa sang gadis. Ia sedikit tertegun ketika menatap wajah sang gadis. Seketika ia teringat dengan adiknya yang memiliki perawakan yang hampir sama dengan gadis yang ia tabrak. Hanya saja gadis yang berada di depannya ini memiliki wajah yang lebih polos dan meneduhkan. Namun entah mengapa insting di dalam dirinya untuk waspada terhadap gadis yang ditolongnya. Sebuah perasaan tidak mengenakkan tiba-tiba menyeruak dari dalam hatinya. Perasaan yang timbul hanya ketika ia menghadapi penjahat haus darah saat ia masih bertugas di kepolisian.

"Ah ... mungkin hanya perasaanku saja. Aku harus segera sampai ke rumah dan merawat luka gadis ini" gumam sang pria dalam hati sambil menutup pintu belakang dan masuk kedalam mobil. 10 menit setelah mobil berjalan, rasa gelisah sang pria semakin menjadi. Ia berusaha membuka laci dashboard mobil tempat ia menyimpan pistol untuk berjaga-jaga. Namun sebelum tangan kanannya menyentuh laci, sebuah jarum suntik menyentuh lengan sang pria. Suara gadis yang lembut namun penuh intimidasi membuat lelaki itu terkejut.

"Bukankah anda sudah terlibat terlalu jauh, Iptu Andreas" gumam sang gadis sambil menekan suntikan tersebut ke lengan sang pria.

"Siapa kamu? Apa yang kau inginkan?" Ujar lelaki bernama Andreas itu sambil berusaha tenang.

"Kau boleh memanggilku "Angel". Sebagai mantan anggota kepolisian kau pasti tidak asing dengan nama itu 'kan". Bulu kuduk Andreas mendadak terbangun ketika mendengar nama yang diucapkan sang gadis. Semua anggota penyidik dan intelejen di kepolisian negara ini pasti tidak asing dengan nama itu. Angel sang peri kematian. Sebuah nama yang dikenal sebagai pembunuh bayaran yang jarang sekali gagal mengeksekusi targetnya tanpa meninggalkan jejak apapun. Beberapa kali ia menangani kasus yang disebabkan oleh Angel dan berusaha memburunya. Namun kurangnya petunjuk dan barang bukti membuatnya selalu gagal menangkap sang peri. Siapa sangka sang peri selama ini ternyata bersembunyi di dalam tubuh gadis imut yang polos.

"Aku tidak menyangka ternyata wajahmu sangat sesuai dengan julukanmu. Kalau boleh tahu, apa yang membuat peri cantik dan legendaris sepertimu mendatangiku?" Gumam Andreas sambil berusaha fokus menyetir dengan tangan kirinya.

"Dokumen yang ada di dalam map itu yang mengundangku kesini. Kau menggali terlalu dalam dan membuat tikus yang berada di dalam lubang yang kau gali merasa terusik. Kau tenang saja. Aku akan memberikan kematian tanpa rasa sakit khusus untukmu. Anggap saja sebagai imbalan karena kau sudah menolongku" gumam Angel. Tatapan mata Andreas menerawang pasrah menatap jalanan gelap di depannya. Ia tahu tidak ada yang bisa kembali hidup-hidup ketika berhadapan dengan sang peri. Sejenak ia menyesal telah mengabaikan instingnya untuk berhati-hati dengan gadis yang ia selamatkan. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Andreas merasakan jarum suntik telah menembus kulit lengan kanannya. Perlaha cairan yang berada di dalam suntikan berpindah kedalam tubuhnya.

"Kau tenang saja. Cairan yang aku suntikkan itu bukan racun. Itu hanya obat penenang yang biasanya digunakan untuk gajah yang sedang mengamuk. Sangat pas bukan untukmu yang menginginkan ketenangan sebelum ke neraka. Bahkan aku melipatgandakan dosisnya agar ketenangan yang kau dapat juga berlipat" gumam angel sambil tersenyum puas melihat ketidakberdayaan targetnya. Tidak lama kemudian tubuh Andreas mulai mengejang dan kehilangan kesadaran. Kedua tangannya kini terlepas dari kemudi dan fokus menekan dada kirinya. Hal itu membuat laju mobil menjadi oleng dan menabrak pembatas jalan hingga akhirnya jatuh ke jurang di sisi jalan. Kini tampak sebuah mobil sedan hitam dengan kondisi terbalik dan ringsek di beberapa sisinya. Sementara sang pengemudi sedan tidak sadarkan diri dengan kondisi mulut penuh darah. Angel yang berhasil melompat keluar dari mobil sebelum jatuh ke jurang mempersiapkan pistol Glock 20 lengkap dengan silencer yang ia ambil dari tas. Ia mengambil napas sejenak sebelum mengarahkan pistolnya ke arah tangki bensin mobil Andreas.

"Tft ...tft ... tft ... duar ..." suara 3 kali tembakan pistol disusul ledakan tangki bensin mobil langsung memecah keheningan malam. Angel menatap sejenak hasil karyanya sebelum mengambil foto mobil sedan yang tengah terbakar hebat. Setelah mengambil dan mengirimkan foto, Angel bergegas pergi sebelum kehadirannya diketahui orang sekitar.

"Bye ... bye ... mission complited" senyum Angel sambil melangkah dan menyamarkan dirinya di kegelapan malam.​
 
Terakhir diubah:
sklian yg interview dorongin jg biar dtabrak mobil y nis :Peace:
 
Mohon maaf suhu sekalian ... baru bisa kelarin bab 1 nya sekarang ...efek kerjaan dan mood nulis yang naik turun ....ditunggu kritik dan sarannya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd