Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG AMBAR

Status
Please reply by conversation.

Lidause

Semprot Holic
Daftar
30 Jan 2020
Post
321
Like diterima
4.295
Bimabet
PERTENGAHAN 1998
----------------------------------






Untuk yang kesekian kalinya pagi ini Ambar cuma bisa menggosok gigi dan mencuci muka.

Setengah ember air dihadapannya tentu saja tak cukup untuk dipakai mandi.
Sudah hampir satu bulan tak turun hujan di Desa Rahayu. Desa transmigran yang tak jauh dari sebuah sungai besar di perbatasan Lampung-Sumatra selatan.

Tiga buah drum plastik berwarna biru jatah pemerintah yang dibagikan kepada seluruh warga desa sudah tinggal satu saja yang masih terisi air.
Dua drum lainnya sudah kosong sejak seminggu yang lalu.

Ambar melangkah keluar bilik mandi disamping sumur. sekilas gadis berusia 19 tahun ini sempat melihat air sumur yang cukup jernih. tapi sayang pada musim kemarau ini air sumur sama sekali tidak bisa dikonsumsi. bahkan untuk dipakai mandi pun sudah tak layak.

Desa Rahayu terletak tak jauh dari pantai timur Sumatera. kontur tanah yang berlahan gambut karena daerah itu dulunya bekas rawa rawa membuat resapan air asin mudah sekali mencapai sumur sumur warga.

Alhasil selama delapan tahun semenjak Desa mulai dihuni, hanya air hujanlah yang menjadi sumber utama kebutuhan air warga desa.

Truk milik pemerintah yang biasanya rutin masuk ke desa setiap setengah bulan sekali untuk menyuplai air bersih sudah hampir dua tahun ini tak pernah datang lagi.

Pak Dahlan ayah Ambar dulunya adalah penduduk sebuah desa besar yang cukup padat di daerah Jawa Timur. Di desa itu Pak Dahlan cuma buruh tani biasa .

penghasilan pak Dahlan muda mulai terasa tidak mencukupi untuk menghidupi keluarganya semenjak anak ketiganya lahir. sehingga pada awal tahun 1990
pak Dahlan memutuskan memboyong anak istrinya untuk mengadu nasib di tanah sumatera.

Ambar saat itu berusia 11 tahun. baru duduk di bangku Sekolah Dasar kelas V. Sementara Ardi anak tertua pak Dahlan baru saja lulus SMP.

Anin anak ketiga pak Dahlan baru berusia 3 tahun ketika untuk yang pertama kalinya keluarga pak Dahlan menginjakkan kaki ditanah Andalas.

Di lahan desa yang baru dibuka itu setiap kepala keluarga mendapatkan jatah masing-masing satu hektar lahan sawah dan tiga perempat hektar tanah yang bisa ditanami singkong dan beberapa jenis sayur mayur.

Untuk berteduh dari panas matahari dan hujan, pak Dahlan dan rekan rekan sesama transmigran mendapat satu unit rumah papan sederhana beratap seng. Rumah kecil berukuran 5x7 meter berdiri diatas lahan pekarangan seluas 25x100 meter.

Desa Rahayu berjarak 5 kilometer dari desa terdekat. Desa transmigran juga tapi lima tahun lebih dahulu dihuni.

___________

Malam gelap mulai menyelimuti Desa. Suara Adzan magrib baru saja hilang dari pendengaran. meski desa Rahayu belum dialiri listrik, tapi beberapa rumah warga terang benderang oleh lampu yang mendapat tenaga listrik dari mesin genset kecil.
Itu sebabnya Musholah di gang sebelah bisa memakai speaker untuk mengumandangkan Adzan.
.
Ambar dan adiknya Anin tengah duduk santai dibangku kayu teras rumah ketika Ratmi anak gadis tetangga sebelah yang seusia Ambar terlihat berjalan mendekat.

"Nanti nonton tipi yuk".

ajaknya ketika baru saja duduk disamping Ambar.

Ambar lantas menyadari ini malam senin.
malam yang ditunggu tunggu karena pukul setengah delapan nanti di salah satu channel tipi akan tayang film seri mak Lampir.

" Ya udah. nanti kamu jemput aku ".

Di Desa ini warga yang memiliki pesawat televisi hanya beberapa orang saja.

Rumah warga terdekat dari rumah Ambar yang memiliki benda mewah itu adalah pakde Karyo. dua gang dari rumah pak Dahlan ayah Ambar.

__________

Pukul 19.15....

Ambar dan Ratmi berboncengan sepeda jengki berdua.

Ratmi yang bertubuh sedikit pendek dan gempal mengayuh pedal sepeda didepan sementara Ambar yang jauh lebih langsing duduk menyamping di boncengan.

Sepeda yang mereka kendarai sudah mulai keluar dari gang dan berbelok kekiri sesampainya di jalan utama Desa yang dilapisi batu.

Jalan desa ini terkesan gelap karena tidak ada listrik yang menerangi.
hanya lampu lampu teplok yang dipasang oleh warga desa untuk sekedar penerangan kecil agar jalan yang cukup lebar ini tidak terlalu gelap gulita diwaktu malam.

jarak antar lampu sekitar 25 meter.
lampu teplok ini bisa bertahan dari hempasan angin karena dilindungi semacam toples kaca. dan rumah rumahan kecil yang bagian sampingnya terbuka membuat lampu ini tidak tersiram air ketika turun hujan.

Rumah rumahan pelindung lampu bertiang sebatang kayu setinggi kurang lebih satu meter setengah.
Untuk ukuran desa, keberadaan lampu lampu ini membuat suasana terasa cukup indah.

Ambar berwajah cantik jelita. hanya karna gadis ini tinggal di desa terpencil maka kecantikan wajahnya tidak se glamour wajah wajah para artis yang bersliweran di layar televisi.

Beberapa teman Ambar bahkan seringkali membanding bandingkan raut wajah Ambar dengan wajah cantik Desy Ratnasari.

Perawakan badan Ambar pun nyaris serupa dengan artis itu. hanya saya rambut Ambar lurus sepinggang, sedangkan rambut artis yang jadi bahan perbandingan itu lebih terlihat mekar bercahaya dan tebal.

Mungkin pengaruh perawatan yang mahal, sedangkan Ambar selama ini hanya merawat rambut hitamnya dengan shampoo sachetan.

Ambar sedikit memicingkan mata ketika sorot lampu sebuah mobil sangat menyilaukan berhenti didepan nya. sedangkan Ratmi nampak grogi mengendalikan sepeda nya karena mobil jenis pick up itu berhenti agak ketengah jalan.

Ratmi terpaksa berhenti dan kemudian turun menuntun sepedanya. sedangkan Ambar tidak lagi di boncengan.

Kedua gadis desa itu melangkah pelan melewati mobil.

Mobil angkutan barang memang tidak asing didesa ini. ada beberapa mobil milik para pedagang dari luar desa yang rutin keluar masuk.

Mobil pak Wahyu juragan sayur mayur yang berwarna putih.
Ada juga mobil pak Doni yang rutin setiap 3 hari sekali datang ke desa Rahayu mengangkut buah kelapa para penduduk.

Tadinya Ambar maupun Ratmi mengira sopir mobil itu adalah salah satu dari para bos itu.
Tapi lampu di kabin mobil yang cukup terang membuat kedua gadis itu sedikit bertanya-tanya.

Ambar tak mengenali dua pria didalam mobil.

"Hai cantik. ikut abang yuk". goda sang sopir ketika Ambar yang berjalan agak jauh di belakang sepeda tepat berada di samping pintu mobil.

Sementara lelaki satunya yang sekilas tadi sempat dilihat Ambar berbicara pelan dan dibalas anggukan si sopir, membuka pintu mobil sebelah kanan dan keluar menuju tempat Ambar berdiri.

Firasat Ambar tak bagus. dengan tergesa-gesa gadis manis kembang Desa ini melangkah menyusul Ratmi yang sudah cukup jauh menuntun Sepedanya.

Tapi langkah kakinya mendadak terhenti dan badan rampingnya tersentak kebelakang ketika tangan laki laki berjaket jeans biru itu menangkap pergelangan tangannya dan dengan kasar menyeret Ambar menuju mobil.

Ambar membuka mulut hendak berteriak. tapi mulut mungilnya terkunci dan wajahnya seketika memucat ketika matanya melihat suatu benda hitam ditangan lelaki itu.

Gadis itu tercekat.
sebilah golok yang cukup besar dan kelihatan berkilat terkena sinar lampu teplok di pinggir jalan terasa dingin menempel di lehernya.

Sementara Ratmi temannya sama sekali belum menyadari apa yang terjadi.

Gadis bertubuh pendek dan gempal itu justru malah sedikit pun tidak menoleh.
Dia mengira lelaki dalam mobil salam mobil itu teman Ambar. dan sejujurnya gadis ini sedikit cemburu..

Ambar sahabat nya sejak awal mendiami Desa ini sangat banyak lelaki yang menyukainya. sementara sampai saat ini Ratmi yang berusia 20 tahun belum pernah sekalipun ada pemuda yang mau bertandang kerumah nya.

Tapi keacuhan Ratmi berakhir ketika dia mendengar suara pintu mobil yang ditutup dengan keras. sontak gadis ini menoleh kebelakang.
dia tercekat..

mobil mulai berjalan berlahan dan Ambar sama sekali tak terlihat.

Dengan cepat gadis hitam manis itu menaiki sepedanya dan mengayuh cepat berusaha menyusul mobil yang mulai melaju.

Ratmi jelas panik.
tak mungkin Ambar bersedia ikut naik kemobil itu dengan sukarela.

Dan dugaan nya tepat. dia melihat tangan Ambar melambai meminta pertolongan ketika sepeda jengki nya berhasil mensejajari pintu mobil.

Seketika Ratmi berteriak keras meminta pertolongan warga. Tapi sebelum ada warga yang sempat keluar rumah, mobil itu melaju kencang menyisakan debu debu yang berterbangan.

"TOLOOONG...
AMBAR DI CULIK....!!! ".

____________

Anin berteriak histeris dan menangis setelah bisa mengartikan penjelasan Ratmi yang terbata bata.

Dalam tangis, hatinya sedikit kesal kenapa tadi tidak mau diajak kakaknya Ambar menonton TV dirumah pakde Karyo.
Sebab jika saja tadi dia ikut, bisa saja pengendara mobil itu tidak jadi kepikiran untuk menculik kakaknya karena jumlah mereka yang bertiga.

Pak Dahlan dan Ardi ditemani beberapa tetangga baru saja berangkat ke kantor polisi terdekat menumpang mobil milik pak Doni yang sejatinya besok pagi akan mengangkut buah kelapa warga desa termasuk juga kelapa milik pak Dahlan.

Pak Doni berasal dari desa sebelah. Tapi memang sudah terbiasa datang ke desa Rahayu sore sore untuk kemudian mulai memetiki buah kelapa keesokan harinya.

Biasanya malam hari pak Doni menginap dirumah pak kades, dan seperti saat kejadian tadi, beliau sedang bersenda gurau diteras rumah bersama pak kades dan istrinya saat beberapa warga dari erte 5 tiba tiba datang ke rumah pak kades dan melaporkan peristiwa penculikan yang baru saja terjadi.

________________

Ratmi yang sangat syok tampak sedang ditenangkan oleh beberapa ibu ibu yang datang, sementara bu Utari ibunya Ambar tergeletak lemah diruang tengah ditemani dua orang wanita sebayanya yang sedang memijiti kaki dan pundaknya.

Bu Utari baru saja sadar dari pingsan. Suara isaknya masih terdengar jelas.

Wanita tua ini tak menyangka hal buruk akan menimpa anak gadisnya .

Selama 8 tahun ini desa Rahayu aman aman saja. Jangankan kasus penculikan, bahkan seekor ayam pun tak pernah terdengar dicuri orang.

Seorang pemuda bernama Danang yang diam diam menyukai Ambar terlihat mondar mandir di halaman. Pemuda tanggung ini sedang berfikir keras, siapa gerangan yang membawa kabur pujaan hatinya.

Menurut informasi yang diketahuinya dari temannya yang tinggal di sebelah barat kali kecil yang membelah desa Rahayu, tadi sore memang ada sebuah mobil pick up hitam yang masuk ke desa mereka.

Tapi tak ada seorang pun yang mencurigai maksud dan tujuan pengendara mobil itu karena meski desa kecil ini jauh dari mana mana, tapi jalan penghubung antar desa sudah cukup halus dan lebar, hingga cukup banyak mobil mobil yang keluar masuk desa Rahayu.

_______________

Berjarak kurang lebih 70 km dari titik lokasi penculikan.......

Sebuah pick up hitam berlogo tiga berlian melaju kencang dijalan aspal mulus.

Terlihat 3 orang berada di kabin mobil pengangkut barang itu. Dua pria disisi kiri dan kanan, serta seorang gadis muda terhimpit ditengah tengah.

Tak ada suara pria yang terdengar. Hanya isakan kecil yang sesekali ditingkahi jeritan suara wanita yang terlihat tegang. Tangan wanita ini sibuk mendorong badan dan menahan tangan pria di samping kirinya yang sedari tadi menyelusuri setiap lekuk lekuk tubuhnya.

Wanita muda ini mendadak menegakkan tubuhnya ketika dirasakan area kewanitaan nya disentuh tangan pria untuk yang pertama kalinya. Geli bercampur perih.
Dia menjerit tertahan tapi suara jeritan nya lantas tenggelam ditimpa suara tertawa si sopir yang membahana dimalam sepi itu...

Sopir mobil bertampang jelek dan gendut itu tiba tiba menghentikan mobil di tepi jalan sedikit masuk gang kecil ditengah perkebunan karet.

Tangan kekarnya yang tadi fokus memegang setir mobil mendadak direntangkan untuk memeluk erat tubuh langsing si gadis cantik.

Tak ayal sigadis terpekik kencang. Mulut si gadis lantas menggigit kuat kuat jari tangan pria gendut yang hendak mengelus pipinya.

Kesakitan si pria kemudian membuka pintu mobil dan turun ke jalan tanah gang sempit itu, temanya lantas ikut turun dari sebelah kiri.

Tubuh sigadis yang ternyata adalah Ambar tertarik keluar dengan kasar. Kakinya tertekuk ketika turun dari mobil membuat seketika gadis ini ambruk ketanah.

Jalal si pria gendut jelek secepat kilat merangkul pinggang Ambar dari belakang. Sedikit mendorong tubuh Ambar memasuki areal kebun karet, disusul teman Jalal yang lantas memegangi dua tangan Ambar nyang masih tertelungkup.

Melihat itu Jalal kemudian mengangkat dua kaki Ambar dan dua pria bertampang jelek dan sangar itu menggotong tumbuh Ambar semakin masuk ke tengah kebun.

Ambar menjerit jerit histeris. Kaki jenjangnya yang terbungkus rok panjang melejang lejang berusaha melepaskan cekalan tangan Jalal.

Setelah masuk sekitar 30 meter ke tengah kebun, Jalal dan temannya melepaskan Ambar yang tentu saja membuat gadis ini jatuh bergedebug di tanah.

Hanya sedikit rumput kecil yang tumbuh diantara rapatnya pohon karet. Daun daun kering menutupi permukaan tanah membuat Ambar tak terlalu kesakitan ketika wajahnya membentur bumi terlebih dahulu.

Dengan posisi badan masih tertelungkup Ambar merasakan rok panjangnya disingkapkan keatas. Kakinya tak berhenti menerjang kian kemari. Celana pendek jenis short ketat yang dia pakai untuk dalaman direnggut kasar. Berikut celana dalam ikut terenggut juga.

Gadis tercantik di desa Rahayu itu panik luar biasa.

Di suatu kesempatan Ambar kembali berhasil menggigit tangan teman Jalal, kali ini gigitan gadis ini sangat kuat,
Ambar merasakan asin darah di mulutnya.
Menyadari ini kedua kaki Ambar yang tadinya mulai lemas kembali menerjang membabi buta sehingga salah satu terjangan kakinya berhasil menghantam selangkangan Jalal...

Pria gendut ini spontan terjungkal kebelakang sementara rekannya yang berhasil melepas gigitan Ambar termundur mundur sampai tersandar dipohon karet menahan sakit bekas gigitan Ambar dilengannya.

Ambar melihat kesempatan ini. Secepat kilat sang gadis bangkit dan berlari kencang. Sayangnya dalam kegelapan kebun karet yang cukup rapat Ambar tak tahu kemana arah jalan besar.
Dia hanya berlari sekencang yang ia bisa. Rok panjangnya sempat menyangkut disebuah tonggak kayu tapi Ambar tak perduli. Direnggut nya keras rok kesayangan hingga robek memanjang ke atas sampai ke paha.

Kondisi rok panjang yang terbelah membuat langkah lari Ambar sedikit terhalang. Benar saja, lima meter kedepan Ambar jatuh karena kakinya keserimpet kain roknya sendiri.

Didalam panik gadis ini tak sempat berfikir panjang. Demi bisa melanjutkan lari dilepaskan nya rok panjang yang telah robek itu sehingga kini sang gadis hanya memakai celana ketat pendek diatas paha, dengan kain sejenis kaos yang tipis pula.

Baju berwarna coklat muda berjenis sweater tipis bertuliskan nama sebuah band rock luar negeri telah basah kuyup oleh keringat.

Tapi putri pak Dahlan tak perduli, jangankan baju yang basah oleh keringat, betis putihnya yang terasa perih tergores ranting semak semak dan duri tumbuhan putri malu pun tak ia perdulikan.

Tenggorokan Ambar terasa kering. Telah hampir seperempat jam dia berlari.

Sejenak ditolehkan Pandangannya kebelakang. Gadis ini sedikit lega ketika tak melihat ada bayangan orang yang mengejarnya.

Ambar tak menyadari pohon pohon disekelilingnya bukan lagi didominasi jenis pohon penghasil getah. Jalan setapak yang dilalui pun semakin mengecil dan dipenuhi rumput. Terlihat jelas jalan ini sangat jarang dilaui orang.

Tapi sang gadis yang masih dilanda kepanikan luar biasa terlalu takut untuk sekedar berhenti sejenak untuk memperhatikan perubahan suasana sekelilingnya.

15 menit lagi berlalu. Telah setengah jam Ambar berlari kencang menerobos kegelapan.

Berlahan larinya melambat. Dan tubuhnya ambruk di rerumputan.Pandangan nya berkunang kunang. Rasa haus luar biasa membuat Tenggorokan Ambar terasa sangat kering dan lengket.

Seandainya saja Jalal dan teman nya terus mengejar, mungkin Ambar tak lagi sanggup untuk berlari.

Tubuh gadis ini sudah terlalu lelah. Seperti telah mencapai ambang batas daya tahannya.

Tarikan nafasnya menimbulkan bunyi seperti orang menderita asma. Cukup lama gadis ini duduk menjelepok.
Disandarkan tubuhnya di sebuah pohon yang kemudian disadarinya pohon ini bukan pohon karet.
Ini gelam. Dan sebagai gadis desa Ambar tahu pasti pohon gelam hanya tumbuh diluar lokasi perkebunan.

Tarikan nafas kakak kandung Anin dan Asty ini mulai terasa lancar. Meski haus yang teramat sangat masih terasa, tapi setidaknya tak terasa lagi sesak didalam dada.

Ambar memperhatikan dengan seksama kedua kakinya dikeremangan malam. Kaki jenjang yang tak terlindungi apa apa itu terasa sangat perih.

Cahaya bulan separuh dilangit sebelah barat menyadarkan Ambar bahwa kakinya penuh goresan dan berdarah.

Berlahan sang gadis pun beranjak bangkit dari duduknya.
Baru dia menyadari keadaan sekeliling. Pohon pohon gelam hanya tumbuh sebatang sebatang dan berjauhan.

Sepanjang jangkauan pandangannya, hanya rumput rumput liar yang menyemak dan tumbuhan sejenis prumpung yang tumbuh sangat rapat.

Matanya menyipit memandang kebelakang. Ke tempat asal dia berlari.
Garis horison hanya menampilkan bayangan hitam memanjang dari kiri ke kanan. Mungkin itu jejeran pohon karet yang terlihat dari kejauhan.

Sangat jauh Ambar telah berlari. Dan Ambar menyadari dia berlari semakin jauh dari jalan raya. Dia telah keluar dari lokasi perkebunan karet. Ambar tak tau dimana dia berada , tapi gadis ini sadar dia sangat jauh dari pemukiman...





Bersambung....
 
Bermalam di Rawa
------------------------------




Rasa haus yang melengketkan tenggorokan membuat Ambar memutuskan untuk terus melangkah .

Disaat kritis begini, masih sempat pikiran konyol terlintas.
Siapa tau saja ada penumpang pesawat yang tak sengaja menjatuhkan sebotol air kemasan....

Ambar tersenyum kecut....

Gadis ini ternyata cukup pemberani. Tak sedikitpun nyalinya ciut berada tengah malam di tempat asing dan sepi begini.

Telapak kakinya yang tak beralas tiba tiba merasakan sensasi dingin.
Berlahan Ambar berjongkok memperhatikan tanah yang dia pijak.
Senyumnya mengembang..

"AIIRRR... ".

Ambar spontan memekik. Lantas meraup air yang menggenang disebuah lekukan kecil permukaan tanah berumput.

Tenggorokan yang kering terasa kembali segar dan lega ketika seteguk air melewatinya.
Ambar kembali meraup seciduk air dengan kedua telapak tangan yang dirapatkan. Meneguk sekali lagi, kemudian gadis pemberani ini meraupkan tangan berisi air ke wajahnya.

Rasa letih seperti hilang seketika.
Mata sang gadis kembali bisa menatap tajam.
Pandangan yang tadi sedikit kabur kembali terang.

Ambar tak yakin sekarang pukul berapa..
Saat ini mungkin kedua adiknya telah terlelap.. Mengingat hal itu Ambar meneteskan air mata.

Dia sama sekali tak pernah membayangkan niatnya menemani sang adik menonton TV dirumah tetangga malah berakhir seperti ini.

Ambar merasa sangat lega karena berhasil lolos dari dua penculiknya. Tapi demi menyadari dimana sekarang dia berada, kelegaan dihatinya berkurang hampir separuhnya.

Bagaimana kalau di hutan ini ada binatang buas...?

Bagaimana kalau nanti dia dipatuk ular....?

Membayangkan hal itu Ambar bergidik ngeri. Bulu kuduknya meremang.

Ambar tak takut hantu di tempat sepi ini. Ambar yakin tak ada hantu disini.
Bukankan kerjaan hantu itu menakuti orang orang?

Jadi para hantu pasti lebih memilih tinggal di tempat yang ramai.

Ditengah hutan ini siapa yang mau ditakuti...?

Sebutir manusia pun tak ada.
Tapi....
Bukankah sekarang ada...?

Ambar kembali bergidik. Tapi kemudian menenangkan diri dengan menanamkan keyakinan dihatinya bahwa keberadaannya disini belum terendus oleh para hantu yang masih sibuk menakut nakuti orang dikampung.

Dalam lamunannya Ambar terlonjak kaget ketika seekor kelelawar besar nyaris saja menabrak wajahnya.
Jantungnya berdegup kencang.
Dia benar benar kaget barusan.

Setelah debaran jantung mulai tenang Ambar kembali melangkah di kegelapan.

Sesekali kakinya tersangkut di batang perumpung kecil yang patah dan menghalangi langkah kakinya.
Kepalanya pun beberapa kali terantuk dahan pohon yang tumbuh memanjang kesamping.

Rambutnya yang lurus panjang sepinggang telah kusut masai.

Ambar merasa jalan yang disusurinya seperti jalan setapak yang sengaja dibuat, atau mungkin beberapa kali dilewati orang.

Sebersit harapan timbul dihatinya. Mudah mudahan dia segera bisa menemukan sebuah pemukiman.

Nyamuk nyamuk telah cukup lama dengan kurang ajar menghisapi sekujur badannya yang terbuka.

Tak terhitung bentol bentol disepanjang kaki dan di bagian lehernya.

Rasanya sangat gatal. Nyamuk disini seperti berbeda dengan nyamuk nyamuk yang biasa menggigiti kulitnya selama didesa.

Alat penusuknya terasa jauh lebih besar menurut Ambar.
Rasanya berdenyit ketika alat penusuk milik sang nyamuk itu menembus kulit.
Gatal dan sedikit perih..

Telah berjam jam gadis perawan ayu ini berjalan berlahan menyusuri kegelapan.

Suara kodok yang sangat ramai bersahutan meyakinkan Ambar bahwa sekarang dia berada dekat rawa rawa.

Mudah mudahan saja ditepi rawa nanti ada rumah penduduk yang bisa untuk dia menginap. Memikirkan itu Ambar kembali bersemangat.

Ambar tahu jika di sebuah rawa akan terdapat banyak sekali ikan. Dan Ambar juga yakin dimana tempat yang banyak ikannya pasti ada pencari ikan yang bermukim. Atau paling tidak mendirikan pondok kecil untuk berteduh selama mengumpulkan ikan.

Ambar banyak memiliki teman di kampung Pribumi dekat desanya. Dari teman temanya itulah Ambar sedikit banyak tahu kebiasaan para nelayan pancari ikan.

Ambar terus saja berjalan. Ratusan meter didepannya terlihat bias sedikit terang. Sepertinya itu ruangan lapang yang terbuka. Mungkin itu lah rawa nya ..

Beberapa menit kemudian dugaan Ambar terbukti benar. Kaki jenjang tak berbungkus nya menaiki gundukan tanah yang sedikit meninggi.
Menyerupai tanggul...?

Sesampainya diatas tanah yang meninggi Ambar mendapati dirinya tengah berdiri dipinggir sebuah sungai selebar sekitar 50 meter dan sangat lurus.

Ambar menduga ini bukan sungai alam. Kelurusan yang sangat sempurna meyakinkan Ambar bahwa yang depannya sekarang adalah sebuah sungai buatan...

Sebuah kanal.....?

Jika benar ini kanal, berarti Ambar mulai memasuki wilayah sebuah perusahaan . Tak mungkin warga biasa akan mampu menggali kanal selebar ini ditengah hutan pula.

Ambar melangkah ke pinggir sungai. Berjongkok memandangi air sungai yang sedikit bercahaya.

Tangannya terjulur menciduk sedikit air. Meneguk sedikit sebelum kemudian...

"HUEKKK.... ".

Ambar menyemburkan air yang sempat masuk ke mulutnya..

" Air ini asin... ".

Ambar meludah berulang kali berusaha menghilangkan rasa asin dan pahit di lidahnya.

Sedikit jauh disebelah kanan , Ambar melihat ada seonggok kayu besar yang tergeletak diatas tanggul.

Mendapati disamping kayu itu tanahnya sedikit landai, Ambar duduk selonjoran dan menjadikan kayu besar itu sebagai sandaran.

Matanya sangat berat. Tubuh yang letih dan kondisi mental yang kacau membuat mata bulat dan bening sang gadis perawan berlahan terpejam.

Dalam keletihan yang mendera lahir dan bathin gadis pemberani kita akhirnya tertidur lelap....

_________________________

Hamidi adalah seorang pemuda 25 tahun asal jambi.

Sudah hampir setahun dia merantau berkerja di perusahaan pertambakan udang dipantai timur sumatera Selatan.

Perusahaan ini membuka lahan tambak baru seluas ratusan hektare di sisi barat lahan tambak yang sudah berproduksi.

Di proyek pembukaan tambak baru inilah Hamidi beserta seorang rekannya bernama Andre menjadi pemborong pembuatan pintu air kecil untuk pembuangan air tambak.

Hamidi dan Andre teman sebaya dari kampung yang sama.

Mereka berdua sebenarnya hanya cabang dari sebuah kontraktor besar yang berkantor pusat di kota Jambi. Tapi karena pimpinan kontraktor itu adalah adik dari ayah Andre maka semua hasil kerja dua pemuda asli sumatera itu sedikitpun tidak ada yang dibagi dengan kontraktor pusat.

Bisa dibilang mereka berdua cuma meminjam nama.

Untuk menghemat pengeluaran hamidi dan Andre sengaja tidak menggunakan fasilitas mess yang disediakan perusahaan.

Mereka hanya membuat tenda kecil dimana saja tempat mereka berkerja menggarap proyek pembuatan pintu air atau biasa juga di sebut klep.

Mereka hanya berdua saja mengerjakan proyek kecil itu. Alhasil mereka sudah seperti orang buronan saja. Berkerja berdua ditengah kesunyian ratusan petak tambak seluas hampir dua hektar per petaknya.
Tanpa sekalipun bertemu manusia lain selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Mereka bisa berasa kembali menjadi manusia normal ketika ransum mereka habis saja.

Karena jika ransum habis, mereka akan mengambil ransum di kantin milik perusahaan yang terletak di kawasan tambak yang sudah aktif berproduksi.
Otomatis disana hamidi dan Andre bisa berbaur dengan ratusan manusia sesamanya..

______________

Hari itu senin pagi akhir maret 1998...

Hamidi dan Andre memutuskan untuk tidak berkerja hari ini.

Andre sedikit kurang fit. Mungkin masuk angin.

Untuk mengusir jenuh, pagi pagi sekali setelah sarapan Hamidi berniat memancing ikan kakap di kanal inlet yang dialiri air langsung dari laut yang nantinya air itulah yang dipakai untuk mengisi tambak.

Hamidi memancing sendiri. Dia berjalan kaki menyusuri pinggiran kanal inlet selebar 50 meter menuju agak kehulu.

Sebungkus nasi beserta ikan nila goreng menjadi bekal pemuda ini selama seharian memancing.

Sebotol air dan sebungkus rokok tak lupa dimasukkan kedalam ranselnya .

Setengah jam Hamidi berjalan akhirnya tibalah dia di spot yang jadi tujuan.

Dilempar kan kail yang sudah diberi umpan seekor udang kecil ketengah kanal.

Kemudian pemuda berkulit putih itu melangkah kebawah sebatang pohon waru berdaun rimbun dan duduk mencakung disitu dengan tangan yang tetap memegang joran.

Belum ada pergerakan sama sekali di ujung senar pancing nya, Hamidi kemudian merogoh tas ransel disamping nya dan mengeluarkan bungkusan rokok filter berwarna merah hati beserta korek kayu bergambar tiga anak berambut keriting sedang mendayung sampan.

Asap rokok pun mengepul tak berapa lama kemudian..

Terlihat sangat nikmat sekali Hamidi mencumbui batang rokoknya.

Sedang asyik memutar mutar batang rokok disela sela jari tangan kiri, tiba tiba Hamidi dikejutkan sebuah sentakan kuat joran pancing nya.

Hamidi menunggu dengan siap siaga ketika sentakan itu berhenti.

Dan ketika senar pancing hamidi terasa ditarik kembali, pemuda itu langsung mengunci riil dan dengan kuat menarik joran pancing keatas.

Tarikan di joran Pancing terasa
Cukup berat. Hamidi dengan cepat memutar penggulung senar pancing yang bergerak liar kesana kemari digondol seekor ikan.

Dengan debaran jantung yang berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya Hamidi melangkah mendekati bibir kanal.

Tak lama kemudian seekor ikan kakap berwarna putih menggelepar di permukaan air. Dengan sigap Hamidi mengangkat ikan yang cukup besar itu kedarat.

Pria muda itu tersenyum lebar....

_______________

Ambar terbangun ketika merasakan hangat dipipi.

Matahari bersinar menyilaukan mata.

Ambar mengucek ngucek matanya yang sedikit terasa perih kemudian beranjak bangun dari tempat dia tergeletak tidur dari semalam.

Matanya menyipit ketika samar samar dia melihat ada seseorang di kejauhan.

Ambar kembali mengucek matanya.

Benarkah itu manusia....?

Gadis itu bermaksud ingin berteriak agar orang yang berada di jarak sekitar satu kilometer dari tempat dia berdiri itu mendengar nya .

Tapi tenggorokan yang tiba tiba terasa sakit sekali membuat Ambar mengurungkan niatnya.

Diapun melangkah.. Dia akan mendekati orang itu.
Keinginan nya untuk pulang kerumah membuat Ambar bersemangat.

Tapi baru saja 25 langkah kakinya mengayun, tiba tiba pandangan Ambar menjadi gelap. Kepalanya seperti berputar putar. Dan tubuhnya ambruk ketanah dengan posisi tertelungkup.

Gadis itu mengerang lirih sekali nyaris tak terdengar.

__________

Setengah jam berlalu dari saat ketika Hamidi berhasil mengangkat seekor ikan.

Selama setengah jam itu sedikitpun tak ada lagi ikan yang menarik senar pancing nya.

"Kanal selebar dan sepanjang ini ternyata cuma dihuni seekor kakap saja".

Hamidi menggerutu.

Dia mulai menggulung senar pancing kemudian menggendong ransel hitamnya dipunggung.
Setelah menggantung ikan kakap di dahan waru, Hamidi kemudian melangkah lagi untuk pindah lebih kehulu.

Hampir satu kilometer pemuda itu berjalan, matanya memicing ketika melihat benda aneh yang teronggok di pinggir kanal sekitar 50 meter didepan. Benda berwarna coklat muda yang lebih tepat nya tergeletak bukan teronggok.

Hamidi tercekat. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Bulu kuduknya meremang ketika meyadari yang teronggok atau tergeletak itu terlihat menyerupai sosok Manusia..

Dalam keterkejutan Hamidi hampir saja memutar badan dan berniat lari menjauh sekencangnya.

Tapi naluri nya sebagai manusia membuat pemuda itu mengurungkan niatnya.

Hamidi bukan lelaki pengecut. Tak ada hantu yang menampakkan diri di siang hari.

Hamidi jelas melihat sosok tubuh yang tergeletak itu adalah sosok wanita berambut hitam panjang.

Kakinya putih sekali.

Dan tidak memakai celana?

Hamidi melangkah mendekat.
Itu benar sesosok tubuh wanita.
Hamidi semakin mendekati sosok itu dan dari jarak 5 meter dia melihat sosok wanita yang tergeletak miring membelakangi nya itu ternyata memakai celana.

Tapi pendek.

Hamidi yakin wanita ini korban kejahatan.

Masih hidup .....?

Pemuda itu berjongkok.
Diraih nya pergelangan tangan wanita yang belum terlihat raut wajahnya karena tertutup rambut.

Ada sedikit detak kehidupan meski lemah.

Rasa takut dihati Hamidi sudah hilang entah kemana.
Disibakkannya rambut panjang si wanita, Hamidi ternganga mendapati wajah wanita muda yang teramat jelita.
dengan mata terpejam.

Berlahan hamidi menggeser tubuh wanita muda ini kearah sebatang pohon kecil yang cukup teduh di bawahnya.

Terkesiap Hamidi mendengar suara rintihan..

Wanita ini merintih..
Apakah dia akan sadar.....?
3 menit berselang tak ada lagi suara yang keluar dari mulut si wanita.

Hamidi bingung sendiri.
Apa yang harus dia lakukan...?

Setelah cukup lama menunggu tanpa tahu harus bertindak apa, hamidi kemudian mengeluarkan botol air minum dari dalam ranselnya.

Di teguknya seteguk saja, lalu terlintas dibenaknya untuk mencoba meminumkan air kemulut wanita ini.

Begitu tetesan air memasuki mulut, wanita ini kembali terdengar mengerang..

Sudah cukup banyak air yang terminum.

Berlahan mata sang wanita terlihat bergerak seperti akan membuka.

Hamidi tegang melihatnya.
Kemudian.....

Wanita itu telah benar benar Sadar dari pingsannya.

"Siapa kamu..? "

"Aku hamidi. Kamu siapa..?
Kenapa kamu ada disini...? "

15 menit lebih dua anak manusia ini saling bertanya jawab.

Wanita muda yang memang adalah Ambar itu pun sudah nampak kembali segar bugar setelah menyantap nasi dan ikan goreng bekal mancing Hamidi.




Bersambung..
 
Apa dipindah ke cerbung xxx aja ya hu... Biar rame... 🤣🤣
Tapi cerita ini gak ada adegan dewasa yang vulgar nya...
 
Apa dipindah ke cerbung xxx aja ya hu... Biar rame... 🤣🤣
Tapi cerita ini gak ada adegan dewasa yang vulgar nya...
"Terserah..."
selalu begitu jawabannya Asty 😂😂

Lanjut sajalah, kisah Ambar x Hamidi ini 👌
 
Bimabet
Mohon maaf suhu suhu sekalian, tread ini akan saya kunci. Dan pindah ke cerbung xxx
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd