Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERPEN Angel's Love Story

Bbymoan

Guru Semprot
Female
UG-FR+
Daftar
16 Oct 2016
Post
634
Like diterima
175
Lokasi
Hospitality School
Bimabet
Haii...
Bertemu lagi dengan baby!!!

Sudah lama tak bersua. jangan tanya update Tinder kapan, karena aku malas edit.:sendirian:

Jadi sebagai gantinya ku berikan kalian Oneshot yang sedikit bittersweet cheesy untuk kalian.:cup:

*setelah ini kalian tau deh identitasku siapa, karena cerita ini sempat di post di wattpad, juga di salah satu komunitas penulis wattpad yang cukup besar disana* :ngacir:

Now, Please enjoy!




Apakah kamu pernah bertanya tanya apakah seorang malaikat pernah jatuh cinta?

Tentu saja pernah, dan disini aku akan menceritakan kisahnya.


---

Kita menyebutnya malaikat, sosok manusia dengan sayap putih di punggungnya. Mereka bertugas untuk menjemput arwah arwah yang berhasil hidup dengan baik di dunia. Mereka tak memiliki nama, namun mereka dapat bahagia dengan kehidupannya. Walaupun terkadang, mereka selalu bertanya tanya mengapa... karena mereka sang malaikat bersayap putih, hanya menjemput arwah orang orang baik.

"Kita harus segera pergi ke district A! Terjadi penembakkan membabi buta di stadium yang sedang menyelenggarakan konser." Ujar salah satu malaikat yang kebetulan sedang bersamanya di district B.

"Baiklah." Ia menjawab dan segera bergegas untuk terbang bersama kumpulan malaikat bersayap putih, maupun hitam.

Setibanya di tempat kejadian, ia langsung membantu satu per satu arwah yang berada di sana untuk berjalan kearah cahaya. Tentunya dengan bantuan benda semacam tablet yang dibawa oleh setiap malaikat.

Ia melihat arwah terakhir yang harus dibawa olehnya, sedang duduk melihat kerumunan malaikat yang sedang menuntun manusia menuju cahaya itu.

"Aku... Sudah mati?" Ucapnya saat sang malaikat menghampirinya.

"Ya, dan aku bertugas untuk menuntunmu masuk ke cahaya itu." Balas malaikat itu. Arwah itu mengernyit dan melihat sekelilingnya.

"Aku tak melihat sebuah cahaya. Lagi pula, aku belum mau mati." Ucap arwah itu dengan tegas.

"Apa ada sesuatu yang membuatmu penasaran? Aku akan membantumu. Karena tugasku tak akan selesai sebelum aku menuntunmu menuju cahaya itu." Malaikat itu menjawab pertanyaannya.

"Aku tak memiliki satupun rasa penasaran. Impianku sudah terwujud, setidaknya beberapa jam yang lalu sebelum penembakan membabi buta ini terjadi." Ucapnya santai. "Dan namaku Clara."

---

Sudah berhari hari berlalu, tapi Clara belum juga berhasil dituntunnya menuju cahaya. Membuat sang malaikat kebingungan harus melakukan apa pada arwah itu, sementara ia pun harus sibuk mengantarkan manusia manusia yang sudah meninggal.

"Hei, putih! Apa kau memiliki nama?" Sang malaikat mengernyit tak suka saat Clara memanggilnya dengan sebutan 'putih'.

"Semua malaikat tak memiliki nama." Jawabnya singkat. Clara mengangguk seakan ia mengerti dan memikirkan sesuatu disaat yang sama.

"Kalau begitu, mulai sekarang namamu adalah Alistair." Putus Clara sambil memegang bahu sang Malaikat.

Alistair... Batin sang malaikat yang berbicara. Setidaknya, itu lebih baik dibanding putih.

"Terserah apa katamu. Seharusnya kau segera pergi dari dunia, apa kau tak ingin masuk ke dalam cahaya?" Tanya Al, sang malaikat.

"Memang ada apa di dalam cahaya itu?" Clara membalasnya dengan sebuah pertanyaan. Membuat Sang Malaikat terkekeh pelan dan menerawang jauh keatas langit.

"Aku... Tak tahu." Ujarnya. "Aku bertugas hanya untuk menuntun, bukan untuk membawa kalian langsung ke sana. Para sayap hitam berkata ia membawa para arwah itu ke neraka, apa artinya kami para sayap putih membawa kalian ke surga?" Sang malaikat berujar tak yakin.

"Omong omong, ayo kita ke suatu tempat." Ajak Clara, "Ternyata meninggal itu ada keuntungannya juga. Aku bisa terbang dan tak perlu melakukan aktifitas yang melelahkan."

Sang malaikat hanya mengikuti kemana Clara pergi, sambil diam diam mengulum senyuman. Baru kali ini ia menemukan arwah yang banyak mau seperti Clara.

Ia sering menemukan arwah yang memberontak, marah, menangis, bahkan memohon agar kehidupannya dikembalikan. Tapi tidak kali ini, Clara hanya diam, bahkan bertanya tanya kenapa cahaya itu belum menjemputnya. Tapi bukankah ia sendiri yang berkata bahwa ia tak ingin meninggal?

Clara, adalah arwah pertama yang sukses membuat nya tertarik sekaligus penasaran.

Hingga tak disadari oleh sang malaikat bahwa saat ini ia telah berada di kawasan universitas yang tak jauh dari lokasi dimana sang arwah meninggal.

"Untuk apa kita kesini?" Sang malaikat bertanya.

"Al, apa kamu pernah jatuh cinta?" Sang arwah mengabaikan pertanyaan darinya, seakan mengalihkan pembicaraan yang ternyata berhasil.

Cinta? Apa itu cinta? Sang Malaikat bertanya dalam hati.

"Aku tak tahu apa itu cinta." Sang malaikat berdeham, mengucapkan kalimat itu dengan nada yang sangat datar.

"Aku hampir lupa bahwa kau adalah malaikat. Tapi... Apakah kau tak memiliki pasangan saat bertugas?" Sang Arwah mendekat, dan entah mengapa, sang malaikat merasakan dada kirinya bergemuruh.

Rasanya sedikit sakit, namun ia menyukai apa yang dirasakannya saat ini.

"Kami para sayap putih melakukan tugas sendirian. Begitu pula para sayap hitam." Clara, sang arwah mengernyit. Sayap putih? Sayap hitam? Apalagi itu? Batin Clara bersuara.

"Jadi kalian menyebut diri kalian dengan sebutan itu? Ada apa dengan malaikat?" Kemudian Clara tertawa. "Apa semua malaikat ditakdirkan untuk sendirian?"

"Bukankah kalian yang menyebut kami seperti itu. Sudah ku katakan bukan, bahwa sejak awal kami tak pernah memiliki nama. Begitupun sebutan." Jelas sang Malaikat, "Lagi pula, bukan kah tadi aku bertanya padamu. Apa yang kita lakukan disini?"

Clara terdiam mendengar penjelasan sang malaikat. Apakah ia tak pernah merasakan kesepian?

"Aku mengunjungi kerabatku."

---

Seharian ini, sang malaikat tak sempat berbicara dengan Clara walaupun arwah itu terus mengikutinya kemanapun. Dan saat ini, mereka sedang duduk di atas atap salah satu gedung perkantoran yang tak terlalu tinggi namun cukup untuk melihat keramaian kota di sore hari.

"Hei, Al! Jika kau di beri kesempatan untuk meminta satu permintaan oleh tuhan apa yang kamu inginkan?" Tanya Clara tiba tiba. Arwah ini selalu bertanya secara tiba tiba dang membuat sang malaikat berusaha memikirkan jawaban dr pertanyaannya.

"Hmm, aku ingin menjadi manusia." Jawab sang malaikat dengan pandangan menerawang.

"Kenapa?"

"Aku ingin memiliki sebuah perasaan. Maksudku, aku ingin tahu mengapa manusia selalu merasa menyesal, dan berbagai macam perasaan lainnya ketika kami sayap putih menjemputnya." Jelas Sang Malaikat membuat Clara tersenyum. "Bagaimana denganmu?"

"Aku ingin terlahir kembali bukan menjadi bagian keluargaku."

Reinkarnasi? Sang malaikat pernah mendengar itu. Berlaku untuk para sayap putih yang melakukan tugasnya dengan sangat baik, atau... Menukar kehidupannya yang abadi seperti sekarang, untuk meminta satu permintaan pada dewa.

"Manusia tak bisa reinkarnasi." Sang malaikat tertawa, Clara menatapnya terkejut. Tak pernah ia melihat ekspresi sang malaikat selain memasang tampang dingin dan datar. Hingga akhirnya Clara menunduk untuk menatap keramaian di bawahnya dan melihat sosok yang tak asing di matanya.

"Setidaknya, jika aku memang bisa terlahir kembali menjadi orang lain... Aku ingin jatuh cinta secara normal, bukan jatuh cinta dengan pamanku sendiri." Clara berucap dengan lirih lalu pergi secepat mungkin membuat sang malaikat yang sedari tadi mendengarkan ucapannya kebingungan saat melihat tingkahnya.

Sang malaikat memilih untuk mengabaikan tingkah Clara dan memilih untuk melihat tabletnya, memeriksa apakah ada tugas yang masuk. Dan ia menemukan satu.

Nama: Devano F.
Umur: 31 tahun.
Pekerjaan: Dosen universitas X.
Penyebab kematian: Kecelakaan akibat melamun saat menyebrang.
Waktu kematian: 20.13
Lokasi kematian: Perempatan depan Gedung X, district B.

Ia melihat kearah bulan dan memperkirakan bahwa waktu kematian calon arwah itu kurang dari 90 menit lagi. Sehingga ia berpikir bahwa ia memiliki waktu yang cukup untuk mencari Clara.

Tak lama sejak ia mulai mencari Clara, ia menemukan gadis itu di taman universitas yang beberapa hari lalu di datangi nya.

"Kenapa kamu pergi?" Tanya sang malaikat saat ia menghampiri Clara yang menekuk kedua kakinya dan mengikatnya dengan kedua lengannya.

"Aku melihat seseorang yang tak ingin aku lihat disana." Jawabnya dengan pandangan menerawang.

"Jika memang kamu tak ingin melihatnya, mengapa kamu kembali ke tempat dimana kamu tahu dimana kamu bisa melihatnya?" Sang malaikat berucap dengan santai, seperti tak menyadari bahwa ucapannya bisa saja menyakiti Clara.

"Karena aku mencintainya, walau ia adalah pamanku. Walaupun ia sudah bertunangan yang bahkan aku tak tahu bahwa ia dekat dengan seorang wanita... Selain aku." Clara menangis. Untuk pertama kalinya sang malaikat dapat melihat isi hati arwah itu. "Karena itulah saat dimana aku mati hari itu, aku sudah pasrah. Aku tahu aku tak memiliki harapan, namun aku tak sanggup melihatnya hidup bersama wanita lain selain aku."

Apakah aku harus memberitahunya? Batin sang Malaikat berucap. Perlahan ia mengangguk untuk meyakinkan dirinya sendiri dan menghela napas.

"Yang menjadi alasan mengapa kamu masih tetap tak bisa melihat cahaya, dia, bukan? Kamu penasaran mengapa pamanmu tiba tiba memiliki tunangan, bukan?

"Sebenarnya, ada satu cara dimana kamu bisa membuatnya dapat melihatmu dan berbicara padanya untuk terakhir kalinya." Clara menghentikan tangisannya, dan menatap sang malaikat dengan pandangan berharap.

"Dengan cara memaksa cahaya itu untuk datang kepadamu. Tapi, cara ini sangat di hindari karena kamu harus menukarkan kehidupan abadimu, dengan sesuatu yang tak pernah aku tahu.

"Sekitar 20 menit lagi, aku akan menjemputnya. Dia akan meninggal sebentar lagi, dan aku rasa... inilah saat yang tepat untukmu untuk memaksa cahaya itu keluar." Clara membelalakan matanya dan langsung mengikuti sang malaikat yang menunjukkan lokasi dimana sang paman akan meninggal.

Hingga akhirnya mereka tiba di tempat mereka dapat melihat paman Clara, Clara membalikkan badan sehingga ia berhadapan dengan sang malaikat. Secara tiba tiba ia memeluk sang malaikat.

"Al, terima kasih. Aku harap setelah ini kita dapat bertemu lagi di kehidupan selanjutnya. Dan aku harap di kehidupan selanjutnya, kamu tak akan sendirian lagi." Ucap Clara tulus kemudian mencium pipi sang malaikat.

---

Clara mengikuti jejak sang paman, hingga lelaki itu berdiri termenung di bawah lampu penyebrangan yang masih merah.

Ini saatnya. Sang malaikat mengisyaratkan Clara.

Dengan satu tarikan napas, ia langsung melihat cahaya. Juga merasakan ada sayap yang tumbuh di punggungnya.

"Kak Dave," panggil Clara. Membuat seseorang yang dipanggilnya itu mencari asal suara yang benar benar di kenalinya, hingga ia melihat tubuh Clara yang melayang dan memiliki sayap. "Bolehkah aku bertanya padamu? Aku ternyata tak dapat pergi ke surga karena penasaran akan satu hal." Clara tertawa dan melihat orang yang dipanggilnya dengan sebutan Dave menatapnya dalam dengan netranya yang berkaca-kaca.

"Tanyakan apapun padaku, sebanyak apapun yang kamu mau. Tapi kumohon, jangan pergi dari hadapanku Claire... Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan tanpamu. Aku... Lelah berpura pura bahwa aku baik baik saja tanpamu." Clara yang mendengar kembali suara Dave pun tak kuasa untuk terbang mendekat dan memeluk lelaki itu.

"Aku harap aku bisa melakukan itu, kak. Tapi aku tak bisa, ini takdirku. Bahkan aku menukar kehidupan setelah kematian ini untuk dapat berbicara padamu untuk terakhir kalinya.

"Yang menjadi rasa penasaranku adalah... Bagaimana kamu bisa bertunangan dengan Rena, disaat aku bahkan tak pernah melihatmu dekat dengan wanita lain?" Clara tertawa miris melihat Dave yang terdiam karena pertanyaan Clara.

"Karena aku mencintaimu, Clara. Lebih dari perasaan paman yang mencintai keponakannya. Kakek mengetahui perasaanku, dan diam diam menjodohkanku dengan gadis itu.

"Jika perasaanku membuatmu meninggalkanku seperti ini, seharusnya aku menolak permintaan kakek. Juga tak membiarkanmu untuk datang ke konser sialan itu sendiri.

"Clara, bisakah kamu membawaku ke dunia dimana aku bisa mengatakan bahwa aku mencintaimu tanpa terikat hubungan keluarga seperti ini? Walaupun kita sama sekali tak terikat hubungan darah?"

Clara kembali menangis. Kali ini, tangisan lega sekaligus tersiksa. Lega karena ternyata Dave memiliki perasaan yang sama dengannya, dan tersiksa karena lelaki itu menjadi seperti ini karena kematiannya.

Clara memberanikan diri untuk menangkup pipi lelaki itu kemudian menciumnya tepat di bibir. Dave sempat terpaku untuk sesaat sebelum akhirnya membalas ciuman gadis arwah itu.

"Jangan berbicara seperti itu, kak. Aku tak akan tega untuk memintamu mati untuk ikut bersamaku. Aku tak menyesal jika akhirnya aku harus meninggal dengan cara seperti itu. Tapi kamu tak boleh meninggal, hidup kakak masih panjang.

"Aku hanya bersyukur bahwa ternyata, kita memiliki perasaan yang sama. Aku mencintaimu, Kak Dave. Dan selamanya akan begitu, kamu cinta terakhirku dan perasaan ini akan abadi selamanya karena aku tak akan menemukan cinta yang lainnya.

"Terima kasih kau telah membuatku merasakan ciuman pertamaku, rasanya asin seperti air mata.

"Kumohon, berbahagialah kak bersama gadis pilihan kakek. Dia gadis yang baik walaupun sedikit ceroboh, aku lupa berkata bahwa dia sahabatku." Clara tersenyum tulus saat mengucapkan kalimat itu terlebih saat Dave mengangguk saat mendengarnya.

Tubuh Clara sekarang kian menipis, sekali lagi ia memeluk dan mengecup bibir Dave sebelum mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Aku mencintaimu, Dave. Apapun yang terjadi, jangan pernah lupakan aku."

Dave melihat arwah Clara yang mulai memudar kemudian menghilang terbawa angin, dan tersenyum sedih.

"Tak akan pernah."

Begitu pula dengan sang malaikat yang melihatnya dari awal mereka berbicara, bahkan dadanya berdenyut memberikan rasa sakit yang tak pernah dirasakannya sebelum bertemu dengan arwah Clara. Ia melihat tabletnya dan nama lelaki itu telah menghilang dari beda pipih itu.

Ia pun terbang menjauh, lalu tiba di pusat para penuntun arwah, dan langsung bergerak menuju ruang atasannya.

"Tuan, salah satu sayap putih pernah berkata padaku, bahwa aku dapat menukar sayapku dengan satu permintaan. Dan saat ini, bolehkah aku menukarnya dengan satu permintaan?" Sang malaikat berucap dengan yakin.

"Kau tahu, disaat para sayap putih datang padaku untuk menukar sayapnya, di saat itu pula aku mengetahui bahwa mereka mulai mengenal apa yang dinamakan 'harapan' dan 'cinta'. Itu pilihan mu, Jadi... sebutkan permintaanmu!"

"Aku ingin arwah nomor xxx mendapatkan kesempatan untuk reinkarnasi."

---

Lelaki itu berdiri di bawah lampu penyebrangan, terik matahari di siang hari cukup membuatnya ingin mampir ke toko minuman di sebrang jalan ini. Orang orang yang ingin menyebrangi perempatan ini tak terlalu banyak, walaupun masih banyak mereka yang berlalu lalang di belakangnya.

Ia melihat ke segala arah hingga akhirnya ia melihat gadis yang sibuk menatap ponselnya sampai ia tak menyadari bahwa lampu penyebrangan masih merah. Reflek, lelaki itu menarik lengan si gadis hingga akhirnya gadis itu mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.

"Terima kasih." Ucap si gadis. Lelaki itu hanya tersenyum dan mengangguk sopan.

"Kamu juga ingin pergi ke toko baru itu?" Lelaki itu memulai pembicaraan. Dan si gadis memasukkan ponselnya ke saku blazer sekolahnya lalu kembali menoleh kearah lelaki itu.

"Temanku bilang, thai tea di toko itu cukup enak." Jelas si gadis. "Anyway, aku Clara."

Si lelaki sejenak tertegun saat melihat gadis itu tersenyum. Seperti pernah melihat senyuman khas gadis itu sejak lama.

"Aku Alistair." Lelaki itu ikut tersenyum. "Mau berbagi meja denganku disana?"

---

Sekarang, apa kau percaya?




SHIT, it's so cheesy. Maafkan aku. Semoga Keena di episode selanjutnya gak menyeh seperti ini ya. Keena kan anti baper baper club:ngacir:

tulis komentar dan pertanyaanmu tentang cerita ini di bawah, ya!

XOXO,

Bbykeen yang lagi cheesy:bye:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Wahh bidadari dengan tablet . Ditunggu cerita selanjutnya 🤪😀
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd