Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ardy Stories (CoPasEdit dari Tetangga)

Pecah Utak

Pertapa Semprot
Daftar
18 Oct 2014
Post
5.260
Like diterima
14.598
Lokasi
Serenity
Bimabet
-------------------------------------

Just Share..!

-------------------------------------


Salam Semprot.
Mohon mangap kalo Nubi 'kembali mengotori' di sini.

Nubi cuma pingin menghibur.. berbagi cerita yang sempat Nubi save dan edit.. serta yang Nubi anggap 'asyik n layak' dishare di Forum Tercinta ini..
plus sekalian Nubi belajar posting..


Cerita ini sebenarnya semacam SERIAL. Masih ada 2 Cerita lagi yang sempat Nubi save.
Lagian memang ceritanya asyik, kog.
Mungkin nanti, bila telah diedit.. secara bertahap akan Nubi posting per kisahnya.


Sayangnya.. hingga kini Nubi ga tau siapa 'Maestro' penulisnya.
So.. Untuk Penulis Asli Cerita.. -Siapapun itu..- Nubi juga mohon mangap.. telah menyebarkan karyanya tanpa izin.
Bukan kenapa-napa.. cuman lantaran emang Nubi ga tau siapa yang nulis.
Juga karena ‘keterbatasan’ Nubi berselancar di dunia maya belaka, yang ‘menghambat‘.

Sebab.. menurut Nubi.. sayang rasanya kalo sebuah ‘Karya yang Bagus’ ga dishare atau dinikmati di ‘Tempat yang Bagus’ juga.
Mudah-mudahan.. dengan share ini.. siapa tau Nubi jadi bisa kenalan dengan penulis aslinya. Haha..

Lagian juga.. "Sebuah karya yang telah dipublikasikan.. adalah milik audiens..!
plus.. telah memiliki 'ruh-nya' sendiri”.

–Menyitir pernyataan Rendra– Hehe..
------------------

O ya.. sedikit PESAN NUBI buat Brada+Sista.. ALL SEMPROTERS..
baik SR –Silent Readers..– .. AR –Active Readers..– .. apalagi yang bergelar SUHU.
Jika berkenan ‘untuk berkomentar..’ Plis.. Jangan OOT..!
Apalagi yang berkesan menyerang TS tanpa alasan.

Belajarlah untuk lebih santun dan ga OOT dalam ‘menyampaikan suatu pendapat’ pada suatu Thread di FORUM ini..
alias TIDAK OUT OF TOPIC (Cukup Fokus Pada Cerita dan atau Teknik Penulisan serta yang berhubungan dengan hal tersebut saja).
Sebab.. sudah ada THREAD KHUSUS-nya masing-masing..!

Ga ada samasekali ‘kepentingan atau keuntungan pribadi’ yang Nubi dapat dari nge-posting CerPan yang menyertakan nama seorang almarhum Penyair Besar, Penyair Sedang atau Penyair Kecil..!
(Kok jadi Kayak Ukuran baju.. ya..? S, M, L.. LL, XL, XXLL.. hehe..) Apalagi yang berbentuk Materi.

Niat Nubi murni ‘sekedar sharing’ dan menghibur doang..!
Jadi.. Nubi TEKANKEN.. Nubi bukan plagiat..!

Kalo.. sekiranya.. jika.. andai.. umpama..
Ada yang Ga Suka dengan ATURAN memposting CerPan CoPas..
–meskipun sudah diedit dan dirapikan–
Silakan LAPORKAN ke Thread PELAPORAN. Udah tersedia dan ada Thread KHUSUS-nya, kok.

Plus.. sekalian bisa buat permohonan ke Om Momod dan Om Satpam supaya poin ke-4 dalam ATURAN atau RULES pemostingan..
(seperti di bawah ini..) diganti atau dihapuskan saja.

Untuk cerita yang copy paste dari website luar, jangan asal copy paste saja tapi liat dulu dan perbaiki bagian-bagian yang memang perlu diperbaiki, ditambah/dikurangi.
Dan tidak perlu menaruh link website cerita itu berasal !
Anda cukup bilang "cerita ini copy paste dari website/forum tetangga".


Dengan alasan: Ga suka.. atau apaan kek. Whatever.

O ya.. terakhir:
So.. kalo masih ngeyel dan OOT ga karu-karuan..
Nubi saranin agar ngebuat aja BLOG, WEB atau SITUS sendiri.

Supaya Anda bisa bebas sebebasnya menikmati sendiri.. nulis sendiri.. posting sendiri.. baca sendiri.. komen sendiri.. balas komen sendiri.. dan Coli sendiri.. apapun itu.

Akhirnya.. met nge-reread aja dah, buat yang udah pernah baca..!
Semoga terhibur. Adios.


------------------------------
 
First Story - Penghibur Hati yang Sepi

Ditinggal mati oleh isteri di usia 39 tahun bukan hal yang menyenangkan.
Namaku Ardy, berasal dari kawasan Timur Indonesia, tinggal di Surabaya.
Isteriku Lia yang usianya terpaut lima tahun dariku telah dipanggil menghadap hadirat penciptanya.
Tinggal aku seorang diri dengan dua orang anak yang masih membutuhkan perhatian penuh.

Aku harus menjadi ayah sekaligus ibu bagi mereka. Bukan hal yang mudah.
Sejumlah teman menyarankan untuk menikah lagi agar anak-anak memperoleh ibu baru.
Anjuran yang bagus, tetapi aku ga ingin anak-anak mendapat seorang ibu tiri yang tidak menyayangi mereka.
Karena itu aku sangat hati-hati.

Kehadiran anak-anak jelas merupakan hiburan yang tak tergantikan.
Anita kini berusia sepuluh tahun dan Marko adiknya berusia enam tahun.
Anak-anak yang lucu dan pintar ini sangat mengisi kekosonganku.
Namun kalau anak-anak lagi berkumpul bersama teman-temannya, kesepian itu senantiasa menggoda.
Ketika hari telah larut malam dan anak-anak sudah tidur, kesepian itu semakin menyiksa.

Sejalan dengan itu, nafsu birahiku yang tergolong besar itu meledak-ledak butuh penyaluran. Beberapa teman mengajakku mencari wanita panggilan.. tetapi aku tidak berani.
Resiko terkena penyakit mengendurkan niatku. Dengan ‘terpaksa’ aku bermasturbasi sebagai jalan keluar melepas hasrat birahi.
Ya. Sesaat aku merasa lega, tetapi sesudah itu keinginan untuk menggeluti tubuh seorang wanita selalu dan tetap muncul di kepalaku.

Tidak terasa tiga bulan telah berlalu.
Perlahan-lahan aku mulai menaruh perhatian ke wanita-wanita lain.
Beberapa teman kerja di kantor yang masih lajang kelihatannya membuka peluang.
Namun aku lebih suka memiliki mereka sebagai teman.
Karena itu tidak ada niat untuk membina hubungan serius.

Di saat keinginan untuk menikmati tubuh seorang wanita semakin meningkat, kesempatan itu datang dengan sendirinya.

Senja itu di hari Jumat, aku pulang kerja.
Sepeda motorku santai saja kularikan di sepanjang Jalan Darmo.
Maklum sudah mulai gelap dan aku tidak terburu-buru.

Di depan hotel Mirama kulihat seorang wanita kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok.
Kendaraan-kendaraan lain melaju lewat, tidak ada orang yang peduli.
Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak tahu apa yang hendak dilakukan.
Rupanya mencari bantuan.

Aku mendekat.
"Ada yang bisa saya bantu, Mbak..?” tanyaku sopan.
Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Aku memahaminya.
Akhir-akhir ini banyak kejahatan berkedok tawaran bantuan seperti itu.

"Tak usah takut, Mbak..” kataku.
"Namaku Ardy. Boleh saya lihat mesinnya..?”

Walaupun agak segan ia mengucapkan terimakasih dan membuka kap mesinnya.
Ternyata hanya problema penyumbatan selang bensin.
Aku membetulkannya dan mesin dihidupkan lagi. Ia ingin membayar tetapi aku menolak.

Kejadian itu berlalu begitu saja.
Tak kuduga hari berikutnya aku bertemu lagi dengannya di Tunjungan Plaza.
Aku sedang menemani anak-anak berjalan-jalan ketika ia menyapaku.
Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis kepada keduanya.

"Sekali lagi terimakasih untuk bantuan kemarin sore..” katanya mengingatkan.
"Namaku Mei. Maaf, kemarin tidak sempat berkenalan lebih lanjut..” katanya masih tersenyum manis.
"Aku Ardy..” sahutku sopan. Harus kuakui, mataku mulai mencuri-curi pandang ke seluruh tubuhnya.
Wanita itu jelas keturunan Cina.

Kontras dengan pakaian kantornya kemarin, ia sungguh menarik dalam pakaian santainya.
Ia mengenakan celana jins biru agak ketat, dipadu dengan kaos putih berlengan pendek dan leher rendah.
Pakaiannya itu jelas menampilkan keseksian tubuhnya.

Buah dadanya yang ranum berukuran kira-kira 36 menonjol dengan jujurnya, dipadu oleh pinggang yang ramping.
Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan pantat yang besar.

"Kok bengong..?” katanya tersenyum-senyum.
"Ayo minum di sana..” ajaknya.

Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut saja. Ia menggandeng kedua anakku mendahului. Keduanya tampak ceria dibelikan es krim, sesuatu yang tak pernah kulakukan. Hehe..

Kami lantas duduk di meja terdekat sambil memperhatikan orang-orang yang lewat.
"Ibunya anak-anak nggak ikut..?” tanyanya.
Aku tidak menjawab. Aku melirik ke kedua anakku, Anita dan Marko.
Anita menunduk menghindari air mata.

"Ibu sudah di surga, Tante..” kata Marko polos. Ia memandangku.
"Isteriku sudah meninggal..” kataku. Hening sejenak.
"Maaf..” katanya.. "Aku tidak bermaksud mencari tahu..” lanjutnya dengan rasa bersalah.

Namun ternyata ia pintar mengalihkan pembicaraan..
Pokok pembicaraan lantas beralih ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dan sebagainya.
Akhirnya aku tahu kalau ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yang mengelola beberapa toko pakaian.
Aku juga akhirnya tahu kalau ia berusia 32 tahun dan telah menjanda selama satu setengah tahun tanpa anak.

Selama pembicaraan itu sulit mataku terlepas dari bongkahan dadanya yang menonjol padat. Menariknya, sering ia menggerak-gerakkan badannya.. sehingga buah dadanya itu dapat lebih menonjol dan kelihatan jelas bentuknya.
Beberapakali aku harus menelan air liur membayangkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.

"Nggak berpikir menikah lagi..?” tanyaku.
"Rasanya nggak ada yang mau sama aku..” sahutnya kembali menyunggingkan senyum manis.
"Ah, Masa’ sih..!?” sahutku.
"Aku mau kok, kalau diberi kesempatan..” lanjutku sedikit nakal dan memberanikan diri ‘memancing di air bening’.

"Kamu masih cantik dan menarik. Seksi lagi..” tambahku jujur.
"Ah, Ardy bisa aja..” katanya tersipu-sipu sambil menepuk tanganku.
Tapi nampak benar ia senang dengan ucapanku.

Tidak terasa hampir dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak mendesak minta pulang.
Mei, wanita keturunan Cina itu, memberikan alamat rumah, nomor telepon dan HP-nya.

Ketika akan beranjak meninggalkannya ia berbisik.. "Saya menunggu Ardy di rumah..”
Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yang mau menolak kesempatan berada bersama wanita semanis dan seseksi Mei.
Aku mengangguk sambil mengedipkan mata. Ia membalasnya dengan kedipan mata juga.
Ini kesempatan emas. Pikirku mulai mesum..
Apalagi sore itu Anita dan Marko akan dijemput kakek dan neneknya dan bermalam di sana.


"OK. Malam nanti aku main ke rumah..” bisikku juga.
"Jam tujuh aku sudah di sana..” Ia tersenyum-senyum manis.

Sore itu sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aku membersihkan sepeda motorku lalu mandi.
Sambil mandi imajinasi seksualku mulai muncul.
Bagaimana tampang Mei tanpa pakaian..? Pasti indah sekali tubuhnya yang bugil.
Dan pasti sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi tubuh semontok dan selembut itu.
Apalagi aku sebetulnya sudah lama ingin menikmati tubuh seorang wanita Cina.

Tapi apakah ia mau menerimaku..? Apalagi aku bukan orang Cina.
Dari kawasan Timur Indonesia lagi. Kulitku agak gelap dengan rambut yang ikal.
Tapi.. Peduli amat. Toh ia yang mengundangku.
Andaikata aku diberi kesempatan, tidak akan kusia-siakan. Masa’ kucing garong menolak daging segar, ya nggak..? Hehe..
Kalau toh ia hanya sekedar mengungkapkan terimakasih atas pertolongaku kemarin, yah tak apalah. Aku tersenyum sendiri.. membayangkan segala kemungkinan.

Jam tujuh lewat lima menit aku berhasil menemukan rumahnya di kawasan Margorejo itu.
Rumah yang indah dan mewah untuk ukuranku, berlantai dua dengan lampu depan yang buram. Kupencet bel duakali. Selang satu menit seorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu rumah tangga.

"Pak Ardy..?” ia bertanya..
"Silakan, Pak. Bu Mei menunggu di dalam..” lanjutnya lagi.

Aku mengikuti langkahnya dan dipersilakan duduk di ruang tamu dan iapun menghilang ke dalam. Selang semenit, Mei keluar. Ia mengenakan baju dan celana santai di bawah lutut.

Aku berdiri menyambutnya.
"Selamat datang ke rumahku..” katanya. Ia mengembangkan tangannya dan aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat di pipiku.

Ini ciuman pertama seorang wanita ke pipiku sejak kematian isteriku. Aku berdebaran.

Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yang empuk. Mulutku seakan terkunci. Beberapa saat bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang mengantar minuman.

"Silakan diminum, Pak..” katanya sopan..
"Saya juga sekalian pamit, Bu..” katanya kepada Mei.
"Makan sudah siap, Bu. Saya datang lagi besok jam sepuluh..”

"Biar masuk sore aja, Bu..” kata Mei.
"Saya di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an..” Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.

"Ayo minum. Santai aja, aku mandi dulu..” katanya sambil menepuk pahaku.
Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi.

Di saat itu kuperhatikan. Pakaian santai yang dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk tubuhnya.
Buah dadanya yang montok itu menonjol ke depan laksana gunung.
Pantatnya yang besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak jalannya.
Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yang indah.

"Santai saja, anggap di rumah sendiri..” lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.

Entah berapa puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia muncul, Mei membuatku terkesima.
Rambutnya yang panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis.
Ia mengenakan baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.

Tetapi yang membuat mataku membelalak ialah bahan pakaian itu tipis.. sehingga pakaian dalamnya jelas kelihatan.
Beha merah kecil yang dikenakannya menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yang indah.
Celana dalam merah jelas memberikan bentuk pantatnya yang besar bergelantungan.

Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahiku.
Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut merespon ‘good looking’ tersebut.

"Aku tau, Ardy suka..” katanya sambil duduk di sampingku..
”Siang tadi di TP.. –Tunjungan Plaza– aku lihat mata Ardy tak pernah lepas dari sini..” ujarnya sembari menunjuk ke buah dadanya yang montok indah.

“Nggak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita.." lanjutnya dengan suara serupa desahan.. hampir tak terdengar.

Tanpa basa-basi lagi Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan.

Kurengkuh tubuh montok itu ketat ke dalam pelukanku. Tanganku tanpa dikomandoi mulai bergerilya di balik baju tidurnya.. mencari-cari buah dadanya yang montok itu.

Ia menggeliat-geliat merespon.. agar tanganku lebih leluasa bergerak sambil mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku.
Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dengan lidahnya.

Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yang kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu.

Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak.

Perlahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya.

“Oughh..”
Ia mengaduh pendek tetapi segera bungkam oleh permainan lidahku.
Kurasakan badannya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yang semakin meningkat.

Tangannyapun menerobos celana dalamku.. dan tangan lembut itu menggenggam batang kemaluan yang kubanggakan itu.
Kemaluanku tergolong lumayan besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dengan diameter sekitar 4 cm.
Senjata kebanggaanku inilah yang pernah menjadi kesukaan dan kebanggaan isteriku.
Aku yakin senjataku ini akan menjadi kesukaan Mei seandainya nanti telah merasakan benda kesayanganku itu. Ia pasti akan ketagihan.

"Auw.. Besarnya..!” seru Mei sambil mengelus lembut kemaluanku.
Elusan lembut jari-jarinya itu sontak membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras.
Tanpa kusadari aku mengerang-ngerang nikmat.

Ia kemudian mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan itu melepaskan bajuku.
Segera.. setelah lepas bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku.
Lidahnya bergerak lincah menjilatinya. Oughh.. kurasakan kenikmatan yang luar biasa dari aksi seluncur lidahnya.

Tangannya kembali menerobos celanaku dan menggenggam kemaluanku yang semakin berdenyut-denyut.
Sementara aku bergerak melepaskan pakaian tidurnya.
Ughh.. Rasanya seperti bermimpi, seorang wanita Cina yang cantik dan seksi duduk di pahaku hanya dengan celana dalam dan beha.

"Ayo ke kamar aja..” bisiknya.. ”Kita tuntaskan di sana..” lanjutnya mengajak.
Aku lantas bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong.
Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalam pelukanku.
Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku.
Lidahnya terus menerabas batang leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat.
Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku.

Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh itu ke ranjang yang lebar dan empuk.
Aku menariknya berdiri dan mulai melepaskan beha dan celana dalamnya.
Ia membiarkan aku melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila.

Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu.
Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak sipit seperti umumnya keturunan Cina.

Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya.
Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan.
Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan.
Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat.
Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya.
Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.

"Ngapain hanya lihat tok..?” protesnya.
"Sedang mengagumi keindahan tubuhmu..” sahutku sejujurnya.
"Semuanya ini milikmu..” katanya sambil merentangkan tangan dan mendekatiku.

Tubuh bugil polos itu kini melekat erat di tubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku.

Tangannya lincah melepaskan celanaku. Celana dalamku segera dipelorotnya.
Kemaluanku yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak.

Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu.
Kurasakan sensai yang luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalam mulutnya.
Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.

Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku.
Aku menelentangkannya.. dan mulutku mulai beraksi.
Langsung kusergap buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya.
Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu. Bukit buah dadanya juga mengeras diiringi deburan jantungnya.

Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku menuruni perutnya.
Ia menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila menderanya.
Kujilati perutnya yang rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.

"Auuw..” erangnya..
Lalu.. ”Oh.. Oh.. Ohhh..!!” jeritnya semakin keras.

Mulutku terus menjelajah.. semakin mendekati pangkal pahanya.
Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat itu membuka, menampakkan liang surgawinya yang telah merekah dan basah.
Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu.

Kudekatkan mulutku ke lubang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang telah basah membanjir itu.

“Oughhhh..!!”
Ia menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku.. sehingga lidahku lebih dalam terbenam.
Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.

"Aaahh.. Auuhh.. Ooohhh..!!” jeritnya keras.

Aku tau tidak ada sesuatu pun yang bakalan menghalangiku menikmati.. menyetubuhi dan bercinta dengan si cantik bahenol nan seksi ini.
Tapi aku tak ingin menikmatinya seperti orang rakus. Aku pingin menikmatinya sedikit demi sedikit tetapi dengan penuh kenikmatan.

Terus kumainkan klitorisnya dengan lidahku. Mencercap ‘taste’ lepitan indah membasah di selangkangannya itu.
Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat.
Seraya lolongan kerasnya.. melepas derita nikmatnya..
“Oouughhh..!!”
Srrrr.. srrrr.. srrrr.. srrrr..
Pada saat itu pula kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah mencapai orgasmenya yang pertama.

Aku berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya.
Sesudah itu.. mulailah kujelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu.

Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahinya mulai menaik lagi.
Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku telah tegak sekeras beton.
Ia meremasnya. Aku menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian.

Kudorong tubuh bahenol nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya.
Ia membuka pahanya membentang lebar-lebar.. siap menerima penetrasi kemaluanku.
Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yang terserak. Mulutnya terus menggumam nggak jelas.
Matanya terpejam.

Kuturunkan pantatku perlahan. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah-ungu kepalanya siap menjalankan tugasnya menerobos belahan liang nikmat dan berkubang di dalamnya..!

Slepp.. slepp.. slepp.. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang seperti kepinding.

"Cepat.. Cepat.. Aku sudah nggak tahan..!!” jeritnya seperti histeris.

Hmm.. baiklah.. batinku
Rrrrr.. Kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Clebbh.. BLESSEPP..!
Batang keras kemaluanku menerobos liang sanggamanya.. diiringi jeritan nikmatnya membelah malam.
Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Haha..

Aku berhenti sebentar membiarkan dia menikmati saat-saat ‘perkenalan’ kelamin kami.
Lalu perlahan kutekan lagi pantatku.. sehingga kemaluanku yang panjang dan besar itu menerobos ke sedalam lorong berkedut dan terbenam sepenuhnya dalam liang surgawi miliknya.

Ia merespon ganas.. menghentak-hentakkan pantatnya ke atas.. menginginkan batang kejalku terbenam tandas.. agar lebih dalam menerima diriku.
Tak pelak nikmat yang telah lama tak kurasakan seolah menghantam.. untuk beberapa jenak aku terdiam.. menikmati sensasi yang luar biasa ini.

Beberapa saat kemudian dengan perlahan aku mulai menggerakkan batang kemaluanku di jepitan liang kemaluannya yang kian lembab membasah.. membekap batang kemaluanku yang telah bersemayam utuh di bekapan liang kemaluannya.

Ternyata.. balasannya juga sungguh luas biasaaa, sosodara..!
Dinding-dinding liang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku dengan ketat dan rapat.
Oughh.. Rasanya seperti ‘digigit-gigit’ belahan daging tak bergigi. Ngilu.. lembab membasah.. namun nikmat tak terkira.

Pantatnya yang bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat.
Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di kemaluannya.
Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat.

Desisan itu berubah menjadi erangan.. kemudian jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Crupp.. Segera kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya.

Sementara.. di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dengan kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dengan lidahnya.

"OHH..” erangnya..
"Lebih keras sayang, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah..!!” jeritnya melepaskan beban nikmat yang dirasakannya.
Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku.
Pahanya semakin lebar mengangkang.

Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya.. seirama dengan gerakan pantatku.
Di saat itulah kurasakan gejala ledakan magma di batang kemaluanku akan memuntahkan isinya.
Sebentar lagi aku akan orgasme.

"M-Meii.. aku mau keluar, Mei..” bisikku di sela-sela nafas memburuku.
"Nghh.. oogghh.. hhhh.. a-akkuhh jugahh..” sahutnya terbata..

"Di dalam sayang.. Keluarkan di dalam. Aku ingin kamu di dalam..” rintihnya serupa erangan.
MEndengar itu segera kupercepat gerakan pantatku.. menyodok.. sorong-tarik batang kejal kemaluanku di liang nikmatnya
Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya.
Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkram kedua buah dadanya.

Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kemaluanku membenam sedalam-dalamnya.. setandasnya di lubuk kemaluannya.
Crrttt.. crrttt.. crrttt.. crrttt.. crrttt..! Spermaku memancar deras.

Selang beberapa detik.. di bawah tindihan tubuhku Ia melolong panjang seraya menghentakkan pantatnya ke atas.. menerima diriku sedalam-dalamnya di dalam dirinya.
Dengan gerakan cepat kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia telah mencapai puncak pendakian birahinya.

Drett.. drett.. drett.. Kemaluanku terasa berdenyut-denyut.. memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya.
Ohhh.. Inilah orgasmeku yang pertama di dalam kemaluan seorang wanita.. sejak kematian isteriku.
Dan ternyata wanita itu adalah Mei yang cantik bahenol dan seksi.

Entah beberapa menit setelah ledakan birahi.. kami diam membatu.. mereguk semua detik kenikmatan itu.
Perlahan-lahan kuangkat tubuhku yang masih ‘terdekap’ dengan tubuh indahnya.
Kupandangi wajahnya yang kala itu seperti berbinar karena birahinya telah terpuaskan.

Ia tersenyum dan membelai wajahku. "Ardy, kamu hebat sekali, sayang..” katanya..
"Sudah lebih dari setahun aku tidak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini..”
"Mei juga luar biasa..” sahutku tak kalah memuji.

"Aku sungguh puas dan bangga bisa menikmati tubuhmu yang menawan ini.
Mei.. kamu nggak menyesal bersetubuh denganku..?”

"Nggak..” jawabnya.
"Aku malah berbangga bisa menjadi wanita pertama setelah kematian isterimu.
Mau kan kamu memuaskan aku lagi nanti..?”

"Haha.. tentu saja sangat mau..” balasku antusias..
"Bodohlah kalau nolak rezeki ini..” Ia tertawa.

"Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aku..” lanjutnya..
”Tapi kalau aku yang pingin, boleh kan aku nelpon..?” tanyanya retoris.

"Tentu.. Tentu saja with my pleaure..” balasku cepat.

"Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aku kapan saja. Tinggal kabarin..” katanya lagi, menegaskan.

Hatiku bersorak ria. Aku mencabut kemaluanku yang telah melemas dari bekapan liang vaginanya merebahkan tubuh di sampingnya.

Selanjutnya.. kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan.
Ia lalu mengajakku mandi. Lapar katanya.. dan pingin makan.

Malam itu hingga hari Minggu siang sungguh tak terlupakan.
Kami terus berpacu dalam birahi untuk memuaskan nafsu.
Aku menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalam berbagai posisi.
Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi.

Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dengan aneka pertemuan lain.
Kadang-kadang kami mencari hotel tetapi terbanyak di rumahnya.
Sesekali ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan neneknya.
Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dengan permainan birahi yang panas dan menggairahkan.

Satu malam di kamar tidurnya. Setelah beberapakali orgasme iseng aku menggodanya.
"Mei..” kataku..
"Betapa beruntungnya aku yang berkulit gelap ini bisa menikmati tubuh bahenol, seksi, putih dan mulus seorang wanita Cina..”

Ia malah tertawa.

Tau apa jawabannya..?
"Tulisan yang paling indah di atas kertas putih.. justru harus dengan tinta hitam..”

Ha.. ha.. ha.. haa. END
=======================
 
Terakhir diubah:
anjirrrr gila itu karya mantap banget !

ane kira copas yang copas ngaco

i mean, copas yang bahkan tanda petik (") nya suka keformat di thread.

tapi ini beda, bagus ! enak banget bacanya !

plis dong, sumbernya hu, dari blog mana

:hore: Trims Adul + Komeng n Apresiasinya brada..

Mohon mangap brada..
Kalo mengenai sumbernya.. ini nyang bikin Nubi susah ngejawabnya..
Coz.. rasanya n seinget Nubi ini cerita lama tersaving di arsip hardisk Nubi..
Kebetulan aja ketemu lagi ngga sengaja..
Makanya bingung juga Nubi dapetnya dari mana..
 
------------------------------------------------------------------

Second Story - Hadiah UlTah yang Mengejutkan


Hubunganku dengan Mei semakin akrab.
–baca ceritaku sebelumnya.. ‘Penghibur Hati Yang Sepi’ – Hari-hari kami terasa indah.
Wanita cantik dan seksi itu ternyata sangat liar kalau di atas ranjang.
Nafsu seksnya besar dan terus menerus butuh pemuasan. Akupun dengan senang hati melayaninya.

Apalagi ia jadi sangat akrab dengan kedua anakku, Anita dan Marko.
Mereka sering diajak jalan-jalan dan diberi hadiah.
Melihat keakraban mereka aku berpikir.. apakah Mei dapat menjadi ibu baru bagi mereka.

"Anak-anak kelihatannya suka denganmu, Mei..” kataku satu malam sesudah melewati satu ronde persetubuhan yang panas.
"Mereka kelihatannya mau kalau kamu menjadi ibu baru mereka. Bagaimana pendapatmu..?”

"Kita jalani saja seperti ini dulu..” kata Mei menanggapi.
"Aku memang menantikan kata-kata ini. Aku senang kalau diberi kesempatan menjadi ibu bagi Anita dan Marko.
Namun lingkungan keluargaku masih agak sulit menerima kamu.. maaf, yang bukan keturunan Cina.
Tapi kupikir lama-lama mereka juga akan mau. Sabar aja ya, sayang.
Lagipula tidak banyak bedanya kan. Aku selalu siap untuk kamu kapan saja..” lanjutnya menerangkan.

Aku paham sepenuhnya. Sejak mengenalku kami rutin bertemu untuk hubungan seks.
Paling kurang beberapakali seminggu.. kecuali kalau lagi saat menstruasinya.
So.. akhir pekan selalu menjadi kesempatan terindah memuaskan hasrat birahi dan bercinta.
Ia mengakui kalau ia ketagihan bersetubuh denganku. Selalu orgasme.. begitu katanya.
Karena itu ia selalu menantikan saat-saat pertemuan.

Tentu saja aku merasa bangga.. karena kapan saja aku dapat menikmati tubuh Mei yang cantik dan seksi itu.
Menggumuli tubuhnya yang mulus dengan buah dada yang montok dan pantat yang besar itu menjadi kebanggaan tersendiri bagiku.
Nah.. mungkin karena selalu puas bersetubuh denganku.. ia lantas menjanjikan hadiah kejutan untuk ulang tahunku.

"Aku ingin memberi hadiah khusus buatmu..” katanya.. empat hari sebelum ulang tahunku.
"Apa itu..?” tanyaku.

"Kalau disampaikan sekarang.. itu bukan kejutan namanya..” balasnya dengan nada ceriwis..
”Yakin deh, pasti akan menyenangkan hadiahnya..” lanjutnya makin berteka-teki.

"Tapi anak-anak pasti merayakannya pada hari itu..” kataku mengingatkannya pada kedua buah hatiku.

"Yah.. kita rayakan sehari sesudahnya..” katanya lagi.. semakin menggemaskan.
"Untuk itu mulai besok sampai hari itu kita tidak bertemu..” lanjutnya membuat aturan.

Hehe.. aku coba untuk mengerti saja. Toh pasti menyenangkan buatku, kan..? pikirku.
Hadiah khususnya itu ternyata hubungan seks.. tapi pasti dengan cara yang khusus.
Apa ada pesta berdua dengan cahaya lilin..? Dilanjutkan dengan hubungan kelamin yang penuh gelora..?
Ataukah menginap di satu hotel sambil saling memberi kenikmatan..? Terserah dia saja. Toh namanya hadiah.

Ternyata sosodara.. hari-hari menanti hadiah itu terasa sungguh menyiksa buatku.
Aku selalu merindukan tubuh montok itu. Coba kutelpon Mei.. tetapi ia hanya menjawab dengan tertawa-tawa.
Ia pasti tahu kalau aku sudah tidak sabar dan ngga bisa menahan birahiku yang menggelora.

Hari ulang tahunku..
Di kantor teman-temanku menyanyikan ‘Happy Birthday to you..’ dan ada ucapan selamat.
Yang membuatku terkejut adalah kartu ucapan selamat atas adanya ‘pendamping’ baruku..!!'
‘Congratulations for your new beautiful soul mate..!’

"Aku dukung, Mas Ardy..” kata Ibu Nadya kepala bagianku.
"Dukung apa, Bu..?” tanyaku belum ngeh maksudnya.

"Alaa.. Mas Ardy ini ada aja..” sela Santi yang lincah..
”Kan sudah ada pendamping baru. Cantik lagi. Siapa namanya..? Kenalin ke kita, dong..” godanya.. membuatku agak tersipu.. dan akhirnya harus mengaku.

"Namanya, Mei..” ungkapku.. karena tak ada pilihan lain.
"Tapi belum jelas nih. Jangan dulu deh ucapan selamatnya, nanti keburu bubar, kan repot..” tambahku lagi.. ngga bisa lagi mengelak.

Siang itu di kantor aku jadi nggak dapat berkonsentrasi dengan baik.
Aku hanya mereka-reka.. pesta seks seperti apa yang disiapkan Mei untuk merayakan hari ulang tahunku.
Erghh.. Menunggu sehari saja rasanya sangat lama.

Akhirnya toh hari yang dinantikan itu tiba. Mei menelpon, jam tujuh sudah harus ada di rumahnya.
Maka.. jam tujuh malam itu aku sudah di depan rumahnya. Ternyata pintu pagar tidak dikunci.

Ada kertas kecil di pintu.. minta agar pagar dikunci.
Kulaksanakan pesan Mei di kertas kecil itu.. segera kukunci pagar.. lantas terus ke pintu depan. Ternyata pintu itu sedikit terbuka.
Aku masuk. Ruangan depan kosong. Aku terus melangkah ke dalam rumah.

Begitu aku masuk ruang tengah.. Mei menyongsongku.
"Selamat Ulang Tahun..!” serunya. Aku segera merangkul tubuhnya ke dalam pelukanku.
Bibirku langsung mencari bibirnya.. dan dengan buas melumat bibir itu setelah empat hari tidak merasakannya.

"Uhmm.. Uhmm..” gumamnya gelagapan menghadapi seranganku.
Ia sepertinya mau bicara.. tetapi aku tak memberinya kesempatan.
Lidahku tanpa kompromi menerobos masuk ke mulutnya dan mempermainkan lidahnya.
Tangan kiriku kulingkarkan ke lehernya dan tangan kananku meraih buah pantat montoknya.
Kutekan tubuhnya ke arahku membuat ia tidak dapat bergerak ke mana-mana.

Di saat itulah kudengar suara.. "Ehem..” suara seorang wanita.
Sontak aku terkejut.. langsung melepaskan pelukanku di tubuh Mei. Aku menoleh.
Di atas sofa ruang tengah duduk seorang wanita lain. Aku kaget bukan kepalang.
Wanita itu senyum-senyum menatapku salah tingkah. Pastilah wajahku memerah seperti udang rebus.

"Makanya tahan-tahan sedikit..” kata Mei sambil tertawa menggoda.
Aku terdiam nggak tahu mau bicara apa.. akibat keterkejutan yang menohok.
"Ada yang nonton, tuh..” lanjutnya..

”Ayo mari aku kenalin. Ini Yen, sepupuku..”

"Yen..” kata wanita itu malu-malu sambil menyorongkan tangannya.
"Ardy..” sahutku sambil menjabat tangannya.

"Cantik, kan..” kata Mei. Aku memandang lekat wanita itu.

Seperti Mei, wanita ini pun keturunan Chinese. Ia lebih tinggi dari Mei, sekitar 170 cm.
Rambutnya yang panjang hingga menyentuh pinggul dibiarkan tergerai.
Saat itu Ia memakai blouse kuning pucat berleher rendah dengan lengan pendek berenda, dipadu dengan celana sebatas lutut dari bahan denim sebatas lutut.

Mataku dengan cepat merayap ke dadanya yang jelas semontok dada Mei.
Pinggangnya cukup ramping walau tidak seramping Mei, diimbangi oleh pantatnya yang besar. Betisnya bulat padat. Jelas ia lebih muda dari Mei.

"Aku sudah sering mendengar cerita tentang Kho Ardy dari Ci Mei..” kata Yen.
"Jadinya penasaran aku, pingin kenalan..”

"Apa kata Mei..” pancingku.
Yen tersenyum malu-malu.

"Hihihi..” lantas ia tertawa..
”Katanya.. Kho Ardy orangnya baik, sabar, romantis dan.. Hi hi..”

"Hi hi apa..?” potongku.
"Kuat..” katanya tertawa sambil menutup mulutnya.

"Ada aja Mei ini..” sahutku agak malu sambil menoleh ke Mei.
Tapi dalam hati aku jelas sangat berbangga.

"Kan benar, apa yang aku ceritakan..” sahut Mei.
"Dan yang paling penting..” lanjutnya sambil merangkul bahu Yen.
"Kami berdua adalah hadiah ulang tahunmu..!”

Aku tertegun tak mampu berkata-kata.
Mimpi apa aku semalam..? Kedua wanita Cina seksi menawan ini menjadi hadiah ulang tahunku..?
Keduanya berdiri di hadapanku sambil mengikik.

Kupandangi keduanya lurus-lurus dengan mata berbinar. Waooh..!
Tak dapat kubayangkan seperti apa sensasi di ranjang nanti diapit oleh dua wanita Cina cantik, bahenol dan seksi ini.

"Wah, sudah nafsu nih..” goda Mei. Yen tertawa pelan menimpali.
"Abis.. hadiahnya istimewa begini..” sahutku.

Keduanya mendekatiku. Mei merangkulku ketat dan mendaratkan ciumannya bertubi-tubi.
Kurasakan padat tubuhnya. Buah dadanya yang montok lembut dan menggairahkan itu menekan dadaku.
Kurengkuh pantatnya dan kurapatkan ke tubuhku.

"Selamat Ulang Tahun, sayang..” katanya. Dilepaskannya tubuhku.
Yen mendekatiku. Kurangkul ia ke dalam pelukanku. Ia mencium pipiku kiri dan kanan.
Buah dadanya yang montok dan kenyal itu menekan dadaku. Tubuh seksi itu bergetar. Denyut jantungnya terasa olehku.

Tanganku melingkar ke bongkahan pantatnya yang bulat padat itu dan kurengkuh rapat ke tubuhku. Ia menggeletar dalam pelukanku ketika kudaratkan ciumanku ke bibirnya. Ia menyambut hangat. Kujulurkan lidahku dan menerobosi mulutnya. Lidahku segera disambut oleh permainan lidahnya. Celanaku mulai terasa sesak karena gerakan kemaluanku yang mengeras.

"Sudah.. sudah..” potong Mei..
”Nanti diteruskan. Sekarang kita makan dulu..”
Aku lalu melepaskan Yen dari pelukanku walaupun nafsu birahiku mulai meningkat ingin segera dituntaskan.

Kami beralih ke ruang makan menikmati hidangan yang sudah tersedia.
Kulihat ada sebotol anggur merah. Makam malam terasa sangat indah dalam cahaya lilin.
Rasa bangga menyelimuti benakku.

Bayangkan..!
Di tengah ruangan yang romantis dengan hidangan yang enak dalam temaram cahaya lilin, aku duduk menikmati anggur merahku dengan diapit dua wanita cantik bermata sipit nan bahenol dan seksi.

Aku tidak ingin terburu-buru menikmati semua ini walaupun senjata andalanku di bawah sana telah semakin tidak sabar, ingin segera menyatu dengan tubuh-tubuh seksi ini bergiliran.
Keduanya pasti tahu dari gerak mataku yang jelalatan, melompat dari satu tempat ke tempat yang lain.
Namun aku tidak ingin memberi kesan liar.
Terutama untuk Yen. Kesan pertama ini harus indah dan romantis.. sehingga di masa depan tetap ada kesempatan untuk menggarapnya.

Seperti Mei, Yen juga sudah menjanda sekitar enam bulan. Ditinggal suami yang pergi dengan wanita lain katanya.
Usianya 29 tahun, tiga tahun lebih muda dari Mei, sepuluh tahun lebih muda dariku.

Dalam hati aku berpikir.. kok bisa ya, wanita secantik ini bisa ditinggal suami minggat dengan wanita lain..?
Pasti bodoh banget lelaki itu. Pikirku sembari mengamati sosok perempuan cantik bernama Yen itu.

Tapi itu bukan persoalanku. Yang jelas ia ada di sini malam ini untukku.
Malam ini kesempatan terbuka lebar bagiku untuk menikmati tubuhnya.
Perbedaan sepuluh tahun sama sekali tidak ada pengaruhnya untuk urusan ranjang.
Wuiihh.. Betapa beruntungnya aku.

Selesai makan malam, aku diminta menanti di ruang tengah. Keduanya menghilang ke lantai atas. Aku menungguh dengan jantung berdebaran. Lampu-lampu diredupkan.

Beberapa saat kemudian.. dari lantai atas kulihat keduanya turun dengan membawa kue ulang tahun dihiasi lilin beryala berbentuk angka 39.
"Happy Birthday to you..!” keduanya bernyanyi..
”Happy birthday to you. Happy birthday, Dear Ardy. Happy birthday darling..!"

Pemandangan di depanku sungguh-sungguh indah dan menggetarkan birahi.
Sambil memegang kue ulang tahun itu.. keduanya ternyata hanya mengenakan beha dan celana dalam doank.

Mei mengenakan beha dan celana dalam berwarna merah hati.. sedangkan Yen mengenakan beha dan celana dalam hitam.
Sangat kontras di kulit keduanya yang putih bersih eh.. kuning langsat.. selaiknya wanita-wanita keturunan Chinese.
Buah dada keduanya menyembul dari beha kecil yang hanya menutupi sepertiga buah dada itu.

Dalam temaram lampu yang redup kulit keduanya yang putih nampak sangat indah. Pusar di perut itu nampak menawan.

Paha-paha padat itu menopang pinggul yang bundar dan digantungi oleh bongkah-bongkan pantat yang padat dan bulat.
Celana dalam kecil yang menutupi pangkal paha menampilkan pemandangan yang sungguh menggairahkan.
Kemaluanku mengeras dan berdenyut-denyut, tidak sadar menanti saat nikmat menyatu dengan kedua tubuh menawan itu.

Setelah meletakkan kue dihiasi lilin bernyala itu di depanku, Mei memintaku berdiri.
Lalu keduanya melepaskan pakaianku satu per satu. Bajuku, sepatuku, kaos kaki, celanaku, dan kaos dalamku.
Yang tertinggal hanyalah celana dalamku yang sudah tidak mampu menyembunyikan kemaluanku yang sudah menggunung.

Mei merapat ke sisi kiriku sedangkan Yen ke sisi kananku.
Keduanya menggelayut ke dua lenganku.. sehingga tonjolan buah dada masing-masing menempel erat di lenganku.

"Ayo, lilinnya ditiup dan kuenya dipotong..” kata Yen.

Aku duduk diapiti oleh keduanya dengan tubuh menempel erat ke tubuhku.
Kutiup lilin itu dan memotong kuenya.
Potongan pertama kusuapkan ke mulut Mei dan yang kedua ke mulut Yen.

Setelah toast anggur merah, mulailah aku menikmati hadiah ulang tahunku.
Aku menyandar di sofa dan kubiarkan kedua wanita cantik itu melakukan apa yang mereka mau.

Setelah masing-masing memperoleh ciuman di bibir, mulailah mereka beraksi.
Mula-mula kedua puting susuku dikulum keduanya.

Mei mengulum di sebelah kiri dan Yen di sebelah kanan.
Lalu masing-masing mulai bergerak ke arahnya sendiri.

Mei mulai menelusuri perutku dan mengarahkan jilatan-jilatannya ke bawah, sedangkan Yen mulai merambati dada dan leherku dengan jilatan dan isapan.
Aku menggeliat-geliat menahan rasa nikmat yang mulai menjalari seluruh tubuhku.

Tanganku mulai aktif bergerilya. Buah dada keduanya menjadi sasaranku.
Kucari pengait beha keduanya dan kulepaskan.
Blubb..!! Buah dada keduanya menyembul keluar bebas dengan indahnya.
Tangan kiriku mencari-cari buah dada Mei dan meremasnya.

Sejalan dengan itu kutarik Yen merapat.
Dengan segera mulutku mengerkah buah dadanya yang ternyata lebih besar dari punyanya Mei.

"Ooohh..” erang Yen.
Ditekannya kepalaku.. sehingga wajahku terbenam di belahan dadanya yang montok itu.

"Kita tuntaskan di kamar..” kata Mei tiba-tiba.

Kurangkul kedua wanita itu pada pinggul masing-masing.
Bertiga kami melangkah ke kamar tidur Mei di lantai atas hanya dengan mengenakan celana dalam masing-masing.

Keduanya mengikik kecil merasakan kenakalan tanganku yang telah menyeruak ke balik celana dalam mereka masing-masing dan mengusap-usap pantat mereka.
Woahh..! Rasanya sudah tidak sabar untuk menenggelamkan diri ke dalam pelukan keduanya secara bergiliran.

Kamar tidur Mei harum dan romantis. Kamar ini telah puluhan kali menjadi saksi pertemuanku penuh birahi dengan Mei.
Ranjang lebar ini menjadi saksi bisu jeritan-jeritan kenikmatan Mei dan erangan penuh kenikmatanku.
Entah sudah berapa banyak spermaku tercecer di atas ranjang ini bercampur dengan cairan vagina Mei.

Dan malam ini kamar ini sekali lagi menjadi saksi sejarah baru diriku, bersetubuh sekaligus dengan dua orang wanita Cina yang cantik, bahenol dan seksi.

Mei dan Yen segera melepaskan celana masing-masing. Kuminta keduanya berdiri berjajar.
Dalam cahaya lampu yang sengaja diredupkan kedua tubuh bugil itu nampak sangat indah. Keduanya berputar bak peragawati mempertontonkan tubuh telanjangnya.

Keduanya lalu mendekatiku dan merebahkan tubuhku ke atas ranjang.
Yen cepat meloroti celana dalamku. Kemaluanku yang telah memuai dan meregang itu segera mencuat tegak di hadapannya.

"Waoo.. Gedenya..!!” seru Yen tertahan.
Jemari Yen yang lentik dan lembut itu segera menggenggam batang kemaluanku.
Diremas-remas sebentar dan dielus-elus lembut. Aku mengerang-ngerang kenikmatan.

Kuraih tubuh montok Mei dan buah dadanya segera menjadi bulan-bulanan mulutku.
Sementara itu Yen mulai mempermainkan lidahnya di seputar pusarku dan semakin mendekati pangkal pahaku.
Batang kemaluanku itu kini berada dalam genggamannya.

Tangan kananku meraih buah dada Yen dan meremas-remasnya, sementara tangan kiriku merayap di sela-sela paha Mei.
Jari-jariku merambah bulu-bulu kemaluannya yang lebat dan terbenam ke liang basah kemaluannya.

"Aaacch..” erang Mei sambil menekan kepalaku lebih erat ke dadanya.

Jari-jariku semakin keras mencengkeram buah dada Yen ketika lidahnya yang lincah semakin mendekati batang kemaluanku yang semakin keras dan berdenyut-denyut.
Ketika lidahnya semakin lidahnya menyentuh batang kemaluanku aku merasakan sensasi yang hebat dan mulut mungilnya itu dengan segera menelan senjata kebanggaanku itu.
Sementara itu Mei semakin menggelinjang dan kemaluannya semakin basah oleb banjir cairan vaginanya.

Sambil terus mengulum kemaluanku Yen melepaskan tanganku yang meremas buah dadanya. Tangan itu dituntun ke arah selangkangannya.
Tanganku segera menyapu kemaluannya yang berbulu lebat itu dan jemariku segera tenggelam ke lubang yang sudah basah oleh cairan vaginanya.

Puas mengulum kemaluanku Yen minta buah dadanya dikulum.
Segera Mei menggantikannya mengulum kemaluanku.
Erangan dan lenguhan memenuhi ruangan.
Tubuh Yen menggeletar hebat menandakan birahinya makin menggila butuh pelampiasan.

Kupikir sudah saatnya menyetubuhi kedua wanita ini. Aku merebahkan keduanya hingga menelentang berjejer.
"Yen duluan..” bisik Mei terengah-engah.

Yen terlentang dengan mata tertutup dan paha yang sudah terbuka lebar siap disetubuhi.
Kuelus perlahan lantas memegang kedua pahanya dan beringsut mendekat.
Mei menempelkan kedua buah dadanya di punggungku dan lidahnya bergerilya di seputar leher dan kupingku.

Kuarahkan batang kemaluanku yang sudah keras dan tegak.
Kuusap-usap di bibir lubang kemaluan Yen. Ia mendesis dan mulai menggelinjang, tidak sabar menanti saat-saat penetrasi.

Slepph.. Ujung kemaluanku perlahan-lahan mulai menguak bibir kemaluannya yang telah basah.
Mulutnya terbuka dan terdengar lenguhan kecil. "Nghhh.." Aku berhenti sejenak.

Ia membuka matanya dan di saat itulah kusentakkan pantatku ke depan.

JLEBLESS..!!
"Aahh..!” Yen menjerit nikmat.
Kemaluan tegang dan kerasku menerobos ke dalam liang kemaluannya.. lancar seperti di jalan tol.. namun terasa rapat menjepit dan tentu saja nikmat luar biasa..

Yen merespon.. Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar kemaluanku dapat menyuruk lebih dalam.
Aku berhenti dan membiarkan ia menikmatinya.
Erghhh.. betapa nikmat rasanya kemaluanku digigit-gigit oleh dinding vaginanya yang menyambut dengan denyutan-denyutan ritmis.
Ia mendesis-desis dan mengerang-erang nikmat.

Perlahan tetapi pasti aku mulai menggerakkan pantatku maju-mundur.
Melesakkan dan menggesek keluar-masuk batang kejal penisku di selorong liang vagina Yen..

Erangan Yen semakin keras. Buah dadanya bergoncang-goncang hebat seirama dengan genjotanku.
Rambutnya yang panjang terserak-serak, membuat ekspresi wajahnya yang menahankan kenikmatan itu menjadi sangat menarik.

Kuatur ritme genjotanku agar ia juga dapat menikmati gesekan nikmat pertemuan dua kelamin kami itu.
Beberapa saat menggoyang aku mulai mempercepat gerakan pantatku.

Kenikmatan yang semakin menggila membuat ia mencengkam kedua lenganku.
Ketika ia semakin menjerit-jerit, aku memperlambat bahkan menghentikan genjotanku.
Ia mendesah-desah kecewa.

Di saat ia masih mendesah-desah, kembali aku menyentakkan pantatku dan mengocok dengan cepat.
Kembali jeritannya memenuhi ruangan itu.

"Cepat.. Cepat..” gumamnya tidak karu-karuan..
"Aku mau keluar ouughhh..”

Kupercepat lagi tempo genjotan batang penisku di liang nikmatnya.
Clepp.. clepp.. clebb.. crebb.. clebb.. clepp..

Tiba-tiba ia menarik tubuhku hingga rebah sepenuhnya di atas tubuhnya.
Kubenamkan wajahku di lehernya mengiringi jeritan kenikmatan yang dilepaskannya.

"Aaahh..!!” Jeritnya melepas derita nikmatnya. Tubuh montoknya itu bergetar hebat.
Pantatnya dihentak-hentakkannya ke atas. Pahanya terangkat dan membelit pantatku.. sehingga kemaluan kami menyatu sepenuhnya rapat bertemu bulu kemaluan.

Sejenak aku diam.. memberikan kesempatan kepada Yen untuk menikmati orgasmenya.
Tubuhnya bergetar-getar diiringi desah nafas terengah-engah.
Rasanya dunia ini dilupakan kalau tidak karena desahan Mei yang berbaring di sebelah kami.

Mei ternyata sedang asyik mempermainkan vaginanya sendiri.
Kurasa ini saat yang tepat untuk menyetubuhi Mei. Apalagi aku belum orgasme.. sehingga kemaluanku masih tegak.

"Sekarang giliran Mei..” bisikku di telinganya. Yen mengangguk pelan dan melepaskan pelukannya.
Ia menelentang seperti kehabisan tenaga di sebelah Mei.

Aku beralih ke Mei. Kutarik tangannya. Ia segera membuka pahanya lebar-lebar.
Kemaluannya sudah basah dan merekah, rupanya sudah tak sabar menunggu gilirannya digenjot.

Aku merayap mendekatinya. Kemaluanku masih basah dan berkilat-kilat oleh cairan vagina Yen. Kuarahkan ujung kemaluanku ke lubang kemaluannya.
Mei memejamkan matanya sambil memegang kain seprei yang sudah acak-acakan itu, menanti saat-saat sensasional penetrasi batang kemaluanku.

Slepph.. Ujung kemaluanku menyentuh bibir vaginanya dan menyeruak di antar bibir-bibir itu mencari jalan masuk.
Rrrrbb.. Kuurunkan pantatku sedikit dan kurasakan kemaluanku mulai memasuki kemaluannya.

"Shhh.. shhh.. erghh.." Mei mulai mendesah-desah.

Srett.. kutarik batang kemaluanku keluar lagi. Ia mendesah lagi seperti kecewa.
Di saat itu pula dengan kuat kusurukkan kemaluanku ke dalam liang surgawinya.
Jlegg..! "Aaahh..!!” Mei menjerit keras. Matanya membelalak.
Batang kejal dan keras kemaluanku langsung menancap.. menohok dalam-dalam di liang nikmat kemaluannya.

Setelah jeritannya berubah menjadi erangan, aku mulai menggerak-gerakkan pantatku maju-mundur.
Kususupkan tanganku ke bawah lengannya dan merangkul erat bahunya.
Mulutku kubenamkan ke lehernya yang jenjang.

Ia melingkarkan tangannya ke punggungku dan memelukku erat-erat.
Pantatnya yang bundar besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat.
Mulutnya terus menerus mengeluarkan desisan, erangan dan jeritan, mengiringi sodokan-sodokan kemaluanku yang semakin menggila.
Jepitan dinding vaginanya terasa sangat nikmat.

"Lebih keras.. Lebih keras lagi.. ohhh..” erang Mei.

Erangan.. rintihan dan pekikan nikmat Mei seolah menjadi bahan bakar birahi bagiku.
Aku memompanya semakin bersemangat. Peluh mengucur dari seluruh tubuhku, bercampur dengan keringatnya.

Kuangkat sedikit dadaku. Mulutku segera menerkam buah dada kirinya yang berguncang-guncang itu.
Sontak Ia mengerang dan menekan kepalaku ke dadanya. Dari buah dada kiri aku beralih ke kanan.

Ia menceracau semakin tak menentu. Pahanya membuka dan menutup.
Kecipak cairan vaginanya semakin memperbesar nafsuku.

"Akkhh.. Ak-khhuu mau ke-luaaar..” katanya terputus-putus.
"Aku juga..” sahutku merasakan desakan magma spermaku yang akan memancar.

"Di.. dalam saja, sayang..” bisiknya di sela rintihan nikmatnya.
Karena ingin mencapai orgasme bersama-sama, aku meningkatkan kecepatan genjotan kemaluanku.

Mei kian menjadi.. Ia menjerit-jerit semakin keras. Sementara aku menggeram dan menggigit lehernya.
Ia merangkulku erat-erat. Kuku-kukunya terasa menembus daging punggungku. Kuabaikan.

Sprrttt.. crrrttt.. crett.. crett.. crett..!

Akhirnya.. dengan satu hentakan keras aku membenamkan kemaluanku sedalam-dalamnya di liang nikmat berkedut-kedut milik Mei.. diiringi lolongan panjang Mei membelah udara malam.

“Oouughhh..!!” Pantatnya dihentak-hentakkan ke atas.
Pahanya terangkat membelit pinggangku.. seakan ingin memeras setiap tetes spermaku yang menyembur ke dalam rahimnya.
Kurasakan banjir lahar spermaku deras memancar. Aku terpapar letih, Mei juga.

Beberapa menit berselang.. aku diam membiarkan kenikmatan itu mengendur perlahan-lahan.
Lalu aku melepaskan diriku dari pelukan Mei lalu terhempas ke atas kasur empuk spring-bed Mei, tepat di antara Mei dan Yen.

Kedua wanita montok itu seperti dikomando merapat ke arahku.
Buah dada keduanya menyentuh dadaku.. dan paha kiri Mei serta paha kanan Yen sama-sama membelit pahaku.

Keduanya menciumku dengan lembut.
"Terimakasih, Kho..” kata Yen.
Aku hanya mengangguk-angguk kecil.

Setelah beberapa saat beristirahat, kami beralih ke kamar mandi dan membersihkan tubuh.
Kedua wanita itu memandikanku.
Mereka menyirami tubuhku dengan air hangat dan menggosokkan body foam.

Yang menarik, gosokan itu tidak dibuat dengan tangan tetapi dengan buah dada masing-masing. Acara mandi erotik ini jelas memancing nafsu birahiku.

Jelas saja hal itu menjadi rangsangan bagiku.. Perlahan-lahan kemaluanku mulai bangun lagi.
Uuhh.. Sungguh acara mandi malam yang tak terlupakan.

"Wuiih.. Si ujang sudah bangun nih..!” goda Mei sambil mengelus kemaluanku..
"Sesudah ini kita akan mulai ronde kedua..” lanjutnya.

Acara mandi selesai dan kami kembali ke ruang tengah lantai bawah.
Bertiga kami tidak mengenakan sehelai benangpun. Sepenuhnya bugil.

Kupandangi dua wanita Cina yang menawan ini.
Mereka sedang menuang anggur.
Yen membawa dua gelas, satu diserahkan kepadaku.

"Untuk si jantan yang berulang tahun..!” kata Mei,
"Semoga tetap kuat perkasa..!"
"Untuk Mei dan Yen..” sahutku.. "Semoga tetap seksi dan menawan..!”
"Untuk kita bertiga..” Yen menimpali.. "Semoga jadi grup seks yang kompak..!"

Gila..! Dunia apa yang sedang aku masuki sekarang ini..?
Rasanya seperti bermimpi, tetapi ini bukan mimpi. Ini sungguh kenyataan.
Mengapa menolak untuk menikmati semua ini.. ya nggak..? Hehe..

Kedua wanita itu kini merapat ke tubuhku dan memulai aksinya.
"Sekarang kita main di sini saja..” kata Mei. Aku dan Yen tidak menjawab. Setuju saja.
Apa sih salahnya bersetubuh di atas karpet lembut ruang tengah ini..?

Keduanya segera tenggelam dalam aksinya masing-masing.
Rabaan dan elusan disertai jilatan dan kecupan menjalari seluruh tubuhku, mengiringi kedua tanganku yang bebas bergerilya di setiap lekuk tubuh keduanya.

Pada saat kedua tanganku melingkar ke pantat keduanya dan merasakan betapa montok dan padat pantat keduanya, timbul ideku untuk menyetubuhi keduanya dalam posisi doggy-style.
Kemaluanku dengan segera tegang kembali oleh ide menarik ini.

"Ayo, Mei dan Yen..” kataku..
"Sekarang coba kalian berlutut di lantai. Aku mau doggy-style..”

Tanpa berkata-kata kedua wanita itu saling memandang dan tertawa mengikik.
Lalu keduanya segera berlutut membelakangiku.
Keduanya saling bertaut lengan, biar bisa saling membagi kenikmatan mungkin.
Pemandangan di depanku sungguh sangat indah dan menggetarkan birahiku .

Beberapa saat dengan nanar kupandangi kedua bokong yang besar, putih, mulus dan padat itu.
Di antara paha itu nampak gundukan rambut kemaluan masing-masing yang lebat dan hitam.
Di sela-sela rambut itu nampak bibir-bibir kemaluan yang merekah merah, siap untuk digenjot bergantian. Oughh..

"Ayo Koh..” kata Yen.. ”Sudah nggak sabar nih..!”

Aku lantas mendekati dan mengelus-elus pantat keduanya.
Ketika jari-jariku mulai merayapi bibir kemaluan, keduanya mendesis serentak.
Jari-jariku menyeruak ke antara bibir-bibir vagina itu dan mempermainkan kedua klitoris.
Keduanya serentak menjerit kecil dan mendongak. Sungguh sensasi yang indah.

Kemaluanku yang sudah sekeras senapan itu kuarahkan ke bokong Mei.
Jebless..! Tanpa kesulitan aku menembus kemaluannya yang telah basah licin itu.

Clebh.. clebb.. slebb.. clebb.. slepp.. slebb..
Bebunyian indah segera tercipta akibat gesekan batang kemaluanku di liang lembab membasah itu..

Beberapa menit bermain dengan Mei.. aku lalu beralih ke Yen.
Blessepp..!
“Oughhhh..!! Ia pun menjerit kecil ketika kemaluanku menerobosi lubang surgawinya.

Clebh.. slebb.. clebb.. slebb.. slepp.. clebb..
Kukocok-kocok perlahan lalu semakin cepat. Ia mengerang semakin keras tak terkendali.

Beberapa menit kusodok aku kemabli beralih ke liang nikmat vagina Mei.
Begitu seterusnya.. sehingga kedua wanita itu semakin penasaran.

Malam semakin larut, namun untuk kami bertiga waktu tidak lagi penting.
Yang penting sekarang ialah bagaimana meraih kenikmatan bersama-sama.

Aku mulai merasa letih juga. Maka ingin kuakhiri dulu ronde kedua ini.
Kupegang bokong Mei lalu menyodoknya keras-keras.
"Augghhh..!! Nghh.. nghh.."
Ia menjerit keras dan terus mengerang-erang tak karuan ketika kemaluanku bergerak lincah keluar-masuk kemaluannya.

Ketika kulihat ia mencengkram keras karpet aku tahu ia akan keluar.
Kupercepat gerakan dan hujamanku menghentak keras.
"Oughhh..!!"
Mei menjerit keras dan rebah ke atas karpet. Aku mengikutinya dan beberapa saat menindihnya.

Melepaskan diri dari Mei aku beralih ke Yen yang setia menanti.
Dengan cepat aku menghujamkan senjata kebanggaanku ke dalam kemaluannya.
Jlebb..! “Uugghhh..!!” Seperti Mei ia pun menjerit keras.. melepas nikmat awal persetubuhan.

Rambutnya yang panjang itu kujambak.. sehingga ia mendongak ke atas sambil terus mengerang.
Bunyi buah pantat montoknya yang beradu dengan pahaku seakan menjadi irama kenikmatan yang tak ada duanya.

Seiring sodokan dan gesekan batang kemaluanku di belahan hangat liang vaginanya kurasakan gerakan berdenyar dari testisku.. terasa seperti merayap ke batang kemaluanku yang tengah megap-megap dikekap daging belah vagina Yen..
Erghhh.. itu tanda-tanda untukku akan segera orgasme.

Rambutnya semakin keras kutarik.. sehingga ia semakin mendongak.
Pantatnya melengkung ke atas.. dan buah dadanya yang besar itu berguncang-guncang seirama dengan gerakan pantatku.

"Aaauu, Khoo..!!" jeritnya.. ”Aku mau keluar akkhhh..!”
"Aku juga.. herrghh..” dengusku sembari tetap menyodok-tarik batang keras penisku kian tak beraturan di lorong kemaluan Yen.

Serentak dengan jambakan rambutnya, mengiringi jeritan panjangnya, aku menghentakkan pantatku keras-keras.
Tubuhnya rubuh ke atas karpet ditindih olehku.
Di saat itu pula kurasakan deras spermaku memancar ke dalam rahimnya. Sprrtt.. crrrtt.. crrrttt.. crrttt..!

Aku letih, juga Mei dan Yen. Aku diam membatu di atas pantat Yen yang montok.
Mei merangkak mendekat dan mengelus-elus kepalaku.

Aku bangun. Yen juga. Sempoyongan ia berjalan dan duduk di sofa.
Kakinya terbuka lebar dan dapat kulihat leleran spermaku menetes dari vaginanya.
Kuhempaskan tubuhku di samping kirinya.. lalu kurangkul bahunya dengan mesra.

Mei mendekat dan duduk di sebelah kiriku.
Kedua tanganku merangkul punggung keduanya dan menggapai buah dada kanan Yen dan buah dada kiri Mei.
Kugenggam kedua buah dada itu erat-erat.

"Terimakasih Mei, terimakasih Yen..” kataku.. ”Terimakasih untuk kado ulang tahunnya.."
Keduanya menatapku, mengangguk dan tertawa gelak-gelak.

"Tidak pernah terpikir dalam hidupku dapat mengumbar nafsu dengan dua wanita Cina yang cantik menawan, bahenol, montok dan seksi seperti sekarang..” ungkapku jujur.

"Koko ga usah takut..” sahut Mei.. ”Kami akan siap untuk Kho Ardy kapan saja..”
"Untuk lelaki sekuat Kho Ardy, Yen dan Mei akan siap selalu..” timpal Yen.
-----------------------

Sejak peristiwa hadiah ulang tahun itu.. aku jadi selalu punya wanita yang siap melayani nafsuku. Kalau Mei lagi menstruasi, Yen pasti siap untukku.
Begitu juga sebaliknya. Namun kami juga sering berkumpul bertiga untuk saling berbagi kenikmatan.

Suatukali di rumah Mei.. larut malam setelah menyetubuhi keduanya.. baik secara bergiliran atau threesome.. iseng aku menggoda keduanya.
"Aku sudah punya dua wanita Cina yang cantik dan seksi..” ujarku sembari membelai kedua tubuh perempuan cantik dan montok di sisi kiri-kananku..

”Kapan ya dua ini akan bertambah, kira-kira..?” Lanjutku asal.. sekedar menggoda dan pingin tau apa tanggapan kedua perempuan cantik ini.

"Kho Ardy pingin tambah lagi..?” balas Yen mesra.. sangat di luar dugaanku.. mengejutkanku.
”Mudah, Kho. Akan Yen atur. Mau tambah satu atau dua lagi, terserah Kho Ardy aja..” lanjutnya dengan nada terdengar serius.

Jelas saja aku terkejut mendapatkan tanggapan yang demikan dari Yen.. aku menoleh ke Mei.

"Nggak usah khawatir..” timpal Mei..
”Akan ada saatnya hadiah baru lagi. Tapi harus hemat-hemat tenaganya ya..
Soalnya.. wanita Cina itu nafsunya gede-gede. Haha.." ucap Mei membelai dada dan perutku.

Wuihh.. aku terkejut tetapi juga berbangga hati.
Hmm.. gimana ya rasanya kalau sekali waktu dikerubuti empat wanita chinese yang cantik dan bahenol seperti Mei dan Yen..?

"Tapi ..” kataku terus menggoda..
”Kalian nggak nyesal disetubuhi lelaki bukan Chinese.. apalagi yang berasal dari KTI sepertiku..?”
Kataku lagi memancing.. pingin tau apa yang mereka berdua pikirkan mengenai hal tersebut.

"Ah..” rengut Mei manja..
”Tentu aja tidak. Hitung-hitung mendukung program pemerintah.. yakni pembauran..” balas Mei.

"Pembauran ada macam-macam, Kho..” lanjut Yen menambahkan..
”Ada yang berbaur dalam pekerjaan.. rumah.. profesi dan pergaulan.
Untuk kita bertiga.. yah berbaur kelamin aja..” papar Yen kocak.

Hahaha.. ***** END
=======================
 
Terakhir diubah:
=======================


Third Story - Makna Persahabatan

Sudah beberapa bulan berlalu sejak Mei memperkenalkan Yen kepadaku.
Sejak itu kedua wanita Cina yang cantik dan bahenol ini menjadi partner seksku.
Secara rutin kami bertemu untuk bersetubuh dan memuaskan nafsu birahi.

Kebanyakan kami berkumpul di rumah Mei di bilangan Margorejo..
– Cerita sebelumnya: Hadiah Ulang Tahun Yang Mengejutkan..

Keduanya seperti tak terpuaskan. Apalagi Yen. Nafsunya yang besar itu seperti tak ada habisnya. Permainan ranjangnya sungguh-sungguh menggairahkan.. sehingga selalu ada kegembiraan dan kebanggaan tersendiri setiapkali aku menggumuli, menyetubuhi dan memuaskan nafsunya.

Satu hari Jumat, jam istirahat makan siang. Bersama seorang teman aku meluncur ke Delta Plaza. Ketika lagi asyik menyantap mie goreng, ada SMS masuk ponselku. Ternyata dari Yen.

"Kho Ardy, aku di meja pojok kanan. Buat aja seperti nggak kenal, ya..”
Aku menoleh ke pojok kanan itu. Yen ada di sana bersama sekelompok teman wanita.
Ada enam orang, semuanya Cina.

Wow..!! Cantik-cantik dan mulus-mulus. Mereka bercerita sambil tertawa-tawa dengan ceria.

Yen melirik ke arahku sambil menulis SMS di ponselnya.
Beberapa detik kemudian ada SMS masuk lagi.

"Pilih aja yang Kho Ardy suka..”

Aku jadi nggak dapat lagi berkonsentrasi pada makan siangku.
Mataku meneliti para wanita itu satu per satu.
Aku lalu teringat percakapanku dengan Yen dan Mei satu malam setelah bersetubuh dengan keduanya.

"Aku sudah punya dua wanita Cina yang cantik dan seksi..” kataku.
"Kapan dua ini akan bertambah menjadi empat..?”
"Kho Ardy pingin tambah lagi..” kata Yen di luar dugaanku.
"Mudah, Kho. Akan Yen atur. Mau tambah dua atau berapa, terserah Kho Ardy aja..”

"Nggak usah khawatir..” lanjut Mei.
"Akan ada saatnya hadiah baru lagi. Tapi harus hemat-hemat tenaganya.
Soalnya wanita Cina itu nafsunya gede-gede. Haha..”


Aku tak menduga kalau guyonan itu akan menjadi kenyataan.
Berarti Yen sungguh-sungguh akan menepati janjinya.

Mataku menangkap sosok perempuan yang duduk di sebelah kiri Yen. Wajahnya manis imut-imut.
Pandangan sekilas jelas menunjukkan sosok tubuhnya yang tinggi tetapi padat.
Rambutnya panjang seperti punya Yen dibiarkan tergerai.

Lalu mataku menangkap sosok yang membelakangiku.
Wanita berambut pendek itu jelas bertubuh padat.
Kursi kecil merah yang didudukinya tak mampu memuat pantatnya yang lebar itu.
Yang lain-lain walaupun berwajah manis rata-rata bertubuh agak kecil, tentu tidak masuk dalam kriteria seleraku.

"Yang di sebelah kiri dan yang di depanmu..” tulisku dalam SMS untuk Yen.
Kulihat Yen membaca SMS di ponselnya dan tersenyum sekilas.

Ketika mereka berjalan beriringan meninggalkan mejanya, aku memperhatikan satu per satu.
Tidak salah pilihanku. Si rambut panjang itu setinggi Yen.
Rok sedikit di bawah lutut dan blazer biru terang itu cukup memberi gambaran bentuk tubuhnya yang seksi.
Buah dadanya menonjol. Pantatnya bulat besar. Gambaran celana dalamnya sedikit terlihat.

Yang berambut pendek sedikit lebih rendah. Pinggangnya ramping dan buah dadanya besar.
Dan pantatnya. Aduhai..! Bulat besar dan bergoyang-goyang dengan indahnya.
Lebih besar dari pantat wanita yang tinggi itu, malah lebih besar dari pantat Mei dan Yen.

Aku menelan liur. Yen mengedipkan matanya sekilas sambil melirikku.
Mereka berlalu.. sementara teman makan siangku terus ngomong tanpa sadar apa yang sedang terjadi.

Kembali ke kantor aku tak dapat berkonsentrasi lagi. Kutelepon Yen.
"Gimana tadi..?” tanyaku.
"Aku mau yang rambut panjang di sebelah kirimu dan si rambut pendek di depanmu itu..”

"Sudah kuduga kalau Kho Ardy akan memilih yang itu..” katanya sambil tertawa kecil.
"Keduanya memang sesuai selera Kho Ardy. Yang berambut panjang namanya Dewi, 28 tahun.
Yang berambut pendek namanya Fenny, seusiaku, 29 tahun..”

"Kapan ketemunya..?” kataku tak sabar.

"Haha..” tawanya renyah.
"Udah nafsu nih ye..” lanjutnya menggoda.

"Habis, montok-montok segitu..” sahutku.

"Kho Ardy harus sabar karena perlu pendekatan.
Begitu berhasil, Kho Ardy akan kukabarkan. Saya yakin tak lama..” katanya berbisik-bisik.
"Tapi, sebelum ketemu mereka kan masih ada aku sama Mei yang selalu siap..”

Sesudah pertemuan itu, setiapkali bersetubuh dengan Mei dan Yen saya selalu bertanya kapan bertemu si Dewi dan Fenny.
Mei juga tidak berkeberatan.. bahkan bermimpi dapat bermain berlima pada satu kesempatan nanti.

Ternyata penantianku tidak berlangsung lama.
Tiga minggu sesudah SMS di Delta Plaza, suatu siang Yen menelponku.

"Ada khabar gembira, Kho..” kata Yen dengan suara renyah.
"Dewi dan Fenny pingin segera kenalan dengan Kho Ardy..”

"Betul Yen..” sahutku.
"Siapa dulu dong yang ngatur..” sahutnya.

"Supaya puas, nanti Kho Ardy main aja sama Dewi dan Fenny dulu.
Lalu nanti berlima sama aku dan Mei kalau sudah memungkinkan..” kata Yen.

"Gimana baiknya..?” tanyaku.

"Hari Jumat besok Mei akan nginap di tempatku..” katanya lagi.
"Kalian pakai aja rumah Mei, biar aman..”

"Jadi Mei udah tau..?” tanyaku.

"Yah, udah..” sahut Yen.
"Keduanya udah kenalan sama Mei.
Mei setuju kok, makanya ia menginap di rumahku biar kalian bisa leluasa bermain bertiga.
Kami menanti Kho Ardy besok di sana.
Sesudah Kho Ardy datang, aku dan Mei pergi, biar Kho Ardy leluasa menikmati Dewi dan Fenny..”

"Wuii.. Kamu hebat deh, Yen..” kataku.

"Tapi Sabtu malam tetap milikku dan Mei..” katanya.
"Hemat tenaganya, ya. Aku dan Mei juga mau puas-puas..”

"Ngomong-ngomong, gimana sih sampai mereka bisa mau..?” tanyaku.

"Haha..” Yen tertawa.
"Mudah kok. Mereka tahu kalau aku dan Mei itu janda-janda muda.
Tapi kok selalu berseri-seri setiap awal pekan. Tahu kan, maksudku..?
Mereka lalu bertanya. Yah, kuceriterakan. Mei juga ceritera.
Mei hebat promosinya.. seperti ceritanya dulu ke aku.
Lama-lama keduanya tertarik dan akhirnya pingin kenalan sungguh..”

"Udah kawin keduanya..?” tanyaku lagi.

"Kawin sih udah..” sahut Yen sambil ketawa lagi.
"Tapi belum menikah. Nggak apa-apa kan..? Masa mau cari yang perawan..?”

"Ya, nggak..” kataku.

"Tapi mau keduanya main bareng bertiga..?” tanyaku lagi.
"Jangankan bertiga, berlima juga mau..” sahut Yen.

"Nggak usah khawatir Kho, keduanya orang-orang yang santai kok.
Kalau mau, minggu depan kita main berlima aja. Kho Ardy dilayani kami berempat khan enak..”

"Terimakasih Yen..” kataku setelah yakin.
"Akan ada hadiah untukmu..”

"Apa itu..?” tanyanya.
"Dua jam tambahan di ranjang..” sahutku.
"Iihh.. Maunya..” sahut Yen sambil tertawa.
Aku menutup telepon sambil tersenyum sendiri.

Babak baru pengalaman seksku akan bertambah lagi dengan hadirnya dua wanita ini.
Aku membayangkan nikmatnya bergumul dengan Dewi dan Fenny, kedua wanita cantik dan montok itu.
Apalagi kalau menggumuli empat-empatnya bergiliran dalam satu pesta seks, pasti akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Tidak terasa, kemaluanku bergerak-gerak dalam celanaku, seakan-akan sudah tidak sabar menantikan saat-saat nikmat bersatu dengan Dewi dan Fenny yang cantik dan bahenol itu.

Jumat sore. Aku menuju rumah Mei dengan jantung berdebar-debar.
Ada rasa bangga yang menyelip di dadaku karena boleh menikmati kehangatan tubuh-tubuh wanita Cina yang cantik-cantik itu.

Sebaliknya ada rasa cemas juga, takut ditolak karena tidak sesuai dengan harapan mereka.
Maklum, usiaku sudah 39 tahun, sebelas dan sepuluh tahun lebih tua dari Dewi dan Fenny.
Apa jadinya kalau aku dirasa kurang cakep dan ditolak..? Wah, pasti malu sekali.
Namun kupikir Yen dan Mei tak mungkin berbohong.
Bukankah keduanya sudah ketagihan dengan kejantananku..?

Di depan pintu pagar aku ragu-ragu sejenak.
Setelah menarik nafas beberapakali, aku mendorong pintu yang tidak terkunci. Aku masuk dan mengancing pintu pagar stainless still itu.
Tanpa mengetuk, aku mendorong pintu depan. Seperti biasa, kalau sudah ada janji pintu depan tidak dikunci.
Aku mendorong pintu dan melangkah masuk.

"Hi, sayang..” suara Mei menyambutku.

Astaga..! Mei hanya mengenakan celana dalam dan beha kecil berwarna merah.. yang membuat buah dadanya yang montok itu seperti akan meloncat keluar.

Aku terpesona. Mei yang sudah puluhankali kugumuli itu tetap tampil menawan.
Tetapi yang membuatku terkejut ialah caranya berpakaian.
Pasti yang lain-lain juga berpakaian seperti itu.
Apakah aku akan dilayani keempat wanita itu sekaligus..?

Dengan mesra Mei mengecup bibirku dan menggandengku masuk.
Dan benar dugaanku.. di ruang tengah telah menunggu Yen, Dewi dan Fenny, ketiga-tiganya hanya mengenakan celana dalam dan beha kecil.

Memperhatikan tubuh-tubuh montok bahenol nyaris bugil itu, nafsu birahiku langsung menggelegak butuh penyaluran.
Kemaluanku langsung berdenyut-denyut di balik celanaku, tidak sabar menanti saat-saat indah menyatu dengan wanita-wanita Cina cantik bahenol ini.

Mei melepaskanku dan berdiri berjajar bersama Yen, Dewi dan Fenny.

Aku tertegun memandang keempat wanita ini yang mengenakan hanya beha dan celana dalam. Keempat-empatnya memakai sepatu hak tinggi.. sehingga menambah seksi pemandangan di depanku.

Yen yang berdiri di sebelah Mei mengenakan celana dalam dan beha berwarna hitam.
Dadanya menyembul keluar dengan indahnya. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai.

Di sebelah kiri Yen berdiri Fenny. Ia mengenakan celana dalam dan beha berwarna abu-abu.
Rambutnya juga panjang tergerai sampai ke pantatnya.
Dadanya menonjol ke depan, membusung dan dengan indahnya menyembul dari beha yang kecil. Dan.. Pantatnya itu, aduhai besarnya.
Menariknya, pinggulnya cukup ramping untuk wanita dengan ukuran pantat sedemikian besarnya.

Dan akhirnya, si jangkung Dewi.. dengan rambut di bawah pundak.
Ia mengenakan celana dalam dan beha berwarna cream. Dadanya pun montok mempesona dengan tubuh padat dan sintal.
Pinggangnya melekuk dengan indahnya menuruni pinggulnya yang digantungi dua bongkahan pantatnya yang lebar, walaupun tidak selebar punya Fenny.

Dadaku berdegup kencang, mataku membelalak dan mulutku terbuka. Mimpi apa aku semalam..? Kupandangi keempat wanita Cina yang putih mulus, cantik montok dan bahenol itu dengan nafas yang menderu-deru.
Keempatnya tersenyum manis.

"Selamat datang ke dunia impian..” kata Yen dengan suaranya yang merdu.

"Semua ini milikmu..” sambung Mei.
"Nikmati sepuas hati..”

"Ayolah, Kho Ardy..” kata Yen manja.
"Kenalan dong, sama si Fenny dan Dewi.
Katanya pingin kenalan dengan dua cewek montok nan sexy ini. Ayo, kemarilah..”

Aku mendekat. Mei dan Yen mendekat dan mengapitiku di kiri dan kanan.
Keduanya bergayut di bahuku dengan buah dada mereka yang montok kenyal itu menempel di lengan kiri dan kananku.

Kedua wanita montok ini telah puluhankali merasakan kejantananku.
Sekarang mereka ingin membagi kenikmatan dengan dua teman yang lain.
Aduhai..! Dadaku berdegub-degub.

Fenny mendekat. Goyangan dada dan pantatnya saja sudah mampu membangkitkan birahiku. Apalagi goyangannya di atas ranjang, pastilah membuatku terbang ke awan-awan.
Kuulurkan tanganku. Ia menyambutnya hangat. Kurengkuh tubuh montok itu ke dalam pelukanku. Dadanya terasa empuk menempel di dadaku.

Tanganku melingkari pinggulnya dan meraih pantatnya yang besar itu.
Kutekan pantatnya itu ke arahku dalam gerak menyerupai persetubuhan.
Fenny terkikik diiringi tawa Mei dan Yen.
Ketika kukecup bibirnya, terasa ada getar-getar birahi dalam desah nafasnya yang hangat.

Lalu giliran Dewi. Jalannya anggun. Dengan postur tubuh setinggi itu ia lebih layak menjadi peragawati.
Buah dadanya yang putih mulus dan disangga oleh beha kecil itu bergoyang-goyang dengan lembutnya.
Sungguh pemandangan yang mengungkit birahi terpendam.

"Senang berkenalan dengan Mas Ardy..” kata Dewi sambil menyambut tanganku.
Aku merengkuh tubuh sintal dan sexy itu ke dalam pelukanku. Ia menggeletar.

Ketika masih kunikmati dadanya yang empuk menempeli dadaku dan tanganku meraih-raih pantatnya, ia mendaratkan kecupannya di pipiku.
Mei dan Yen bertepuk tangan.

"Nah, Kho Ardy..” kata Yen.
"Tugasku sudah selesai. Dewi dan Fenny akan menemanimu. Nikmati malam ini sepuas-puasnya. Aku dan Mei akan pergi..”

"Dewi, Fen..” kata Mei.
"Kami pergi ya. Aku jamin deh, kalian berdua nggak bakalan kecewa.
Malah ketagihan nanti. Hati-hati, jangan lupa pulang lho, besok..”

Mei dan Yen segera berpakaian dan meninggalkan ruangan.
Tidak lama berselang, terdengar derum mobil Mei meninggalkan halaman rumah.

Aku turun dan mengunci pagar dan pintu depan.
Ketika aku kembali, Dewi dan Fenny sudah menantiku di pintu ruang tengah.

Keduanya langsung menyerbuku dan mendaratkan ciuman-ciumannya yang panas dan penuh gairah birahi terpendam.
Aku sampai kewalahan dibuatnya. Malam ini, Dewi dan Fenny sepenuhnya menjadi milikku.
Aku akan mereguk kenikmatan sepuas-puasnya dalam pelukan hangat keduanya.

Sambil merangkul keduanya, Fenny di kiri dan Dewi di kanan, kuajak keduanya duduk di sofa ruang tengah.
Di ruang inilah dulu aku berpesta seks pertamakali dengan Mei dan Yen.
Di ruang inilah pertamakali Mei dan Yen melayaniku dan menjadi ketagihan sejak itu.
Kini aku ingin agar di ruang yang sama ini Fenny dan Dewi merasakan kejantananku dan selanjutnya menjadi ketagihan.

Tanpa kuminta, kedua wanita Cina yang cantik montok nan bahenol ini mulai membuka pakaianku. Satu per satu dilepaskannya.. sehingga yang tertinggal hanya celana dalamku saja.

Kemudian serentak keduanya mendaratkan ciuman-ciuman di pipi dan leherku hingga akhirnya mulut-mulut mungil dengan bibir-bibir sexy itu mulai mengulum puting susuku, Fenny di sebelah kiri dan Dewi di sebelah kanan.

Aku mengerang-ngerang nikmat dan dengan segera tanganku bergerilya di lekukan-lekukan tubuh keduanya.
Kedua tanganku melingkar ke punggung Dewi dan Fenny lalu melepaskan kaitan beha masing-masing.

Terlepas dari beha, buah dada keduanya yang memang besar dan montok mencuat keluar dengan indahnya.
Warnanya putih mulus dengan puting yang merah kecoklatan.
Buah dada keduanya sudah menegang.. sehingga terasa padat dan empuk di telapak tanganku.

Ketika tanganku mulai mengelus buah dada keduanya yang montok itu, desah nafas nikmat terdengar dari mulut keduanya.
Geletar birahi sudah melanda urat nadi seluruh tubuh mereka.

Serentak tangan-tangan mungil Dewi dan Fenny menerobos celana dalamku dan berebutan menggenggam batang kemaluanku yang sudah menegang sekeras tank baja.

Aku tidak peduli tangan siapa yang mengelus batang kemaluanku dan yang lain mengusap-usap buah pelirku.
Yang kurasakan hanya geletar-geletar nikmat yang menjalari seluruh bagian tubuhku dan meledak-ledak di denyutan kemaluanku.

Melepaskan kuluman di kedua puting susuku, Fenny menyusuri perutku dan mendekati selangkanganku.
Dewi merayapi leherku dan mengendus-ngendus di pangkal kupingku.

Tangan kiriku menyelusuri belahan buah dada Fenny dan sejalan dengan itu bibirku merambah tonjolan buah dada Dewi yang ternyata lebih besar dan lebih montok dari buah dada Fenny.

Kuremas buah dada Fenny dan kuisap buah dada Dewi.
Kedua wanita Cina itu bersamaan mengerang dengan suara keras.

Sambil tetap mengisap-isapi buah dada Dewi, tanganku mulai bergerilya ke balik celana dalam keduanya.
Bongkahan-bongkahan pantat keduanya yang montok dan padat itu kini menjadi sasaran remasan tanganku.

Telapak tanganku terasa empuk menelusuri halus kulit dan montoknya bongkah-bongkah itu. Keduanya menggelinjang ketika jari-jariku nakal menyelusuri belahan pantat yang menggairahkan itu. Keduanya bereaksi menjawab gerak tanganku itu.

Celana dalamku diperosotkan Fenny.. sehingga aku telanjang.
Sejalan dengan mencuatnya kemaluanku tegak ke atas laksana menara, mulut mungil Fenny langsung menyergapnya.

Kemaluanku yang sudah tegang itu berdenyut-denyut dalam mulutnya.
Sedotannya sungguh membawa nikmat tidak terkira.
Aku menggeram, tetapi geramanku itu tertahan di buah dada Dewi yang menekan kepalaku kuat-kuat ke dadanya.

Kedua tanganku dengan cepat menerobosi celana dalam keduanya dan bersarang di kemaluan masing-masing.
Tangan kiriku menggerayangi kemaluan Fenny dan tangan kananku sibuk mencari-cari kemaluan Dewi.
Ternyata keduanya telah basah oleh lendir.

Dewi mengaduh keras ketika jemariku menerobosi liang nikmatnya itu.
Jeritan Fenny tertahan oleh kemaluanku yang telah memenuhi mulutnya.

Sambil tangan kirinya terus menekan kepalaku ke arah dadanya, tangan kanannya memerosotkan celana dalamnya sendiri.
Fenny menggelinjang-gelinjang ketika tangan kiriku mencopot celana dalamnya.

Kini aku bersama kedua wanita cantik itu sudah dalam keadaan bugil penuh tanpa ditutupi sehelai benang pun.
Adakah sesuatu yang dapat menghalangi aku untuk menikmati tubuh-tubuh bahenol ini sekarang..?

"Kita ke kamar sekarang..” kataku kepada Fenny dan Dewi.
Fenny melepaskan kulumannya atas kemaluanku.
Bertiga kami bangkit dan melangkah ke lantai atas.
Kedua wanita itu bergayut di bahuku, Fenny di sebelah kiri dan Dewi di sebelah kanan.

Tangan kanan Dewi menggenggam dan mengusap-usap kemaluanku.. sehingga tetap tegang dan keras.
Buah dada keduanya menempeli lengan kiri dan kananku sementara kedua tanganku merayapi bongkah-bongkah pantat keduanya yang montok dan padat.
Kedua wanita cantik itu mengikik genit dan seksi.
Aku tahu persis, nafsu birahi keduanya telah menggelora, tidak sabar menantikan pemuasan.

Kamar tidur Mei terasa sangat romantis dan berbau wangi.
Ruangan berpenyejuk itu terasa sangat lapang.
Lampu yang redup membuat suasana semakin indah.
Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang. Kemaluanku tegak menjulang dengan gagahnya, menantikan saat-saat mendebarkan, menyatu dengan kedua wanita itu bergantian.


Dewi dan Fenny berdiri sejajar mempertontonkan tubuhnya yang molek padat kepadaku.
Dewi lebih tinggi dengan buah dada yang lebih besar dan padat.
Fenny lebih pendek, buah dadanya juga kalah besar dari Dewi, tetapi pantatnya itu.. Aduhai..!
Lebih besar dari pantat Dewi, bahkan lebih besar dari pantat Mei dan Yen.
Getaran pantatnya yang besar itu jelas-jelas sangat mengungkit birahiku yang terpendam.

Sambil tertawa-tawa keduanya berputar-putar, mempertontonkan kemontokan dan kemolekan tubuh bugil mereka.
Kupandang buah dada keduanya yang montok, bongkahan-bongkahan pantat yang bulat, padat dan besar.
Rambut kemaluan yang hitam legam itu memberi pemandangan yang sangat indah dan kontras di atas kulit yang putih dan mulus itu.

"Udah puas lihatnya..?” tanya Dewi.
"Udah..” jawaku sekenanya.

Segera kedua wanita itu menerkamku di atas ranjang Mei yang lebar dan empuk itu.
Spring bed itu bergetar-getar menahan gempuran keduanya.

Jari-jari mungil mereka merambah dan mengelus seluruh bagian tubuhku, sementara bibir-bibir mungil dan basah itu menjelajah seluruh bagian sensitif tubuhku.
Tubuh-tubuh bugil bahenol itu menghimpitku dengan ketatnya.
Kubiarkan keduanya menjelajahi tubuhku.

Sentuhan-sentuhan manis itu sungguh-sungguh membawa rasa nikmat yang tak terkira.
Dewi mendekatkan buah dadanya ke wajahku.
Mulutku dengan segera menangkap dan mengulum puting buah dadanya yang menegang itu.

Ia mengerang keras ketika lidahku mempermainkan putingnya.
Sementara itu bibir dan lidah Fenny leluasa menjelajahi sela-sela pahaku.

Batang kemaluanku yang sudah sekeras laras senapan itu terasa terpilin-pilih dalam mulutnya. Lidahnya begitu lihai mempermainkan kemaluanku itu.
Pantatnya yang bulat lebar itu menjadi sasaran remasan tangan kiriku.
Ketika nafsu birahiku semakin menggila dan tak tertahankan lagi, kupikir saatnya untuk menyetubuhi kedua wanita itu.

Aku melepaskan diri dan meminta keduanya berbaring berjajar.
"Dewi duluan..” kata Fenny. Kulihat Dewi sudah menelentang dengan mata tertutup.
Bibirnya sedikit terbuka dan mendesis-desis. Pahanya telah dibuka lebar-lebar.

Kemaluannya merekah merah dan basah oleh cairan vaginanya, dihiasi oleh bulu-bulu hitam lebat di seputarnya.
Tangan kirinya berpegangan erat dengan tangan Fenny seakan-akan menimba kekuatan dan dukungan.
Dadanya kelihatan bergemuruh oleh denyut jantungnya. Ia terlihat menahan napas.
Aku tahu, ia tak sabar menantikan sensasi indah bersatu dengan diriku.

Kuarahkan kemaluanku yang sudah menegang dan berkilat-kilat.
Sleppp.. Ujung kemaluanku menguak perlahan-lahan bibir kemaluannya. Ia mendesah nikmat.

Rrrr.. blessep..! Lalu perlahan-lahan aku menyuruk masuk. Mulutnya semakin lebar terbuka.
Batang kemaluanku yang berkasa itu menerobos dinding-dinding vaginanya yang telah basah berlendir.

Ketika separuh batang kemaluanku telah menerobos liang nikmatnya Dewi, aku berhenti sejenak dan membiarkan dia menikmatinya.
Kulihat ekspresi wajah Dewi yang menggelinjang kenikmatan.
Rambut hitamnya yang terserak di bantal mempertegas ekspresi wajahnya yang putih mulus. Tangannya meremas-remas kain seprei.
Dari mulutnya keluar desah-desah nikmat yang menggelora.
Aku tersenyum bangga, bisa menikmati tubuh wanita secantik dan semontok Dewi.

Ketika aku dengan hati puas menikmati ekspresi penuh kenikmatan wajah Dewi, di saat itulah ciuman bibir Fenny mendarat di belakangku, tepat di atas pantatku.
Aku terkejut karena geli. Reaksiku tak terduga.

Kusodokkan kemaluanku dengan keras ke arah Dewi. Jlebbh..!
Batang kemaluanku yang besar dan panjang itu dengan ganasnya menerobosi lubang surgawi Dewi dan tertanam sepenuhnya di lubang yang sudah basah berlendir itu.

"Erghhh.. hhhh.." Dewi tersentak dan membelalakkan matanya sambil mengerang hebat.
Jeritan kerasnya menyusul.. panjang membelah udara malam yang hening itu.
"Aarrggghh..” erang Dewi penuh kenikmatan.

Pantatnya dihentak-hentakkan ke atas untuk menerima kemaluanku sepenuhnya.
Pahanya yang padat itu membelit pinggangku.. sehingga aku sepenuhnya bersatu dengan dirinya.
Ia melolong-lolong seperti orang hilang ingatan.

Sementara itu jilatan lidah Fenny di seputar bokongku membuat rasa nikmat itu semakin menjadi-jadi.
Setelah berhenti sejenak dan memberi kesempatan kepada Dewi untuk menikmati sensasi nikmat ini, aku mulai bergerak.

Kemaluanku kugerakkan maju-mundur secara berirama.
Crebb.. crebb.. crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crebb..
Mula-mula perlahan-lahan, lalu bergerak makin cepat.

Tubuh montok Dewi bergetar-getar seirama dengan genjotan kemaluanku.
Mulutnya terbuka dan mendesis-desis.

Melihat indahnya bibir-bibir mungil merah merekah itu, aku segera mendaratkan bibirku di sana. Kulumat habir bibir-bibir seksi itu.
Dewi membalas tak kalah hebatnya.
Lidahku terpilin-pilin oleh sedotan mulutnya.

Tubuhku mulai berpeluh, menetes dan menyatu dengan keringat Dewi.
Pahanya kini dibuka lebar-lebar.. sehingga aku dapat leluasa menggenjot kemaluannya itu.
Crebb.. crebb.. crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crebb.. cropp.. cropp..
Kecipak bunyi cairan vaginanya karena sodokan kemaluanku secara berirama menambah panas pertarungan penuh birahi ini.

"Aku mau keluar..” erang Dewi. "Ayo, Mas.. Lebih keras! Auuhh..!!”

Mengingat masih ada Fenny yang harus dipuaskan, aku mempercepat gerakanku agar Dewi secepatnya orgasme.
Benar..! Dalam hitungan dua menit, Dewi menjerit sekeras-kerasnya sambil menghentak-hentakkan pantatnya ke atas.

Tubuhnya menggeletar dengan hebas karena didera rasa nikmat yang luar biasa.
Jeritannya itu tersekat oleh mulutku. Pahanya ketat membelit pinggangku.

Tangannya memelukku seerat-eratnya. Desah puas terdengar dari mulutnya.
"Fenny masih menunggu..” kataku mengingatkan. Ia mengangguk dan melepaskanku.

Plupp..! Aku mencabut kemaluanku yang masih tegak keras dan berkilat-kilat karena dilumuri lendir vagina Dewi.
Dari kemaluannya kulihat aliran lendir orgasmenya.

Dewi tetap berbaring dengan paha terbuka dan mata tertutup.
Buah dadanya membusung ke atas, agak memerah karena remasan dan gigitanku.
Kemaluannya tetap merekah terbuka dan bergetar-getar, masih harus terbiasa dengan genjotan kemaluanku yang keras dan besar ini.

Aku menoleh dan kulihat Fenny menatapku dengan pandangan yang menyiratkan harapan agar nafsunya pun segera dipuaskan.
Kuhampiri Fenny. Ia bergerak dan menyiapkan dirinya untuk disetubuhi.

Tak kusangka, ia langsung menungging. Rupanya ia suka doggy style penetration.
"Aku tahu, Mas Ardy suka pantatku..” katanya sambil tertawa kecil.

"Ayo, Mas! Fenny udah nggak sabar, nih. Pengen cepat dirudal oleh penismu yang keras itu..”
"Hmm.. oke.. Siapa takut..!” sahutku.

Karena Fenny sudah sangat terangsang, aku tidak menunggu lama-lama.
Langsung saja kuarahkan kemaluanku ke arah kemaluannya yang merekah, diapiti oleh kedua bongkahan pantatnya yang montok, padat dan lebar itu.

Sungguh pemandangan yang indah dan sangat mengungkit birahi yang terpendam.
Pantat yang lebar dan mulus itu pasti menjanjikan kenikmatan yang tak ada duanya.
Bulu-bulu kemaluannya yang hitam lebat itu menutupi sedikit liang nikmat Fenny.

Kusibak rambut-rambut itu dan tampaklah bibir-bibir vagina yang berwarna merah muda, segar dan basah berlendir.
Apa lagi yang dapat menghalangiku menyetubuhi si pantat besar ini..?

Fenny menurunkan kepalanya hingga bertumpu ke bantal. Pantatnya diangkat.
Tangannya meremas ujung-ujung bantal itu seakan-akan mencari kekuatan. Nafasnya berdesah tak teratur.
Dapat kurasakan bulu-bulu halus tubuhnya meremang, menantikan saat-saat sensasional ketika kemaluanku ini akan menerobosi lubang surgawinya.

Aku merapat. Kuelus-elus kedua belahan pantatnya yang mulus padat itu.
Perlahan-lahan jari-jariku mendekati bibir-bibir vaginanya yang telah basah itu.
Jariku mempermainkan rambut lebat di seputar lubang itu.

Fenny mengerang-erang menahan birahinya yang semakin menggila.
Pantatnya bergetar-getar menahan rangsangan tanganku.

"Ayo, Mas..” erang Fenny.
"Udah nggak tahan nih..!”

Kuarahkan kemaluanku yang masih sangat keras itu ke arah lubang kenikmatan Fenny.
Kuletakkan kepala batang kemaluanku di atas bibir-bibirnya. Fenny mendesah.
Clebb.. Bless..! Dengan perlahan tapi pasti aku mulai mendorongnya ke depan.

Slebbh.. Jlebb..! Kemaluanku menerobosi lubang nikmatnya itu.
"Ighhh..!" Fenny menjerit kecil sambil mendongakkan kepalanya ke atas.

Sejenak aku berhenti dan membiarkan Fenny menikmatinya.
Ketika ia tengah mengerang-erang dan menggelinjang-gelinjang, dengan mendadak kusodokkan kemaluanku ke depan dengan cepat dan keras.
Jlebb..! Dengan lancar batang kemaluanku meluncur ke dalam liang vaginanya.

Fenny tersentak dan menjerit keras.
"Ampunn, Mas..!” jerit Fenny.
"Auuhh..!!”
Di saat itu pula terdengar telepon berdering.
Siapa sih yang nelpon malam-malam begini..?

Dewi beranjak menerima telepon ini.
Sambil terus menggenjoti kemaluan Fenny, aku sempat menangkap pembicaraan itu.

"Eh, Yen..” kata Dewi.
"Tuh lagi asyik di sana. Fenny sampai menjerit-jerit tuh. Bisa dengar kan..?
Ya.. Aku sampai orgasme berulang-ulang lho. Mas Ardy memang jagoan deh. Ok.. Aku ke sana..”

Dewi membawa cordless telepon itu ke samping ranjang.
Ia mendekatkannya ke kepala Fenny yang menjerit kenikmatan.
Rupanya Mei dan Yen ingin mendengarnya juga.

Aku terpacu untuk menunjukkan kejantananku.
Maka langsung kupercepat genjotan kemaluanku di liang vagina Fenny.
Crebb.. crebb.. crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crebb..

Kujambak rambutnya.. sehingga wajahnya mendongak ke atas.
Semakin keras dan cepat genjotanku, semakin keras erangan dan jeritan Fenny.
Bunyi hentakan pantatnya di pahaku semakin memukau.

Akhirnya kurasakan lahar sperma di kemaluanku akan memuncrat.
Maka aku mempercepat kocokanku, biar Fenny duluan orgasme.

Benar..! "Aa..h..!!!” jerit Fenny penuh nikmat.. menyambut orgasmenya.. entah yang keberapa yang ia dapat.
"Aah.. Aku keluar..! Aku keluar..!”
Diiringi jeritan kerasnya, tubuh Fenny menggeletar hebat didera rasa nikmat orgasme yang tak terkatakan.
Punggungnya melengkung ke atas dan mengejang.

Jleggh..! Hentakkan pantatku membenamkan kemaluanku dalam-dalam ke vagina Fenny.
Dinding liang kemaluannya itu terasa menjepit batang kemaluanku, mengiringi muntahan spermaku memenuhi lubang kenikmatannya.

Crrttt.. crrrttt.. crttt.. crrrtt.. crrtt.. crrttt..!

Tanganku mencekal pahanya yang padat itu dan menarik erat-erat ke arah kemaluanku.. sehingga kemaluanku yang kubanggakan itu terbenam sedalam-dalamnya.. setandasnya di kemaluan lubuk Fenny.

Punggung Fenny yang padat berisi itu bersimbah peluh. Rambutnya melekat.
Ia mencengkam seprei kuat-kuat seakan-akan hendak menimba kekuatan dari sana, menahan deraan rasa nikmat yang melanda sekujur tubuhnya.

Rasa nikmat yang sama menjalari tubuhku, diimbangi oleh rasa bangga karena dapat beradu birahi dengan dua wanita Cina yang yang cantik dan bahenol.
Kebanggaanku menjadi lebih lengkap karena keduanya sudah meraih orgasme berkat kejantananku.

"Udah dulu ya, Mbak..” suara Dewi membuyarkan lamunanku.
"Fenny udah keluar, tuh..! Aku mendingan mandi, deh..! Sebentar lagi pasti giliranku..”
Rupanya ia mengobrol dengan Mei dan Yen lewat telepon.

Rasa bangga menjalari kepalaku mendengar ucapan Dewi itu.
Sambil tetap membiarkan kemaluanku menancap di tubuh Fenny, aku menoleh ke arah Dewi.
Aku tersenyum, ia membalasnya. Ia mendekatiku dan mendaratkan bibirnya di bibirku.

Kami berpagutan erat sementara tubuh Fenny yang masih menyatu dengan tubuhku terus menggeletar menggapai sisa-sisa kenikmatan.
Ohh, malam yang teramat indah dan akan kukenang seumur hidupku.

"Oh! Nikmatnya..!” kata Fenny.
"Aku belum pernah sepuas ini..!”

"Aku juga..” sahut Dewi.
"Luar biasa Mas Ardy ini..!”

Plopp..! Aku mencabut kemaluanku dari kemaluan Fenny.
Kuperhatikan liang vaginanya yang dipenuhi spermaku bercampur cairan kemaluannya, menetes jatuh membasahi pahanya.

Kami bertiga rebah di atas ranjang.
Kedua wanita itu menempel lekat, Dewi di sisi kiriku dan Fenny di sisi kananku.

Ciuman hangat mendarat di kedua pipiku. Sekitar lima belas menit kami hanya berbaring diam melemaskan badan, mereguk sisa-sisa kenikmatan dan menghimpun tenaga.

"Mandi, yuk..!” ajak Dewi. Bertiga kami beralih ke kamar mandi.

Seperti dengan Mei dan Yen dulu, kamar mandi itu berubah menjadi arena pemuasan nafsu birahi.
Dewi dan Fenny memandikanku. Keduanya menyabuniku bukan dengan tangan.

Dewi sibuk menyabuni seluruh bagian belakang tubuhku dengan buah dadanya, sementara Fenny menyapu bersih seluruh bagian depan tubuhku dengan pantatnya yang lebar.

Ruang kamar mandi itu dengan segera dipenuh oleh gelak tawa dan gurauan-gurauan yang membangkitkan birahi.
Gesekan-gesekan, rabaan-rabaan dan remasan-remasan tak ayal lagi merangsang nafsu terpendam.

Ketika ledakan-ledakan nafsu itu tidak tertahankan lagi, jalan satu-satunya ialah menyetubuhi kedua wanita itu bergiliran.
Maka dinding-dinding kamar mandi itu pun menjadi saksi bisu aku beradu nafsu syahwat dengan Fenny dan Dewi.

Fenny minta disetubuhi duluan.
Aku duduk di tepi bathtub dengan kemaluanku mengacung tegak ke atas.
Dewi merangkulku dari belakang.. sehingga buah dadanya yang padat itu menempel erat di punggungku.

Fenny mengangkangkan pahanya dan mendekatiku dari depan, siap-siap untuk disetubuhi.
"Mas Ardy pasti bangga ya, dilayani oleh dua cewek bahenol..” kata Fenny tersenyum.

"Jelas dong..” sahutku.
"Bayangkan..! Dua cewek Cina, putih mulus, cantik dan bahenol, dapat kusetubuhi bergantian dalam semalam..”

"Apa yang paling Mas Ardy suka..?” sahut Dewi.
"Aku dan Fenny kan sama saja dengan wanita-wanita yang lain..”

"Oh, jelas beda.." jawabku.
"Aku suka wanita yang bahenol dengan buah dada dan pantat yang besar. Jelas, kalian berdua masuk dalam kriteriaku.
Yang kedua, aku terobsesi untuk bersetubuh dengan wanita-wanita Tionghoa. Putih, mulus dan halus.
Awalnya sih pingin tau aja, senikmat apa sih bersetubuh dengan wanita-wanita Cina. Eh, ternyata luar biasa nikmatnya. Jadinya ketagihan.."

"Ah, Mas Ardy aja ada..” kata Fenny mencubit lenganku.

"Kita akan saling memuaskan..” kata Dewi.
"Mas Ardy membutuhkan tubuh kami sedang kami membutuhkan kejantananmu..”

"Hahaa..” bertiga kami tertawa bareng.

Fenny yang sudah duduk di pahaku merapatkan tubuhnya.
Kemaluanku yang sudah tegak tanpa halangan langsung menembus kemaluannya, bersarang sedalam-dalamnya.

Ia segera menggoyang pantatnya dengan liar sambil melenguh-lenguh nikmat.
Kedua buah dadanya diarahkan ke mulutku. Dengan buas kuterkam keduah buah dada yang bergoyang-goyang itu.
Fenny mengerang keras. Nafsunya semakin melonjak mendekati orgasme.
Ia semakin liar.

Kepalaku ditekan keras-keras ke dadanya.. sehingga terbenam di buah dadanya yang empuk. Sementara itu, Dewi juga terus menekan-nekan dadanya ke arah punggungku.
Jadinya dua pasang buah dada sungguh memanjakanku. Huu.. Seru..!

Fenny yang sudah terangsang hebat cepat sekali mencapai orgasmenya.
Badannya mengejang-ngejang diiringi erangan kenikmatan.
"Auu.. Mas..!” jerit Fenny seraya mencengkram bahuku. Jeritan kenikmatannya tersekat di sana.

Untuk beberapa saat kami terdiam.
Ia memelukku erat-erat menggapai kekuatan menahan deraan kenikmatan yang menerpa tubuhnya.

Perlahan ia melepaskan tubuhku dan dengan lemas mencebur ke dalam bathtub yang sudah terisi air hangat.
"Sekarang giliranku, Mas..” kata Dewi.
Ia langsung berdiri dan bersandar ke wastafel dan menaikkan pantatnya, siap menerima batang kejantananku dalam doggy style penetration.

Sejenak aku menikmati bayangan indah di cermin.
Rambut Dewi yang panjang dan awut-awutan itu menggantung. Matanya tertutup sambil agak menengadah.
Bibirnya yang merah mungil itu agak terbuka, menghiasi wajahnya yang cantik.
Wajah itu jelas memancarkan gelora birahi yang menggila dan butuh pemuasan.

Buah dadanya yang ranum besar itu menggelantung dengan indahnya, bergerak naik turun seirama nafasnya yang memburu.
Tangannya bertumpu pada tepi wastafel. Pahanya sudah membuka lebar, memperlihatkan celah kemaluannya yang seperti berteriak tak sabar.
Rambut kemaluannya yang basah itu melekat di pinggir mulut gua gelap itu.
Aku mendekatinya. Tanganku menyapu lembut kulit pantatnya yang mulus tapi padat.

Dari bayangan cermin kulihat Dewi menggigit bibirnya dan menahan napas, tak sabar menanti penetrasi batang kejantananku.

Tanganku melingkari kedua pahanya lalu kuarahkan kemaluanku ke lubang kenikmatannya.
Slepp.. Perlahan-lahan ujung kemaluanku yang melebar dan berwarna merah mengkilap itu menerobosi kemaluannya.
Dewi mendongak dan dari mulutnya terdengar desisan liar.

Sejenak aku berhenti dan membiarkan ia menikmatinya.. lalu.. Jlegg..! Secara mendadak aku menghentakkan pantatku keras ke depan.
Sehingga terbenamlah seluruh batang kejantananku di liang kewanitaannya.

"Aacchh..!” Dewi mengerang keras menerima sodokan penisku yang mendadak tanpa disangkanya itu.

Kujambak rambutnya pelan.. sehingga wajah yang cantik itu mendongak ke atas.
Sambil terus menggenjot kemaluannya, aku menikmati perubahan mimik wajahnya menahan rasa nikmat yang bergelora dan menjalari seluruh tubuhnya.

Wajahnya yang memerah itu dialiri butiran-butiran keringat.
Kedua buah dadanya berguncang-guncang seirama dengan gerakan keluar-masuk kemaluanku di liang nikmatnya.
Bunyi kecipak cairan vaginanya terdengar merdu berirama, diiringi desahan dan lenguhan yang terus menerus keluar dari mulutnya yang mungil.

Melihat itu aku semakin bernafsu. Aku mempercepat gerakan pantatku.
Crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crebb.. clebb..

Kemaluanku terasa semakin membesar dan memanjang.
Erangan dan lenguhan Dewi berubah menjadi jeritan histeris penuh birahi yang meledak-ledak.

"Oohh..! Lebih keras..!” jerit Dewi.
"Ayo, cepat. Cepat. Lebih keras lagii..!”

Keringatku deras menetesi pungguh dan dadaku. Wajahku pun telah basah oleh keringat.
Rambut Dewi semakin keras kusentak. Kepalanya semakin mendongak.

Dan dengan satu sentakan keras, aku membenamkan kemaluanku sedalam-dalamnya ke kedalaman liang vagina Dewi.
"Aaarrghhh..!" Dewi menjerit karena orgasme yang menggelora.

Kusentakkan tubuh Dewi ke atas.
Kedua tanganku menggapai kedua buah dadanya dan meremas-remas dengan penuh nafsu.

Ia pun menghentakkan pantatnya ke belakang agar lebih penuh menerima batang kemaluanku. Pantatnya bergetar hebat.
Aku menggeram seperti singa lapar.

Di saat itulah kurasakan spermaku menyemprot dengan derasnya ke dalam rahim Dewi.
Crrrrtt.. crrtt.. crrrtt.. crrtt.. crrtt.. Rasanya tak ada habis-habisnya.
Sementara itu respon dari liang nikmat tak kalah hebatnya. Dinding-dinding vagina Dewi menjepit kemaluanku.
Rasanya seperti terpilin-pilin.

Tangan Dewi melemah dan ia pun merebahkan dirinya di atas keramik lebar samping wastafel.
Aku pun lantas rubuh menindih tubuhnya.

Beberapa lama kami diam di tempat dengan kelamin yang tetap bersatu sepenuhnya, menggeletar dan mengejang, mereguk segala kenikmatan yang hanya dapat ditemukan dalam persetubuhan.

"Udah waktunya mandi, Mas, Mbak Dewi..” kata-kata Fenny menyadarkan kami berdua.
Aku membimbing Dewi yang masih lemas didera rasa nikmat orgasmenya.

Bertiga kami berendam di dalam bathtub mewah dalam kamar mandi Mei yang lapang ini.
Dengan penuh kelembutan keduanya memandikanku, membersihkan seluruh peluh yang melekat di badanku, mencuci bersih kemaluanku.
Benar kata Yen. Dewi dan Fenny tidak mengecewakan.

Malah harus kuakui, permainan seks kedua wanita ini jauh lebih menggairahkan.
Menikmati tubuh keduanya saja sudah begini menyenangkan.
Bagaimana kalau mereka berempat, Mei dan Yen serta Dewi dan Fenny bersama-sama melayani dalam semalam..?

Sesudah malam ini, hari-hari selanjutnya pasti akan sangat menyenangkan.
Bagai mendapat durian runtuh, demikian kata pepatah lama.

Bagaimana tidak. Empat wanita Cina yang cantik bermata sipit dengan tubuh yang montok dan bahenol siap aku setubuhi kapan saja.
Ooh, betapa beruntungnya aku.

"Mikirin apa, ayo..!?” kata Fenny membuyarkan lamunanku. Ia tersenyum.
"Aku berpikir, gimana rasanya kalau dalam semalam aku menyetubuhi kalian berdua serta Mei dan Yen bergantian ya..?” kataku.

"Iiih maunya..” sahut Fenny.

"Itu bisa saja, Mas..” sahut Dewi sambil menyiramkan air hangat ke bahuku.
"Mei dan Yen udah berencana kok. Pasti kita akan main berlima. Aku yakin, Mas Ardy tidak keberatan. Ya kan..?”

"Siapa yang nolak..” sahutku.
"Apalagi dilayani oleh empat wanita Cina yang cantik-cantik dan montok-montok ini..”

"Itulah manfaatnya mempunyai sahabat..” sahut Fenny.
"Bisa berbagi suka dan duka..”

"Benar kata Fenny..” timpal Dewi.
"Kami semua mapan secara ekonomis. Begitu juga karier. Selama ini kami tidak pernah merasa perlu berbagi kegembiraan.
Sekarang semua itu terjadi, berkat bantuan Mas Ardy. Karena di sini kami berempat telah berbagi kenikmatan..!”

Jadi inikah makna persabahatan itu..? tanyaku dalam hati.

Apapun jawabannya aku tidak peduli. Malam itu sungguh menjadi malam yang tak terlupakan.
Kami bersetubuh sampai pagi, sama-sama tidak menyia-nyiakan kesempatan membagi rasa nikmat hubungan kelamin satu sama lain.

Pagi hari, Mei dan Yen kembali.
Setelah menyelesaikan ronde terakhir persetubuhan pagi itu, kami bertiga bergabung dengan Mei dan Yen menikmati sarapan pagi.
Wajah Dewi dan Fenny terlihat sayu karena kurang tidur tetapi jelas berbinar-binar karena kepuasan yang telah mereka peroleh.

"Kho Ardy..” kata Yen.
"Benar kan kataku kalau aku ini sahabat sejati. Sesuatu yang indah dan nikmat itu kalau dibagi-bagi akan menjadi lebih indah dan nikmat..”

"Betul kata Yen..” tambah Mei.
"Tapi malam ini milik aku dan Yen, kan..?

"Tentu..” sahutku pendek sambil menyeruput kopiku.

"Pokoknya mulai sekarang, kapan saya Mas Ardy pengen, kami pasti bersedia..” tambah Fenny.
"Kecuali kalau lagi menstruasi tentunya. He.. He.. He..”

"Gimana Dewi..?” tanyaku.

"Aku setuju..” sahut Dewi.
"Sahabat sejati selalu memberikan yang terbaik kepada para sahabatnya. Kami berempat adalah teman-teman lama.
Kini menjadi berlima bersama Mas Ardy. Orang lain saling membagi harta dan ceritera.
Kita saling membagi rasa nikmat hubungan kelamin. Kami berempat ini milikmu. Gimana..?”

"Setujuu..!!” sahut Mei, Yen dan Fenny.

Aku hanya tersenyum bangga. Sembari menatap langit-langit kamar diiringi derai tawa keempat wanita cantik nan bahenol itu.

Hmm.. ada makna baru persahabatan bagiku sekarang..! Hehe..
TAMAT
==============================
 
Bimabet
Kapan berlimanya suhu?

Waahh.. kalo di cerita nyang Nubi sempat save n Edit belum ada, Brada.. :D

Tapi kayaknya bagus juga direalisasi jadi 1 cerita pamungkas, ya..?

Hehe.. Ntar deh.. Nubi coba2 ketak-ketik..
Tapi ga janji yaaa.. :Peace:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd