Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Part 10a
Tag:
Blowjob, Deepthroat


----------
Klik.. Klik..

Tanganku bergerak ke kanan dan kiri di atas mouse track ini. Sambil menunggu Mas Bagas di sofa ini, aktivitasku tertuju di laptop Mas Bagas yang terbuka di atas meja. Mas Bagas sering bekerja dari rumah di tempat ini hingga sering membiarkan laptopnya terbuka.

Mas Bagas berencana mengantarku pagi ini untuk renang bersama-sama dengan teman-teman taklimku. Akupun sebetulnya tak memiliki "tujuan" atas apa yang sedang dikerjakan oleh tanganku di laptop suamiku ini selain memang menghabiskan waktu. Hingga layar di depanku kini berhenti di suatu folder yang berisi tiga sub-Folder lagi.

Folder yang nampaknya adalah koleksi NSFW milik suamiku. Terlihat dari salah satu foldernya yang bernama "nightmare", yang mana adalah folder berisi videoku saat disekap oleh Pak Broto yang kuberikan ke Mas Bagas. Nama foldernya pun belum diganti, masih sama dengan yang ada di flashdisk milikku.

Di atasnya ada folder berjudul "From Mas Erwin". Dan di atasnya lagi ada folder berjudul "Bribikan" yang membuat dahiku langsung mengernyit.

Tanganku lalu menggerakkan pointer untuk membuka folder "From Mas Erwin" yang entah mengapa membuatku penasaran. Pointer mouse itu berubah menjadi pelangi bulat yang berputar, sebelum akhirnya layar laptop suamiku ini menunjukkan beberapa file video di dalam folder ini.

Beberapa video ini memiliki macam-macam durasi, dengan thumbnail nya yang sekilas menunjukkan bahwa video-video itu memang video porno. Aku lalu melihat preview salah satu file itu yang kemudian langsung membuat mulutku menganga terkaget-kaget.

Video itu menunjukkan seorang perempuan mengenakan jilbab syar'i dengan model yang mirip dengan yang sehari-hari kupakai, bedanya perempuan tersebut mengenakan cadar. Hanya dua kain itu yang menutupi tubuh telanjangnya. Dari style jilbabnya mungkin dia adalah tipikal akhwat sepertiku. Atau setidaknya berjilbab sepertiku.

Aku tak bisa melihat jelas wajahnya, karena posisi perekam ada di samping si akhwat. Hanya tubuhnya yang bisa kulihat karena jilbab yang dipakainya tersingkap memperlihatkan badannya. Tubuh putih sang ahwat itu terlihat sangat terawat.

Si Akhwat sedang menungging saat kemudian kamera yang merekam adegan ini bergeser ke arah belakang pantat si Akhwat yang langsung menunjukkan penis hitam sedang keluar masuk vagina si Akhwat. Penis hitam itu terlihat sangat besar hingga nampak membuat melar vagina si Akhwat. Aku sangat terkaget-kaget melihat scene ini.

Karena penis hitam yang sedang keluar masuk vaginanya itu, tak bisa kutahu ukuran panjang penisnya. Yang kutahu dan yang membuatku makin melongo adalah warna penisnya yang hitam pekat, hingga begitu kontras dengan kulit putih si akhwat yang khas Indonesia. Aku yang beberapa kali dikerjai lelaki dengan berbagai warna kulit ini cukup tau bahwa penis yang menggenjot sang akhwat itu sepertinya bukan penis dalam negeri.

Tanganku langsung mengambil headset yang berada di samping laptop Mas Bagas ini dan memasangnya di kepalaku yang sudah rapi terbalut jilbab syar'i ini. Ketika kumainkan lagi video tadi, bisa kudengar suara khas perempuan yang menjerit-jerit.

Dari gerakan kamera yang merekam ini, bisa kutebak bahwa ada orang ketiga yang merekam adegan ini selain si Akhwat dan si Penis Hitam. Scene ini masih fokus menampilkan penis hitam itu merojok-rojok vagina yang nampak membengkak itu.

Dari sisi ini terlihat sekilas tetek sang akhwat yang terayun-ayun maju mundur seiring dengan badannya yang tersentak-sentak akibat genjotan penis Hitam pekat si lelaki. Teteknya berayun indah, meskipun ukurannya tak sebesar tetekku.

Suara sang akhwat terdengar jelas walaupun dia mengenakan cadar yang menutup mulutnya. Jeritan dan teriakan yang menunjukkan ekspresi antara kesakitan dan kenikmatan.

Sembari menyaksikan video ini, aku bertanya-tanya akan beberapa hal yang mengganjal di hatiku. Kenapa Mas Bagas jadi suka mengoleksi video seperti ini sekarang? Judul folder ini menampakkan nama "Mas Erwin".

Apakah ini Mas Erwin yang sama dengan suami Ustadzah Azizah? Apakah Mas Bagas dapat file-file porno ini dari dia? Padahal setauku Mas Erwin ini orangnya alim, bahkan sama seperti Ustadzah Azizah, Mas Erwin juga sering menjadi penceramah di banyak forum taklim.

Tak mungkin rasanya sosok soleh suami seorang Ustadzah memiliki file-file kotor macam ini.Banyak yang memanggilnya dengan sebutan Pak Ustadz. Apa iya ini "Mas Erwin" yang sama?

Ketika banyak tanya yang muncul di benakku, kulihat pintu kamarku terbuka dari dalam. Aku langsung melepas headset, dan menutup aplikasi Finder di laptop Mas Bagas ini.

"Yukk jalan, Umii.. Abi dah siap.." kata Mas Bagas sambil berjalan mendekat.

"Iya.. Yuk, Abi.." jawabku.

------
ba3a141350878275.jpg

Arsella Hasna Hilyani

Mas Bagas menyetel kotak ventilasi AC yang berada di belakangku. Kemudian kembali merebahkan punggungnya di jok tengah mobil SUV ini. Tanganku lalu meraih ikat pinggang kulit yang membelit celana suamiku itu.

Sambil berjongkok di depan pahanya, aku melepas ikat pinggang Mas Bagas. Resleting celana sirwal itu aku tarik turun. Dan sekejap kemudian aku tarik turun celana beserta celana dalam yang dipakainya itu. Muncullah batang penis Mas Bagas yang masih setengah tegang itu.

Tanganku lalu mulai menggenggam batang penis suamiku itu. Kugenggam sambil kupandangi penisnya. Penis yang seharusnya hanya satu-satunya yang boleh memasuki setiap lubang tubuhku. Hati kecilku lalu merasa bersalah saat mengingat bahwa tubuhku sudah berkali-kali dicicipi oleh batang-batang haram lain.

Cintaku memang hanya milik Mas Bagas, tapi entah mengapa tubuhku selalu menyerah pada nafsu birahinya saat kuingat lelaki-lelaki bukan mahromku yang pernah mengerjaiku. Memandangi batang penis yang perlahan kuremas-remas milik Mas Bagas ini menyadarkanku bahwa aku harus kembali berbakti hanya padanya.

Menjadikan dirinya satu-satunya pintu surgaku kelak. Aku harus mampu berubah, tak lagi mau tunduk pada hawa nafsuku semata.

Tanganku yang meremas lembut penis Mas Bagas itu perlahan mulai merangsang Mas Bagas. Terlihat dari batang penisnya yang mulai menegang di dalam genggamanku. Aku lalu memajukan kepalaku mendekati selangkangan Mas Bagas.

Lidahku kukeluarkan dan mulai bersentuhan dengan penis Mas Bagas. Mulai kujilati kepala penis suamiku itu. Tanganku yang menggenggam batang penisnya mulai merasakan penis itu perlahan mengeras.

Jemari lembutku inipun mulai mengocok pelan batang penis Mas Bagas. Sambil lidahku bermain-main di kepala penisnya. Jilatan lidahku berputar-putar di sekitar kepala penis itu. Tak butuh waktu lama kepala penis yang mulai mengeras itu menjadi basah akibat air liurku.

Lidahku lalu bergerak kuturunkan menjilati batang penis Mas Bagas. Dengan lihainya, lidahku bermain-main di batang penis yang makin mengeras itu. Sesekali aku juga menciumi dan mengecup batang kemaluan Mas Bagas.

"Urrrggghhh, Ummi.." erang suamiku.

Setelah batang penis itu basah terlumuri air liurku, lidahku makin turun hingga pangkal penisnya dan kembali bermain-main di situ. Hingga bulu kemaluan Mas Bagas kini ikutan basah juga.

Tanganku mengangkat ke atas batang penis Mas Bagas, lalu mulutku mulai bermain-main di sisi bawah kemaluannya itu. Aku jilat-jilat lipatan antara batang penis dan testikelnya yang berbulu itu dan kucium-cium.

"Uuurrggggghhh.." Erang Mas Bagas.

Ketika aku melirik ke atas, ekspresi keenakan terpancar dari muka Mas Bagas. Matanya merem melek. Aku pun ikut tersenyum. Memiliki bibir yang sensual ditambah skill orang seks yang hebat, membuat servis mulutku selalu bisa membuat suamiku panas dingin keenakan. Mulutku lalu bergerak makin turun ke bawah dan mulai bermain-main di biji kembar milik suamiku.

Jemari halusku masih naik turun di batang penis Mas Bagas. Kocokan tanganku makin lama makin cepat seiring dengan makin tegang dan kerasnya kurasakan penis suamiku itu di genggamanku.

Slurrrpp.. Sluurrppp..

Aku cium dan aku hisap biji salak milik Mas Bagas. Basah akibat air liurku itu membuat suara hisapanku terdengar nyaring mengisi sunyinya ruang mobil yang sudah terparkir di halaman parkir bangunan ini.

Mas Bagas masih membalas dengan erangan-erangan nikmatnya, yang itu membuatku makin semangat menservis selangkangan kekasihku itu. Bau keringat khas lelaki yang tercium dari selangkangannya itu mampu makin membangkitkan gairahku.

Setelah puas bermain di buah zakarnya, aku kembali menaikkan mulutku. Kugoda untuk sesaat lubang kencing Mas Bagas dengan ujung lidah basahku hingga membuat pantatnya menggeliat keenakan. Lalu bibirku terbuka dan kepala penis Mas Bagas mulai kumasukkan membelah bibirku.

"Uuuurrrrrrggggggghhhh.."

Mas Bagas mengerang panjang saat bibir sensualku ini mulai menghisap kepala penis suamiku itu. Lidahku kugunakan untuk bermain-main dengan lubang kencingnya yang sudah bersarang di dalam mulutku ini.

Mataku kadang kuarahkan ke atas. Kuberikan tatapan nakal ke arah Mas Bagas sambil mulutku menghisap penisnya yang tentunya membuat Mas Bagas makin menggelinjang. Mulutku makin kuat menghisap penis nya.

Tangan kananku kugunakan juga untuk memainkan biji kembar Mas Bagas. Kepalaku kini mulai kuturunkan, hingga batang penis Mas Bagas makin dalam tertelan masuk ke dalam mulutku.

"Uurrghhhh, Ummiii.."

Mas Bagas mengerang saat kepalaku makin turun, mulutku men-deep throat penisnya. Makin turun mulutku hingga kurasakan kerongkonganku penuh oleh penisnya. Aku menahan nafas hingga mukaku memerah dan mataku mulai berair, tapi aku menahan penisnya tetap menyumpal mulutku.

Setelah beberapa detik kemudian, setelah aku kewalahan menahan nafasku, aku baru melepaskan penisnya dan menarik mulutku lepas dari batang penisnya dan bernafas normal.

Mas Bagas nampak kaget melihatku yang mau melakukan deep throat tanpa dia paksa. Aku hanya tersenyum melihatnya sambil kembali memberi tatapan nakal.

"Enak nggak, Abi?" tanyaku.

Yang hanya dibalas anggukan oleh Mas Bagas yang makin terangsang itu. Aku kembali mendeep throat beberapa kali batang penis suamiku itu. Entah sejak kapan aku jadi bisa menikmati deep throat ini, padahal dulu aku sama sekali tak suka.

Selama beberapa saat mulutku mengoral penis Mas Bagas. Paduan antara deep throat, jilatan dan hisapan kuberikan ke penis yang seharusnya menjadi satu-satunya penis yang berhak kupuaskan itu. Di tengah servis fellatio ini, tiba-tiba Mas Bagas menggumam.

"Urrgghhh.. Umi emang sedotannya lebih mantepp.." kata Mas Bagas.

Aku yang mendengarnya seperti ada yang aneh dengan kalimat yang diucapkan Mas Bagas itu. Aku lalu melepas penisnya yang tengah tersumpal di mulutku.

"Ffuahh.. Ehh.. Emang lebih mantep daripada siapa Abi?" tanyaku.

Kulihat Mas Bagas seperti kikuk saat tiba-tiba kutanya seperti itu. Sebagai istrinya, aku cukup tau jika ada sesuatu yang disembunyikan suamiku itu. Ada something wrong saat gesture tubuhnya seperti itu.

"Abi pernah diemut siapa selain Umi ??!!" tanyaku dengan nada agak meninggi.

Aku sudah bersiap-siap emosi jika kutau suamiku ada main belakang dengan perempuan lain. Tanganku yang kebetulan sedang menggenggam batang penis Mas Bagas itu ikut meremas penisnya. Tidak terlalu keras, tapi cukup bisa membuatnya meringis.

"Anuu.. Itu.. Kan kapan itu pernah diemut si Fani juga, temen Umi itu lho.." jawab Mas Bagas.

"Oooh.. yang itu.." balasku.

Amarahku pun perlahan menurun. Waktu itu memang aku yang secara tidak langsung mengikutkan Fani, sehingga memang bukan salah Mas Bagas. Kini aku malah menyesal sudah menyemplungkan sahabatku saat itu.

Setelah renang ini aku sudah berencana main ke rumah Fani. Semoga kami bisa ngobrol lagi soal itu dan mengungkapkan penyesalanku.

"Ayo dong Umi, lanjutin lagi.." tiba-tiba Mas Bagas menyadarkanku dari lamunanku, "Temen-temen Umi belum kelihatan ada yang dateng kok.."

Akupun kembali melanjutkan rangsanganku di penis Mas Bagas. Tanganku yang masih menggenggam penisnya lalu kugunakan untuk mengocok penisnya. Gairahku seolah kini menurun dan kini fokusku agar Mas Bagas cepat tuntas saja.

Kocokan jemari halusku mampu membuat penis Mas Bagas kembali menegang. Tempo kocokanku kunaikkan makin cepat, sementara tanganku yang lain masih memainkan buah zakar Mas Bagas.

"Uuurrrgggghh.." Erang Mas Bagas

Kepalaku lalu kembali mendekat ke arah selangkangan Mas Bagas. Penis yang menegang itu kembali kujilat-jilat dengan lidah basahku. Ciumanku juga menyapu batang penis keras Mas Bagas.

Bibirku lalu kubuka dan kumasukkan batang penis itu ke dalam mulutku. Mas Bagas kembali mengerang nikmat ketika bibirku langsung menghisap kuat penisnya. Kepalaku mulai maju mundur di atas selangkangan Mas Bagas, menservis penis kerasnya.

Tak lama menjelang kurasakan penisnya makin membesar dan mulai berkedut di dalam rongga mulutku. Selama beberapa saat, penis itu kumanjakan dengan layanan mulutku. Ketika kulirik ke atas, mata Mas Bagas terpejam.

Hingga tak lama kemudian, kepala penisnya yang sedang bersarang di dalam mulutku itu makin membesar.

"Uuuurrrgggghhh, Ummiiii.."

Penis Mas Bagas mulai menyemburkan isinya di dalam mulutku yang langsung berusaha kutelan. Hisapanku di penisnya makin kuperkuat untuk menguras batang kemaluan suamiku itu, hingga Mas Bagas pun makin kelojotan di tengah klimaksnya. Kepalaku yang terbalut jilbab syar'i ini lalu ditahan oleh kedua tangannya, mengisyaratkan perintah untukku meneruskan sedotan mulutku di penisnya.

Selama beberapa detik fase klimaks suamiku itu berlangsung, hingga spermanya habis tertelan masuk membasahi kerongkonganku. Mas Bagas pun lemas dan merebahkan punggungnya di jok mobil ini. Aku lalu melepas mulutku dari penis Mas Bagas yang sudah mulai lunglai itu. Tak ada sisa sperma yang tertinggal di penisnya. Habis tak bersisa masuk ke lambungku.

"Heghh.. Abi bakalan kangen sedotan Umi tiga hari besok nih.." kata suamiku. "Besok VCS an ya, Umi.. pas Abi dinas ke luar kota.."

"Iya Abi.." jawabku singkat, sambil membetulkan jilbab syar'i ku yang sedikit lecek. "Tapi jangan kaya kemarin ya, Abi.. Umi lagi enak mau nyampe, eh Abi matiin videonya.."

"Hehe.. Iya, Umi.. Kemarin baterenya habis di hp Abi.." kata Mas Bagas. "Eh, itu mobilnya Ustadz Erwin, Umi.. Ustadzah Azizah udah nyampe tu kayaknya."

Aku lalu menengok ke arah samping dan kulihat mobil Ustadzah baru saja terparkir. Aku yang meminta Mas Bagas untuk menemaniku di parkiran ini sambil menunggu Ustadzah Azizah dan kawan-kawanku yang belum datang.

Aku agak segan jika harus memasuki kolam renang ini sendirian, lebih baik aku menunggu Ustadzah atau teman-temanku yang lain terlebih dahulu. Lagipula, Mas Bagas ternyata juga mau ada urusan dengan Mas Erwin, jadi sekalian saja tadi dia mengantarku kesini untuk mengedropku.

Aku lalu duduk di jok tengah mobil ini dan segera merapikan kembali gamis dan jilbab syar'i yang kupakai ini. Karena memang aku tak melepas pakaianku, tak butuh waktu lama bagiku untuk rapi-rapi.

Akupun lalu berpamitan dengan suamiku. Sekaligus berpamitan karena Mas Bagas lagi-lagi ada tugas ke luar kota. Entahlah aku harus sedih karena ditinggal lagi oleh suamiku, atau aku harus bersyukur karena Mas Bagas sedang mendapat banyak kemudahan di pekerjaannya.

Mas Bagas mencium bibirku yang aku sambut juga dengan balas membelit bibirnya sebaga tanda perpisahan selama tiga hari ke depan. Aku lalu turun dari mobil ini.


------

Jalan ke arah pintu masuk itu searah dengan mobil Ustadzah Azizah. Ketika aku berjalan, aku berpapasan dengan Mas Erwin yang sedang berjalan menuju mobil Mas Bagas untuk bertemu dengan Mas Bagas sebelum suamiku itu berangkat ke luar kota.

Aku hanya melihat sekilas suami Ustadzah yang berjenggot lebat berjidat hitam itu. Sambil menundukkan pandanganku karena aku yakin Mas Erwin yang sering dipanggil Pak Ustadz itu juga pasti menundukkan pandangannya.

Tiba-tiba pikiranku tertuju ke pagi tadi saat sebelum aku berangkat kesini. Banyak video porno di laptop suamiku yang menyiratkan kalau itu dari Mas Erwin. Apa iya itu Mas Erwin yang sedang berjalan berpapasan denganku. Rasanya tak mungkin seorang Ustadz memiliki koleksi video jorok seperti itu.

Lamunanku terhenti saat Ustadzah Azizah yang sudah keluar dari mobilnya itu menyapaku.

"Assalamu'alaykum.." sapanya.

"Wa'alaykumussalam.." jawabku.

Kami berpelukan dan cipika-cipiki khas perempuan saat bertemu dengan teman-temannya. Meski ada cadar yang menutupi wajah cantiknya itu, hatiku seolah merasa teduh saat melihat sorot matanya yang keibuan itu.

"Fatih nggak ikut, Ustadzah?" Tanyaku.

"Enggak, Say.. Sebelum kesini mampir dulu ke Jombor ke tempat neneknya.. Terus katanya mau main aja di rumah neneknya. Hihi.. Neneknya juga pas udah kangen banget sih. Maklum, anak dua tahun kan juga baru lucu-lucunya.." cerita Ustadzah.

Akupun hanya menimpalinya dengan senyuman.

"Semoga kamu cepetan bisa kasih temen main buat Fatih ya, Sel.." kata Ustadzah lagi. "Sabar ya.. dan terus ikhtiar, Say.."

"Iya Ustadzah.. Aamiin.." jawabku.

b603a31350878265.jpg

Ustadzah Azizah

Kamipun lalu berjalan beriringan dari parkiran ini menuju lokasi kolam renangnya. Karena memang lahan parkirnya masih satu area, tak lama kami sudah sampai di pintu depan bangunan ini. Bangunan private pool ini memang tidak seperti kolam renang pada umumnya kalau dari depan.

Ketika memasuki pintu geser ini, kami lalu dihadapkan deretan kursi ruang tunggu. Di sebelahnya ada meja resepsionis yang ditunggui oleh seorang Mas-mas. Sosok yang beberapa kali membuatku jengah.

"Assalamu'alaykum.. Mas, saya dah booking kolam nomor tiga, minta tolong kuncinya ya.." kata Ustadzah.

Si Mas itu hanya berdiri mematung. Matanya jelalatan memandangiku. Sejak tadi memasuki pintu yang berada di belakang kami, Si Mas sudah memelototiku dari ujung kepalaku yang tertutup jilbab syar'i ini.

Bahkan matanya sempat beradu dengan mataku sebelum pandanganku kutolehkan ke arah lain. Kini si Mas diam, matanya nanar memandangi arah dadaku seolah menelanjangi tubuhku. Sungguh tak punya adab sekali ini orang memandangi akhwat dengan gamis dan jilbab syar'i sampai sebegitunya.

Inilah yang membuatku meminta Mas Bagas menemaniku sambil menunggu Ustadzah Azizah. Aku benar-benar tak nyaman saat dilihatin Si Mas ini. Sudah hampir setiap kali kesini, matanya selalu jelalatan memandangiku seolah-olah aku ini sajian makanan.

Pernah suatu waktu aku yang datang duluan dan terpaksa menunggu Ustadzah Azizah di ruang tunggu ini. Dan si Mas itu menjadi sok genit. Aku yang awalnya biasa saja dengannya, sejak saat lalu memiliki perasaan jijik dengannya. Hingga kini tatapan matanya tak juga berubah, masih dengan tatapan joroknya memelototiku.

"Halo, Mas.. tok tok tok.." kata Ustadzah Azizah sambil mengetuk meja yang setinggi perutku ini, hingga membuat kaget si Mas.

"Eh.. Oh.. Iya.. Sebentar, Bu.." kata Si Mas gelagapan sambil membuka laci meja.

"Dengan Bu Azizah ya? Ini kuncinya, Bu.." kata si Mas.

"Makasih, Mas.. Afwan, itu matanya dijaga Mas.. Kami ini bukan muhrimnya Mas.." kata Ustadzah yang tiba-tiba meninggikan nada suaranya daripada sebelumnya.

Ustadzah Azizah yang nampaknya juga menangkap gelagat aneh dari si Mas itu lalu mengambil kunci kolam itu. Sambil menggandeng tanganku, Ustadzah lalu bergegas pergi menuju kolam tempat kami biasa renang.

Beruntung sekali aku yang ditemani Ustadzah Azizah ini. Aku sebenarnya tak heran saat tadi Ustadzah membentak si Mas itu, mengingat Ustadzah Azizah memang sosok yang berani dan tegas. Sangat sesuai dengan statusnya yang Murobbiah kelompok liqo' kami. Nampaknya besok-besok, aku lebih baik menunggu Ustadzah Azizah terlebih dahulu saja.



Part 10 "Undefined" to be continued..
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd