Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Part 11a
Tag: Vanilla Sex, WOT, Creampie





Splok.. Splokkk..

"Hoouuhhh.. Shhh.."

Kedua tanganku berpegangan di jok mobil yang berada di depanku.

Pantatku naik turun di selangkangan Mas Bagas, beradu dengannya hingga menimbulkan suara tumbukan yang nyaring mengisi mobil ini. Makin nyaring juga karena banyak sekali cairan kenikmatan yang mengalir keluar dari vaginaku, menambah efek suara kecipak.

Dari bawah, penisnya mengaduk-ngaduk rongga vaginaku, membuat tubuhku makin kelojotan. Sungguh ini enak sekali. Pantatku makin liar naik turun bergerak yang disambut juga dengan gerakan pinggul Mas Bagas menyamai irama gerakan pantatku.

Splok.. Splokk.. Splookkk..

5a8e581362406117.gif


"Hoouuuhhhhggghhh.. Sssshhhhhhh.. Hhhheeggghhhh.."

Mulutku tak henti-hentinya mendesah, meluapkan rasa nikmat persetubuhan dengan kekasih hatiku ini.

Gamis yang kupakai ini kadang turun, sehingga tanganku sesekali menyingkap ke atas gamis ini, agar tak mengganggu sensasi bersatunya kelamin kami ini. Vaginaku kurasakan makin terasa nikmat digagahi penis suamiku.

Plakk..

"Houuhh.."

Aku menjerit kecil saat Mas Bagas tiba-tiba menampar pantatku dengan kencangnya. Posisiku yang sedikit menunduk ke depan ini memang membuat pantatku yang sekal membulat itu pasti terlihat menantang dari posisi Mas Bagas di belakangku, dan yang pasti makin membuatnya gemas.

Splok.. Splokk..

Plakk.. Plakkkk..

Mas Bagas tak menghentikan tamparannya, bahkan malah makin keras tamparannya itu di pantatku. Aku yang sudah dibakar birahi ini malah lalu menggerakkan pantatku makin liar saat dikasari seperti itu, membuat gesekan batang penisnya di vaginaku makin membuat nikmat kurasakan di liang peranakanku ini.

"Urrrgggghhhh.. Umi goyangannya makin mantep aja.." erang Mas Bagas.

Aku tak menanggapinya. Karena nafsu yang sudah membumbung tinggi di ubun-ubunku aku hanya menggerakkan pantatku makin liar dan binal. Gerakanku kini kukombinasikan dengan gerakan bergoyang ke kanan ke kiri, dan maju mundur.

"Istri Abi binal banget sih ini.. Urghh.." erang suamiku lagi.

Gerakanku juga kadang berputar-putar seperti seolah sedang menguleg-uleg. Ini membuat penis suamiku itu menggaruk-garuk lebih hebat setiap milimeter dinding liang surgaku. Mas Bagas pun sepertinya makin menikmatinya, karena walaupun aku membelakanginya tapi erangannya makin keras. Akupun makin semangat mengoyangkan pantatku menggilas penisnya.

Splok.. Splokk.. Splookkk..

Sudah hampir dua puluh menit penis itu mengaduk-aduk vaginaku, hingga kurasakan gelombang orgasme perlahan mulai menghampiriku. Gerakan pantatku makin tak mengenal arah. Aku makin liar menggoyankan pantatku.

Bisa kurasakan vaginaku meremas penis Mas Bagas. Penis yang keluar masuk di dalam lubang senggamaku ini terasa makin nikmat seiring vaginaku yang makin sensitif. Hingga beberapa detik kemudian, kurasakan orgasmeku tiba.

"Ouhhh.. Abbiiii.. Oooooooooooooooouuuuuuuuuhhhhhhhhhh.."

Punggungku tertekuk ke atas. Pantatku menyentak-nyentak untuk beberapa saat. Tanganku yang berpegangan di sisi jok mobil di depanku ini makin mencengkeram erat kulit jok mobil itu. Gamis yang kupakai terjuntai lagi ke bawah, tak kupedulikan lagi kalau gamis itu kotor atau becek.

Banyak sekali kurasakan cairan vaginaku yang keluar membersamai orgasme yang kudapatkan ini. Vaginaku berkedut-kedut makin kencang. Selama beberapa detik aku menikmati momen-momen nikmatnya surga dunia yang kudapatkan dari kekasih halalku ini.

Badanku lalu jatuh ke belakang, ambruk di dada Mas Bagas yang masih terbungkus oleh baju juga. Mas Bagas dengan sigap memegang badanku agar tak terlalu terhuyung.

Mulutku ngos-ngosan menghela nafas yang keluar masuk. Tubuhku basah oleh keringat, mungkin akibat aku yang masih lengkap memakai gamis dan jilbab lebarku.

Wajahku lalu kutolehkan hingga bisa kulihat wajah suamiku yang sedang berhadap-hadapan denganku.

"Ana uhibbuka, Abii.. Hhggg.." kataku di sela-sela nafas sengalku.

Mas Bagas tersenyum membalasnya dengan langsung mengecup mesra bibirku. Akupun langsung menyambut ciumannya itu. Meski tubuhku sudah dinikmati banyak lelaki, tapi soal ciuman, suamikulah juaranya. Ciumannya mampu membuatku seolah merasa nyaman, dan melupakan segala masalah hidupku. Seberapapun jauh aku terjun ke jurang dosa, ciuman Mas Bagas-lah yang mampu membuat cintaku kepadanya bertambah berkali-kali lipat, membuat hatiku kembali ke tempat yang semestinya.

Mobil kami ini kini terparkir di kolam renang, sama seperti beberapa hari sebelumnya, saat ini Mas Bagas juga mengantarku renang dengan teman-teman liqo'-ku. Sama juga dengan momen sebelumnya, kami menghabiskan waktu dengan sedikit adegan suami istri.

Bedanya, kali ini aku yang tak kuat menahan birahiku. Saat tadi aku sedot-sedot penisnya dengan blowjob super yang kumiliki hingga Mas Bagas menyemprotkan spermanya di mulutku, tapi aku masih belum puas. Akhirnya penisnya kubuat bangun lagi.

Akupun langsung menaiki penisnya yang sudah kembali menegang itu dan meraih klimaksku sendiri dengan menggaruk-garuk vaginaku dengan penis suamiku itu. Kini setelah aku orgasme, penisnya masih tegang menancap di vaginaku.

Aku yang berada di atasnya ini, lalu membalikkan badanku. Penisnya terlepas dari vaginaku saat kuputar tubuhku. Kini aku sudah berhadap-hadapan dengannya. Entah mengapa aku seolah merasa belum puas padahal barusan saja aku mencapai klimakas

Vaginaku rasanya masih gatal saja. Aku masih ingin memuaskan diriku dengan aku yang memegang kendali persetubuhan ini.

"Umi masih mau lagi?"

Tanya Mas Bagas yang melihatku kini telah membalik tubuhku. Tanganku kini bertumpu ke pundaknya. Aku tak membalasnya, dan mulai melepas kancing baju Mas Bagas satu persatu dari atas. Perlahan memperlihatkan dadanya, lalu makin turun dan kusibak bajunya hingga terlihatlah perutnya yang mulai berisi lemak itu

"Masih belum puas ya, Umi? Kemarin kan udah seharian to Abi puasin?" kata Mas Bagas, "Umi dah telat lho itu.."

"iih.. Abi sih ninggal-ninggal Umi, dinas terus.." jawabku, "Jangan salahin Umi kalau masih belum puas.."

Mas Bagas tak menjawab apa-apa dan hanya tersenyum. Tubuhnya seolah pasrah kuapa-apakan. Suamiku itu memang baru pulang dari dinasnya kemarin lusa. Dan kemarin seharian kami menghabiskan waktu seharian berduaan saja di rumah.

Mungkin saat ini sedang siklus bulananku sehingga rasanya seolah aku horny hampir setiap saat. Vaginaku terasa gatal sekali. Untungnya, tepat saat suamiku pulang dari dinasnya. Dari kemarin sudah tak terhitung berapa kali tubuhku orgasme, tak terhitung berapa ronde permainan ku dengan Mas Bagas.

Dan hari ini sepertinya aku masih merasakan sensasi itu. Tubuhku masih terasa panas, dan vaginaku malah makin terasa gatal. Aku yang berada di atas selangkangan Mas Bagas ini lalu mulai mengarahkan penisnya untuk memasuki kembali liang vaginaku yang sempit ini. Mas Bagas hanya duduk diam pasrah di kursi tengah mobil SUV ini.

Meski sudah orgasme dan beceknya vaginaku ini, tak membuat usaha penetrasi penis Mas Bagas semudah itu. Sambil memegangi gamisku yang kusingkap ke atas, aku yang berada di atas pangkuannya lalu memegang penis keras suamiku itu, dan mencoba mengarahkannya menembus gerbang peranakanku.

"Urrrggghhh.." erang Mas Bagas.

Setelah sekian kali, usahaku membuahkan hasil. Kepala jamur milik suamiku itu berhasil membelah sempitnya celah vaginaku. Akupun bisa merasakannya di vaginaku, hingga akupun memejamkan mata menahan nikmat. Perlahan aku turunkan pantatku.

"Hhggghhh.. Memek Umi makin ngremes deh kalau habis klimaks gini.. Urggghhh.." erang Mas Bagas.

Aku yang berada di atas pangkuannya ini makin menurunkan bokong bulatku ini. Bibirku mendesis pelan saat kurasakan penis keras itu perlahan mulai memenuhi kembali ruang vaginaku. Hingga kurasakan saat penis keras Mas Bagas sudah habis tertelan vaginaku

Aku lalu mendiamkan sesaat mencoba meresapi kenikmatan yang melanda tubuhku ini. Aku yang sudah mendapat klimaks tadi memang merasakan vaginaku makin sensitif, hingga kini seluruh tubuhku rasanya merinding saat penis keras itu mengisi setiap relung rongga senggamaku. Tanganku makin mencengkeram pundak suamiku.

Kurasakan vaginaku kembali mulai membasah akibat lendir cintanya. Padahal aku belum mulai menggerakkan pantatku, tapi cairan cintaku ini sudah keluar makin intens.

Aku lalu mulai menggerakkan lagi pinggulku perlahan dengan gerakan naik turun. Beceknya vaginaku mempermudah gerakan pantatku.

"Ouuhhh.. Shhhhhhh.."

Aku mendesah makin keras. Aku yang berada di atas Mas Bagas berharap aku yang mengontrol permainan, tapi kini malah aku sendiri yang mulai terhanyut birahiku.

5ab1a81362406109.gif


Splok.. Splok..

Gerakan naik turunku ini membuatku dibuai syahwat lagi. Gamis yang masih lengkap kukenakan ini membuat Keringat mulai lagi keluar dari tubuhku.

Jilbab yang kupakai ini makin kusut saja. Mas Bagas juga sesekali membetulkan posisi jilbab yang kupakai. Aku memang tau, suamiku itu lebih terangsang jika aku mengenakan jilbab saat bersetubuh seperti ini. Sehingga semakin rapi jilbabku, semakin membuatnya bernafsu.

Mas Bagas lalu menarik sedikit tengkukku, hingga bibir kami bersatu. Lidah kami langsung saling mengait. Bibir kami saling kulum satu sama lain. Mas Bagas ternyata sudah bernafsu juga, terlihat dari keringat yang juga membasahi dahinya.

Sambil pinggangku bergerak naik turun, cipokan kedua bibir kami ini makin liar hingga air liur keluar dan menetes dari sela-sela mulutku yang bersatu dengan mulut Mas Bagas. Jilbabku yang menempel di daguku perlahan mulai ikutan basah.

Mas Bagas lalu melepas ciumannya dari bibirku. Tangannya lalu digerakkannya meraih sisi bawah jilbabku dan menyingkapnya melewati pundakku. Lalu diturunkannya resleting gamisku yang terletak di bagian dadaku, turun hingga batas pusarku.

Bahan gamisku yang halus, membuat sisi depan yang tak terkancing ini langsung terbuka. Hingga nampaklah sebagian kulit putihku yang sudah bermandikan keringat, sekaligus menampakkan tetekku, yang masih tertutup bh merah tua yang kupakai ini, naik turun seiring gerakan tubuhku yang naik turun di atas selangkangan Mas Bagas. Tapi itupun tidak bertahan lama.

Mas Bagas lalu menarik turun bh yang kupakai, sehingga tetekku keluar dari sarangnya, dan makin membusung karena tertahan bh yang menahan sisi bawah tetekku. Kini tetekku itu telanjang dan berayun indah naik turun seirama dengan gerakan pinggulku.

Splok.. Splokk.. Splookkk..

"Ssshhhh.. Hhhmmmppphh.. ouuugghhh.." desahku

Vaginaku terasa makin lama makin nikmat lagi. Makin banyak pula cairan yang keluar membasahi penis Mas Bagas yang menyumpal vaginaku. Sisi dalam liang senggamaku itu juga kurasakan berkedut-kedut makin cepat. Gerakanku kini mulai bervariasi dan makin liar.

Selama beberapa saat, pantatku bergerak berayun-ayun menggenjot penis suamiku. Bersetubuh di dalam mobil ini memang jarang aku lakukan dan ini memberi sensasi berbeda buatku. Aku merasa gelombang klimaks mulai menghampiriku.

Tanganku bertumpu di pundak Mas Bagas. Mataku merem melek menahan nikmat dan syahwat yang mendera. Saat aku hampir berada di ujung klimaksku, tiba-tiba aku merasa ada yang melihat persetubuhanku ini dari luar mobil.

Akupun menghentikan sesaat gerakan pinggul dan pantatku.

Aku menoleh ke kanan dan kekiri.

Sekilas tak kulihat ada siapa-siapa di sekitar mobil ini. Hanya ada mobil dan motor lain yang juga terparkir di sini. Semoga benar-benar tak ada yang memergoki kami. Kaca film mobil Mas Bagas memang hitam pekat, jadi sebetulnya aku tak perlu khawatir. Mas Bagas juga bingung karena tiba-tiba aku menghentikan gerakanku.

Akupun lalu meneruskan kembali goyanganku karena aku juga sudah berada di ambang kenikmatan. Kugerakkan lagi pantatku hingga vaginaku kembali terasa nikmat dan kembali becek.

Splok.. Splokk..

Makin cepat gerakan pantatku. Paha Mas Bagas beradu dengan pantatku menghasilkan suara nyaring di tengah mobil SUV yang terparkir ini. Buah dada sekalku ikutan berayun indah di depan wajah Mas Bagas.

Mas Bagas nampaknya gemas dengan tetekku ini, hingga tangannya lalu meremas kuat tetekku dan memainkannya, membuatku makin panas. Tak lama, mulutnya ikut bermain di dua melon kembarku ini. Putingnya sesekali dia gigit lalu dia hisap-hisap kuat.

"Sshh.. iiyaahh.. emutt yang kenceng Abiihh.. Ouuhhh.." desahku

Pantatku makin cepat kugerak-gerakkan hingga penis keras Mas Bagas makin mengaduk-aduk vaginaku. Aku ingin memberi kepuasan padaku, sekaligus pada Mas Bagas. Sudah banyak penis haram yang masuk menodai vaginaku. Sehingga, sebagai bentuk penyesalanku, aku memberikan yang terbaik dari jiwa dan ragaku ini pada suamiku. Makin lihai gerakan pantatku di atas selangkangan Mas Bagas

Splok.. Splokk.. Splookkk..

Kuputar-putar dan kugoyang-goyang pantatku memeras penis keras suamiku. Vaginaku berkedut makin kuat. Aku juga bisa mendengar desahan nafas suamiku mulai memberat. Selama beberapa menit aku menggiyang pantatku makin lama makin liar.

Penis keras suamiku itu benar-benar menstimulasi tubuhku hingga pantatku meliuk-liuk sebinal mungkin memeras penis suamiku. Keringat makin deras memandikan tubuhku. Gamis dan jilbabku pun semakin acak-acakan. Rambut-rambut halusku mulai keluar berantakan dari celah-celah jilbabku. Penis Mas Bagas terasa makin keras dan makin hangat di dalam rongga liang senggamaku.

Splok.. Splokk.. Splokkk..

"Ouuhhh.. Sshhhh.. Umi mau pipiisshh lagiiiihh.." kataku.

"Bareng, Umi.. Urggghh.."

"Ouuuhhhh.. Aaaaaaaahhh.. Abbii.. Piiipiiisssshhh.. Ooooooooooooooo hhhhhhhhh.." jeritku melolong.

Crot.. crot.. croott..

Di saat yang hampir bersamaan, penis Mas Bagas juga mengeluarkan isinya di dalam vaginaku. Pantatku mengejut-ngejut seperti terkena sengatan listrik saat penis suamiku juga kurasakan menyemprotkan banyak sekali muntahan panasnya menyiram rahimku.

Untuk sesaat tubuhku menegang kaku. Tanganku mencengkeram pundak Mas Bagas makin erat hingga kuku jemariku meninggalkan bekas di kulit pundaknya. Banyak sekali cairan orgasmeku yang kurasakan keluar, berlawanan dengan siraman lahar hangat di rahimku oleh Mas Bagas.

Badanku langsung lemas dan kembali ambruk di dada Mas Bagas yang sudah tak terbungkus bajunya. Selama beberapa saat aku diam mengatur nafasku. Kakiku yang mengangkang ini lama-lama pegal juga, lalu kugerakkan sedikit agar lebih nyaman.

Penis Mas Bagas yang sudah dua kali memuntahkan isinya itupun lambat laun mulai melemas. Aku bisa merasakan sperma mengalir menetes keluar dari dalam vaginaku.

Hingga beberapa saat kemudian, akupun bisa bangkit dari pangkuan Mas Bagas. Aku lalu mulai rapi-rapi lagi sebelum aku masuk kolam renang seperti tujuan awalku kesini. Aku melap vaginaku dengan tissue, dan membersihkan selangkanganku dari ceceran sperma suamiku.

"Abi langsung ke kantor ya habis ini, Umi.." kata Mas Bagas.

"Iya Abi.."

46ff731361800968.jpg

Arsella Hasna Hilyani

Aku masih melanjutkan rapi-rapi diri. Celana dalamku yang berada di jok, kupakai lagi. Jilbab dan gamisku tak lupa juga kurapikan. Aku cukup terburu-buru karena aku sudah terlambat dan kawan-kawanku yang lain pasti sudah datang.

Segera aku berpamitan dengan Mas Bagas dan langsung turun dari mobil dan berjalan memasuki area kolam renang.




------


"Eh, Sella.. Assalamualaikum.." kudengar seseorang menyapaku yang aku langsung menoleh dan menghadap ke sumber suara itu.

"Waalaikumsalam, Ummu.." balasku, "Ummu sehat?"

"Sehat, alhamdulilah.." jawabnya.

"Kok tumben kelihatan di sini, Ummu?" tanyaku basa-basi

"Iya.. Lagi mau rapi-rapi aja ini.." katanya.

Tangannya yang berlapis sarung tangan itu sedang memindahkan beberapa pot tanaman. Gamis dan jilbab lebar yang dipakainya tak membuatnya kaku untuk beraktifitas seperti itu.

"Bagus-bagus ya, Ummu.." kataku sambil melihat beberapa tanaman yang sudah diatur rapi itu

"Hihi.. Iya, ada temen yang ngasih.. Mumpung lagi nge-trend juga tanaman beginian, Ukh.." balasnya.

Aku menyahutnya dengan tersenyum. Aku kenal sosoknya sudah sejak lama. Ustadzah Azizah-lah yang berteman dengannya sekaligus yang mengenalkan kami. Aku memanggilnya Ummu Nida.

Kolam renang yang sedang kami sewa ini milik Ummu Nida. Lebih tepatnya, milik suaminya. Namun, karena suaminya sudah meninggal, Ummu Nida lah yang kemudian mengatur dan merawat tempat ini. Nampaknya Ummu Nida kini jadi punya kesibukan dan hobi berkebun barunya ini.

"Ukh.. Ana tinggal dulu ya, masih harus angkut pot-pot yang lain ini." lanjut Ummu Nida.

"Oh iya, Ummu.."

"Itu Azizah dan yang lain udah di dalem tuh dari tadi.." katanya.

"Iya, ini mau langsung nyusul, Ummu.." balasku. Aku dan Ummu Nida pun lalu beranjak berpisah berlawanan arah.

"Guuusss.. Aguusss… !!"

Kudengar Ummu Nida berteriak, yang cukup membuatku menoleh ke arahnya lagi. Sepertinya dia memanggil salah satu karyawannya, yang setelah tak lama dari itu, muncullah Mas-mas penjaga kolam yang njijiki itu.

Aku yang sudah sangat terlambat ini lalu segera melangkah menuju kolam nomor tiga. Tempat dimana kawan-kawanku sudah menungguku utuk renang bareng.

------

Ketika aku membuka pintu, kulihat Fani yang kelihatan seperti terburu-buru. Pakainnya masih lengkap dengan gamis biru tua dan jilbab syar'i yang senada warnanya.

"Lho Say.. Baru nyampe juga?" tanyaku sambil menyapa Fani.

"Eh, Kak Sella.. Enggak, Kak.. Tadi malah yang pertama dateng, terus ini mau ada, emm, mau ketemu sama sepupuku, Kak.. Jadi izin pulang dulu.." jawab Fani.

Memang akunya yang juga telat banget sih. Hampir satu jam aku terlambat gara-gara terlalu lama enak-enak di parkiran tadi, hihihi.

"Ooh.. Naik apa kamu, Say?" tanyaku

"Eh.. Anu.. Mm.. Naik bis aja kok, Kak.." jawab Fani seperti kikuk gitu

Aku merasa Fani ini seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Beberapa kali momen kudapati dia seperti gugup dan kikuk saat kita sedang ngobrol. Mungkin aku perlu bicara sama Fani, ada apa sebenarnya dengan sahabatku itu.

73e1ed1353751265.jpg

Fani



------
------

Fyuuhhh. Di waktu yang tersisa ini aku bisa juga memanfaatkannya. Sudah beberapa belas kali lap yang kulakukan. Badanku rasanya segar sekali. Lemas karena renang, tapi segar setelah otot-otot tubuhku bisa rileks. Ditambah tadi pagi aku juga sudah lemas akibat dua kali klimaks, hihi.

Akupun lalu mentas dari kolam dan segera bilas dan bersih-bersih diriku.

"Say, pulangnya jadi bareng?" Kata Ustadzah Azizah yang ikutan mentas juga dan sudah di sebelahku.

"Iya boleh, Ustadzah.." jawabku.

Kamipun lalu masuk ke kamar mandi masing-masing. Ada dua kamar mandi di kolam renang ini, yang kebetulan kosong karena teman-temanku yang lain sudah duluan selesai. Hanya aku yang terakhir di kolam tadi, selain Ustadzah Azizah yang selalu paling akhir selesai renang.

Aku keluar kamar mandi dan ruang ganti ketika sudah benar-benar rapi. Berpenampilan lengkap seperti layaknya akhwat, dengan gamis dan jilbab merah tua. Ketika aku keluar, ada Ustadzah Azizah yang sudah selesai dan menungguku. Tanggung jawabnya sebagai Murobbiah, membuatnya menunggu siapapun mentee nya yang paling terakhir selesai.

"Yang lain mana, Ustadzah?" tanyaku.

"Barusan dah pada duluan, Say.." jawabnya. "Yukk.. kita jalan.."

Aku dan Ustadzah Azizah lalu berjalan berdampingan keluar dari pintu kolam nomor tiga ini, menuju parkiran. Sambil diisi obrolan-obrolan kecil tentunya.

"Eh, Sell.. Ada kabar baik lho dari temen kita Rif'ah.." kata Ustadzah Azizah.

"Oiya, apa tuh, Ukh?" Tanyaku.

"Rif'ah dan Akh Fikar bakalan dapat titipan. Program hamilnya alhamdulilah akhirnya ada hasilnya.."

"Alhamdulillah.." sahutku, "kok tadi dia nggak cerita-cerita.."

"Yee.. kamunya yang telat dateng tadi kan.."


e06d2a1349614669.jpg

Ustadzah Azizah

Akupun lalu tertawa bersama Ustadzah Azizah. Satu lagi temanku diberi amanah untuk mendapatkan momongan, membuat kami merasa senang dan bahagia.

Dengan ini, aku saat ini satu-satunya di kelompok Liqo' ku yang sudah menikah namun belum dititipi amanah untuk hamil. Untuk sesaat aku sempat melamun memikirkan hal ini, sebelum Ustadzah Azizah menyadarkanku dari lamunanku.

Dan seperti biasanya, Ustadzah selalu menyemangatiku. Menyuruhku untuk terus sabar dan berusaha. Toh aku dan Mas Bagas sama-sama sehat. Hikmahnya, saat ini aku harus fokus berbakti dan taat pada suamiku, sebelum diamanahi anak. Ustadzah memang selalu bisa membuatku optimis dan selalu berpikiran positif.

"Eh, Ukh.. Afwan, Ana balikin kunci kolam dulu ya, sama mau silaturahim sebentar sama Ummu Nida.." kata Ustadzah, "Sella tunggu di mobil aja ya, Say.. ini kunci mobil Ana.."

Ustadzah memberiku kunci mobilnya. Akupun menerima kunci mobil itu, dan sesaat kemudian Ustadzah sudah berlalu menuju arah bangunan utama tempat ini yang berfungsi sebagai kantor.

Karena kukira Ustadzah tak akan lama, Aku lalu berjalan menuju mobilnya ke arah parkiran, lebih baik aku menunggu di mobil saja. Aku berjalan melewati lorong antara area kolam ini yang merupakan jalan menuju pintu keluar.

Ketika kakiku melangkah di tengah lorong yang lumayan teduh ini, kudengar pintu dibuka secara cepat. Dan tanganku tiba-tiba ditarik oleh sesosok tangan, menjauh dari lorong itu. Begitu cepat nya tarikan itu, membuatku tak bisa menolak. Dari kekuatan tarikannya, bisa kutebak yang menarikku ini adalah sesosok lelaki.

Begitu cepat aksinya, hingga kini aku sudah ditarik masuk ke dalam ruangan yang gelap. Tanganku lalu dilepas. Sosok itu lalu berjalan ke arah pintu dan menutup pintu, kemudian menyalakan lampu, hingga bisa kulihat siapa yang menarikku kesini tadi.

"Eh, Mas.. Apa-apaan ini..!!"
------



Part 11 "Dilution" to be continued..
 
Kok ngerasa updatenya panjang tapi alur ceritanya cuma kayak baru lima langkah ya :kretek::beer:;):Peace:
Moga tetap trus berkarya ...:semangat::semangat::semangat::semangat:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd