Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Sella sama Fani ngintip barengan???
Kayanya ... Gejala2 bakal ada orgi nih ...
Cewek2 kl lagi ngitip org ML perasaannya gimanasih???? Kirain cm cowok aja yg doyan ngintip ...😁😁😁
 
masih menunggu fani diperawani bagas. besok akad nikah, malam diperawani dan dipejuhi sampai menjelang subuh. bahkan saat diki mengucap ijab qobul, fani masih menyempatkan diri menggenjot bagas dg gaun pengantin yg disingkap saja.
sisi lain ustadzah azizah juga belum digarap, bisa saja beliau adl "mami" dr para ukhti2 yg menggadaikan diri..bisnisnya berkembang pesat hingga harus fokus di kota lain
 
PART 14b
Tag: Teasing, Titjob, Handjob



79ae6a1354932289.jpg

Arsella Hasna Hilyani


"Lagi kerja ya Abi..?" tanyaku, sambil makin mendekatkan tubuhku ke Mas Bagas. Jilbabku kusampirkan, hingga kaosku yang mencetak jelas tetekku ini pasti bisa terlihat olehnya.

"Eh.. Iya, Umi.." jawab Mas Bagas

Kudapati pandangannya langsung tertuju ke dadaku ini. Hihihi, ternyata masih semudah itu aku bisa menggoda suamiku. Mata Mas Bagas nanar menatap dadaku, tak lagi fokus ke layar laptopnya.

"Mmmhh.. Mau senam ya Umi..?" tanya Mas Bagas tapi matanya tetap tertuju ke dadaku.

"Iya Abi.." aku menjawab sambil tersenyum, menyadari suamiku yang terpancing godaan outfit yang kupakai ini.

Mendapati tatapan nakal suamiku itu, membuat darahku ikutan berdesir. Aku juga masih menyisakan horny akibat aksi ngintipku tadi pagi. Mas Bagas yang pekerjaannya semakin banyak, dan aku yang juga sibuk menemani Fani membuat beberapa hari ini tubuhku tak dijamah oleh suamiku.

Sehingga saat sedang berduaan di rumah seperti ini seolah membangkitkan sisi romantisme kami berdua. Di samping sisa birahiku akibat live show Nurul di rumahnya tadi. Akupun bergerak mendekat ke Mas Bagas, seolah berpura-pura penasaran akan pekerjaannya.

"Kok matanya ngeliatin tetek Umi terus sih, Abi.. Katanya lagi kerja.." kataku segenit mungkin menggoda Mas Bagas.

Mas Bagas tak menjawab apa-apa dan matanya masih melotot tertuju ke arah dadaku. Gunung kembar di dadaku ini memang mencuat seksi karena terbungkus kaos yang cukup ketat. Aku yang memang dilanda birahi juga ini, membuat puting tetekku mengacung makin jelas tercetak di bahan kaos tipis yang aku pakai.

Tiba-tiba tubuhku langsung ditarik Mas Bagas hingga kemudian tubuhku sudah dipeluknya. Tangan Mas Bagas seketika itu juga langsung bermain-main di tetekku. Diremas-remasnya gunung kembarku ini dengan satu tangannya. Tangannya yang lain melingkar di pinggangku, memelukku.

"Ssshhh.. Abbiihhh.."

Mulutku seketika mendesah merasakan remasan tangan suamiku itu. Meskipun jamahannya berada dari luar kaos senam yang kupakai, namun tipisnya bahan kaos ini membuat sentuhan tangannya begitu terasa di tubuhku. Apalagi aku yang juga sedang terangsang ini membuat tubuhku semakin sensitif.

Mas Bagas dengan gemas nya bermain-main di tetekku. Tangan kanannya bergantian memainkan tetekku yang kanan dan kiri. Mukanya juga ikut mendusel-dusel tetekku dari luar kaosku. Lidahnya sesekali ia julurkan seolah menjilati dadaku meskipun terhalan kaosku.

"Houuhhh.. Ssshhhhh.." desahku.

Tangankupun kini tak tinggal diam. Sembari dijamah Mas Bagas, aku berusaha meraih celana Mas Bagas dan menggesek-gesekkan tanganku di selangkangannya. Bisa kurasakan dibalik celana itu penisnya sudah ikut mengeras. Dengan perlahan, aku elus-elus celananya, seolah menggoda penis suamiku dari luar.

Mas Bagas kemudian menarik kaosku ke depan, dan yang tak kusangka kemudian kepalanya ia masukkan di balik kaos yang kupakai. Wajahnya pun seketika kurasakan langsung menyentuh dadaku. Nampaknya suamiku sudah tak tahan untuk langsung bermain-main di melon kembarku ini.

ME3UILF_o.gif

"Mmmfffhhhh.. Abbiiihh.. houuugghhhh.." desahku saat Mas Bagas menjilat-jilat tetekku. Tangan kanannya yang ikut masuk ke dalam kausku juga ikut meremas-remas tetekku yang sebelahnya, membuat birahku kian meninggi. Mulutnya kemudian beranjak menuju puncak gunungku itu, menuju puting tetekku.

"Abbiihh.. Iyyaahh.. pentill Ummii.. oouuuhhhhh.. Shhhh.." desahku.

Mas Bagas menjepit puting buah dadaku dengan bibirnya kemudian memain-mainkan putingku itu, membuat tubuhku blingsatan. Untungnya tangan kirinya masih sigap memeluk pinggangku. Tanganku yang sedari tadi bermain-main di celana Mas Bagas ternyata dengan sendirinya sudah melepas celana Mas Bagas.

Tangankupun kini menggenggam penis Mas Bagas dan mulai kukocok perlahan sembari tetekku yang kini dijadikan bulan-bulanan oleh mulut dan tangan Mas Bagas.

"Ouuhh.. Sedot terus pentil Umii, Abbiiihh.. Iyyaahh.. Hoouuhhgghhh.. Ssshhhhhh.." desahku saat Mas Bagas dengan kuatnya mengenyot tetekku.

Tanganku semakin kuat juga mengocok penis Mas Bagas naik turun. Kurasakan penisnya kian mengeras di genggamanku. Darahku semakin berdesir hebat saat aku melirik ke bawah menyaksikan batang penis halal milik suamiku itu. Sudah beberapa hari tak bertemu, membuatku kangen dengan batang kelelakian yang kini sudah siap tempur itu.

Aku lalu beranjak mendudukkan kembali Mas Bagas di sofa. Mas Bagas sepertinya masih belum puas bermain dengan tetekku saat kulepaskan tubuhku dari pelukannya. Aku lalu beringsut duduk bersimpuh di bawah di depan selangkangannya.

Kuangkat kaosku sebatas leherku. Tuingg.. Kini terpampanglah dua melon kembar yang sedari tadi terhimpit oleh kaos yang menutupinya.

"Hihi.. Abi kangen nggak sama ini.." kataku sambil meremas dua tetekku, menggoda Mas Bagas.

Mas Bagas mengangguk-angguk. "Iya dong, Umii.." katanya.

"Abi sibuk banget sih sekarang, Umi dianggurin terus deh.. hihihi.." kataku.

Akupun lalu sedikit memajukan tubuhku. Penisnya yang tegak mengacung itu lalu mulai kujepit dengan tetekku.

"Urrgghh.. Seksi banget tetek Umii.." katanya sedikit mengerang saat penisnya mulai kupijat-pijat dengan tetekku.

Kutekan daging kenyal di dadaku ini hingga penis Mas Bagas terhimpit tetekku. Lalu kugerak-gerakkan buah dadaku naik turun, mengurut-urut batang kelelakian suamiku itu.

"Cuiihh.."

Sesekali kuludahi penis Mas Bagas yang sedang terpijat oleh tetekku ini agar tak terlalu kering. Mas Bagas pun merem melek keenakan seperti biasanya saat batang kerasnya ini kuservis dengan tetekku yang memang berukuran sangat besar ini.

Aku lalu menjulurkan lidahku. Sambil tetekku masih memijat-mijat penisnya, lidahku kugunakan untuk menjilati area perut Mas Bagas. Saat lidahku menempel di pusarnya yang berbulu itu, seketika tubuh Mas Bagas menggeliat, tanda geli-geli nikmat yang ia rasakan. Mulutkupun terus bermain-main di perut suamiku yang membuncit itu.

ME3RJZH_o.gif

Kurasakan penis Mas Bagas semakin mengeras di tengah himpitan melon kembarku ini. Aku lalu menggunakan tanganku untuk menggenggam batang penis keras itu. Sambil masih menempel di empuknya daging kenyal kembarku, penis itu lalu kukocok naik turun.

"Uuurrgghhhh.. Ummiii.." erang Mas Bagas.

Tangan halusku ini mengocok penis suamiku yang kurasakan batang itu semakin mengeras dan berdenyut-denyut hebat di genggamanku. Pandangan mataku kutujukan ke arah Mas Bagas, sambil mengerling dengan sorot senakal mungkin, menggoda suamiku.

Kugigit bibir bawahku seolah-olah aku sedang mengekspresikan birahiku ke Mas Bagas. Walaupun sebenarnya aku memang sedang dilanda birahi. Tadi pagi mengintip Nurul dan kini di hadapanku tersaji penis hangat dan berdenyut-denyut di genggamanku ini membuat nafsuku meluap-luap. Tak kusadari di bawah sana ternyata vaginaku mengeluarkan lendir kenikmatan merembes ke celana dalamku.

"Urrghh.. Abi mau keluar nih, Umii.. Enak banget kocokan tangan Umii.. Urrghhh.." erang suamiku.

Aku pun semakin cepat menggerakkan tanganku naik turun. Satu tanganku yang lain ikut bermain-main di biji zakar Mas Bagas, menstimulasi area kelelakiannya itu. Aku ingin membuktikan kepada suamiku bahwa aku mampu memuaskan suamiku.

Aku tau di belakangku suamiku memiliki affair dengan sahabatku Fani. Namun rasa cintaku kepada Mas Bagas masih lebih besar. Apalagi, aku juga bukanlah sosok istri yang sepenuhnya suci. Sudah banyak lelaki yang menjamah tubuh istrinya ini. Rasa penyesalanku jauh lebih besar daripada rasa marahku, hingga seolah aku ingin membuktikan padanya bahwa aku adalah wanita yang paling mengerti keinginannya dan yang bisa memuaskannya.

"Uuurrrgggghhhhh.." Mas Bagas mengerang hebat.

Croott.. Crrooottt.. Crrooootttttt..

Cairan putih kental itupun keluar menyembur hebat hingga semburan pertamanya mampu membasahi wajahku yang terbalut jilbab miniku ini. Semburan-semburannya yang lain membasahi tetekku dan juga tanganku. Aku lalu menurunkan wajahku.


ME3RJZL_o.gif

Kujilati batang penis yang menyisakan lelehan spermanya itu. Rasa anyir khas cairan lelaki otu langsung bisa kurasakan dengan lidahku. Bibir sensualku inipun lalu hinggap di batang penisnya. Kukecup sambil kujilati batang yang mulai layu itu.

Bibirku kemudian naik menuju kepala penisnya. Kumasukkan kepala penis itu ke dalam mulutku, dan mulai kuhisap-hisapi helm itu. Tetesan terakhir sperma Mas Bagas pun masuk tertelan melewati kerongkonganku. Bibirku makin kuat mengempot, menghisapi penis Mas Bagas.

"Urrgggghhhh.. Ummii.. udaahh, ngiluuu Umii.." erang Mas Bagas.

Lidahku sesekali kugunakan untuk menggelitik kepala penisnya yang bersarang di dalam mulutku.

"Uugghh.. Udahh, Umii.." kata Mas Bagas.

"Beneran mau udahan, Abi? Umi belum sedot-sedot pakai empotan maut Umi lho ini." kataku.

"Iya, Umi.. udah yaa.." jawab Mas Bagas.

"Hihi.. Iya deh.. Tapi jawab dulu, Abi puas nggak sih sama Umi?" tanyaku sambil mengerling nakal.

"Puas dong Umi.. Nanti lanjutin lagi ya.. Abi masih banyak kerjaan ini, belum selesai.." kata Mas Bagas.

Akupun lalu beranjak bangkit dari lantai. Kuturunkan kaos panjangku hingga dada dan perutku tertutup kembali. Sejujurnya aku masih ingin lebih bermanja-manja dengan Mas Bagas. Vaginaku kini terasa gatal, becek, dan berdenyut hebat meminta dipuaskan.

Namun, apa mau dikata, Mas Bagas memang masih harus menyelesaikan amanah pekerjaannya. Mas Bagas pun sudah kembali fokus ke depan laptopnya setelah barusan tadi kupuaskan. Aku pun kemudian berlalu menuju halaman belakang, tempat biasa aku senam dan mencari keringat.

Saat berjalan, aku merasakan sensasi aneh di tubuhku. Sperma Mas Bagas yang menempel di tetekku terasa lengket saat bergesekan dengan kaosku. Sementara di bawah sana vaginaku yang lembab ikut terasa geli saat kugunakan untuk berjalan akibat birahiku yang meninggi.

'Semoga dengan senamku ini tubuhku bisa dingin, tak lagi terbakar panasnya birahi.' batinku.



------====°°°°°°°°====------



Sudah hampir satu jam aku meregangkan otot-otot tubuhku. Kini aku sedang melatih otot-otot vaginaku dengan senam kegel. Aktivitas ini yang membuat vaginaku tetap terjaga meskipun aku telah menikah. Ustadzah Azizah lah orang yang kuucap terimakasih karena dia yang mengajariku senam kegel.

"Meskipun sudah menikah, kita harus bisa merawat organ intim kita. Jangan mau kalah sama gadis-gadis di luar sana. Walaupun sudah menikah atau punya anak sekalipun, harus tetep dijaga biar sempit dan menjepit, biar suami makin lengket sama kita." begitu dulu ucapan Ustadzah saat memotivasi ku untuk selalu rajin senam dan menjaga tubuh.

"Umiii.."

Aku mendengar suara Mas Bagas yang memanggilku.

"Umii.. Abi mau ke fotokopian dulu ya.. mau print kontrak kerja sama cari materai.. Abi bawa motor aja.." kata suamiku.

"Iya, Abi.. hati-hati di jalan Abi.." jawabku.

Kudengar langkah kaki Mas Bagas menuju pintu luar. Dan sesaat kemudian, kudengar suara laju motor meninggalkan rumahku. Aku yang kemudian sudah selesai dengan gerakan pendinginan lalu beranjak dari halaman belakang ini.

Begitu masuk ke dalam rumah, kuambil handuk dan kuseka keringat yang menempel di wajah putihku ini. Bisa kurasakan keringat membasahi tubuhku hingga ikut membuat lecek outfit senamku ini. Aku memang biasanya untuk sejenak membiarkan badanku dingin dengan sendirinya, sebelum kemudian mandi.

Kulihat plastik di keranjang sampah di samping kulkas yang sudah diikat tapi masih berada di balik pintu. Sudah penuh plastik itu oleh sampah sejak kemarin. Pantas saja ada bau tidak enak di sekitar sini.

'Mas Bagas pasti tadi pagi lupa membawanya ke luar pagar.' batinku.

Aku lalu mengambil plastik sampah itu lalu berjalan ke arah luar pintu rumahku. Kubuka pintu rumahku yang terkunci, kemudian aku berjalan melewati teras rumahku ini yang dihiasi oleh tiga kursi untuk menerima tamu.

Kutaruh plastik sampah ini di sisi luar teras rumahku. Aku yang tak memakai pakaian syar'i ini tak mau keluar pagar rumahku. Mas Bagas biasanya sudah paham kalau nanti plastik ini harus dia taruh di luar pagar. Akupun lalu beranjak masuk rumah lagi.

Pandanganku langsung tertuju ke laptop Mas Bagas di atas meja yang masih menyala. Entah dorongan dari mana, aku lalu mendudukkan pantatku di sofa di depan laptop Mas Bagas. Aku langsung mencari folder video biru yang tempo hari sempat kulihat.

Karena sudah beberapa kali aku menuju folder itu sebelumnya, tak butuh waktu lama bagiku untuk menemukan folder yang kutuju. Ketika kubuka folder itu, kini tak lagi kutemukan video yang menampilkan adegan antara Fani dan Mas Bagas. Apakah ini berarti mereka sudah tak lagi memiliki affair di belakangku?

Meski begitu, video-video 'panas' yang lain masih tersimpan di dalamnya. Aku lalu membuka salah satu video. Penamaan video-video ini menggunakan tanggal, entahlah apakah itu tanggal pengambilan video ini atau ada maksud lain. Aku lalu memilih dan membuka nama file yang tertanggal tak jauh dari hari ini.

Video player seketika langsung terbuka di laptop berlayar Retina Display milik Mas Bagas ini. Dan adegan di layar ini langsung menampakkan sosok akhwat bercadar yang sedang mengocok penis lelaki yang sedang berbaring di ranjang.

Darahku seketika langsung berdesir menyaksikan adegan ini. Rasa horny yang sempat menguap saat aku sedang senam tadi tiba-tiba kini menyergapku lagi saat kulihat penis besar di layar laptop. Penis itu berwarna hitam legam dengan ukuran yang besarnya tak lazim. Dua tangan sang Akhwat yang mungil itu tak muat menggenggam seluruh batang itu.

Mungkin itu bukanlah batang penis dalam negeri. Warnanya hitam legam seperti bukan tipikal kulit orang Indonesia. Entahlah. Yang jelas saat ini fokusku pada layar yang memperlihatkan sang Akhwat yang mulai menunduk dan memasukkan batang penis Hitam itu dibalik cadarnya yang juga hitam.

Aku sepertinya familiar dengan sosok bercadar itu. Namun karena sorot perekaman itu diambil dari samping, aku tak bisa melihat jelas wajah sang Akhwat. Dari caranya mengenakan gamis dan jilbab syar'i nya menunjukan kalau dia memang akhwat betulan, bukan cuma perempuan biasa yang dipakaikan kerudung belaka.

Tapi yang bisa kulihat jelas adalah sang Akhwat yang dengan semangatnya menarik turunkan kepalanya di atas selangkangan si lelaki. Seperti layaknya ia sedang bernafsu menghabiskan batang keras itu sendirian.

Aku yang dulu yang menjaga diri dari melihat aurat lawan jenis pastilah jijik melihat ini semua. Namun aku yang sekarang yang sudah dinodai batang penis haram lain entah berapa banyaknya, malah penasaran akan scene di depanku ini. Menyaksikan adegan di depanku ini malah membuat nafsuku makin naik.

Dorongan nafsu syaiton lalu mendorongku menggerakkan tanganku menuju selangkanganku. Dan tanpa kusadari, ternyata vaginaku sudah lembab entah sejak kapan dan kini malah merembes keluar membasahi celana dalamku bahkan leggingku. Tak berhenti, tanganku lalu mulai mengelus-elus selangkanganku dari luar celanaku.

Adegan di depanku kini sudah berubah. Si lelaki masih berbaring di atas ranjang, namun sang Akhwat sudah beranjak ke atas tubuh si lelaki. Sang Akhwat kemudian melepaskan celana panjang dibalik gamis syarinya, kemudian diikuti celana dalamnya. Sorot kamera kini agak lebih mundur, menampakkan tubuh besar si lelaki. Ruangan yang sepertinya kamar hotel itu menjadi latar belakangnya.

Tak menunggu lama, sang Akhwat lalu perlahan menurunkan selangkangannya beradu dengan selangkangan si lelaki. Sesaat sempat kulihat kulit sang akhwat yang putih bersih kontras dengan kulit badan si lelaki yang hitam legam, sebelum tertutupi lagi dengan gamis lebar yang ia pakai.

Sambil menyaksikan adegan yang penuh mesum itu, tanganku makin intens bermain di selangkanganku, menggesek-gesek bibir vaginaku dari luar vaginaku.

"Hmmmppphhh.." desisku pelan.

Layar 16 inch di depanku menampilkan sang Akhwat yang sedang bergoyang maju mundur di atas selangkangan si lelaki. Penis sebesar itu ternyata mampu masuk ke tubuh mungilnya. Bahkan sang Akhwat nampak semakin bersemangat menggerakkan pinggulnya seolah meminta lebih.

Aku sendiri merasa tak nyaman saat menggesek-gesek vaginaku dari luar celanaku. Akupun lalu menurunkan celanaku sebatas lututku, lalu kusibakkan celana dalamku hingga tanganku kini bersentuhan langsung dengan kulit vaginaku.

"Houuhhhh.. Ssshhhhh.. Mmmfffhhhhh.." desahku saat tanganku kembali bermain-main di vaginaku.

Ya Tuhan, maafkan aku yang sedang bermasturbasi sendiri seperti ini. Aku tak tahan akan nafsu birahi yang sejak pagi tadi membelengguku. Sempat hinggap di benakku rasa sesal dan bersalahku kepada Mas Bagas. Aku seharusnya tak boleh melakukan ini semua karena aku memiliki cara yang halal yaitu dengan suamiku.

Namun nafsuku membuatku terbakar akibat adegan demi adegan panas yang terpampang di layar laptop di depanku ini.

"Hmmmffffhhh.. Houuuhhh.." desahku.

Cpek.. cpekkk.. cpekkkk..

Basahnya vaginaku membuat gesekan tangan dan selangkanganku menghasilkan bunyi kecipak nyaring. Aku merasakan gelombang puncakku mendekat. Gelombang surgawi yang sudah kunantikan sejak pagi tadi saat aku mengintip Nurul.

Layar di depanku kini menampakkan sorot kamera mendekat menuju sang Akhwat yang sedang ber-rodeo di atas batang hitam sang lelaki. Kamera meng-close up vagina sang Akhwat yang terlihat menelan penis itu. Nampak sebagian vagina itu ikut keluar masuk saat sang akhwat bergerak maju mundur menggilas penis itu.

"Hmmmppfffhhh.. Ssshhhh.." desahku sambil sesekali memejamkan mata.

Tak lagi kuhiraukan bahwa perbuatan yang kulakukan ini adalah perbuatan nista yang seharusnya haram untuk kulakukan. Namun itu semua luntur seiring gerakan tanganku di bibir surrgawiku yang mengejar puncak birahiku.

Cpek.. Cpekkk.. Cpekkkk..

Suara desahan sang akhwat dari video mesum di depanku inipun terdengar makin jelas. Lagi-lagi aku merasa familiar dengan suara itu. Kamera yang merekam semua adegan itu sesekali bergoyang-goyang saat berusaha merekam dari angle yang lain. Dan ketika kamera itu menangkap sekilas wajah sang akhwat yang tertutup cadar, aku terkesiap.

Degg..

'Itu tadi..'

'Akhwat bercadar itu.. bukankah itu sosok Ust..'

Saat sedang terkejut ini, aku lebih terkejut lagi menyadari ada sosok lelaki sudah berada di depanku, di dalam rumahku di ruang tengah ini. Lelaki ini sedang menyorotkan hapenya ke arahku dan mendapatiku sedang bermasturbasi.




Part 14 "Hurdle" to be continued..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd