Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Part 5b

Tag: Blackmail; Buttplug; NTR

“Silakan duduk, Bu Sella. Ketuaan deng kalau dipanggil Bu. Tak panggil Mbak ae lah yo.” Katanya dengan senyum menyeringai. Aku diam saja mendengarnya memasang muka masam.

Aku lalu menggeser tubuhku ke sofa yang ada di sebelahku. Sebelum duduk aku teringat bahwa aku juga tak bisa duduk secara nyaman. Akhirnya akupun memilih tetap berdiri di kamar suite ini.

“Hahaha.. Nggak mau duduk to, Mbak.. Atau nggak bisa duduk? Itu tandanya Mbak sudah mengikuti perintah saya ya?” Kata Pak Broto masih sambil tersenyum menyeringai.

“Pak.. Apa mau Bapak? Saya harus segera pulang, suami saya menunggu di rumah!” Kataku menggertak berbohong.

“Hmm.. sayangnya Embak bukan pembohong yang pintar, Mbak. Hehe. Saya tau kok Mas Bagas sedang keluar kota..” kata-kata pak Broto itu mengagetkankanku. Entah bagaimana caranya dia bisa tau. Ah, dia bisa mendapatkan video-video kemarin, tentu saja tak sulit bagi orang sepertinya untuk tau agenda Mas Bagas.

“Jadi selama Mas Bagas nggak ada di rumah sampai besok, saya rasa Mbak Sella nggak punya alasan juga untuk segera pulang ke rumah. Iya, Kan??” aku hanya diam saja mendengarnya.

“Jadi apa mau Bapak? Saya nggak mau lama-lama disini?”

“Hehehe.. saya rasa Mbak sudah tau apa yang saya mau. Tinggal pilih mau saya paksa, atau sesuai dengan kerelaan Mbak Sella.” Jawabnya sambil tersenyum mesum. Suaranya yang besar itu seolah-olah merupakan ancaman buatku. Aku yang mendengarnya seketika langsung lemas. Tak kusangka ternyata Pak Broto adalah dalang dibalik semua ini. Orang yang tak tau siapa dia pasti memiliki kesan pertama bahwa dia orang berwibawa. Klien Mas Bagas yang hanya baru sekali bertemu denganku mampu mengancamku hingga aku sekarang berada di kamar hotel ini. Sungguh sangat malu aku saat ini, entah apakah aku harus marah kepada Mas Bagas yang sudah mempertemukanku dengan si Bejat yang akan menodaiku ini sementara ujung persoalan semua ini adalah aku yang bermain meraih kenikmatan bersama Mas Diki di belakang Mas Bagas. Yang jelas aku sangat marah terhadap diriku saat ini.

“Sekarang saya mau memastikan Mbak Sella sudah mengikuti instruksi saya.” Kata Pak Broto sambil mendekat ke arahku.

“Pak.. saya bisa kasih uang, tapi jangan apa-apakan saya, Pak.. Saya mohon..” kataku sambil menunduk mencoba mengiba kepadanya.

“Hahaha.. Uang saya wis nggejah, Mbak. Yang saya butuhkan saat ini nggak bisa diganti dengan yang lain.” Katanya sambil memegang daguku dan mendongakkan wajahku hingga kini mata kami beradu tatapan. Senyum nya menyeringai menyiratkan banyak makna.
“Mbak Sella ternyata cantik tenan kalau pakai cadar gini ya.” Kata Pak Broto melanjutkan.

“Pak.. Saya mohon lepaskan saya, Pak..” kataku kembali mengiba.

“Haha.. Sudahlah Mbak Sella.. Nikmati saja, saya jamin saya akan memberikan kepuasan yang tak terhingga.” Kata Pak Broto yang makin membuat nyaliku ciut. Kali ini mataku mulai sembab, menyadari tak ada lagi yang bisa kulakukan untuk menjaga kehormatanku.

Bahuku lalu dipegangnya lalu badanku diputar hingga kini aku membelakanginya menghadap sofa. Lalu badanku ditunggingkan hingga kini tanganku bertumpu pada sandaran sofa. Pantatku lalu ditarik ke belakang. Aku bisa merasakan sekujur tubuhku gemetaran. Aku masih tak rela tubuhku dijamah oleh bandot ini. Jenggotnya yang tebal yang awalnya membuatku simpatik dan berprasangka baik terhadap si tua ini ternyata berbanding terbalik dengan otak jahatnya yang mesum itu.

“Semakin cepat Mbak Sella menerima keadaan, semakin cepat juga tubuhmu akan menikmatinya, Mbak..” bisiknya di dekat telingaku.

Tangannya lalu mulai memegang sisi bawah gamisku ini. Pak Broto tersenyum mendapati ada ceceran noda sperma yang sudah mengering di gamisku. Lalu perlahan tangannya mulai menyingkap gamisku hingga terpampanglah pantat mulusku.

“Hahaha.. Ternyata Mbak Sella mematuhi instruksi saya..” kata Pak Broto masih menatap pantatku.


...........
Tadi pagi sebelum aku berangkat kesini aku menerima kiriman paket. Sama seperti sebelumnya, kotak paket itu dilempar di halaman rumahku. Ketika aku buka, isinya satu set gamis lengkap beserta jilbab lebar, kaos kaki, dan cadar. Lalu kutemukan secarik kertas.
“Pakai ini tanpa dalaman apapun. Jangan lupa berrias. Kamu harus pergi menggunakan bis umum. Jangan sampai terlambat.”

Akupun masuk ke dalam rumah. Waktu sudah mulai beranjak siang sedangkan aku masih ragu antara takut dan tidak percaya saat aku memakai set gamis yang diberikan si peneror ini.

2fb8911349022555.jpg

Arsella Hasna Hilyani

Ketika aku hampir selesai bersiap-siap, gamis ini kusibakkan di depan cermin, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh dari lipatan gamis ini.

“Klontang..” aku mengambilnya. Ini ternyata adalah semacam dildo kecil lebih mirip buttplug. Aku tau dari video bokep yang pernah kutonton. Aku sudah memiliki firasat buruk akan hal ini. Kutemukan secarik kertas kecil yang membungkus ujung buttplug itu. Kubuka dan kubaca kertas itu.

“Pakai ini di lubang anusmu selama perjalanan ke Hotel dan jangan pernah dilepas. Kamu bisa tebak akibatnya kalau kamu tak mengikuti perintah ini.” Seketika tubuhku langsung merinding membaca kertas itu. Aku tak kuat membayangkan benda itu harus masuk ke lubang anusku. Ditambah lagi sepanjang perjalanan di bis aku harus memakai benda laknat ini.

Waktu yang sudah semakin siang membuatku tak bisa berpikir masak-masak. Aku lalu menyingkap gamisku dan duduk di kursi riasku. Terpampanglah selangkanganku yang tak berlapis apapun. Di balik gamis dan jilbab ini memang aku tak memakai sehelai dalaman apapun selain kaos kaki. Perlahan satu tanganku kutempelkan di pinggir lubang anusku.

Aku mencoba memasukkan jari telunjukku ke lubang anusku, tapi tidak bisa. Lubang anusku sangat sempit. Aku tak habis pikir bagaimana caranya buttplug ini bisa masuk ke lubang anusku. Seperti halnya aku tak habis pikir bagaimana di film-film bokep itu anus sang wanita bisa dengan mudahnya menerima mainan seperti ini bahkan menerima penis besar khas orang bule.

Aku lalu ingat tempo hari ketika aku dicabuli dua orang di kamarku ini. Yono bisa memasukkan satu jari tangannya ke dalam anusku walaupun kurasakan sakit sekali saat itu. Aku lalu mencoba merangsang vaginaku terlebih dahulu.

Kugesek-gesek vaginaku dengan jari-jariku sendiri. Aku juga memainkan klitorisku. Kupilin-pilin, kupijit-pijit bulatan kecil itu. Karena klitorisku yang sensitif sekali, tak butuh waktu lama bagiku untuk terangsang. Aku makin aktif memainkan bibir vaginaku dan klitorisku.

“Hmmmpphh.. Ssshhh..” desisan kenikmatan mulai terdengar dari mulutku yang tertutup cadar ini. Vaginaku makin becek mengeluarkan cairan cintanya.

Sekitar 10 menit berlalu aku masih mencoba meraih kenikmatanku ini dengan jari-jariku. Tiba-tiba aku teringat bahwa aku harus memakai buttplug ini. Rangsanganku lalu kutambahkan ke sekitar lubang anusku. Vaginaku yang sudah becek sekali memudahkan jari-jariku untuk mendapatkan pelumas untuk menggesek-gesek lubang anusku.

“Hhmmmppphh..” aku mendesis lirih saat aku memasukkan pelan ujung jari telunjukku yang basah ini ke lubang anusku. Jari-jariku yang lain masih memainkan klitorisku. Ada rasa sakit saat ujung jariku berhasil masuk ke lubang anusku.

Aku diamkan sejenak ujung jariku itu di anusku. Setelah beberapa saat baru kugerakkan pelan-pelan dengan gerakan memutar di sekitar lubang anusku itu. Ada sensasi berbeda yang seumur hidup belum pernah aku rasakan. Selang beberapa saat gerakan jariku di lubang anusku kunaikkan temponya menjadi lebih cepat. Rasa sakit yang kurasakan kini agak berkurang.

Aku yang tak ingin berlama-lama larut di dalam birahi ini, lalu mencoba memasukkan buttplug ini ke lubang anusku. Kucoba basahi dengan ludahku lalu kutempelkan ke lubang anusku. Aku mencoba menekan pelan tapi ternyata lubang anusku yang masih sangat sempit tak mau menerima buttplug ini. Kulakukan beberapa kali tapi buttplug ini tak juga mau masuk. Akhirnya di percobaan kesekian kali aku memaksakan ujung buttplug ini untuk masuk ke lubang anusku.

“Hegghh..” jeritku tertahan saat ujung buttplug ini akhirnya menembus gerbang anusku. Rasa sakit menjalar di sekujur tubuhku.

Aku yang tak ingin membuang waktu yang sudah makin siang ini segera menjejakkan kaki berharap aku tidak sampai terlambat. Ada rasa aneh ketika aku berjalan dengan gamis dan berjilbab lebar bahkan bercadar tapi tak menggunakan dalaman sama sekali. Terlebih lagi ada buttplug yang menempel di anusku membuat cara jalanku sedikit aneh karena ada rasa ngilu dan geli di selangkanganku. Di sepanjang perjalanan baik di jalan maupun di bis beberapa kali aku menjadi objek banyak lelaki. Hingga sampailah aku di hotel ini.

Ketika aku masuk kamar 1313 yang cukup luas ini aku langsung terkejut melihat Pak Broto ada di dalam kamar ini juga. Langsung bisa kutebak bahwa Pak Broto ada di balik tragedi video memalukan yang kuterima beberapa kali dalam sebulan lalu dan kemarin. Pak Broto dengan perut buncitnya yang memakai batik itu lalu tersenyum saja melihatku yang masih mematung terkejut.
...........


Aku yang kini menungging memamerkan pantatku kepadanya hanya bisa meneteskan air mata penyesalan. Sebentar lagi kehormatanku sebagai istri Mas Bagas hilanglah sudah.

Kurasakan tangan Pak Broto mulai menggerayangi bulatan pantatku. Pelan-pelan tangannya mulai meremas-remas bongkahan pantatku yang putih ini. Satu tangannya mulai menuju ke arah lubang anusku yang tersumpal buttplug.

“Pantatmu bagus banget, Bu.. Putih, Bulet.. sempurna tanpa cacat.. Hahahaha.. kontolku bakal puas nih main-main disini..” aku langsung merinding mendengar perkataannya itu. Tangan Pak Broto lalu mulai memainkan buttplug itu. Diputar-putarnya ujung buttplug itu tanpa melepasnya dari anusku. Ada rasa geli dan sedikit perih yang kurasakan.

Tiba-tiba benda lunak menyentuh vaginaku. Aku yang terlalu sering menjadi objek cabul ini tahu bahwa Pak Broto kini memainkan vaginaku dengan lidahnya.

“Hmmpp.. Sshhh..” desisanku mulai keluar. Tubuhku reflek menggelinjang kegelian saat lidahnya menyapu pinggiran bibir vaginaku.

Lidah Pak Broto kurasakan makin liar bermain-main di vaginaku. Semua permukaan vaginaku tak luput dari sapuan lidahnya. Lalu tiba-tiba buttplug itu ditarik keluar oleh satu tangannya.

“Aaaahhh..” aku menjerit tertahan. Kurasakan perih di bibir anusku. Mendengar jeritanku itu, Pak Broto malah makin liar menjilat-jilat bibir vaginaku. Kini lidahnya mencoba makin masuk makin dalam hingga kurasakan klitorisku mulai dijilatnya.

“Hmmmmhh.. ssshh..” aku kembali mendesis keenakan karena permainan lidahnya di titik paling sensitif di vaginaku ini. Vaginaku kurasakan mulai basah.

“Hhhmmmpphh.. Hhhhmmmpphh.. sssshhh...” Desisku makin mengeras. Tiba-tiba Pak Broto kembali memasukkan buttplug itu ke dalam anusku dalam sekali sentakan.

“Aagghhhh.. Ppaak.. Sakiiiiit..” aku masih belum terbiasa menerima benda sekeras ini di anusku. Air mataku masih terus mengalir. Pak Broto nampaknya tak peduli dan masih dengan liarnya memainkan klitorisku bahkan kini menghisap-hisapnya.

“Hmmmpphh.. Sshh..” aku mendesah karena rasa nikmat di vaginaku. Di sisi lain anusku masih terasa perih menerima buttplug ini. Buttplug itu lalu dicabut dari anusku kembali. Beberapa saat kemudian lalu dimasukkan lagi ke dalam anusku. Badanku panas dingin menerima perlakuannya di liang anusku ini, sementara lidah dan bibirnya makin menggila memainkan vaginaku.

“Oooh.. Sshhh... Mmmmhhh..” mulutku mendesah merefleksikan sensasi rasa sakit di anusku serta rangsangan permainan lidah Pak Broto di vaginaku yang kurasakan makin nikmat. Vaginaku mengeluarkan lendir cintanya makin banyak membuatnya makin becek.

“Hhhhmmmpphh.. Aaahh.. “ desahanku makin mengeras saat klitorisku dihisap-hisap makin kuat oleh bibir Pak Broto. Buttplug di lubang anusku sudah tak lagi dimainkannya dan kini terselip kembali di lubang anusku. Membuatku kini bisa menikmati rangsangannya di vaginaku dan perlahan mulai mengikis rasa sakit yang kurasakan di lubang anusku. Aku makin larut kedalam jurang nafsu birahiku. Lidah Pak Broto begitu ahli memainkan vaginaku.

Tubuhku bahkan menggeliat makin liar menghianati akal dan imanku. Rangsangan bibir dan lidah Pak Broto di vaginaku membuat gairahku makin meninggi. Aku yang awalnya menolak perlakuannya, kini begitu menikmati sapuan-sapuan lidahnya itu. Tak terasa badai orgasmeku mulai mendekat.

“Ssshhh.. Mmmhhhh...” desisku lirih.

Tiba-tiba permainan lidahnya berhenti. Kurasakan tangan Pak Broto mencengkeram pantatku. Kutolehkan kepalaku ke belakang, entah sejak kapan Pak Broto sudah telanjang menampakkan perut buncitnya. Kurasakan kepala penisnya menempel di gerbang liang vaginaku. Akalku sesaat kembali. Aku mencoba berontak tapi cengkeraman tangannya tak sebanding dengan tenaga akhwat sepertiku ini.

“Pak, jangan dimasukkin, Pak.. Saya mohon.. mmmmhhhhhhpphh..” rontaanku tertahan saat Pak Broto dengan paksa mencoba memasukkan penisnya ke lubang vaginaku. Beceknya vaginaku membuat Kepala penisnya kini sudah berhasil masuk ke dalam vaginaku yang sempit ini.

Aku merasakan mulut vaginaku meregang menerima kepala penis Pak Broto. Ini penis ketiga yang memasuki liang senggamaku. Benda keras dan hangat itu didiamkan beberapa saat di dalam vaginaku. Tak lama kemudian, Pak Broto mulai memasukkan penisnya makin dalam.

“Hhhmmm.. Ssshhhh..” rontaanku sebelumnya entah mengapa kini berubah menjadi desisan. Penisnya masuk makin kedalam vaginaku yang sempit ini. Gesekan di dinding vaginaku membuatku makin terangsang. Pak Broto mulai menggoyang penisnya di dalam vaginaku.

“Hmmmppphh.. Mmmmppphh..” desahku. Nafsu birahiku kini mulai mengambil alih akal sehatku lagi. Pompaan penis Pak Broto di vaginaku kurasakan makin cepat. Tubuhku menggeliat merespon gerakan penisnya di dalam vaginaku.

“Hhhhhhhhmmmppp... Hhheegghhhhhhhh....” desahku agak keras diikuti tubuhku yang menggelinjang merasakan orgasme yang kudapat. Punggungku menekuk ke atas, mataku membelalak merasakan gelombang klimaks yang kudapat dari pria hidung belang ini.

“Hehehe.. Kok udah klimaks aja, Bu. Baru saya colok sebentar lho ini..” tawanya dari belakang mengejekku. Pak Broto memberi jeda beberapa detik saat aku orgasme, sebelum memulai lagi menggerakan penisnya di dalam vaginaku.

Vaginaku yang baru saja dilanda orgasme kini dipaksa lagi menyesuaikan gerakan penis Pak Broto. Walaupun sudah banyak mengeluarkan lendir, sempitnya rongga vaginaku membuat penisnya terasa sesak memenuhi vaginaku.

“Uugghhhh.. Asssuu.. kamu jarang kenthu karo bojomu to? Sempit banget memekmu, Mbak. Memek ABG aja kalah sempit sama memekmu.. Ugghhh..” kata Pak Broto sambil perlahan menggerakkan pinggulnya. Tangannya mencengkeram pinggulku.

“Splok.. Splokk..” pinggul Pak Broto beradu dengan pantatku seiring dengan makin cepat pompaan penisnya. Vaginaku mulai terbiasa dengan penis Pak Broto. Gesekkan penisnya yang memenuhi liang senggamaku ini membuat birahiku kembali naik. Terlebih lagi ada buttplug yang masih tertancap di lubang anusku memberiku sensasi lain yang berbeda.

Pinggulku kini secara tak sadar maju mundur mengikuti irama pompaan pinggul Pak Broto. Aku yang tadinya menangis menolak perlakuannya, kini kembali menyerah kepada nafsu syahwat yang mulai menyelimutiku. Tangan Pak Broto makin kuat mencengkram pinggulku sambil terus memompa penisnya maju mundur di dalam lubang vaginaku.

“Ploopp..”

“Aauuhh..” aku menjerit kecil saat buttplug yang tertanam di anusku tiba-tiba dilepas Pak Broto. Kurasakan satu jarinya bermain-main di sekitar lubang anusku, sebelum kemudian ujung jarinya mulai dimasukkan ke lubang anusku menggantikan buttplug tadi.

“Aahhh.. Ppakk.. Sakiiit..” rintihku sambil menengok ke belakang saat satu ruas jari itu memaksa masuk lubang anusku. Kulihat Pak Broto hanya menyeringai sambil masih tetap menggerakan pinggulnya memompa penisnya di dalam lubang senggamaku. Jari telunjuknya yang berada di dalam lubang anusku itu lalu mulai digerakkan memutar-mutar. Aku merasakan antara sakit perih dan geli menerima perlakuannya itu.

Pompaan pinggul Pak Broto lalu berhenti. Jari nya yang menancap di anusku lalu dicabutnya. Kurasakan penisnya ditarik keluar hingga kurasakan dinding luar vaginaku juga ikut tertarik. Penisnya lalu diarahkan tepat di lubang anusku. Aku seketika merinding merasakan ada benda keras menggesek-gesek dan menonjol-nonjol di lubang anusku. Kesadaranku pulih untuk sesaat.

“Pak, Bapak mau ngapain?” tanyaku gemetaran.

“Ternyata benar kalau anusmu masih perawan. Bagas dapat perawan memekmu, biar aku yang dapat perawan anusmu. Hahaha..” tawa Pak Broto masih menyundul-nyundulkan kepala penisnya di pintu anusku.

“Pak.. saya mohon jangan disitu, Pak.. saya belum pernah.. sakit, Pak.. “ kataku sambil membayangkan ngerinya penis keras itu jika masuk lubang anusku.

“Hahaha.. semua cewek juga bilang gitu kalau belum coba. Tapi percaya aja nanti bakal enak kok, Mbak..” kata Pak Broto.

“Pak.. Saya bakal lakuin apa saja asal Bapak tidak memasukkan ke lubang yang itu..” rontaku memohon. Pak Broto nampak diam sesaat.

“Oke, tak turutin permintaanmu. Tapi kamu harus nurut dan bisa puasin aku, atau anusmu yang jadi korbannya.” Kata Pak Broto menyeringai mesum. Lalu kurasakan Pak Broto menekan kembali buttplug yang ada di tangannya ke dalam anusku.

“Aaiiihh..” jeritku saat buttplug itu berhasil masuk paksa ke dalam anusku. Badanku kemudian ditarik hingga berdiri.

Pak Broto lalu mengambil hape di celananya yang tergeletak di lantai kemudian duduk di sofa. Sesaat kemudian dia mengarahkan hapenya yang high-end itu kearahku.

“Sekarang buka semua pakaianmu kecuali jilbab dan kaos kaki.” Kata Pak Broto masih mengarahkan hapenya.

Aku cukup paham bahwa saat ini aku sedang direkam olehnya. Ancamannya yang akan menjebol lubang anusku membuatku merasa tak punya pilihan lain. Aku yang tidak bisa berbuat apa-apa selain menurutinya lalu perlahan membuka resleting gamisku dan hanya perlu menariknya sedikit untuk gamis ini lolos turun hingga tak lagi menutupi tubuhku telanjangku yang putih bak pualam tanpa dalaman ini. Dari depan, tetekku masih tertutupi jilbab panjang ini, tapi perut hingga bulu-bulu halus vaginaku pasti terlihat jelas oleh Pak Broto. Aku lalu menarik lepas cadar yang kupakai ini, hingga tampaklah wajahku di hadapan Pak Broto yang sedang merekamku.

“Hehe.. Jan komplit tenan kamu, badanmu bagus gitu putih mulus, mukamu juga Ayu tenan, Mbak. Aku langsung sange pas pertama kali melihatmu di taman kota dulu. Dah gitu kamu waktu itu nggak pakai bra kan, pentilmu sampai nyeplak gitu. Ternyata kamu selingkuh dibelakang suamimu pas ada suamimu nggak jauh dari situ. Dasar akhwat binal kamu, Mbak. Hahaha..” kata Pak Broto.

Memang benar apa yang dikatakan Pak Broto. Siapa sangka ketidaksetiaanku saat itu malah menyeretku menuju kondisi seperti ini. Inikah balasan yang harus kuterima. Aku yang mendengar perkataan Pak Broto itu hanya bisa menitikkan air mata.

“Sekarang kocokin kontolku pakai susumu, Mbak.” Aku masih berdiri terdiam. Hati kecilku tak mau melayani lelaki hidung belang ini.

“Terserah kamu sih, Mbak. Kalau kamu nggak mau nurut, aku bisa paksa dan anusmu siap-siap nelen kontolku ini. Hahaha. Jadi mending kamu bikin aku cepet keluar biar ini semua cepet selesai.” Kata Pak Broto yang masih merekamku

Tanpa daya, aku mendekat ke arah Pak Broto dan mulai berjongkok di hadapannya. Aku kini bisa melihat dengan jelas penisnya yang coklat dan menjulang, penis yang belum lama tadi masuk ke dalam vaginaku dan memberiku orgasme. Dengan satu tangannya Pak Broto lalu menyingkap jilbabku ke arah belakang leherku hingga tetekku kini terekspos bebas di hadapannya. Tak butuh waktu lama lalu satu tangannya berpindah mulai meremas tetekku.

“Ugghhh.. masih mengkel gini tetekmu, Mbak. Pentil nya juga mancung.” Kata Pak Broto yang meraba-raba dan memainkan puting sensitifku yang sudah mengeras ini.

“Ayo kocokin, Mbak. Dah ngaceng ini kontolku, pengen dijepit susumu.” Perintah Pak Broto sambil menarik pundakku. Aku kemudian memegang penisnya yang hangat ini. Ukuran penisnya hampir sama dengan penis Mas Bagas. Aku posisikan penis itu di sela-sela tetekku. Penisnya yang coklat gelap ini terlihat kontras dengan kulitku yang putih. Tanganku membantu menekan tetekku dari samping. Perlahan aku mulai menaik-turunkan badanku hingga tetekku yang membulat ini mengocok-ngocok penisnya.

Penis Pak Broto kurasakan makin mengeras karena kocokan himpitan buah dadaku. Satu tangannya masih terus memegang hapenya, sementara satu tangan yang lain terkadang meremas-remas tetekku dan memain-mainkan putingku.

“Ughh.. enak tenan susumu, Mbak..” kata Pak Broto sambil terus memilin-milin putingku dan menarik-nariknya.

“Pakai mulutmu sekarang, Mbak. Aku mau pejuhku ngisi bibirmu yang seksi itu. Hahaha..” perintah Pak Broto.

Tanganku yang putih ini lalu kuarahkan memegang penis gelap itu. Terasa keras, hangat dan berdenyut-denyut. Tubuhku seketika merinding. Kudekatkan wajahku menuju selangkangannya yang berbulu lebat itu hingga bibirku kini hanya berjarak sekian senti. Aroma penis Pak Broto langsung menyeruak masuk ke dalam hidungku. Entah mengapa aku malah jadi terangsang sendiri melihat penisnya yang mengacung tegang ini.

“Dijilat-jilat dong, Mbak. Kaya Mbak sama selingkuhannya itu. Hehehe..” tawa Pak Broto.

Aku lalu mulai menjulurkan lidahku ke ujung kepala penisnya. Kumain-mainkan lidahku di lubang kencingnya. Perlahan jilatanku turun ke batang penisnya. Kujilat-jilat buah zakar Pak Broto yang tertutup bulu lebat itu, hingga sesekali hidungku terasa sumpek karena bulu-bulunya.

Pak Broto lalu mengarahkan penisnya ke depan bibirku. Sesaat kemudian kepala penisnya sudah masuk ke dalam mulutku. Aku mulai hisapan mulutku di kepala penisnya itu.

“Ugghhh.. Enak banget emutanmu, Mbak..” kata Pak Broto.

Satu tangannya memegang kepalaku yang berbalut jilbab syar’i ini. Perlahan Pak Broto memasukkan penisnya agak dalam ke mulutku, lalu ditariknya lagi keluar hingga sebatas kepala penisnya yang berada di mulutku. Lalu dimasukkan lagi lebih dalam dan ditarik lagi, berkali-kali. Kepalaku yang dipegang tangannya membuatku hanya bisa pasrah menerima penisnya keluar masuk dalam mulutku.

“Clop.. Clopp.. Clopp..” rongga mulutku yang kecil ini harus berjuang keras melemaskan ototnya untuk menerima batang keras ini. Bibirku masih terus menghisap-hisap penisnya.

“Uuurrgghh.. Empotan mulutmu sama enaknya sama memekmu, Mbak.. uugghhh..” kata Pak Broto.

Penisnya kini makin cepat keluar masuk mulutku. Kepalaku yang dipegangnya kini diarahkan juga untuk naik turun menyambut gerakan pinggul Pak Broto.

“Clop.. Clop.. Glookk..” terkadang kepalaku ditekan makin kebawah hingga penis kerasnya makin masuk ke dalam pangkal mulutku. Saat penisnya makin terasa penuh di mulutku, kepalaku lalu ditahannya selama beberapa detik, membuatku tersedak karena kesulitan bernafas.

“bwaaah.. Uhuk.. Uhuk..” mulutku terbatuk-batuk setelah tangan Pak Broto melemaskan tekanan tangannya di kepalaku membuatku bisa mengeluarkan penisnya dan bernafas kembali. Namun beberapa detik kemudian kepalaku ditekan lagi hingga mulutku kembali menelan batang gelap ini.

Pak Broto kembali menekan kepalaku hingga penisnya kembali menyesaki rongga mulutku dan melakukan deepthroat di batang penisnya selama beberapa kali. Aku yang memang tidak begitu menyukai deepthroat beberapa kali dibuat tersedak hingga mataku memerah basah.

“Clop.. Clopp.. Clopp..” suara rongga mulutku yang beradu dengan selangkangan Pak Broto. Entah sudah berapa menit mulutku menghisap-hisap penisnya ini hingga kurasakan pipiku mulai kelu. Kulirik ke atas, Pak Broto nampak merem melek menghayati perlakuannya atas mulutku ini.

“Ugghhh...” satu tangan Pak Broto kembali menekan kepalaku maju mundur menelan penisnya. Kurasakan penisnya makin keras dan hangat, kepala penisnya terasa licin di lidahku.

Pak Broto makin cepat memompa penisnya keluar masuk mulutku tapi hanya sampai setengah batang penisnya, hingga tak lama kemudian kepala penisnya berkedut-kedut.

“Uggggghhhhh..” erang Pak Broto saat kepala penisnya mulai menyemburkan laharnya di dalam mulutku. Naluri nafsuku berkata padaku untuk menelan cairan hangat ini, saat tiba-tiba aku mendengar.

“Jangan ditelen dulu, Mbak.. Ugghhhhh..” aku yang bingung hanya diam saja sambil mulutku masih dijejali kepala penis Pak Broto yang menyemprotkan spermanya berkali-kali. Mulutku penuh dengan spermanya, hingga beberapa tetes meluber ke bawah bibirku. Biasanya aku langsung telan sperma lelaki yang masuk mulutku, baru kali ini kurasakan mulutku menggembung penuh terisi sperma.

Pak Broto lalu bangkit dari sofa dan mendudukkanku di lantai sambil masih tetap merekamku. Kali ini hapenya diarahkan makin mendekat ke wajahku. Aku yang tak bisa berkata-kata untuk menolak karena spermanya masih memenuhi mulutku hanya bisa melengos ke kiri, seolah-olah masih menyisakan penolakan walau tak bermakna dan tak sudi untuk direkam.

“Hehe.. Lihat sini dong Mbak..” kata Pak Broto memegang daguku menolehkan dan mendongakkan wajahku ke arah kamera hapenya. Aku hanya memejamkan mata seolah-olah masih teguh menampakkan ketaksudianku itu.

“Coba mulutnya dibuka, Mbak..” aku perlahan membuka mulutku. Kurasakan beberapa lelehan sperma mengalir hingga membasahi jilbab syar’i ku.

“Hahaha.. Seksi banget kamu, Mbak. Pakai jilbab tapi mulutnya penuh pejuh gitu. Sekarang kamu kumur-kumur pakai pejuhku itu terus telan ya, aku yakin kamu haus kan habis ngemut kontolku tadi.” Kata Pak Broto sambil menyeringai.

Hapenya masih diarahkan dekat ke wajahku, memastikan terekam jelasnya mulutku yang kini sedang berkumur-kumur spermanya, lalu beberapa detik kemudian karena sudah tak tahan, kutelan sperma ini hingga tak bersisa lagi di rongga mulutku. Satu tangan Pak Broto lalu melepas pegangannya di daguku. Aku langsung menunduk lemas. Mataku mulai berkaca-kaca merenungi perlakuan yang kuterima ini.

Beberapa menit kemudian tubuhku ditariknya ke atas ranjang kamar hotel ini. Hapenya yang tadi digenggamnya entah berada dimana sekarang. Badanku direbahkan di atas kasur.

Pak Broto kemudian memosisikan dirinya di sela-sela selangkanganku. Secara refleks aku menutup selangkanganku ini dengan kedua tanganku. Walaupun penis kerasnya tadi sudah melesak di dalam vaginaku, hati kecilku masih tak rela mahkota surgaku ini dilihat olehnya. Namun Pak Broto dengan mudahnya memindahkan tanganku yang memang tak ada apa-apanya dibanding tenaganya.

Selama sesaat Pak Broto memandangi vaginaku dengan tatapan tajam. Aku tak tahu harus merespon seperti apa. Pak Broto hanya terdiam memandangi selangkanganku dengan tatapan iblisnya.

“Plopp”
“Hghh..” mulutku mendesis saat Pak Broto dengan tiba-tiba mencabut buttplug dari lubang anusku.

“Hahaha. Dicabut dulu aja, Mbak. Daripada keburu longgar nanti, mosok belum pernah dipakai sudah longgar.” Kata Pak Broto. Aku langsung merinding mendengar kata-kata nya itu. Raut mukaku berubah sepeti seorang yang sedang ketakutan.

“Tenang aja, Mbak Sella. Kontolku nggak akan masuk ke silitmu kecuali kamu yang minta. Hahaha.” Kata Pak Broto kemudian. Entah apakah aku harus merasa lega mendengarnya. Lubang anusku mungkin aman, tapi kupikir tidak dengan lubang kemaluanku yang lain.

Pak Broto lalu mendekatkan kepalanya ke arah vaginaku. Sesaat kemudian aku merasakan bibir vaginaku disentuh oleh benda lunak dan basah. Ujung lidah Pak Broto mulai menggelitik-gelitik lapisan luar bibir vaginaku. Perlahan-lahan ujung lidahnya bermain-main, tak hanya di vaginaku tapi juga sekitar selangkanganku. Lambat laun jamahan lidahnya berubah menjadi sapuan-sapuan di sekitar selangkanganku. Lubang anusku juga tak luput dari sapuan lidahnya.

“Hmmppphh..” tak sengaja mulutku mulai mendesis. Lidahnya sangat lihai memainkan bibir vaginaku. Lelaki dengan banyak istri seperti dia tentunya sudah tak terhitung berapa kali lidahnya berlatih memanjakan vagina-vagina wanita, hingga kini juga mampu membuatku mendesis kenikmatan hanya karena permainan lidahnya.

Entah bagaimana asalnya, permainan lidah Pak Broto mampu menggiring nafsuku menuju ambang orgasme. Ada sensasi kenikmatan tersendiri yang kurasakan dari perlakuan oral seks dari lidah Pak Broto. Mataku terpejam menikmati jamahan mulutnya di setiap senti permukaan lubang surgawiku. Pantatku kini tak malu lagi berayun naik seolah menggapai juga sapuan dan jilatan lidah Pak Broto.

Disaat aku sudah di ujung orgasme, tiba-tiba kudengar suara ringtone hapeku berbunyi dari dalam handbagku yang tergeletak di lantai.

Pak Broto kemudian beranjak dari kasur mengambil hape dari dalam handbag ku itu. Ketika Pak Broto melihat layar hapeku, tiba-tiba senyum tersungging dari bibirnya. Aku yang masih terbaring ini tak paham arti seringainya itu. Lalu Pak Broto kembali mendekatiku dan menyerahkan hapeku.

“Diterima, Mbak. Dari Bagas nih..” Kata Pak Broto. Aku menerima hapeku itu dan langsung mengangkat panggilan dari Mas Bagas.

“Assalamu’alaykum, Abi..” Aku menyapa suamiku dengan suara yang kubuat senormal mungkin padahal saat ini aku sedang telanjang hanya mengenakan jilbab di kamar hotel dengan rekan bisnis suamiku.

“.....”

“Iya Abi. Ini Umi lagi di rumah Fani...” Aku berbohong saat Mas Bagas bertanya sedang dimana aku saat ini.

“......”

Mas Bagas sedang antusias bercerita tentang proyek barunya. Aku mencoba menanggapi obrolan Mas Bagas setenang mungkin, saat tiba-tiba Pak Broto menjilati bibir vaginaku. Tubuhku seperti disetrum saat merasakan lidahnya menjilati kemaluan dan selangkanganku. Aku yang menanggapi telpon dari Mas Bagas tak menyadari ternyata Pak Broto sudah berada di selangkanganku. Sesaat kemudian Pak Broto memulai lagi oral seks yang tadi sempat terhenti tepat saat aku menjelang orgasme.

Aku mencoba menggeliat seolah menjauhkan selangkanganku dari deraan permainan oral seks mautnya tapi semakin aku menggeliat malah rangsangan kenikmatan yang kudapatkan dari vaginaku. Lalu mataku memberi kode kepada Pak Broto untuk menyudahi perlakuannya karena aku sedang mengangkat telepon dari Mas Bagas. Namun Pak Broto tak menanggapinya. Pahaku ditahan kedua tangannya. Lidahnya makin liar menjamah selangkanganku.

Aku menutup mulutku dengan satu tanganku. Mataku terpejam. Aku mencoba untuk mengacuhkan rangsangan yang kuterima di selangkanganku dan fokus ke pembicaraanku dengan Mas Bagas. Akan tetapi permainan lidah Pak Broto terlalu lihai untuk kutahan dengan perisai imanku. Aku terlalu lemah hingga sangat menikmati sentuhan dan jilatan lidahnya.

Setiap jengkal vaginaku tak luput dari rangsangan lidahnya. Pantatku yang beberapa saat lalu berontak, kini benar-benar menyerah pasrah bahkan mulai rileks menerima kenikmatan duniawi ini.

“......”

“Iya, Abii.. Mmmpphh.. Lagi sama Fanni aja ini. Di depan laptop. Hmmpphh..” Mulutku yang mendesah walaupun sangat pelan ini nampaknya membuat Mas Bagas sedikit curiga terdengar dari nada respon dari Mas Bagas nampak berubah.

“Sudah dulu ya Abi.. Umi disuruh bantu-bantu Faniiiiihh... Hmmmpphh..” Pak Broto makin liar menjilati vaginaku, bahkan kini memainkan klitorisku dengan bibirnya. Membuatku tak mampu untuk tak mendesah. Kakiku kini tertekuk, betisku berada di atas pundak Pak Broto. Kedua tangannya memegangi pahaku sementara kepalanya liar menjelajahi setiap senti daerah intimku

“......”

“Oh gitu. Abi extend disana lima hari lagi ya..” jawabku merespon saat kutahu ternyata alasan Mas Bagas menelponku untuk memberitahuku bahwa meeting dengan kliennya diperpanjang karena owner proyeknya belum bisa hadir sekarang. Dalam keadaan normal, responku pasti ngambek dan tak mengijinkan Mas Bagas berlama-lama meninggalkanku sendiri. Tapi posisiku saat ini benar-benar sudah membuatku hilang akal. Tubuhku yang dalam cengkeraman Pak Broto ini ingin menuntaskan nafsu birahi yang kuterima di selangkanganku saat ini. Penjelasan Mas Bagas di telepon pun akhirnya tak terlalu kuhiraukan.

“......”

“Iya, I love you too, Abiiihh.. hhmmmppphh.”

Aku yang sedang menerima rangsangan luar biasa di vaginaku tak bisa lagi menanggapi obrolan Mas Bagas secara normal. Otakku sudah diisi oleh nafsu birahi. Bahkan kini gelombang orgasmeku yang tadi tertahan kembali hadir.

Pantatku turut bergoyang lagi menyatu dengan gerakan lidah dan bibir Pak Broto. Aku yang sedang menerima telepon dan berbohong pada suamiku, sedang menerima rangsangan dari lelaki hidung belang di kemaluanku. Obrolan Mas Bagas di telepon dari ujung sana sudah tak kuhiraukan lagi seiring dengan nafsuku dan tubuhku yang sedang mengejar orgasmeku sendiri.

“Aaaakkkhhhhhhh.. Paakkkhh..” aku menjerit saat gelombang orgasmeku datang. Pak Broto malah mengigit biji klitorisku membuat pantatku makin blingsatan. Mataku membelalak, seolah sedang melepas beban ratusan kilo yang sedang membelengguku. Sejenak aku lemas terkapar di kasur ini. Kakiku kini terebah lurus hingga melewati ujung kasur.

Beberapa saat kemudian, akalku mulai kembali. Tangan kananku masih memegang hape. Aku terkejut saat tersadar bahwa tadi aku sedang menerima telpon Mas Bagas. Ketika kulihat layar hapeku, ternyata panggilan telepon kami tadi sudah terputus tanpa diakhiri salam. Aku berharap semoga Mas Bagas tak mendengar jeritanku tadi.

“Hahaha.. Banyak banget ngecrotnya Mbak. Lebih banyak dari yang pertama tadi..” Suara Pak Broto itu memecah lamunanku. Sesaat tadi aku tak sadar bahwa aku baru saja merengguk kenikmatan dari lelaki paruh baya ini.

“Becek banget memekmu. Siap-siap ya, Mbak. Hahaha..” Kata Pak Broto sambil menggeser badan buncitnya hingga kini dia berada di selangkanganku kemudian mengangkat lagi kakiku. Aku bisa merasakan ujung penisnya menyentuh bibir vaginaku.

Aku yang masih lemas ini jelas tak memiliki daya upaya untuk menolaknya. Aku hanya bisa menolehkan kepalaku, menolak beradu pandang dengannya, setidaknya hati kecilku masih tak rela tubuhku menyatu dengan tubuhnya. Ketika aku menoleh, aku baru sadar hape Pak Broto tadi ditaruh di tripod dan merekam seluruh perlakuannya terhadapku di ranjang sedari tadi.

‘Slepp..’
“Ughh.. Sempit banget memekmu, Mbak.. Baru kepalanya kontolku tok lho ini tapi suempit tenan..” Kata Pak Broto sambil meringis. Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan penisnya mencoba memasuki liang vaginaku. Becek karena lendir orgasemeku beberapa saat tadi tak semerta-merta membuat penisnya lancar memasuki sempitnya liang vaginaku.

Aku merasakan perih saat penis kerasnya itu mencoba memasuki liang vaginaku. Pak Broto kembali mencoba mendorong memasukkan penisnya lebih dalam lagi. Aku masih memejamkan mata menahan perih yang melanda selangkanganku meski baru hanya kepala penisnya saja yang kini berhasil masuk ke liang vaginaku. Hingga tak kusadari keringat dingin mulai mengucur di sekitar dahiku.

Pak Broto yang melihat ku ini nampaknya mulai mengerti. Dia tak lagi memaksa mendorong penisnya, dan kini mencoba menarik penisnya dan memasukkan lagi ke vaginaku pelan-pelan sedikit demi sedikit. Tangannya kini juga mulai memainkan tetekku. Kedua tangan kekarnya itu meremas-remas kedua buah dada ranumku ini. Remasannya lembut tapi kuat, dan kadang jari-jarinya memainkan puting tetekku.

Remasannya di tetekku tak lama kemudian mampu membuatku terangsang, hingga tubuhku secara alami merilekskan otot-otot nya yang tadinya kaku. Penetrasi penis Pak Broto perlahan-lahan membuahkan hasil. Gerakan penisnya yang maju mundur perlahan kini sudah berhasil hingga setengah batang penisnya sudah bersarang di vaginaku yang juga sedikit demi sedikit mulai mengeluarkan cairan pelumas.

“Assuu.. Perret tenan memekmu, Mbak.. kayak memek perawan aja.. Uggghhh..” kata Pak Broto sambil masih terus berusaha memaju-mundurkan penisnya.

Aku masih merasakan ngilu di vaginaku, walaupun perlahan kurasakan teralihkan karena rangsangan yang kuterima di tetekku. Pijatannya di tetekku kuakui membuat gairahku perlahan naik kembali. Tubuhku tak lagi menolak perlakuan Pak Broto dan mulai menikmati rangsangan di vaginaku dan tetekku.

Gesekan penis Pak Broto di dinding vaginaku kini kurasakan makin cepat. Liang surgaku ini mengeluarkan makin banyak lendir perumas hasil rangsangan penis Pak Broto, membuat gerakan penisnya lebih lancar dari sebelumnya.

“Hmmmppphh… Hssshhh…” Tak sadar mulutku mulai mendesah. Gesekan penis Pak Broto yang makin cepat di liang surgaku memberikan rasa nikmat di sekujur tubuhku.

“Uggghhh..” Pak Broto sambil sesekali mengerang masih terus memompa penisnya yang sudah lebih dari setengahnya bersarang di vaginaku.

Pak Broto lalu merendahkan tubuhnya. Tangannya kini dialihkan ke belakang punggungku dan mendekapku. Mulutnya menciumi leherku dan telingaku dari luar jilbabku. Lidahnya lalu dikeluarkan dan mulai menjilat-jilat daun telingaku dari luar jilbabku yang sudah basah karena keringat ini.

“Ssshhh.. Gelliii, Pakk.. Jangannnhh..” lenguhku yang tak dipedulikannya. Bibirnya kadang menggigit kecil daun telingaku membuatku makin merem melek kegelian. Jenggot tebalnya menggaruk-garuk pundakku yang juga memberiku rangsangan tersendiri. Hingga saat aku didera rasa nikmat ini, Pak Broto memasukkan seluruh penisnya dengan dengan cepat ke dalam vaginaku.

“Aaiihhh..” Aku menjerit. Kurasakan sedikit ngilu di vaginaku yang harus melebarkan ototnya saat dengan tiba-tiba menerima satu sentakan batang keras Pak Broto yang memaksa memasukkanya semakin dalam.

Sesaat setelah mendiamkannya, Pak Broto lalu kembali memompa penisnya di dalam liang surgaku. Mulutnya kini merangsang leherku dengan mencium-ciumnya dari luar jilbabku yang sudah sangat acak-acakan ini.

“Hsshh.. Hmmpppphhh..” mulutku kembali mendesah. Penis Pak Broto menggesek-gesek setiap inci dinding vaginaku. Entah apakah sudah semua batang penisnya tertelan yang jelas aku merasakan liang vaginaku terisi penuh sesak hingga penghujung rahimku. Hujaman penis kerasnya dengan tempo yang sedang itu mampu memanjakan liang surgaku dan memberiku kenikmatan yang tak terhingga. Kurasakan badai orgasme kembali mendekat menghampiriku.

Kakiku kutekuk ke atas seolah mengait pinggul Pak Broto membuat hujaman penisnya semakin terasa memenuhi vaginaku. Sudah tak lagi kupedulikan statusku sebagai istri Mas Bagas, kenikmatan persenggamaan ini begitu tak terkira. Yang ada di otakku kini hanya bagaimana caranya mencapai klimaks.

“Hmmmppphh... Aaahh..” desahan yang keluar dari mulutku kini semakin keras, seolah aku tak malu lagi menikmati persetubuhan ini. Tubuhku kini menyerah pasrah pada nafsu setelah beberapa jam lalu menolak menikmati perlakuan pria tua ini. Pak Broto yang mengerti kepasrahanku ini lalu memompa penisnya dengan tempo yang lebih cepat.

“Splok.. Splokk..Splokk..” Suara selangkanganku yang beradu dengan pinggul Pak Broto menggema di memenuhi kamar suite ini seiring dengan makin cepat hujaman penisnya di dalam liang vaginaku.

“Ah.. Ahh.. Shhh...Ahhh..” Desahanku makin keras terdengar. Tanganku secara refleks memeluk punggung Pak Broto.

“Ahh.. Ppaakk..Aaahhhhhhhh.. “ Aku setengah menjerit saat orgasmeku datang. Seluruh otot tubuhku mengejang merasakan klimaks yang kudapat ini. Kakiku kukaitkan ke pinggul Pak Broto.

“Ugghhh..Memeknya kok makin njepit Mbak.. Wuedaannn.. Seandainya belum jadi istri orang, tak jadiin istri ketigaku kamu, Mbak..” Pak Broto tak memberiku kesempatan barang sejenak, bahkan malah memompa penisnya makin cepat di dalam vaginaku yang banjir cairan orgasme ini.

“Ahh.. Aahh.. Shhh..” hanya desahan yang keluar dari mulutku atas perlakuannya ini.

“Splok.. Splokk.. Splokk..”
“Ugghhh,..” Pak Broto makin cepat memompa penisnya, membuatku juga merasakan kenikmatan.

“Ahh.. Ppaakk.. Sudahhh, Ppakk..Ssshhh..” Tiba-tiba ada sensasi birahi yang kurasakan dari dalam tubuhku. Penis Pak Broto kurasakan makin hangat dan keras di salam liang vaginaku.

“Uggghhh.. Mbaak.. Metuu akuu.. Ugghhh..”

“Ahhh... Paakkk... Ahhhhhhh.... “ Jeritku yang dilanda multiorgasme bersamaan dengan muncratnya lahar panas Pak Broto yang menyiram rahimku. Kakiku makin erat kutekuk menekan pinggul Pak Broto dan tanganku juga makin erat memeluk badannya. Jari-jari tanganku tak sengaja mencengkeram dan mencakar punggung Pak Broto. Baru kali ini kurasakan orgasme senikmat ini, dua kali orgasme hanya dari satu posisi seks saja.

Nafasku kuhela tak beraturan membersamai orgasme yang kurasakan barusan. Matakupun terpejam. Pak Broto mendiamkan penisnya di dalam vaginaku, tak lagi memacu batang yang kurasakan sudah mulai tak mengeras. Beberapa kali semprotan spermanya tadi kurasakan menyembur dinding rahimku. Aku malah mengaitkan kakiku seolah tak ingin semburannya keluar dari vaginaku.

Pak Broto lalu menegakkan punggungnya sambil penisnya masih bersarang di vaginaku.

“Siapa tau dengan spermaku tadi, keinginan Bagas untuk punya anak bisa terkabul, Mbak.. Hahaha..” aku yang masih ngos-ngosan seperti baru saja lari maraton ini tak menghiraukan yang dikatakannya itu.

Selang beberapa saat kemudian kurasakan ada yang menggelitik tetekku. Saat kuangkat kepalaku dan kulihat ternyata Pak Broto sedang menjilat-jilat tetekku sambil meremas-remas bulatan putih itu dengan tangannya. Aku yang masih terlalu kelelahan ini hanya pasrah saja mendiamkan perlakuannya itu dan kembali merebahkan kepalaku.

Kurasakan jilatan lidah Pak Broto menyapu seluruh permukaan tetekku. Tangannya juga ikut meremas-remas bulatan putih. Putingku juga tak luput dari jilatan lidahnya. Terkadang puting itu juga digigit oleh bibirnya sambil tangannya meremas kencang tetekku seolah-olah seperti sedang menyedot susu dari tetekku. Akupun merasakan keenakan oleh rangsangannya di tetekku ini.

Penisnya yang masih bersarang di liang senggamaku ini kurasakan perlahan mulai mengeras. Pak Broto sudah menyemburkan klimaksnya dua kali tapi nampaknya belum ada tanda-tanda permainan cabulnya akan berakhir. Mulut dan tangannya masih asik menjamah buah dadaku.

Pinggul Pak Broto mulai digerakkan maju mundur sedikit demi sedikit. Batang penisnya yang mulai mengeras itu kembali menggesek-gesek rongga dinding vaginaku. Pak Broto tak mengeluarkan penisnya dari vaginaku saat klimaks tadi sehingga otot-otot vaginaku tak begitu kesusahan untuk beradaptasi kembali menelan batang penisnya.

“Shhh.. Hmmmpphh..” aku yang masih terbaring ini mulai mendesah.

Rangsangan yang kuterima dari vaginaku dan tetekku membuatku tak bisa menolak kenikmatan yang datang. Aku sudah terjerumus jatuh ke jurang nafsu duniawi, sehingga hanya dalam waktu sesaat tubuhku mulai merespon dengan bernafsu pula. Tenagaku perlahan-lahan datang kembali.

Pinggulku kini ikut bergoyang mengikuti gerakan pinggul Pak Broto, membuat penisnya yang keluar masuk vaginaku makin membangkitkan gairahku. Lendir vaginaku mulai keluar melumasi batang penisnya yang sudah mengeras itu.

“Splok.. Splokk.. Splokk..”

“Shh.. Hmmmpphh.. Aahh..” suara adu kelamin dan suara desahan mulutku yang tak lagi malu-malu memenuhi kamar ini. Tubuhku sudah kembali mulai terisi tenaga. Pantatku tak malu berayun merespon pompaan pinggul Pak Broto yang masih sambil mengenyot-ngenyot kedua tetekku bergantian dari atasku.

Tiba-tiba Pak Broto mengangkat tubuhku tanpa melepas penisnya. Sehingga kini posisiku dipangku berhadap-hadapan dengan Pak Broto. Tangannya berpindah meremas pantatku seolah-olah menyuruhku untuk aktif menggoyang pinggulku. Aku yang sudah terbalut syahwat inipun mulai menggoyang pantatku naik turun di atas penis kerasnya ini. Jilbabku yang memang sudah acak-acakan ini kemudian ditarik Pak Broto hingga lepas dari kepalaku. Tubuhku kini betul-betul telanjang di depan lelaki tua yang bukan mahromku, hanya menyisakan kaus kaki saja.

Penisnya yang sudah bersarang di vaginaku ditambah banyaknya lendir pelumas yang keluar dari liang vaginaku membuat liang vaginaku tak kesusahan menelan penisnya dari atas. Pantatku yang naik turun ini mulai terbiasa dengan batang penis keras Pak Broto.

“Ahh.. Sshhhh.. Hmmmppphh.. Paakkk..” berada di atas seperti ini membuatku tak bisa untuk tidak mendesah nikmat. Penis gelapnya yang memenuhi dan menggaruk-garuk dinding vaginaku ini benar-benar membuatku terbang ke langit syahwat. Kedua tanganku kutaruh di atas pundak Pak Broto. Pak Broto kulihat hanya tersenyum menikmati goyangan pinggulku ini.

“Ayu tenan kamu, Mbak Sella. Akhirnya aku bisa juga menikmati sisi binalmu. Pas tau kamu kenthu sama mas-mas selain suamimu itu aku dah bertekad pokoknya aku juga harus bisa dapetin memekmu ini.. hahaha.. ” kata Pak Broto sambil menyeringai. Nampak air muka kepuasan terpancar dari wajah nya melihatku yang kini aktif menggoyang pantatku menservis penisnya itu.

“Shh.. Aaahh...” Aku hanya bisa menanggapi cemoohan Pak Broto itu dengan desahan-desahan kenikmatan. Tubuhku sudah terlalu pasrah pada nafsu duniawi hingga tak terlalu menanggapi celotehannya.

Pak Broto lalu kembali mencaplok tetekku dengan mulutnya. Kulihat ada banyak sekali cupangan-cupangan di seluruh permukaan buah dadaku. Nampak kontras sekali kulit payudaraku yang putih ini dengan cupangan-cupangan merah hasil perbuatan mulut Pak Broto. Putingku juga tak luput dari sedotan bibir hitamnya itu, membuatku makin terangsang nikmat hingga kugerakan pinggulku makin aktif.

Tangan Pak Broto yang berada di pantatku juga tak tinggal diam. Kedua tangan kekar itu makin liar meremas-remas bongkahan pantatku. Kadang tangannya bermain-main di sekitar daerah anusku.

“Shhh.. Mmppphhh.. Aiihh..” aku sedikit menjerit saat tiba-tiba Pak Broto menusukkan satu ruas jarinya ke lubang anusku. Untuk sesaat pantatku berhenti kugerakkan naik turun.

"Plakk.."
"Ahh.." satu tangan Pak Broto tiba-tiba menampar pantatku membuatku kaget dan menjerit.

"Ayo goyang lagi Mbak.. Kok berhenti.." Tanpa diminta dua kali, aku yang sedang tanggung karena kenikmatan yang sesaat tadi berhenti lalu pinggulku kugoyangkan lagi naik turun. Mulut Pak Broto kembali melanjutkan sedotannya di kedua buah dada ranumku. Seiring dengan pantatku yang mulai lagi dengan gerakan naik turunnya ini, kurasakan satu jari Pak Broto yang masih menancap di lubang anusku itu mulai digerak-gerakkan mengorek lubang anusku.

"Hmmppphh.. Shhh.." mulutku kembali mendesis. Gesekan batang penis di dinding vaginaku ditambah gesekan ruas jarinya di lubang anusku memberiku kenikmatan ekstra.

Bulu-bulu halus vaginaku terkadang bergesek-gesekan dengan bulu lebat di perut buncit Pak Broto itu memberi sensasi geli-geli nikmat tersendiri. Pinggulku kugerakkan makin cepat naik turun dengan tanganku yang bertumpu pada pundak Pak Broto. Kurasakan badai orgasmeku kembali mendekat. Pantatku makin liar berayun naik turun di atas paha Pak Broto.

Pak Broto kemudian melepas emutannya di tetekku, dan merebahkan badannya ke kasur. Aku yang didera kenikmatan ini masih melanjutkan gerakan pinggulku. Betisku kutekuk kurapatkan ke pahaku, lalu pinggulku kugerakkan maju mundur layaknya joki yang sedang menunggangi tunggangannya. Dengan badan Pak Broto yang terbaring ini membuat penetrasi penisnya kurasakan makin dalam menusuk liang vaginaku.

"Ahh.. Sshhh.. Aaahh.." desahanku keluar dari mulutku disaat yang bersamaan pinggulku kugerakan maju mundur mengulek penis Pak Broto. Tanganku bertumpu pada perut buncitnya. Rambutku yang tergerai melambai-lambai menutupi telingaku dan sisi samping pipiku.

"Urrggghh.. Binal banget kamu, Mbak.. Bener-bener akhwat idaman banget.. Bakalan banyak kontol-kontol yang puas banget sama badan dan memekmu ini, Mbak.. Hahaha.." Kata Pak Broto diikuti oleh senyumnya. Senyum kemenangan melihat mangsa akhwatnya kini menyerah dan malah menggoyang penisnya dengan liar dan binal ini. Aku hanya bisa mendesah. Aku tak begitu peduli apa yang dia ucapkan itu. Aku hanya peduli akan kenikmatan yang kurasakan saat ini, badai orgasme yang mendekat ini membuat pantatku berayun liar tak karuan.

"Hmmmpphh.. Ahhhhh.. Aaaaaahhhhhhhhhhhhh.. Paaakkk.." Aku menjerit keras. Vaginaku berdenyut-denyut merespon klimaks yang mendera tubuhku. Kurasakan banyak sekali cairan squirt yang keluar dari vaginaku membasahi penis Pak Broto yang masih tertancap di vaginaku. Tanganku yang lemas ini tak lagi mampu menopang tubuhku. Orgasmeku yang kesekian kali yang tak lagi dapat kuhitung ini membuat tubuhku betul-betul lemas seolah aku tak lagi memiliki tulang belulang. Badanku pun terjatuh ke depan menumbuk dada berbulu si pemiliknya itu.


End of Part 5
 
Terakhir diubah:
luar biasa updatenya, fantasy nya mantab, gamis cadar plus buttplug, heeuuuuu... kurang analnya aja ini yg blm xixix ditunggu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd