Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT As Elegant As Aurora [TAMAT]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Plis itu jangan di apa-apain mbul... :tidak:
Mbul :aduh:

Dia kenapa napa, berantem lah kita #TeamDimas :marah::marah:
buset embulkuwh....


eh


buset embulll :(
Wadohhh mbul dalam bahayaa:aduh::aduh::aduh::aduh:
Wah saya terharu :')

Gamau nongol sebelum update punya sendiri sebenernya. Tapi ga bisa dibiarkan ini, Hapsari saya mau diapain woi! :((
Gracianya jangan ditinggalin suhu :((

Kasihan cindy..apes bgt hidupnya :kretek:
Iya yah :(

Waduhhh jangan lama lama updatenya hu
Diusahakan ya, hehe. Agak sulit sebenernya nulis part ini, hehe. Maaf kalo nanti malah mengecewakan

Yusa akan menyelamatkan mbul!!
tidak akan kubiarkan!
yak silahkan berebut, saya enaena lewat jalur prestasi saja nanti wkwk
Heh apa-apaan kalian ini! Gausah! :marah::marah::marah:
 
Permisi.....
Ijin nikmati'n karya'y om


Tetap sehat & lancar RL'y om
Selamat datang dan membaca. Semoga terhibur ya, hehe. Terimakasihh :ampun:

Kak Tam nih,wkwkwk
Bukan bukan, wkwkkwkw kan udah damai.

pasti akan terjadi hantam menghantam nih:stress:
Dimas gabisa gelut, kak :pandatakut:

DIM BALIK BEGO ITU CINDY MAU DIBIKIN BERDARAH-DARAH!
IYA DIM BALIK BEGO MBUL LU URUSIN ITU :marah::marah: *IkutEmosi

Hmm..., Sepertinnya akan ada pemerkaosan disini
:tidak::tidak::tidak:

berlendir lendir kali wikwik
Woe wkwkkw
 
Untuk Author, apapun besok yang terjadi. Gw harap lu bisa tetap kuat dan tabah yah.
 
Tumben maksa suruh nonton... Kalo dari yang udah lalu, bulan2 krusial Team J antara Januari sampai Maret. Kalaupun sampai tengah tahun karena emang ditahan2 dulu sama yang berwenang. Polanya sama.

We'll see. Siapa tahu meleset. Heu.
 
Btw angin2nya Cinhap besok grad tuh
Untuk Author, apapun besok yang terjadi. Gw harap lu bisa tetap kuat dan tabah yah.
Ini yang bikin saya sempet deg"an parah tadi wkwkkwkw

Tumben maksa suruh nonton... Kalo dari yang udah lalu, bulan2 krusial Team J antara Januari sampai Maret. Kalaupun sampai tengah tahun karena emang ditahan2 dulu sama yang berwenang. Polanya sama.

We'll see. Siapa tahu meleset. Heu.
Iya dari tweetnya memang potensial sih, hehehe. Tapi ya sudahlah, sekarang jadi lebih siap kapanpun dia graduate. Hehe. Kalau emang udah waktunya dia keluar, ikhlasin aja. Heuheuheu

Tertipu oleh pucchi. BANGSAT. Udah hu diBDSM aja itu si pucchi
NAH INI EMANG.

mbul udah klarifikasi tuh gak ada apa2 katanya :nohope:
Jadi agak tenang sekarang, wkwkkw

siapa yang bikin ribut? puccho ya?
Yang bikin saya panik pertama ya gara" baca tweet Pucchi, kak :((
 
Part 14



“Kamu nurut, pisau ini juga nurut...”

Bisiknya pada telinga kananku. Dia menarik kepalaku hingga mendongak. Aku bergidik ngeri ketika pisau itu kini ia ubah posisinya menjadi siap menggorok leherku. Air mataku yang tertampung akhirnya meluncur juga. Lututku lemas, dadaku pun sesak dengan degub jantung yang lebih cepat ini. Perlawanan yang niatnya akan aku lakukan seketika kandas ketika mata ini mendapati dua orang lain masuk kesini dan menghampiriku. Postur mereka sama. Salah satu mengenakan kaus merah, berkumis tipis dan berambut agak gondrong, dan satunya mengenakan kaus hitam, sebagian rambutnya tersemir kuning emas. Mereka terlihat seumuranku dan Andi.

Rasa takut yang teramat sangat ini telah sukses membelengguku. Perlawananku bisa berakhir sia-sia karena kalah jumlah. Berteriak pun percuma karena hujan deras kini telah menghantam diluar, suaraku tidak akan terdengar.

“Ini ceweknya?” Tanya seorang dari mereka.

“Gila, cantik bener.” Kata seorang yang lain dengan senyum mesum.

“Udah udah, ini iket dulu.”

Sesuai perintah Andi, salah satu dari mereka mengikat tanganku dengan lakban kemudian mencampakkaku ke sofa. Andi berjongkok, mensejajarkan pandangannya ke mataku yang sudah berlinang.

“A-apa mau kamu...?” Tanyaku dengan mulut bergetar.

Dia tersenyum kecil

“Ssshh... tenang, sayang. Enggak usah takut...” Dia merapikan rambutku yang berantakan karena hempasan tadi lalu menyeka air mataku. “...Aku... cuma pengen mampir kok...”

Aku yang awalnya hanya diam kini menepis tangannya yang akan mengelus-elus pipiku itu dengan tanganku yang terikat.

“Ndi, enggak ada cowoknya. Sepi.”

Mereka kembali setelah mondar-mandir keseluruh ruangan. Tak salah lagi, satu-satunya nama yang bisa muncul di pikiranku saat ini adalah kak Dimas.

“K-kamu ngapain nyari kak Dimas?!”

“Hmm...? oh, iya. Emm... kenapa ya...?” Andi berdiri, melipat tangannya ke belakang lalu berjalan kecil mengelilingi sofa. Sementara dua orang tadi kini mengambil posisi masing-masing di samping sofa mengerumuniku. Pandangan mata dan senyum mereka berdua jelas menunjukkan siap untuk melakukan sesuatu yang buruk padaku.

“Sebenernya... cuma pengen ngasih tau, kalau dia itu enggak pantes buat kamu.”

Mataku membulat, seketika aku teringat cerita kak Dimas tentang pelemparan batu itu. Isi surat itu senada dengan yang diucapkan olehnya.

“J-jadi kalian yang... lempar batu kesini?”

“Pinter banget sih kamu... Siapa tadi namanya, Ndi?”

“Cindy.”

“Ohh, Cindy... hehe...”

Laki-laki berbaju merah yang ada di sebelah kananku mencolek pipiku tanpa sempat aku menepisnya. Itu membuatku menyembunyikan wajah di sikuku.

“Eits... Cindy, sini, lihat aku.”

“Enggak!” Aku berusaha menahan posisiku dari tangan Andi. Namun tidak bertahan lama saat salah satu teman Andi menarik tanganku keatas dan menekannya di balik sofa. Andi meraih daguku, memaksaku agar menatap matanya.

“Oke, gini... aku punya tawaran... Balikan sama aku, terus aku enggak bakal apa-apain Dimas.”

“Hah? Mana mungkin aku mau sama cowok brengsek kayak kamu! Kamu udah nyakitin aku dulu, sekarang dengan kamu giniin aku, bakal bisa buat aku balik sama kamu? Idiot! Cuih!” Aku reflek meludah padanya.

PLAK

Sebelum aku bisa memaki manusia bodoh ini lebih lama, remote TV yang tergeletak di meja itu ia raih dan digunakannya untuk menghantam pipi kananku. Wajahku tersapu ke kiri, air mataku kembali jatuh karena rasa sakit yang kini aku rasakan. Saat aku kembali menatapnya, mata Andi berubah. Pancaran dua bola mata itu berubah menjadi menakutkan.

“Zal, pegangin terus.” Andi menoleh kearah laki-laki disebelah kananku. “Hajar.”

“Wahaha! Siap!”

Aku yang panik itu mulai meronta saat Andi mulai menggerakkan tangannya bersiap melepas celana pendekku, sementara teman Andi yang berkaus abu-abu itu kini mulai mencoba menarik kaosku keatas.

“Eh?! J-Jangan!!”

Perlawananku tidak bisa mengalahkan mereka berdua. Dalam sekejap aku nyaris telanjang. Andi berhasil melucuti semua celanaku, dan temannya ini berhasil mengangkat kausku hingga payudara yang terbungkus bra warna hitamku itu terlihat. Teriakanku terhenti lantaran laki-laki berbaju merah yang ada dibelakangku ini membekap mulutku.

“Ssttt.... berisik!”

Aku mengerang dan terus menggelengkan kepala. Payudaraku dicangkul keluar dari dalam bra. Dua gunungku yang memenuhi telapak tangannya itu sempat ia getar-getarkan sedikit, bersamaan dengan selangkanganku yang dibuka lebar-lebar oleh Andi. Tangannya menahan kuat kedua pahaku agar tidak merapat. Eranganku semakin menjadi saat payudaraku langsung diremas kasar dan klitorisku bertemu dengan lidah Andi secara bersamaan. Dengan liarnya area paling sensitifku itu ia jilati. Gelinjang tubuhku pun tidak bisa aku tahan, terlebih saat kedua putingku juga dipilin. Walau tubuhku berkata menikmatinya, namun hatiku sangat memberontak diperlakukan seperti ini. Perlawananku pada mereka melemah, air mataku makin deras meluncur dan mengenai telapak tangan yang membekap mulutku.

“Gila boi, teteknya gede. Enak banget.”

Kini laki-laki berambut semir itu kini melahap payudara kananku. Basahnya air liur yang melumuri putingku itu membuatku geli, dibarengi dengan jepitan dari dua jarinya di putingku yang satunya. Dia melakukannya secara bergantian pada kedua bongkahan yang sudah mulai mengeras itu sementara Andi masih melancarkan serangannya pada klitorisku dibawah sana. Tangan kasar Andi kini mulai menggerayangi pahaku. Semua rangsangan itu terus mereka lancarkan tanpa ampun. Tak mau tiap detik ini mereka sia-siakan untuk tidak menikmati tubuhku secara cuma-cuma.

“Mmmpp!! Mmphh!!!” Aku terpejam, mengerang pilu. Aku tidak menyangka kejadian ini harus aku alami.

“Kak Dimas... tolong aku...”

Tiba-tiba aku merasakan lidah Andi masuk kedalam lubang kewanitaanku lalu mulai bergerak liar didalam sana, lidah itu menjilat perlahan dinding vaginaku. Kedua pahaku semakin memberontak, namun kedua tangan Andi lebih kuat menahan gerakan pahaku itu. Tubuhku semakin tidak bisa bertahan lagi saat temannya ini menggigit-gigit putingku yang sudah mengeras. Aku mengejan, pinggulku agak terangkat. Kepala Andi dalam posisi terjepit pahaku saat orgasme ini aku capai. Sesaat setelah aku keluarkan semua, kedua kakiku roboh. Walau begitu, payudaraku ini masih saja belum lepas dari serangan liar penuh nafsu dari teman Andi.

“Heh, heh. Bentar, Do.” Andi yang berdiri setelah mengelap cairan orgasmeku di wajahnya itu secara tiba-tiba menghentikan temannya.

“Ah elah, lagi enak-enaknya netek juga.” Protes laki-laki itu.

“Angkat, Zal.”

Isak tangisku semakin terdengar, menyadari ini semua masih belum berakhir. Tubuhku yang sudah lemas ini mereka pindahkan ke karpet. Tanganku masih ditahan diatas kepala oleh laki-laki berkaus merah tadi. Laki-laki yang meremas payudaraku tadi terlihat akan melepas celana jeansnya.

“Udah Ndi! Udah...!!!” Teriakku dengan suara parau sambil terus meronta.

“Telat.” Andi melempar sesuatu pada temannya yang menahan tanganku ini. “Sumpelin.” Perintahnya yang sekarang juga melepas celana jeansnya.

Aku menutup rapat mulutku begitu benda yang ternyata adalah celana dalamku itu mencoba disumpalkan padaku. Aku terus meronta dan menggeleng sebisaku. Rambut panjangku menjadi berantakan, beberapa menutupi wajahku yang kini dibasahi oleh keringat.

“Sshh! Heh! Nurut!” Dia menangkap wajahku, merapikan rambutku agar akses ke mulutku lebih mudah. Aku tetap berusaha merapatkan kedua bibirku, sampai akhirnya dia menekan hidungku. Itu sukses membuat mulutku terbuka dan celana dalam itu berhasil disumpalkan kedalam mulutku. Tak lama si rambut semir itu datang membawa slayer kain, yang digunakannya untuk mengikat mulutku. Praktis, celana dalam itu penuh menyumpal mulutku dan kini tidak bisa aku keluarkan karena tertahan slayer itu.

“Mmmppgghh...!!!”

Sreekk

Kaus yang aku kenakan itu disobek. Sebilah pisau juga ia gunakan untuk menyayat beberapa bagian agar bisa dilepas tanpa harus melewati tanganku yang terikat. Laki-laki berkaus merah itu lalu membantu temannya melepas paksa bra hitamku tanpa meninggalkan menahan tanganku. Kedua talinya mereka putus paksa, salah satu dari mereka meraih pengait di punggungku dan melepasnya. Dengan dilemparnya bra itu, kini aku telah benar-benar mereka telanjangi. Mataku membulat ketika melihat dua batang penis yang mengacung tegang terbebas dari sarangnya. Rambut-rambut lebat tak bercukur yang mengelilinginya membuatku ngeri dan jijik. Seketika aku meronta lagi. Pikiranku sudah dipenuhi dengan keyakinan kalau perlakuan yang lebih buruk akan mereka lakukan segera.

“Gantian ya?” Andi memegangi pahaku yang sengaja aku tutup rapat-rapat. Dia menatap kedua temannya, membuat sebuah kesepakatan.

“Terserah, lu dulu sana. Gue mau netek lagi.”

“Eh enak aja, gantian dulu kek ini lu pegangin. Gue juga mau mainin tuh tetek!”

Selagi mereka sibuk berdebat, aku masih bergumul dengan Andi yang berusaha membuka selangkanganku lagi. Sambil mengocok penisnya, satu tangannya bergelut dengan dua pahaku yang menolak untuk membuka. Pergumulanku dimenangkan oleh Andi setelah kedua payudaraku ini tiba-tiba diremas kasar oleh dua teman Andi yang kini berada di samping kanan dan kiriku. Dengan mudahnya selangkanganku terbuka lebar, aku terpejam ketika mengetahui Andi bersiap menusukkan penis itu kedalam liang vaginaku.

“Mmpphh!!!” Aku memekik dan melotot saat Andi langsung mengentakkan pinggulnya, membenamkan seluruh batang kemaluan besarnya itu kedalam lubang kewanitaanku. Vaginaku berkedut, memijit penisnya yang memenuhi liang itu. Aku menatapnya sayu, jelas tergambar perasaan heran di mata Andi. Sepertinya dia menyadari aku sudah tidak perawan.

“Anjinglah, udah enggak perawan ternyata.”

“Udah ngentot sama Dimas nih berarti. Parah emang.”

“Dasar cabe lu. Ahahaha!”

Aku terpejam. Andi mulai menggenjot vaginaku. Sementara kedua payudaraku masih dimainkan oleh dua teman Andi, mereka meremas kasar, memilin-milin putingku. Bahkan sekarang aku merasakan mereka menghantam dan menggesek-gesekkan penis mereka pada payudaraku, dan itu semakin membuatku ngeri dan menutup rapat-rapat mata ini. Aku berusaha sekuat tenaga menahan desahan ini agar tidak keluar. Ini bukan kenikmatan yang biasa aku rasakan dan inginkan.

“Kak Dimas!! Cepet balik!!!”

Plok.

Plok.

Plok.

Pinggul Andi terus menghantam selangkanganku. Liang vaginaku yang sudah becek terlebih dahulu itu makin mempermudahnya menusuk-nusukkan batang kemaluannya yang sudah sangat keras itu.

“Aaahh! Gila! Masih enak aja ini memek! Mmmhh!!”

“Jangan lama-lama Ndi, gua juga mau nyoba cok.”

“A-Aarrhh! Gue keluar anjeng!” Pekik laki-laki yang ada di kananku.

Crot.

Crot.

Crot.

Tak lama, aku merasakan wajahku berlumuran cairan hangat laki-laki itu.

“Ah elah lemah banget sih lu udah crot aja.”

“Bacot. Hhh...”

Crot.

Crot.

Crot.

Hanya berselang beberapa saat, wajahku jadi semakin belepotan karena sperma laki-laki yang ada disamping kiriku. Pipi, dahi, bahkan beberapa helai rambutku pun terasa lengket. Bau amisnya yang kini menyengat hidungku membuatku mual.

“Lemah lu berdua anjer! Belum juga nyelup!” Berbarengan dengan itu, Andi semakin mempercepat temponya. Aku yang terkejut itu pada akhirnya melepas desahan kerasku, walau tertahan oleh celana dalam dan slayer kain itu. Kini tersisa Andi seorang yang menyentuh tubuhku, aku hanya mendengar kedua temannya itu terengah di jarak yang agak jauh. Setelah rangsangan yang terus mereka lakukan sejak tadi, kini membuat tubuhku kembali menegang. Andi terus saja menggenjot, seiring pinggulku yang mengejan. Aku memekik. Orgasme keduaku aku dapatkan, penis Andi terlumuri oleh carian orgasmeku itu.

“Hahaha! Gila. Enak kan?! Rasain nih kontol!”

Andi terus memompa penisnya secara intens. Bagai ingin sekali menghancurkan vaginaku itu. Rintihan kasar terus aku keluarkan tanpa bisa aku tahan. Nafasku semakin terengah, dan sekarang aku sudah tidak bisa mengeluarkan air mata lagi. Andi yang beberapa saat yang lalu masih menggenjot dengan penuh nafsu itu tiba-tiba berhenti. Mataku langsung melotot begitu menyadarinya.

Crot.

Crot.

Crot.

Andi, menyemburkan semua spermanya kedalam vaginaku. Dia tersenyum puas tanpa rasa bersalah atau takut sedikitpun disana. Aku membalasnya dengan pekikan. Andai mulut ini tidak tersumpal, berbagai makian sudah melayang kepadanya. Dia benar-benar sudah gila jika sudah mengetahui resiko atas perbuatannya ini. Aku sudah tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaanku saat ini. Marah, takut, cemas, semua bercampur. Aku masih belum siap untuk mengandung. Apalagi anak dari laki-laki bejat seperti dia.

“Wah anjir, gila lu, Ndi.”

“Ntar dia hamil panik lu.”

“Hah? Bodo amat.”

Andi mencabut penisnya. Aku yang shock ini hanya bisa terdiam dengan nafas yang terengah.

“Dah tuh. Zal, Do. Siapa.” Andi melangkah meninggalkanku.

“Dih. Ogah gue nyelup masih ada bekas sperma lu anjing.”

“Ah elah, Do. Dikasih memek gratis kagak mau. Yaudah gue aja sini.”

Aku lemas tak bertenaga, bahkan saat laki-laki yang ternyata sudah telanjang bulat itu membalik badanku, tidak ada perlawanan yang aku berikan. Dia menampar-nampar keras pantatku. Aku yang masih dalam posisi tengkurap itu meringis perih.

“Woi bangun!” Dia mengangkat pinggulku, namun sebagian tubuh atasku ini masih tergeletak.

Plak.

Plak.

Plak.

Tamparan yang ia berikan itu semakin keras dan kasar. Aku menyerah. Tubuh ini aku angkat sebisaku, menurutinya yang memposisikanku yang akan menyetubuhiku dalam posisi doggy style. Aku mulai kehilangan harapan. Hujan bahkan semakin deras diluar sana, aku pesimis kak Dimas akan datang kesini karena lebatnya hujan itu. Dia pasti akan menunggu hujan ini reda, pikirku.

Mataku terpejam ngeri saat kepala penis itu digesek-gesek pelan ke bibir vaginaku. Mereka bertemu beberapa saat, baru kemudian laki-laki itu memasukkan sekitar setengah batang penisnya. Pekikanku kembali terdengar saat penis itu amblas kedalam vaginaku. Tanpa memberiku waktu untuk mengatur nafasku yang terengah ini, laki-laki itu langsung menangkap payudaraku lalu meremas-remasnya kasar dan memulai menggerakkan pinggulnya kedepan dan belakang.

“Wogh! Mantab Ndi! Selera lu emang gila sih!”

Plok.

Plok.

Plok.

Dia mulai dengan tempo lambat, aku beberapa kali merasa jijik bersentuhan dengan rambut-rambut selangkangannya itu. Ditengah-tengah sodokan itu, daguku tiba-tiba ditarik keatas. Dia adalah laki-laki berkaus merah yang tadi, sekarang dia memotong lakban di tanganku lalu melepas ikatan slayer kain di mulutku.

“Yaudah gue disini aja.” Dia lantas mengeluarkan celana dalamku yang sudah sangat basah dengan air liurku, bahkan untaian benang liur tercipta sampai dia membuang sembarang sumpalan itu. Aku lantas terbatuk, mulutku terasa sangat lega. Namun itu tak berlangsung lama saat tiba-tiba saja batang penis laki-laki itu langsung ia jejalkan kedalam mulutku. Sontak aku berteriak, aku ikut mengangkat badan sambil satu tanganku mendorong paha laki-laki itu, mencoba meloloskan diri. Usahaku sia-sia setelah rambutku dijambak dan kepalaku tertahan oleh kedua tangannya.

“Isep woi! Jangan didiemin aja kontol gue!” Dia semakin kencang menjambakku hingga aku meringis. Harga diriku sampai tidak bisa aku rasakan lagi dalam diriku saat ini. Kini kedua tanganku lurus menopang tubuhku dan dengan terpaksa, aku mulai mengisap penis itu sambil merasakan sodokan yang semakin cepat dari belakang sana. Laki-laki yang menyumpal mulutku kini mendesis karena blowjob asalku. Nafasku yang berat terdengar jelas saat aku melumat dan menjilati penis itu.

“Wah tai lu, Do. Gue pengen denger dia desah malah lu sumpel lagi bangsat!”

“Bacot anjing.”

Tiba-tiba saja, lumatanku terhenti. Laki-laki yang ada didepanku ini lantas menggerakkan pinggulnya kedepan dan belakang, menusuk-nusukkan penis itu kedalam mulutku. Aku menjerit dalam hati. Sekarang aku benar-benar ditusuk dari depan dan belakang, ditambah dengan serangan pada kedua payudaraku. Tubuhku kembali bergetar dan aku memekik saat orgasme ketigaku tercapai. Namun nafsu mereka berdua masih membimbing untuk terus memanjakan penis itu, tanpa memperdulikanku yang sudah sangat tersiksa disini.

“Aaahh..!!”

Crot.

Crot.

Crot.

Selang beberapa saat, tanpa memberi aba-aba, sperma itu disemburkannya kedalam mulutku. Aku yang sudah tidak bertenaga itu tidak bisa meloloskan diri karena kepalaku yang tertahan kuat oleh tangannya.

“Telen!” Perintahnya setelah penis itu meninggalkan mulutku. Dan aku menuruti perkataannya itu. Dengan jijik, aku menelan semua sperma itu. Aku terbatuk hebat begitu lendir menjijikkan itu lolos masuk melalui kerongkonganku. Bersamaan dengan itu, laki-laki yang ada dibelakang ini menarik penisnya keluar, tangannya yang menopang dadaku pun berpindah. Praktis, aku roboh tengkurap ke karpet itu karena lemas hebat yang sekarang terasa.

Tubuhku dibalik lagi. Laki-laki itu terlihat mengocok cepat penisnya dan tak lama...

Crot.

Crot.

Aku terpejam, menghindari sperma itu agar tidak mengenai mataku, namun ternyata semburan sperma itu mengenai payudaraku, beberapa pun melekat di putingku. Walau begitu, dia tersenyum puas sudah bisa membuatku berantakan seperti ini. Aku tergeletak tanpa tenaga, dengan keringat yang membasahi rata seluruh tubuhku dan sperma-sperma lengket yang melekat menodai beberapa bagian diriku. Aku merasa sangat rendah dan kacau saat ini. Nafasku yang sengal dan rasa pusing ini sampai membuatku tidak bisa berucap apapun.

Mataku mendapati Andi yang juga sudah telanjang bulat itu tersenyum menyeringai sambil mengelus-elus penisnya yang sudah mengacung tegang lagi. Aku menatapnya perih, memohon padanya dengan menggelengkan kepalaku.

“Hahaha! Belum! Belum!”

Aku berteriak dalam hati, menyadari ini semua masih belum berakhir. Andi dalam sekejap sudah mengangkat kaki kiriku. Dan untuk kesekian kalinya, liang vaginaku itu kembali dihujam.

“Aahh...! u-udah Ndi...!”

“Hah? Apa? Enggak denger.” Tanyanya dengan nada dan wajah yang mengejek. Aku tau sebenarnya dia sudah mendengar permohonanku barusan.

“Udahh...!” Permohonan dari lubuk hatiku itu aku bentakkan padanya. Namun hanya ia balas dengan tawa dan belanjut dengan genjotan pada vaginaku. Kedua tanganku meremas kuat karpet berwarna merah itu karena perih yang aku rasakan di lubang kewanitaanku itu. Aku menggigit bibir bawahku sambil terpejam.

“Desah woi!”

PLAK

Sebuah tamparan keras aku terima. Dan itu cukup memaksaku untuk mendesah.

“A-aah..”

“Yang kenceng!”

Genjotan itu semakin intens. Dan reflek, aku mendesah.

“A-Aaahh! Mmhh..!”

“Bilang kontol ini enak!”

“Aah... k-kontol e-nak!”

“Apa? Yang kenceng anjing!”

“Mmmhh...! iya! K-kontol enaakkhh!! Aaahh...!!”

“Hahaha! Dasar lontenya Dimas!”

“Hahahaha!”

Tawa mereka bertiga pecah. Sementara aku terus terpejam dan mendesah sebisaku.

“Eh, anjing, masih ngaceng gue. Keinget pantatnya tadi gara-gara lu.”

“Dih, yaudah sikat lah. Perawanin tuh anus sekalian.”

“Eh bentar lah ini masih enak.”

“Ganti posisi lah Ndi. Gue mau nyodok tuh bokong sekarang.”

“Enggak! Jangan!!” Aku menolak dengan bentakkan keras.

“Wahaha, yaudah. Sini bantu.” Andi menghentikan sodokannya, namun penis itu masih menjejal didalam vaginaku.

“Jangan! Enggak mauu!” Mohonku dengan suara parau.

PLAK

PLAK

“Diem ah!”

Dua tamparan keras kembali Andi layangkan padaku. Bahkan tatapan memelas ini tidak bisa menghentikannya. Dalam sekejap, tanpa bisa aku melawan, kedua teman Andi itu memposisikaku seperti anjing, Andi berada di bawahku sekarang dengan penisnya yang masih menancap. Aku terus mengerang memohon agar tidak menyentuh sedikitpun anusku. Namun sepertinya itu percuma, karena sekarang, kedua tangan salah satu temannya itu sudah meremas kuat bongkahan pantatku dan tak lama setelahnya, sementara Andi terus memompa penisnya, aku merasakan kepala penis teman Andi itu menyentuh duburku.

“Hahaha! Buru, Do. Perawanin tuh anus!”

“Yo’i! Hahaha!”

“J-Jangaaagghh!!!” Aku mengerang kesakitan. Saat penis besar itu menembus masuk kedalam lubang anusku. Itu berkali-kali lipat lebih sakit daripada saat kak Dimas merobek selaput daraku. Tak lama, anusku digenjot pelan oleh penis itu sambil bongkahan pantatku beberapa kali ditampar, dibarengi dengan Andi yang terus menggerakkan penisnya di vaginaku dan meremas-remas payudaraku. Tubuh ini kembali bergetar hebat, rasanya aku sudah tidak kuat lagi bertahan di posisi ini. Aku bisa langsung roboh bebas jika tidak ditopang oleh tangan-tangan mereka. Aku merintih kesakitan. Pantatku yang baru saja dijejali benda asing sungguh-sungguh perih saat ini.

“Anjir lah, ngaceng lagi gue. Ikut!”

Tiba-tiba, laki-laki yang dipanggil ‘Zal’ itu memposisikan diri dihadapanku. Siap menjejalkan penisnya yang sudah tegang itu kedalam mulutku. Aku yang sudah nyaris mati rasa itu hanya pasrah saat mulutku dibuka dan disumpal lagi oleh batang kemaluan itu. Lengkap sudah. Mulut, anus, dan vaginaku penuh dengan penis mereka bertiga. Tak butuh waktu lama sampai mereka menggenjot penis mereka di ketiga lubang itu. Aku menangis pilu dalam hati. Sebagai perempuan aku tidak pernah diperlakukan serendah ini. Bahkan aku rasa, para laki-laki ini tidak sedikitpun menganggapku sebagai manusia, hanya sebagai sarana pemuas hawa nafsu mereka.

“Aahh! Gila! Bokongnya mantep bor! Sempit!”

“Hahahahh...! ini mulutnya anget juga!”

“Hajar bro! hahaha!!”

Serangan bertubi-tubi yang mereka lancarkan ini mengantarkanku pada orgasme keempat hari ini. Detik demi detik, tubuhku semakin terasa lemas setelah orgasme itu, namun mereka bertiga masih terus menggenjot penis mereka penuh nafsu. Keringatku bercampur dengan milik mereka bertiga. Desahan mereka terdengar begitu penuh kepuasan. Sementara aku sudah tidak bisa bersuara apapun.

Aku nyaris kehabisan nafas saat laki-laki yang ada didepanku memaksakan deep throat sambil menahan kepalaku, beruntung itu tak berlangsung lama. Perih kini juga aku rasakan pada kedua bongkahan pantatku karena tamparan keras yang diberikan disana berkali-kali. Aku yakin kulitku sudah menjadi merah disana. Hentakan yang diberikan di lubang anusku itu juga benar-benar menyakitkan. Ditambah putingku kini juga dimainkan oleh jari-jari Andi, yang juga terus menggenjot penisnya dari bawah.

Sodokan mereka itu terus berlangsung beberapa menit. Sampai akhirnya, mereka bertiga menyemburkan spermanya nyaris berbarengan.

Crot.

Crot.

Crot.

Crot.

Mulut, anus, dan vaginaku seketika hangat dan penuh dengan lendir lengket menjijikkan itu. Satu per satu mereka mencabut penis mereka. Tak kuasa menahan rasa mual ini, aku muntahkan sperma didalam mulutku itu, bersama dengan semua isi perutku ke karpet. Aku kecewa tidak sempat memuntahkannya tepat diwajah Andi yang ada dibawah. Dia telebih dahulu mencabut penisnya dan memindahkan tubuhnya.

Badanku lantas roboh ke kiri. Aku benar-benar mati rasa, tidak bisa merasakan lagi tubuhku saat ini. Nafasku sengal. Seluruh badanku gerah dan lengket karena keringat, bahkan rambutku yang tadinya wangi dan rapi setelah keramas langsung lepek dan bau sekarang. Dan mereka tergerai bebas berantakan. Aku yang terbaring lemas ini menatap mereka dengan pandangan yang nyaris kabur. Aku tidak habis pikir mereka masih bisa memasang senyuman itu setelah memperlakukanku sampai seperti ini tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Perlahan, pandanganku mulai menyempit, energiku telah dikuras habis oleh mereka. Aku sudah tidak bisa bertahan. Ternyata, sampai saat ini, sosok yang aku tunggu itu belum juga datang. Padahal, aku sangat berharap dia datang dan menyelamatkanku sebelum mereka memperkosaku lebih jauh seperti sekarang ini. Kesadaranku terus berusaha aku pertahankan. Hingga pada akhirnya, semua berubah menjadi gelap...



To be Continued...
 
Btw, ini pertama kalinya nulis scene beginian wkwkkw. Maaf kalo kurang memuaskan ya, hehe :ampun::ampun::ampun:
 
Wah, Mbul mau diperkosa yak :kacau:
Emm... yak silahkan disimpulkan di update ini, hehe.

Selamat pagi.
Mohon maaf suhu" sekalian, izin mendirikan panti pijat disini. Demi memantau update.
Terima kasih
:papi:
Selamat datang suhu. Silahkan membaca dan semoga terhibur dengan cerita ini, hehe. :ampun:

Puji Tuhan, Praise the Lord. :angel:


Ini semua kampret pada gangbang Pucchi aja gimana? Bikin panik penikmat m
Mbul aja doi.
SETUJU
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd