Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Bosan Coli, Ku rayu NENEK dan IBUKU BERSETUBUH (no repost) (tamat)

Beberapa hari setelah kejadian itu, aku dan ibu jadi merasa ada tirai yang menghalangi jarak antara aku dan ibu. Tirai rasa malu yang tidak tahu bagaimana caranya membukanya, rantai tabu bagaimana melepaskannya, karena kami oleh nenek diikat oleh pernikahan sedarah yang mengikat perasaan batinku dan ibu.

Ayah tak tahu apa pun yang terjadi antara kami bertiga dirumah nenek. Ibu pun tak tahu kalau aku dengan nenek sudah seperti suami istri dan sering melakukan hubungan badan sampai beberapa kali aku semburkan didalam memeknya. Nenek sudah menerimaku dan sudah terbiasa aku setubuhi setiap harinya dan mengeluarkannya didalam.

Kebiasaan itu terus berlanjut hingga hampir sebulan lamanya, sedangkan aku perlahan mulai akrab kembali dengan ibu karena nenek selalu meyakinkan ibu bahwa yang nenek lakukan untuk ibu dan aku adalah jalan terbaik menuju kebahagiaan. Awalnya memang ibu sering melamun dan jika aku ada menghampirinya selalu tak berani menatap wajahku. Hal itu membuatku ingin membicarakan kembali ke nenek agar pernikahan sedarah antara aku dan ibu dibatalkan.

Saat itu ayah sedang bekerja sebagai tukang jahit disalah satu kampung yang jaraknya lumayan jauh, pulang kadang tiga hari sekali bahkan seminggu paling lama. Kesempatan itu aku berusaha memberanikan diri mencoba untuk mengatakan kepada ibu kalau ikatan pernikahan itu dibatalkan saja, tapi ternyata ibu tak mau melakukannya. Kebetulan ketika selesai mandi dalam keadaan memakai handuk yang menutupi sebagian tubuhnya, ku hampiri ibu lalu memegang tangannya.

"Bu?!, Udin sudah tak kuat menjalani hidup seperti ini... Ibu selalu menghindar dan tak mau menatap wajah Udin... Udin ingin kembali seperti dulu lagi saja dimarahi ibu setiap hari daripada ibu seperti menganggap Udin orang lain... Kita batalkan saja bu ikatan itu dan cincin ini kita kembalikan ke nenek.." kataku kepada ibu yang sekarang menatapku, lalu tiba-tiba PLAK! Aku ditamparnya oleh ibu.

"Kamu tidak setuju dengan keputusan nenek Din?! Kamu tidak mau ibu tidak bahagia?!!" Kata ibu dengan mata yang berkaca-kaca. Aku yang tak tega melihat wanita bersedih, dengan segera ku peluk ibuku sambil mengusap punggungnya.

"Maafkan Udin bu... Udin tak bermaksud untuk menyakiti ibu. Udin hanya bingung melihat ibu selalu merenung gara-gara ikatan pernikahan yang ibu tak sukai... Maafin Udin ya...?" Ketika ku peluk ibuku betapa wangi sekali tubuhnya, sampai torpedoku dengan cepat berontak didalam celanaku.

"Kamu gak mau ya kalau ibu jadi istri kamu Din? Karena ibu sudah tua...?" Ucap ibu yang juga memelukku. Sekarang aku rasakan suasana hatinya lebih baik dari tadi dan terasa tenang.

"Udin ketika diamanatkan oleh nenek untuk menjadi suami ibu... betapa senangnya hati Udin bu. Tapi, melihat ibu yang sering terlihat merenung, Udin merasa tak tega melihatnya. Menurut ibu... bagaimana dengan status kita saat ini bu? Ibu setuju? Tanya hati ibu apa Udin pantas menjadi suami ibu..?" Ketika ku katakan itu ibuku semakin memelukku erat tak berbicara sepatah kata pun. Lalu karena penasaran dengan penuh kehati-hatian pantatnya ku raba, ku elus sampai ku lihat reaksinya ibu tak marah pantatnya ku usap perlahan. Ibu pernah bilang bahwa ia tak suka dicium lehernya, bahkan sama ayah pun ketika sedang bersetubuh lalu dicium leher, ibu akan berontak karena dihatinya ada kegelisahan yang ibu pendam bertahun-tahun. Kegelisahannya itu adalah perasaan cinta yang sulit tumbuh karena sebuah paksaan. Tapi ingin mencoba apakah aku akan disamakan dengan ayah atau tidak jika ku cium lehernya.

Meskipun masih SMA, tinggi badan saya sama dengan ibu yaitu ±165cm. Jadi ketika kami saling berpelukan aku saling menempelkan kulit leher yang terasa semakin hangat. Karena ibu hanya memakai handuk, sudah pasti bagian dada keatas terbuka bebas sehingga aku coba pertama-tama mencium pundaknya sambil menghirupnya. "Hmmhh!" Suara lirih disertai nafas yang terasa berat terdengar jelas ditelingaku. Perlahan kecupanku mulai ku majukan mendekati pangkal lehernya dan ibu mulai menggeliat, ku coba lagi menghembuskan nafasku dibatang leher ibu dan reaksinya begitu menakjubkan! Ibuku semakin memelukku erat, ku hirup lehernya semakin ibu merapatkan tubuhnya denganku. Rasa penasaranku mulai menguasaiku seperti sabda-sabda setan yang menghembus kedalam jiwaku. Sehingga dengan membulatkan tekad dan memberanikan diri ku julurkan lidahku mengenai kulit lehernya "Aahhhh dinnnn hmmmhhh..!" Ibu mulai mendesah memanggil namaku, tapi aneh, kenapa tak melarangku? Sambil berbisik aku katakan kepadanya, "kalau ibu tak suka Udin hentikan bu.." | "Jangannn!!! Jangan dihentikan..." Ucap ibu yang terdengar seperti malu-malu disertai pelukannya yang tak mau dilepaskan, sampai ku rasakan payudaranya yang menonjol dibalik handuknya menekan dadaku.

"Ibu tak marah kan?" Tanyaku berbisik.

"Nnngggakk.." jawab ibu.

"Tak merasa dipaksa?" Ku ulangi lagi.

"Ngggaaakk... Sayangi ibu lagi nak.." ucap ibu yang semakin kepalaku kearah lehernya.

"Iyaa sayang... Udin sangat sayang ibu.. ini buat ibu.." ku gigit-gigit gemas lehernya sambil merasakan kenikmatan dari kulit lehernya yang sangat membuatku ingin menelanjanginya.

"Uugghh! Diiinnn... Ibu ... Sayyanngg kamu nak...!"

"Udin juga sayang ibu... Mmmhhh... Enak banget leher ibu... Mmmhhhh..." Aku jilati lehernya sambil menghisapnya, mulai dari kanan, bagian depannya sampai ibuku menengadah ketika permainan lidahku menari-nari indah dileher ibu. Lalu kecupanku mulai turun ke bagian dada ibu mulai menggigit-gigit kulit payudaranya yang menyembul dibagian atasnya.

"Ouuhh.. bu, enak bu..." Kataku sambil menikmati bagian dada ibu, sedangkan ibu mengelus kepalaku.

Kini terlihatlah bekas cupanganku dileher dan bagian dadanya yang terlihat jelas memerah bekas hisapan dan gigitan.

"Bu? Leher sama dada ibu ada bekas cupangan Udin... Gimana kalau ayah tahu?" Kesadaranku mulai menghampiri diriku.

"Gak apa-apa Din... Kalau datang hari ini pun ibu gak peduli nak..." Ucap ibu dengan mata sayu menatapku. Lalu aku tempelkan dahiku dengan dahi ibu sambil bertatapan. Semakin ku perhatikan ibuku semakin ku mencintainya, begitu pun dengan ibu yang ternyata sudah tumbuh benih-benih cinta ditanah kenyamanan, dengan batang kepercayaan, juga harapan sebagai daunnya. Lalu buah dari semua itu ada pada rahim ibuku, tinggal menunggu keputusan dari ibu apakah aku diperbolehkan membuahi sel telurnya?

"Din, ibu sangat mencintaimu. Boleh ibu panggil kamu ayah sayang?" Ucap ibu yang tanpa rasa canggung mengatakan itu.

"He'em boleh bu, kalau begitu Udin boleh panggil ibu mamah..? Sebagai tanda kita sebagai suami istri?" Balasku pada ibu yang ternyata ibu sangat senang mendengarnya.

"Iyaa ayah, mamah senang mendengarnya..." Ucap ibu yang pandangannya tak lepas dari menatap mataku, sehingga aku mulai perlahan mendekati bibirnya yang menganga sedikit, lalu ku cium dengan pelan-pelan tapi penuh birahi. Ibu pun membalas ciumanku sambil memegang kepalaku dengan kedua tangannya, sedangkan tanganku meraba-raba bongkahan pantatnya. Bahkan saking gemasnya aku tekan kedepan sampai ku rasakan batang penisku menekan selangkangan ibu.

Aku dan ibu sangat menikmati ciuman yang penuh birahi ini, bahkan ibuku lebih liar dari apa yang aku bayangkan selama ini, yang aku tahu ibuku adalah seorang wanita yang pendiam dan tak banyak bicara. Tapi sekarang aku tahu ternyata ibu memendam sisi liarnya untuk menyerangku, beberapa kali ketika aku melepaskan ciumanku, ibu selalu bilang "lagi ayahhh... Mmhhhhhh... Mamah bukain bajunya ya..?" Kata ibu kepadaku.

"Iya mah bukain.." lalu dengan muka yang memerah juga beberapa kali ibu menelan ludah, dengan senang hati ibu melepaskan kaosku dan kami berciuman lagi. Aku yang sudah tak tahan menekan-nekan kontolku kearah tempat kenikmatan milik ibu yang masih tertutup handuknya.

"Mah? Ayah lepas ya handuknya..?" Bujukku kepada ibu, meskipun sebenarnya aku takut mengatakan kalimat itu pada ibuku sendiri. Ternyata apa yang terjadi? Ibu membusungkan dadanya memintaku untuk melepaskannya, karena ujung handuknya nyelip diantara kedua payudaranya yang besar. Dengan gemetar aku berusaha untuk melepaskan ikatan handuk yang menutupi tubuhnya, akhirnya sesuatu yang menakjubkan indah dipandang mata terhampar didepan mataku tatkala handuk ibu terjatuh kebawah. Mataku sampai terbelalak melihat seutuhnya tubuh indah milik ibu, payudaranya yang menggelayut juga vaginanya yang begitu tembem sembunyi malu-malu diantara selangkangannya.

Ohh tuhan... Baru kali ini mataku melihat keindahan yang mengalahkan segala sesuatu yang indah didunia ini, itu adalah vagina ibuku yang dulu aku keluar dari situ. Payudara ibu yang menggelayut pun langsung aku raih dan menghisap putingnya, "Aaaahhh.. ayahhhhh... Enakkkk ayyaahhh... Aahh.. ahhh...!" Tak ku pedulikan ibuku meracau dan mendesah keenakan. Mulutku terus secara bergantian menghisap puting ibu dengan sekuat-kuatnya, juga ku gigit gemas sambil ku goyang-goyang putingnya dengan gigiku. Reaksinya sungguh luar biasa! Ibuku sampai lemas kakinya karena tak tahan mengimbangi permainanku.

"Aahh.. ahhh... Ayyyaahhh... " Berkali-kali ibuku hampir terduduk lemas ketika payudaranya aku hisap, aku gigit dan ku cupangi permukaan kulitnya sampai memerah penuh bekas hisapan. Tapi aku tangan pinggangnya sampai tubuh ibu melengkung ke belakang sehingga payudaranya semakin membusung mengarah keatas. Aku dan ibu sudah sama-sama dililit tali birahi yang sangat dahsyat! Saat ibu memeluk leherku, kesempatan itu aku gunakan untuk melepaskan celana kolorku sekaligus dengan celana dalamnya. Perlahan ketika celanaku sudah berada di betis, secara bergantian aku lepaskan dengan kakiku sehingga aku dan ibuku sama-sama tak memakai baju sehelai pun yang menutupi tubuh kami.

Kini aku peluk ibuku yang tubuhnya condong ke belakang dengan kontolku menekan belahan memeknya, ugh! Sungguh nikmat penuh kehangatan yang terpancar dari memek ibuku, betapa damainya perasaanku saat ini. Padahal batangku hanya dijepit bibir vaginanya saja tapi sensasi kenikmatan yang ku dapatkan tak bisa ku gambarkan dengan sebuah kata karena kenikmatan yang sungguh dahsyat!

Ketika batang penisku bergesekan dengan bibir vaginanya, aku merasakan cairan yang berbentuk lendir membasahi batang penisku karena bergesekan dengan vagina ibuku. Tubuh yang segar dengan wangi sabun yang harum semerbak, semakin membuatku tak tahan ingin menyatukan tubuhku dengan ibu.

Perlahan aku rebahkan tubuh ibu diatas handuk yang terhampar sebagai tikar untuk meletakkan ibuku dilantai. Setelah ibu terlentang, aku lebarkan kedua kakinya sehingga pahanya merenggang dan terlihatlah oleh kedua mataku lobang kenikmatan ibu yang sembunyi diantara dua bibir vaginanya yang tembem itu. Tanpa menunggu lama aku menunduk dan mencoba menghirup aromanya uuggh! Baunya mengundang birahiku. Lalu ku julurkan lidahku merasakan kelezatan dan kenikmatan dari vagina ibu yang merekah. Hmmm! Sungguh aku sangat menyukainya, vagina yang mengeluarkan hawa kehangatan dan kenikmatan bagi pemujanya, membuatku bertekuk lutut merasakan lendir juga teksturnya yang bagaikan tahu putih kukus terasa padat dan nikmat. Mulut dan hidungku basah oleh lendir yang keluar dari lobang memek ibuku. Aku kurang begitu tahu apa lendir itu yang merembes keluar dari lobang memeknya, disertai tubuh ibu yang gemetar melepaskannya.

Kini saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga, penisku sudah sangat tegang siap dimasukan kedalam lobang kehangatan milik ibu. Vagina yang tembem dengan bibir yang tebal membuatku bersemangat ingin segera merasakan kenikmatan itu.

Setelah aku duduk didepan kedua pahanya yang sudah aku lebarkan, ku arahkan kontolku ke lobang memek ibu yang sudah siap menyambut hangat untuk penyatuan dua kelamin yang saling merindukan. Mungkin ini adalah nostalgia antara kedua kelamin yang berbeda, dulu memek ibu mengeluarkanku bersama kontolku. Sekarang kontolku akan bertemu kembali untuk masuk kedalam memek ibu, ahh... Sungguh pertemuan yang sangat membahagiakan aku dan ibuku.

Ketika sudah menempel ujung senapanku, aku berkata kepada ibu, "mahh, boleh ayah masukin kontol ayah mahhh...?"

"Masukin ayahhh... Mamah udah gak tahan pengen merasakan penis ayah... Ayoo ayah masukin..." Ucap ibu dengan manjanya. Karena sudah mendapat ijin dari ibu, ku pegang batang penisku yang sudah menempel dilobang vagina ibuku. Detik-detik mendebarkan yang ditunggu-tunggu penyatuan kedua kelamin pun dilakukan, ketika kepala kontolku menembus mulut memek ibu sampai tak terlihat kepalanya, sudah membuat aku juga ibu memperlihatkan reaksi yang sangat nikmat, Uuggh! Kami berdua sampai melenguh bahkan aku sampai bergidik, jantungku berdebar kencang merasakan dengan perlahan, sedikit demi sedikit batangku baru setengahnya tenggelam. Beberapa kali sudah ku rasakan denyutan nikmat juga belaian lembut rongga memek ibu menyambut hangat kontolku. Tinggal setengahnya lagi ku tatap ibuku kembali, rupanya ibu menangkap sinyalku. Apakah dimasukan semuanya atau jangan? Lalu ibu pun berkata dengan sedikit gemas kepadaku, "ayyaahhh semuanya masukiiinnn..!" Langsung saja ku tekan dengan keras kontolku menembus memek ibu BLESSSSSSKKK! "UUuuggghhhhh!!! Mmmaaahhhh enak banget mmemmmeekkkmuu..!!! Aaahhh...!" Ketika semua batangnya ditelan memek ibu, tubuh ibuku memperlihatkan reaksi yang sangat menggugah birahiku. Kepala ibuku sampai menekan lantai sehingga membuat payudaranya membusung, karena bagian punggungnya terangkat keatas. Ku pegang kedua pahanya agar ibu diam, sebab tubuhnya sampai bergetar hebat akibat kontolku menyatu sempurna dengan memek ibuku, mengisi penuh rongga yang kosong sehingga tak ada lagi celah yang tersisa, semuanya diisi batang kontolku.

Ku lihat dengan mataku sendiri tak terlihat lagi batang kontolku, semuanya habis ditelan memek ibuku. Sejenak aku diamkan kontolku, karena aku sedang menikmati juga merasakan denyutan dan pijatan-pijatan lembut otot memeknya, seakan didalamnya sedang dikunyahnya kontolku oleh daging lembut yang bergerinyal.

Setelah dirasa cukup menikmati kehangatan memeknya, aku mulai menarik keluar kontolku yang ku sisakan kepalanya saja masih terbenam dari dalam lobang memeknya. Terlihat jelas dari batangnya berlumuran lendir bening membalut kontolku. Lalu ku benamkan lagi perlahan dengan tempo yang agak lama menggenjot ibuku. Perasaan hangat, geli dan mencengkeram kuat terasa begitu nikmat, tatkala penisku keluar masuk bergesekan dengan rongga memek ibu yang seakan memeluk lembut batang kontolku dengan penuh kerinduan.

Sesekali ibu memandangku lalu tersenyum dan mulutnya ternganga ketika aku sedang menyetubuhinya. Buah dadanya yang membusung bergoyang-goyang keatas kebawah mengikuti irama genjotanku yang terlihat sangat seksi.

"Peluk mamahh ayahhh... Tindih mamah..." Ucap ibu sambil membentangkan kedua tangannya mengarah kepadaku, aku pun menyondongkan tubuhku kedepan tanpa melepaskan kontolku dengan memek ibu, perlahan akhirnya ku tindih tubuhnya lalu ibu pun merangkulku erat seperti melepas rindu yang sangat lama tak bertemu.

Sambil menggenjot ibu dengan menaik turunkan pantatku, sehingga kontolku didalam memek ibu bolak balik menembus lorong kenikmatannya. Disaat bersamaan ku jilati, ku hisap dan ku gigit area lehernya sampai ibuku mendesah hebat disertai tubuhnya yang terus menggeliat. Sekarang aku tahu kenapa ibu tak suka lehernya dirangsang oleh ayah, karena ibu tak mau ia bernafsu pada orang yang tak dicintainya.

Ku pandangi wajah ibuku yang sudah dikuasai nafsu birahinya begitu cantik ku lihat, dengan bertumpu pada lenganku yang ditekuk menyiku diatas lantai ku tindih ibuku. Tubuhku dengan tubuh ibu merapat sempurna, kedua kelamin saling bertemu dan menyatu, perut ibu merapat dengan perutku, terasa nyaman ku rasakan. Tak ada tempat yang paling nyaman yang pernah ku tempati selain berada diatas tubuh ibuku, tak pernah ku rasakan vagina ternikmat selain menyatukan kontolku dengan memek ibuku. Semua yang berasal dari ibu sensasi yang terasa sangat luar biasa! Pantas saja hubungan sedarah sangat dilarang oleh agama dan perbuatan keji yang sangat jijik, itu karena kenikmatan yang didapatkan terasa sangat nikmat dan sangat berkesan bagi para penikmat incest.

Sekarang sedang kami lakukan perbuatan terlarang itu, jujur aku sangat beruntung sudah melakukannya dengan dua orang wanita dalam keluargaku, hubungan sedarah ini saya yakin takkan mungkin bisa dihentikan dengan begitu saja. Aku, nenek dan ibu sudah dikuasai hawa nafsu incest yang sudah melekat pada jiwa kami.

20 menit sudah berlalu, aku dan ibu bergelut dengan peluh yang bercucuran bercampur menjadi satu, juga kontolku dengan memek ibu sudah terasa ngilu dan sangat panas bergesekan tanpa henti, dipacu terus menerus sampai aku merasa akan mencapai kenikmatan yang luar biasa!.

Ketika sedang asyik beradu kelamin dan hampir sampai, ku berkata pada ibu yang sudah terlihat berkeringat, "mmaahh ayah mau kelluar... Dikelluarin dimana mmah!" Kataku memandang ibu yang ngos-ngosan.

"Kita bareng ayyaahhh... Didalam aja... Mammmaahhh juga mmmaauuu sampaiiihhh... Aahb.. Aaahhh... Aaayyyaaaahhhhh...!!!" Tiba-tiba tubuh ibu bergetar hebat juga memelukku erat! Lalu aku merasa batang kontolku disirami cairan hangat yang dilepaskan oleh ibu begitu banyak, sampai batang kontolku semakin licin oleh lendir cinta milik ibuku. Ketika ditengah-tengah orgasmenya ibu, aku pun merasa ada sesuatu yang menggumpal dari dalam tubuhku, seperti bendungan yang besar siap menjebol benteng pertahanan. Semakin ku percepat semakin terasa mendekat rasa nikmat itu, rasa ngilu mulai membalut kontolku dan urat-urat syarafku ikut mengejang, hingga akhirnya CROT! CRROOOTTT..! CCCCRRRROOOOOTTTT!!! 10X kontolku menyemburkan jutaan sel sperma membanjiri rongga vagina ibuku.


Aku dan ibu saling berciuman, bertukar ludah sampai diantara kami saling menelan ludah yang ku rasakan kedahsyatan hubungan incest terasa sangat nikmat yang tak sanggup diungkapkan dengan untaian kata. Meskipun sudah tak keluar lagi sperma didalam tubuhku, tapi kedutan demi kedutan kedua kelamin masih terasa walau hanya dengan tempo yang lambat.

Kami saling berpandangan menikmati keindahan hubungan sedarah, melihat wajah ibu yang penuh dengan keringat didahinya ku seka dengan tanganku, ibu pun mengusap-usap keringat di wajahku. Lalu berkata, "ayah... Mamah sayang ayah..." Ucap ibu memegang kedua pipiku.

"Ayah juga sayang mamah... Memek mamah legit banget menjepit kontol ayah..." Balasku pada ibu lalu mengecup keningnya.

"Ihh ayah mah jorok... Bilang memek ke mamah..."

"Gak apa-apa sayang... Biar semakin menantang... Bilang dong kayak ayah barusan, bilang memek sama kontol... Ayo mah..,?" Kataku sambil menekan kontolku yang masih didalam rongga memeknya belum ku lepaskan.

"Malu ihh..."

"Ayo sayang... Mamah sayang kan sama ayah?" Bujukku pada ibu, lalu ibu tersenyum dan membalas rayuanku. Tapi aku dibuat ngilu sebab ketika ibu mengatakan memek dan kontol sambil dijepitnya batang kontolku dengan otot vaginanya sampai berdenyut-denyut.

"Ayahh kontolnya bikin memek mamah muntah... Ayah jahat... Nihh rasain.... Enakkan ayah..?" Kata ibu sambil mempermainkan kontolku didalam memeknya, ughhh!! Aku melenguh keenakan. Tapi aku balas lagi perbuatan ibu dengan menarik lalu menekan sekuat-kuatnya kontolku menghujam dengan cepat menusuk mulut rahimnya PLOK! "AAaaaahhhhh aaayyaaahhh... Jahat ihhh... Nihh rasain" dijepitnya lagi kontolku oleh denyutan otot vagina ibu berkali-kali, hingga birahi kami berdua mulai bangkit lagi dan berlanjut bertarung kelamin lagi. 15 menit kemudian kontolku juga memek ibu berakhir memuntahkan lendir cinta yang meluber keluar melalui celah mulut vaginanya. Kami tertawa puas sudah meluapkan rasa cinta dan melepaskan birahi yang begitu dahsyat! Lalu ketika ku cabut Wow! Memek ibu terlihat becek keluar banyak sekali lendir yang masih keluar, mengalir ke bawah mengenai handuknya.

Setelah melakukan hubungan tabu itu aku dan ibu mandi bersama, dikamar pun saling membantu memakaikan pakaian lalu bercengkrama ngobrol saling berpelukan.

"Ayahh..?" Kata ibu dengan ekspresi manjanya.

"Apa mah...?" Jawabku.

"Nanti kalau ayah pertama datang, mamah panggil apa ke ayah?" Kata ibu yang maksudnya ayah pertama adalah ayahku suami ibuku, sedangkan ayah kedua adalah aku sendiri.

"Kita kembali seperti biasa mah... Manggil Udin dan ibu hehee..."

"Iya iyaa nanti bisa ketahuan kan?"

"Iya dong mah... Ini rahasia kita juga nenek..." Lalu lanjutku, "Oiya mah, tadi ayah ngeluarinnya didalam gimana itu?" Tanyaku pada ibu, sebab aku tidak tahu apa akibatnya jika dikeluarin didalam.

"Ayah sayang...?"

"Apa mah...?"

"Hmmm... Kalau mamah dihamili ayah... Apa ayah akan bertanggungjawab?" Mendengar ucapan ibu aku jadi bersemangat mengatakannya.

"Iya mah pasti ayah akan bertanggungjawab, emang mamah mau dihamili ayah..? Tapi ayah yang mana ya? Kataku pada ibu.

"Ihh... Tentu kamu dong sayang... Masa dihamili sama ayah pertama? Gak mau ahh..!"

"Berarti ayah akan jadi kakak atau bapak sih mah?" Candaku sama ibu.

"Dua-duanya sayang... Jadi kakak sekaligus jadi ayah buat anak-anak kita..." Ucap ibu yang menyenderkan kepalanya didadaku, lalu aku pun memeluknya mencium kepalanya.

"Bu, makasih ya? Ibu mau menjadi istri Udin... " Aku sengaja memanggil nama ibu karena bagaimanapun juga beliau adalah ibu kandungku.

"Sama-sama nak, justru ibu ingin berterima kasih sama kamu karena mau membahagiakan ibu." Jawab ibuku yang menyenderkan kepalanya didadaku.

"Setiap hari sebenarnya Udin selalu ngocok bu, Udin dari dulu pengen ngentot ibu. Tapi Udin gak berani.." tanganku mengusap kepala ibuku. Sejenak ibu terdiam mendengar perkataanku yang terobsesi dengan dirinya.

"Sekarang terkabul kan? Gimana rasanya ngentot ibu nak?" Ucap ibu mengelus kontolku dibalik celana kolor yang ku pakai.

"Udin sangat senang akhirnya ibu bisa Udin entot juga, rasanya enak banget bu.. Udin sepertinya bakalan ketagihan sama rasa legit memek ibu.. apa ibu juga sama?" Tangan ibu lalu meremas batang kontolku lalu menengadah keatas memandangku.

"Ibu baru menyadari kalau kontol kamu membuat memek ibu berdenyut-denyut sayang... Enak banget, ibu merasa gak sanggup bila jauh dari kamu..." Melihat ibu yang menengadah, ku dekati wajahnya dan ku cium bibirnya. Aku dan ibu seperti pengantin baru yang baru kemarin menikah, kami sama-sama menyadari kalau hubungan kami sangatlah terlarang. Tapi, mungkin efek akibat dari kenikmatan incest itulah yang membuat kami terikat.
 
Hingga beberapa Minggu berlalu, bulan terlewatkan akhirnya ibuku positif hamil dan sudah menginjak tiga bulan usia kandungannya. Ayah sangat senang sekali akhirnya ibuku mengandung lagi, tapi ibu pernah berkata kalau anak yang dikandungnya adalah anakku. Sebab seminggu sebelum dan sesudahnya ibuku selalu menolak berhubungan intim dengan ayah, bahkan selalu di KB-nya. Barulah sejak ibu dinyatakan positif hamil setelah dicek menggunakan testpack, ibu mengajak ayah berhubungan badan untuk menutupi proyek besar yang sedang tumbuh didalam rahimnya.

Sebenarnya aku sangat cemburu tatkala ayah sedang menyetubuhi ibu, meskipun yang disetubuhinya adalah istrinya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi memang sudah seharusnya suami istri melakukan hal yang seperti itu. Sekitar jam 12 malam aku tahu mereka berdua sedang beradu kelamin, karena sebelum aku pergi ke dapur, kudengar ayah sedang mengerang entah mungkin sedang keenakan menyetubuhi ibu. Akh! Aku kesal sekali.! Seharusnya ayah pergi saja tinggalkan aku dan ibu berdua saja dirumah ini. Berani sekali dia menyetubuhi ibu disaat aku sedang suasana pengantin baru. Ku intip mereka dilobang kunci pintu yang ditutup rapat ibuku sedang ditindih ayah dan ibu malah merenggangkan pahanya membiarkan ayah leluasa menyerang kelamin ibu. Tiba-tiba rasa benciku terasa menyelimuti hatiku melihat mereka bermesraan dikamar berdua, sedangkan aku hanya mematung melihat manusia sialan itu mengeluarkan spermanya didalam vagina ibuku.

Aku sudah tak tahan lagi lalu pergi ke dapur merenungi kehidupanku, pikiranku, hatiku sudah tak bisa berpikir jernih lagi karena jujur saja kontolku mengeras hebat berkedut-kedut ingin bermandikan lendir memek ibuku.

Disaat sedang duduk dikursi dapur yang didepanku ada meja bundar, lalu diatasnya ada secangkir kopi bekas tadi sore, ku minum habis mendinginkan otakku juga kontolku yang malah semakin mengamuk didalam celana kolorku. Akh! Daripada pusing mikirin mereka bersetubuh, lebih baik aku pergi saja ke rumah nenek. Meskipun jauh dari rumah akan ku tempuh daripada harus coli bikin tanganku pegal saja.

Melalui pintu belakang aku keluar dari rumah, lalu pergi menuju rumah nenek yang sebenarnya lumayan jauh. Diperjalanan aku hanya melihat beberapa anak-anak yang masih bermain kejar-kejaran, ada juga orang tua yang mengawasi anak-anaknya. Satu diantara orangtua yang berkumpul menanya kepadaku mau kemana? Aku menjawab singkat berusaha menjaga ekspresi wajah ramah agar mereka tak mengira aku sedang menahan perasaan sange yang luar biasa!.

Setelah mengobrol beberapa menit, aku ijin pamit pada mereka karena akan ke rumah nenek. Langkahku sedikit lebih ku percepat agar cepat sampai ke rumah nenekku. Semoga saja nenek belum tidur karena aku harus sesegera mungkin menyatukan kelamin dengan nenek.

Akhirnya, sampailah saya didepan pintu rumah nenekku lalu ku ketuk pintunya yang terbuat dari papan kayu. Tok tok tok!

"Assalamualaikum nek? Ini Udin nek..?!" Setelah dua kali mengatakan salam, barulah ada jawaban dari dalam yang tidak lain adalah suara nenekku.

"Waalaikumsalam. Udin, kamukah itu nak?" Sahut nenek dari dalam, terdengar dari balik pintu nenek membuka kunci dan terbukalah pintunya.

"Nek..?" Aku tersenyum kepada nenek lalu dipersilahkan aku masuk oleh nenek.

"Dinn? Masuk sayang... Nenek lagi kesepian dikamar sendirian..." Ucap nenek setelah menutup pintu lalu memelukku. Dalam keadaan saling berpelukan didekat pintu itulah aku meremas pantat nenekku yang bahenol.

"Nek, Udin pengen ngentot nih... Dirumah ayah sama ibu lagi ngentot nek, Udin kesel ibu mau aja dientot ayah nek..?" Kataku melampiaskan kekesalan yang sudah mendongkol dihatiku.

"Terus ibu kamu diam aja Din? Dientot bapak kamu?" Ucap nenek sambil mengelus kepalaku cucu kesayangannya sekaligus suami mudanya.

"Iya nek... Soalnya ibu lagi hamil nek... Anak Udin... Ibu memang sengaja dientot ayah supaya janin dalam kandungannya disangka anak ayah nek... Tapi tetap aja Udin gak rela ibu dientot ayah..." Kataku kesal.

"Ibumu sudah hamil anak kamu Din?"

"Iyaa nek... Nenek akan punya cucu lagi nek dari Udin.."

"Alhamdulillah, akhirnya kamu berhasil ngentot ibumu Din... Nenek ikut senang mendengarnya... Ya udah, biarin saja ayah kamu ngentot ibumu, yang penting tetangga jangan sampai tahu rahasia ini Din..?"

"Iya sihh nek... Nek?"

"Apa Din?"

"Ngentot yuk nek? Udin udah gak tahan pengen ngentot nenek..." Kataku sambil meraba memek nenekku.

"Ke kamar nenek yuk? Memek nenek juga perasaan dari sore berdenyut-denyut merindukan kontol kamu sayang..."

"Sama dong nek? Sini Udin pangku nenek.. kita ke kamar.." ku pangku nenekku yang hanya memakai kain sarung dan kutang yang melekat ditubuhnya. Sambil memangku nenek menuju kamarnya, kontolku rasanya sangat bahagia sekali karena malam ini akan bermandikan lendir nenek, aku pun tentunya ikut bahagia karena memek nenek menjadi wadah pembuangan spermaku yang selalu saja terasa penuh.

Setelah kami berdua berada didalam kamar, ku rebahkan nenek lalu ku buka semua yang melekat di tubuhku, sehingga aku didepan nenek telanjang bulat dengan kontol mengeras menunjuk sombong nenek yang terlentang.

Aku naik keatas ranjangnya lalu melepaskan kain sarungnya, kutangnya. Juga tak lupa ku plorotin kancutnya dan terlihatlah didepan mataku nenek sudah bugil, dengan tanpa rasa malu atau canggung lagi nenek memperlihatkan tubuh keriputnya yang mulus agar segera dinikmati olehku.

"Ayo Din entot nenek... Jangan malu-malu sama nenek, semua yang nenek miliki buat kamu Din..."

"Iya nek, makasih ya nek? Tuh lihat kontol Udin udah ngacung begini pengen segera beradu kelamin dengan memek nenek."

"Duhh! Kasian cucu nenek..."

"Iya nek, kasian cucu nenek pengen ngentot malah ngeliatin yang lagi ngentot nek... Nek, jilatin dulu kontol Udin, dikulum dulu ya nek?" Bujukku pada nenek yang terlentang.

"Sini serahkan semuanya sama nenek, biar kontol kamu nenek hangatkan dulu..." Lalu aku dudukkan nenekku terus sambil berdiri dengan sedikit kuda-kuda ku arahkan kontolku ke mulut nenek. Aahhh! Nenek pun mulai menjilatinya sampai batangnya berlumuran ludahnya. Setelah basah semua batang kontolku, dengan perlahan kepalanya oleh nenek dimasukan ke mulutnya lalu lidah nenek memutar-mutar mengelus ujung kontolku sampai aku terasa ngilu. Ku biarkan nenek berkuasa menikmati kontolku dengan caranya sendiri, meskipun begitu rupanya nenek memang pandai memanjakan kontolku yang semakin mengeras tatkala nenek menghisap ujung kontolku. "Ugh! Nenek hebat! Enak banget tadi pas dihisap nek..." Kataku sambil merasakan kontolku berkedut-kedut. Semakin lama nenek mulai menenggelamkan kontolku kedalam mulutnya, sampai nenek terus memaksa memajukan hingga bibir nenek mengenai pangkal kontolku lalu ditariknya lagi. Setelah itu nenek terus mengulangi seperti yang tadi memajukan sampai mentok, hingga ujung torpedoku mengenai tenggorokannya dan menghisapnya kuat-kuat. Saking nikmat bercampur ngilunya aku pegang kepala nenekku, aku tarik kontolku lalu nenek menghisapnya lagi. Terus seperti itu sampai aku merasa puas sekali nenekku ini memang ternyata wanita jalang yang pandai memuaskan lelaki.

Jika kelamaan bisa-bisa aku jebol didalam mulut nenek, aku tidak mau keluar sekarang karena incaranku adalah hisapan memeknya yang legit menjepit, disitulah aku akan memuntahkannya.

"Udah nek... Nanti keluar... Spermanya buat memek nenek dulu ya sayang...?" Kataku kepada nenek sambil mengelus kepalanya. Lalu nenek pun melepaskannya dan wow! Sampai basah semua kontolku ini oleh ludah nenek, urat-uratnya sampai keluar melingkar gara-gara servisan mulut nenek.

Sambil berbenah diri untuk tiduran menyambutku, nenek mengangkang kan kedua pahanya. Melihat nenek yang begitu perhatiannya padaku membuatku merasa terharu.

"Nek.. nenek pengertian banget sama Udin, tak disuruh pun nenek menyambutku dengan hangatnya. Semoga nenek panjang umur nek.." Aku rayu nenekku agar semakin mencintaiku. Sebenarnya aku pun bingung yang ku rasakan ini cinta atau nafsuku saja? Soalnya nenek tak cantik-cantik amat. Juga bagiku nenek biasa saja tak ada yang spesial. Hanya saja aku sangat menghargai nenek atas usahanya mau menolongku menjadi tempat pembuangan sperma cucu kesayangannya, yaitu aku sendiri.

"Makasih sayang doanya, nenek kan melakukan ini demi menolongmu dari onani.. ditambah hati nenek sangat mencintaimu. Semoga kebaikan nenek dibalas Tuhan, karena nenek niatkan ini untuk menolong sesama sayang.." ucap nenek yang sekarang sudah siap-siap menyatukan kelamin denganku.

"Amin nek... Udin masukin ya kontolnya..?" Kataku yang sudah mempertemukan dan menempelkan kedua kelamin.


"Iyaa masukin sayang... Setubuhi nenekmu ini... Aahhh..." Kontolku yang berurat menembus mulut memek nenek dan terus menyeruak lipatan-lipatan daging lembutnya Bleeeessskkk! Ugh! Akhirnya damailah perasaanku setelah menyatukan kelamin dengan nenek. Lalu ku tindih nenek dan mulai menggenjotnya dengan ritme yang sangat pelan, aku ingin menikmati setiap centi lobang kehangatan dari memeknya yang seperti menghisap dengan kuat.

"Aahhh... Aaaahhh... Ooohh nekk... Memekmu legit banget nek...uuuhhhggghhh...!" Kontolku tenggelam sempurna ke dasar memeknya, mengembang mengisi setiap sudut rongganya. Ku tarik sampai tersisa kepalanya lalu ku hantam lagi sampai amblas semuanya ditelan memek nenekku.
Plok..plok..plok..!!! Suara selangkangan yang saling beradu mengisi ruangan kamar nenek, deratan ranjang besi pun terdengar jelas karena bergesekan dengan lantai. Juga kedua kelamin yang saling bertemu rindu terdengar becek mengiringi persetubuhanku dengan nenek.

Rasa kesal yang kubawa dari rumah akhirnya bisa terobati oleh memek nenekku, memek yang menolongku disaat dulu awal pertama menjadi tempat pelepasan hasrat seksualku. Sekarang masih konsisten menolongku dengan kerelaan hati mau menampung sperma yang dimuntahkan kontolku.

Ku peluk erat nenekku karena rasa haru dan senang, dialah pahlawan veteranku yang masih berguna untuk menenangkan nafsuku yang bergejolak.

Tubuh kami berdua sudah terasa hangat dan mengeluarkan keringat, kontolku beberapa saat lagi akan mengalami detik-detik memuntahkan cairan sperma yang terasa menggumpal dan mulai siap menerjang pertahananku.

Seperti biasa aku menunggu nenek mengeluarkan orgasmenya, karena sepertinya tidak adil kalau persetubuhan ini hanya aku saja yang menikmatinya. Agar lebih cepat nenek mendapatkan kenikmatan itu, aku rangsang lehernya dengan gigitanku, jilatan juga hisapan yang membuat kulit lehernya memerah. Tak luput juga payudaranya yang sudah tak kencang lagi tapi masih indah dipandang mata, terasa empuk seperti balon yang diisi air. Ohh nenek...

Akhirnya yang ditunggu pun datang... Nenek mengunci pinggangku agar jangan dilepas dan memelukku agar aku jangan jauh dari tubuhnya.

"Diiinnn... Nenekk mau ... Sampaii sayang... Aahhhh... Terusss sayang keluarin... Didalam lagi...." Pinta nenek kepadaku yang sepertinya akan mendapatkan orgasmenya.

"Iya nekkk... Udin juga mmaauu keluar nihh... Aaah.. ahhh..." Kontolku menghujam berkali-kali seperti mengoyak bagian dalam memek nenekku, nenek sempat mencakar punggungku ketika aku semakin mempercepat tusukanku, sedangkan aku menggigit leher nenekku sambil kuhisap kulitnya. "Aaahhh... Aahhhh...!" Suara desahan nenek terdengar ditelingaku. Persetubuhan ini benar-benar amat luar biasa efeknya, seakan kami melupakan siapa kami dan tak takut suara desahan nenek terdengar keluar. Padahal biasanya dimalam hari suasana kampung pasti sunyi senyap yang ada hanya suara jangkrik atau katak sawah yang sedang kawin.

Aku dan nenek mulai gelisah, karena dari sikap kami berdua sudah terlihat tanda-tanda akan menyambut detik-detik kenikmatan yang ditunggu-tunggu setiap akhir persetubuhan.

Perasaan itu semakin mendekat menghampiri kami, kenikmatan yang sangat luar biasa yang terus menjalar dari kontolku menyebar kesemua syaraf-syarafku. Nenek sudah tidak terlihat seperti nenekku yang kulihat alim dan sangat menjauhi maksiat, tapi dilihat-lihat sudah seperti wanita lacur yang mangkal dijalanan dikampung tetanggaku.

"Aahhhh... Dinnn nenek sampai sayangg... Aahhhhhhh...!!" Ucap nenek yang kurasakan kontolku terasa dijepitnya, lalu ada seperti air bah yang jebol dari memeknya Nyut! Nyut! Nyut! Memek nenek berdenyut kuat sampai kontolku ikut jebol gara-gara dihisap memeknya. CRROOOOOOOTTTT.... CCCRRRRROOOTTTTTTTT.... CCCCRRRROOOOTTTTTT.....! "Aaahhhhhhhh... Neeeekkkkk....!!!" Kami sama-sama melepaskan orgasme secara bersamaan. Lendir nenek juga cairan spermaku beradu didalam memeknya. Semburan demi semburan sperma kental terus keluar seperti lumpur Lapindo yang muncrat keatas bermeter-meter, karena saking kerasnya semburan itu membuat nenekku tak bisa menenangkan diri seperti kesurupan. Aku dekap nenekku agar tenang, karena aku juga sedang melepaskan spermaku didalam rahimnya, aku tak mau spermaku terbuang sia-sia. Harapanku ingin spermaku tetap berada didalam rahim nenek, meskipun aku tahu, setiap ku cabut pasti keluar banyak lelehan dari mulut memeknya.

Perasaanku, pikiranku seakan berada diatas gunung yang tinggi dikelilingi awan putih, melayang seperti burung terbang bebas menikmati indahnya alam. Benar-benar sungguh dahsyat ngentot dengan nenek, meskipun sudah tidak muda lagi tapi jepitan memeknya membuat kontolku muntah-muntah dibuatnya.

Akhirnya aku ambruk diatas tubuh nenek sambil sama-sama ngos-ngosan, lalu dengan sendirinya kontolku terlepas dari memek nenek. Aku tak sempat melihat bagaimana keluarnya lendir yang sudah bercampur itu meleleh, tubuhku terasa lemas karena sepertinya banyak sekali sperma yang keluar dari tubuhku berpindah ke dalam tubuh nenekku.

Setelah mengatur nafas dan memulihkan tenaga yang terkuras, aku turun dari atas tubuh nenek dan memeluknya.

"Makasih nek atas memeknya..."

"Sama-sama sayang... Kamu nginep disini kan?" Ucap nenek.

"Iya nek.. pulang pun percuma kalau mereka lagi ngentot... Udin sama nenek aja dulu, nanti subuh kalau pengen lagi tinggal naik nek..." Jawabku tanpa rasa malu.

"Kalau kamu pengen ngentot nenek jangan sungkan untuk nemui nenek ya...?"

"Siap sayang..."

"Tapi nenek sedih Din, nenek sudah tidak bisa memberikan keturunan. Soalnya nenek sudah menopause tak mungkin hamil, padahal nenek ingin sekali punya keturunan dari hubungan kita ini...."

"Gak apa-apa nek, jangan sedih. Kan ibu sekarang sedang hamil anak Udin, jadi nenek akan punya cucu dari anak Udin nek..."

"Iya ya, hamili terus ibumu Din, buat anak yang banyak kasih nenek cucu yang banyak..."

"Tentu pasti akan ku hamili ibu berkali-kali nek..." Setelah ngobrol lama akhirnya kami pun tertidur saling berpelukan.
*
*
*
*
*
Paginya aku dan nenek sudah bangun, mandi dan sarapan. Kami makan seadanya hanya ada nasi, ikan asin, sambel terasi juga lalap. Tapi kehidupan ini aku syukuri karena diluar sana belum tentu bisa makan seperti yang kami makan.

Setelah kami makan, kira-kira pukul 7 pagi aku dikejutkan oleh kedatangan ibu yang datang ke rumah nenek dengan menangis memelukku.

"Ibu kenapa menangis bu?" Kataku bingung.

"Maafin ibu sayang..." Ucap ibu terbata-bata. Disitu ada nenek yang melihat kami berpelukan. Lalu ibu menatapku dengan berurai air mata dan berkata, "ibu tahu kamu ngintip ibu sama ayah sedang ngentot kan?"

"Ibu tahu dari mana kalau Udin ngintip bu?" Aku tak memanggil ibuku mamah sebab bukan sedang bersetubuh atau dirumah berdua bersamanya.

"Ketika ibu sedang disetubuhi ayahmu, ibu merasa ada kamu dibalik pintu nak, lalu ibu menoleh kearah lobang kunci.. ibu lihat sepasang mata sedang melihat ibu.. ibu sedih kamu pasti sendirian dikamar... Tatkala ayahmu udah ejakulasi ibu cepat ke kamar mandi membersihkan memek ibu, ketika ibu ke kamarmu kamu sudah tidak ada.. maafin ibu ya sayang...??!" Ucap ibu berurai air mata dilahunanku. Melihat ibuku menangis, aku jadi serba salah. Kenapa aku harus cemburu melihat ibu berhubungan badan dengan ayah? Tiba-tiba hatiku lembut kembali lalu berusaha menghilangkan perasaan itu meskipun aku tak bisa.

"Sudah bu, memang Udin cemburu melihat ibu mengangkangkan paha ibu untuk ayah, tapi Udin sadar kalau ibu dan ayah kan suami istri. Sedangkan Udin... Siapa? Hanya anak ibu..." Ketika kalimat itu terucap ibuku menamparku PLAK! Lalu ditambah memukul mukul dadaku berkali-kali.

"Jadi kamu anggap ibu apa din?!!! Ibu juga terpaksa melayani ayah kamu... kalau bukan demi menutupi aib ini, ibu gak mau lagi disetubuhi ayahmu! Kamu gak ngerti perasaan ibu! " Melihat ibu marah, langsung ku peluk ibuku sebisa mungkin berusaha menenangkannya. Aku membungkuk memeluknya karena ibu berada dibawah. Sedangkan nenek juga berusaha menghampiri kami lalu mengusap punggungnya ibu.

"Wati, maksud putramu bukan seperti itu.. Udin sangat mencintaimu semalam Udin cerita ke ibu kalau kamu ngangkang begitu lebar seakan masih menerima suamimu, katanya gak cinta.." ucap nenek kepada ibu yang menangis memeluk kakiku, sedangkan aku duduk dikursi kayu.

"Maafin Udin bu, Udin sayang ibu... Memang salah Udin kenapa harus mengintip ibu disaat ibu disetubuhi ayah... Udin akan selalu bersama ibu, maafin ya sayang...?" Kataku sambil mengusap air matanya yang membasahi pipi ibuku. Akhirnya ibu kembali tenang setelah beberapa kali aku bujuk dan memuji ibuku. Ibu masih memeluk kakiku dengan menyenderkan pipinya dipahaku sambil sesenggukan sisa dari tangisan tadi. Aku menyadari betapa ibuku sangat mencintaiku. Apa yang sudah ku perbuat sehingga ibuku begitu amat sangat khawatir denganku? Takut menyakitiku. Padahal ibu seharusnya takut dengan ayah, karena memang ibu dan ayah adalah suami istri yang sah. Sedangkan aku dan ibu hanya dinikahkan oleh nenek, jika dilihat lewat kacamata adat istiadat perbuatan kami sudah sangatlah tabu, apalagi dilihat dari segi agamanya. Tapi yang namanya cinta memang buta, meski cinta kami tabu, tetap saja aku dan ibu termasuk juga nenek sudah tak memandang larangan itu.

"Sayang...? Ibu harus bagaimana? Bercerai dengan ayahmu agar kamu gak cemburu lagi?" Ucap ibu memandangku.

"Astaghfirullah bu, jangan! Jangan bercerai ya? Kasihan ayah, Udin rela kok memek ibu milik aku dan ayah..."

"Tapi sayang.. kamu tau gak? Memek ibu lebih senang kalau kamu yang selalu mengunjunginya, ibu pun lebih suka kamu yang ngentotin ibu nak..." Ucap ibu yang memasang wajah sedihnya. Melihat ibu yang wajahnya berada diantara pahaku, pikiran mesum menghampiriku disertai kontolku yang mengeras. Rupanya ibu dan nenek menyadari itu lalu mereka tersenyum.

"Bu? Nenek? Kalian sayang Udin kan?" Ibu dan nenek saling berpandangan lalu kompak menatapku.

"Kami sayang kamu Din.." ibu dan nenek berkata berbarengan.

"Udin ingin membuktikan perkataan nenek dan ibu, boleh?" Tegasku pada mereka.

"Boleh..." Ucap mereka berdua.

Lalu aku melorotkan celanaku dan terlihatlah kontolku yang mengeras berdenyut-denyut bahkan lebih tegang dari biasanya.

"Udin ingin berbagi kesenangan ibu juga nenek mengocok kontol Udin pake mulut gimana? Kalau gak mau Udin masukan lagi gak maksa.." ucapku menggertak mereka, padahal aku sebenarnya ingin mereka mau melakukannya. Resiko ucapanku ini mungkin akan membuat diantara ibu dan nenek merasa malu atau memarahiku. Tapi apa yang terjadi? Mereka kompak memegang batang kontolku dengan perasaan bahagia, bagaikan seorang pemain sepak bola yang begitu bangganya memegang piala kemenangan.

"Nenek tutup dulu pintunya ya? Takut ada yang masuk.." ucap nenek sambil beranjak menuju pintu depan lalu menguncinya. Nenek pun balik lagi memegang megang kontolku.

"Mak, emak duluan yang kontol Udin ya?" Kata ibu yang mempersilahkan ibunya alias nenekku mengulum penisku. Lalu ibu membuka kebayanya melepas BHnya dan menyodorkan dua buah payudaranya kepadaku.

"Nyusu dulu sayang yaa...?" Ucap ibu dengan rasa keibuannya memberikan dua buah payudaranya kepadaku. Aku pun langsung netek di payudara ibu sambil menggenggamnya, lalu ibu memegang kepalaku sambil mengusap-usap dengan rasa sayangnya. Sedangkan nenek begitu lahapnya menghisap, menjilati kontolku dengan penuh nafsu. Padahal semalam aku dan nenek sampai terkulai lemas bermain dua pertandingan malam dan subuhnya. Tapi entah ada kekuatan dari mana kami seperti diselimuti kekuatan gaib yang seakan mengelilingi kami bertiga.

Birahi yang ada pada kami pun terlihat berbeda dari biasanya, semakin lama semakin terasa panas menjalar ke setiap tubuh kami. Aku merasakan itu semua seakan ada sinyal yang merasuk kedalam diriku kalau ibu dan nenekku sedang dikuasai nafsu birahinya. Aku tak menyangka nenekku juga ibuku begitu kompak menjadi pemuasku, aku dan mereka tak memperdulikan rasa malu lagi atau status sebagai anak, ibu dan nenek. Kami benar-benar sangat senang hati melakukan perzinahan yang benar-benar sangat berat resikonya dalam agama kami, berzina dengan dengan yang bukan keluarga memang berat, tapi dengan ibu dan nenek sudah melampaui batas kewajaran. Resiko yang berat memang sebanding dengan kenikmatan yang didapatkan, kami sudah seperti satu tubuh yang saling merasakan akan kehausan birahi yang mengikat jiwa kami. Rasanya memang luar biasa, kami begitu liar dan tak terkendali. Ibuku juga nenekku masing-masing membuka baju dan celananya, mereka kini sudah sama-sama bugil tak berbusana. Ibu pun menarik kaosku sedangkan nenek melepaskan celanaku.

Saat aku berciuman dengan ibuku, tanganku meraba memeknya dari depan lalu meremas-remasnya sampai jari tengahku masuk mengorek lobang memek ibuku.

"Aahhh... Aahhh... Eemmmhhh... Sayang mah nakal ihh sama mamah.... Aahhh..." Ucap ibu yang dengan manjanya mengatakan itu sambil menggeliat.

"Tapi suka kan mah..?" Kataku sambil menekuk jari tengahku didalam memeknya.

"Heheemmhhh suka ayahhh... Uugh!" Ibuku semakin bergairah dan semakin merapatkan tubuhnya denganku, lalu ibu berganti posisi dari samping langsung berdiri mengangkangkan kakinya dan mendekatkan memeknya ke wajahku. Aku yang mendapat kehormatan itu langsung mencium dan menjilati memeknya, disaat yang sama kontolku dihisap kuat oleh nenek, saat itu juga aku kebawa menghisap memek ibuku kuat-kuat mengorek isinya dengan lidah dan merasakan cairan nikmat dari mulut memeknya.

Setelah puas memanaskan birahi ibuku, kini giliran nenekku menjilati memeknya sedangkan ibu langsung saja memasukkan kontolku kedalam mulutnya melanjutkan nenek yang barusan mengoralku.

Dari memek yang kencang dan tembem beralih ke memek yang agak keriput tapi terasa sama-sama nikmat, meskipun jujur aku lebih suka memeknya ibu daripada nenekku.

Beberapa menit berlalu kami saling rangsang dan melakukan pemanasan, kini aku menyuruh nenek untuk rebahan dilantai ruang tengah yang beralaskan tikar. Lalu aku melebarkan kedua kakinya dan langsung memasukkan kontolku kedalam memek nenekku. Tatkala batang kontolku dengan perlahan menyeruak bibir memek nenek saat itu pula aku dan nenek melengung merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa nikmatnya. Sedangkan ibu mengusap-usap kepalaku seperti menyemangatiku ketika aku sedang menyetubuhi nenekku.

Lalu setelah itu giliran ibu ku suruh rebahan di atas tikar dan aku pun menyetubuhinya dengan lebih liar sebagai balas dendam karena sudah berani-beraninya mengangkangkan kakinya kepada ayah. Crok! Crok! Crok! Suara memek masah berlendir mengeluarkan suara becek seperti cucian yang di obok-obok didalam ember yang berair.

Aku masih bisa menindih ibuku, tapi tetap hati-hati karena takut janin didalam perutnya ketindih. Plok! Plok! Plok! Suara-suara itu benar-benar merdu sekali menghiasi ruangan tengah rumah nenek. Kami tidak memikirkan apapun yang akan terjadi jika ada orang yang datang atau ada yang mendengar kegaduhan dari dalam keluar. Beruntungnya aku punya dua memek yang menjadi tempat menabur benihku, meskipun ladang milik ibu subur sudah bertunas dan yang punya nenek sudah tak bisa ditanami rahimnya. Keduanya sangat aku cintai karena bagaimanapun juga mereka sudah berjuang menyelamatkanku dari onani menjadi berhubungan badan mereka.

Tibalah saatnya aku melepaskan cairan cintaku, aku cabut kontolku dari memek ibu lalu aku berdiri dan ku suruh mereka berdua jongkok didepan batang kontolku yang aku kocok. Ibu dan nenek memengang kakiku dan menganga sembari menjulurkan lidah seperti anjing minta ngentot. Kedua pipi ibu dan nenek saling berdekatan menunggu cairan surgawi memberkati mereka. Aku dengan senang hati menanti detik-detik yang sangat kami tunggu-tunggu. Perasaan ngilu dan nikmat mulai menyelimuti seluruh batang kontolku. Aku kasih aba-aba kepada mereka bahwa aku akan memberkatinya.

"Aahhh.. istri-istriku terimalah kasih sayangku ini..." Crrooottttttt! Cccrroootttt...! Ccccrrrroooootttt!!! Kontolku menyembur dengan derasnya menyemprot wajah-wajah ibu dan nenekku secara bergantian, ku lihat mereka tertawa bahagia sambil memejamkan mata menerima muntahan kasih sayangku. Setelah itu spermaku dijadikan cuci muka wajah mereka seperti sedang memakai luluran wajah. Ugh! Sungguh bahagianya hatiku menyatukan dua kelamin yang berbeda, yaitu nenek dan ibu bersatu meraih kenikmatan bersamaku.

Lalu masing-masing dengan kerelaan hati bergiliran menjilati kontolku, kadang ibu menjilati batangnya sedangkan nenek mengemut kantung menyanku. Aku usap-usap kedua kepala mereka sambil memujinya.

"Kalian berdua yang akur ya... Nenek, ibu, makasih kalian mau kan menjadi istriku...?" Kataku pada mereka berdua.

Lalu ibu dan nenek melepaskan kontolku dan serempak menjawab, "kami mau sayang...!" Terus mereka mengemut kontolku lagi dengan suka citanya.

Kebiasaan onaniku sudah tak akan aku lakukan lagi, kini aku punya nenek dan ibuku yang menjadi penampung spermaku.

Hingga ibu melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik, betapa bahagianya kami. Entah bayi itu berstatus sebagai anakku atau adikku, yang jelas aku sudah membuat mereka bahagia. Ketika ku pangku anakku tiba-tiba setan mengilhamkan kepadaku, "Tunggu sampai saatnya tiba buatlah keturunan dari anakmu..!" Bisikan itu mengatakan itu.

Aku pun tersenyum menyeringai melihat masa depan anakku akan menjadi istriku.

***[Tamat]***
 
Sekian cerita receh dari saya, banyak sekali kekurangannya dari segi apapun semoga terhibur.

Terimakasih om Mimin, momod juga semua para suhu semua yang kebetulan mampir sehat selalu.

Ijinkan saya untuk menulis kisah selanjutnya. :nulis::ampun:

makasih suhu @Mr_Boy yang sudah berbagi cerita ini, menarik dan menggairahkan, ditunggu cerita-cerita baru yang lainnya

tetap berkarya dan sehat selalu :beer:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd