Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule ganteng di kosan cewek (Remake edition)

Episode 16 Penggalan kisah masa lalu





Della (Anak kos, mahasiswa)


POV Della


“Landa… bangun, sudah pagi!” Aku coba bangunkan adik sepupuku. Eh, masih aja tidur. Mana tidurnya bugil lagi… kayaknya ada yang aneh! Tubuhnya bau lain… gak tauh bau apa.


Aku penasaran, Landa masuk kamar sudah tengah malam. Kayaknya ada sesuatu yang terjadi. Aku coba cari baju yang dipake Landa tadi malam, eh gak ada di tempat baju kotor, malah gak ada sama sekali di kamar. Apa dia masuk kamar sudah bugil?


Ih… anak ini memang sudah berubah banyak, tepatnya sejak lima bulan lalu waktu ia mulai pacaran sama mahasiswa. Sejak itu gak bisa keluar kamar tanpa make up. Koleksi bajunya juga sudah yang seksi-seksi dan suka banget dekat-dekat cowok. Malah aku ingat ia sempat bawa cowok ke kamar, untung Naya sama pembantu-pembantu lain gak tauh.


Aku teringat ketika pulang melihat Landa sudah terbaring di tempat tidur dan ditindih oleh cowok itu. Daster yang dikenakannya sudah tidak keruan, dan kayaknya Landa tidak pake bra, sehingga toket satunya juga sudah nongol.


Mereka berciuman dengan panas sambil toket dan pantatnya digrepe-grepe. Saya sempat ngintip dan penasaran apa yang diperbuat. Sayang tidak lama, Landa melihat pintu terbuka dan segera bangun.


Yang paling disesalkan kenapa aku gak bisa marah eh malah sempat terangsang melihat mereka. Landa itu adik sepupuku dan kami sangat dekat. Kenapa aku tidak menegurnya?


“Landa! Bangun dong? Ingat kita mau ikutan dengan rombongan Naya ke pasar dan ke mall hari ini?” Anak itu masih tidur tidak tahu diri.


“Shaun… ayo sayang, entot aku lagi!” Landa mengigau dalam tidurnya.


“Astaga!” Apa semalam ia ML dengan Shaun?


Aku jadi penasaran, dan aku harus menemukan jawabannya. Tak sadar aku keluar kamar menuju sofa tempat nonton, dan alangkah kagetnya aku menemukan daster Landa dan CDnya berada di samping sofa yang penuh dengan tanda-tanda dipakai ML.


"OMG Landa!”


Aku yakin sekali ini semua perbuatan sepupuku. Berarti dia sempat main-main dengan cowok bule itu. Berani sekali! Apa ia gak tahu kalo itu pacarnya Naya, pemilik kos ini?


Tadi malam aja kelakuannya binal, ia terus menggoda cowok itu. Padahal baru aja kenalan. Aku bisa melihat pandangan Naya yang merasa tidak enak. Dan aku sempat menegur Landa, tapi tidak digubrisnya.


Memang sih cowok itu ganteng… macho lagi. Pastilah cewek-cewek berkerumun. Tapi cowok itu kan pacarnya Naya? aku sempat melihat kemesraan keduanya kemarin. Apa Landa mau main api dengan orang yang membantu kami mendapatkan tempat tinggal sebaik ini?


Aku benar-benar jadi gak enak, apa lagi Naya sangat baik pada kami. Ia udah kasih diskon karena kami berasal dari keluarga kurang mampu dari kampung. Aku sempat tanya-tanya harga kamar, dan aku tahu kalo ia bermaksud menolong kami. Ia juga mengerti kalo kami ngutang dulu karena orang tua belum panen. Malah ia beberapa kali memberikan projek buat aku kerjakan, untuk menutupi biaya kos.


Dan sekarang sepupuku hendak menggoda pacarnya.


Duh… anak itu harus diajar dulu.


“Eh, Della kan?”


“Hi Kak Edo…!”


“Kamu yang waktu ospek itu kan?”


“Iya kak, makasih yah atas bantuannya.”


“Kamu tinggal disini?”


Aku gugup sekali. Cowok yang ku kagumi tiba-tiba muncul didepanku.


“Eh iya kak…”


“Minta dong no hape kamu…!”


Aku segera memberikan nomorku dan dicatat di hapenya. Aku jadi berandai-andai. Apa ia akan telpon aku?


“Edo…!” Tiba-tiba terdengar suara gadis dari lantai bawah.


“Eh permisi dulu yah!” Edo langsung ke bawah.


Aku hanya bisa gigit jari. Apa itu pacarnya?


-----





POV Edo


Pagi ini aku bangun dengan segar... yah, hari ini adalah hari pertama aku lepaskan gelar perjaka yang selama ini ku sandang. Akhirnya aku bisa rasakan yang namanya surga dunia.


Brenda udah bangun belon? Kayaknya belum... ia masih terkapar enak. Wajahnya kelihatan cantik sekali, ada aura yang lain disana... bayangan kelelahan tapi puas. Mungkin ini yang orang bilang cewek yang puas semalam akan jadi sangat cantik paginya.


Aku kecup alis kirinya dan pipinya sekalian. Brenda buka mata dengan senyum... ah rasanya di awan-awan. Kayak pengantin baru yang lagi honeymoon. Sayang kami gak ada waktu lagi... kalo tidak udah kuhajar lagi memeknya seperti semalam. Seperti wanita lain, habis bangun ia langsung cari kamar mandi.


Brenda sangat cantik, mungkin dapat bersaing dengan Titien idolaku dari dulu, eh Naya juga cantik sih. Selain itu Brenda juga seksi dan memiliki lekuk tubuh yang ideal... eh seperti Titien. Aku masih ingat jelas tubuh telanjang Titien beberapa bulan lalu di kos lama nya. Hampir saja idola kampus itu menjadi milikku, apalagi ia masih perawan... sayang bisa lepas!


Sudah lama aku kangen toketnya, eh tadi malam kesampaian juga. Sayang ada Brian, kalo tidak sudah ku grepe dan kenyot kayak waktu lalu. Mujur benar Brian bisa menikmati bunga kampus itu, apa mereka sudah gituan yah? Ato Titien masih menghindar terus seperti yang diperbuat padaku.


Sebenarnya aku menyukai Titien sejak SMA, sayang ia jadian dengan teman baikku, Nando. Padahal aku tahu Nando itu orangnya sangat pemalu, apalagi menghadapi cewek. Aku sempat kasih kesempatan 3 minggu bagi Nando PDKT ke Titien, setelah itu giliranku. Bayangkan aja, sudah mo habis waktu, Nando belum nembak juga. Eh... mujur benar ia sempat jadian waktu hari terakhir. Apes deh nasibku...


Aku maklum aja mereka jadian, Nando kan ganteng terus pinter lagi. Lagian memang Nando yang pertama kenal dengan Titien, dikenalin sepupu Titien, Anita yang juga teman sekampung dari Nando.


Eh tapi aku berterima kasih juga kok ke Nando, yang sempat show tubuh molek Titien kepadaku... hehehe. Karena Nando juga aku mengenal Naya, si imut begal itu yang adalah adik kandungnya. Walau ia tidak pernah menyatakan menerima cintaku, tapi ia menganggapku TTM, hehehe. Aku bangga lho bisa mendapatkan ciuman pertamanya.


Eh, sebenarnya aku udah pernah juga lihat tubuh telanjang Naya, eh malah hampir ML lagi kalo Titien tidak keburu datang. Sejak itu Naya mulai jaga jarak denganku. Naya..Naya, gadis itu sangat cantik dan menggoda. Walaupun kelihatan mungil, tapi tubuhnya juga sangat indah dan padat. Toket kecilnya juga sangat menantang. Jadi ingat masa lalu ah…


Maaf yah Brenda ... pagi-pagi aku sudah melamun.


Aku langsung pergi ke dapur untuk menyeduh air panas. Eh, siapa itu? Aku melihat seorang gadis cantik berada di lobby lantai 2. Dengan segera aku naik keatas dan menemuinya.


Eh, tunggu. Aku mengenalnya… ia gadis yang sempat menarik perhatianku waktu ospek barusan.


“Eh, Della kan?”


“Hi Kak Edo…!”


“Kamu yang waktu ospek itu kan?”


“Iya kak, makasih yah atas bantuannya.”


“Kamu tinggal disini?”


Aku kaget sekali, sudah lama aku mencarinya dan baru sekarang ketemu lagi.


“Eh iya kak…”


“Minta dong no hape kamu…!”


Ia memberinya… aku merasa bahagia.


“Edo…!” Seseorang memanggilku, itu pasti Brenda. Yah ampun, nanti Della pikir apa lagi.


“Eh permisi dulu yah!” Aku segera turun.


Ihhh… sayang sekali waktunya gak pas.


——-





Titien





Naya





POV Titien


Astaga apa yang ku lakukan? Sudah lihat orang lagi ngentot aku cuek aja mendekat. Eh... kenapa aku biarin Shaun semprot pejuh di wajah? Aku juga bingung kok diam aja toketku grepe. Si bule gila itu emang keterlaluan, pake-pake ML dengan Landa di ruang nonton segala. Apa ia mau show off ke Naya?


“Ihhh… Gila cowok itu!” Aku teriak di kamar mandi waktu cuci muka. Mana banyak lagi pejuhnya ini! Naya asik liat-liat kelakuanku dari pintu kamar mandi sambil bertanya-tanya.


Ih… kenapa aku bisa bloon gini?


Aku masih geleng-geleng kepala ketika pergi ke tempat tidur. Naya lagi baring-baring. Ia diam aja, tapi aku tahu ia udah lama menahan tawa. Naya kan sempat lihat tadi Aku kini putar badan dan menatapnya, ia tersenyum … tak tahan kami tertawa.


Untung ia mau ngerti ketololanku, gak marah-marah! Aku memeluknya erat membayangkan kembali perasaanku ketika disemprot si brewok, itu tuh… kontol besar milik Shaun yang berbulu lebat. Naya belai rambutku, ia tertawa lagi.


“Kak… nanti besok aja yah Kakak Titien marahin Shaun!”


“Eh tidak … Hell no! Kakak gak mau lagi dekat-dekat cowok gila itu! Kakak malu sekali!”


“Eh… Kak! Naya minta maaf, Naya yang salah!”


“Gak sayang, Kakak sendiri yang salah gak lihat-lihat keadaan sudah dekat-dekat!” Aku coba menghiburnya.


“Bukan Kak! Itu salah Naya…!”


“Tidak sayang, kamu gak salah apa-apa! Cowok itu yang gila, udah hampir perkosa kamu, eh malah semprot kakak!” Aku tidak mau Naya merasa tidak enak kepadaku.


“Bukan itu Kak… Naya yang paksa Kak Titien pake baju transparan seksi itu! Eh siapa sangka Kakak berani menghadapi Shaun gak pake dalaman!”


Astaga… bego benar! Pantesan Shaun sempat lihat aku dengan nafsu. Itu pasti karna aku pake baju ini. Pasti Shaun pikir aku juga mau threesome dengan mereka! Iiihh, amit-amit.


Cape deh!


“Eh! Kalo itu memang benar kesalahan Naya… paksa-paksa Kakak pake baju ini!” Aku kini balas menyerang toketnya. Eh… gadis begal itu justru tertawa-tawa dan membiarkan saja toketnya aku remas-remas. Mungkin ia tahu aku balas dendam habis diperas toket tadi.


“Kak Titien, eh kakak seksi sekali lho pake baju itu. Tubuh kakak sangat sempurna. Untung benar si Shaun. Eh… mana ada cowok yang bisa tahan sama kakak. Pantas Shaun begitu lihat langsung semprot!”


"Naya!"


"Muncratnya sampe banyak gitu lho kak?" Si centil itu terus ledek.


Bahaya ini, aku harus nyerang balik, kalo gak semalaman aku ledek terus.


"Eh, tunggu dulu ... stop-stop. Kak Titien mau tanya dulu, kok kamu mau-maunya telanjang bulat terus oral kontol Shaun di mobil? Sampe nyemprot lagi! Kok bisa yah?" Naya kaget dengan serangan balikku.


Benar aja. Naya langsung diam. Ia kini malu...


"Pejuhnya Shaun rasa gimana, emang?" Tanya ku telak menyerang gadis itu. Tapi aku tercekat dengan pertanyaanku sendiri, karena tadi aku juga sempat mencicipi pejuh Shaun walau hanya dikit. Hihi...


Untung Naya gak tahu ...


Naya hanya diam... mulutnya menahan tawa, eh tiba-tiba tangannya membelai toket kebanggaanku.


“Ih…. Mesum! Hehehehe!” Kami berdua masih terus tertawa-tawa sampai tertidur.


Sebelum menutup mata ku coba menghitung kenakalanku hari ini… sudah pegang kontol, kasih show payudara, serta pake baju transparan. Apa aku sudah berubah jadi cewek nakal yah!


Ihhhh, memang sudah ku bilang dari awal. Gak boleh dekat-dekat gadis jahil ini, lihat akibatnya.


-----





"Kringgg" bunyi alarm pukul 5 pagi.


“Ahhhh!” nyenyak sekali tidurku… Biasanya jam segini aku sudah bangun duluan.


Eh, suara apa itu… Ketika berpaling ku lihat Naya berbaring di sampingku, dan gadis itu lagi menangis tersedu-sedu. Tumben, biasanya gadis ini super ceria, eh ternyata bisa menangis juga.


Aku meluk tubuhnya dari belakang dan elus-elus bahunya. Tangisan Naya semakin tercurah… oh sayang, Naya benar-benar sedih. Pasti gara-gara Shaun, mungkin ia ingat lagu semalam Shaun ML dengan Landa.


“Nay… kenapa sayang? Masih ingat yang tadi malam?” Aku bertanya pelan. Naya kini berpaling menghadapku. Matanya bengkak dan wajahnya penuh air mata. Kayaknya sudah setengah jam ia nangis terus.


“Gak usah sedih sayang, yang utamakan Naya masih perawan. Naya itu gadis yang kuat, hebat dan selalu bikin bangga Kak Titien. Baru sekarang loh Kak Titien lihat Naya seperti ini.” Aku mencoba menguatkan hatinya.


“Kak… emangnya Naya dianggap gadis apaan? Shaun sudah berulang kali bilang ia suka dan sayang sama Nay, tapi ternyata itu hanya nafsu… masakan ia suka Naya tapi main dengan Landa... di sofa lagi, sengaja show ke Naya.” gadis manis ini mulai terbuka.


“Sudahlah sayang, cowok seperti itu gak bisa diharapkan!”


“Itulah kak! Kenapa Naya selalu tidak beruntung dengan cowok… gak sama Kak Titien, dapat Kak Nando yang baik dan sekarang juga dapat Brian yang penyayang!”


“Kamu sedih karena Shaun tidak seperti yang kamu harapkan?” Naya mengangguk.


“Apa Naya mencintai Shaun?” Naya bingung tapi kemudian menjawab diplomatis.


“Anggaplah aku sudah berharap padanya, aku pikir selama ini yang mengikat kita itu cinta, gak tauhnya ia cowok brengsek, gak tahan liat memek lain! Padahal… aku sudah berharap kalau Shaun yang akan menjadi yang pertama eh.. itu kakak tauh kan maksudku!” Naya malu sempat keceplosan.


“Kenapa aku gak pernah dapat cowok yang baik, kak?”


“Naya… suatu saat pasti ada cowok yang baik yang mencintaimu. Kakak juga kan sempat jadian sama Edo, si mesum itu… hampir saja kakak terjebak. Pikirannya dari pagi hanya mesum terus, untung kakak cepat putus, kalo tidak bahaya!”


“Tapi Kak Edo kan kelihatan anak baik, kan?”


“Edo itu baik kalo hanya sendiri, tapi kalo sudah sama-sama dengan teman-teman gengnya, bahaya. Ia bisa ikut-ikutan jadi penjahat kelamin! Untung aja kakak sempat lolos jebakan mereka… kalo tidak, kemungkinan besar Kak Titien sudah menjadi budak seks geng mereka.”


“Astaga! Kak Titien musti cerita apa yang terjadi!”


-----


Aku menceritakan secara ringkas bagaimana geng itu memperalat dua teman kos lama nya, Pingkan dan Kesha. Dua gadis manis itu ternyata sudah jatuh duluan jadi budak seks. Dan tugas mereka adalah membuatku sange, dan merekamnya.


Kedua cewek itu terus menggoda dan merangsang tubuh ku. Aku malah diajak paksa nonton film-film porno. Pas di tempat tidur mereka grepe-grepe toket, eh… malah pernah sampe lepas baju tinggal pake CD. Aku harus menahan nafas kuat-kuat, kalau tidak bisa lupa daratan.


Untunglah waktu itu aku sempat curiga niat dua cewek itu, apalagi waktu Pingkan rekam kejadiannya pake HP. Walau kelihatan aku sudah pasrah dan sangat terangsang, aku tetap berjaga-jaga. Memang sejak dulu aku gak sembarang mempercayai orang, dan berjaga-jaga bila bertemu dengan orang yang sok akrab.


Akhirnya sikap berhati-hati ku terbayar juga. Suatu kali dua gadis itu menarik aku masuk ke kamar mereka. Secara lihai mereka membuatku terangsang sampai merasa tidak berdaya oleh nafsu. Mereka mengikat tangan ku di tempat tidur. Bayangkan, pas nafsu lagi di ubun-ubun, tiba-tiba Edo masuk kamar udah telanjang bulat dengan kontol tegang. Pasti Edo sudah nafsu habis ngintip dari luar.


Hampir aja waktu itu aku kelihangan keperawananku…


“Jadi Edo masuk geng cowok-cowok mesum itu, yah Kak? Eh… geng apa sih namanya?”


“Gak juga sih, sayang. Ceritanya Edo baru jadi calon anggota geng Kobe, eh Kobe itu artinya Kontol besar. Jadi didalamnya ada sekitar 6-7 cowok. Edo akan diterima gabung dengan syarat harus bawa aku dalam pesta seks mereka. Jadi Edo yang mereka pakai untuk jerumuskan aku!”


“Eh, terus Kak Edo sudah grepe-grepe kakak, dong?”


“Eh... anu, ih! Dikit doang, sih! Untunglah kakak tidak minum es yang mereka kasih, ternyata isinya obat perangsang. Diam-diam esnya aku buang di wastafel, karena waktu itu sakit amandel, gak boleh minum dingin. Eh… gak taunya!” aku mengeleng kepala.


“Bener, hanya dikit?” Naya bertanya lagi, ihhh dasar.


“Eh… Edo sudah kenyot toketku … dan cium aku sampe keluar, puas? Tapi ia tidak membuka CD-ku” Terpaksa aku mengaku, Naya udah tahu semua kartuku.


“Wah, beruntung benar si Edo.”


Aku cuma nyengir.


Terus bagaimana cara Kak Tien lepas dari Edo? kan sudah telanjang di kamar. Dan rekamannya?”


“Jadi kakak pura-pura aja bersedia ML dengan Edo, asalkan Pingkan dan Kesha keluar kamar.”


“Terus?” Aku makin penasaran.


“Jadi HPnya ditaruh di meja, dan Edo kunci pintu. Yah… kakak biarkan dia grepe-grepe toket kakak. Terus pura-pura kakak sudah terangsang, dan minta ia buka ikatan supaya kakak boleh kocok kontolnya. Eh… setelah bujuk-bujuk dan rayu dikit, ia mau.”


“Setelah itu kakak puji-puji kontol Edo dan ingin merekam waktu coliin dia. Kameranya di kasih ke aku, sambil pura-pura rekam, aku reset dan hapus semua data. Sampe memori stiknya aku patahkan. Edo gak tauh karena lagi keenakan dikocok."


“Terus gimana kak sehingga bila lolos, ajarin Naya, caranya dong?”


“Awalnya kakak kocok kontolnya sampe keluar… walaupun ia minta berhenti, aku kocok terus sampe ia loyo. Setelah itu baru kakak bujuk dia. Kalo lagi nafsu, ia gak akan dengar kakak”


“Terus Kak Titien bujuk gimana?”


“Yah… bermacam-macam caralah minta waktu jangan dulu ngentot sekarang. Pake alasan belum siaplah, belum minta ijin dulu ke Nando, ataupun bilang Om Agus akan jemput gak lama lagi. Tapi si kunyuk itu juga pinter, gak gampang dirayu!”


“Terus…!”





“Akhirnya ia setuju setelah deal lagi untuk jadi pacarnya. Aku sempat janji kalo kita sudah pacaran bisa ngapa-ngapain. Kakak malah janji malam minggu, selesai acara senat, kakak bersedia nginap dirumahnya, dan dia bisa minta apa saja” Aku menjelaskan panjang lebar.


Aku kaget sekali baru dengar cerita ini.


“Dan Edo setuju?” Naya mendesak! Ia penasaran sekali


“Awalnya ragu-ragu, tapi Kakak rayu dengan memegang sambil mengocok kontolnya lagi. Akhirnya ia setuju dan memberikan kunci kamar ke kakak supaya boleh keluar.”


“Baru kakak lolos?”


“Gak juga, ia minta oral. tapi Kakak kocok terus. Pas ia mulai merem keenakan, kakak langsung peras kontolnya kuat-kuat sampe kesakitan. Hehehe… kakak langsung sambar baju dan lari keluar, lalu masuk kamak Kakak dan mengunci pintu terus telpon om Agus jemput kakak.”


“Oh… ternyata Edo jadi kelinci percobaan jurus maut Kak Tien, dong!” Ia tertawa.


“Hehehe… iya sih! Tapi ada untungnya, Edo waktu itu kan masih perjaka jadi masih takut-takut. Apalagi ia teman baiknya Nando, jadi paling kurang masih respek sama kakak. Coba kalo cowok lain… ihhh, bahaya deh! Apa lagi kakak dengar kontol geng mereka besar-besar semua!”


“Kakak lapor ke bu kos?”


“Gak juga sih, tapi kakak bilang memori stiknya ada di Om Agus. Kakak telpon dan ancam dua cewek itu lapor ke polisi, mereka jadi takut. Malam itu kakak nginap di rumah Om Agus!”


“Terus Edo gak minta lagi, kan sudah pacaran?” Naya bertanya terus.


“Wah tiap dua jam si mesum itu telpon merayu kakak minta ML, malah ia sempat tunggu kakak di kos pagi-pagi. Untung sejak sore itu kakak langsung keluar gak mau lagi balik ke kos! Itu sebabnya kakak sampe ganti nomor dan pindah kos gak bilang-bilang orang. Malah barang-barang kakak diambil oleh Om Agus dari kos. Edo dan dua cewek itu gak tahu kalo kakak sudah telpon pamit ke Ibu kos”


Aku kini mengerti kenapa Kakak tiba-tiba menghilang. Ternyata bukan karena tidak mau lagi dengan aku. Pasti juga karena kakak mau melindungi jangan aku juga terjerumus karena dekat dengannya.


“Oh… pantesan Kakak Titien tidak lagi bisa dihubungi lagi. Eh, terus Kak?”


“Kakak balik ancam Pingkan dan Kesha di depan Dekan yang ancam lapor orang tua mereka, dan mereka mengakui keterlibatan geng Kobe. Kakak gunakan pengaruh kakak di kampus untuk menekan geng Kobe.”


Nyatanya, sejak waktu itu geng Kobe sempat tidak terdengar lagi, menyusul skandal salah seorang pimpinan BEM yang dibuka kedoknya sebagai anggota geng Kobe. Naya baru tahu cerita itu.


“Terus, masalah Kak Titien dengan Edo?”


“Gini Nay. Kakak buat rekayasa untuk putus dengan Edo, supaya ia malu cerita-cerita orang”


“Rekayasa gimana Kak Tien?”


“Waktu acara senat, kakak pura-pura baik ke dia dan pura-pura tidak tahu kalo ia terlibat dengan geng Kobe. Kakak justru pamer mesra dengan Edo didepan umum. Orangnya kan ekshibisionis. Yah kakak pancing dia berani mesumin aku di muka teman-teman, dan eh…ia mau…”


“Oh, waktu itu yah?”


“Iya, langsung aja kakak putusin dia sambil tempeleng pipi. Selebihnya Naya udah tauh sendiri dari cerita orang, tapi eh… itu sebenarnya cuma cara kakak supaya putus dan ia tidak kejar-kejar lagi karena malu.”


Aku mengingat kembali Ideku yang sangat brilian itu.


“Astaga, jadi rekaman ciuman sama grepe-grepe itu rekayasa Kak Tien?”


Aku hanya tertawa…


Aku menceritakan tentang salah seorang teman yang disuruh merekam kejadiannya dan post di medsos. Jadi peristiwa Edo grepe-grepe aku dan putusnya kami sudah direncanakan sebelumnya. Hehehe…


“Berarti Kak Edo orang yang gak baik, dong? Apa gak bahaya di sini?”


“Kakak sudah cek keterlibatan Edo dengan geng itu, ternyata ia hanya iseng aja mau gabung. Awalnya Ia dirayu oleh Pingkan dan Kesha. Jadi geng itu yang sengaja menggunakan Edo untuk jebak kakak."


Aku menjelaskan bagaimana geng itu tahu kedekatannya dengan Edo sebagai sahabat karib Nando. Mereka juga mengatur supaya Pingkan dan Kesha masuk ke kos yang sama dengan ku. Setelah itu mereka jebak aku dengan film porno.


Kedua cewek itu juga yang menggoda Edo. Mereka juga pancing Edo ML bertiga, tapi tiap kali mau ngentot mereka gak kasih sebelum Edo mendapatkan ku.


“Jadi Edo pada dasarnya juga dijebak... dan mana ia bisa tahan dirayu oleh dua cewek cantik.”


“Itulah sebabnya Nay kakak menjauh dari Edo. Jadi intinya Edo itu bukan orang jahat. Tapi ia ikut-ikutan orang, kalo berteman dengan orang baik jadi baik, kalo temannya nakal jadi nakal. Orangnya plin-plan. Buktinya ia salah satu kawan baik Kak Nando, kan?"


"Tapi Edo sudah berubah kan, Kak?" Naya masih penasaran.


"Kayaknya ia sudah gak mesum lagi, eh sebelum ketemu Brenda.” Aku menambahkan.


“Maaf kak, Naya gak tanya-tanya sudah panggil Edo!”


“Eh balik ke cerita tadi, jadi, siapa bilang kakak gak pernah dapat cowok brengsek. Gak juga kan? Eh.. satu lagi. Emangnya kau pikir Kak Nando mu tidak mesum! Ia grepe-grepe eh malah kenyot toket kakak waktu masih PDKT lagi.”


“Astaga! Kak Tien sampe dibugilin emangnya? Wah mesum juga kak Nando yah…”


“Hehehe…. Persis kayak adiknya!”


“Kak Tien… cerita dong! Ayo dong, Naya penasaran”


“Eh, enggak!”


“Ayo dong, masak gak jujur sama adik sendiri. Naya kan pingin tahu juga soal Kak Dando.” Gadis imut itu memelas, aku tidak bisa menolak kalo ia sudah begini.


“Eh… tapi jangan bilang-bilang orang yah!”


Dan aku terpaksa cerita juga.


“Gini Nay, setelah 3 minggu sejak kenalan, Kak Nando antar aku ke rumah habis jalan-jalan naik motor. Terus karena tidak ada orang ku panggil di dalam. Pas duduk-duduk di sofa, aku mulai berkeringat, tadinya di motor dingin tapi di rumah udah panas.”


“Terus?” Ia penasaran.


“Terus, hahahaha…!” Aku tertawa lagi, teringat waktu itu.


“Cerita dong kak!”


“Iya, iya… ceritanya gini. Aku buka sweaterku yang kekecilan… eh gak tauhnya tank top ku ikutan terbuka dan bra ku juga ikutan naik. Jadi Nando dapat siaran langsung lho…”


“Astaga!”


“Hahaha… ih… malu ah!” Pipiku udah merah.


“Jadi Kak Titien ceritanya striping di depan Nando?”


“He eh…tapi gak sengaja kok! Nando sampe terbelalak memandang toketku… dan awalnya aku malah gak sadar. Aku malu sekali... eh…”


“Terus Nando gimana?”


“Hahaha… Nando malah minta-minta maaf gugup dan ketakutan, ihhh... lucu, deh. Eh, berhubung karena aku suka, ku tarik aja tangan Nando ke dada! Hehehehe” Aku menceritakan secara gamblang tak ada yang ditutup-tutupi.


"Hehehe... Astaga, pasti kaget dong, untung Kak Nando gak pingsan kesenangan?"


"Ihhhh, kok aku cerita sama kamu? Malu ah" Aku jadi merah. Bego benar aku kena dipancing gadis itu.


“Yaaaa, Kak Titien nakal sekali…”


“Eh… sejak saat itu Kakak jadian sama Nando, orangnya gak berani ngomong, sih. Malu katanya… terpaksa kakak jebak dikit! Hehehe. Siapa suruh udah lama dikenalin Kak Anita, Nandonya bloon, move nya pelan banget, bikin stress. Sampe kak Anita tanya-tanya kalo udah jadian."


“Pantesan Kak Nando cinta banget sama kakak, udah dapat jackpot dari awal!”


“Hehehe... tapi Kakak juga cinta kok! Ia pacar pertama kakak, ciuman pertama, eh… banyak loh dia dapat yang pertama! Hehehehe.”


Aku jadi melamun soal Nando.


Aku kenal Nando waktu tinggal di rumah Om Agus. Kebetulan sepupuku Anita kenal cowok itu. Ia langsung jatuh cinta waktu melihat ku. Sejak itu Nando sampe bela-belain telpon Anita karena modus ingin kenalan, dan dicomblangin.


Kak Nando sampe diperas sama Kak Anita, harus isi pulsa ato beli tiket bioskop. Padahal ia gak tahu kalo aku juga udah naksir orangnya yang ganteng dan pinter itu. Nando aja yang bego... mau dimanfaatin orang."


“Kak… nanti cerita lagi yah soal Kan Nando… Naya ingin tahu!” Aku hanya tersenyum, ternyata bukan hanya aku yang merindukannya.


Tapi Udah yah… kalo ngomong Nando nanti Kakak sedih lagi… banyak kenangan loh yang indah. Sekarang bicara Shaun lagi, yah! Eh... Naya sudah striping di depan Shaun, kan? Eh... sampe Brian juga kecipratan mujur”


“Ihhhh…!” Naya merengut lagi.


Kami langsung tertawa ingat kejadian di kamar mandi.


“Kakak cuma mau bilang, Naya jangan kecewa dulu sama Shaun… laki-laki itu lemah, mereka gak tahan nafsu… gak kuat lihat memek, pasti sange. Tapi bukan berarti mereka tidak cinta! Apalagi Shaun itu cowok bule, yang latar belakangnya berbeda. Kakak yakin kok ia hanya mencintai Naya, kakak bisa lihat dari cara ia memandangmu.” Aku kembali mencoba menghiburnya.


"Bener kak?"


"Ia... kok. Ia sampe baper lho lihat kamu bugil di kamar mandi."


"Heh?"


Aku tertawa lagi namun terhenti oleh cubitannya.


Tangis Naya sudah hilang.


“Makasih yah Kak! Kak Titien sangat mengerti aku…”


Aku merasa nyaman bersamanya. Kami sudah seperti kakak adik yang tidak ada rahasia lagi diantara kami. Dan aku berjanji untuk terus berada disisinya. Aku memeluknya erat…


“Astaga Nay!” Aku baru sadar dan segera melepaskan pelukan.


“Kenapa kak?”


“Aku sudah janjian mau jogging dengan Brian!”


“Huh?”


“Aku sudah janji membangunkan Brian!” Aku barus sadar udah jam 6.


Aku langsung melompat bangun dan lari keluar… sudah sangat terlambat.


“Eh kak? tunggu…!”


“Aku sudah terlambat, Nay!” Aku sudah pergi, langsung menuju ke kamar pacarku.


“Kak!!” Naya berteriak lagi… tapi tidak kuperdulikan lagi.


Apaan sih panggil-panggil…


-----





Brian



“Tok tok tok…!”


Tanpa menunggu jawaban, aku langsung masuk kedalam dan mendapati Brian masih tiduran di tempat tidur.


“Sayang kamu sudah bangun?” Aku mendekat.


“Kamu terlambat sayang!” Brian menatapku… pandangannya terpana melihat aku. Aku jadi bingung seperti kaget melihat hantu… tatapannya menyapu seluruh tubuhku, dan menyelidiki dalam-dalam.


Aku jadi jengah.


“Udah, gak udah terpesona gitu melihatku, aku memang cantik kok!” Aku bercanda untuk mengurangi kejanggalan.


Ia menatapku dan menutup matanya.


“Ada apa sih?”


“Sayang masuk sini…!” Ia membuka selimut dan menyuruhku naik dan menemaninya tidur.


Aku tahu aku sudah buat kesalahan pagi ini, terlambat membangunkannya untuk jogging. Jadi aku harus membujuknya. Aku menurutinya dan masuk kebalik selimut. Wajahku masih terus tersenyum.


“Eh… kamu telanjang lagi?” Aku menyadari kalo ia tidur telanjang bulat. Terasa sekali badannya hangat.


“Kamu udah tahu kan?”


Aku diam aja.


Brian memelukku, dan aku membiarkan aja. Tangannya menempel erat sekali, seakan meraba-raba asetku… dasar cowok mesum.


“Sekarang kamu jawab jujur!” Brian menginterogasiku.


Sebelum ia bertanya kenapa aku terlambat, langsung ku berikan alasan.


“Maaf sayang, tadi malam Naya tidur denganku. Terus waktu bangun tadi pagi ia nangis-nangis, terpaksa aku harus bujuk dulu sebelum datang kemari!” Aku memberikan alasannya.


“Bukan itu yang aku mau tahu!”


“Terus apa?”


“Kenapa kamu pake daster transparan terus gak pake dalaman? kamu mau merayuku?”


Aku kaget… berarti Brian udah lihat. Pantas tatapannya tadi seperti hendak menelanku.


OMG!


Pantesan juga Naya teriak-teriak tadi!





——-


Bersambung
 
Episode 17 You are so far yet so close





Titien





Brian


Pov Titien


“Kenapa kamu pake daster transparan terus gak pake dalaman? kamu mau merayuku?”


Pertanyaan Brian benar-benar telak… Aku gak bisa jawab sama sekali. Sebelum ia bertanya lagi, aku langsung memeluknya erat sambil menyembunyikan wajah di dadanya. Brian tertawa kecil dan balas merangkulku.


Gila ini, pagi-pagi udah berada main peluk-pelukan dengan cowok telanjang di tempat tidur.


Dan apa yang ku takutkan terjadi juga, cowok itu gak buang waktu lama-lama. Tangannya dengan nakal menjelajah tubuhku… dan aku harus mengutuk diriku karena cepat terangsang. Gimana gak nafsu, kain tipis ini tak mampu menahan tangannya yang dengan nakal meraba-raba.


“Sayang… udah ah!” Aku protes untuk menyembunyikan desahanku yang tak dapat ditahan.


“Hehehe, ini hukuman kamu sayang!” Brian hanya nyengir. Untung ia berhenti menggodaku.


“Apa ini?” Brian menuntun tanganku untuk memegang sesuatu yang menonjol di bawah sana.


Udah mengeras sempurna.


“Ini kan yang kamu mau?” Brian menggerakkan tanganku maju mundur. Ia mau dikocok.


“Eh, sayang… jangan dong.”


“Itu juga salah mu sendiri, jadi kamu harus tanggung jawab!” Ia melepas selimut secara tiba-tiba dan mempertontonkan ketelanjangannya… eh, aku juga sadar kalo aset-aset berharga tubuhku juga tak dapat disembunyikan oleh pakaianku yang minim dan transparan itu.


“Eh jangan…” Aku menarik selimut kembali tapi terlambat. Sudah duluan jatuh ke lantai.


Tangan kiriku menutupi bagian intimku yang jelas kelihatan.


“Kamu belum jawab pertanyaanku. Mengapa kamu sudah keluar kamar pake baju seperti ini?”


Aku tambah malu… Sorry sayang, gak mungkin kalo aku cerita.


“Baiklah, aku tidak akan tanya-tanya lagi, asalkan kamu harus tanggung jawab! Aku tidak mau kentang!”


“Tapi?”


“Kalo kamu tidak keluarin, artinya seharian ini aku akan di kamar terus menahan derita. Gak mungkin kan aku jalan-jalan dengan kontol tegang begini…”


Tambah aneh alasannya. Kasian juga… apalagi dari tadi malam udah kentang terus!Terpaksalah aku mengiyakan, dengan syarat hanya pake tangan doang. Brian setuju…


Dan dengan lincah tanganku bergerak memenuhi kemauannya, dan memberikan cowok itu kepuasan pagi-pagi. Aku mengocok dengan cepat supaya penderitaan ini cepat berakhir. Karena tangan Brian terus menjamah bagian-bagian tubuhku yang tercetak jelas.


Aku hanya bisa pasrah dengan godaannya. Gairahku udah bangkit… Aku tahu aku tidak mampu lagi berpikir jernih, dan bila ia meminta apa yang selama ini ku jaga, mungkin sekali aku akan kasih… eh bisa-bisa malah yang akan memintanya. Aku harus membuatnya keluar duluan, hanya itu satu-satunya cara bisa lolos dari sini.


Aku bangun dan duduk di sampingnya sambil terus mengocok, membiarkan tubuhku ditatapnya dengan jalang. Malah aku sengaja bergaya genit mempertontonkan keindahan dadaku. Eh, mungkin karena itu maka kontolnya makin keras aja… Brian sampai merem menahan nikmat.


“Titien… kamu sangat seksi…”


Aku terus menatapnya dengan tatapan menggoda, malah menggerakkan bibirku secara sensual supaya ia tambah sange. Semua trik-trik dari film aku gunakan untuk memancingnya… Selain itu tanganku tambah cepat.


Entah kenapa aku jadi cepat belajar, tanganku makin lihai aja mengocok. Apalagi aku sudah mampu mengatur tempo sesuai keinginannya.


Tiba-tiba aku ingat sesuatu lalu menghentikan kocokanku di tengah jalan. Brian langsung protes…


“Eh kenapa?”


“Oralnya jangan dulu sebentar yah? Nanti besok-besok… kan udah mau dikeluarkan hari ini?” Aku memohon sambil menggenggam di leher kontolnya, merasakan denyutannya yang kencang.


“Iya… iya…!” Brian langsung setuju. Benar juga, cowok kalo lagi nafsu gak bisa berpikir. Ini kemenanganku… Aku tersenyum lalu melanjutkan tugasku lagi. Masih terus menggodanya supaya ia cepat nyampe…


Cowok itu tampak begitu menikmati. Nafasnya udah ngos-ngosan.


“Ayo sayang… aku mau kamu semprot aku!” Aku memancingnya… Ini saatnya…


“Iyahhh… ugh… aaaarrrrggghhhhh!” Brian nyampe juga.


Ada beberapa tembakan yang mengenai wajahku, terasa hangat. Terpaksalah aku harus cuci muka lagi.


Untunglah kontol itu cepat muncrat, padahal kurang dari lima menit. Apa aku terlalu seksi yah.. hihihi.


“Tumben cepat sekali keluar…!” Tanyaku…


“Kamu sih! Uhhh… menggoda banget”


“Hihihi…” Aku hanya tertawa, lalu bangkit dari tempat tidur. Aku meminjam jaketnya lalu menutupi tubuhku.


“Besok kasih bangun dengan cara ini lagi yah…!”


“Maunya!” Aku tertawa genit sambil menuju ke kamar mandi, sebelum pamit balik ke kamarku.


Susahnya punya pacar mesum!


——





Brenda





Naya





Shaun






Della





Landa





Edo


POV Brenda


Masih jam setengah delapan kami semua sudah makan pagi dan siap berangkat ke pasar Bersehati--salah satu pasar tradisional terbesar jual kebutuhan sehari-hari. Kali ini mobil lebih rame, karena Della dan Landa juga ikutan. Aku dan Edo duduk di depan, di bangku kedua ada Titien, Naya dan Brian, sedang di bangku belakang ada Shaun, serta Della dan Landa.


Kayaknya suasana kali ini agak berbeda, kalo kemarin guide kami banyak bercerita, sekarang lebih banyak diamnya. Aku harus memancing bicara, baru Titien mulai cerita.


Kami semua terpana ketika dengan fasihnya ia menjelaskan mengenai konsep pasar tradisional di Indonesia. Ternyata hebat, pasar di sini bisa serame mall.


Begitu sampai di pasar, Titien jalan duluan karena ia yang jago milih makanan segar. Baru sekarang aku lihat pembeli dan penjual baku tawar harga. Dikit-dikit Titien berpaling dan cerita tentang macam-macam sayuran khas Manado. Banyak juga jenis rumput yang bisa dimakan. Selain itu juga Titien belanja bumbu dan buah secukupnya. Setiap kali belanja, di taru di troli yang dibawa khusus oleh Edo. Ternyata belanja di pasar dapat menjadi suatu pengalaman yang menarik, kini semakin banyak aku mengenal kehidupan masyarakat lokal.


Berbeda dengan farmer’s market di tempat kami, pasar disini bau dan jorok. Namun justru benar-benar kelihatan seperti pasar. Eh, semua belanjaan di sini sangat murah, tadi aku hitung-hitung dalam dollar, ternyata harganya sangat murah.


Della dan Landa juga sempat jalan-jalan untuk belanja kebutuhan mereka. Kali ini Shaun dengan setia mengikuti mereka. Eh… sejak kapan emangnya Shaun dekat dengan Landa, sampe sempat gandeng gadis bongsor itu tadi. Sebaliknya Naya menjauhinya, dan menemani Brian yang sering ditinggal ceweknya waktu lagi nawar. Apa ada terjadi sesuatu dengan Naya dan Shaun?


Kayaknya aku harus ngomong pada Dickhead itu… cowok itu memang kecerdasan naturalis-nya, tapi parah dalam bidang interpersonal. Ia jauh mengerti bahasa binatang daripada mengetahui keinginan wanita.


Selesai belanja kami akan berangkat ke mall di Manado, namanya Mantos atau Manado Town Square, keren juga namanya sih. Di jalan Titien menunjukkan ke sebuah objek besar, ternyata suatu patung putih megah dan tinggi yang konon menjadi simbol baru kota Manado, patung TYM atau Tuhan Yesus Memberkati. Saya sampe kaget melihatnya, gak terbayang kalo patung ini ternyata ada di Indonesia. Wah, gak kalah sama patung Yesus yang ada di Brazil.


Edo menghentikan mobil di seberang jalan, ternyata sudah disediakan tempat mengambil gambar dengan latar patung tersebut. Saya mengambil kesempatan foto bersama Brian dan Shaun, terus foto sendiri-sendiri. Seperti biasa, kalo urusan foto cewek-cewek paling jago dengan segala macam gaya yang unik. Tapi setelah saya perhatikan lagi, Naya tidak mau foto berdua dengan Shaun, ia tampak menjauh, eh malah berpose dengan Brian. Landa malah sempat foto mesra dengan Shaun.


Eh… tunggu. Titien juga kayaknya menghindar dari Shaun. Berarti benar ada apa-apanya, dan si Dickhead itu harus ditabok kepalanya supaya bener.


Ketika tiba di Mantos, saya merasa berada lagi di civilized world, sebelumnya sempat pergi ke zaman pra sejarah, hehehe. Kontras antara pasar tradisional dan mall modern nampak jelas disini. Wah, banyak sekali pilihan pakaian dan aksesories dengan harga yang murah. Aku sampe bingung mau beli apa, maunya semua. Kita semua tetap jalan sama-sama, dan Naya kini mengekor sama Titien dan Brian. Ia tampak tidak bersemangat, padahal biasanya ceria.


Langsung aja ku panggil Naya jalan dengan ku. Apalagi kan Edo disuruh pulang bawa belanjaan pasar ke tempat kos dulu. Sementara Shaun dan dua gadis centil itu masih rame terus di belakang kami. Titien terus tampil professional, menjelaskan komoditas dan jenis-jenis kualitas barang-barang ini. Ia membandingkan mana yang mahal tapi berkualitas dan yang murahan.


“You better marry her now, before she changes her mind. She is too good for you!” Bisikku kepada Brian, yang ditanggapi dengan senyum.


Karena kami memiliki selera yang berbeda, maka kami segera berpisah. Shaun pergi ke time zone ditemani Della dan Landa. Kedua gadis itu pasti bosan menunggu Shaun main game. Ia bisa tahan 24 jam gak tidur, makan, minum, ataupun kencing kalo lagi main. Bayangkan saja!


Setelah dibujuk, Shaun ikut mereka dipijat di salon ketika mereka medi-pedi. Titien dan Brian kayaknya memiliki ketertarikan yang sama, keduanya pergi melihat-lihat buku gramedia dan toko alat-alat musik. Tadi janjian habis jalan selama 2 jam, kami semua akan kumpul di lobby. Untunglah ada Naya yang menemaniku belanja baju dan aksesoris. Naya tampak mulai ceria melakukan yang diinginkannya.


Setelah lihat-lihat barang kami terlibat percakapan yang cukup serius. Sehingga kami tidak menghiraukan cowok-cowok yang mengganggu mau kenalan, 'dasar! gak bisa lihat cewek cantik.'


“Nay… aku boleh tanya, sesuatu yang pribadi?" Saya mencoba mengajak gadis ini bicara.


Naya tidak menjawab, ia hanya mengangguk lemah. Tapi aku tidak mau menyerah...


"Eh apa yang terjadi antara kamu dan Shaun?” Naya diam aja.


“Aku tauh siapa itu Shaun, dia orang paling bego kalo berhubungan dengan cewek. Susah mo nyambung, ia lebih ngerti soal binatang dari pada cewek. You know what I mean, right?” Aku coba menyalahkan Shaun. Walaupun ia diam, aku tauh Naya mendengar perkataanku.


“Tapi selama aku bergaul dengan dia, Shaun sangat menghargai wanita. Ia tidak pernah menganggapku murahan, walaupun sudah bergantian cowok tidur denganku. Eh satu lagi, Shaun itu egonya tinggi, tidak mau kalah. Hal yang paling menyakitkan baginya bila ditolak cewek atau disakiti hatinya. Ia anggap itu hinaan dan selalu mencari pelampiasan. Ia suka melampiaskan kekesalan dengan membuat ceweknya cemburu! padahal orangnya setia lho, cuma ia gengsi untuk mengakui kalo dia disakiti!” Aku ngomong terus, mudah-mudahan Naya mengerti.


“Dan sejak datang ke tempat ini sikap Shaun sangat berubah, aku gak tauh kalo ia jatuh cinta atau tidak, tapi yang pasti Naya sangat berarti baginya. Mungkin ia juga masih ragu-ragu, tapi cinta butuh waktu kan?” Naya menangguk tapi wajahnya penuh dengan emosi yang sukar ditebak. Yang pasti belanja telah menghibur hatinya yang mungkin masih hancur.


-----


Setelah dua jm, kami bertemu kembali di lobby Mantos sesuai perjanjian. Aku melirik jam, yang sudah menunjuk ke jam satu tiga puluh. Pantesan udah mulai merasa lapar.


Setelah beberapa lama, kemudian Della dan Landa pamit mau belanja kebutuhan mereka. Itupun setelah Landa membujuk rayu Shaun untuk ikut, tapi ia tidak mau. Tadi aku sempat berbisik ke Shaun dan ia mendengarkanku. Terpaksalah dua gadis manis itu pergi meninggalkan kami, dan kami mulai merasa agak enakan.


Shaun mulai datang dekat-dekat Naya, tapi gadis itu tidak perduli, malah sengaja menjauh.


"Eh, kenapa kamu gak ikut aja dengan dua cewek itu?" Naya marah-marah


"Kan temenin kamu..." Dickhead merayu dengan innocent-nya.


Naya masih merajuk, mukanya masih kurang sreg sambil terus menghidari cowok itu.


“Bruakkkk!” Eh apa yang terjadi? Ternyata Naya menabrak kaca.


Kami berempat tertawa...


Mungkin gadis ini lagi tidak konsen, atau bingung gimana menghindar Shaun. Mukanya langsung cemberut dan malu karena orang-orang sempat melihat ke arah kami.


“Makanya kalo jalan harus lihat-lihat ke jalan, jangan lihat Shaun terus!” Aku coba meledeknya sambil mengelus-elus kepalanya yang sakit.


Titien malah pergi meraba-raba kaca yang ditabrak tadi. “Nay, untung gak pecah! Mahal lho…” Naya sampe tertawa.


Eh ternyata ada untungnya Naya tabrak kaca, ia kembali ceria dan balas bercanda lagi. Naya yang dulu sudah mulai muncul lagi.


Eh… ada kejadian lebih lucu lagi, saking bingung ato malunya Naya malah menarik tangan Shaun dan mengandengnya… membawa cowok itu agak menjauh. ia pikir itu Brian. Nanti ketika Shaun bersuara baru Naya sadar dan cepat-cepat melepaskan tangannya…


Aku sembunyi-sembunyi mengikuti mereka dari jarak agak dekat. Terdengar jelas percakapan mereka.


“Ih… kunyuk! Kenapa kamu gandeng-gandeng tanganku?” Naya mendamprat Shaun.


“Eh… bukannya kamu yang tarik aku dari belakang?” Shaun membela diri.


“Ih…. Mesum, cari-cari kesempatan!” Naya mendamprat Shaun yang masih bengong apa salahnya.


Untunglah Shaun banyak mengalah… Naya hanya tersipu malu menyadari kesalahannya. Dan dalam waktu singkat dua sejoli itu mulai berantem lagi.


Keduanya dengan malu-malu datang mendekat, dan kembali disambut dengan ejekan.


"Astaga, Naya... Shaun nya mo dilariin ke mana?" Ejek ku yang sudah kembali duluan.


"Kirain dibawa ke kamar lagi, kayak tadi malam?" Ejek Brian.


"Astaga, jadi tadi malam...?" Aku kayak kaget, dan bertanya apa terjadi tadi malam.


"Eh... gak kok, kami gak ngapa-ngapain tadi malam." Naya langsung memotong pertanyaan ku.


"Ia sih, tadi malam Naya hanya mengoralku, trus kontolku esek-esek memeknya dikit, tapi hanya itu kok!" Shaun 'membenarkan' Naya.


"Eh... ih... kok kamu bilang?" Naya terkejut dan malu.


"Astaga! Kalian? Hehehehe....!"


“Astaga Naya!”


Aku sampe kaget dengan pernyataan Shaun, dan kami tertawa terbahak-bahak. Brian juga ikutan tertawa, sementara Naya malu sekali. Ia kembali mencubit Shaun dengan gemesnya, dan memukul-mukul punggungnya. Shaun hanya tertawa-tawa bingung.


Dua orang itu memang selalu buat kehebohan, aku dan Titien sampe sakit perut tertawa melihat kelakuan mereka.


-----


Tepat sebelum kami makan siang, Edo tiba. Ia masih ngos-ngosan disuruh Naya cepat datang kalo mau dipesanin makan. Titien membawa kami makan siang di resto Big fish, salah satu resto buffet dengan pemandangan laut Manado. Tempatnya cukup berkelas, adem dengan live musik dan terasa seperti berada di restoran top.


Kami sempat bertanya-tanya berapa harga makanan, karena biasanya tempat all-you-can-eat seperti ini memiliki tariff yang tinggi seperti di hotel-hotel. Hampir kami tertawa ketika Titien menunjukkan bill-nya, kurang lebih $3-4 per orang. Padahal makanannya cukup mewah dan bervariasi.


Kembali Titien memamerkan keahliannya menjelaskan jenis-jenis masakan Manado yang tersedia. Ini benar-benar oriental food, dan sangat enak. Baru aku perhatikan culiner Manado didominasi dengan ikan, dan ikan disini sangat enak. Dagingnya sangat gurih dan terasa manis.


Shaun saja yang jurusan biologi sempat terheran-heran melihat biota laut yang dikonsumsi orang-orang Manado. Beberapa dari jenis ikan tersebut baru sekarang dilihat dan mungkin tidak pernah muncul di buku. Ternyata ia sempat ambil beberapa gambar di pelelangan ikan yang berada tepat dibelakang restoran.


Waktu makan kami tidak banyak bercerita karena menikmati makanan yang enak. Hanya sekali-kali tampak Brian berbisik dengan Titien. Entah apa yang dibicarakan.


Setelah makan, kami lanjut jalan kaki ke monumen Ikan raja laut atau Coelacanth, yang kebetulan patungnya hanya dekat dari restaurant. Kami bertiga mengagumi monumen dengan patung ikan besar tersebut, dan sempat berfoto. Eh… ternyata Naya juga belum pernah ke tempat ini, dan join dengan kami foto-foto.


Shaun paling bersemangat, kali ini ia menggantikan peran Titien dan membahas mengenai bagaimana ikan yang dianggap telah punah ini ditemukan kembali baru-baru ini. Ia baru tahu ternyata penemuan Coelacanth justru di Manado.


Setelah itu barulah Titien melanjutkan cerita bagaimana seorang biologist asal Eropa menemukan ikan ini di pasar dan menyadari telah ikan the living fossil yang diyakini sudah punah ternyata masih ada.


Mata Shaun masih bersinar-sinar, menemukan passion-nya ditempat ini. Tak kurang dari 20 kali ia mengambil foto monumen dan catatan-catatan di sana. Kayaknya ia kembali menemukan jiwanya sebagai mahasiswa biologi. Mungkin saja ia dapat ide baru tentang rencana skripsinya.


Ternyata dari tempat ini kita tidak lagi naik mobil, tapi naik water taxi menuju ke kawasan megamas. Titien sempat nego harga duluan dengan tukang perahu, karena ia ingin kita berputar dulu melihat keindahan pantai malalayang baru menuju ke tempat tujuan. Edo kembali tidak ikut, karena ia harus bawa mobil kesana.


Kami segera naik ke perahu yang bisa menampung sampai 15 orang itu, padahal kami hanya berlima. Untunglah terdapat atap yang melindungi wajah dari sengatan matahari. Ketika perahu berjalan, Brian dan Shaun duduk di belakang sambil berbincang-bincang. Mereka kelihatan serius, mungkin juga Brian bicara soal Naya kepadanya. Memang anak itu harus dikasih tauh, pikirannya hanya mesum terus. Eh, namanya aja Dickhead, hehehe.


Pemandangan alam di pantai Malalayang tidak seperti yang kami bayangkan, pantai tersebut penuh dengan batu-batu, dan tidak kelihatan seperti pantai yang bagus untuk berenang. Namun keindahan pantai itu justru cocok untuk berpose diatas batu dengan kota Manado jadi latar belakang. Tidak heran tetap banyak orang yang pergi ke sana.


Titien kembali menjelaskan keunikan tempat itu bagi penduduk Manado, dan kekayaan alam yang tersimpan di bawahnya, yaitu terumbu karang. Ia juga menunjuk kepada pusat culiner lokal yang banyak terdapat di daerah itu.


Setelah itu perahu kini berbalik arah, sekarang menuju ke pusat kota Manado. Kota kecil ini kelihatan sangat indah dari laut, yah agak sembrawut sih tapi masih bagus. Apalagi laut dan langit disini benar-benar biru dan fresh. Di pantai kelihatan beberapa nelayan yang sudah bersiap melaut dan sedang mendorong perahu mereka. Udara cepat sekali berubah, dari panas terik menjadi adem karena jam sudah menunjukkan pukul lima sore.


Untung kami lewat jalur laut yang sepi. Di darat kelihatan deretan mobil yang panjang karena terjebak macet. Suara klakson dan hiruk-pikuk manusia bercampur dengan lagu-lagu yang diputar kuat-kuat dari loudspeaker mobil penumpang. Brian dan Shaun sempat terkejut melihat keributan seperti itu yang belum pernah mereka lihat.


Akhirnya kami tiba di kawasan megamas, tepatnya di Blue Banter landing. Terdapat banyak yatch mewah diparkir di dermaga. Kami berlima segera turun dari perahu yang berlabuh di dermaga. Kami masih harus melewati jembatan dari kayu yang kecil yang bergoyang-goyang karena ombak. Dan terjadilah kecelakaan itu…


"Bruak!"


Kaki kiri Brian jatuh ke air dan membasahi sebagian celana pendeknya. Untung ia sempat berpegangan pada pagar dan tidak jatuh ke air. Namun ia kesakitan, karena bagian vitalnya sempat tergenjet lantai kayu. Cowok itu tampak kesakitan dan memegang selangkangannya, tapi tentu saja malu mengakui.


"Aouwww"


Titien segera mendekat dan menarik Brian berdiri. Ia memegang paha Brian sambil tanya-tanya.


"Kok bisa jatuh sayang, hati-hati dong! Sakit yah? Yang ini?" Titien perhatian banget.


Brian tetap diam menahan sakit. Tangannya memegang kemaluannya yang kesakitan.


"Yang mana yang sakit sayang?"


Brian masih diam, ia kelihatan gak enak. Tapi Titien terus mendesak.


"Sayang... sakitnya di mana?”


Karena bosan ditanya terus, Brian memegang tangan Titien dan diletakkan tepat di penisnya. Awalnya Titien gak sadar, nanti waktu kontolnya bangun ia kembali terkejut.


"Eh... ihhh ahhhh!" Titien teriak malu. Titien mengeliat melepaskan tangannya, tapi Brian menahannya terus.


“Titien, kamu ngapain?” Aku bertanya…


“Titien mau cek kalo masih lengkap! Takut patah” Ledek Shaun.


"Santai aja sayang, sebentar malam pasti sudah sembuh dan siap untuk kamu, kok!" Goda Brian.


“Hahaha..., Brian pasti tuntut janji Kak Titien kasih oral dia malam ini” Naya juga meledek mengingatkan janji Titien semalam.


"Wah, enak sekali kau, Romeo!" Kata Shaun.


Ia kayaknya mendapat kesempatan membalas ledekan Titien ketika menabrak kaca tadi.


"Astaga! Jadi sudah janji yah?" Aku tambah bikin panas.


Wajah Titien sudah merah lagi, persis kepiting rebus. Dan seperti biasa ia lari ke Naya sambil mencubit gadis mungil itu.


-------





Titien


POV Titien


Astaga kenapa aku jadi bego gini sampe pegang-pegang punya Brian segala. Ihhh, Naya lagi pake ledek segala. Aku segera menarik tangan gadis jahil itu dan menuntunnya berjalan cepat, sementara Brian masih aja diledek Shaun dan Brenda.


Setelah tidak lama berjalan, sampailah kami di tempat tujuan, yaitu tempat penyewaan odong-odong yang lagi trend di Manado, eh persis kayak di kawasan Kraton Jogja. Di sana Edo sudah duluan pesan dua Odong-odong, Aku, Brian dan Naya dapat yang berbentuk mobil VW kodok, sedangkan Edo, Brenda dan Shaun mendapat yang model smartcar modern.


Ternyata naik odong-odong menyenangkan, apalagi kita berlomba mengelilingi lapangan di kawasan megamas. Naya dan aku ribut memberi semangat kepada Brian sambil bantu mengenjot. Sedangkan Shaun dan Edo terlihat semakin kewalahan dan dapat kami kejar.


“Yah… malu-maluin aja kalian, masak ada dua cowok bisa kalah! Malu-maluin cowok” Ejek Naya.


"Terlalu banyak bergadang, sih!" Ledek Brian.


"Eh... siapa yang bergadang? Hayo... sampe pulang tengah malam pamer toket lagi?" Edo membalas ejek.


"Romeo, lain kali kalo buka baju Titien di dalam kamar, jangan diluar dong!" Sambung Brenda.


Aku jadi malu sekali... mukaku kembali memerah.


"Hah?" Shaun kaget, gak nyangka. Kami semua tertawa.


"Eh... suka-suka gue dong! Kan pacar gue..." Brian membelaku.


Aku masih diam karena malu.


"Ayo dong, masak kalian pelan amat... bikin malu cowok aja!" Naya kembali mengejek mereka yang mulai tertinggal.


“Maklum aja Nay, dari tadi malam mereka bertiga sudah cape main genjot terus!” Aku membalas ledekan mereka tadi.


Mereka hanya tertawa mendengar ledekanku yang kena sasaran.


“Eh, emangnya Shaun sudah dapat yah tadi malam?” Brenda bertanya, kayaknya ia ketinggalan info.


"Emangnya kenapa? Hanya kalian yang bisa ngentot. Siapa suruh ribut-ribut bikin nafsu orang!" Shaun membanggakan diri.


"Wah, Naya... congratulation, Shaun main halus kan?" Kata Brenda sambil memandang ke arah Naya yang tiba-tiba jadi gugup.





“Eh… eh… bukan, gitu! Gak kok!” Naya menyangkal dengan malunya.


“Gimana mo dapat perawan Naya, … Tembakan Dickheadnya salah sasaran! Salah orang lagi!” Brian menimpali ejekan mereka… menyinggung Shaun ML dengan Landa tadi malam.


“Hah… jadi Dickhead salah sasaran? Maksudnya gimana? Dickhead gak bisa nyemprot lurus, emangnya?” Brenda jadi kebingungan, ia bingung karna gak tauh apa yang terjadi.


“Eh… siapa bilang aku gak tauh nyemprot lurus, buktinya kemarin pejuhku tepat menembak wajah Titien! Tanya aja sama cewekmu sendiri…”


“Huh?”


“Astaga!”


“Yang benar?”


Edo, Brian dan Brenda sampe kaget tidak percaya. Aku jadi gugup dan sangat malu, sementara Naya langsung memelukku sambil tertawa-tawa.


Brian menatapku curiga… ada bayang cemburu di sana… Awas kau, Dickhead!


“Ih… ini gara-gara cowok gila itu, ngewe dengan Landa di ruang nonton, eh semprot-semprot sembarangan ke aku, gak lihat-lihat kalo ada orang!” Aku membela diri.


“Hahaha…." Mereka semua tertawa.


Aku jadi malu sekali, semua orang sudah tahu aku disemprot Shaun dengan pejunya. Aku yakin semua penasaran apa yang terjadi. Kalo saja mereka tahu aku pake baju transparan dan membiarkan Shaun mengrepe toketku, wah... mau ditaruh di mana mukaku.


-----


Malam itu walau begitu banyak tempat makan, kami memilih untuk makan di KFC mengingat ketiga bule ini sudah kangen makanan sehari-hari mereka. Apalagi karena kami ingin duduk-duduk dan menikmati pemandangan di taman di kawasan megamas, di dekat pohon natal raksasa.


Kami duduk di teras lantai 2 KFC menghadap ke laut sambil makan ayam dan kentang goreng. Dari jauh kami menyaksikan orang-orang yang juga menikmati suasana keramaian di pantai Manado.


Odong-odong masih bolak-balik dengan lampu hias yang rame. Ada yang main drone dan pesawat kontrol. Beberapa layangan juga kelihatan dari jauh. Selain itu beberapa anak muda main skateboard dan sepatu roda di track yang tersedia. Yang lain mencicipi makanan ringan sambil menikmati keindahan sunset yang jelas terlihat. Matahari sudah berubah warna menjadi bola keemasan yang perlahan-lahan mulai tenggelam.


“Indah, sekali… sudah lama aku tidak melihat sunset di pinggir laut!” Kata Brian terpesona.


Shaun dan Benda juga masih terhanyut dalam indahnya suasana alam. Mereka sempat terdiam sesaat, menyadari betapa beruntungnya mereka dengan liburan ini.


Brenda tiba-tiba berdiri, ia mau ke WC. Kami menawarkan diri untuk mengantarnya, tapi ia tidak mau. Kan WC hanya dekat dari meja kami, itu alasannya. Belum lama ia pergi tiba-tiba kami terkejut dengan sebuah teriakan.


“Ahhhh!” Jeritan itu datang dari arah WC. Kayaknya itu suara Brenda. Aku dan Naya segera kesana mau melihat jangan-jangan ada apa-apa. Edo juga sempat ikut, meninggalkan Brian dan Shaun menjaga makanan. Brenda menemui kami dengan muka yang merah dan tertawa-tawa.


“Kamu baik-baik aja, Nerd-ho!” Kata Edo yang segera memeluknya.


“Aku tadi bingung yang mana WC cewek, karena tulisannya bahasa Indo. Terus aku lihat ada orang pake baju cewek masuk ke WC yang kanan, jadi aku ikut kedalam. Aku langsung cuci tangan tanpa lihat-lihat, dan pas balik aku kaget… ada banyak laki-laki yang lagi kencing di urinal… eh termasuk yang pake baju cewek tadi, hehehe…


“Astaga… kamu salah masuk toilet! pasti ia bencong… Eh… Shemale” Edo menjawab dengan tertawa.


“Apa itu shemale?”


Edo menjelaskan kepada Brenda dengan gamblang. Kami tertawa-tawa... ini benar-benar lucu. Kali ini kami menunggu Brenda sampai keluar dari WC wanita. Setelah itu kami sama-sama ke tempat duduk, dan langsung diinterogasi Shaun.


“Ada apa Nerd-ho? Kamu mau bikin heboh di sini yah?” Kata Shaun.


“Aku salah masuk toilet, pergi ke tempat cowok!” Ujar Brenda singkat tanpa menyinggung soal banci lagi.


“Tapi kamu tidak diapa-apain cowok-cowok di WC kan?” Tanya Shaun.


“Tentu Dickhead, aku masih utuh kok. Kamu tenang aja, kontol mereka kecil-kecil kok” Hehehe. Kami tertawa lagi.


-----


Keadaan mulai gelap dan sunyi... kini kami sudah berpindah ke pinggir pantai, duduk di atas batu-batuan. Aku kembali duduk dengan Brian, Brenda diajak jalan dengan Naya, sedangkan Shaun dan Edo dan asik nongkrong di situ melirik cewek-cewek. Tidak lama kemudian mereka berdua mendapat mangsa, tampak ada tiga orang cewek cantik yang kini mendekat dan berbicara dengan mereka tanpa malu-malu. Mungkin mereka teman-teman Edo dari kampus. Shaun kelihatannya langsung nempel dengan cewek-cewek cantik itu.


Brian memelukku ketika merasakan angin berhembus dingin.


“Sayang… ceritain dong apa yang terjadi tadi malam? Kok bisanya kamu disemprot Shaun!” Brian menuntut keterbukaanku.


Aku masih malu, jadi tangan Brian ku peluk erat-erat. Ia merangkulku mesra seakan menyatakan ia tidak marah… aku mulai bercerita, dimulai dengan apa yang terjadi waktu Brian pergi dari kamarku.


“Astaga, jadi Naya mendengar pembicaraan kita?” Tanya Brian.


“Kamu sih, pake-pake bikin cupang segala!” Titien tampak merajuk manja.


Aku kemudian menceritakan soal Shaun dan Naya, dan bagaimana Naya menganggap Shaun memaksanya. Untunglah Shaun cepat sadar dan Naya gak apa-apa.


“Sayang, aku kenal siapa itu Dickhead. Ia memang mesum, bukan pemerkosa cewek. Mungkin aja ia udah nafsu banget karena dipancing Naya. Kamu lihat sendiri kan bagaimana Naya menariknya ke kamar sehabis eh.. masturbasi. Pasti Shaun menganggap Naya mau ML!”


“Gadis jahil itu suka main api sih! Ingat gak waktu Shaun hampir ku hajar pake kayu di bukit kasih” tanyaku dan kami pun tertawa.


“Bisa jadi Shaun gak sangka kalo Naya masih perawan!” Tambahku membenarkan Brian.


“Huh, jadi Naya masih segel? Wah masih sesempit punya kamu dong! Hehehehe” Brian kaget tapi sempat melawak dan tawanya berakhir dalam cubitanku.


Brian menceritakan kepadaku bagaimana Naya sempat kasih naked show dan kocok kontol Shaun waktu di kamar mandi di kolam pancing.


“Aku sendiri gak nyangka kalo ia masih beneran virgin.” Kata Brian. "Gayanya berani sih. Eh ... kayak... itu tuh, ada cewek yang menciumku di atas bukit dan kasih show gratis tadi pagi." Aku mencubitnya sambil tertawa.


“Harusnya Naya ngomong ke Shaun kalo ia masih perawan dan minta bantu dijaga.”


“Seperti kamu kan sayang? aku tidak bisa menyalakan Shaun. Justru ia hebat bisa tahan nafsu. Pasti dia kaget waktu Naya bilang masih perawan. Mungkin aja kalo aku dalam posisi Dickhead sudah gak tahan. Naya itu kan cantik, bodinya seksi lagi, terus mulus, putih, dan toketnya eh…”


“Hush… sudah punya aku masih lirik cewek lain lagi.” Aku cemberut. Brian hanya tertawa dan memelukku. Aku tahu ia hanya main-main, tangannya mulai menyerobot ke dadaku. Aku biarkan aja karena pas sepi. Mungkin saja nafsunya mulai naik ingat tubuh seksi Naya.


“Pantesan si Dickhead lampiaskan nafsunya ke Landa, eh kasian dong cewek itu!” Kata Brian.


Eh, dont feel sorry for that bitch. Cewek itu yang goda Shaun sejak kita nonton kemarin.” Aku tersinggung. Brian diam aja, mungkin ia sadar kalo aku kurang senang kepada cewek bongsor itu.


“Pake main di tempat terbuka lagi… Eh… kayaknya Landa yang kita lihat di pagar lobby kemarin ngintip Edo dan Brenda. Mungkin karena itu ia jadi nafsu!” Aku mulai mengerti apa yang terjadi.


“Iya sih…mungkin ia lagi masturbasi terus kepergok. Wah, enak banget si Dickhead ada tempat pelampiasan…!” Brian menyindir aku, dan dibalas dengan cubitan sampe ia kesakitan.


“Apa katamu? Jadi kamu juga mau lampiaskan ke cewek lain karena aku masih segel?” Titien mulai merajuk.


“Bukan gitu sayang, aku kan bukan si Dickhead. Aku hanya suka kamu kok. Aku suka toket sekalmu, dan perut ratamu, dan paha mulusmu, dan memek sempitmu, bibir manismu dan aku pasti suka oral mu besok!” Brian merayu sekaligus menggodaku. Aku tertawa menutupi malu...


“Makanya kalo aku lagi nafsu kamu harus kasih!” Brian bercanda.


“Eh… enak aja!” Kataku… sambil mengeratkan pelukanku.


“Sayang, jadi Naya yang suruh kamu damprat Shaun?” tanya Brian.


“Gak sih! Begitu dengar Naya ngaku hampir diperkosa, langsung aku pergi. Aku gak tauh kalo Shaun lagi asik ML… yah aku yang korban."


“Emangnya Shaun nyemprot di mana?”


Aku menunjuk ke arah wajah dan tertawa malu. Aku mengingat kembali kejadian tadi malam.


“Aku jadi bingung, kok bisanya yah aku melabrak Shaun yang sedang ML dengan Landa. Terus aku lupa kalo aku masih pake baju transparan yang kupakai tadi pagi! Pasti Shaun pikir macam-macam, yah di semprot dong” Kata Titien sambil tertawa.


“Astaga! Kamu pake baju yang tadi pagi? Gak pake dalaman?”


“Ih…”


Aku gak berani jawab, aku malu sekali. Brian masih saja menatapku, penuh tanda tanya. Yah, langsung aja ku sambar bibirnya dalam gairah yang tiba-tiba muncul. Brian masih bingung, tapi ia balas menciumku ... mudah-mudahan ciumanku bisa buat ia bungkam gak tanya-tanya lagi. Akhirnya, tak terasa sudah cukup lama kita berdua bermesraan di tempat ini.


“Sayang, aku ada permintaan.” Aku melihat mata Brian bersinar jahil. Pasti ia merencanakan sesuatu yang mesum lagi. Aku hanya menatapnya …


“Besok malam ini waktu kau mengoralku, kamu pake lagi baju itu yah… ingat baik baik, tanpa dalaman!” Brian menuntut, aku hanya tertawa kecut. Astaga, pasti ia cemburu… lebih baik ku iyakan saja.


“Ih… maunya! Kenapa? Kamu mau semprot aku? Kan sudah tadi pagi” kataku menantangnya.


“Kamu tahu sendiri kan kalo kamu tampil seksi, aku jadi gak tahan!” Katanya.


Aku kembali mencubitnya.


-----


Tepat jam 10 malam kita janjian pulang. Besok masih ada petualangan lainnya. Brian mengajakku segera beranjak ke mobil. Naya dan Brenda sudah kelihatan berdiri di samping mobil. Wajah Naya kelihatan lebih tegang, pasti marahnya belum habis. Matanya memandang jauh ke depan, sekilas lirikanku mencoba mengikuti arah pandangannya.


Ternyata ia masih melihat Shaun yang lagi bercengkrama dengan cewek-cewek Manado yang baru saja bertemu. Mereka kelihatan asyik berbincang-bincang sementara dua orang gadis cantik dan seksi sementara bergantung di tangan Shaun. Astaga… pasti Naya cemburu.


Brian pasti merasakan kekhawatiranku dan memandangku. Ia sekilas melirik kepada Shaun dan berkata.


"Sudalah Tien, nanti aku ngomong sama Dickhead malam ini. Cowok bego itu harus diketok sedikit batok kepalanya!" Brian juga kelihatan kesal


"Emangnya kamu mau ngomong apa?"


"Yah biasalah... Eh, aku juga mau tanya sesuatu kok, penting banget!" Brian bikin penasaran.


"Apa itu?” Aku penasaran.


"Aku mau tanya kalo tadi malam memekmu kelihatan gak jembutnya? Lebat atu gundul! Kan transparan gitu!" Ejeknya.


"Ihhhh" aku mencubit pinggannya sampe Brian minta-minta ampun. Aku tertawa lagi mengingat kejadian itu.


"Dengar baik-baik Romeo, kalo kamu meledekku lagi, aku kasih memekku ke Shaun, puas?”


——
 
Episode 18 The bet is on





Shaun





Naya


POV Shaun


Wah cewek-cewek disini cantik dan hot juga.


Sementara Brian dan Brenda terpesona dengan keindahan alam disaat sunset, aku malah melirik cewek-cewek Manado, yang ternyata cantik-cantik dan berani berpakaian seksi di umum. Kayak di California aja rasanya. Wah kalo gini, aku jadi lupa Bangkok, hehehe.


Aku dan Edo duduk di pagar trotoar melihat-lihat cewek yang mondar-mandir di jalan. Kami bertemu dengan tiga cewek yang senyum-senyum memandang kami dari jauh. Wah... ketiga-tiganya oke lah, Aku segera tebar pesona setelah jiwa adventure ku terpancing.


Menurut Edo, aku punya modal tambahan memikat cewek. Yaitu karena aku orang bule... cewek-cewek disini suka cowok bule. Dan pasti aku menggunakan aset terbaikku untuk berkenalan, tampang ku yang macho.


"Excuse me girls, do you know where is the best place for drink around here?" That's a piece of cake.


Singkat cerita kami pun berkenalan. Yang paling genit diantara mereka namanya Gina, terus yang seksi tapi pendiam Noula dan yang imut dan paling muda Devi. Ketiganya memiliki kecantikan yang berbeda. Dua yang pertama sudah kerja, sedangkan Devi mengaku mahasiswa di STIE Swasta di Manado. Hhmm typical gadis Manado hobby hang out.


Gina orangnya suka digombalin, kayaknya jadi juru bicara mereka. Noula memiliki tubuh berlekuk dengan aset yang menarik dan tidak malu malu memamerkan keseksiannya. Eh, pakaiannya juga modis dan berkelas, lho. Sedangkan Devi paling imut dan polis. Kayaknya ia punya bapak yg galak, karena bokapnya selalu jadi bahan canda mereka. Ketiganya teman sekelas di kursus di Future English, di mana mereka disuru cari native speaker untuk latihan bahasa Inggris. Wah... rumput cari kuda ini.


Tanpa menunggu lama saya dan Edo mendapat no telpon mereka, dan janji nanti cari hang out malam sama-sama. Eh.. dipancing dugem mau aja! Alamat mudah dipancing ke ranjang, yah? Sayang udah waktunya mau pulang.


——


Akhirnya di jalan kami terus bercengkrama. Dan sebagaimana biasanya, mereka memaksa aku duduk disamping Naya, walaupun Naya sendiri sempat protes.


Di mobil kami diam aja, gak tahu mau bilang apa.


Memang sih tadi kita sempat ngomong biar sedikit, tapi ia kembali diam. Aku ingat kembali apa yang terjadi tadi malam.


Naya is really weird. I've never seen a girl who completely seduce me and turning me up, yet reject me on the last minute. Alasannya klasik, ia masih virgin, emangnya mau jadi virgin seumur hidup?


Untunglah Landa sempat memuaskanku tadi malam. Eh... juga dibantu Titien dengan baju transparannya. Hehehe... aku juga belum sempat ngomong ke Brian yah, ceweknya ternyata nakal juga.


“Nay, kamu masih marah!” Aku bicara pelan. Kayaknya aku terlalu banyak membuat ia sakit hati.


“Aku minta maaf yah!”


Naya menatapku, tapi ia diam aja. Entah apa yang ia pikirkan.


“Aku sedih kalo kamu diam terus. Aku… eh aku tidak dapat melupakan mu. Aku merasa sesuatu yang lain dengan mu, Nay!”


“Kamu jangan marah lagi, yah!”


Naya masih diam. Kali ini aku mau bicara, tapi terlambat. Mobil udah sampai di tempat kos, dan terpaksalah pembicaraan kita terhenti. Aku hanya bisa menatapnya jalan dengan Titien balik ke kamarnya.


Aku masih mengharapkanmu gadis mungil ku yang jahil. Awas kalo aku dapat lagi... akan ku buat kau minta-minta kuperawani, hehehe.


——-


Begitu sampai di rumah, hapeku langsung berdenting. Akhirnya ketemu wifi juga.


Ada beberapa i-message yang masuk, ternyata diantaranya dari Gina dan Noula, gadis-gadis yang berkenalan tadi. Mereka mengirimkan foto mereka yang aku minta tadi.


‘Gila, seksi amat!’


Aku jadi terkagum melihat foto yang berisi gaya centil dan seksi kedua gadis ini yang sangat mengundang. Masih pake tanktop sih, tapi belahan keduanya nampak jelas.


Bikin stress aja!


Sayang sekali malam ini udah larut. Kami semua udah ngantuk setelah beredar-edar di tempat pembelanjaan. Untunglah besok kita tidak banyak jalan, menurut Titien kita akan ke fasilitas olahraga, untuk merenggangkan badan dulu.


Kami semua langsung bersorak ketika ia bilang besok breakfast jam 9 pagi. Baguslah bisa coli lama sambil membayangkan gadis-gadis lokal. Ah udah bosan coli, aku mau memek malam ini…


Terpaksa aku mengambil telpon dan call seseorang. Ia pasti mau…


“Haloo… udah tidur?”


“Belum… dikit lagi!”


“Aku juga, mau ditemani? Aku ke sana yah sekarang?”


“Tumben, kamu lagi horny tapi gak ada pelampiasannya, yah? Hahaha…!” Edan, ia malah menertawakanku.


“Ok aku kesana…”


“Eh, gak boleh… aku sibuk malam ini. Mungkin sampai subuh, ada yang harus dikerjakan. Kamu tahu kan?”


“Yah.. apes deh!”


“Hehehe… selamat coli sayang!”


Ia menutup telpon.


Yah, terpaksa deh coli lagi…


——-






Titien





Brian


POV Titien

Besok pagi nya

“Eh, Sayang… tunggu!” Aku berteriak.


Brian mempercepat larinya dan meninggalkan aku dibelakang. Kami lagi jogging keliling kompleks, awalnya biasa saja, tapi begitu bertemu dengan seekor anjing kampung Brian kayak takut.


Benar aja… ketika ia lari, anjing itu justru mengejarnya.


“Eh… tolong, aduh..”


Terpaksalah aku mengejarnya dan mengusir anjing itu. Brian masih ngos-ngosan ketika aku mendekatinya.


“Kenapa?” Aku bertanya.


“Aku takut, anjingnya gak diikat… galak lagi!”


‘Anjing sekecil itu masak dia takut. Gimana nih cowok hanya untung besar badannya, pake tinggalin pacar sendiri waktu dikejar anjing,’ Umpatku dalam hati.


Aku gak tahu harus kecewa atau tertawa. Brian tadi benar-benar ketakutan, kasihan juga. Mungkin baru sekarang melihat anjing dibiarkan tanpa diikat… terpaksa aku diam aja, gak mau buat dia kecewa.


Kami terus berlari dan akhirnya sampai ditempat semua.


“Kamu kuat sekali, sayang!” Aku memuji cowok keren itu yang bela-belain jogging bersamaku. Biarpun ia udah kelihatan capek, tapi tetap gaya cool.


“Huh, cape… kamu juga hebat. Kita udah keliling kompleks ini tiga kali, mau lagi?” Ia bertanya.


“Gak ah… kita duduk dulu di situ!” Aku juga sudah cape.


Memang biasanya juga aku keliling tempat ini dua atau tiga kali kalo jogging pagi. Jadi aku sudah biasa, tapi cowok itu juga belum juga ngos-ngosan. Staminanya bagus!


Kami pertama menuju ke mobil di mana barang-barang kami berada. Setelah kami duduk sebentar, baru aku membuka botol air minum yang sengaja aku bawa di tas ranselku. Brian juga mengambil hape dan cek sebentar kalo ada pesan masuk.


Kami terus duduk menikmati pagi yang indah di taman kecil ini. Suasananya cukup indah dan asri, karena agak tersembunyi di ujung jalan. Brian meraih tanganku lalu menggenggamnya…


“Sayang…”


“Kenapa?” Ia bertanya.


“Setelah ku pikir-pikir, aku jadi takut dengan diriku waktu aku bersamamu.” Aku bicara pelan-pelan.


“Maksudnya?”


“Kalau bersama kamu aku takut tidak bisa mengontrol diriku. Setiap kali ada aja peristiwa mesum… aku sendiri jadi bingung.”


Brian diam aja…


“Tahu gak, sebelumnya aku gak sedekat itu dengan pacar aku sebelumnya. Hampir beberapa bulan aku aku ijinkan ia menciumku… tapi kamu?”


“Eh, kan kamu yang menciumku?” Brian melucu, tapi aku gak tertawa.


“Justru itulah, aku jadi takut gak bisa mengontrol diriku. Aku gak bisa bayangkan kalo aku seberani itu mencium cowok yang baru kenal, atau pegang-pegang eh kemaluan cowok, eh malah buka baju dihadapan pacar…! Aku bukan cewek seperti itu sayang. Kok bisanya aku pake baju transparan ke kamar kamu?”


“Jadi aku harus gimana? Aku kan tidak menyuruh kamu pake baju itu!” Brian bingung dengan sikapku.


“Iya… itu sebabnya aku jadi takut dengan perubahan dalam diriku.”


Brian memelukku sambil membelai-belai rambutku.


“Aku mau jujur sayang, kamu benar cowok yang sangat sempurna… eh, maksudnya kamu memiliki sex appeal yang sangat tinggi, dan kamu buat aku terasa spesial… eh kamu tahu kan apa maksudku?”


“Jadi aku harus gimana?


“Kamu harus lindungi aku yah? Tolong aku supaya jangan jadi gadis yang nakal. Aku takut aku tidak dapat mengontrol diri…!” Aku menggenggam tangannya kuat.


“Aku takut waktu kamu pergi, aku tidak akan sama lagi!” Aku menambahkan


“Kamu tahu sendiri kan itu sulit sekali!” Katanya…


“Maksudmu?”


“Kamu tahu kan kalo kamu juga memiliki sex-appeal yang sangat tinggi di mataku, dewi kesempurnaan yang bisa membuat aku melayang hanya dengan kerlinganmu. Semua yang ada padamu sangat indah menjadi khayalanku waktu tidur…” Ia menjelaskan.


“Maksudnya…?”


“Wajahmu sangat cantik, tubuhku ih.. benar-benar indah, bikin aku bernafsu. Apalagi toketmu yang padat, perutmu yang rata dan indah, dan aku yakin meskipun jembut panjang, memek kamu pasti indah sekali…” Brian bicara apa adanya.


“Eehhhhh…!” Langsung aja kedua tanganku mencari titik-titik yang mematikan untuk dicubit, dan cowok itu mengelak dengan tertawa-tawa.


“Ihhh… dasar cowok, pikirannya mesum melulu. Sayang, katanya cinta… kok yang keluar kata-kata nafsu doang. Kamu harus hargai aku dong?” Ujarku merajuk.


“Dengar baik-baik Titien sayang, kalo aku tidak hargai kamu, kamu pikir bisa keluar dari kamarku dengan utuh kayak kemarin?” Ia membalas kata-kataku dengan telak.


Aku terdiam, Brian benar.


Ia menarikku kembali ke pelukannya…


“Sudah siap kan oral kontolku sebentar? Aku gak mau kentang lagi malam ini!”


“Dasar…!”


——-


Di atas mobil, aku sempat telpon ke kampung mengabarkan keadaanku. Udah kangen mama dan papa, juga adikku satu-satunya, Doni.


Tadi Mama dan Papa juga ngomong, udah rindu anaknya yang cantik ini pulang. Terus Doni kasih info update tentang kampungku, Santi sohib eratku mau kawin dekat-dekat ini, minta aku jadi pagar ayu.


“Eh? Sejak kapan Santi pacaran?” Aku terkejut.


Doni menceritakan sesuatu yang membuat aku kaget.


‘Astaga! Ia kawin karena sudah keburu hamil 3 bulan, eh padahal baru 4 bulan pacaran dengan cowok yg baru datang dari Jakarta, lha kok?’ Aku sampai terdiam mendengarnya.


Tapi menurut Doni itu mending dari pada Endang yang juga sudah bolong duluan dan harus kawin dengan Pak Dula, jurangan cengkih.


‘Astaga, Endang kok mau aja main dengan bandot tua mesum itu.’ Ada-ada aja… Gawat juga teman-teman sekelasku.


Doni cerita teman-temannya tanya-tanya kapan aku pulang, mereka butuh penyegaran mata.


‘Ihhh... emang aku tetes mata, gitu?’ Hmmmm... Aku rindu suasana kampung yang sederhana … kapan bisa pulang yah? Sambil perkenalkan cowok baruku.


“Don, nanti Kaka sambung sebentar malam lagi yah!” Setelah menutup telpon aku kembali merasa di alam nyata.


Kami bertujuh sedang berada di mobil, menuju ke salah satu sport center eksklusif yang ada di pinggiran kota. Aku sudah booking tempat ini, lengkap dengan semua fasilitasnya.


Bertujuh? iya… Brian, Shaun, Aku, Naya dan Edo, terus Landa dan Della pingin ikutan, makanya diangkut juga. Tapi Brenda gak mau… katanya gak enak badan. Ia memilih untuk tidur… aku sempat tanya secara pribadi kalo ia jetlag atau lagi datang bulan, ia bilang capek aja. Tapi aku sempat titip obat kalau dia butuh.




Edo




Della




Landa

Begitu sampai, kita langsung menuju lapangan. Paling pertama kita main bulu tangkis, aku pasangan dengan Brian dan Naya dengan Shaun, sedangkan Edo, Landa dan Della jadi penonton yang mengomentari permainan kami.


Kedua cowok bule itu gak mau mengalah, walau kelihatannya mereka menjadi sasaran untuk dapat poin. Aku tahu mereka gengsi aja, tapi Naya sampai stress karena Shaun salah-salah terus tapi gak mau mendengar kata-kata gadis itu.


“Gini aja, bagaimana kalo aku dan Naya lawan kalian berdua?” Usulku, Naya langsung berbinar-binar.


“Mana mereka berani, kak?” Kata Naya ikutan menantang mereka.


“Kalo mereka laki-laki, pasti mereka berani!” Aku ikut memancing mereka setuju.


“Oke…! Kami terima tantangan”


“Siapa takut?” Brian ikutan juga.


“Pake taruhan gak?” Aku pancing lagi.


“Mana mereka berani kak?” Naya tertawa, kembali memanas-manasi.


Mereka berdua diam aja, gak berani kayaknya.


“Bikin malu cowok… masak kalah sama cewek!” Naya mengejek mereka.


“Gini aja Nay, yang kalah pulang rumah pake rok!” Aku ikutan bercanda karena melihat semangat Naya. Brian dan Shaun langsung protes…


“Hahaha…” Edo dan semua yang dengar langsung tertawa.


“Gimana sayang? Berani pake taruhan?” Aku mendekati Brian.


“Gak ah… aku tahu maksudmu supaya lolos dari deal kita kan?” Cowok itu ternyata banyak perhitungan.


“Hahaha…”


“Gini aja, kalo kalian menang bisa minta apa aja sama aku dan Nay, tapi jika kalian kalah, kalian harus terus menemani kami sepanjang hari, gimana?” Aku main mata kepada Brian.


“Ok deal!” Ia mengerti maksudku supaya Shaun tidak meninggalkan Naya.


“Bagaimana Shaun, masih takut?” Aku memancingnya.


“Siapa takut! Deal..!”


“Awas yah kalian kalo kalah…!”


Kami pun mulai menunjukan kebolehan kami memengang raket. Dengan cepat kedua cowok itu ketinggalan jauh, dan kali ini mereka diam, tapi bisa menyalahkan. Kami terus menertawakan mereka yang gak mampu mengejar cock di tempat-tempat mematikan. Berulang kali mereka tertipu dengan dropshot yang kami lakukan. Naya malah sempat beraksi dengan memukul di belakang badan beberapa kali…


“Game point, sex!”


Kami tertawa waktu Edo mempelesetkan angka six menjadi sex. Ketiga penonton dengan riuhnya tertawa-tawa melihat frustasinya cowok-cowok itu. Akhirnya mereka menyerah juga…


Setelah itu giliran Edo, Landa dan Della main. Aku juga ikutan berpasangan dengan Edo, karena Landa dan Della jauh lebih tangguh dari pada aku. Disitulah Shaun dan Brian terbuka mata mereka melihat permainan kami yang sangat apik. Tidak heran mereka kalah jauh…


Setelah istirahat sebentar, aku mengeluarkan bola takraw dari mobil. Keduanya bingung melihat jenis bola itu, dan aku harus menjelaskan cara permainannya.


Benar aja, kali ini kita semua memiliki level yang sama dalam permainan takraw, sama-sama pemula. Dan supaya seru, kami semua turun lapangan badminton yang diperkecil sedikit ukurannya memakai kapur. Permainan yang unik, tiga cowok melawan empat cewek.


“Pake taruhan gak?” Kali ini Shaun menantang.


“Taruhan apa?” Yang lain penasaran…


“Siapa yang kalah, masak sebentar malam…” Usulku…


“Eh, gak adil… cewek memang hobi masak dan kami bertiga gak tahu masak” Protes Brian.


“Gini aja, kalo kami kalah, kami akan pake pakaian seksi buat kalian… baju renang seharian di kos, gimana?” Aku memancingnya.


“Setuju!”


“Deal”


“Yes!”


Ketiga cowok itu kegirangan.


Sebagaimana diprediksi cowok-cowok lebih lincah dan jago dalam memainkan bola, namun itu ditutupi dengan kelincahan Naya dan Landa yang ternyata juga pemain yang handal.


Skor yang saling susul membuat pertandingan ini rame. Akhirnya kami harus mengakui kekalahan, setelah bermain cukup lama… ternyata cowok-cowok ini memiliki stamina yang kuat, sementara Della dan Landa sudah kelelahan. Mungkin aja deal tadi membuat mereka bersemangat.


Sepanjang jalan tak henti-hentinya kami bercanda soal permainan tadi, sehingga ketika tiba di restoran yang sudah kupesan sebelummya, meja kami jadi yang paling rame. Brian berbisik terus mengingatkan aku atas taruhan tadi, aku harus pake baju renang didepannya… aku hanya tertawa mengiyakan.


Ada hal yang menarik waktu outing kali ini, Della sempat jadi akrab denganku. Kami sempat bercerita berdua, dan ia terus menyatakan kekaguman atas diriku. Sejak itu ia memanggilku Kak, sama seperti Naya.


Sehabis makan kita kembali ke tempat kos untuk beristirahat. Aku menyuruh mereka untuk ke halaman belakang sebentar jam empat sore, ada kejutan.


——


“Astaga, kak! kolam renang?” Naya sampai kaget melihat sebuah kolam above the ground yang dipasang dibelakang kos. “Kapan mereka pasang, Kak?”


“Tadi pagi waktu kita ke sport center, aku sewa selama sebulan, soalnya aku lihat mereka suka renang.”


“Wah, pasti rame…”


“Eh, pantesan Kak Titien suruh kita pake baju renang! Ternyata kita memang mau berenang”


“Hihihi…” Aku tertawa.


Eh, apa itu Kak? Naya kaget melihat Bang Jaya, pembantunya dan beberapa orang datang membawa speaker dan tape.


Gini Nay, enak kan kalo santai terus ada musik…


“Keren…!”


“Iya dong, jadi ceritanya kita mau pool party… sambil barbeque. Tadi aku sudah suruh Edo beli sate yang belum di bakar, nanti kita bakar rame-rame.”


Naya senang sekali, dan aku yakin orang-orang kos juga pasti menyukainya.


Benar juga tak lama kemudian hampir semua orang yang tinggal di kos langsung turun dan nyebur di kolam. Kami semua mandi, tak ada kecualinya… karena siapa yang tidak mandi akan diangkat dan diceburkan.


Kolam renang portable itu luasnya sih hanya sekitar 5m, berbentuk lingkaran dengan tinggi air 125 cm. Aku menyewanya selama satu bulan, karena tahu cuaca panas seperti ini paling tepat kita mandi-mandi.


Begitu Brian melihatku ia langsung tertawa.


“Kenapa sayang?” Aku pura-pura bertanya.


“Curang! kamu udah tahu ada kolam renang, pantasan pake baju renang!” Katanya protes.


Aku hanya tertawa menanggapinya.


“Padahal aku udah bermimpi mau melihat kamu pake baju seksi…”


“Kan sudah kemarin pagi, apa belum cukup?” Aku mengerling tersenyum.


Brian mendekat.


Dan membiarkan ia memeluk ku dan mencium pipiku sekilas.


——-


Seperti yang ku prediksi, suasana kolam renang sangat rame. Ketiga tamu kami benar-benar puas mandi-mandi sambil bermain game kejar-kejaran dalam air. Aku juga menyukai game yang diajarkan Brian tadi, namanya Marco polo. Satu orang memakai penutup mata, menyebutkan Marco, dan semua yang disekitarnya membalas Polo. Ia mencari tangkap salah satu dari kami untuk menjadi Marco berikutnya.


Selain Landa dan Della, ada beberapa anak kos lainnya turut bergabung. Mereka senang sekali ada kolam di rumah ini. Kami janjian hari Jumat nanti buat pool party lagi. Aku juga berkenalan dengan Mega dan Cindy, dua mahasiswa, dan Anggia karyawan swasta. Juga ada Vicka seorang arsitek, yang tinggal bersama Chicka, adiknya yang retarded.


Chicka ternyata sudah pernah ketemu Brian, dan akrab dengan cowok itu.


Sangat seru, sehingga kami makan barbeque di kolam. Untung cuaca mendukung. Nanti jam enam sore baru naik karena udah mulai dingin.


———


Malam itu, entah karena keakraban kami, semuanya enggan berpisah, masih aja kumpul bareng di family room. Ada beberapa yang main kartu, tapi rombongan besar kami main game Monopoly.


Awalnya Naya ikutan main, tapi ditengah permainan ia menarik diri. Padahal posisinya yang paling bagus, ia memang punya bakat bisnis.


“Nay, kemana?”


“Aku capek kak, mau tidur aja…!” Gadis itu memang kelihatan capek, dari tadi ia yang paling aktif.


“Kamu gak sakit kan?”


“Gak kok, kakak terus aja. Nanti jam 9 naik ke kamar yah? aku mau ngomong!”


“Ok deh!”


‘Ada apa dengan anak itu? Mungkin aja ia merindukan keluarganya dan masa-masa indah waktu mereka suka kumpul bareng. Aku tahu Naya sering merasa kesepian di rumah, dan butuh kasih sayang dari orang tuanya. Ah, biarkan dulu ia menyendiri. Nanti kan sebentar aku naik ke kamarnya.


Kepergian Naya membuat permainan monopoli tidak lagi seru. Padahal barusan kami tertawa-tawa dengan senang melihat Shaun dan Brian berulang kali terjebak dan harus bayar hutang. Entah kenapa sekarang tidak lagi rame, eh, mungkin karena Shaun sendiri udah gak bergairah.


Setelah semua setuju berhenti, kamipun duduk-duduk di sofa sementara menikmati musik lewat TV, dan gorengan. Brian menarik tanganku dan mengajak aku ke pojok. Aku biarkan aja apa maunya. Ia menyuruhku duduk dilantai bersandar di kakinya, dan mulai memijit pundakku….


“Aahhh enak sekali. Ternyata kamu bisa jadi tukang pijat!”


“Hehehe… tenang sayang, aku janji akan siap pijat kamu kapan saja kamu mau, setelah kita menikah!”


“Menikah?”


“Kamu gak mau menikah denganku?” Brian bertanya membuat aku penasaran.


“Kamu melamarku sekarang?” Aku balas bertanya sambil berbaling belakang dan menatapnya.


“Sudah ku bilang ada yang harus aku selesaikan dulu, setelah itu aku akan datang meminangmu!” Mata Brian menunjukkan kesungguh-sungguh.


“Aku tunggu pinanganmu sayang!” Aku tertawa.


Kami kembali diam, dan Brian melanjutkan pijatannya.


Sementara itu Della dan Landa masih berbincang-bincang dengan Shaun, mencoba menghibur hatinya. Shaun malah minta dipijat tangannya oleh kedua gadis sepupu itu. Tapi kemudian Della duduk menjauh. Eh, ternyata Edo duduk di samping Della dan mulai berbincang akrab dengan cewek itu.


Sejak kapan mereka akrab seperti ini? Keduanya kelihatan cocok dan nyambung ceritanya.


Tapi tak lama kemudian Della berdiri dan mendekatiku.


“Kak Titien, mau air panas? kopi atau teh?” Della menawarkan kami, kebetulan ia mau ke dapur.


“Kamu mau apa sayang?” Aku tanya ke Brian.


“Kalo kamu?” Brian tanya balik.


“Aku kayaknya butuh milo, capek banget!”


“Aku ikutan deh!”


“Della, minta dua gelas milo yah?”


“SIp kak!”


Aku melihat Edo juga ikutan turun ke dapur dengannya. Apa Edo naksir gadis itu yah?


Sementara itu Shaun dan Landa kini duduk sangat berdekatan selepas sepupunya pergi. Benar aja, gadis itu mau menggoda Shaun lagi.


Aku sebenarnya kasian melihat anak itu, apalagi aku tahu ia sempat ML dengan Shaun walaupun tanpa ikatan. Yah begitulah, tipical anak muda jaman sekarang, mau enaknya aja.


Ah, ngapain lagi aku kepo. Itukan urusan mereka…


Dan terjadilah… pas aku mau minum, tanganku kena tangan Brian yang juga hendak memijatku lagi. Alhasil, minuman panas itu tertumpah ke pakaianku sampai basah kuyup.


“Aduh… maaf… sorry sayang!” Brian mengebas-ngebaskan bajuku. Aku tahu ia gak sengaja.


“Basah deh!”


“Aku bikin yang baru aja…”


“Gak usah… Aku mandi dulu yah! Nanti aku sms sebentar”


——-


POV orang ketiga


Ketika kartu SIM Simpati yang baru dimasukkan ke dalam galaxy tab, dan disambungkan ke laptop, kini laptopnya tersambung internet. Kembali dalam minggu ini sebuah kabar rahasia disampaikan… dienkripsi dengan sandi yang ketat, dengan IP yang di scramble supaya gak tauh ada di mana.


Subject under control, Location lock: Manado, Indonesia. Request support and resources. Looking forward to the d-date


Email yang singkat ini segera muncul di California, dan disambut dengan suatu tarikan nafas puas. Tidak lama kemudian sebuah balasan singkat muncul,


“Lokasi sudah diketahui, request segera dikirim. Ingat baik-baik tanggal d-date. Jangan gegabah. Jaga jangan subject keluar parameter”


Ketika ia membaca balasan itu, ia langsung senyum. Tugasnya makin gampang.


Setelah itu ia masih membuka laptop, menyiapkan laporan detail yang sekali-kali dapat dikirim. Dan juga ada beberapa analisis yg harus ditangani. Ia tidak boleh gagal.


Sekali lagi ia melihat dari jendela sebuah objek yang baru dipasang tadi pagi. Above the ground pool cocok sekali, supaya mereka betah dan tak perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi.


——-




POV Naya

Flashback di kolam tadi


“Ihhh…. kenapa sih kamu kejar-kejar aku terus!”


Aku protes kepada Shaun yang selalu menjadikan aku targetnya waktu kita bermain-main di kolam. Aku sudah menjauh tapi ia terus mendekatiku.


“Aku menyukaimu” Suara Shaun lirih.


“Kenapa kamu suka aku?” Aku tanya lagi…


“Karena kamu cantik… dan manis… dan… dan… dan…!” Shaun mulai gombalnya tapi ditengah ia kebingungan.


“Dan apa?” Entah kenapa aku suka melihat Shaun begini.


“Dan jago mengisap kontol!” Ia berbisik pelan.


“Ihhh… mesum… nakal!”


Kembali tanganku mencubitnya, Shaun malah memelukku. Aku membiarkan aja meskipun banyak yang melihatku. Kami masih terus berbisik-bisik mesra.


“Kalo kamu menyukaiku, kenapa tadi malam kamu main dengan Landa?”


“Karena kamu buat aku kentang…!”


“Ihhhh… alasan. Dasar cowok, gak peka!” Aku mencubitnya lagi, kali ini ia mengelak kesakitan. Rasain…


“Aku minta maaf… aku pikir tadi malam kamu sudah siap.”


“Kamu harus tunggu Shaun!”


“Sampe kapan?”


“Sampai aku siap!”


Shaun kembali memelukku dan aku merasa damai. Ia sungguh mencintaiku…


“Iya aku tunggu.”


Shaun memajukan bibirnya dan kembali menciumku singkat tapi penuh perasaan. Aku merasakan hasratnya untuk memiliki. Ada besar gairah untukku disana.


“Tadi malam aku gak berpikir panjang, pas lihat Landa lagi masturbasi, jadi aku goda aja!” Kata Shaun menjelaskan.


“Bilang aja kamu butuh penyaluran!”


“Naya gak marah kan?”


“Gak, asal hatimu padaku aja.”


“Tentu saja. Makasih yah sayang…!”


Sana kejar Della dan Landa dulu kalo kamu jago. Masak aku terus yang dikejar…


Kami main lagi, kali ini bukan aku jadi sasarannya. Ia menang banyak tuh…


Dasar cowok mesum.


Entah kenapa aku tidak bisa marah kepadanya kalau ia seperti itu. Padahal tadi didepan mataku, aku melihat tangannya yang nakal sempat diparkir di tubuh Landa, eh malah sempat-sempat menggeranjangi sepupunya, Della yang tak sempat menghindar. Shaun juga pake pura-pura tabrakan waktu renang, tapi langsung mengambil keuntungan meremas dada gadis itu sampai kelabakan… ia gak sadar kalo sedang berhadapan dengan buaya darat.


Lucu juga melihat Della terus-menerus mengibaskan tangannya menangkis ataupun menghindari cowok mesum itu. Masalahnya karena keterbatasan bahasa, sehingga ia tidak bisa ngomong ke Shaun. Maka beruntunglah cowok itu sempat berulang kali menggrepe tubuh ranum gadis itu.


Akhirnya Della gak tahan dan lari keluar… Ternyata gadis itu gak genit seperti adik sepupunya yang mau-mau aja digrepe dan digeranyangi.


Dasar Dickhead! Gak pernah berubah, selalu aja gak pernah bisa lihat cewek cantik.


Flashback selesai


——


“Shaun, tunggu di situ yah!” Masak ia mau ikutan masuk kamar mandi.


“Eh, dealnya kan aku harus temani terus… jadi aku masuk yah?” Shaun bercanda.


“Ihhh, dasar mesum!” Aku mencubitnya lagi.


Yah Shaun sementara menemani aku di kamar, dan sempat ingin ikutan aku ke kamar mandi untuk bilas. Apa aku ijinkan aja ia masuk? Hihihi…


Setelah mandi aku langsung memakai pakaian dalam ganti, lalu menutupi tubuhku dengan kimono. Shaun pasti kecewa aku sudah ganti di kamar mandi, hihihi.





“Nay, kenapa sih kamu harus mempertahankan keperawananmu?” Tanya Shaun tiba-tiba.


“Karena aku mau melepasnya dengan cara yang istimewa, dan dengan cowok yang aku suka. Aku gak mau kesan pertamaku hilang percuma dengan cowok brengsek kayak kamu! Nanti aku kesakitan lagi”


“Eh siapa bilang sakit!”


“Dickhead… semua cewek pasti bilang kalo pertama itu sakit!” Kataku sambil tertawa.


“Jadi cuma dengar dari orang? Kamu sama sekali belum pernah lihat?” Ia bertanya.


Aku menggelengkan kepala.


“Lihat orang ML aja belum pernah?”


Aku diam aja.


“Mau aku kasih show?” Goda Shaun.


“Emangnya kamu mau ngesek dengan siapa?”


“Kamu pilih aja siapa, pasti mereka mau.” Shaun percaya diri.


“Kak Titien!”


“Ihhh… bisa-bisa aku dihajar Romeo dan Nerdho…” Kata Shaun tertawa.


“Landa?”


“Itu mah gak ada tantangannya… terlalu mudah!” Cowok itu sesumbar. Tapi ia juga, ia sudah sempat main dengan gadis bongsor itu.


“Gimana kalo Della?”


“Della, oke. Deal… asal kamu gak marah! Kalo perlu keduanya sekaligus” Katanya.


“Iya, aku gak marah… buktikan kalo kamu bisa main dengan cewek itu…”


“Kalo bisa aku dapat apa?”


“Kamu mau apa?”


“Free tinggal di kosanmu sampai akhir tahun!” Shaun bercanda.


“Deal, jadi kalo aku gagal, Camera ini jadi milikku!” Aku membalas, gak sungguh-sungguh sih. Aku tahu kalo Camera hadiah dari Brian dan Brenda itu benda yang paling berharga miliknya. Ia selalu bilang kalo ini adalah tanda-tanda kalo ia akan jadi scientist top.


“Deal!”


Nekad juga tu cowok, percaya diri yang sangat tinggi. Aku jadi penasaran apa ia bisa memperawani Della malam ini. Eh, apa Della masih perawan? Kayaknya sih… Memang ia sempat punya cowok, tapi belum ada yang dekat sampai dibawa ke kos.


“Oke, tunggu kalo gitu, aku atur alatnya…”


Shaun cepat-cepat turun dan mengambil Camera DSL-nya. Setelah ia kembali, ia membawa ternyata membawa tripodnya juga. Ia mengatur supaya hape aku bisa melihat tayangan melalui camera tersebut, dan sekaligus menjadi remote control Camera dan tripodnya sekalian. Canggih juga alatnya…


Selanjutnya tinggal konek tayangan di hape dengan televisiku… Shaun menjanjikan siaran langsung bokep malam ini. Aku jadi deg-degan…


——


Sekarang ini aku udah di kamar ku sendiri.


Cepat sekali hari berganti, setelah seharian olahraga dan mandi kolam, aku sudah capek. Masih jam sembilan malam udah berada di tempat tidur. Penasaran apa yang akan terjadi. Tadi aku pake alasan pesan Kak Titien tadi, kalo kita harus tidur cepat, karena besok akan keluar subuh.


Kayaknya Kak Titien masih sibuk pacaran. Dari jauh aku melihat ia ciuman dengan Brian, walaupun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Kemesraan sepasang kekasih itu terus aja dipamerkan di kos.


Harusnya camera ini ku taruh aja di kamar Kak Titien, hihihi.


Kak Titien adalah satu dari sedikit wanita yang dekat denganku. Aku memang kurang memiliki teman wanita, temanku hampir semua cowok. Malah sebelumnya aku deket sama om-om teman bisnis ayah, tapi Kak Titien kemudian menasihatiku. Yah, sekarang aku punya banyak teman cowok sekelas, tapi mereka kebanyakan cupu.


Aku dikenal gadis yang tomboy yang baik-baik. Justru teman yang sempat membuat aku gairah adalah Kak Edo, sahabat baik kakak ku. Dia itu TTM ku ... satu-satunya cowok yang tahu betapa nakalnya aku, eh ia juga tahu lho betapa seksi aset-aset tubuhku, hehehe. Sayang orangnya plin-plan, gak ada ketetapan. Masa cari pacar untuk pamer... Tapi aku tahu Edo naksir banget sama Kak Titien, eh sampe bertekuk lutut lho!


Apa Kak Titien oral Brian malam kemarin? Ih memikirkan hal itu aja membuatku terangsang. Aku bisa membayangkan mulutnya membuka lebar dimasuki kontol raksasa itu... kayaknya gak muat, karena panjang sekali. Tapi pasti nikmat sih mengulum helmnya yang sensitif dan melihat cowok keleleran nafsu hanya dengan sempongan. Ihhh...


Kak Titien selalu membuat aku nafsu, dan membayangkan ia bersama cowok membuatku cepat terangsang. Memang kedengaran aneh, mungkin itu penyimpangan ku. Aku sangat mengidolakan Kak Titien, dan sering nafsu melihatnya. Banyak kali aku membayangkan Kak Titien lagi digenjot Edo, ih tega yah. Hehehe, jangan bilang-bilang yah.


Aku suka horni sendiri memutar ulang kejadian Kak Titien dicumbu Brian di kamar tanpa baju, eh... juga waktu lihat Shaun semprot pejuh ke wajah begong Kak Titien. Kayaknya Dickhead malah sempat grepe dada Kak Titien yang hanya pake baju transparan lho. Ihhh, pasti geli. Semua kejadian itu terekam di otak untuk jadi bahan coli.


Bukan itu aja, Ciuman panas Kak Titien dan Brian, di mana toketnya di pilin-pilin di Bukit doa masih jelas di memoriku. Kejadiannya mirip waktu Kak Titien lagi dicumbu Edo di depan teman-teman. Rekaman itu sempat menemani masturbasiku selama beberapa bulan terakhir.


Eh... iya, mungkin kelainanku muncul sejak pertama aku melihat mesumnya Kak Titien. Aku melihat gimana ia telanjang bulat masuk ke kamar Nando dan sempat bermesum ria. Eh... apa lagi waktu itu mereka lupa kalo Edo masih ada di kamar, hehehe. Dapat show gratis anak itu. Pasti berdiri terus kontolnya selama dua minggu, hehehe. Nanti cerita lagi soal itu, yah!


Ih... Kak Titien!


Aku melihat Kak Titien mengantar Brian turun. Mungkin kekamar… ih, nadi nafsu. Andai aja aku sempat mengintip mereka bermesraan.


Mungkin alasan kenapa aku horni karena bodi Kak Titien itu benar-benar sempurna. Lekuk tubuh yang sangat seksi menggairahkan, kayaknya tak ada bandingannya. Aku sampe nafsu meremas bongkahan toket kencang milik Kak Titien, mau banget buat ia sange dengan boob press ku. Eh... bukan berarti aku lesbian, yah!


Tadi ia sudah janji akan ke kamarku… Apa ia ke kamar Brian dulu? ‘Ihhhh… memikirkan ia ngocok kontol Brian aja aku jadi nafsu gini..’


Tapi aku gak bisa tidur… Entah kenapa aku Aku meneleponnya untuk mengingatkan kembali janjinya.


“teet… teet… teet” Nomor yang anda tuju sedang sibuk.


Ih, sampe sekarang mash sibuk. Aku baru ingat kalo Kak Titien udah janjian untuk bicara lagi dengan Doni, adiknya di kampung. Eh, mungkin juga dengan mama dan papanya.


Gadis itu sangat dekat dengan orang tuanya, mereka berhubungan terus lewat telpon, dan pasti ia cerita apapun yang terjadi. Aku yakin orang tuanya sudah rindu ia pulang, terakhir ia pulang bulan Desember lalu, dan merayakan natal di kampung. Itu sudah 5 bulan lalu…


Coba aja kalo orang tuaku perhatian kayak orang tuanya. Udah seminggu belum ada kabar dari mereka, sibuk dengan bisnis dan pekerjaan.


“Kringg… kringg… kring…” Akhirnya bisa ke sambung.


“Hallooo!”


“Kak Titien… cepat naik keatas, ke kamar ku! Cepat, gak pake tanya-tanya! Penting” Suaraku menyatakan kalo ini emergency. Kalo gak demikian, gadis itu banyak alasannya. Apalagi ini sudah larut malam.


Kak Titien diam, gak ada suara.


“Kak Titien… cepat dong!”


“Eh iya… aku pake baju dulu!”


“Kak Titien lagi pacaran?”


“Eh bukan gitu… aku barusan mandi.”


“Kan tadi sudah!”


“Tersiram minuman barusan.”


“Oh, kirain… hihihi…!”


Tak lama kemudian terdengar langkahnya menuju Paviliun Lantai 3 yang menjadi kamarku. Aku langsung menuju ke pintu dan menyuruh ia masuk. Kak Titien mengenakan daster yang longgar, rambutnya masih digulung dengan handuk, dan keharuman deodoran beraroma girly terasa ketika ia dekat.


“Ada apa Nay?”


Kak Titien kaget melihat tayangan TV di kamarku. “Sini Kak!” Aku menarik ia untuk nonton bersama dari tempat tidur. Dan ketika ia sadar apa itu, ia langsung tegak kembali dan terpana seakan tidak percaya apa yang dilihatnya.


“Kenapa?”


Kak Titien hanya menggeleng. Jantungnya berpacu.


“Astaga Nay?!”


“Udah, diam aja… Kakak harus temani aku, kalo gak bisa pingsan sendiri. Aku menutup wajah karena malu kedapatan mesum.


“Dasar…!”


Aku memeluknya erat, seakan tidak akan melepaskannya lagi. Tanganku meraba-raba di toketnya…


“Kak Titien diam aja, yah?”


——


Bersambung
 
Episode 19 The hunt of the first blood




Della




Landa




Shaun

POV Della


Aku terbangun ketika pintu kamar dibuka dan tampak bayangan cowok masuk kedalam kamar dan menutup pintu. Aku bingung apakah ini mimpi atau bukan, Dengan berat, ku buka mata kembali pelan-pelan. Cowok itu masih ada, entah itu Brian atau Shaun.


Ia lagi memasang sesuatu di tengah kamar. Entah apa itu…


Ku coba fokus mencari tahu siapa cowok itu, sekilas lampu tidur lima watt menyinari wajahnya. Astaga, itu Shaun. Mau apa dia masuk-masuk kamar cewek?


Aku memicingkan mataku pura-pura tidur sambil melirik. Shaun sudah menuju ranjang Landa dan langsung mengeranyangi sepupuku yang sedang tidur, OMG!


“Ihh, Shaun… ganggu aja orang tidur!” Protes Landa.


“Landa, sayang tidur aja, nanti Shaun yang mainkan semuanya, mau kan?” Huh aku jadi horni mendengarnya.


“Eh… jangan sayang, malu ada Kak Della!” Landa mencoba menolak namun ia tidak bisa melawan ketika tangan Shaun sudah mulai menggeranyangin payudara dan mengelitiki perutnya. Wah cepat sekali cowok itu mampu mendekap tubuh Landa dan mempelorotkan gaun tidur gadis imut itu.


“Eh… aduh… ah… kya…!” Landa mencoba menahan serangan Shaun. Tapi cowok itu sudah lebih dulu menempati posisi-posisi strategis tubuhnya.


“Shhhh…. Jangan ribut, kamu diam aja, nanti Della bangun!” Shaun kembali menenangkan sepupuku. Tampaknya ia jago sekali mempermainkan wanita. Landa mulai menunjukkan tanda-tanda pertahanannya semakin melemah.


Tangan Shaun terus menyosor puting susu kecil itu dan mulutnya kini membantu menyerang bagian-bagian sensitif di tubuh Landa. Gadis itu kini nampak tidak mampu lagi melawan dan sudah pasrah aja menerima kecupan mesum di sekujur tubuhnya. Tidak sampai dua menit anak SMA itu mulai mengerang tertahan, ia sudah terbuai nafsu. Ihhh gila cowok itu.


“Kamu sudah terangsang?” Landa hanya mengangguk kecil. Shaun menatap wajahnya dalam-dalam… nafasnya memburu menerpa wajah Landa…. Bibirnya sudah sangat dekat dengan gadis itu… dan tiba-tiba tangan Landa menjambak rambut kepala Shaun dan menariknya mendekat sehingga bibir Shaun terbenam dalam bibirnya. Mereka larut dalam lumatan birahi yang liar.


Kali ini Shaun kayak tidak sabaran, tanpa melepaskan kenyotan dan hanya dalam hitungan detik gaun tidur landa sudah tersingkap utuh, tinggal tinggal selembar kain segitiga kecil. Toket Landa yang kecil yang kini sudah terprovokasi. Ciuman Shaun kembali turun dan membasahi leher gadis itu… menyisahkan jejak-jejak merah bukti kemenangan.


“Ah… Shaun, ayo dong!” Landa kini meminta.


Hasrat hewani sudah menguasai kemauannya melupakan tata krama ataupun konsekuensi yang dapat terjadi.


Shaun hanya diam saja membuat gadis itu penasaran. Tidak sampai semenit Landa memberikan perlawanan, tangannya menari membelai tubuh Shaun, bibirnya turut membasahi dan menggelitik. Baju kaos Shaun langsung tersingkap keatas...


Kini Shaun bergerak, kembali menstimulasi payudara yang sudah keras itu. Mulut Shaun mengisap kuat… mengenyot payudara itu serta membelainya kasar membuat gadis itu kembali terhentak ganas. Putting merah muda itu terus diobok-obok dengan lidahnya sehingga kelihatan jelas seperti diputar-putar mengikuti arah lidah Shaun. Sementara itu pinggiran pentilnya digigit kecil-kecil. Efeknya sungguh luar biasa, gadis itu menegang berkelojotan dan berteriak kuat menikmati orgasme pertamanya malam itu.


Kini tubuh Landa bergetar menahan birahi, gadis itu mengeliat tanda tak tahan, dan mau lebih… Nafsunya sudah diubun-ubun, tangannya membalas perlakuan Shaun dengan membuka celana boxer secara tergesa-gesa.


“Toink” Astaga… kontol Shaun besar sekali! Sudah tegang lagi, ah… Belum pernah aku melihat kontol yang seperti itu. Tampak Landa tercekat mengaguminya namun segera mengulum kontol itu dengan buas. Ia tidak perduli lagi dengan CD-nya yang sudah dpelorotkan secara perlahan-lahan. Wah! Kayaknya mereka akan ML …


Shaun mulai mengangkang kaki Landa dan menjilat meki Landa … oh ia pasti sangat nikmat. Tubuhnya menyambut kuluman Shaun dengan melenting nikmat sampai terkejang-kejang. Ihhh… hanya dalam hitungan menit tiba-tiba Landa mendesah kuat dengan pantat terangkat tinggi. Tubuh kecil itu melengkung dan mengeluarkan cairan bening yang tercurah bagaikan pipis… astaga! Kok bisa sampe segitunya… pasti ia merasa nikmat sekali.


Shaun kayaknya tidak mau lama-lama, belum sempat Landa memulihkan tenaganya, ia sudah memposisikan batangnya di pintu memek Landa. Ia mengira-ngira pintu masuk menuju liang senggama. Setelah merasa pas, Shaun mulai menusuk dan menghentak masuk, dan dibalas dengan jeritan kecil Landa... Shaun terus menusuk dalam sehingga Landa harus mengingatkannya lagi.


“Aahhh… ohhh... Eh, Shaun pelan-pelan dong, nanti Kak Della bangun!”


Shaun meminta Landa nungging dan ia mulai tusuk dari belakang. Kayaknya ini yang namanya Doggy Style. Shaun berlutut dibelakang Landa dan mulai menempelkan senjatanya yang sudah tegang sempurna. Belahan memek Landa tampak jelas sudah berkedut saking tegangnya. Walau kemarin ia sudah merasakan nikmat kontol raksasa ini, tapi kemarin gak sempat doggy, pasti lain lagi nikmatnya.


Setelah berkali-kali ujung helm itu hanya mengesek, kali ini ia terus menusuk terowongan nikmat. Landa kembali menahan teriakan, terasa sekali kontol besar itu masuk dan membuka ruang-ruang dalam memek kecil yang baru sekarang disentuh. Gesekan pada dindingnya membuat Landa merasa agak kesakitan… rasanya seperti waktu ia melepaskan perawannya pada cowok pertamanya. Landa mencoba meresapi tusukan itu dan menahan ketegangan. Memeknya kembali melembut pasrah, dan membuat sakitnya semakin mereda. Tapi Shaun belum masuk penuh, hanya gak lama ia membiarkan Landa membiasakan diri. Tiba-tiba kontolnya menerobos lebih dalam… menyebabkan gadis itu kembali berteriak… kali ini campuran antara sakit dan nikmat.





“Dickhead, pelan-pelan dong, ada Della” Landa menegur, tapi kata-katanya harus diselingi dengan desahan nafas.


Kali ini kontol itu sudah mulai maju mundur dengan berirama … Pengalamannya dalam menaklukan wanita kini nampak jelas, tusukan Shaun sangat bervariasi, dan kali ini dengan variasi 4 – 1, empat kali goyangan pinggul diikuti dengan satu kali tusukan dalam. Landa mencoba menggerakkan pinggulnya membalas dan terus kewalahan setiap kali menerima tusukan dalam. Ia coba mengelit ke kiri dan kekanan tapi kontol itu sangat besar, tetap saja memeknya tergesek dalam.


Posisi kontol yang menghujam dari belakang ini memungkinkan lagi batang Shaun menjangkau jauh ke dalam. Landa merasa seakan-akan kontol itu sudah bersarang mulut rahimnya, dan mentok disana. Gaya ini mendatangkan kenikmatan luar biasa. Dengan setengah mati Landa mencoba mengimbangi dan terus bertahan, ia mengeliat untuk menahan mendesah takut kalau kakak sepupunya itu terbangun. Untunglah baginya Shaun minta ganti posisi.


Kali ini keduanya berada diatas ranjang dan tidur menyamping memandang ke arahku. Nampak kelas aura kenikmatan membayang pada wajah dua sejoli ini. Shaun menggoyang dari belakang, jurusnya sekarang mungkin 6 – 2, dan dilakukan lebih cepat. Landa harus menggigit bibir menahan erangan nikmat… ia tidak mampu lagi diam… tiga kali jeritan nikmat dikeluarkan tanpa sengaja,


Kini kaki kanannya diangkat tinggi, mengangkang. Shaun terus menggoyang. Landa sudah sangat kelelahan… ia sudah pasrah tidak lagi mampu mengimbangi hujaman Shaun, mulutnya terus memekik, kini tidak lagi perduli kalau aku bangun. Akhirnya tubuh mungil itu menegang kuat dan kelojotan liar ketika mengeluarkan cairan bening. Orgasme yang sangat dashyat.


Landa sudah keluar lagi, kali ini ia hanya terkapar pasrah siap menerima pelampiasan nafsu Shaun. Ia tahu waktunya bagi cowok itu untuk keluar, dan ia tahu Shaun sudah dekat. Shaun masih diam saja, membiarkan kontolnya menikmati kedutan-kedutan sisa orgasme Landa, tadi batangnya dicengkram dan diperas kuat, hampir gak mampu membendung cairan cinta dari buah zakarnya.


Tapi ia punya rencana lain, ia belum mau keluar. Eh... Ia justru menarik kontolnya dan turun dari tempat tidur… Landa mengambil kesempatan memulihkan tenaga.


Masih telanjang bulat dengan kontol yang tegang Shaun menghampiri ranjang milik ku… ia kayaknya ingin melanjutkan adventurenya dengan ku... Astaga, apa yang harus ku lakukan?


Aku tahu aku sudah sangat terangsang, dan mungkin saja tak mampu mempertahankan keperawananku kalau Shaun memintanya. Ah… tolong! Aku harus bagaimana?


-----





Naya




Titien


POV Naya


Awalnya Kak Titien protes gak mau lihat, tapi ia membiarkan aja aku menonton. Aku tahu banget kalo Kak Titien juga penasaran, walaupun pura-pura gak mau nonton.


Dari balik jari-jarinya, Kak Titien turut menyaksikan bagaimana Shaun mengentot Landa sampai gadis itu keluar berulang kali. Shaun terus membius gadis itu dengan nafsu, wajah keduanya membayang emosi suatu kenikmatan terlarang yang sangat indah. Desahannya juga terdengar amat merdu… Ahhh…


Terlihat jelas detik-detik ketika kontol Shaun menghujam masuk dengan irama cepat kedalam memek kecil Landa. Eh apa Della dengar desahan keras gadis itu? Kenapa ia gak bangung?


Tak lama kemudian mereka berganti gaya, dan ganti lagi. Terus menerus memanjakan birahi tanpa peduli lagi. Terakhir Shaun memompa cepat sekali dan segera membuat gadis SMA itu kelojotan nikmat ... orgasme yang dashyat. Matanya sampe terputar-putar karena nikmat, sementara perutnya masih sekali-kali mengejang… berkedut.


Ahhh… aku sudah sangat terangsang. Kalo aja Kak Titien gak ada, sudah lama aku masturbasi. Ahhh… aku tak tahan lagi!!! Aku harus orgasme malam ini…


Aku memandang Kak Titien yang masih terdiam. Ia pasti sudah nafsu, nafasnya sudah sangat berat. Ia menatapku dengan tajam… ia memelukku erat, gemes dan nafsu bercampur menjadi satu. Ia tidak melarangku lagi ketika tanganku membelai toketnya, dan ia hanya mendesah waktu toket indah itu aku belai dan remas dari dalam pakaian… Kak Tien mengeliat… adreanalinnya terpacu!


Kini aku tambah semangat, Kak Titien menutup mata meresapi nikmatnya, toketnya semakin kencang saja, tanda birahinya sudah naik. Oh… kakak ku yang cantik ini ternyata nakal juga. Ia tak sadar lagi bajunya sudah dipelorotkan…. Dan buah dada yang sempurna itu kini tersaji didepanku. Serangan jariku semakin intens meremas, membelai, memilin, memutar-mutar, dan kini ditambah lagi dengan bibirku mengemut dan mengeyot putingnya yang sudah berdiri tegang.


“Eh, Nay, kok jadi gini… ampun… ahhhhhh..!” Desahan Kak Titien berbalasan dengan desahan gadis itu.


Kak Titien terus mendesah… dan mengerang.


“Astaga Nay… aduhhh… ahhhhhh!”


Matanya masih tertutup kuat-kuat, gak sanggup melihatku. Dan ketika putingnya dipuntir-puntir dan dipencet, tubuhnya mulai bergetar .... menegang, perut dan dadanya diangkat tinggi-tinggi tinggi, postur yang seksi itu kini seperti busur yang melengkung, dan diiringi dengan jeritan Kak Titien orgasme…


“Aduhhh… ampun… udahhhhhh…..Arrrgggggggghhh!” Suaranya menggambarkan kenikmatan nafsu.


Tubuhnya meronta dashyat, dengan otot-otot perut yang berkontraksi berulang-ulang…nikmat…


Kak Titien benar-benar menikmati orgasmenya. Ia masih dalam posisi tersebut dan masih menutup matanya.


“Tuuuuttt! Tuuuttt!” Aku terkejut.


Hah? Kak Titien kentut? Pasti orgasmenya cukup dashyat… sampe kentut dua kali! Hahahaha…


Aku terus memandang tubuh seksi itu sampai ia ambruk… terkulai pasrah telentang tanpa tenaga lagi. Bekas-bekas aura kelelahan membayang di wajahnya yang masih tersenyum puas, menyisahkan dengus nafas tersegal. Kak Titien cantik sekali … setelah satu menit ia membuka matanya pelan-pelan.


Ketika melihatku ia cekikikan malu… aku tahu ia malu sekali orgasme sampe terkentut-kentut.


Aku sangat bahagia… ketika Kak Titien orgasme, aku merasa diriku juga turut mendapat kenikmatan yang sama… aku merasa CD-ku sudah agak basah... tapi aku mau lebih.


“Kak! Gimana? Enak kan? Kok sampe kentut, hehehehe” Aku meledeknya.


“Nay! Kok teganya Naya buat kakak sampe jadi begini…” Kak Titien masih malu-malu.


Aku memberikan minuman kepadanya untuk mengembalikan tenaga. Aku membelai rambutnya yang indah dan berbisik di telinganya.


“Kak… kali ini giliranku yah!” Kak Titien mau bilang sesuatu tapi aku suruh diam.


Aku tersenyum, berasa diatas angin ketika membisikkan ancamanku…


“Kak Titien gak pake-pake nolak! Kalo tidak, Brian, Shaun dan Edo akan tahu soal kentut tadi …”


-----






POV Della


‘Astaga… ia mulai membelai tubuhku! Apa yang harus aku lakukan? Apa aku bisa terus bersandiwara seperti ini?’ Aku mulai berandai-andai… tidak mampu berpikir lagi. Shaun sudah mulai meloloskan kancingku satu per satu. ‘Ah… aku malu sekali’


Tak lama kemudian seluruh kancingku sudah terbuka dan dadaku sudah tersingkap. Aku menutup mata kuat-kuat, mengantisipasi dengusan nafasnya. Tangan Shaun kini bermain-main di atas bra ku, sedangkan aku tak mampu menggerakkan tangan untuk mencegahnya, aku hanya diam saja dan menutup mata sekuat-kuatnya.


Eh… tangan Shaun kini menyusuri tali bra ku, menyelinap dibalik punggung. Pasti cowok itu mencari celah untuk membuka bra ku. Aku bingung harus buat apa… tangannya membelai mesra punggungku… dan mengangkat tubuhku sejenak. Ah… ketika aku sadar kaitan bra ku sudah terlepas.


Tubuhku mulai menggigil, melirik cup penutup payudara itu disingkirkan…


Viola! Kini bagian intim yang selama ini ku sembunyikan terpampang jelas di depan mata Shaun. Cowok itu masih menatapnya nakal… desahan nafas ditujukan ke toketku membuat aku kegelian… ahhh… aku mulai terangsang, padahal hanya melalui tatapan dan desahannya.


Cowok itu kini membelai rambutku… tangannya mengusap pipi dan dahi dengan lembut… mulutnya mendekat ke wajahku. Aku semakin kegelian… ia mendekat ke telingaku dan mengigit pelan daun telingaku…


“Della… aku tahu kau sudah bangun dari tadi. Gak apa-apa… terus aja tutup mata, nanti aku yang memuaskanmu, oke?”


Oh… aku bingung harus buat apa… hanya bisa pasrah.


Kini lidahnya dimasukkan kedalam telingaku dan mulai diputar-putar… aku kegelian, wajahku menggeliat, tapi tidak berani membuka mata… daun telingaku terus digigit kecil dan dimanjakan dengan hembusan nafas hangat… Bibirnya kemudian datang mendekat memburu bibirku dan mengecupnya pelan. Aku jadi penasaran… bibirnya mendekat lagi, dan melumatku mesra… suatu ciuman yang panas. Kedua bibirnya mengulum bibir bawahku… seperti menjilan ice cream.., kini hisapannya semakin ganas, eh, malah malah bibirku diperas dengan kaitan bibir tambah gigi atasnya… ih…


Tak tahan dengan perlakuannya, mulutku mulai membuka… mengijinkan lidahnya masuk dan menjelajah bebas. Lidahku menjadi santapan permainannya… sangat lembut tetapi menghanyutkan…


Sebuah kecupan ganas menutup permainan French kiss kita.


Kini mulut Shaun bergerak ke bawah, mengecup mesra leherku berkali-kali… tak tahan dadaku semakin ku tonjolkan, menunggu dengan penuh harap. Sementara bibir itu terus mengecup dada ku diantara dua toket yang sudah terbuka… dan terus kebawah mempermainkan perutku. Lidahnya kini tak henti menjilat dan membasahi perutku yang sudah terbuka, membawa sensasi geli pada otot-otot perutku.


Ah… cowok itu benar-benar membuatku penasaran. Masakan dari tadi tokedku hanya dilewati saja, seakan-akan ia tidak tertarik dengan payudara sekalku dan putting yang dari tadi sudah menonjol tegang. Punyaku kan lebih besar dan lebih kencang dari punya Landa. Dari kelopak mataku aku melirik kearah mulutnya yang masih terus berputar-putar di perutku. Ih… bikin geli saja.


“Ah… Shaun, aku tak tahan lagi!” Kini kedua tanganku menjambak rambutnya, dan membenamkan mulut nakal itu tepat di atas payudaraku. “Diam di situ!”


“Hehehehe…. Kenapa, gak tahan yah?” Shaun tertawa…


Ia tahu aku sudah digenggamannya.


Shaun belum mau mengemut toket padatku, mulutnya meniup-niup ujung yang runcing itu. Ihhh... gila cowok itu, udah di kasih gak mau.


Tapi kini tangannya juga mulai bergerak dan mengesek pinggang dan perut ku, dan perlahan-lahan mendaki kearah tujuannya, gumpalan payudara ku. Cowok itu main halus, pelan-pelan tangannya melingkari toket padat itu dalam putaran spiral sambil memilinnya lembut menuju pusat tonjolan. Tampak kedua bongkahan daging sudah mengeras mengikuti naluri kewanitaannya.


Tiba-tiba tangan Shaun meremas kuat dan menggenggam utuh payudara kencang itu. Aku tersentak, kembali jeritan nakal dan erangan nikmat keluar dari bibir. Dan terus, tubuhku tak henti-hentinya menggeliat… Shaun meremas kuat seakan-akan memilin keluar semua jaringan kekenyalan dari payudara yang sudah mengeras itu. Kini sebuah emutan buas mendarat di pangkal leher ku dan terus menyosor menuju puncak di mana dua putting itu berada.


Kini ia melumat ujung toketku dan memutar-mutarkan lidahnya. Tangannya tidak tinggal diam, terus membelai dan meremas toketku dengan gerakan memutar dan memilin. Aku mulai mendesah kuat… ini sangat nikmat. Rasanya aku sudah naik ke langit ke-tujuh. Tak terasa dadaku semakin ku tonjolkan sambil meminta Shaun untuk terus menikmatinya


Kini remasannya semakin kuat, dan mulutnya mengenyot payudaraku dengan kencang. Aku tak tahan… desahanku makin menjadi-jadi. Aku tak perduli lagi dengan Landa yang pasti sementara mengintipku. Kini tubuhku mulai gemetar…. Ini indah sekali, aku segera keluar…. Dan tiba-tiba tubuhku pun menegang kuat, dan dengan sebuah teriakan aku terhenyak … cairan cintaku keluar dari memekku dan membanjiri CD ku. Ahhhhhh…..


Aku membuka mataku… Cowok itu kini membelaiku mesra. Aku tak mampu bicara, aku tahu aku sudah digenggamannya, dan tak akan mampu lagi melindungi keperawananku. Aku hanya pasrah dan mengangkat pantatku memudahkan Shaun membuka celanaku, dan menariknya turun bersama-sama dengan CD-ku. Aku tak perduli lagi…


-----






POV Naya


Permainan Shaun dan Della kelihatan jelas di monitor, dan membuat aku dan Titien kembali tercekat. Wah… mujur sekali Dickhead malam ini. Della adalah anak yang baik-baik, dan mungkin sekali masih perawan, tidak seperti adik sepupunya yang memang sudah hobi pake pakaian seksi.


Tubuh Della ternyata sangat mulus dan berlekuk dengan toket yang sekal menantang, perut yang rata dan kulit yang putih bersih. Benat-benar cewek idaman, Tubuhnya sih lebih cenderung dikategorikan kurus atau jauh dari montok. Lingkar pinggangnya kecil sekali dan rusuknya agak menonjol. Tapi dengan dada yang sekal itu pasti sangat indah untuk dilihat. Dan sekarang ia sudah terlentang telanjang bulat memanjakan mata Dickhead. Sosok gadis cantik yang sudah pasrah menanti nasibnya.


Dan semua ini gara-gara taruhan aku dan Shaun. Menang banyak cowok itu…


Walaupun kedua gadis bersaudara itu banyak kemiripannya, tetapi kini terlihat jelas kontras antara Landa yang binal dan suka ribut mendesah, dan Della yang diam-diam menanti dengan mata khayal dan segala kepasrahannya. Landa adalah ciri khas cewek yang aktif disaat berhubungan seksual, sedangkan Della cenderung pasif dan membiarkan pasangannya mendominasi.


Eh, kalo Kak Titien masuk di mana yah? Kayaknya ia diantara keduanya… ia gadis yang sangat bergairah namun tertutup dengan perangainya yang malu-malu tapi mau, hehehehe…


Kini Shaun sementara membuka kaki Della, membuatnya telentang membentuk huruf M. Posisi ini membuat memek dengan jembut satu baris vertikal milik Della terekspos jelas… Ketika di zoom, tampak bibir memek itu masih sangat rapat, membayangkan seorang gadis yang masih perawan.


Wah… beruntung benar cowok itu dapat belah duren. Mulut Shaun semakin mendekat menjilati memek itu… padahal memek itu sudah basah kuyup dengan cairan orgasme Della yang tadi sempat membanjir.


Della tampak menggeliat kenikmatan, jilatan dan sapuan Shaun di memeknya tidak mampu ia tahan… kepada Della bergerak ke kiri dan kanan seperti menggeleng, menahan kenikmatan. Pasti ia sudah mendesah kuat… dari gerakan tubuhnya ia seperti mencari jalan mengelak tapi terus dikejar bibir Shaun… kini tangan Shaun menahan kakinya, sehingga ia tidak mampu lagi berkelit… dan ketika klitorisnya diobok-obok dengan lidah Shaun… Tangan Della sudah mengacak-acak rambut Shaun... dan ia menegang. Pasti Della segera muncrat… eh... cairan cintanya keluar seperti kencing, memancar sampai ke muka Shaun… Squirt bro!


Dan tubuh itupun bergetar dengan nikmatnya, dan kejang-kejang dengan mata yang terputar-putar dipenuhi kenikmatan. Tapi Shaun tidak malu melepaskan Della… ketika ia sementara terbuai dengan kenikmatan nafasu, kontol Shaun kini mengesek-gesek dan sudah di posisi siap memasukinya….


Astaga… itu pasti yang Shaun lakukan padaku tadi malam. Aku mengingat pengalamanku bagaimana dengan lihainya Shaun membujukku sampai telanjang bulat dan merayuku dengan kenikmatan. Masih terbayang dalam pikiranku bagaimana kontol besar itu mengesek-gesek belahan memekku mencari jalan masuk. Ah… semuanya menjadi indah sekali, ingin sekali aku merasakan kenikmatan itu…


“Ahhhh…. Ohhh ahhhh….! Kak… aku gak tahan lagi…” Aku mendekat Kak Titien dan mengambil tangannya yang ku tuntun mengelus dan membelai toketku. Kak Titien menatapku dan melihat nafsu yang sudah menguasai pikiranku… ia kini semakin mantap membelai toketkku… aku mendesah nikmat…


“Ayo dong kak, aku mau lebih! Kayaknya aku butuh kontol malam ini… aku tak perduli lagi, sudah tiga hari aku terus-menerus kentang seperti ini. Kali ini aku mau kontol…” Aku merancu dengan kuat. Walaupun Kak Titien terus berusaha membuatku keluar, tapi aku tetap mau lebih. Aku merancu gelisah... tubuhku memberontak. Ditengah-tengah kegelisahanku… Kak Titien memeluk tubuhku kuat-kuat.


“Nay…Naya… kenapa, Nay?” Kak Titien bertanya membuat aku sadar kembali.


“Kak… Naya bingung kak!” Aku memeluk tubuhnya dengan erat menumpahkan semua nafsuku, sampai aku kelelahan. Titien balas memelukku kuat, ia tahu aku butuh perhatiannya. Kembali aku mencoba melawan nafsu dan berpikir biasa… Kak Titien membantuku dengan mematikan monitor yang menampilkan persetubuhan ganas Shaun dan Della. Untung alat perekamnya tidak dimatikan, hehehe.


“Tut… tut…” Ada sms masuk di hape Kak Titien. Kak Titien tampak tersenyum dan membalas pesan itu.


Ih… Kakak, sudah lihat orang udah gak tahan masih sibuk-sibuk main hape.


“Nay… kenapa sayang?” Tanya Kak Titien lagi.


Aku memandang lama… aku harus melawan nafsuku. Masih dalam pelukan… aku mulai merasakan kembali kesadaranku mulai berangsur pulih. Aku mengintrospeksi diriku… aku sadar aku berada pada titik suasana hati yang paling rendah… penuh dengan kekecewaan.


Aku menyaksikan langsung bagaimana cowokku bercinta dengan dua gadis… aku tauh aku kekecewaanku membuat aku tidak bisa berpikir jernih dan jatuh dalam perangkap nafsu.


“Nay… sini liat kakak… Naya menyesal gak kasih sama Shaun?”


“Iya kak! Naya mencintainya. Kakak sendiri bilang kasih keperawanan Nay kepada orang yang aku cinta!” Aku menjawab mantap.


“Kamu sudah yakin Shaun layak mendapatkan mu?” Kak Titien bertanya lagi.


“Kak… ini bukan soal ia layak atau tidak. Tapi aku sangat mencintainya, kak!”


“Kamu yakin tidak akan menyesal?” Ih… tanya-tanya lagi.


Aku hanya mengangguk… Ok, Dickhead. Kamu menang. Aku terlanjur mencintaimu.


“Kakak marah?” Aku ragu… tapi Kak Titien tetap tersenyum.


"Bener? Gak kecewa?"


“Nay… kakak mau cerita soal Nando. Kak Titien menyesal sampai sekarang tidak memberikan perawan ku kepada Kak Nando!” Kak Titien menggandeng tangan ku. Astaga… ternyata Kak Titien juga?


“Kak Titien dan Kak Nando itu pasangan sempurna, kisah cinta yang jauh dari nafsu!”


“Eh! Siapa bilang?”


-----


Kak Titien kemudian menceritakan bagaimana ketika pertama kali mendengar Kak Nando terjangkit kanker prostat ... Kak Nando sangat sedih… ia tidak pulang semalam. Kami semua mencarinya, tapi teman-temannya gak tahu di mana ia pergi. Eh ternyata Ia pergi nginap di kos Kak Titien, diseludupkan waktu malam.


Sepanjang malam Nando tidur dengan Kak Titien… dan gadis itu mencumbunya mesra… Kak Titien malah membiarkan dirinya ditelanjangi hanya pake CD dan digrepe-grepe semalam. Malah sempat servis kakakku dengan kocokannya sampe dua kali keluar. Wah enak banget kakak cowokku itu. Kak Nando semalaman tidur dengan tangan satu didalam CD Kak Titien, dan tangan satunya lagi di toket kirinya. Eh… bibirnya di toket kanan… Kak Titien sampe keluar 6 kali malam itu… ia sudah pasrah, malah sempat minta diperawani.


“Tahu gak, Kak Nando tak mau aku oral, tak mau juga masukkan kontolnya ke memekku karena ia takut kankernya prostatnya menyebar ke aku! Aku sudah jelaskan berulang-ulang secara medis gak mungkin, tapi ia tidak mau.” Aku terhenyak…


Kak Nando sangat hebat. Aku bangga sama kakakku.


“Nay… sampai hari ini kakak terkadang menangis mengingat malam itu, kakak menyesal. Seharusnya kakak sudah paksa aja ia masukkan kontolnya… hal itu yang membuat kakak berpikir dua kali sebelum menyerahkan perawan kakak kepada cowok lain."


“Kak, ohhhh!”


“Nay… kalo kamu putuskan akan ML dengan Shaun, gak apa-apa. Itu keputusanmu, hanya kakak tidak mau kamu melakukannya hanya berdasarkan nafsu. Kamu harus menjadi seperti Nando.” Kak Titien kembali menasihatiku.


Kami terdiam terbawa cerita. Tapi tak lama kemudian saling memeluk, eh toket Kak Titien lagi tegang. Pasti ingat malam itu dengan Nando.


“Kak Titien… emangnya ngapain tangan Nando di balik CD kakak?”


“Heh… ihhhh kamu nakal… persis kakakmu! Hehehehe” Kak Titien membalas godaanku. Tubuhku kembali dipeluknya… kali ini tangannya membelai toket dan perutku. Eh… toket kecilku mulai dibelai dengan ganas… Kak Titien kayaknya sudah terpancing gairahnya.


“Kak… ampun, kak!” Aku coba menahan tangannya, tapi kali ini Kak Titien menahan kedua tanganku. Untuk pertama kalinya, mulut Kak Titien kini hinggap ke toketku… dan sukses nenen di toket kananku… bibirnya terus ganas menggigit-gigit pentilku dengan gemes, dan lidahnya memutar-mutar pentil yang sudah tegang itu. Ahhhh aku langsung mendesah nikmat. Kak… terus… aku mau lebih….


Serangan mulut Kak Titien semakin dashyat… sayang bibir dan lidahnya belum terlatih sempurna. Aku mau lebih… aku belum klimaks…


Kak… kakak harus tanggung jawab, kakak bikin aku horni lagi. Aku tak tahan lagi. Aku butuh kontol malam ini… Ah… ayolah Kak… terus kak… ahh ahhh ahhhh.


Heh… kini Kak Titien menarik kembali tubuhnya dan menjauh. Ih… anak ini, udah tauh aku sudah nafsu banget, malah dipermainkan.


“Kak Titien… aku gak mau kentang lagi! Tolonglah adikmu dong… ayolah kak… buat aku mendesah, biarkan aku diperawani!”


Eh malah main hape. Kak Titien kembali membuka hapenya dan menulis di sms.


“Kau butuh kontol malam ini? Ayo ikut ke kamar aku … tapi janji… Naya tidak boleh bersuara apapun!”


“Tak boleh bersuara?”


“Iya, mulutnya dikunci rapat, gak boleh ada satu katapun yang keluar, ok?”


“Iya deh!”


-----


Lima menit kemudian


Aku ikut dengan Kak Titien menuju ke kamarnya. Ternyata kamarnya tidak dikunci… agak gelap hanya lampu tidur yang dipasang. Aku ikutan masuk ke dalam, sedangkan Kak Titien langsung menuju kamar mandi, katanya mau ganti baju. Mungkin juga ia mau mandi...


Perlahan pandanganku menyisir kamar ini… eh… kayaknya ada sesuatu di tempat tidur.


Aku menyalakan lampu supaya bisa melihat dengan jelas. Dan ketika lampu menyala aku menjadi sangat terkejut!


'Astaga! Hihihi… ternyata Kak Titien nakal…' Aku hampir teriak kaget, untung ingat pesan Kak Titien tadi.


Ternyata di atas tempat tidur ada cowok bule tidur terlentang…. Telanjang bulat, dan kontol yang besar itu nampak sementara tegang menantang. Eh… cowok itu tangannya terikat di rangka tempat tidur bagian atas... dan lagi matanya ditutup dengan kain hitam. Kaya di film aja ini! Oh la la..


Titien honey… common baby, I am ready to play your game!” Kata Brian...


Hihihi… bahaya juga cewek perawan satu ini. Gak nyangka… nakal sekali ternyata, sampe pake game-game seperti ini. Aku mengambil hape ku dan menjepret pemandangan indah ini dari dua sudut berbeda. Awas kau Kak Titien… aku sudah tauh kartumu. Hehehe...


Wah... kontol Brian besar sekali... mana udah keras lagi. Ih ngeri deh!


——-


Bersambung
 
Terakhir diubah:
enak bener si shaun :ngupil: :)
:adek: :adek: :adek:

enak ya punya pacar kaya Naya ataupun kak Titien, ga cemburuan.....
eh, ada cemburunya, tapi........... ;)
 
penasaran sama yang ini..... :ngupil:
“Subject under control, Location lock: Manado, Indonesia. Request support and resources. Looking forward to the d-date”
...........
btw, menurut ane, cerita ini termasuk dalam jajaran cerita terbaik disemprot :thumbup :tepuktangan:
drama, percintaan, isi ceritannya sama sexnya semua dapet :jempol:

Semangat terus hu :semangat:
 
Episode 20 My phony threesome





Naya





Titien





Brian


POV Naya


Sambil menahan tawa aku masuk kamar mandi dan cepat menutup pintu. Ku samperin Kak Titien yang baru habis bersih-bersih.


“Astaga, kakak apain si Romeo?” Gadis itu hanya tertawa malu-malu.


“Kamu kan yang udah gak tahan minta-minta kontol! Sekarang udah di kasih, kok gak langsung sambar aja?” Kak Titien mencoba mengalihkan cerita.


“Benar Kak? Gak cemburu?” Naya menggodaku.


“Iya… boleh buat apa aja, asal jangan patahin! Hehehe, sisain buat kakak yah?”


Kak Titien sudah ijinkan, walau agak berat.


“Eh, tunggu! Ingat baik-baik, jangan sampai Brian tahu itu kamu! Jaga tu mulut!”


“He-eh deh, kak!”


“Ingat baik-baik, cukup kakak yang ngomong, kamu diam..!” Kak Titien kayak gak tega kontol monster milik gebetannya dinikmati berdua.


Kami berdua mendekati ranjang berukuran queen size itu. Dada cowok bule itu kelihatan berdegup mengantisipasi sentuhan dari gadis manis pujaannya.


“Sayang, sudah siap, yah? hehehehe” Kata Titien sambil mengeratkan ikatan pada tangan cowok itu. Kini tangannya tidak bisa lagi bergerak bebas.


“Gak lihat sudah menyembul gini?”


Kak Titien memberikan kode, dan tanpa membuang waktu, pantatku aku segera naik ke paha dan duduk disana sambil menikmati pemandangan indah kepala jamur dan batang berotot itu yang sepertinya menantangku. Tanganku mulai menyentuh batang nya dengan lembut. ‘Wah… kontolnya besar sekali… jariku gak cukup menggenggamnya. Ih.. mengerikan’. Ucapku dalam hati ketika memulai kocokan nikmat itu.


Wah… ini malam yang tak terlupakan, ada rasa penasaran, nafsu, tapi juga deg-degan kalo ketahuan. Apa ia akan tuntut macam-macam? ‘Ah bego amat, palingan ia tuntut Kak Titien tanggung jawab, hihihi…’ Aku membatin.


Aku merasa kemaluanku di bawah berdesir, dan adreanalinku mulai keluar. Kontol itu malah tambah keras dan tinggi menjulang. Agaknya cowok ini sudah mulai terbangkit hasratnya. ‘Siapa sih yang gak terangsang kalo kontolnya lagi diobok-obok oleh tangan yang halus… hehehe’… aku menaikan tempo menjadi moderato. Nafas Brian mulai berdengus.


Tak terasa sudah hampir sepuluh menit aku mengocok kontol itu… wah, Brian belum apa-apa, gak ada tanda-tanda mau jebol. Tanganku mulai cape, dan harus dibantu dengan tangan yang satu… ‘Ih, cowok ini kuat staminanya. Apa Kak Titien bisa tahan yah? Ala… mungkin karena itu ia panggil aku!’ Kata hatiku.


“Gimana sayang, enak?” Suara Kak Titien terdengar bergetar.


Kak Titien mengerti kelelahanku… kini ia bantu menyumbangkan satu tangan.


“Tambah cepat, dong!” Bikin cape aja cowok ini. Sampe dua orang yang kocok.


Kami mulai menaikan RPM, dan Brian mulai mendesah. Aku membantu gerakan Kak Titien , membuat cowok itu semakin mendesah menikmati miliknya digedor cepat.


“Sayang, ayo dong! Udah cape…” Titien meminta cowok itu jangan menahan bibit birahi yang datang.


“Eh, sayang… buka dong tangan kananku, udah kram ini!”


“Eh… tidak! Brian sudah janji!”


“Aku mau pegang toketmu… kan supaya cepat!” Ada ada aja permintaan cowok itu.


Aku melirik ke arah Kak Titien sejenak dengan pandangan meminta, dan ia mengangguk kecil.


“Ok sayang, tapi ingat janji kamu, dan jangan sekali-kali membuka penutup mata!” Kak Titien membebaskan tangan kanan cowok itu, setelah Brian menyetujui permintaannya.


Kak Titien sudah capek, kali ini giliran tangan ku mengocok. Kali ini aku kerahkan kemampuanku yang terbaik. Brian mendesah… aku juga sudah sangat terangsang gara-gara memegang tugu monas yang begitu gemuk dan panjang.


“Ih eh… ahhhh” Ku lepas sebuah pekikan kecil ketika tangan Brian merayap naik ke tubuhku. Ia pasti mencari toketku. Aku membiarkan saja tangan Brian mengelus-elus bongkahan daging yang padat tercetak di dadaku.


Gaunku segera ku singkap keatas sekalian dengan bra ku yang dilepas untuk mempermudah tangannya. Eh… tangan itu nakal sekali… elusan dan genggamannya mantap. Tubuhku merinding dengan jantung yang semakin kuat berdegup. Aku mulai mendesis… tapi langsung diperingatkan Kak Titien untuk diam.


“Oh… ahh” kembali sebuah rintihan… eh tepatnya leguhan keluar dari mulutku. Tangan Brian kini mulai membelai-belai putingku dan mengenjetnya… Ternyata tangan laki-laki beda rasanya, yah! Toketku terasa mengencang ketika digeranyangin seperti ini. Tubuhku mulai bergelinjang… astaga, bahaya ini… gak boleh aku yang keluar duluan.


“Sayang, kok kuat sekali? Tumben!” Kak Titien terpesona dengan lamanya Brian menahan bendungan cairan kenikmatan agar tidak segera keluar. “Ayo dong!”


“Hehehe… sudah kubilang kan, pejuhku tidak akan keluar kecuali kamu oral!”


“Memang sudah persiapan yah?” Tanya Kak Titien.


“Karena tunggu-tunggu oral mu sayang!” Brian berharap…


Kak Titien masih diam.


Aku sih oke-oke aja, segera mulutku terbuka lebar-lebar siap menerima kepala jamur yang besar. Kak Titien menatapku, ia kelihatan ragu-ragu sejenak, namun kemudian memberikan anggukan kecil. Ia akhirnya mengijinkan batang kenikmatan cowoknya di oral gadis lain.


Aku mengeluarkan segala teknik kemampuanku untuk mengulum kontol panjang itu. Untung saja aku sudah cukup pengalaman, apalagi batang Shaun juga cukup besar, bisa menyaingi kontol ini. Wah, itu artinya aku sudah pernah mengulum kontol Edo, Shaun, dan sekarang Brian, lengkap dong. Ini rekor…


Melihat aku merem menikmati tekstur dan kekerasan pusaka cowoknya, Kak Tien menatapku cemburu. Aku yakin walaupun tersenyum tapi sebenarnya hatinya gak tega. Wah, berarti kayaknya ia sudah jatuh cinta beneran sama Romeo. Maaf kak, adikmu ini gak tahan malam ini.


Sementara aku melumat kontol itu, tangan Brian kini membelai perutku. Untuk mempermudah tangannya, ku rubah posisi. Kalo tadi duduk di paha, sekarang turun dan berbaring menyamping tubuhnya. Kini posisi paha dan kakiku sejajar dengan dadanya, sedangkan kepalaku masih disibukkan dengan batangnya. Tangan Brian mulai menyisip dan menyerempet masuk ke dalam CD ku. Aku biarkan aja…


Tangan Brian dengan lincahnya mengobok-obok muara liangku dari luar. Geli rasanya…Hehehe…. Kok aku jadi dermawan gini. Aku terus berkonsentrasi pada sedotanku kontolnya.


Setelah puas membelit helm baja yang sensitif itu, aku coba memamerkan keahilanku dalam hal deep-throat. Hehehe… pasti Brian sebentar lagi gak tahan… tapi aku juga merasa terbuai… tangan Brian sudah menggelosor diantara kedua bibir belahan yang ranum itu. Gairahku sudah terstimulasi… ih… bahaya ini. Aku menahan desahan lagi… Kalo gini terus aku gak mampu bertahan. Aku harus membuat ia nyemprot duluan.


OMG Darling… fuck… you make me fly… ahhh… ahhhhhhhhh!”


Akhirnya Brian pun mendesah kencang… tubuhnya menggelinjang keenakan setelah sosis mengancung itu masuk mencapai kerongkonganku. Brian mendesah kuat…Aku mencoba selama mungkin memberikan cowok itu kenikmatan… aku sampe terengah-engah menahan nafas, tapi efeknya luar biasa. Tubuh cowok itu terhentak dalam suatu pekikan yang yang kuat, kemudian mengejan dan menghentarkan bermili-mili cairan putih dalam tiap semprotannya. Huh…. Untung sempat kukeluarkan sedetik sebelum bendungannya jebol …. Eh, tapi sebagian masuk mulut ku, kok!


Kontol itu masih mengejan… berkedut-kedut untuk memaksa keluar sisa-sisa peraksan dari kantong sperma, dan kemudian melemas dan terkulai ambruk. Pasti ia keenakan. Tak kurang dari lima kali tembakannya mengenai wajahku…


Untung aja aku cepat mengeluarkan jurus pamungkasku tadi, kalo tidak pasti aku yang duluan keluar. Kobelan jari Brian mantap sekali... aku tadi sudah kewalahan.


Tatapan Titien sungguh tidak enak! Pasti ia mau merasakan semprotan yang seharusnya menjadi hak nya.


—-





POV Titien


Jujur, hatiku hancur melihat sosis beringas milik cowokku sementara meludahi wajah cantik Naya yang juga terengah-engah menahan nafsu.


Tadi cewek imut itu sempat memasukkan kontol Brian hampir ke pangkalnya. Ihhh... kok bisa yah? Cowok itu langsung menggelepar gak tahan. Gak sampe semenit ia langsung menyemprot pejuh… ih… Wajah Naya terlihat seksi dibanjiri cairan cinta dari cowok ku.


Astaga! Ternyata Naya jago sekali mengulum kontol. Dan cowokku malah keenakan digituin. Romeo sampe mendesis dan mengerang kenikmatan. Ih… bikin cemburu aja.


“Gimana sayang, enak? Nikmat kan?” Aku bertanya lirih penuh dengan emosi keengganan.


“Sayang, belajar dari mana bisa deep throat sehebat itu! Wah, kayaknya aku gak mampu melawan jurusmu… katanya belum pernah oral, kok bisa sehebat itu?” Ujar Brian membuat kami tersipu.


“Ada aja! Heheheh… udah… nikmati aja, gak pake tanya-tanya!” Kata ku...


Aku bingung mau jelaskan apa… aku kan gak pernah ngemut kontol. Wajah Naya kayak meledekku, ‘rasain kau… siapa suruh kasih!’ iiiihhhh….


“Ah… eh…” Aku terkejut ketika Naya mendesah tiba-tiba. Astaga, ternyata memek nya digengam kuat oleh Brian secara tiba-tiba, dan langsung membuat gairahnya naik.


“Aku mau balas dendam sayang, Titien gak bisa lari lagi….!”


Astaga… ini memek gadis itu di kobel-kobel menggunakan tangannya. Segera ia merintih dalam sensasi dashyat ini…


“Eh sayang… kok?” Aku jadi kaget… ternyata tangan Brian sudah terbuka, dan kedua tangan itu mulai mempelorotkan CD Naya.


“Hehehe… rasakan pembalasanku!”


“Eh.. stop sayang! jangan dong! Sayang mau apa? Memekku kan masih…” Aku ketakutan, kini tangan Brian membuka kaki Naya sampai mengangkang, dan kepalanya mulai dibenamkan di memek itu. Gadis itu pake pasrah-pasrah segala…


“Tenang sayang, aku mau balas oral aja kok, gak akan mengambil keperawananmu!”


“Tapi… eh… aku gak mau!”


“Sayang, mulutmu bilang tidak tapi memekmu bilang lain…” Kata Brian sambil senyum.


Naya memandang kearahku dengan tatapan yang mengharap. Dan melihat ia sudah sangat mau, walaupun hatiku menjerit perih aku tetap tersenyum dan mengangguk kecil. Anggukanku disambut gembira oleh gadis imut itu, dan tubuhnya kini pasrah membiarkan memeknya dikulum dan disedot dengan rakusnya.


“Eh tapi penutup matanya jangan di buka yah!” kataku ketakutan.


“Boleh, asal sayang jangan melawan…” Kata Brian.


-----





Landa




Della




Shaun

POV Landa


'Astaga, apa yang ku lakukan?' Aku merasa sangat bersalah menjerumuskan seorang gadis baik-baik ke dalan nafsu birahi. Gak tanggung-tanggung lagi, gadis itu adalah Kak Della, sepupuku. Padahal selama ini Kak Della sudah menganggapku adik sendiri.


Cukup aku aja yang sudah rusak ketika perawanku diambil cowok ku waktu camping di pantai. Aku gak pernah merasakan romantisnya lepas perawan. Waktu itu aku mabuk berat, malamnya main game mesum sama cowok ku dan dua temannya dan pasangan mereka. Aku gak rasa apa-apa, eh besoknya begitu sadar sudah bolong. Aku juga gak tahu siapa-siapa yang sudah mengagahiku, ... mungkin aja ketiganya.


Aku sangat menyesal milikku yang berharga hilang percuma. Sejak itu sudah 7 cowok yang ML denganku, ada yang memuaskan tapi kebanyakan biasa aja...


Semuanya gak ada yang seperti Shaun. Gila cowok itu… bisa dapat julukan dewa ngentot kalo di film Mandarin.


Eh... justru ini berarti mujurnya Kak Della, bisa menikmati perawannya diambil dengan cara romantis dan nikmat banget. Aku jadi cemburu... rasanya mau ku halangi, tapi malu kan. Dikira mau enak sendiri...


“Shaun… ehhh jangan! Gak boleh, Kak Della masih perawan…” Protesku tadi.


Aku tadi sempat mencegah Shaun memasukkan sosis nya ke memek yang sudah pasrah merekah itu.


“Della sayang, gimana? Boleh Shaun berkenalan dengan memek Della yang sempit ini? Shaun belum pernah lho mendapatkan memek yang seindah milikmu!” Cowok itu mencoba merayu Kak Della, aku cuma gigit jari.


Kak Della menatap cowok itu… kontol Shaun masih bermain diatas memeknya dengan gerakan perlahan. Gadis itu sudah terbawa nafsu, sambil menggigit bibir bawahnya Della mengangguk pelan.


“Beneran boleh?” Ih cowok itu pake tanya-tanya lagi … kayak gak lihat Kak Della udah sange gitu,


“Iya…” Della menjawab lirih. Wajah gadis itu menjadi merah… mungkin menahan malu.


“Kak Della sudah yakin mau diperawani? Udah bener-benar yakin? Terus Kak Adi-nya gimana?” Aku memberondongnya dengan berbaga bertanyaan. kelihatan jelas aku gak bersedia kakakku dinodai… mungkin cemburu.


“Gak apa-apa Landa, aku mau merasakan seperti Landa tadi…”


“Eh… tunggu, Kak Della lagi masa subur, Shaun harus pake kondom dong!”


Shaun menggeleng… Aku masih kelihatan gak tega.


“Shaun ada kondom?” Cowok itu terus menggeleng


Tapi cowok itu tidak mau melepaskan mangsanya. Tangannya tidak menurunkan gesekan pada memek Kak Della. Cowok itu kayaknya gak mau cewek yang sudah dibawah kendalinya itu jadi down… bisa lepas lagi satu perawan.


“Eh… tunggu Shaun… iya, baru ingat. Aku ada kondom kok, tolong ambilin di laci tengah lemari ku” Kak Della memberikan solusi.


Aku sampe kaget dan terdiam. Kak Della sudah persiapan kondom? Wah.... aku menggeleng kepala sambil mengikuti arah tangannya mencari pengaman itu. Astaga, Della menyediakan 10 dos kondom, bisa persiapan sebulan ini… Shaun malah tertawa-tawa.


“Astaga, kak? Kok sampe banyak begitu stoknya?” Aku juga sampe tertawa mengejek Kak Della yang sudah merah karena malu… tiba-tiba pinggul cewek itu bergerak menyambut kontol Shaun!


"Ahhh"


------


POV Shaun


“Ahhh!” Teriakanku bersamaan dengan Della. Ternyata gadis itu menggerakkan pinggulnya membuat kontolku tiba-tiba masuk ke memeknya. Belum sampe setengah sih, tapi cukup membuat aku kaget dan kesakitan helm bajaku kayak menabrak dinding lembut, mencari celah yang masih sangat sempit.


“Ayo Dickhead… aku gak tahan lagi!” Gadis itu benar-benar sudah dimabuk nafsu.


“Tapi kondomnya?”


“Nanti aja… perawani dulu aku, baru pake!” Della bergerak lagi kali ini kepala kontolku sudah masuk lebih dalm lagi, sampe membentur selaput dara gadis itu…. Della tampak menahan sakit, bibir bawahnya digigit kuat-kuat.


Waktunya aku menjejalkan kontolku memasuki memek perawan itu, mata kami saling menatap… kemudian gadis itu menutup mata menghayati proses perampasan keperawanannya.


Della memekik kuat ketika kontolku memaksa masuk dan menerobos lapisan tipis, dan masih merintih sakit ketika kontolku terus merobeknya dan terus menikam sampai mentok. Kontolku dapat merasakan lembutnya mulut rahim yang baru pertama berkenalan dengan benda asing. Aku mendiamkan kontolku sejenak, memberikan kesempatan kepada gadis itu untuk menyesuaikan diri… kontolku terjepit kuat… cukup sakit rasanya. Untung tadi sudah basah.


Della masih menahan sakit… dahinya dikerenyitkan dan mulutnya meringis. Tapi justru ekspresi sakitnya membuat ia sangat cantik. Wajahnya terbayang perpaduan antara sakit, nikmat dan pasrah… Wah… mujur sekali aku dapat belah duren.


Setelah cukup lama memberikan kesempatan kepada memeknya beradaptasi, aku menarik keluar kontolku. Ternyata ada sejumput darah yang ikut terbawa memprokamirkan keberhasilanku dalam menggagahi gadis cantik ini. Della memandang ke arah kontolku dan menatap nanar. Dua tetes air mata nampak keluar dari mata kiri dan kanannya.


Aku tidak membiarkan Della terperangkap dalam penyesalan. Kontolku kini mengambil alih… dengan gerakan pelan batang itu terus memompa masuk dan tertanam di dalam liang senggama gadis itu. Della mendesah… ia mulai merasa nikmat walaupun masih agak ngilu.


Oh… aku sangat puas. Cengkraman yang kurasakan sangat nikmat… ternyata benar kata kawan-kawan. Keperawanan gadis Asia adalah pengalaman yang tidak dapat dilupakan dalam dunia perlendiran.


Jangan takut Della aku pasti akan memuaskanmu!


-----


Tak terasa pompaanku sudah sekitar 40 menit. Della sudah pasrah dan pinggulnya segera belajar menggoyang sesuai arahanku. Gadis itu cepat belajar… memeknya sangat nikmat membetot dengan otot-otot vagina mampu mencengkram kuat kontol yang bersarang di mulut rahimnya. Permainan seks yang sangat indah…


Aku terus memompa keluar masuk dari lorong senggama yang sangat sempit milik Della. Kalau mau dituruti sebenarnya aku sudah keluar 30 menit yang lalu, tapi aku benar-benar memaksa diriku dan menguras stamina memberikan kesempatan kepada gadis itu untuk orgasme duluan.


Eh kayaknya ia sudah mau sampai... desahannya tambah kuat dan cengkramannya tambah ketat. Gadis itu meronta dan memeluk tubuhku kuat-kuat.


"Oh ahhhh ahhhhh!!!"


Della nyampe juga. Ia terlihat sangat menikmati...


Gadis itu mengerang dan menghentak. Terasa kembali memeknya berkontraksi. Seiring desahannya, ia mengejan dan menghamburkan cairan kenikmatan yang kembali melumuri helm bajaku disertai dengan jeritan nikmat dan tubuh yang mengejang kuat. Tapi aku belum puas, bunyi keciprat kini mengiringi setiap genjotanku…. Pantatnya terangkat mau menghindar tetapi terus ku kejar…


“Sayang… aku juga mau keluar!” kata ku sambil mengerang kenikmatan.


Aku merasa tak mampu lagi lebih lama membendung cairan biji zakarku.


“Eh… aku lagi subur! Jangan di dalam….” Della tampak ketakutan.


“Terus buang di mana sayang?”


“Eh.. pokoknya aku gak mau!” Della berkata tegas… mentang-mentang sudah dapat tadi...


“Semprot di wajahku aja!” Kata Landa


Aku tidak tahan lagi… ku masukkan kontolku sedalam-dalamnya dan menariknya keluar secepatnya… aku turun dari tempat tidur dan kini dengan batang kenikmatan yang terancung menganguk aku mendekat wajah Landa. Eh… Della juga ikutan mendekat sejajar dengan wajah Landa. Kedua gadis cantik itu membuka mulut siap menyambut siraman nafsu…


“Aaaarrrggggggghhh” Aku berteriak keenakan sambil mengocok kuat.


Kontolku berkedut dan menyemprot kuat tepat membasahi kedua wajah manis itu dan sebagian malah masuk ke mulut mereka. Lebih dari enam tembakan telah dilontarkan sampai aku harus mengejan memaksa keluar sisa-sisa cairan. Kantung spermaku rasanya diremas kuat …. Sungguh suatu orgasme yang sangat dashyat….


Indah sekali… aku memejamkan mataku… astaga, sesaat ketika menyembur aku membayangkan wajah Naya dan Titien yang menerima pejuhku. OMG! Apa yang terjadi? Ada dua gadis cantik yang memberikan pelayanan ekstra… eh menyerahkan perawannya demi melayani nafsuku….


Tapi kok aku masih ingat Naya? Ehhh kok yang wajah Titien muncul juga? Apa ini pertanda? Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala dan terkulai di atas tempat tidur, kelelahan melayani dua gadis.


“Ih… kamu curang, harusnya pejuh ini milikku. Kamu kan sudah dapat pejuh Shaun tadi malam!” Della gak rela membagi kenikmatan dengan Landa.


“Eh.. aku juga tadi malam gak dapat pejuh Shaun, kok! Keburu disambar Titien!”


“Titien? What???”


-----


POV Orang ketiga


“Apa? Romeo melakukan penarikan tunai sebanyak $ 20.000 dua minggu lalu?”


Seorang agen berjas tampak sangat gusar sampai memukul-mukul meja. Nampak jelas kalau ia tidak senang dengan informasi ini. Apa lagi tadi ia sudah kena damprat karena terlambat mendapatkan informasi. Masakan kejadian dua minggu lalu ia baru tahu.


Astaga… tidak kusangka kasus ini menjadi ribet. Bisa-bisa cowok itu melarikan diri ke luar negeri. Tadinya aku pikir ia akan meneriwa tawaran witness protection program, ternyata aku salah. Kemungkinan besar ke luar negeri! Kayaknya kita harus buat rencana baru. Sudah waktunya bertindak. Aku harus kontak Mr Logan dan memberi tahu perkembangan baru. Untung persidangannya masih lama.


Kemarin ia mendengar kabar salah seorang teman dekat Romeo juga tertangkap kamera mengadakan perjalanan secara tiba-tiba ke luar negeri, dan terakhir diketahui berada di pesawat menuju Singapore. Apa ia sudah janjian dengan Romeo?


Astaga! Bisa ribet kasus ini. Mereka bisa berada di mana saja di Asia tenggara. Palingan ke negara yang kurang ketat seperti Kamboja, Laos… Ataupun mereka bisa saja ganti nama dan berada di negara-negara tujuan turis, seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, Philippines atau Indonesia…


Aku kembali membuka file tentang Romeo dan meneliti seluruh rekam jejaknya. Kini aku dapat mempersempit kemungkinan tujuan cowok itu ataupun bersama sahabatnya. Ada tiga negara di benakku… ketiganya terkenal dengan gadis cantik dan surga wisata… Vietnam, Thailand dan Philippines!


Ku lihat lagi rekam jejaknya… dan tepat sebelum aku menelepon aku terkejut dengan beberapa informasi…


Romeo pernah pacaran dengan cewek Indonesia waktu ia berada di Australia…


‘Indonesia… hmmm. Instingku menyatakan kemungkinan Romeo kabur ke Indonesia. Berani benar ia… apa ia ditemani agen kesana yah?’


“May I speak to Mr Logan please?”


“Yes, I am organizing a search in Southeast Asia, especially Indonesia our suspect may be headed that way.”


“Don’t worry, I will monitors all hotels, travel agents and amusement place. Put an eye on several big cities, who know there is suspecting targets. I have put a search on two attractive male Americans, age between 20 – 25.”


“I think he is avoiding witness protection, that’s could be a good news for us!”


“Don’t worry sir, just trust me, Lefty John. I never miss a target!”



-----



Landa




Edo

POV Landa


‘Ih… cowok itu kuat banget, baru aja membuat ku tiga kali keluar dan membuat Della terkencing-kencing, eh… masa sekarang main lagi. Malah tantang kita satu lawan dua. Ih… kuat juga staminanya…bisa-bisa satu malam kita gak tidur!’ Aku berkata dalam hati melihat bagaimana kontol raksasa itu bangun lagi hanya setelah 15 menit istirahat. ‘Aku jadi penasaran sampai di mana kehebatannya…’


Barusan Shaun membuatku orgasme lagi dengan tangannya, tapi kini aku rindu kontol besarnya.


“Eh curang… ternyata udah mulai, kok gak panggil-panggil aku?” Aku merajuk. Kontol Shaun sudah masuk ladi di memek Kak Della yang baru tadi habis diperawani.


Aku membaringkan tubuhku sejajar dengan Kak Della, dengan posisi melintang tempat tidur. Della sementara nungging menerima sodokan Shaun yang sementara berdiri di samping ranjang. Tampaknya gadis itu gak henti-henti orgasme, eh sekarang kayak sudah dekat lagi. Shaun sudah mulai meningkatkan tempo moderatonya…


Ku atur posisi memekku nungging sejajar dengan memek Della, dan berharap Shaun mau membagi sodokannya. Wah enak kali si Dickhead ada dua memek tersaji siap disumbat.


“Kring… kringg… kringgg”


Bunyi hape Shaun kuat mengelegar. ‘Ih… udah tahu lagi ngentot, pake aktifkan hape segala. Dasar Dickhead… Eh malah ia angkat telpon. Mungkin penting... Apa dari Titien atau Naya?


“Hallo… ?”


“Hey… Dickhead, lagi ngapain?” Suara Edo terdengar jelas dari speaker phone. Ih… mengganggu aja.


“Edo… gak lama, saya lagi sibuk, bicara dulu dengan Landa, yah!”


“Eh…..” Belum habis kebingunganku, hape itu sudah berpindah tangan.


“Landa, emangnya Shaun lagi ngapain?”


“Eh… itu…gak kok, lagi main aja. Main kuda-kudaan!” Edo kaget… mungkin ia gak dengar jelas.


Della kini sudah kepayahan menahan suara erangan yang tadi sempat terdengar. ‘Hehehe… rasain kau!’ Tangan kananku kini meremas payudara Kak Della… wah masih kencang. Pantesan Shaun dari tadi mampir kesini…. Kak Della makin mengigil menahan sensasi. Aku meremas toket itu kencang-kencang. Mana ia tahan diserang atas bawah sekaligus, hehehe.


“Huh? Main apa?” Edo tanya lagi….


“Yah… sekilas info gak diulang lho! Hehehe… mereka main isi-mengisi… eh tembak-menembak!” Aku jawab asal-asalan.


Aku melihat kini Shaun mempercepat goyangannya dan disambut dengan jeritan kecil Della yang mendapatkan orgasme untuk kesekian kalinya malam ini. Tubuh kak Della terhenyak-henyak dengan bola mata mendelik dan nafat tersegal. Kak Della sampe kepayahan menahan desahan… tubuhnya menggigil kuat. Ih… ternyata gadis itu sampe terlonjak-lonjak lho… hehehe….Akhirnya ia terkulai jatuh sambil pinggulnya masih tetap mengejang…


“Permainan apa itu? Kok pake jerit-jerit segala! Hayo lagi ngapain…” Edo masih penasaran.


“Gak kok… lagi main aja. Tadi Shaun dan Della main isi-mengisi… Lupa apa namanya, pokoknya asik lho….”


Aku terkesiap… apa Edo dengar yah? What the hell… kini giliranku di entot…. Kini Shaun berpindah ke belakangku, dan mendekatkan kontolnya pada belahan memekku… wah, pasti enak ini…


“Ahhhh…..ih….” Cowok itu gak pake neko-neko langsung menusuk kuat. Huh….. aku melihat di cermin dan mendapati milik Shaun sudah tertanam dalam liang kenikmatanku.


“Hallooo, Landa…”


“Eh… tunggu Edo… ini sekarang giliranku, kamu ngomong sama Kak Della yah!”


Aku memberikan hape itu ke Kak Della yang masih kepayahan sisa-sisa kenikmatan tadi. Ia sampe gelagapan menerima hape yang ku kasih cepat-cepat.


Batang Shaun langsung merangsak masuk dan bergoyang dengan tempo yang semakin cepat. Tubuhku sampai mengelinjang keenakan sambil mencoba mengigit bibir bawah untuk meredam desahan dan desisan yang tak mampu ku tahan. Pantesan Kak Della sampe kepayahan tadi…


“Hallo… halloo…?” Edo masih tersambung.


“Eh iya… hallo, Edo!”


“Kok suaranya sampe ngos-ngosan gitu? Baru habis mencangkul yah…?” Edo mencoba merayu Della … aku tahu cowok itu sempat beberapa kali PDKT ke sepupuku tapi belum ditanggapi. Ih… bikin stress aja…


“Heh… gak kok, kami hanya main-main bertiga!” Della mulai menjawab…


"Wah threesome dong?"


Della hanya tertawa


“Main apa emangnya?” Edo mengejar terus.


“Main ular tangga!” jawab Della asal… pinter juga….


“Lho, tadi kok bilangnya main isi-mengisi?”


“Iya kan.. dadunya harus diisi di tempatnya dulu baru diundi.” Jelas Della.


Mudah-mudahan Edo terima penjelasan Kak Della. Gadis manis itu jadi terpancing bercerita mendengar aku sudah mulai kepayahan menahan suara.


“Wah.. kedengarannya menarik! Pasti ularnya panjang!” Edo juga sudah ngelantur, pasti lagi modus mengencengi Kak Della.


“Iya… ularnya panjang, suka nyembur lagi makan korban!”


Aku hampir tertawa mendengar alasan kakak ku.


“Lho kok korban?” Edo bingung…


“Maksudnya aku tadi sudah sampe 5 kali… Landa juga, eh ia kayaknya mau sampe lagi!” Jawaban yang makin ngelantur, tapi tepat sih…


“Sampe ke mana?”


“Yah sampe finish, dong! Emangnya main ular tangga gimana?” Katanya membela diri.


Pinter aja Kak Della buat alasan.


“Hah.. kok kedengarannya suara ngos-ngosan gitu, apa apa emangnya?” Edo makin penasaran mendengar suaraku.


Kak Della tahu aku sudah mau sampe… ia balas meremas payudaranya dan menelungkup toket kecil nan padat itu. Aku sampe bergelinjang menahan nafsu…


“Itu, Landa lagi ngos-ngosan naik tangga, kan tangganya panjang….” Jawab Kak Della.


Hihihihi… pasti Edo bingung. Remasan Kak Della makin kuat membuat ku gak sanggup bertahan lama….


“Wah kayak seru… aku ikutan yah, kalian di lantai dua kan?” Kata Edo…


“Eh gak usah… tuh Landa sudah nyampe…” Terdengar aku mendesah kuat dan mengeluarkan suara seakan menceracau. Aku bingung entah itu mengerang, mengeluh atau merintih… Aku tak perduli lagi. Vaginaku kini banjir… tubuhku bergetar hebat… aku meregang kenikmatan dengan tubuh yang terlonjak-lonjak disodok dari belakang.


Aku masih kepayahan ketika kontol itu terus mengobok-obok memek ku yang lagi mengejang diterpa badai orgasme… Tubuh ku sampai menyentak-nyentak dipompa terus oleh Shaun.


Cowok itu kini membalikkan tubuh ku menjadi terlentang dan memompa dengan RPM tinggi dan menghujam keras membenamkan batangnya dalam-dalam. Wah… rasanya kok kasar sekali. Shaun kini memaksa untuk mengejar orgasmenya. Tusukannya semakin tak beraturan dan keras merangsak masuk. Dickhead kelihatannya akan segera sampe dan bermaksud mengosongkan kantung spermanya di dalam memek ku… Aku hanya bisa pasrah.


“Eh… bunyi apa itu? Lagi ngapain sih kalian sampe ribut sekali?” Edo masih penasaran.


“Itu, Landa tadi ada ganti posisi…” Della kembali memberikan pencerahan.


“Ganti posisi? maksudnya?”


“Eh maksudnya giliran main…!” Della tertawa cekikikan, pasti mengejek ku yang sudah terkulai pasrah.


Akhirnya dengan teriakan keras tubuh yang menghempas dengan hentakan, Shaun mengedor dengan gelora memuncak dan mengedan lagi. Memaksa keluar beberapa siraman ke memek kecil ku.


Semprotan dan kedutan kontolnya menyebabkan bendungan ku jebol lagi, dan memaksa otot vagina ku secara otomatis berkontraksi mencengkram kontol besar itu mencari sisa-sisa orgasme. Cengkraman yang dashyat ini sanggung menghentar cowok itu ke puncak kenikmatan…. Kami berdua menyambut orgasme kali ini dengan menjerit dan mendesah kuat tak perduli lagi dengan Edo.


“Aaaarrrgggggghhhhhh….”


“Oh Shit… fuck.. aaaaarrrrggggghhhhhh!” Shaun juga mengedan kuat dan menyemburkan sisa-sisa pejuhnya ke dalam liangku.


“Eh… Kok Shaun dan Landa kaya menjerit gitu?”


“Gini, tadi kesepakannya setiap kali dipatok ular, kita harus menjerit!”


Aku sampe nyengir mendengar alasan Kak Della. Tapi aku sudah lemas sekali… tubuhku sudah ambruk ke tempat tidur tak mampu bergerak lagi.


“Tapi kok juga ada suara kayak mendesah puas, gitu?” Edo masih penasaran.


“Oh… itu karena tadi mereka berdua lega… akhirnya bisa finish juga, ularnya kalah! hehehe” Kak Della punya pencerahan yang unik lagi.


Aku dan Shaun kini ikutan tertawa mendengar alasan nya yang tak masuk akal itu… Ternyata Kak Della gaul juga yah, orangnya menyenangkan kalo diajak threesome….


Astaga… Aku threesome dengan Kak Della lawan cowok bule…. OMG. Aku kini kaget, apa yang telah ku lakukan. Ihhh… kok bisa yah, padahal mimpi pun gak berani, lho.


Malahan tadi malam aku kira akan threesome sama Titien.


-----




POV Naya


“Ahhh… ahhh…..” Aku mendesah…


Untunglah desahan sesama cewek mirip banget, gak bisa dibedakan. Eh Brian tahu gak yah?


Aku mencoba menutup mulut tapi ini terlalu enak… memekku mulai direkahkan dan lidahnya terbenam menggelosor diantara celah yang terbuka kecil. Ih… kemaluanku berdesir… memberikan akses kepada lidah dan mulutnya mencicipi sejumput cairan kenikmatan yang sudah mulai tergenang… bibir dan lidah nya dengan cekatan menyosor, menyibak, menyapu, menggelitik, menggigit kecil dan memuntir-muntir memek perawanku. Ditambah lagi dengan kedua tangannya mengunci kakiku dan meremas pantatku. Efeknya sungguh luar biasa…


Hanya dalam hitungan menit setelah vaginaku mulai dilahap, aku mulai merintih nikmat, dan tubuhku menggigil. Mataku sudah dari tadi merem melek, merinding merasakan kenikmatan. Kini tubuh ku bukan lagi menggigil, tapi mengeliat dan meronta hebat. Dan dengan pekikan yang keras, aku terhentak kuat mengejang dalam sensasi dashyat.


“Aaaaarrrrggggggggghhhh...!”


Satu teriakan yang dibarengi dengan menegangnya seluruh ototku, membuat aku merasa melayang di udara.


“Oh... apa ini?”


Ini adalah orgasme terdashyatku, di mana memekku terus berkedut mengeluarkan cairan bening. Oh lala… ternyata aku sampe terkencing-kencing menahan nikmat, dan kini yang tersisa tinggal dengus nafas dan tubuh yang terkulai lemas.


Lebih satu menit ku menikmati ujung gairah yang begitu indah dan memabukkan. Hasilnya sungguh jelas, CD-ku sudah basah dengan cairan orgasme yang keluar tadi. Segera aku ambruk kembali ke tempat tidur tak mampu bergerak menikmati sisa-sisa orgasmeku. Untung cowok itu mengerti, ia membiarkan aku istirahat sejenak mengumpulkan sisa-sisa nyawa.


“Gimana sayang? nikmat toh?”


“Sayang… kamu jahat!” Kak Titien mengadu.


Kata-kata Titien yang dikeluarkan dengan seluruh emosi tercurah. Brian yang tidak mengerti hanya tertawa, tetapi aku terhenyak. ‘Astaga apa yang sudah kulakukan? Maaf kan aku kak..’ Aku menunjuk ke kamar mandi… dan Titien mengikutiku sambil menyuruh cowok itu bersabar dan jangan membuka ikatan matanya.


“Ok sayang, tapi ingat, keluar kamar mandi sudah harus pake baju itu!” Kata Brian.


Sampai kamar mandi, aku segera memeluk Kak Titien. Ia juga memelukku erat…


“Maafkan Naya kak!”


“Hush… gak apa-apa, sayang. Naya sudah puas kan?”


“Iya kak … tadi Naya orgasmenya dashyat sekali… tapi sekarang Naya malu… seharusnya itu milik kakak. Naya selalu bikin kakak kecewa. Maafin Naya yah?”


“Iya… eh cepat pergi, nanti Brian dengar.”


“Iya Kak…!”


Aku segera berbalik dan jalan keluar. Eh, apa yang diperbuat Kak Titien yah? Rasa penasaranku muncul lagi, dan aku berhenti dan berbalik belakang.


Kak Titien segera balik belakang. Ia kelihatan melepas semua pakaian dalamnya… dan hanya memakai baju tipis transparan yang baru diambilnya. Baju tipis itu menyajikan lekuk tubuh indah yang jelas menerawang.


Aku terpana, ini kan baju yang aku paksa Kak Titien pake waktu disemprot Shaun… astaga ia mau show ke Brian, kayaknya. OMG… ternyata kakak ku nakal sekali … kirain gamenya hanya yang tadi, eh ternyata ada lagi. Wahhhh…. Gawat anak perawan ini. Bahaya banget game nya


“Kakak cantik deh!”


“Eh… aduh… Naya masih di sini?”


“Hehehehe…. Ketahuan kak… Astaga… ckckck” Kataku sambil menggeleng-geleng kepala dan terus melangkah keluar dari kamar mandi menuju kamarku.


“Ihhhh… dasar!”


-----





POV Brian


“Sayang… kok mukanya cemberut gitu, kan sudah dikasih puas tadi?” Aku mencoba menghibur Titien setelah menariknya tidur disampingku. Titien diam aja, kayak ada sesuatu diantara kami yang ia tidak mau bilang. Apa ia malu tadi dapat orgasme yang dashyat? Atau masih marah-marah karena aku memaksa mengoral memeknya? Tapi kan buktinya ia sendiri yang teriak-teriak kepuasan.


Aku menatap matanya dalam-dalam, ingin menyelami hatinya. Titien mencoba memalingkan muka, tapi ku pegang pipinya.


“Sayang, aku terus bersyukur bisa bertemu kamu. Aku sebelumnya gak pernah bayangkan jatuh cinta lagi, tapi sekarang aku sudah mencintaimu sepenuh hati!” Ini beneran loh… bukan rayuan.


“Aku sangat senang bisa menghabiskan liburan di Manado, dan setelah selesai aku ingin membawamu ke California. Apa yang terjadi di antara kita bukan hanya cinta lokasi belaka… aku benar-benar tak bisa hidup lagi tanpamu, sayang!”


Gadis itu mulai tersenyum… hehehe… mana bisa ia tetap tegar mendengar rayuan seperti tadi, eh salah. Ini bukan rayuan, ini jeritan hatiku.


“Kamu mau kan ikut aku ke Amerika?” Aku bertanya lagi… Titien menatapku dalam-dalam.


“Aku gak tahu Romeo, aku bingung! Aku takut ini terlalu cepat, tapi aku juga mencintaimu! Aku belum tahu apa-apa soal kamu… cerita dong siapa itu Brian Solomon?”


“Apa yang kamu mau tahu tentang aku?” Aku berdebar… bingung apakah aku harus menceritakan rahasia besar ku yang membawa aku ke tempat ini. Suatu rahasia yang bisa membuat nyawa ku dan gadis ini terancam. Aku mengalihkan padangan dari matanya.


“Kenapa sampai kau memiiih Manado?”


“Aku punya teman dekat orang Manado… ia bercerita banyak soal keindahan di tempatnya, juga foto-foto yang membuatku tertarik. Dan aku pernah berjanji kepadanya akan mengunjungi Manado satu hari kelak.”


“Eh… kenapa tidak cari temanmu itu? Kenapa kontak ke Naya?”


“Temanku sudah meninggal dan aku sangat kehilangan dia… Aku mau pergi ke kuburnya, sekedar mengatakan aku sudah datang kemari… dan juga minta restu!”


“Eh, minta restu apa?”


“Aku mau minta restunya, karena aku berencana memperawani seorang gadis manis asal Manado” Aku menatapnya tersenyum.


“Ih… maunya!”


“Siapa suruh ia sudah pake baju transparan gini… aku jadi nafsu lagi!” aku tersenyum, gadis itu mulai terbuai lagi. Tanganku mulai bergerak menjamah tubuh seksinya…


“Eh sayang… kau mau apa?”


“Aku boleh minta lagi?” tanyaku sambil menatap matanya dalam-dalam. Gadis itu tersenyum dan menutup matanya…


“Gak boleh di vagina yah… toket aja yah sayang!”


Aku mulai mengeranyangi tubuhnya, dan menarik tangannya ke atas. Titien mendesah… ia pasti akan mendesah lagi kalau tahu apa yang akan kubuat…


“Sayang, mau apa?” Titien terkejut ketika mendapati kedua tangannya sudah terikat di ranjang bagian atas kepala. Ia lebih kaget lagi ketika mata nya ditutup dengan penutup berwarna hitam. “Eh.. sayang, mau balas dendam, yah?”


“Kamu percaya padaku kan?” Titien tidak mampu menjawab. Mulutnya sudah bungkam dengan ciuman yang panjang…


Kini aku duduk di atas ranjang, membuka selangkangannya dan memposisikan badanku diantara dua kakinya. Titien mencoba merontak, tapi tangan dan kakinya tak mampu bergerak lagi… ia hanya bisa menanti dengan jantung berdegup menandakan ketegangan yang luar biasa, dapat dilihat dari ekspresi wajahnya.


Aku memandang ke sekujur tubuh itu, bajunya tak mampu menutupi lekuk-lekuk tubuhnya yang sempurna yang montok di beberapa bagian. Tampak jembut tebal menutup vagina yang membukit indah… pandangan yang indah sekali.


Aku segera menyapu tubuhnya… mengangkat gaun tipis itu dan menjilat perutnya yang rata. Jilatanku naik bersamaan dengan gaunnya… badannya setengah terangkat membiarkan gaunnya naik…


Gadis itu semakin mendesah… ketika lidahku menyisir permukaan kulitnya, ia mengucap lirih… tanganku semakin menyibak gaun tipis itu sementara lidah ku semakin keatas, mengelosor diantara dua bukit indah yang kencang. Gaun yang tersingkap menyuguhkan payudara yang sempurna terekspos bebas. Tak tahan, tanganku langsung merengkuh bongkahan daging yang kenyal itu membuat tubuh seksi itu mengelinjang nikmat.


“Sayang… kau apakan toketku?”


“I want a tit-job, honey!”


Mulutku mulai terbenam di gundukan daging itu, dan mengemutnya kuat…kini toketnya sudah membulat sempurna. Ih… keras sekali, gadis ku ini menang istimewa sekali. Ku buat beberapa lingkaran spiral yang berakhir di putting merah muda, yang kini dipuntir-puntir dengan lidah. Gadis itu sudah meronta nikmat… dan dengan tubuh yang melengkung… hampir saja ia jebol….


Tapi kemudian tubuh itu terhempas seiring dengan dicabutnya mulutku keatas… Aku menatapnya menahan tawa, ‘Ih… cewek ini sensitive sekali, baru digituan sudah mau keluar lagi. Hehehe…. Wah, gimana kalo kawin… bisa puluhan kali kau keluar di tanganku… hehehe… tapi, sorry sayang, kali ini jangan dulu keluar yah!’


“Sayang… kok?” Pasti ia kecewa…


“Jangan cepat-cepat dong, tadi itu baru pembuka… ini yang utama.” Aku menatap wajah yang tadi sempat menggeleng-geleng nikmat.


Kini kontolku yang sudah menegang mengambil alih… kontolku mulai menusuk diantara dua gundukan daging dan dijepit disana… Oh.. nikmat sekali. Ujung batangku mendapatkan gesekan nikmat ketika merangsak masuk diantara belahan. Tanganku itu menekan dari kiri dan kanan, menambah cengkraman dari toket kencang itu. Sementara kontolku terus dikayuh maju mundur mengikuti irama.


Gadis itu kembali mendesah… tubuhnya ikut bergoyang menyambut gesekan kontolku. Aku sampai merem-melek menahan nikmat… kontolku mulai berkontraksi…tanganku semakin menekan kuat meremas bongkahan nikmat dari samping untuk memberikan ganjalan maksimal ke batang ku.


“Ahhh… aku kembali keluar dalam suatu sodokan terakhir…” kontolku mengedut ketika menembak beberapa kali semprotan di wajahnya… gadis itu membuka mulut menyambut siraman pejuhku… Wajah yang belepotan sperma itupun tersenyum menyadari toketnya telah sanggup membuatku orgasme.


Aku mencium toketnya dan membelai nikmat… aku sudah kecapeaan tapi aku masih hutang orgasme… kali ini kutugaskan tanganku untuk memberikan kepuasan kepadanya.


Sentuhanku kini turun kebawah menyapu perut rata, terus menggapai lembah kecil di bawah sana. Tanganku menyibak jembut lebat yang menghiasi gundukan kecil, mencari sebuah belahan nikmat.


“Sayang, eh jangan!”


“Sudah… sayang, nikmati saja!”


Titien hanya bisa mendesah ketika jariku membelai vagina perawan yang sangat ranum itu. Nafasnya kini berdengus gemuruh nafsu ketika jariku menyentuh klitorisnya yang masih sangat sensitif itu. Bagian kenikmatan itu terus dielus dengan penuh perasaan… membuat memeknya mendesir… jariku terus menyibak dan menggelosor di area-area luar yang mampu memberikan kenikmatan yang menjalar sampai ke wajahnya yang kini sudah merah menahan nafsu.


“Sayang… gak usah ditahan, nikmati saja!” Kataku sambil mencium toketnya.


Titien mendesah lebih kuat lagi ketika jariku mengelus dan merogoh-rogoh bagian-bagian memekya, sampai tubuh seksi ini berguncang kuat. Pinggulnya sampai gemetaran menahan kenikmatan… Kekasihku kini mulai merintih dan menjerit nikmat, dengan pinggul yang kini mulai menghentak…


“Ahh… aduhhhh ahhhhh sayanggggg…” Titien berteriak kuat sambil mengangkat pinggul dan perutnya tinggi-tinggi. Kini jariku terjepit oleh kontraksi yang sangat kuat mencengkram. Aku bergidik membayangkan kalau saja jari itu kontolku… ih… pasti enak sekali, dan kini jariku basah kuyup disiram cairan kenikmatan. Tubuhnya masih tersentak-sentak menahan gelora… orgasme yang indah sekali. Ternyata banjirnya banyak sekali… OMG!


"Tutttt tutt" astaga, Titien kentut? Ah mungkin saja suara desahan... kedengaran hanya sayup-sayup sih. Kok bisa yah!


Gadis itu tampak menahan sesuatu... wajahnya sampe merimgis... tapi kini melas pasrah.


Aku membuka tutup matanya dan mencium dahinya… Wajah yang cengegesan itu masih menutup mata mencoba menghayati kenikmatan. Kini wajahnya pasrah dengan tubuh yang terkulai, ia membuka mata dan dengan pandangan nanar memandangku.


Aku melepaskan ikatan pada tangannya yang langsung dilingkarkan pada leherku. Ia memelukku kuat-kuat mencoba menumpahkan perasaannya…


“Sayang… enak?”


“Gak tauh……” ia menjerit kuat.


“Tapi sayang suka, kan?


“Gak tauh….” Jeritan yang sama…


“Nanti sambung lagi yah?”


“Gak tauh….” Kali ini Titien memelukku kuat, hampir pecah gendang telingaku yang berada dekat mulutnya ketika ia menjerit.


Aku hanya tertawa melihat tingkah pacar ku.


——-


Bersambung
 
apakah Titien juga akan merasakan Shaun
eh, kebalik ya Shaun merasakan Titien ;)

......

itu si Romeo dicari, terkait pembunuhan pamannya ya ?........
 
Episode 21 A bike day out





Brenda





Edo





Titien





Brian





Naya





Shaun


POV Brenda


“Bangun-bangun, udah sampe. Ayo, dikit lagi udah mo sunrise!” Edo teriak….


“Ihhh… jahat, teriak di telingaku!” Refleks aku langsung siaga.


Cowok itu masih sibuk membangunkan rombongan kami yang masih tidur enak di mobil. Tadi subuh kami berangkat dari Manado, dan tiba di tempat ini masih gelap. Tujuannya adalah untuk melihat sunrise dari atas gunung, yang katanya bagus sekali.


‘Duh, tega amat cowok itu. Pake goyang-goyang tubuh orang, memaksa mereka bangun. Edo malah menggunakan air aqua di cimpratkan di wajah. Kasian sekali, tauh orang lagi enak-enak tidur, tapi yah… udah jalan subuh-subuh, jauh-jauh untuk lihat sunrise, kan rugi kalo ketiduran.’ Aku membatin.


Titien akhirnya bangun juga, dan langsung membangunkan Naya lalu Brian. Dickhead harus ditabok dulu baru bangun, sedangkan Romeo malah masih mimpi… eh gak tauh sih, lagi mimpi atau pura-pura. Masak pas disuruh bangun langsung peluk dan cium pacarnya… alasan banget sih. Seperti biasa Titien hanya bengong aja, walau sempat malu. Ia langsung ambil jaket dan menyuruh kita semua pake jaket.


Oh… I’m good. Gak perlu pake jaket!” Dickhead memang suka pamer. Tetapi begitu buka pintu ia langsung teriak kedinginan.


“Auhhh…. Dingin, burrrrr!” Eh ternyata gak tahan. Astaga, mungkin ia lupa bawa jaket, padahal udah diwanti-wanti semalam.


“Dickhead, kamu lupa jaket ato modus mau peluk-peluk Naya?” Tanyaku, dan dijawabnya dengan memeluk cewek itu. Naya berontak dan mencubitnya. Kami tertawa melihat kelakuannya.


Dari tempat parkir, kami naik tangga mendaki puncak Rurukan. Suasana masih sunyi, baru dua atau tiga orang yang ada dilokasi. Titien mengajak kami jalan cepat, dan tidak sampe 10 menit sudah tiba di tempat yang dituju. Pas banget waktunya.


“Wah… indah banget!” Pantesan Titien menyuruh kami pagi-pagi kemari. Didepan terhampar pemandangan bukit dan lembah yang sangat indah… kebun-kebun sayuran yang ditata rapi membaris mulai kelihatan. Dan di sana diufuk timur, kelihatan matahari mulai mengintip malu-malu diantara gunung-gunung muncul dengan megahnya. Sinar pertama akhirnya menyentuh tanah, dengan offset tiga gunung megah berjajar ketimur membentuk satu baris.


Baru sekarang kami melihat keindahan alam yang luar biasa seperti ini. Shaun langsung kelabakan karena lupa bawa kamera, tapi hanya diejek Titien yang ternyata sudah menitip kamera Shaun ke Edo. Kami mengambil gambar di puncak yang indah itu, dengan latar belakang sunrise, gunung dan lembah. Kesegaran udara pagi begitu terasa membuat kami melupakan dinginnya tempratur di tempat itu.


Untuk 30 menit lamanya kami masih duduk terpaku tanpa bicara. Yang terdengar hanya bunyi kamera Shaun yang menjepret ke kiri dan kanan. Titien mulai bercerita tentang kehidupan masyarakat petani di tempat ini yang disebut ‘Negeri di awan.’ Mereka bercocok tanam sayur-sayuran dan bumbu yang dijual ke Manado setelah dipanen.


Kemudian suatu bau yang harum mulai menggoda indera pernafasan kami, keharuman makanan khas Manado, yaitu Tinutuan atau Bubur Manado. Wah… dingin-dingin begini langsung lapar… Eh, ternyata Titien sudah pesan duluan. Kepulan uap dari bubur itu kelihatan ketika mereka menyajikan makanan tersebut dihadapan kami.


“Nyam-nyam” makanan sederhana bisa seenak ini, wah! Bahan-bahannya hanyalah bubur, sayuran hijau ditambah singkong rebus dan jagung muda. Dimakan bersama-sama dengan saos ikan roa… Tambah lagi suatu jenis makanan yang harus kupelajari.


Selesai makan kami segera jalan ke mobil. Kali ini udara cepat sekali menjadi agak mendingan. Brian malah sudah membuka kancing-kancing jaketnya. Mobil mengantar kami sekitar 3 km mendaki, melewati bedeng-bedeng sayuran yang rapi berbaris. Pukul 7.30 kami tiba di parkiran tempat wisata gunung Mahawu.


Dari parkiran mobil medan mulai berat. Kami mendaki tangga beton yang cukup curam. Untunglah disediakan tempat pegangan agar pendakian kami lebih enteng. Dengan pelan-pelan kami jalan keatas, menaiki ratusan anak tangga dalam pendakian sekitar 700 meter itu. Aku mengingat kembali Bukit Kasih… untunglah aku tidak lagi mengenakan sandal tinggi.


Sepanjang pendakian aku ngobrol banyak dengan Titien. Gadis itu sangat friendly dan dengan senang hati cerita soal dirinya dan keinginan-keinginannya. Aku merasa senang dianggap menjadi temannya, gadis itu sungguh baik. Ia kini tidak malu-malu bercanda dengan ku sambil memelukku. Eh satu lagi, cubitannya kuat amat. Jadi hati-hati kalo meledeknya soal Brian.


Kami tertawa melihat Naya yang sudah kecapean ditarik terus oleh Dickhead. Gadis nakal itu kok pagi-pagi sudah kecapean… pasti sempat mesum tadi malam.


“Nay, minta di dukung aja sekalian… ingat kayak lalu di bukit doa.” Titien meledek mereka.


“Ih… ogah ah! Nanti Shaun kencing lagi!” Jawab gadis itu.


Titien meceritakan kisah yang lucu itu, sempat membuat aku terpingkal-pingkal. Ih… memang Dickhead banget!


Setelah mendaki kepayahan, terbayar sudah kepenatan kami dengan pemandangan yang sangat indah. Kawah gunung Mahawu yang masih aktif kelihatan mengepul di sini dan sana. Dan dari puncak gunung kami dapat menandang keliling melihat lingkaran beberapa gunung berapi yang masih aktif dalam 10 tahun terakhir.


Hilang semua kecapean, kembali kami disuguhkan oleh pemandangan alam yang indah. Dari kejauhan, gunung lokon, salah satu gunung berapi yang aktif, terlihat megah dan gagah. Indah sekali, mudah-mudahan kita punya waktu untuk mendaki, yang menurut Titien berbahaya, karena sering meletus.


Kembali Titien bercerita mengenai super volcano yang besar pernah meletus di Minahasa di abad 15. Letusan yang maha dashat itu mengubah peta pulau Sulawesi dan beberapa pulau satelit. Gunung itu, kini tidak ada lagi, dan tersisa danau yang besar dan memanjang seperti gitar.


Tidak heran, gunung-gunung ini semuanya berapi, yang merupakan anak gunung Tondano, yang berjejer mengelilingi danau indah tersebut. Tak heran banyak terdapat sumber air panas dan uap panas di tempat ini.


Sayang bau belerang seperti di Bukit kasih terus memenuhi udara, terasa sangat menyengat membuat kami tidak lama di puncak ingin segera kembali ke bawah. Setelah puas mengabadikan beberapa gambar kamipun kembali ke tempat parkir.


Aku baru perhatikan, ternyata Edo tidak ikut mendaki. Menurut Titien itu karena ia sibuk disuruh menyiapkan sepeda yang akan kami pakai bertualang hari itu.


-----


“Hey, Naya… Titien… hati-hati!” Ihhh dua gadis begal itu cepat sekali bawa sepedanya. Mana turun gunung lagi… bisa-bisa mereka masuk parit.


Eh ternyata Titien dan Naya sengaja duluan pergi karena mereka ingin berpose di kebun sayur. Eh… bagus sekali spot yang mereka pilih.


“Nay… Tien… aku juga mau dong!” Kami bertiga berpose berpelukan dan difoto Shaun. Setelah itu kami juga sempat berpose dengan pasangan kami… Titien dengan Brian, Aku dengan Edo dan Naya dengan Shaun, eh pasangan yang terakhir ini yang bikin heboh. Mereka bercanda terus sampe sempat jatuh terguling di tanaman. Untung banget si Dickhead sempat nyenggol-nyenggol perkakas Naya. Pasti lucu difoto.


“Hehehe…” lucu juga melihat Dickhead di cubit cewek imut itu sampe kesakitan. Gak apalah, yang penting mereka sudah akur. Beberapa hari yang lalu sempat marahan waktu ada Della dan Landa. Kadang aku tertawa sendiri melihat tingkah mereka yang banyak berantem seperti Tom dan Jerry.


Dari gunung Mahawu, kami menuju ke bukit Doa Tomohon, kota yang identik dengan bunga-bunga indah. Medan yang kami tempuh agak enteng karena kebanyakan menurun atau rata. Perjalanan di tempuh dalam waktu 30 menit saja, tapi penuh dengan canda.


Berdasarkan pengalaman tadi, Naya dan Titien dipaksa untuk berada di barisan belakang. Jadi aku jadi pemimpin rombongan, diikuti Brian, Shaun, kemudian Naya baru Titien. Naya sangat urakan bawa sepeda, sehingga harus dikontrol. Edo berada dibelakang menjadi tameng kami, dengan mobil yang berisi barang-barang kami.


Di tengah perjalanan menurun, aku rem mendadak karena ada ayam memotong jalan tanpa permisi. Sempat kaget juga melihat unggas berkeliaran bebas. Untung Brian dan Shaun sempat mengerem juga. Tetapi, tepat setelah Shaun berhenti dan menginjak tanah, tiba-tiba terjadilah tabrakan kecil itu….


“Ahhhhh…” Shaun berteriak sakit, ketika sepedanya ditabrak Naya dari belakang.


“Eh, sorry.. sorry, kamu sih berhenti mendadak, gak bilang-bilang!” Naya gak mau disalahkan.


“Eh… matamu taruh di mana, lihat semua sudah berhenti kamu maju terus sampe nabrak-nabrak!” Shaun balas jengkel sambil meringis kesakitan. Mungkin sempat luka karena ditabrak.


“Shaun… aku kan sudah minta maaf, duh kayak cewek aja menangis!” Naya kembali mengelit, tapi kali ini Shaun hanya memegang pangkal selangkangannya yang kena disodok sadelnya.


“Eh… Shaun, mana yang sakit… mari sini aku mo lihat! Shaun nanti ku urut sampe sembuh” Naya kini tampak bersalah tapi kayaknya tidak lihat tangan Shaun di organ vitalnya.


“Bener, janji mau urut yah!” Shaun menuntut, Brian dan aku mulai tertawa karena melihat Shaun memegang selangkangannya.


“Iya… emangnya apa yang sakit?”


“Ini, biji ku!” Shaun menunjuk ke arah biji zakarnya yang tadi kena sodok.


“Ih… mesum. Mari sini ku remas sampe hancur!” Naya terkejut dan tertawa meledek.


“Nay, cek dulu isinya, jangan-jangan patah lagi!” Ejek ku.


“Wah.. kalo patah lebih bagus… aman cewek2 Manado” Jawab cewek centil itu.


“Ih… sayang, kalo rusak kamu kan yang rugi!” Shaun meledek balik.


“Ih….Shaun mesum!” Naya hanya tertawa-tawa menyadari kebodohannya. Aku hanya senyum-senyum mendengar kelakuan mereka, persis kayak Tom dan Jerry. “Eh … urutnya gak jadi yah!”


“Okay dengan satu syarat!”


“Apaan?”


“Kamu harus temani terus aku, gak boleh lari-lari!” Naya hanya tertawa menyanggupi.


“Eh… adikku sudah gak cem lagi! Apa karena tadi malam yah?” Titien meledek Naya. OMG, apa lagi yang terjadi tadi malam.


“Eh.. Kakak Titien diam aja, kalo tidak aku cerita soal kentut tadi malam!” Balas Naya.


Titien langsung diam, kayaknya takut sama gertakan Naya. Aku jadi penasaran apa maksud Naya, yah? Kayaknya ada yang terjadi lagi. Dua orang ini selalu buat cerita, pasti ada aja yang lucu.


“Shaun, emangnya kamu ngapain tadi malam?” Shaun terkejut waktu ku tanya, ia gak berani ngomong. Padahal aku hanya tebak aja, jangan-jangan ia mesum dengan Naya. Kan pagi ini kelihatan banget Naya sudah kembali lincah.


“Eh… Shaun tadi malam hanya main ular tangga kok sama Landa dan Della” Kata Edo. Ternyata ia sudah turun dari mobil mengecek keadaan kami.


“Astaga, main ular tangga? Hahahaha….” Titien dan Naya sampe tertawa terbahak-bahak, dan Shaun juga ikutan. Ih… aku sampe penasaran.


“Eh tunggu mana Brian?”


Cowok itu sementara melihat-lihat di pinggir jalan, tepat di arah ayam tadi pergi.


“Eh, Romeo… kamu lihat apa?”


Ia diam aja… dan akhirnya aku melihatnya.


Ia sementara mengamat-amati beberapa ekor ayam. lengkap dengan anak-anaknya sementara mencari makan. Aku juga ikut terpesona…


“Eh, kalian kayak gak pernah lihat ayam aja?” Tanya Naya…


Aku dan Brian diam aja. Jujur, selama ini kami hanya melihat ayam di supermarket ato restoran, tidak pernah seperti ini.


-----


Pemandangan kapel (gereja) kecil di taman bukit doa sungguh sangat indah. Sekali lagi aku memanjakan mataku dengan taman bunga dan rumput yang ditata rapih. Tak henti-hentinya kami mengagumi design landscape tempat itu. Memang cocok namanya bukit doa, karena tempat itu memiliki banyak spot tempat meditasi. Kembali pemandangan tempat ini dilahap habis oleh kamera Shaun.


Kami mengagumi artistic kapel sederhana yang ada di bukit doa itu. Pemandangan yang sangat indah teraji di dalam, dengan latar layar kaca bening. Ini pasti jadi tempat bagus buat acara perkawinan.


Tak butuh waktu lama, kami sudah duduk bersandar di atas hamparan rumput pendek yang menghijau. Kembali kami duduk berpasang-pasangan dan saling bersandar. Seperti biasa, sementara Edo dan Aku, serta Titien dan Brian bercakap-cakap pelan, Naya dan Dickhead sangat heboh saling meledek namun kadang pamer kemesraan. Kayaknya Brian dan Titien lagi berbicara serius… dua orang ini selalu mencari kesempatan berbicara berdua…


-----





POV Brian


“Aku sudah bilang, aku ingin kamu terbuka kepada ku, gak ada yg ditutup-tutup” Aku meminta Titien menceritakan kisah cintanya sebelum jadi pacarku.


“Eh… tadi malam kan aku sudah terbuka… kurang apa lagi!” Kata Titien sambil tertawa. Ih… cewek ini udah berani mesum yah! Eh… ia yang ngomong, ia sendiri yang jadi merah karena malu. Lucu banget…


“Ihhhhh….!” Kembali jarinya mencubit perutku… dan ku balas dengan menaruh tanganku di perutnya.


“Eh…. Sayang… geli dong!” Titien meronta ketika tanganku menyisip di balik kaosnya, dan meraba-raba perutnya.


“Siapa suruh kamu pancing aku ingat yang tadi malam!” Aku meledek.


“Ih…. tolong, ada bule mesum! Tolong aku mau diperkosa!... tolong, batangnya besar, serem…..!” Titien pura-pura teriak sambil tertawa-tawa. Dengan segera teriakannya langsung diam dibungkam ciumanku yang melumat bibirnya. Aku gak tahan lagi… siapa suruh terlalu menggoda. Titien menyambut ciumanku dengan mesra, tapi gak lama.


“Sayang, aku serius. Aku mau tahu semua tentang kamu!”


“Kamu duluan ngomong, yah?” Pinter juga ia menembak balik.


Aku menarik nafas, dan Titien menatapku serius. Aku merasa berat untuk cerita, tapi mungkin sekarang sudah waktunya.


“Aku dulu pemuda brengsek, dan baru mengenal cinta ketika bertemu seorang gadis Indonesia bernama Deyana. Kami bertemu secara tidak sengaja, dan aku membantunya ketika ia hendak diperkosa. Setelah itu aku terus mengunjunginya dan kami pacaran. Aku sangat mencintai Deyana, ia juga suka musik seperti aku. Ia mendorong aku supaya terus kuliah dan menjadi cowok yang baik. Sayang, satu setengah tahun lalu ia meninggal karena sakit. Ia sebelumnya pulang ke Indonesia tidak bisa melanjutkan studi karena sakit, dan tidak pernah lagi ketemu, kecuali lewat telpon dan surat. Sejak itu aku masih berduka dan belum bisa jatuh cinta lagi, sampai ketemu kamu…!”


Dengan kata-kata itu aku menceritakan kisah cinta ku yang terakhir sebelum Titien… tanpa ada yang ditutup-tutupi.


Kata-kata tadi aku ungkapkan dengan penuh perasaan, membuat suatu aura sedih bagi kami berdua. Air mata sempat menetes di pipi ku itu. Titien memelukku erat, merasakan betapa hampanya ia ditinggal mati.


“Sayang, jangan sedih lagi, yah! Kan kamu sudah punya aku…” Titien menatapku, sejumput airmata juga mengalir dari matanya turut merasakan penderitaanku.


“Aku juga pacaran dengan Nando, kakak dari Naya, kami pacaran selama 3 tahun sejak aku SMA. Nando itu cinta pertama ku dan aku sangat mencintainya dan bahkan mau memberikan apa saja untuknya. Namun dua tahun lalu ia meninggal karena sakit kanker prostat…. Sejak itu aku gak pernah jatuh cinta lagi, eh sampai ketemu kamu di airport.” Titen mencoba menahan isak tangis, dan kini tangan ku membelai kepala dan rambutnya, dan kemudian menyembunyikan wajah cantik itu pada dadaku, mau memberikan perlindungan.


Titien menceritakan segalanya, seluruh kisahnya dengan cowok itu, dan ditutup dengan kesedihannya. Ia sampai menangis…


Aku jadi terharu… ternyata cerita kita sama. Kenapa sih cewek secantik ini harus menderita karena ditinggal mati…


Kami berdua bertatapan sambil berpelukan, merenungi nasib malang yang pernah kami lewati. Kini aku menggenggam tangan Titien kuat-kuat dan mengatakan cintaku dan keinginanku untuk bersatu dengannya. Gadis itu hanya mengangguk mengungkap penerimaannya akan cinta yang sebesar itu. Aku mengusap air matanya dan mengajaknya melupakan masa lalu, dan menatap masa depan.


Ia menatapku dalam… aku balas menatapnya.


“Eh… sayang, aku penasaran… sejak kapan kamu mencintaiku?” Tanya ku ingin memastikan sesuatu.


Titien menatapku malu-malu, tapi ia berbisik,


“Sayang, aku jatuh cinta padamu sejak pertama kamu jatuh cinta padaku.” Pinter juga gadis ini memberikan jawaban yang ambigius. Ia pasti mau aku yang duluan terbuka.


“Tapi aku jatuh cinta sejak pertama bertemu dan memandangmu di airport!” Kataku.


Titien malu-malu menjawab. Ia hanya mengangguk membenarkan. Ini namanya cinta pada pandangan pertama.


“Pantesan!”


“Pantesan apa?” Desak Titien…


“Pantesan waktu di mobil itu kamu cari pegang kontolku…!” Aku berkata sambil tertawa meledeknya, lalu langsung berdiri melarikan diri…


“Heh? Ihhh... awas kamu yah, kalo ku dapat lagi, akan kupatahkan kontolmu.” Titien mengejarku…


-----



POV Titien


Tak kusangka Brian juga mengalami nasib yang sama denganku, ditinggal mati oleh pacar tercinta. Ia tahu apa yang kurasakan dan mampu melewatinya. Cowok ini luar biasa, sukar dicari lho yang seperti ini… eh seperti aku, sih!


Perjalanan singkat dari Bukit Doa menuju ke Wihara Tomohon kami lalui dengan banyak merenung. Karena sepi melalui lorong-lorong kecil, Brian bersepeda disampingku, ia masih tersenyum. Kayaknya cowok ini adalah orang yang tepat menggantikan Nando.


Naya dan Shaun masih tertawa-tawa di belakang kami, entah apa yang mereka bicarakan.


Eh… ternyata setelah diselidik, Naya dan Edo juga belum pernah ke Wihara Tomohon. Mereka tuh rekreasinya selalu cari bioskop atau tempat gaul lainnya. Padahal menurutku, wihara ini adalah tempat wisata yang unik dan sangat indah. Ada banyak patung binatang-binatang legenda Budha dan patung biksu dengan berbagai ekspresi dan gaya yang melambangkan kegiatan mereka sehari-hari. Wihara ini adalah taman yang indah untuk bermeditasi. Ditambah lagi pemandangan gunung Lokon, puncak tertinggi Tomohon yang begitu megah dan indah membuat suasana yang mistis.


“Eh… kalian, kalo masuk tempat ini tidak boleh tertawa atau bercanda. Juga tidak boleh berpikir mesum, lho!” Aku mulai menceritakan legenda, orang-orang yang main-main ke tempat keramat dan pulang menjadi impoten. Eh… kayaknya mereka percaya lho, karena semua jadi diam dan tenang. Shaun dan Naya yang suka bercanda jadi serius dan takut-takut bicara.


Untunglah aku sempat bilang begitu, kalau tidak pasti ekspresi lucu dari beberapa patung biksu pasti jadi bahan candaan. Kan malu sama umat Budha. Kami mengambil foto di depan pagoda 7 tingkat, dan patung naga yang besar. Ketiga tamu kami terheran-heran melihat karya seni yang begitu halus dan tampak seakan nyata.


Beberapa keterangan mengenai tata cara kebaktian dan mitos dibalik patung aku berikan secara gamblang. Tidak detail sih, hanya yang menarik bagi mereka. Tatapan Naya dan Shaun yang serius mendengarku terasa lucu… kayaknya mereka benar-benar menjaga larangan tadi, padahal kan itu hanya mitos.


Tawa dan canda mereka nanti muncul lagi ketika kami berada di tempat parkir, di mana sepeda-sepeda kami berada. Itu pun setelah aku mencubit Naya…


“Hush… jangan terlalu serius gitu dong. Kangen juga ketawa Naya!” Ujarku yang langsung dibalas dengan candaan. Suasana kembali rame seperti semula.


“Eh… tunggu! Tadi Kak Titien bilang tidak boleh tertawa itu bohong kan?” Naya memandang ku. Ia bisa melihat ekspresi wajahku yang menahan tawa.


“Ih… gak benar banget! Kok bisa yah kita ditipu mentah-mentah!” Naya tertawa sambil mencubit perutku. “Kak Titien, cukup Brian aja yang ditipu tadi malam, jangan kita lagi!”


“Huh? Aku ditipu?” Brian tersentak, ia tampak bertanya-tanya dan memandang seperti orang kebingungan.


Tapi Naya sudah memeluk ku yang tertawa-tawa. Aku berbisik pelan di telinganya, “Hush… kamu ini jangan keceplos dong, jaga tu mulut!”


“Hehehe… iya kak, aku diam … seperti tadi malam! Hehehe” Naya berbisik kembali. Aku mencubit perutnya lagi dan kami berdua tertawa-tawa membuat Brian penasaran.


-----





POV Shaun


Wah.. pagi ini benar-benar perfect banget, sudah lihat pemandangan yang indah dari tempat-tempat yang menakjubkan. Rasanya aku mau tinggal di sini saja. Apalagi ada Naya, eh… sekedar pemberitahuan, gadis ini kayaknya udah kembali seperti semula. Ia sekarang sudah akrab kembali dengan ku… rasanya senang sekali lho.


Menurut Titien kami akan mengunjungi pasar terkejam di dunia. Aku masih bingung apa maksudnya, tapi pasti menarik. Sejauh ini tempat-tempat yang dipilihnya sangat berkesan. Pantesan si Romeo desak kami supaya ke Manado.


Gak sampe 10 menit kami sudah tiba di pasar, dan menitipkan sepeda di pinggir jalan. Kami melewati banyak jajanan baru tiba di bagian yang menjual daging segar. Pemandangan didepan kami membuat aku terkesiap. Astaga! Aku tidak pernah melihat yang seperti ini. Brenda sendiri sampe memalingkan wajah…


Daging yang dijajakan di tempat sangat ektrim, bukan hanya daging babi ataupun ternak lainnya. Di sini ada kelelawar, ular piton, tikus ekor putih, juga monyet khas di tempat ini. Selain itu ada juga hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. Ukurannya bervariasi… kebanyakan masih utuh dan sudah di blower tanpa bulu lagi. Ada banyak lagi binatang yang lain, tapi kami gak lama, karena Brenda sudah rasa mual. Baru kali ini saya melihat pasar yang jual daging kayak ini… Gak heran disebut pasar terkejam di dunia.


Aku gak bisa bayangkan, kok Anjing dimakan. Itukan sahabat manusia. Pasti teman-temanku pencinta binatang akan protes keras.


“Dengar baik-baik Dickhead, kamu sudah lihat sendiri kan binatang-binatang ini. Itu sebabnya kamu harus hati-hati, jangan macam-macam sama cewek Manado. Tarsius aja disate!” Naya menebar ancaman, tapi kami semua tertawa mendengarnya


“Eh… apa itu Tarsius?” Aku bertanya bingung.


“Itu, monyet kecil segini binatang langka, hanya ada di Manado”


“Astaga, maksudmu Tarsius Tarsier, monyet terkecil di dunia?” Aku sampe teriak!


Naya mengiyakan, dan menambahkan bagaimana spesies yang hanya ada di pulau Sulawesi itu termasuk salah satu daya tarik wisatawan.


Oh my goodness! Tarsius is here and I don’t know about it yet?” Aku hanya mengeleng-geleng kepala. Barusan bulan lalu di fakultas ku diadakan simposium mengenai jenis-jenis monyet, dan salah satu pembahasan utama mengenai Tarsius. Banyak teman dan dosen tertarik soal binatang itu, eh termasuk aku sih. Aku sempat bertekad untuk melihat Tarsius pada habitatnya menjadi salah satu bucket list ku.


Tidak tahan kegirangan, aku segera membuka Google Chrome di hape dan menulis email singkat ke dosen pembimbingku. Pasti ia akan lompat kegirangan kalo aku bisa membuat video mengenai binatang ini di habitat alaminya. Pasti keren… apa itu bisa jadi topic penelitianku yah? Sekalian supaya lama-lama dengan Naya… hehehe.


This is me… this is my passion!


Dan aku tidak sadar sudah membuat kesalahan besar yang nantinya meminta korban jiwa.


-----





POV Brenda


Wah apa yang terjadi, Shaun agaknya lagi bersemangat, apalagi waktu bicara soal binatang Tarsius. Kayaknya Naya juga tahu banyak mengenai binatang ini, dan dapat menujukkan tempat-tempat persembunyiannya. Wah, Shaun langsung ketemu banding nya, siapa sangka gadis cantik mungil dan imut itu ternyata pencinta binatang juga… eh binatangnya sih mungil dan imut juga, hehehe.


Kembali kami melanjutkan perjalanan dengan sepeda melewati kota Tomohon. Pemandangan bunga yang mekar di kiri dan kanan serta aromanya membuat kami jadi lebih semangat mendayuh sepeda. Tujuan berikutnya adalah sebuah danau kecil yang suka berubah warna tergantung aktifitas volcanic di bawahnya. Wah…. Harusnya ku bawa beberapa temanku dari jurusan geologi.


Akhirnya kami tiba di Danau Linow yang indah ini. Kali ini warna airnya hijau kekuningan, tapi sangat menarik waktu difoto. Apalagi lokasi yang sejuk dipenuhi pepohonan yang luas.


Kami makan siang di danau ini, duduk di teras restoran sambil menikmati pemandangan. Dari tadi mata kami dimanjakan dengan keindahan alami kota Tomohon yang penuh bunga di jalanan. Aku jadi ingin datang pas Festifal bunga Tomohon yang ternyata sudah mendunia… Wah, harus nabung banyak lagi. Eh, yang pasti kan aku sudah kenal Naya dan Titien. Eh, ada Edo juga. Ia pasti mau aja antar aku jalan-jalan gratis, nanti di bayar di tempat tidur, hehehe…. Ih… siang-siang sudah mesum.


Seusai makan, aku menanyakan di mana WC ke Titien, eh malah disuruh tunggu sebentar. Ia mengambil tissue kecil dari sakunya, dan memberikan kepada ku.


“Eh… gak usah kok, tunjuk aja di mana WC-nya!” Aku menampik tawarannya.


Titien sepertinya ingin mengucapkan sesuatu, tapi gak bisa karena ada makanan di mulutnya. Aku cuek aja sambil mengikuti arah jarinya. Ternyata itu WC-nya, dan saya kini mampu membedakan yang mana untuk pria dan wanita. Sempat tersungging senyum tipis mengingat kejadian bertemu dengan bencong waktu lalu.


‘Yah… cape deh, yang ada hanya WC jongkok.’ Terpaksa aku membuka celana dan CD supaya mudah jongkok. Kaosku juga ku lipat keatas. Setelah buang air kecil, aku menyadari sesuatu. Gak ada tissue WC, yang ada hanya genangan air di bak yang kelihatannya sudah penuh dengan jentik-jentik. Apalagi baknya hanya dari beton yang terkesan kotor. Aku gak tega milikku yang berharga dicemari air seperti itu…


Astaga masak pake celana gak cebok dulu. Eh.. pantesan Titien menawarkan tissue tadi. Kenapa ia gak bilang? Plak! (tepok jidat) Ia gak bisa karena mulutnya penuh makanan. Aku sih yang gak sabar tunggu ia mengunyah dulu.


“Titien, minta dong tissue nya!” Untung aku tidak kehilangan akal dan meneleponnya. Menurutnya sudah dititip tadi ke Edo. Pasti cowok itu sudah di muka pintu WC.


“Edo, mana dong tissue-nya?” Aku berteriak.


“Ada padaku!” Edo sudah menunggu. Ku coba menjangkau pintu untuk membuka Grendel. Susah juga terpaksa aku harus berdiri. Ah.. akhirnya berhasil juga. “Kreeek”


“Astaga!” Ternyata pintunya terayun membuka keluar bukan ke dalam. Dan tiupan angin membuat pintu itu terbuka lebar memamerkan seorang gadis yang lagi telanjang. Astaga… memek kebanggaan ku terekspose kepada beberapa cowok yang lagi nongkrong di luar. Aku sempat begong beberapa detik, pasti cowok-cowok itu sudah lihat semua.


“Eh… Aduh… ih… Ahhhhh!” Aku mencoba kebingungan mau buat apa, celana dan CD ku tergantung di pintu dan ikut terbuka keluar. Cowok-cowok yang di luar sudah tertawa-tawa memandangku kebingungan. Wah, untung besar mereka, dapat pameran memek gratis.


“Edo! Tutup dong!” Aku teriak kepada cowok itu, masakan ceweknya lagi dipamerin dianya hanya bengong. Setelah teriak lagi, akhirnya Edo menutup kembali pintu itu. Cowok-cowok sampe tepuk tangan karena girang… ih… malu sekali.


“Ehhh… tunggu, Edo…! Mana tissue nya?”


-----





POV Titien


“Eh… ada apa?” Aku bingung, Brenda datang tiba-tiba langsung memelukku erat. Aku balas memeluknya, muka cewek itu merah. Wah ternyata orang bule pake malu juga.


“Kenapa Brenda?” Aku bingung, ia memelukku erat.


“Aku malu sekali, tadi waktu Edo kasih tissue pintunya terbuka lebar.” Ia mulai cerita.


“Astaga! Terus ada orang lihat gak?”


“Itulah ada banyak cowok yang lihat… mereka sampe tepuk tangan kepada ku…”


“Hahahaha… yah rugi dong!” Aku sampe merinding. Pasti cewek ini malu sekali.


“Terus Edo gak tutup?”


“Yah itulah, cowok itu diam saja bengong… mau aja ceweknya di kasih pamer vagina gitu. Aku kan malu…”


“Astaga kamu pamer apa tadi?” Ternyata Brian mendengar percakapan tadi. Brenda tambah malu dan memelukku kuat.


“Edo! Ayo cepat, kita berangkat sekarang!” Kataku memberitahu semuanya. Aku juga berbisik kepada Brenda, “Sudah, gak apa-apa! Anggaplah mereka beruntung, kan gak ada yang kenal. Palingan mereka stress sendiri bisa lihat tapi gak bisa pegang, hehehe…”


“Hehehe… iya juga sih!” Brenda mulai tertawa.


“Wah… pasti kontol mereka tegang tiga hari gak turun-turun, bisa lihat memek gadis cantik!” Aku meledeknya lagi.


“Hehehe… rasain, deh! Hehehehe” Brenda juga tertawa-tawa meninggalkan restoran di pinggir danau tersebut.


“Eh… mana si Romeo?” Aku mencarinya. Barusan tadi ngomong dengan aku, udah kesamber ibu-ibu muda yang minta foto bareng.


Lucu juga mo lihat ekspresinya Brian diapit kerumuman ibu-ibu yang ingin berfoto bersamanya. Tadi satu ibu ajak, eh semua juga mau berpose. Pastilah mereka mau, mau cari di mana bule seganteng dia. Semuanya berlomba berada di samping cowok itu, yang dengan malu ditanya-tanya nama dan asal dari mana. Malah ada yang tanya kalo sudah kawin ato belum! Hihihi dasar…


“Eh… maaf ibu-ibu, suami saya sudah mau dibawa. Kami sudah terburu-buru. Maaf banget yah!” Kataku pake bahasa Indonesia sambil berkedip kepada Naya…


“Yah… sudah kawin ternyata, telat yah kita…” Sambut ibu-ibu dengan kecewanya. Hahaha… Cowok itu hanya senyum-senyum sendiri.


Ketika Brian mendekat kepada rombongan kami, ia menyeletuk menggunakan bahasa Indonesia yang fasih…


“Sekarang mau ke mana, istriku?”


Astaga! Aku malu sekali… ternyata cowok itu lancar bahasa Indonesia.


“Hahahaha…” aku hanya bisa tertawa, dan mencubit cowok itu. “Sayang, kamu tahukan orang Indonesia banyak jadi escort turis-turis bule. Nanti kalo mereka tanya-tanya susah lagi jelaskan… supaya kamu cepat lolos dari ibu-ibu, aku bilang aja kamu suamiku”


“Hahaha… gak apa-apa istriku. Nanti sebentar malam kamu tidur di kamar saya, yah!” Kata Brian.


“Ih, maunya cari kesempatan.” Aku meledeknya


“Eh, kamu sudah mengakui aku suamimu, jadi harus tanggung jawab!” Tuntut Brian.


“Sayang, aku kan bilang itu supaya ibu-ibu itu menghargaiku! Kok pake macam-macam. Kan malu sama Naya dan Edo, kirain kita berdua sudah gituan.” Aku tertawa, cowok ini pasti ada maunya, kayaknya harus ditegasin dikit. “Kamu harus hargai aku dong!”


“Eh… dengar baik-baik, nona Titien! Kalo aku tidak hargai kamu, mana mungkin tadi malam aku biarkan kau keluar dari kamar masih virgin! Udah pake baju transparan dan berbagi tempat tidur denganku…!” Brian sampai berteriak


Eh oops! Astaga, semua teman-temanku melihat ke arah kami. Ih malu sekali… cowok ini gak pake lihat-lihat orang sudah ngomong gitu.


Tanganku segera mengejar badannya dengan pukulan gemas dan cubitan. Rasain… pake jual-jual orang di depan umum.


Shall we proceed, Virgin?” Kata Shaun sambil tertawa.


“Wah… ternyata masih segel, yah! Ayo dong Virgin!” Edo juga meledekku. Sekilas waktu ku lirik, Brenda dan Naya masih tertawa-tawa.


Sejak saat itu cowok-cowok itu terus memanggilku Virgin. Ih….


-----


Perjalanan pulang kami memutar melewati desa Woloan, dan mengikuti jalan kecil berliku menuju Tanahwangko. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, untunglah cuaca gak panas, karena tadi sempat hujan di Woloan.


Desa yang identik dengan penjualan rumah panggung itu kami lewati sambil memandang kiri-kanan rumah baru yang siap dijual. Rumah tinggi dengan sistem knock-down itu dengan mudah dapat diangkut dan dibangun lagi di tempat lain. Tak heran beberapa pembeli dari manca negara mencari rumah tersebut. Ketiga tamu kami sampai terheran-heran melihat desain rumah kayu yang unik dengan warna-warna yang menarik.


Seperti biasa, Shaun jadi juru foto...ia tidak hanya mengabadikan perjalanan kami, tapi semua yang dilihat menarik.


Perjalanan ke Tanahwangko melewati jalan kecil yang berliku-liku, diapit oleh jurang dan bukit. Kami harus berhati-hati ketika tiba di bagian jalan yang berkelok-kelok. Kali ini Edo berada di depan, menjadi tameng supaya kendaraan dari depan berhati-hati. Seperti biasa, pengendara mobil dan motor kadang tidak memperhatikan pengendara sepeda. Untunglah kebanyakan medan menuruti bukit sehingga tidak terlalu melelahkan.


Eh.. ada mobil cepat dari depan… kami berhenti di pinggir jalan. Brenda tidak memperhatikan tempat ia berdiri dekat dengan lubang yang ada genangan air. Dan ketika mobil lewat di lubang tersebut, airnya terpencar ke tubuh Brenda hingga basah kuyup… Astaga…


Sekujur tubuhnya basah… kami hanya terdiam dan tidak berani tertawa takut ia tersinggung. Brenda sendiri hanya menatap kami bengong.


“Ahhh… ! Aduhh….” Brenda meringis. Pasti ia merasa gak enak…


Untung jalannya dekat dengan sungai, dan kami berhenti sejenak ketika Brenda pergi ke sungai membasuh diri.


“Eh, kalian kesana dong aku mau ganti baju”


Mujur juga ternyata ia bawa baju ganti. Kami menunggunya di jalan, tempat sepeda dan mobil di parkir. Brenda ganti cukup lama, tapi kami menunggunya dengan setia.


Naya mendekatiku sementara menunggu Brenda. Kami berdua duduk di batang pohon agak jauh dari rombongan.


“Kak… lanjut dong ceritanya sama Nando!”


“Eh tunggu… sekarang giliran kamu, kamu dulu yang cerita gimana sampe bisa mesum sama Edo!”


“Ihhh malu dong Kak, orangnya ada disini, lho!”


“Eh… harus gantian dong, kan aku juga sudah cerita. Masak malu sama kakak sendiri?” Aku coba memancing Naya. “Kapan emangnya pertama kali Edo mesumin Naya?”


“Sudah lama, Kak… Kak Titien baru jadian… pas pulang ada Kak Edo di rumah lagi nunggu Kak Nando. Terus Naya temani dia nonton, waktu itu Naya baru ganti baju rumahan, hanya pake tanktop. Edonya lihat-lihat ke toket… apalagi Naya malas pake bra… jadi dia beruntung lho….”


“Terus…” Aku mulai tegang…


“Jadi itu…Edo bilang kalo ternyata Naya sudah besar…. Udah bisa saingin Kak Titien toketnya.. Eh Naya penasaran… ia rayu Naya, katanya mau lihat dadaku kalo benar sudah besar.”


“Terus Naya kasih….?” Tanya ku penasaran.


“Itulah Kak… Naya waktu masih polos, baru lulus SMP. Yah… setelah dirayu-rayu Naya kasih dong!”


Wah beruntung sekali cowok mesum itu, dapat toket Naya sejak ia masih kecil. Naya kemudian digendong ke kamar, dan baju atasnya dibuka. Toketnya sudah dipuji-puji, kemudian digrepe-grepe dan dilumat cowok itu. Untung waktu itu Edo juga masih polos, dan baru pertama pegang toket. Sehingga Edo tidak mau lanjut dengan vagina. Naya juga cerita bagaimana sejak itu Edo mau menggengam toketnya tiap bertemu.


“Sejak kapan kamu gak ijinkan ia pegang lagi?” Tanyaku.


“Sejak Kak Titien nasihati aku supaya gak boleh kasih ke sembarang cowok, harus jaga perawan. Sejak itu aku langsung berhenti kok.” Kata Naya.


Kini aku merasa bahagia ia mendengarkanku… tapi aku juga menyadari betapa berartinya diriku bagi Naya dan keluarganya, bukan hanya bagi Nando.


Naya yang tinggal dengan orang tua yang sibuk dengan bisnis membutuhkan seorang kakak perempuan, yang bisa mengatakan apa yang boleh dan apa yang tidak. Sayang kakaknya itu sekarang sudah mulai ajarin dia mesum dengan Brian, hehehe.


“Hey, Brenda… dari mana dapat durian?” Teriakan Edo mengagetkan kami. Segera kami mendekati rombongan.


“Eh kok bisa dapat durian?” Tanya Brian.


“Eh… rahasia dong!” Jawabnya… tapi ia segera datang padaku dan memelukku. Pasti ada apa-apanya. Aku biarkan saja, sejak akhir-akhir ini kami semakin akrab. Ternyata cewek ini walaupun suka mesum dan ekshibisionis, tapi orangnya ternyata ramah dan baik.


Brenda memegang tanganku ketika kami mulai jalan ke sepeda. Ia berbisik, “tadi aku mandi, ada dua orang cowok lagi cari durian, yah mujur mereka lihat aku telanjang.”


“Astaga! Terus…?” Aku penasaran


“Eh, kubiarkan mereka melihatku, asal dapat durian…!” Brenda malu…. Bahaya juga cewek ini, ekshibisionis ternyata…


“Tapi kok dapat tiga?” Tanyaku masih penasaran.


“Iya, dua durian untuk dua payudara, dan satu untuk vagina… hehehehe” Katanya sambil mencubit ku…


“Wah.. udah dipatok harga yah! Hehehe” Kataku


“Hush… jangan bilang orang yah… aku malu sekali!” Brenda main mata.


Ih, mujur benar mereka…hehehehe…” Jawab ku…


“Seperti kamu bilang tadi, palingan tiga hari kontolnya tegang terus…hehehehe!” Kami berdua tertawa-tawa. Wah, kayaknya cewek ini setelah dekat denganku… ternyata sangat menyenangkan…. Eh… tapi sangat mesum juga lho.


Kami pun beristirahat sejenak sambil makan durian hasil pencarian Brenda.


-----


Dalam perjalanan tak henti-hentinya kami bercanda… apalagi jalan ini sangat sepi, mungkin hanya dua mobil yang kami lihat dari tadi. Tak terasa kami sudah dekat dengan Tanahwangko, pit stop terakhir sebelum ke Manado. Kota kecil ini terletak 15 km di utara kota Manado, dan berada di pinggir pantai. Jadi udara makin panas, untunglah sudah jam 4 lewat, tidak panas lagi. Walaupun cape, tapi perjalanan sangat menyenangkan karena bisa melihat pemandangan yang indah dan canda ceria.


Naya dan Brenda bersepeda disampingku, sedangkan Brian dan Shaun lagi asik dengan cerita mereka di depan. Mungkin Shaun lagi membagi passionnya sebagai mahasiswa biologis… apalagi tadi sempat lihat monyet liar di pepohonan.


Brenda dan Naya tanya padaku soal keseriusanku dengan Brian. Mereka berdua terus mendukung kami untuk pacaran… apalagi setelah Brenda tahu aku ditinggal mati oleh pacarku… Aku masih bingung soal ikut dengannya ke Amerika. Apa gak terlalu cepat?


“Kak Titien harus tentukan sikap lho, percaya dong sama cinta!” Kata Naya bersemangat.


“Brian itu cowok yang baik, ia sangat bertanggung jawab dan setia pada janjinya. Walau baru selesai kuliah, ia sudah mapan lho berkarir” Brenda menambah-nambah.


“Hayo, kurang apa lagi kak, sudah ganteng, setia, tajir, apa lagi, hayo?” Kata Naya…


“Eh, satu lagi yang utama…” Kata Brenda menggantung.


“Apa itu?” Tanyaku


“Kontolnya besar….” Brenda tertawa cekikikan… “Pasti kau puas lho… hehehehe” Cewek ini sudah mulai bercanda mesum lagi dan disambut Naya dengan gembira.


“Bukan cuma itu kak, Brian itu jago puasin cewek lho, teknik oralnya mantap!” Naya tambah meledekku, tapi ia gak sadar ledekannya bisa berbalik.


“Heh… kau tau dari mana?” Brenda bertanya… Naya langsung kaget dan merah, baru sadar sudah keceplos tadi. “Aku curiga lho ada apa-apanya dengan kalian berdua!” tambahnya sambil tersenyum.


“Hahahahaha… ada aja” Kami berdua hanya tertawa misterius.


“Makanya Kak Titien… jangan mempermainkan cowok terus, Kak Titien buat hatinya Brian menggantung lho!” Jawab Naya mengalihkan cerita.


“Iya Tien, kalo permainkan kontolnya sih boleh… tapi jangan hatinya!” Astaga, dari tadi aku diledek terus dari dua cewek nakal ini. Tapi hatiku berbunga-bunga lho…


“Kak Titien sih! Pake-pake game segala, itu tuh, tadi malam sampe ikat Brian dan tutup matanya di kamar…!” Kata Naya mencoba melempar kesalahan, sambil meledek ku.


“Hush…” Aku jadi malu… mukaku pasti sudah merah. Mereka berdua tertawa keras meledekku.


“Hey, cewek-cewek … lagi ngomong apa, kok ribut sekali!” Tanya Brian dari depan. Mereka sedang menunggu kami yang tertinggal jauh di belakang.


“Itulah… Naya lagi cerita apa yang Virgin buat sama kamu tadi malam… cie cie… yang pake diikat dan tutup mata segala!” Ledek Brenda sambil menebak-nebak.


“Eh…itukan buktinya pacarku romantis, gak cuma datang langsung oral gitu…!” Brian membela diri….


“Wah Brian jadi dapat oral yah semalam?” Tanya Shaun


“Astaga… jadi beneran? hahahaha…” Kata Brenda lagi.


Aku langsung memeluk Naya karena sudah malu sekali. Gadis itu hanya tertawa-tawa, karena sebenarnya ia tahu apa yang terjadi.


“Hey… ayo, nanti keburu sunset!” Untunglah Edo menyuruh kami segera lanjut.


“Edo, kamu tahu gak soal game tadi malam?” Tanya Brenda gak mau berhenti walaupun kami sudah mulai jalan lagi…


“Tentu saja aku tauh, ular tangga kan?” Kami semua bingung.


Tiba-tiba Shaun tertawa keras-keras.


Astaga… ada apa lagi ini…


——


Bersambung
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd