Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule ganteng di kosan cewek (Remake edition)

Bimabet
Episode 22 Promise you'll make me happy




Titien







Naya







Brenda







Brian





Shaun





Edo


POV Titien


"Kak Tien, kita langsung naik mobil aja ya pulang.. Naya udah gak mampu lagi!”


“Heh… udah dekat kok, kita kan langsung singgah makan di pinggir pantai. Tuh, 10 menit lagi sampai.”


Sebenarnya aku juga sudah sangat cape… tapi melihat Brian menggeleng kepala terpaksa harus siap genjot sepeda lagi. Cowok itu malah langsung menyuruh Edo jalan duluan ke restoran untuk pesan makan makanan. Gak ngerti banget.


Kami masih berada di pinggir jalan, sedang menepi sejenak sambil memandang keindahan sunset dari pinggir laut. Semua sudah capek karena bersepeda seharian. Untunglah Brian menyuruh kami berhenti sejenak, karena kami tidak sadar matahari segera terbenam.


Bahaya ini… kalo sudah berhenti, susah lagi mau suruh mulai jalan. Gadis imut itu mulai rewel lagi cari-cari alasan supaya lama berhenti. Barusan tadi atas rengekan Naya kami sempat minum es dan makan kue di Tasik Ria resort. Pemandangan pantai di situ juga indah sih…


“Kak Tien.. tunggu dong!” Naya lagi. Apa boleh buat, gak tega juga tinggalin dia sendiri.


Akhirnya setelah 15 menit kami tiba ke salah satu rumah makan yang ada di pinggir pantai. Namanya restoran City Extra, dengan menu utama seafood dan Chinese food. Edo sudah mengatur meja untuk kami dengan minuman air kelapa muda langsung dari batoknya. Untung Edo sudah atur tempat duluan, karena pelanggan tempat ini ternyata cukup banyak, malah ada beberapan rombongan yang datang memenuhi tempat ini.


“Slurpppp” Wah kayaknya semua sudah kehausan, dari air kelapa segar sangat cocok mengembalikan tenaga kami. Air kelapa banyak elektrolit lho...


Restoran ini sangat indah… letaknya strategis di pinggir laut dengan pemandangan teluk Manado. Trus ada kolam bedar berisi beragam-ragam ikan air laut. Hari sudah mulai gelap, dan lampu-lampu sudah menyala. Indah sekali… lagi banyak dekor unik dan lampu berwarna-warni menghias tempat ini menambah manisnya suasana. Terlihat 3 buah pesawat sementara berbaris siap mendarat ke bandara… pas banget! Banyak lho cewek-cewek ambil kesempatan untuk foto-foto.


“Eh… mana Shaun?” Tanyaku kepada Naya…


Eh, gak ada yang tauh anak itu ngilang ke mana. Brian hanya bilang tadi ia bilang mau ke WC. Mungkin sekarang lagi ngumpet disana. Aku memanggil Naya untuk mengecek keadaannya…


Tampak daerah dekat WC cukup padat, ada rombongan yang lagi asik bercengkrama. Seperti biasa, mereka ribut sekali, maklum kebanyakan ibu-ibu muda.


“Shit… my pants!” itu suara Shaun teriak keras-keras dari balik WC.


Tampak seorang anak kecil umur 3 tahun berlari keluar dari WC dengan celana basket ukuran dewasa lengkap dengan CD cowok di tangannya. Astaga… jangan-jangan itu milik Shaun.


“Eh… tolong dong! Celanaku jatuh diambil anak kecil…” Tampak Shaun berjalan keluar dari WC dengan tangan menutupi kemaluannya. Suaranya yang keras menarik perhatian orang…


“Brukkk!” Karena terburu-buru Shaun menabrak dekor restoran dengan kepalanya. Pasti sakit, secara otomatis cowok itu mengurut kepalanya dengan tangannya. Kontol besarnya langsung bebas menganguk-anguk, dan langsung disambut dengan teriakan ibu-ibu yang berada di dekat.


“Eh.. Dickhead kok dipamer sih!” Naya langsung mendekat dan mencoba menutupi kontol itu.


Astaga kontol Shaun benar-benar jadi tontonan meriah, semakin banyak ibu-ibu yang mendekat dan penasaran. Apalagi kontolnya semakin membesar ketika secara gak sengaja disentuh oleh Naya tadi …


“Ih… koq tambah nakal!” Naya jadi tertawa. Semakin ditutup, kontolnya semakin membesar. Naya yang gemes langsung meremasnya sehingga Shaun kaget.


“Hati-hati dong dik, nanti patah!” Ibu-ibu menanggapi macam-macam. “Wah besar sekali, masuknya gimana? Sakit gak?” “Wah, beruntung banget kamu, dapat kontol sebesar itu…!” “Bisa dipinjam gak pacarnya semalam, hehehe”


“Maaf bu, pacar saya gak bole dipake arisan…!” Naya coba jelaskan dan disambut dengan lebih meriah.


“Wah payah dong, pelit amat!”


Aku melihat Naya yang tambah merah… kasihan juga sih, tapi aku malu mendekat.


Aku mencari anak tadi untuk mengambil kembali celana pendek Shaun. Eh, celananya sudah dibawa ke ibunya yang masih tertawa-tawa. Ternyata celananya ditaruh digantung di atas pintu dan jatuh keluar, dan dipunggut anak itu. Anak pinter! hehehe


“Naya, ini…” Aku membawa celana Shaun ke Naya.


Ih Naya sudah cepat-cepat menyuruh Shaun memakai celananya. Eh, justru dipake kebalik. Terpaksa Shaun buka dan pakai ulang. Kali ini benar… dan disambut dengan ibu-ibu dan rombongan di dekat situ dengan tepuk tangan yang meriah. Naya malu sekali…


Seorang ibu setengah baya datang mendekati kami dan langsung promosi.


“Dik.. boleh tanya? Eh pacarnya yang mana yah” Seorang ibu itu bertanya ke Shaun.


Aku menunjuk ke arah Naya yang kini sudah memelukku malu.


“Ini lho, Dik… aku penasaran, kontolnya besar sekali, waktu masuk sakit gak?”


“Eh…, gak. Aduh, gimana sih!” Naya bingung jelaskan. Shaun gak mengerti pembicaraan kami.


“Itulah yang ibu mau bilang, hati-hati lho, lama-lama bisa longgar.”


“Hahaha!” Aku hanya tertawa. Gawat juga ibu ini, gak kenal kok ngomong porno amat.


“Gini lho Dik saya kasih tahu caranya... saya ada ramuan tradisional. Di gosok di sekitar vagina, supaya terasa rapat biar dientot kontol besar… eh suami saya akui lho!” Astaga, kirain mau apa.


“Ini loh, kartu nama saya, saya kasih free sampel deh, coba aja, pasti dalam tiga hari langsung terasa khasiatnya.” Ibu ini terus menawarkan produk, dan kulihat Naya bingung mau tolak gimana.


“Eh.. jangan dilewatkan dong, ini kesempatan jarang-jarang lho.” Sambil memberikan satu botol kecil ke Naya.


“Wah, kalo begitu pacar saya butuh bu. saya juga kontol besar lho...” ada suara cowok ikut nimbrung dari belakang. Brian ternyata mendengar pembicaraan kami.


“Huh, Brian? Ih…” Ternyata cowok itu sudah dengar dari tadi.


Aku langsung mencubitnya… ih bikin malu aja. Nanti dikirain… Dasar Romeo.


“Bu, aku beli dua botol, juga untuk kakak ku.” Naya menunjuk padaku. “Ia demen banget kontol besar lho, hehehe…” Lanjutnya, mengambil dan membayar harga obat dan memberikan sebotol kepada ku sambil tertawa-tawa.


Aku jadi malu sekali.


“Eh, jangan lupa, yah Dik! Gosok di vagina tiap malam sebelum tidur!” Ibu itu masih aja ngomong.


“Beres bu, nanti malam nanti saya yang gosok sendiri!” Brian masih meledekku. Ihhhh bikin malu aja.


Kami bertiga masih tertawa-tawa menuju meja dan membuat Edo dan Brenda kebingungan.


“Eh, Romeo! Obat apa itu?” Edo bertanya…


“Itu obat kuat buat Titien!” Naya menjawab duluan dan disambut dengan tertawa.


“Eh… kenapa kamu juga ada?” Edo tanya lagi.


Kali ini Naya yang cemberut, gak tauh jawab apa.


Aku dan Brenda bisik-bisik soal kejadian tadi. Brenda langsung tertawa-tawa. Kami masih terus tertawa sampai makan malam datang.


-----


Sehabis makan Edo langsung mengatur kembali sepeda-sepeda ke atas mobil kami. Naya dan Brenda lagi asik berpose yang tentu saja memaksa Shaun menjadi fotografer. Brian dan Aku pergi ke pinggir kolam buatan di mana terdapat banyak jenis ikan laut yang bervariasi. Sebenarnya Shaun juga suka sekali melihat ikan tapi terlanjur ditarik oleh Naya… apes deh.


“Sayang, kamu jangan terlalu dekat dengan Brenda!” Kata Brian tiba-tiba.


Aku jadi bingung, Brenda kan sahabatnya. Salah satu cewek yang katanya dekat dengan dia sejak SMA. Kok Brian ngomong begitu?


“Eh, kenapa emangnya!” Aku bertanya.


“Brenda itu sahabatku, tapi aku tahu ia bukan orang yang suka dekat cewek lain dan share hal-hal yang berbau pribadi.” Brian mencoba jelaskan.


“Eh… tapi?”


“All I am saying is… you cannot really trust her! She is someone who uses all means to reach what she wants” Brian gak mau berdebat. “Would you promise to make me happy?”


“Jadi aku harus gimana?” Kata ku setelah mengangguk kecil. Kayaknya ada yang ia sembunyikan.


I'm just warning you… mudah-mudahan sih gak ada masalah!” Brian senyum.


Aku juga lega… kali ini kayaknya Brian salah. Aku akan buktikan sebaliknya.


Sayang aku tidak dengarkan cowok itu, sesuatu yang akan ku sesalkan kemudian. A costly mistake…


——





POV Someone misterius


“Bingo, teman Romeo tadi akses email kampus... aku lagi lacak asal IPnya... mungkin sekali dari HP.”


“Haha… keliahatannya mereka gak sadar. Cari tahu dari negara mana!” kata Lefty John dengan nada memerintah.


“Telkomsel Indonesia, tapi gak jelas di bagian mana”


Call network kita di indo, suruh segera cari tahu… dan perketat monitor Indonesianya! kalo ketahuan Romeo disana kita langsung berangkat. Sekarang mata-matai dulu.” Lefty John segera mengangkat telpon dan berbicara dengan seseorang di Jakarta.


“Satu lagi berikan aku tiket besok pagi ke Jakarta.”


-----





POV Naya


“Bravo…” “Mantap!” “Tambah dong!”


“Wah… bagus sekali suaranya, cocok lagi” Aku sampe heran, apa mereka sudah latihan dari rumah yah… Suara Brian dan Kak Titien klop banget.


Setelah menyanyikan sebuah lagu solo, Brian meminta Kak Titien nyanyi duet. Lagu yang dipilih lagu classic dari boyband All 4 One berjudul “I swear”


Setelah memaksa Brian nyanyi, Shaun juga tampil ke panggung. Cowok itu dengan PD-nya menyanyi lagu yang berjudul, “The story of my life”… Gaya-nya aja yang bagus, suaranya kacau… false. Sampe pemain keyboard kebingungan mencari kunci yang tepat. My goodness… untuk aku tidak ikut waktu dipanggil duet.


Rumah makan ini menyediakan fasilitas penyanyi dan keyboard. Dan mereka mempersilahkan tamu-tamu untuk membawakan lagu.


Dari rumah makan kami naik mobil langsung ke tempat kos. Ternyata dari tadi Edo sudah mengikat kelima sepeda di atas mobil.


Ah… sampe juga di tempat kos. Capek seharian naik sepeda. Aku rasa gak enak badan, maunya cepat tidur. Tapi Kak Tien masih sempat ejek Shaun yang sudah siap masuk kamar ketika melihat Landa dan Della lagi berdiri di pagar lobby lantai 2.


“Eh, Shaun… kok langsung ke kamar? Tumben gak threesome dulu, ditunggu tuh!” Kak Titien melirik ke atas ke arah Landa dan Della.


“Masih capek ahhh, bentar, mo mandi dulu. ... Huh, kok kamu tahu? Harusnya cuma Naya kan?” Shaun gugup sudah ketahuan.


“Ada aja!” Ia tambah buat Shaun penasaran.


Cowok itu tambah gugup… orang bule sih, gak kelihatan pucatnya. Ketika aku dekat Shaun masih diam.


“Itu cowokmu panggil main ular tangga...” Kak Titien main mata, hehehehe.


“Hehehehe….” Aku juga tertawa, “tuh Landa dan Della sampe pingsan kena digigit ularmu semalam.”


“Naya gak marah? Kan itu semua Naya yang suruh…” Shaun memandangku takut-takut.


“Ih.. kamu tega kok duain aku…” Aku mencubitnya manja.


“Jangan takut sayang, walau kontolku di share, tapi hatiku hanya kamu kok...!” Aku sampe ketawa dengar Shaun menggombal.


“Kalo gitu aku juga yah? Hati ke kamu, tapi tubuh di share.” Kataku sambil senyum. Shaun hanya mengangguk… ‘ih sebel’


“Eh… apa kamu bilang, gak boleh!” kata Shaun baru sadar.


“Terus gimana?” Aku bertanya…


“Eh gini aja... kita mandi dulu, terus kamu datang ke kamarku yah… nanti kita ngomong. Eh sekalian kamu urut aku” Shaun memandangku berbinar-binar…


“Urut? Mau urut apa?”


“Eh ... Naya kan janji mau urut kontolku yang kamu tabrak dengan sepeda?”


“Huh? Ih maunya ... Hehehehe. Gak mau ah!” Kata ku membela diri, bilang aja mau dikocokin pake alasan segala. Modus banget...


“Eh .. gak bisa, Naya sudah janji, aku tunggu di kamar yah!”


“Eh, kamu yang butuh masak aku yang capek-capek turun. Kalo mau kamu dong yang datang ke kamar ku!”


“Ok sayang, aku mandi dulu yah!”


Astaga, kok aku ngomong gitu. OMG... kayaknya Shaun beruntung deh malam ini. Cowok itu lekas-lekas masuk kamar, membiarkan aku bengong sendiri.


-----


“Ahhhh!” Aku kaget pas keluar dari kamar mandi.


Shaun sedang tidur terlentang di kamarku telanjang bulat, dengan kontol yang sudah keras mengacung.


“Dickhead! Ngapain kamu?"


Astaga! Cowok itu lagi memutar rekaman di monitor, tampak dirinya sementara ML dengan Landa.


“Eh… ternyata kamu nakal yah! Pake rekam orang lagi ML!”


“Ih… kok kamu putar?” Aku mendekat… “Eh… Dickhead! Ahhhh”


Shaun secara tiba-tiba menarik ujung handuk yang ku pakai dan tenaga betotannya membuat aku jatuh ke tempat tidur di sampingnya. Aku malu sekali… handukku sudah terlepas, memamerkan tubuhku yang masih telanjang dada. Untung aku sudah pake hotpants…


Shaun tidak tinggal diam, ia langsung menarik tubuhku keatas tubuhnya dan mencium leherku. Cowok itu lagi nafsu banget, mungkin gara-gara rekamannya. Sapuan lidah dan bibir cepat menjalar ke leher dan wajahku.


“Ah… Dickhead, aku….”


Kata-kata ku dibiarkan menggantung, karena bibirku sudah disumbat dengan ciumannya yang ganas… OMG aku langsung terbuai… nafsuku langsung bangkit. Shaun terus menjelajah ke telingaku… ih geli banget... kini aku pasrah, gak berontak lagi.


Bibir dan lidah yang nakal itu terus turun ke ketiak kiri... aku merasa sangat kegelian. Eh... kini bersarang di dada ku. Remasan tangannya dikombinasi dengan kulumannya yang agak kasar benar-benar terasa… aku langsung mendesah kuat.


Permainan Shaun di dadaku telah membuang segala egoku. Aku kini sudah terengah-engah menahan rangsangan yang terus melanda. Aku benar-benar terbuai… tubuhku sudah gemetar... kini kulumannya difokuskan ke putting kiriku sambul digigit kecil-kecil, sementara toket kananku terus diremas kuat. Aku kembali mengerang kuat… tubuhku sudah mengejang merespons emutannya, dan kini dada ku semakin terangkat melengkung tinggi… perutku tergetar menahan nafsu.


“Ahhhh!” Aku langsung keluar… tak kusangka aku menyukai permainan Shaun yang cenderung terburu-buru. Huh... orgasme yang sangat nikmat dan cepat sekali. Eh mungkin juga karena aku sudah kecapean hari ini dan tidak ada tenaga lagi untuk melawan.


Shaun membiarkan aku menikmati orgasmeku. Ia memandangku tersenyum, ia membelai rambutku sementara memandangku terpesona. Aku benar-benar terbuai. Aku merasa nyaman… apalagi mengingat aku mencintainya… he is the one! Aku kini membulatkan tekadku...


“Mau lanjut?” Shaun berharap. Aku jadi tersenyum.


“Eh… ntar dulu, kita tiduran dulu sini yah… aku capek sekali!” Kataku mencari alasan.


Don’t worry my dear, I’m here to make you happy! Kalo kamu capek, gak apa-apa nanti aku pijat yah?” Ih… pake gombal segala, jelek banget gombalnya… eh tapi aku bahagia, lho.


"Eh Shaun gak usah pijat... malam ini kita ngibrol aja yah, aku lagi cape banget"


Aku tiba-tiba menyadari sesuatu. Astaga... untung belum sempat... hehehe.


-----





POV Edo


“tok tok tok!”


“Brenda?” aku kaget ketika membuka pintu ada gadis itu hanya memakai kimono.


Brenda tidak bicara, ia menarikku ke kamarnya… wah, bisa-bisa beruntung lagi malam ini. Padahal ku kira cewek ini sudah kecapean naik sepeda. Dasar Nerd-ho.


Begitu masuk kamarnya, Brenda mengunci pintu dan memelukku. Tubuh yang seksi itu tercium harum banget, pasti ia baru selesai mandi…


Cewek itu langsung menuju ke tempat tidur dan duduk dipinggiran. Matanya memandangku tajam, pasti ada maunya…


“Edo, kamu udah janji kan buat apa yang aku suka?”


“Anything for you, babe!”


Dengan seksi, Brenda membuka kimononya… wah, udah telanjang rupanya.


“You know what I want, right?” Brenda tanya terus…


“Yes babe, your wish is my command.” Kata ku lagi.


Brenda segera menciumku dengan lembutnya… Eh, matanya berbinar-binar jenaka. Pasti ada sesuatu…


“Would you promise to make me happy now?”


“Tentu saja, sayang!”


Brenda menjangkau sebuah botol kecil, dan memberikannya kepadaku. Kok isinya minyak urut... Ia tertawa sambil tidur terkelungkup.


“Sayang, urut dong! Badan ku cape banget! Eh… jangan macam-macam, Edo sudah janji, hehehehe….” Brenda menjebakku.


Ih…ini rupanya maunya. Dasar, bikin stress aja anak ini. Tadi kontolku sudah tegang, sekarang harus down lagi. Kok bisa yah aku ditipu mentah-mentah.


-----





POV Shaun


Aku kini terus mengakui, gadis ini sangat berharga. Tatapannya, gaya centilnya dan tubuh seksinya selalu terbayang-bayang dalam mimpi. Sekarang setelah bercerita lama tentang dirinya, baru kusadari betapa besar arti keperawanan bagi gadis Indonesia… pantesan Naya dan Titien tetap menjaga kegadisan mereka.


Eh, kalo gitu mengapa Della dan Landa gak yah! Ah itukan urusan mereka.


Aku kini membayangkan pasti enak banget memerawani Naya… akan kubuat dia orgasme seharian, hehehe. I'll make you happy my dear...


“Nay, jadi kamu rencana kasih perawanmu ke suami mu?” Aku menatapnya dalam-dalam, ingin jawaban jujur.


Naya menggeleng kepala.


“Aku kasih perawanku ke orang yang aku cinta dan yang aku rasa pantas menerimanya!” Jawaban yang cerdas… eh, masih terbuka peluang bagiku.


“Naya gak yakin cintaku?”


“Gombal… mulutnya bilang cinta, kontolnya cari Landa dan Della!” Naya masih cemburu kayaknya.


“Mereka itu tak berarti bagiku, hanya Naya yang special …” Kata ku bersungguh-sungguh.


“Bener?”


“Sungguh!”


“Shaun harus buktikan ke Naya, janji selama lima hari ini Shaun harus tunjukkan cinta dan buat Naya bahagia, eh gak boleh ML dengan cewek lain, nanti aku kasih, gimana? Deal?” Gak berat sih…


“Berat sih, oke deal, tapi harus ada catchnya?” Aku gak mau terburu-buru setuju.


“Apaan tuh?” Naya penasaran, sekarang kesempatan bagiku mengajukan tuntutan.


“Selama lima hari itu Naya harus jadi pacarku… eh, supaya kalo aku lagi terangsang aku datang ke kamar mu!” Kataku membalas…


“Eh, selama itu gak boleh sentuh-sentuh vaginaku yah…! Jadi pacarannya gak pake mesum" Yah apes deh...


“Ok deal! Aku tidak macam-macam kecuali Naya yang minta, hehehe” aku tahu cewek ini mudah dirangsang.


“Promise to make me happy, Dickhead!”


“Of course, honey!
Eh, aku penasaran… kenapa harus lima hari, kan lama sekali.”


“Jawabannya nanti aja, yah!”


-----


“Ahhhh… ahhhh”


Aku terkejut ketika bangun penisku kayak dicengkram… ketika aku membuka mata, ternyata Naya sementara mengoral kontolku…


“Eh… sayang, tumben pagi-pagi sudah mesum!”


“Hehehe… siapa suruh kamu yang sudah tegang pagi-pagi!”


Aku merasa keenakan dengan permainan oral Naya, gadis itu benar-benar hebat. Mulutnya mampu menelan batangku dalam-dalam, sehingga aku harus megap-megap keenakan…


“Sayang, aku mau keluar…”


Naya tidak perduli… ia terus mengulum kontolku sehingga aku menjerit keenakan. Terasa bendungan spermaku tak mampu lagi ku tahan…


“Ahhhhhhh aku sampe…”


Kembali lima kali tembakan telak menghantam wajah dan mulut gadis imut itu. Naya membiarkan saja pejuhku mengenangi wajahnya… wah apa ini mimpi, aku memukul jidatku!


“Ah!!!” ternyata aku terlalu kuat memukul jadinya sakit.


“Kenapa Shaun? Kok pake pukul jidat sendiri.” Naya bertanya.


“Aku bingung apa ini nyata atau mimpi! Jarang-jarang loh bangun pagi sudah disambut permainan bidadari…”


Naya hanya tertawa dan mencubitku. “Gombal!”


“Tapi kamu suka kan?” Ia memelukku erat, eh… dadanya masih telanjang menyentuh tubuhku yang juga telanjang. Oh enaknya…


-----





POV Edo


“Selamat pagi cantik!”


Semalaman aku tidur di ranjang Brenda, telanjang lagi. Tapi ia keenakan, diurut sampe tertidur. Untung sesudah itu ia biarkan aja aku pake memeknya…


Tadi malam aku sempat orgasme sih, tapi capek. Brenda gak mau bangun, jadi aku yang harus bergerak. Dianya hanya diam doang, tidur dan pasrah. Rasanya ada yang kurang… walaupun memeknya tetap legit seperti sebelumnya.


Brenda membuka mata… ia langsung cemberut memandangku…


“Huh… sebel, orang sudah cape banget, lagi tidur eh sempat dientot lagi.” Brenda memonyongkan mulutnya.


“Eh… pake alasan lagi, tadi malam kan kamu sempat orgasme, alasan doang!” jawab ku telak.


“Hehehehe… kan sudah kubilang aku capek banget” Brenda hanya tertawa. Aku yang kerja, ia tinggal terima yang enak-enak. Tapi mungkin kebodohanku sih… siapa suruh ketipu mentah tadi malam.


Brenda segera masuk ke kamar mandi dan aku memakai pakaianku lagi dan keluar… lapar.


-----


“Hi cantik, kenalan dong!” Wah, gadis itu cantik juga… eh malah lebih cantik dari Della. Orangnya imut seperti Naya, mungkin masih SMA. kelas dua belas


“Pagi juga, cowok ganteng. Namaku Chika, kamu siapa?” Edo sampe kaget, tumben ada sambutan positif ini. Biasanya gadis cantik begini jaim banget.


Selidik punya selidik ternyata Chika salah satu penghuni kos ini bersama dengan kakaknya yang benama Vicka. Harusnya aku sudah lihat waktu mandi-mandi di kolam. Kenapa aku gak perhatikan yah?


Mereka sudah cukup lama di tempat ini, tapi baru balik minggu barusan karena Vicka sempat liburan 3 minggu, jadi Chika juga ikutan.


Wah, coba kalo aku tahu ada bidadari di tempat ini, sudah lama aku datang ngapel ke sini. Naya sih gak bilang-bilang.


Chika orangnya cepat akrab, gak pake lama ia langsung bersikap mesra… dan membiarkan saja ku peluk, eh dianya malah balas memeluk. Anaknya polos, dan cuek aja biar dilihat orang…


Tak pake lama aku mulai merayunya dengan kata-kata cinta. Jawabannya lebih dari yang kuduga, mau aja ia jadi 'teman dekatku'.


Waktu makan Chika mulai menunjukkan sifat mesranya. Ia minta dipangku, terus disuapin… wah… ini bukan lagi kuda cari rumput, ini rumput cari kuda.


Brian sama Shaun yang melihat kemesraan kami langsung kaget… Naya aja yang tertawa, tapi aku yakin ia pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa dekat dengan Chika.


Gak lama kemudian Titien dan Brenda datang, ikutan makan. Mereka cuek aja melihat kemesraanku dengan Chika. Naya justru bisik-bisik dengan mereka… kayaknya lagi menjelaskan sesuatu, dan disambut mereka dengan tertawa cekikikan.


Sayang kami segera berangkat, dan aku harus siap-siap. Agenda hari ini menurut jadwal Titien sebenarnya bebas sih. Kita mandi-mandi di kolam renang… eh water park GPI. Waterpark yang terbesar di kota Manado. Lumayan, sekalian mengobati pegal-pegal akibat bersepeda. Setelah itu baru kita makan di kawasan megamas lagi…


Chika dan kakaknya janji akan ketemu di megamas.


“Bye Chika… kita ketemu yah sebentar malah yah!”


“Bye juga Edo, nanti kita main di sana yah?”


“Iya…”


-----






POV Brian


Wow… tak terasa sudah sore. Seharian kami mandi di water park. Hanya kami berempat yang mandi, Edo dan Naya gak mau… gak tauh alasannya.


Kalo Edo pasti mau ngecengin cewek-cewek yang hanya pake baju renang. Tuh, lagi asik sendiri mojok dengan kacamata hitam… orangnya pura-pura gak melirik ke cewek-cewek tapi tonjolan celananya gak bisa disembunyikan. Hehehe…


Walaupun banyak cewek Manado yang mendekatiku waktu mandi, tapi perhatianku hanya ke gadisku, Titien. Gadis itu tampak mengerti dan membiarkan aja aku berpose mesra dengan cewek-cewek lokal. Baju renang mereka seksi-seksi lho, tapi bodi dan kecantikan mereka gak bisa menyaingi gadisku… apa lagi otaknya! Hehehe


Shaun juga banyak dikelilingi oleh cewek. Pasti ia sudah mengambil kesempatan meraba-raba dan menyenggol-nyenggol. Kan Naya gak ikutan mandi… apalagi Brenda sempat pamer-pamer mesra dengan Shaun, bikin mupeng cewek-cewek. Celana Shaun sempat dipelorotkan membuat kontolnya kelihatan jelas… sukses membuat cewek-cewek itu berteriak … lucu juga teriakannya, ada yang ngomong… ‘ih.. ngeri!’ hehehe.


Eh, gadisku juga jadi primadona lho. Gak sedikit cowok-cowok yang mencari celah mengintip keseksian tubuhnya. Padahal baju renangnya standar, one-piece lagi. Cukup sopan untuk kalangan orang Indo. Tapi kecantikan dan kemulusan tubuhnya gak ada duanya lho… dan aku yang sangat beruntung telah menelanjanginya. Hehehe…


Brenda juga jadi idola, tapi anak itu memang sengaja pamer... mana tahan cowok-cowok melihat tubuh seksi gadis yang sangat cantik itu. Apalagi bikininya sangat kecil, gak mampu menutupi payudara yang besar dan montok itu.


Eh, kami juga sempat menikmati flying fox yang ujung-ujungnya lompat ke kolam. Kali ini Brenda yang buat pertunjukan, waktu lompat branya terlepas… membuat mata cowok-cowok jadi melotot. Dianya cuek aja dipandang mereka… pura-pura tidak menyadari. Padahal aku yakin ia lagi demen memamerkan onderdilnya yang seksi…


Sayangnya waktu siang hari matahari bersinar terik. Panas menyengat. Kami segera naik dan makan di restoran di pinggir kolam.


Lumayan juga hari ini, kami bisa mengumpulkan tenaga kembali setelah cape seharian. Rencananya habis istirahat di kos, sorenya kami akan kembali menikmati sunset di megamas... pasti indah.


-----


Gak terasa sudah sore, kami masih duduk-duduk nongkrong lagi di depan KFC.


Aku memainkan biolaku sementara kita menikmati matahari terbenam. Itu permintaan Titien, and I have promise to make her happy! Ca ile....


Ku latunkan lagu-lagu bergenre klasik yang pernah kuciptakan… termasuk yang sementara ku gubah tiap pagi. Semua diam menikmati, Titien sampe menahan nafas… matanya terpaku menatapku sambil tersenyum. Pasti ia terpesona… hehehe GR juga sih.


Aku tidak sadar Shaun sudah menaruh case biola di pinggir kami, dalam keadaan terbuka. Tak lama kemudian beberapa orang yang berada disekitar kami langsung menaruh uang ke case itu…


Astaga, dikira aku lagi ngamen. Titien hanya tertawa dan membiarkan… sementara Shaun mengambil gambar. Pasti ia akan meledekku jadi pemusik jalanan waktu pulang ke LA.


Astaga, penontonnya tambah banyak, malah mereka sudah membuat lingkaran besar. Aku mau berhenti saja tapi Titien menggeleng.


“Eh, Romeo, udah dibayar tuh, ayo main lagi!” Titien kembali bercanda. Ih gemes… bikin malu aja, biasanya yang mendengar musikku harus bayar tiket mahal... sekarang aku jadi pengamen jalanan... ini turun derajat jauh namanya.


Kembali aku memainkan beberapa tembang favorit yang disambut dengan tepuk tangan meriah. Untunglah Titien segera berdiri dan membubarkan penonton ketika dirasanya sudah cukup mengerjaiku.


Tidak kami sadari sudah kembali membuat kesalahan fatal.


Gadis itu segera menggandengku dan membawa ku menyendiri kembali diatas batu. Kali ini tanpa kata-kata, Titien memelukku erat dan menyandarkan kepada di dadaku. Aku balas merangkulnya.


——-


POV Naya


Ih aku kangen sekali sama kak Vicka dan si imut Chika, gadis yang terkebelakang mental itu. Kebetulan mereka juga mau ikut kami bercengkrama di boulevard megamas.


Chika kelihatan mesra dengan Edo, kakaknya hanya tertawa saja. Kelihatan cewek itu lagi tarik-tarik tangan Edo ke lapangan, dan paksa cowok itu berguling-guling di rumput. Edo kelihatannya mau aja … hehehe bego banget sih...


Kami yang melihatnya hanya tertawa-tawa.


Mereka berpelukan sambil berguling-guling, tidak perduli dengan orang banyak. Gadis itu memeluk dan mencium Edo di keramaian… terus manja kaya anak kecil.


Edo sampe bingung… dan pasti ia tambah bingung lagi dengan kelakuan Chika.


Tiba-tiba ia membuka CD dan mengangkat roknya tinggi. Edo sampe kaget, pasti ia sudah lihat bagian tubuh gadis itu. Eh CDnya disuruh pegang sama Edo… Chika kencing di rumput.


Astaga, Edo kebingungan jadinya. Aku yang melihatnya dari jauh langsung tertawa-tawa. Untung kak Vicka gak lihat…


Eh, sekarang ia membuka bajunya… katanya gatal. Edo harus membujuk Chika memakai kembali bajunya, pasti ia sudah sempat melihat tubuh utuh gadis itu… aku masih melihat mereka masuk ke dalam mobil. Astaga, pasti Edo mengambil untung dengan keadaan gadis yang terkebelakang mental itu. Bego skali si Edo kalo ngak tahu Chika masih bertingkah seperti anak TK.


“Kak Vicka, itu Edo bawa Chika ke mobil, jangan-jangan…!” Aku memperingatkan kakaknya.


“Sudah, tenang aja Nay! Chika itu sudah dilatih, biar kelihatannya ia mau, tapi kalo disentuh kemaluannya pasti ia teriak!”


“Ohhh” Aku yakin pasti Edo kena batunya.


Dan benar aja, gak sampai 15 menit Chika teriak keras-keras, dan aku sama Kak Vicka langsung ke mobil. Di jalan kami bersuah dengan Brenda yang juga mencari Edo.


Edo dan Chika sama-sama sudah telanjang bulat, wajah Chika malah sudah penuh dengan pejuhnya Edo.


“Kenapa sayang?” Tanya Vicka padahal ia sudah tauh apa yang terjadi.


“Tadi Edo janji kasih aku permen untuk isap, dan aku hisap itunya!” Chika menunjuk ke kontol Edo…


Astaga, Edo benar-benar beruntung. Hehehe, sekarang ia pasti malu dan terus diam… ketahuan mesumnya.


“Terus kenapa kamu telanjang!”


“Bajuku gatal sekali, aku main di rumput tadi, Eh Kak Edo juga buka baju.” Vicka hanya tertawa… "Aku mau buka baju di rumput, kata kak Edo buka di mobil aja"


“Terus kenapa teriak?”


“Kak Edo menyentuh ‘kue apem’ ku, jadi aku teriak!” Chika memang polos.


“Apa ia hanya menyentuh ‘kue apem’?” Chika menggeleng.


“Kak Edo remas-remas toket ku dari tadi. Sempat di hisap-hisap lagi, eh geli loh kak, aku sampe kegelian tadi. Kakak coba deh suruh Kak Edo remas dan hisap toket. Enak loh!”


“Astaga Edo, hahahahah!” Edo sudah malu sekali apalagi ada Brenda.


"Kak Vicka, kok Edo ada kontolnya, aku gak ada...? Anunya besar lho kak, tadi sempat nganceng" Pasti kakaknya bingung jawab apa...





"Eh iya kakak juga gak punya kan? Aku pernah lihat lho punya kakak, lebat... banyak rambutnya" kami sampai tertawa melihat Kak Vicka yang malu.


Setelah mengganti baju Chika, kami segera menuju pantai dan siap makan malam. Brenda pinjam kunci mobil, entah apa lagi yang direncanakannya.


Aku sempat melihat Kak Vicka mendekati Edo sambil berbisik, "Edo, kontolmu besar juga, yah?"


Astaga... bahaya ini... hehehehe


-----





POV Brian


Kejadian sebelumnya...


“Sayang, aku ke WC dulu yah!” Kata Titien.


Eh pasti cewek itu bisa setengah jam di WC. Terus, aku ngapain sini sendiri. Aku melihat Shaun lagi ngomong sama Brenda, yang lagi memanas-manasi cowok itu… Brenda kemudian menceritakan kalo ia menantang cowok itu kalo jago bisa ajak main cewek yang pake baju pink.


Brenda main mata… aku langsung ingat pasti ini bencong yang ketemu dengan Brenda waktu lalu.


“Dickhead… kalo gitu kita taruhan aja! Kalo kamu bisa ngentot memeknya aku suruh Titien oral kamu… tapi kalo kamu gak bisa, Naya harus oral aku, gimana?


Aku tahu kelemahan Shaun, pasti ia gak nolak.


“Oke, aku siap kok. Minta kunci mobil ke Edo, nanti aku tunjukkan keahlianku menggaet wanita.” Shaun gak sadar lagi dijebak.


“Eh… aku saksi lho!” Kata Brenda.


“Eh, ingat baik-baik. Harus ngentot di memeknya, gak pake main belakang” aku berkedip kepada Brenda yang harus menahan tawa.


Dengan gaya yang meyakinkan Shaun mengajak ‘gadis’ itu kenalan, dan tidak sampai 10 menit sudah bercengkrama mesra. Saya yakin dalam 15 menit kedepan Shaun sudah merangkulnya dan membawanya ke mobil.


Titien sampe heran melihat Shaun bermesraan dengan si bencong. Ketika melihat aku main mata, ia jadi ketawa… Sayang ada apa?


“Romeo lagi buat taruhan sama Dickhead… harap aja cowokmu menang, kalo tidak kamu harus oral Shaun!”


“Apa?!” Titien marah-marah.


Aku langsung menjelaskan kepadanya cerita sebenarnya, dan gadis ini langsung tertawa-tawa. Ia membiarkan aja Shaun dikerjain.


“Eh tunggu biar kuambil dulu kunci mobil.” Brenda melarikan diri.


Hu… cewek itu sengaja membuat aku berselisih dengan Titien lalu menghindar. Untung saja Titien mengerti dan justru hanya tertawa-tawa.


“Wah, Romeo. Kamu harus minta maaf ke Naya tuh, kontolnya dipake bencong! Hehehe.”


Tenang sayang, justru Naya akan menjadi hadiahku… ujarku dalam hati. Untung saja Titien gak tauh.


-----


Shaun sudah membawa ‘gadis’ itu ke mobil, sementara kami menanti di luar. Hari mulai gelap, pasti Shaun gak bisa lihat jelas…


“Ahhhh” Shaun berteriak keras, otomatis ia menyalakan lampu dalam mobil.


Shit… fucking shit with you man!


‘Gadis’ itu tergesa-gesa lari keluar mobil, Shaun marah besar. Ia juga keluar dari mobil sambil memaki-maki…


“Hahahahahah … kami bertiga tertawa terbahak-bahak. Ini lucu sekali.


Akhirnya kami semua berkumpul di restoran, Brenda langsung cerita pengalaman Shaun. Cowok itu tunduk malu dan baru sadar sudah dikerjain...


"Wah, hebat banget Shaun main sama wanita special lho!" Kata Titien.


"Wanita special? Maksudnya?" Kami kebingungan...


"Gini... kalo kamu beli nasi goreng biasa gak pake telor, kan? Tapi nasi goreng special pake telor. Jadi bedanya di telor... wanita special juga ada telornya, hahahaha...!"


Titien..Titien, sempat-sempat ia kepikir gituan.


——


Bersambung
 
Episode 22 The crafty deal



Brian




Titien




Naya


POV Brian


‘Wah lama banget Titien telpon keluarganya, dasar perempuan... aku cuci muka dulu ah’.


Aku masih duduk-duduk sebentar di kamar Titien, sementara gadis itu pergi menelpon di belakang rumah. Padahal rencananya aku mau jemput dia untuk main kartu di lantai atas.


Eh, sebaiknya aku cuci muka dulu, pasti Titien punya sabun cuci muka. Ketika aku masuk ke kamar mandi, aku terpesona dengan peralatan mandi cewek yang sangat banyak dan beragam. Perempuan..... hehehe. Iseng aku menebak-nebak sabun apa yang Titien pake untuk membersihkan Ms. V-nya, hehehe.


Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan terdengar teriakan seorang gadis.


“Kak Titen aku pinjam kamar, ganti baju dulu… males naik tangga!”


Gadis itu asal masuk aja, menutup pintu dan langsung membuka pakaiannya.


Aku mengintip dari pintu kamar mandi, ternyata itu Naya dan dia sudah telanjang.


Wah tubuhnya makin seksi aja. Terlihat jelas gadis imut itu membuka pakaian sampe bugil dan asik bercermin. Toket kecil namun membulat padat itu sekali lagi jadi fokus santapan mataku. Juga memeknya yang berjembut tipis, dan agak jarang. ‘Ihhh gemes… tubuh mungil itu sangat menggoda… eh pake banget.’


‘Eh, aku keluar aja, siapa tahu ... hehehe’ Sebuah rencana mesum masuk ke otakku.


“Ahhh” Naya terpekik


Gadis itu mencoba menutupi bagian-bagian vital tubuhnya. Awalnya ia kira Titien yang di kamar mandi, pasti ia kaget melihatku.


“Hehehe… nona manis, udah gak usah tutup-tutup, aku sudah lihat dari tadi, kok.”


Aku maju mendekati tempat tidur. Naya sudah terpojok dan pakaiannya berada didekatku, sengaja biar dia lama-lama bugilnya. Ia masih malu-malu.


“Romeo! Balik badan dong, kalo macam-macam aku bilang ke Titien!”


“Naya, ingat aku sudah puas-puasin lihat kamu bugil di kamar mandi telaga?”


“Eh, rugi dong aku kamu lihat terus… hehehe” Naya udah mulai cuek.


Ia membiarkan toketnya mengintip dari celah tangan, tinggal memek yg ditutup sebagian. Sikapku yang puta-pura cuek membuat ia nyaman, tapi ia masih malu mendekat untung mengambil bajunya.


“Ia.. toket kamu kecil… bukan seleraku, jembutnya bagus. Punya Naya halus lagi tipis... punya Titien hitam lebat, loh!” Aku coba bandingkan, Naya tambah malu tapi gak bisa buat apa-apa. Tangannya yang mungil gak mempu menutupi tubuhnya… gak mungkin juga kan kalo dia lari keluar kamar.


“Ih… mesum! Hehehe” Setelah beberapa saat, Naya tidak lagi menutupi tubuhnya. Akhirnya aku bisa menyantap tubuh polos ini tanpa perlu mengintip. Naya masih gugup, tapi gak semalu tadi.


Tatapanku fokus kepada jembutnya yang tipis… duh, seandainya aku bisa mengulumnya. Aku berpikiran nakal… gimana gak mesum, ada pertunjukan langsung yang hot tersaji didepanku.


Eh, astaga! aku baru ingat, kayaknya waktu aku oral memek Titien, kok jembutnya tipis… seperti punya Naya. Apa itu memek Naya? Waktu itu kan mataku ditutup… bisa jadi…Ini mah harus ditest…


“Gitu dong, memekmu kan aku sudah oral, gak usah malu-malu.” Aku asal tebak, siapa tahu benar…


“Ihhh kok tahu…, eh maksud Brian apaan sih?" Tanya Naya. Jelas banget gadis itu terkejut, hampir aja keceplos.


"Sudah Nay, gak usah pura-pura. Titien sudah ngaku kalo yg aku oral itu memekmu. Iya kan?".


“Eh kok Titien bisa ngaku? Malu ah…?” Naya gak sadar sudah terjebak.


‘Aku kaget sekali, astaga! Jadi tebakanku benar.’


Aku mencoba menyembunyikan kekagetanku dengan kata-kata sanjungan “Ehm.. gini. Aku baru ingat memek yg ku oral jembutnya tipis, jarang-jarang rambutnya, terus harumnya beda. Waktu di tanya, Titien... langsung ngaku, kok. Sudah Naya gak pake sembunyi lagi.” Aku terus memancingnya.


“Eh jangan bilang siapa-siapa yah? Aku ngaku deh aku yang salah, Naya yang bujuk Titien, soalnya Naya udah sangat terangsang liat Shaun main dengan Landa dan Della. Eh, pas Titien ajak, dan aku lihat Brian lagi tutup mata, jadi ku kasih …” Gadis itu terbata-bata menceritakan kejadian sebenarnya.


Aku kaget… ‘Oh lala, ternyata… Dua gadis nakal ini harus dihukum agaknya.’


Tiba-tiba Titien masuk pintu, dan tanpa sempat tanya-tanya ia langsung dipeluk Naya yang masih telanjang. Ia melongo lihat Naya telanjang didepan ku, tapi belum sempat berkata-kata Naya sudah duluan ngomong.


“Ih, kak Titien bikin Naya malu, masak buka-buka rahasia kita ke Brian?”


Naya cepat-cepat lari kearah bajunya. Ia tahu kedatangan Titien membuat ia bisa lolos dengan mudah… Aku hanya membiarkan ia mengambil pakaiannya. Padahal, hampir saja aku mempermainkan gadis lucu itu, hehehe.


“Eh, rahasia apa?” Titien bingung.


Untunglah Titien bingung, supaya ia gak tanya-tanya mengapa Naya telanjang. Naya cepat-cepat mengenakan pakaiannya.


“Itu, kak Titien ingat waktu main sambil tutup mata Brian, Kok pake bilang-bilang kalo memek aku yang dioral?” Naya merengek, sambil memakai bajunya cepat-cepat.


“Eh aku gak bilang kok! Sumpah, Kak Tien gak ngomong apa-apa!” Titien kaget.


“Terus, siapa yang bilang?” Naya dan Titien memandang ke arahku secara bersamaan.


“Hehehe… ladies… aku hanya main tebak kok, aku ingat memek yang ku oral jembutnya tipis. Tapi intinya kalian sudah ngaku… ckckck…” Aku terus goyang kepala membuat kedua gadis ini merasa bersalah.


Eh tunggu… ada sesuatu yang ganjil pada cerita Naya tadi. OMG! Aku baru sadar...


“Berarti yg sempong kontol ku juga Naya kan?” Aku sangat kaget. Selama ini aku anggap Titien yg mengoralku, pantesan sempongannya udah rapi, padahal Titien belum pernah oral kontol.


Naya baru sadar sudah terjebak, ia menjadi merah dan malu sekali. Titien juga langsung diam dan tunduk malu-malu…


“Astaga aku ditipu…!” Aku ingat cerita Naya kalo Titien menipuku. Ternyata ini maksudnya…


“Ih… Romeo, bikin malu aja. Eh, tanya aja sama Titien yah, aku pergi dulu.” Naya langsung lari… eh bajunya masih terbuka di dada… uh.


Titien juga hendak sembunyi di kamar mandi tapi cepat ku tangkap tangannya.


Titien ketawa malu, lalu minta-minta ampun... “Sayang, aku janji nanti aku oral pake telan lagi, yah!”


Aku masih geleng-geleng kepala, kali ini harus berkeras. Padahal aku sih gak rugi apa-apa, malah untung dapat meraba toket dan oral memek lain. Tapi aku kayaknya dapat memanfaatkan keadaan ini.


“Eits, sayang gak boleh lari, cerita dulu!” Awas kamu yah Titien.


Hehehehe... Kapan lagi aku dapat kesempatan untuk menindak gadisku. Titien dengan malu datang mendekat langsung peluk dan menyembunyikan kepalanya. Kami berdua tertawa…


“Nakal juga kekasihku ini yah!” pancingku supaya ia bicara.


“Ia.. aku ngaku salah, aku gak tauh cara nyempong penis jadi Naya tunjukin. Waktu itu Naya lagi sange lihat Shaun threesome sama Della dan Landa” Kata Titien mencoba mengalihkan perhatianku. Pinter juga…


“Huh? Shaun threesome sama Della dan Landa? Terus?” Aku kaget.


“Naya intip, dan ia terangsang juga cemburu, malah sempat histeris mau cari cowok malam itu. Gak tahan! Dari pada ia stress, yah, aku bawa aja ke kamar. Begitu lihat punya mu Naya minta nyempong!” Titien menjelaskan garis besarnya.


Astaga! Pantasan Titien sms suruh aku telanjang, terus pake penutup mata dan tangan terikat di tempat tidur segala. Ckckck… aku masih menggeleng kepala. Titien masih tertunduk, pipinya merah. Pasti malu sekali udah ketahuan.


“Maafin aku yah? Sayang gak marah kan?” Gadis itu memohon dengan gaya memelas.


Titien sambil menatap ku dengan pandangan meminta pengasihan, aku sudah hapal ekspresi wajahnya. Ia lagi cari jalan keluar supaya gak kena hukuman.


'Hehehe maaf sayang, jangan pura-pura. Kamu gak bisa lari dari hukuman'. Sekarang saatnya membuat ia terdesak.


“Titien harus terima hukuman, bohongin cowok sendiri itu dosa besar, lho! Kayaknya Titien harus rela aku entot!” Kataku membuat ia kaget.


“Sayang, jangan gitu dong. Sayang mau apa saja aku kasih, asal jangan perawanku, yah!” Titien memohon.


“Nanti kita lihat saja!” Aku berkata tegas…


“Eh, kan sudah minta maaf!”


“Gak cukup, Titien sudah bohongin aku, eh bukan cuma itu, udah tipu aku. Jadi Titien harus terima hukuman… yang pertama malam ini Titien harus tidur di kamarku, telanjang!” Aku menjawab tegas.


“Ih… maunya!” Titien mencibirku


“Eh, gak boleh nolak... terus soal keperawananmu nanti ku putuskan besok” Aku tegas.


“Eh.. tapi, tapi hanya tidur yah! Brian gak boleh menyentuh aku… Terus, kamu gak telanjang kan?” Titien menatapku bertanya-tanya.


“Ok, jadi gini aja… malam ini kita berdua tidur telanjang, gak saling sentuh, pake bantal di tengah. Tapi kalo Titien yang pertama menyentuhku malam ini, maka hukumannya diperberat, Titien harus ikut semua perintahku… tapi kalo aku yang pertama menyentuh kamu secara sengaja atau tidak sengaja, berarti hukumannya batal dan aku harus tunduk kepada Titien. Gimana berani?”


Titien itu tidak mempan rayuan, menghadapinya harus pake taruhan. Wah, kapan lagi aku bisa puas-puasin memandang tubuh telanjangnya. Hehehe, ia kelihatan berpikir keras, pasti nanti mau...


Titien memandangku nakal. Palingan ada ide nakal di kepalanya, aku yakin ia akan memancingku untuk mengrepenya… tapi aku harus bertahan. Aku punya senjata rahasia yang ia gak tahu. Aku mengecek iphone baru ku dan tersenyum. Ternyata keadaan mendukung rencanaku.


“Bagaimana kalo sampe pagi gak ada yang menyentuh? Berarti aku menang kan?” Titien masih mempertimbangkan dealnya.


“Eh gak adil dong! Hukuan tetap jalan” Kataku.


“Kalo gitu aku gak mau, kamu yang enak, aku tetap dihukum.” Kata Titien.


“Oke... kamu menang dan bebas dari hukuman. Tapi kalo aku menang hukumannya ngentot. Gak pake alasan, Titien harus siap diperawani. Gimana, berani?” Aku menantangnya. Titien kelihatannya ragu-ragu namun akhirnya bersedia. Astaga mau juga anak ini...


"Eh tapi ingat yah, kalo gak jadi apa-apa aku menang kan?" Tanya gadis itu memastikan, dan segera ku jawab dengan anggukan.


“Oke, deal! Aku beres-beres dulu yah, kamu tunggu di kamar aja.” Eh, gila… berani juga cewek itu. Aku segera keluar setelah memikirkan sebuah rencana. Aku harus ngomong sama Brenda dulu.


“Eh, satu lagi, selama masih bangun kita harus berhadapan, gak boleh balik belakang!” Ujarku.


“Sip lah!” Kami berpegangan tangan tanda sudah deal.


“Eh, sayang, tapi kita gak jadi main kartu, yah?” Tanya Titien.


“Ih….” Titien mencubit perutku. Ia mendekat ke wajahku dan berbisik di telinga ku. “Lihat aja kamu pasti kalah, sayang!”


Jangan senang dulu sayang, aku punya rencana mantap. Pasti keperawananmu jatuh ke aku, Hehehe.


——





POV Brenda


“Tok tok tok”


‘Siapa sih yang bertamu malam-malam. Bikin sibuk aja, tahu-tauh aku lagi sibuk di depan computer.’ Aku menggerutu dalam hati. ‘Eh, jangan-jangan… Edo butuh bantuan?’


Dengan enggan, aku bangkit dari tempat duduk dan membuka pintu. Eh, ternyata Brian. Aku menyuruhnya masuk.


“Romeo!? Ada apa? Tumben datang malam-malam. Kok kamu gak ikutan main kartu?” Aku bertanya duluan sebelum ia bertanya hal yang sama.


Brian hanya menjawab dengan menggeleng kepala.


“Kamu mau tidur dengan ku malam ini?” Aku langsung to the point, Romeo orangnya gak mau dirayu.


‘Kalo aku tahu Romeo yang datang, aku cepat-cepat buka baju tadi, hihihi!


Cowok itu adalah 'crush' ku dari dulu, yang sampe sekarang belum kesampaian. Awalnya ku pikir liburan ini adalah kesempatanku, eh… ternyata ia kesambet duluan oleh Titien. 'Kamu tidak bisa lari, Romeo. Aku akan dapat kartunya Titien'.


Romeo masih diam sambil menatap layar monitorku.


Aku menatapnya tajam, ia makin ganteng aja! 'Don’t worry Romeo, I haven’t given up on you, yet’. Aku memandangnya tersenyum.


"Nerdho?"


"Eh iya... gimana, mau?"


“Gak kok, aku hanya mau cek email, gak lama. Computer mu lagi secure kan?”


Aku hanya mengangguk dan membiarkan ia mengutak-atik laptopku. Sedikit lagi ia sudah log in.


“Romeo, kamu gak lupa kan vow-mu padaku sebelum datang ke sini?” Kata ku mengingatkannya.


“Iya... iya, gimana mo lupa tiap saat kamu ingetin, gak puas yah sama Edo?” Romeo menjawab ketus. Ih, gak ngerti perasaan orang. Dasar udah terpikat anak perawan sih.


Nerd-ho, do you know who this sender is?” Romeo menunjukkan kepadaku suatu email yang kelihatannya mencurigakan. “Dari tadi aku coba hapus, tapi gak bisa!”


“Buka aja, computerku safe kok! Gak ada virus bisa tembus firewallku.” Aku menjamin. Aku juga penasaran, walaupun aku tahu itu mudah dilakukan oleh hacker-hacker selevelku.


Ketika email itu dibuka, komputerku mendadak blank, tak lama kemudian muncul tulisan satu demi satu:


I KNOW WHERE YOU ARE RIGHT NOW


YOU CANNOT HIDE FROM ME


Sementara aku dan Romeo saling memandang, tiba-tiba muncul sebuah gambar peta… ternyata itu adalah peta negara Indonesia.


Oh my gosh… they know!” Romeo memandang tajam.


No, they know the country, but they don’t know the city. Ada puluhan kota di Indonesia, dan Manado termasuk kota kecil. Gak mungkin mereka semudah itu melacak kita.” Kata ku menenangkan cowok itu.


You know what to do, right!” Kata Romeo dan segera aku balas dengan anggukan.


Kami berdua sempat berpikir bagaimana cara mereka mengetahuinya. Mungkin Dickhead call ke rumahnya, atau akses ke sosial media. Aku ngak tahu.


Don’t worry, Romeo. Just get good sleep tonight!” kata ku menenangkannya.


Aku tahu siapa itu Romeo, ia sendiri gak takut bahaya. Pasti yang dipikirannya adalah aku dan Shaun yang sudah dilibatkannya. Belum lagi Titien dan Naya yang gak tahu apa-apa.


"Eh, ada satu lagi yang ku minta!" Romeo ingin aku berbuat sesuatu malam ini, ia gak mau bilang kenapa. Ih, iseng banget.


“Eh… jangan lupa yah, terus jangan telat... harus pas” Aku gak sempat bicara, Romeo sudah keluar.


-----






Edo




Landa




Della




Shaun


POV Edo


‘Huh, cape juga bawa botol-botol minuman. Mana berat lagi, yah… terpaksa! sudah diwanti-wanti Brenda, malam ini harus buat mereka mabuk.'


Aku bingung, tumben Brenda mau tau soal penghuni kos. Kemarin aku disuruh cerita semua mengenai Titien, dan sekarang beli minuman banyak hanya untuk cari tahu kalo Della atau Landa masih perawan. Terus tanya-tanya lagi soal hubungan Shaun dan Naya, juga Brian dan Titien.


Brenda juga minta nomor telponnya Gina dan temannya, cewek yg ketemu sama aku dan Shaun di megamas. Eh, bukan cuma itu, juga minta dikenalin sama teman cowokku yang gaul-gaul. Ada-ada aja…


Eh… tapi ia janji lho akan membuat aku melayang-layang pas weekend ini, janji akan sex party… ih, bikin kontolku berdiri terus.


-----


Yah, rugi deh, Brian dan Titien gak jadi join, untung Naya dan Shaun setelah diyakinkan mau juga, kan gak rame kalo cuma Landa dan Della. Brenda sendiri katanya lagi sibuk, pasti sama komputernya.


Tanpa tunggu lama kami berlima langsung mulai permainan, sambil membuka minuman-minuman beralkohol. Shaun belajar minuman khas Minahasa yang namanya Saguer dan Cap Tikus. Gak tahu berapa lama ia mampu tertahan.


Cewek-cewek itu sempat minta janji gak macam-macam kalo mereka mabuk, Naya yang duluan minta janji dari ku dan Shaun, eh masih sempat lagi bilang ke Bang Jaya, orang kepercayaannya di rumah kos ini. Bang jaya ngecek kemari tiap 30 menit.


Kami pun main kartu remi, aku yang kocok duluan. Awalnya taruhannya adalah minuman keras, yg menang bebas, yg lain harus minum saguer.


Setelah tiga kali remi, supaya rame aku mengusulkan kalo yang kalah harus ada hukuman tambahan. Nilai kartu yg paling dikit harus menceritakan dengan jujur pengalaman seks mereka. Wah, pasti bakal rame.


Setelah 15 menit, ternyata Shaun yang kalah duluan. Cowok itu dengan jujur menceritakan pengalaman seks pertama waktu masih SMA. Dia ikut pesta dengan 5 orang teman pas nonton superbowl, dan berakhir dengan seks party. Shaun sempat kecewa, pasangan date-nya yang lama diincar, ternyata doyan kontol. Waktu itu karena pertama dia hanya 15 menit sudah keluar… sedangkan pacarnya harus dipuaskan temannya. Kami sempat menertawakan Shaun.


“Eh, Dickhead, sempat dapat cewek lain juga kan?” Tanyaku.


“Eh… iya sih, tapi mereka gak puas, habis main dengan ku, langsung cari cowok lain.” Jawab Shaun jujur.


“Wah, ternyata kamu terlalu cepat nyemprot, dong?” Kata Naya… sambil tertawa.


“Eh, dengar dulu Nay, itu kejadian 9 tahun lalu. Dulu kan aku masih anak SMA yang culun. Coba aja sekarang, pasti Naya yang tepar duluan, mungkin tiga kali lagi!” Shaun membela diri. “Tanya aja sama Landa dan Della?”


“Huh? Della?” Aku kaget.


Landa dan Della langsung menjadi merah… pasti malu banget. Kedua cewek itu terus tunduk malu-malu, mereka mencubit Shaun yang sempat lari bersembunyi di belakang Naya.


“Sudah-sudah, masih mau main ato bubaran?” Naya tampak kurang senang pacarnya dicubit-cubit.


Permainan berikutnya agak lama. Semua sudah terpengaruh alkohol. Shaun sudah belajar dari kesalahannya dan main safe. Aku sempat melirik kartu Landa dan mendapati ia belum punya kartu dasar, ‘Hahaha. Gimana mo jadi, dasarnya aku tahan terus’.


Akhirnya terjadi juga ramalanku, Landa yang kalah dan harus cerita. Pertanyaannya tentu saja kejadian waktu ia diperawani.


Landa mulai cerita soal cowoknya Rocky, bagaimana ia dibujuk ke kosnya, dan disuruh temani nonton film porno. Yah, akibatnya Landa ditelanjangi dan digrepe nikmat, dan oral dengan lidah Rocky. Padahal awalnya ia meronta, tapi akhirnya nyerah juga.


“Aku sih sempat nolak, tapi aku gak kuat. Cowok itu memaksaku tidur terlentang. Ia menindihku dan memasukiku. Awalnya sih sakit, tapi lama-lama enak… yah sejak itu aku ketagihan.” Landa ngomong cepat-cepat karena malu. Isi ceritanya yang singkat-singkat saja.


“Eh, kontolnya besar gak?” Shaun bertanya.


“Itulah, pertama sih aku pikir udah besar, tapi setelah dibandingkan dengan teman-temannya yang lain, ternyata standar ato malah kecil.” Landa menjawab jujur, eh terlalu jujur sih.


“Wah, berarti sudah pernah dong sama teman-temannya yang lain?” Naya penasaran.


“Ihh… tauh ah!” Landa malu ketahuan belangnya.


“Kalo punya Shaun gimana, kecil ngak?” Naya masih mengejar.


“Wah, kalo Shaun itu batang terbesar yang pernah aku lihat!” Kata Landa malu-malu…


“Hahahaha…” Kami semua bercanda, Shaun jadi makin GR tuh.


Permainan semakin panas, dan cewek-cewek menjadi semakin terbuka berkat minuman. Sekarang semua buru-buru cari safe, gak pusing lagi soal menang.


Ketika gilirannya, Della justru menceritakan pacarnya Adi, cowok imut adik tingkatnya. Adi cowok yang sangat tampan dan keren... eh hampir dikira perempuan lho.


“Jadi ceritanya kami pulang acara ultah teman, Adi bujuk aku ke rumahnya, yang lagi kosong. Di kasih minum dan suruh masuk kamar, ternyata sudah dikasih obat perangsang di minuman. Aku sudah pasrah, malah sempat keluar dengan permainan tangan Adi… tapi pas mau masuk, Adinya gak mampu menembus keperawananku.”


“Hah? Kok bisa?” Tanya ku.


“Gak tahu kenapa, kontolnya sih kecil. Mungkin juga baru pertama, dan ia sudah berapa kali keluar sebelumnya. Pas ketemu memekku, belum masuk ia sudah loyo duluan sih…!”


“Hahahaha…!”


“Jadi kamu masih perawan dong waktu itu?”


“Adi sih sempat coba berulang-ulang, kepalanya sempat masuk bikin geli, tapi nanggung loh. Bayangkan aja betapa tersiksa aku karena sudah sangat terangsang.” Kata Della


“Hahaha… pantasan waktu kontol ku masuk masih sempit! Masih perawan kan?... Ternyata cowokmu impoten!” Kata Shaun tertawa.


Della mencubitnya kuat-kuat…


Permainan dilanjutkan lebih seru lagi. Kali ini tinggal aku dan Naya yang belum cerita. Aku berusaha supaya Naya yang kalah, Yah, apes. Kartu Naya lebih baik dari kartuku.


Sekarang giliranku yang bercerita, dan aku menceritakan soal pertama kali melihat tubuh bugil cewek.


“Jadi waktu itu aku di kamar nya Nando, kakak Naya, eh tiba-tiba Titien masuk kamar telanjang bulat. Aku sampe kaget, gak nyangka. Bodinya mantap lho, aku sampe sange lihatnya. Untung Titien tidak lihat aku, dan aku terus menyaksikan bagaimana ia ciplokan dengan Nando, sampe dibaringkan di tempat tidur. Nando meramas dan kemudian mengisap toketnya… Titien mendesah terangsang. Kayaknya sudah pasrah tuh, ciuman Nando turun ke perut. Kemudian Titien membiarkan Nando membuka kakinya lebar-lebar… eh, tiba-tiba aku menyenggol gelas di meja, terus mereka sadar ada aku di kamar. Hehehehe …”


“Terus lanjutannya gimana?” Della penasaran.


“Yah, Titien lari keluar setelah menarik handuk Nando di gantungan.” Kata Edo.


“Astaga… kok bisa yah Kak Titien?” Kata Della.


“Oh, aku ingat kejadiannya. Kak Titien baru habis mandi kan? Masih basah kuyupkan?” Tanya Naya. “Kak Titien telanjang bulat karena aku bawa lari baju dan handuk dari kamar mandi. Ia nyusul aku, tapi salah masuk kamar Nando... eh gak tahu kamu yang beruntung!"


“Iya, dia lari-lari masuk kamar pinjam handuk, kaget ada Nando. Yah, langsung dipalak kakak mu.” Kata ku, kini baru jelas ternyata gara-gara keisengan Naya. Padahal selama ini aku pikir Titien nakal banget.


Permainan sudah pada puncaknya, mungkin sedikit lagi mereka akan tertidur karena mabuk.


“Naya kalah! Hehehe, akhirnya aku dengar juga cerita tuan putri!” Kami semua mendesak Naya yang hanya selisih 2 poin dengan Della.


“Aku gak tahu cerita apa, kan aku masih perawan, jadi belum ada pengalaman seksnya.” Naya mencoba lolos.


“Cerita aja waktu kamu oral aku, sayang!” Kata Shaun.


“Ih… gak mau!”


“Eh, Naya juga pernah oral aku, lho?” Kata Edo.


Semua sampe kaget memandangku, gak nyangka kalo gadis imut ini pernah berapa kali sempong kontol


“Pokoknya gak mau kalo ada orangnya. Eh, gini aja aku ceritain pengalamanku sama Titien dan Brian” Kata Naya


“Huh? Naya pernah main sama Titien dan Brian?” Bukan hanya aku yang kaget, juga Della dan Landa.


“Ceritanya gini, karena aku lagi sange ngintip Shaun lagi main sama kalian berdua, jadi Titien ajak aku ke kamarnya, disuruh diam gak boleh ngomong. Kaget aku, waktu pasang lampu ternyata ada Brian di tempat tidur, telanjang bulat, terus mata ditutup dan tangan terikat frame tempat tidur.” Naya mulai cerita…


“Astaga… Hahahaha! Nakal juga ternyata gadis itu.” Aku sampe kaget… kreatif banget, Titien gitu lho. Della, Landa dan Shaun sampe keliatan lucu, bengong sambil buka mulut.


“Terus…?”


“Kak Tien sih, dia sudah terlanjur janji untuk oral Brian, tapi belum pernah. Terpaksa suruh aku memberi contoh.” Naya menceritakan detail bagaimana Brian dioralnya dan dibalas dengan membiarkan memeknya dioral.


Naya juga menceritakan soal Titien pake baju transparan dan gantian ditutup matanya dan diikat tangannya. Sayang ia sudah keluar sebelum mereka berdua main.


"Astaga, Titien?" Shaun kaget stengah mati dan dua gadis itu terheran-heran. Gak nyangka kalo dua sejoli itu hot banget.


Semua sampe tegang, aura mesum langsung memenuhi tempat itu. Cerita Naya sungguh membuat kontolku naik.


Cerita Naya itu juga menyelesaikan permainan, semua sudah ngantuk… mereka tidak tahu semua cerita mereka aku rekam di hp. Pasti Brenda suka…


Shaun pamit pingin tidur, aku membantu mengangkat Naya yang kemudian dipapah oleh Shaun ke kamar atas. Bang Jaya muncul dan membantu Shaun.


Barusan aku meninggalkan Landa dan Della, eh… kini mereka berdua sudah tergeletak di sofa ruang nonton. Yah… apes, harus ku angkut satu-satu ke tempat tidur. Eh… siapa tahu bisa dipake, kan dua-duanya sudah gak perawan?


-----


‘Yang mana yah sebaiknya yang aku angkat dulu? Kayaknya Della… soalnya Landa kan lebih chubby, pasti lebih berat.


Aku mengangkat tubuh Della masuk kembali ke kamarnya, dan membaringkannya diatas tempat tidur. Gadis itu hanya terlentang pasrah… iseng-iseng aku mencium pipinya … hmmm, harum.


Aku tambah penasaran, kapan lagi? Aku meraba dadanya, pura-pura mengatur letak tubuhnya. Hmmmm kenyal, wah pasti enak kalo dapat beneran.


‘Edo, jangan macam-macam, nanti ketahuan!’ Aku harus mengingatkan diriku sendiri agar jangan gegabah. Sorry, Della, kamu cantik sih.


Sekarang giliran Landa.


Eh benar, tubuh Landa lebih berat dikit dari kakak sepupunya. Gadis itu masih setengah sadar, ia meletakan tangannya di leher waktu aku mengangkatnya untuk mempermudahku.


Landa membuka matanya, ia cantik sekali. Wajahnya berada dekat sekali dengan wajahku sehingga tercium semerbak parfumnya yang wangi.


‘Edo, ini kesempatan lho. Landa diam aja walaupun tanganku sudah sempat meremas pantatnya dan menyenggol payudaranya. Ia malah membuka mulut dan agak mendesah. Astaga, apa ia mau juga yah?'


Setelah membaringkan tubuh Landa, aku memandang sekali lagi gadis chubby yang masih SMA itu. Daster dengan belahan dada yang pendek memamerkan isinya yang menggunduk. Bagian bawah daster itu malah tersingkap, menyuguhkan paha putih dan mulus sampai pangkalnya. CD merah muda mengintip…


Aku mencium mata Landa supaya ia tutup, dan siap untuk kembali. Tubuh yang seksi itu seakan tidak rela ditinggalkan… tapi aku gak berani ambil keuntungan, dan segera berpaling. Ia masih sadar loh.


“Eh… tangan Landa mencegah aku beranjak dari ranjangnya. Matanya terbuka dan bibirnya tersenyum. Landa kemudian menggigit bibirnya dan menarik wajahku dekat…


“Edo… ayo dong! Masak cowok gak berani...” Bisiknya lemah.


What the hell… ini sih bukan cari keuntungan, cewek itu yang minta!’


Aku membuka sandal dan naik ke tempat tidur. Bibirku mencari bibirnya yang kini terbuka menyambutku. Tangan Landa merangkul kepalaku, sehingga tidak terlepas lagi dari bibirnya yang sudah terbuka dan mencari lidahku.


‘ih… agresif banget’


Ciuman kami semakin memanas, tanganku mulai turun perlahan-lahan mencari bongkahan daging di dadanya. Aku menyelipkan tangan… masuk sampai ke balik bra, dan mulai meremas bongkahan nikmat. Tubuhnya yang chubby dan montok membuat tanganku semakin bersemangat.


“Edo, buka aja…!”


Ia membiarkan saja dasternya diturunkan sampai ke pangkal perut, dan tanganku menyelinap ke punggung mencari kaitan bra-nya.


Eh, ternyata aku mulai ahli lho membuka bra cewek. Dengan sekali hentakan, bra-nya terlepas dan kembali menyuguhkan dua bukit nikmat didepan mataku. Toketnya sudah keras membatu. Tanganku langsung menjalankan tugasnya, membelai, mengelus dan mencari pentilnya.


“Ahhhh…” Landa mulai mendesah, ia sudah terangsang sekali. Mungkin sudah dari tadi.


Tanganku kini menggelosor ke atas perut, dan membelai-belai pusarnya… kali ini lidahku bergantian tugas menggeranyangi dua bukit kemesraan. Tanganku terus kebawah… masih tertahan daster dan segitiga penutup. Tapi jariku bisa menyelip masuk. Lumatanku membuat ia terus mendesah, terutama ketika pentil itu dipencet dan dipuntir-puntir. Tangan yang satu juga menyisip liangnya... Landa mengejang…


“Ahhhh… Ahhhh…Enak sekali sayang!” Tubuhnya terus mengejang kuat ketika ia mengerang dashyat. Landa memandangku dengan tatapan puas… Aku membiarkan Landa menikmati orgasmenya.


“Edo sih… bikin aku basah gini! Ih.. orang sudah ngantuk diganggu lagi!”


“Heh, gak salah?” Aku protes.


“Hehehehe… udah yang, makasih!”


“Eh, gak bisa. Kamu udah puas, aku belom.” Protes ku.


“Tapi aku sudah capek gerak-gerak!” Landa merengek.


“Landa diam-diam aja, nanti aku yang kerja, yah!” Maaf sayang, gak ada alasan macam-macam.


Aku berdiri di bawah tempat tidur dan menarik daster dan CD-nya turun. Terpampanglah suatu memek indah yang membukit. Memek ini pasti sudah menjadi incaran banyak cowok. Kelihatannya sudah basah sekali…


Aku meraba memeknya dan merasakan cairan yang menggenang. Landa sudah siap dientot. Apalagi ia sudah pasrah dari tadi. Aku segera membuka baju dan celana, dan menyuruhnya mengambil posisi menungging.


Tanganku nakal masih asik merekahkan belahan kenikmatan Landa, dan membuat kakinya terkangkang lebar. Ia sudah siap.


Kontolku mulai mendekat, mengira-ngira di mata letak lorong kenikmatan tersebut. Dengan sebuah hentakan yang kuat, kontol besar itu merangsak masuk belahan yang masih cukup sempit itu.


“Ah… sayang, pelan-pelan.”


Aku tidak lagi menghiraukan desahan Landa, dan senjataku langsung nenikam dalam sampai mencapai dasar lembah. Ih.. sempit sekali.. Eh dibandingkan dengan Brenda, sih! Ini kan baru memek kedua yang ku sodok.


Landa kembali mendesah… desahannya terdengar keras, padahal lagi nungging. Aku tambah bersemangat, kontolku terus menggedor miliknya dengan penuh gelora. Pantatnya kelihatan tambah seksi...


Tanganku terus bekerja untuk membuat Landa terus bangkit, comot sana sini. Setiap kali toketnya diremas, pasti suaranya tambah kuat… juga pantatnya ku belai… ia kegelian, cengkraman dinding vaginaknya tambah kuat.


Setelah 10 menit memompa, kurasakan aku tak lama lagi akan nyampe. Aku menaikan RPM dan mengayuh tubuhku tambah semangat. Landa juga kayaknya sudah dekat, ia bukan lagi mendesah… kini malah mengerang kuat. Kurasakan kontraksi-kontraksi kecil di dinding memeknya, membuat liang senggama itu makin mencengkram… aku tak tahan.


“Landa, buang di mana?”


“Ah, jangan!... Ahhhhh!!!” Landa berteriak kuat.


Aku merasa kontolku disiram dengan cairan yang langsung membanjir. Memeknya membetot… oh, enak sekali. Kontolku terasa dipijit-pijit dan dihimpit erat...oh, Indahnya. Aku gak tahan... Aku juga sampai puncak…


“Ahhhh” Kali ini aku berteriak, hanya selisih 10 detik dari teriakannya. Kali ini aku menarik cepat dan membiarkan kontolku menyemprotkan cairan kebanggaan laki-laki di perutnya.


Kami berdua segera jatuh ke atas ranjang.


“Makasih, sayang, enak sekali!” Landa hanya tersenyum tak mampu bicara.


‘Oh… ternyata memek cewek lokal gak kalah enak dengan punya Brenda’ Aku memakai kembali pakaianku, dan meninggalkan tempat ini.


Aku baru sadar, ada Della di ranjang sebelah. Kepalanya bergerak kecil, eh… apa ia lihat yah? Ah… cuek aja.


Aku mendekati Della dan melihat ia menutup mata kuat-kuat. Aku berbisik kepadanya,


“Della, giliran kamu nanti besok, yah!” aku membelai pipinya dan beranjak dari tempat itu. Ada gerakan kecil di bibirnya, Della kini tersenyum.


‘Astaga, jangan-jangan!’


——





POV Titien


“Kreekkk”


Brian membuka pintu kamarnya. Ia melihat ku yang sudah terbaring di tempat tidurnya. Aku memandangnya tersenyum.


“Eh, sayang, kok pake selimut? Dari mana selimut ini!” Brian bertanya-tanya.


“Eh, ini selimutku kok… aku kedinginan, malam ini kayaknya mau hujan, jadi aku bawa selimutku!” Aku menjawab sambil tersenyum. ‘Hehehe, rasain! Pasti Brian kecewa aku pake selimut. Kan syaratnya pakaian yang bugil, gak bilang apa-apa soal selimut.


Brian hanya tersenyum… ia kini mengunci pintu dan jendela, dan memasang lampu tidur. Ia juga mematikan AC, supaya aku gak kedinginan. Suasana kamar jadi remang-remang. Kemudian cowok itu masuk kamar mandi, mungkin cuci muka.


“Ahhh”


Aku terkesiap ketika Brian keluar dari kamar mandi. Ia sudah telanjang bulat, dan kontolnya mengacung tinggi, persis seperti itu setiap kali melihatku. Hehehe.


Brian langsung berbaring di sisiku. Kami saling berhadapan.


“Sayang, boleh aku lihat kalo kamu beneran sudah telanjang?” Brian meminta ku menyingkapkan selimut sejenak.


“Gimana? Puas?” Aku membuka selimut untuk memberi ruang kepadanya mengintip.


“Eh, belum kelihatan semua!”


“Ih… maunya! Hehehe!” Cowok itu pake manja-manjaan segala. Aku membuka selimut dan memperlihatkan tubuhku yang juga sudah telanjang bulat. Tapi tiga detik kemudian aku kembali membungkus diri dengan selimut.


“Tenang sayang, aku justru lebih takut kalau kamu telanjang, aku bisa gak tahan. Tapi kalau kamu pake selimut, aku justru gak tergoda, kan!” Eh benar juga cara pikirnya. Eh tapikan kalo gak terjadi apa-apa aku yang menang…


“Sayang, beneran gak mau?” Brian mengocok-ngocok kontolnya dan memamerkan padaku.


“Ih…. Awas lho jangan lecet! Hehehe…” Ternyata ini rencananya. Aku memang sempat penasaran, bukan hanya penasaran, tapi terangsang… dikit! Hehehe. Tapi yah, gengsilah, mana mungkin aku yang agresif.


Brian masih mengocok-ngocok kontol yang terus dipamerkan kepadaku. Aku hanya mengejeknya dengan mengeluarkan lidahku.


Eh, mungkin kalo aku menggunakan taktiknya, bisa-bisa ia yang gak tahan. Apa ku goda aja dia? Hehehe… cowok itu mulai merem-merem menahan nafsu. Pas ini… aku bisa memanfaatkannya. Apalagi setelah mematikan AC dan menutup jendela, kamar jadi makin hangat, gak perlu selimut,


“Sayang, ini lho, aku kasih tontonan gratis. Aku membuka selimut dan masih dalam posisi menyamping menggerakkan dadaku… kedua payudaraku ikut tergoncang membuat suatu pemandangan yang menantang bagi cowok itu.


Brian tercekat, pasti ia terangsang. Tangannya reflex meraih tubuhku tapi kudu ditahan sebelum menyebrang batas. Hehehe, hampir lho..,


Aku kini mendesah dan mengoyangkan badanku… selimutku sudah seluruhnya terlepas. Aku menatapnya sambil mengangkat alis dengan ekspresi menantang, sambil melekuk-lekukkan badan dalam gerakan sensual… Hehehe, Brian sudah mupeng. Aku tambah semangat.


Kini pinggulku ikut menyentak sensual… selangkanganku malah ku buka dan pantatku naik turun. Aku pura-pura menutup mata dan mendesah serta terus meliuk-liukkan badan… Brian sudah kepayahan. Hampir saja ia gak tahan… aku jadi malu melihat ia memandangku dengan melotot.


“ih…. Hehehehhe kok sampe segitunya!” Aku mengejeknya.


“Ayo dong, lagi…” Brian sudah terbakar… astaga kontolnya sudah kencang banget, besar dan panjang maskimal. Hihihi, coba kalo gak disini, pasti sudah ku remas kuat-kuat.


“Eh, sudah ah! Capek!” tak kurang 5 menit aku memberikan pertunjukkan sensual kepadanya. Kini aku malu sekali, cowok itu beruntung banget, baru dia yang pernah melihat aku menari sensual seperti tadi.


“Sayang, tambah dong! Lima menit lagi pasti aku keluar…” Brian memohon.


“Boleh, asal Brian mengaku kalah!”


“Eh, enak aja…” Jawabnya.


Aku tertawa-tawa mengingat permainanku. Aku gak tahu ternyata hal itu memang dikehendaki cowokku. Ih… malunya…


Kami terdiam beberapa saat lamanya.


“Sayang, sudah ngantuk?”


“Aku gak bisa tidur, gak biasa ada cowok sih…” Aku memang rasa risih, tidur seranjang dengan cowok telanjang lagi.


“Kalo gitu dengar, yah… aku mau cerita! Ini sungguhan lho” Brian mulai bercerita petualangannya di hutan rimba.


Brian masih asik bercerita, ia memang jago bicara, aku terbawa dalam ceritanya. Ada suasana mistis bercampur dengan suasana serem di tiap kata-katanya menggambarkan plot cerita. Aku menarik selimut erat-erat, hujan kini turun cukup lebat… malah sempat kilat dan guntur bergantian. Mana ceritanya tambah serem lagi.


Astaga, aku mau menutup telinga, tapi gak sempat. Ceritanya kok horror, bikin takut, apa lagi ada hantu-hantunya segala… ihhhh. Mana lagi hujan, guntur… aku makin ketakutan. Tiba-tiba…


“Buar…” Suara guntur dekat sekali. Tak lama kemudian listrik padam dan kamar langsung gelap gulita…


“Ahhhhh” Aku tidak perduli lagi dengan permainan kami, aku langsung melompat memeluk Brian erat-erat. Ih, aku ketakutan… Brian menenangkanku dengan belaian di punggung…


Aku memeluknya kuat-kuat, merapatkan badanku dengan badannya, dan membungkus tubuh kami dengan selimut. Dadaku yang telanjang ku tekan kuat-kuat ke dadanya, dan kakiku mengunci kakinya dengan erat. Cukup lama kita seperti ini.


Eh apa ini… kontol Brian kini terasa menyentuh memekku. Aku kini mulai sadar dan merasakan kehangatan tubuhnya yang menempel di tubuhku.


Tiba-tiba lampu menyala lagi, aku memandang ke bawah dan menyadari kami berdua lagi bugil.


Ih… geli.


Aku mau melepaskan diri, tapi kini Brian memelukku kuat, dan aku kini larut dalam ciumannya yang dalam. Ciuman yang singkat itu segera berhenti dan Brian kini memandang wajahku yang sudah memerah karena malu.


“Sayang.. kamu sudah kalah, mulai besok siap-siap yah aku perawani!”


“Eh…!” Aku masih tercekat, gak tahu bilang apa. Sukar untuk menerima kekalahanku.


“Sayang, tadi kan gak dihitung… masak kamu gak kasihan, aku takut guntur.” Aku protes sambil meminta-minta.


“Maaf sayang, a deal is a deal!”


“Tapi…” Aku bingung… mau protes tapi tidak digubrisnya.


“Sekarang tidur aja, supaya bangun cepat besok pagi. Aku juga butuh simpan tenaga untuk belah duren… hehehe!”


“Sayang..” Apa mau coba bujuk lagi.


“Dengar baik-baik nona manis, kalo kamu protes lagi, maka aku akan perawani kamu sekarang juga. Udah gak tahan dari tadi lihat goyanganmu tadi!” Brian tertawa…


Aku harus bagaimana? aku menatap cowok itu yang langsung menutup mata dan tertidur. Dasar…


Aku mengingat-ingat, dimulai dari cerita horornya, terus hujan dan guntur dan mati lampu. Yah, wajar dong aku memeluknya, mencari perlindungan. Aku kan ketakutan. Eh… apa ia sengaja menakut-nakutiku dengan cerita horror? Tapi kan gak mungkin ia buat guntur dan mati lampu. Astaga aku harus menerima kekalahanku…


Mungkin memang sudah waktunya aku menyerahkan perawanku. Apa lagi aku merasakan cinta kami semakin kuat setiap hari. Brian cowok yang paling pantas mendapatkanku.


Aku gak mau kejadian Nando terjadi lagi, disaat aku siap memberikan keperawananku, ternyata sudah terlambat.


Ah.. aku gak bisa berpikir. Masih ngantuk, tidur dulu malam ini. Nanti bujuk lagi ia besok, hehehe.


-----





POV Naya


“Auwwww”


Bangun pagi itu sangat menyegarkan. Aku gak ingat apa yang terjadi tadi malam, terakhir kita main kartu rame-rame, eh ternyata paginya aku sudah dikamarku lagi.


‘Ih.. kenapa aku telanjang?’ Aku mencoba melihat kekiri dan kekanan.


‘Astaga! Kenapa Shaun tidur denganku? Apa yang terjadi tadi malam?’ aku melirik ke bawah, aku sudah telanjang dada, bra dan baju tidur sudah lusuh di atas kursi di samping ranjang.


“Ahhh” Aku menarik nafas.


Hotpants ku masih dipake dan Shaun juga masih pake baju lengkap. Artinya keperawananku masih aman… Eh, juga berarti Shaun gak tauh kalo aku lagi haid, hehehe.


Aku mau pergi ke kamar mandi untuk ganti pembalut, sekalian mandi, tapi gak jadi. Aku mencium bau muntah. Astaga, pantesan bajuku dibuka, disitu ada bekas muntah. Berarti aku sempat muntah semalam, ini gara-gara minuman keras.


"Dickhead, aku bangga kamu ternyata gentleman banget" aku mendekat cowok itu dan membelai wajahnya sebelum masuk kamar mandi.


"Tunggu aku selesai haid, yah sayang!"


Eh, aku mandi dulu yah, baru nanti membangunkan Shaun.


-----





POV Brian


‘Ah.. sudah pagi’ Aku memandang ke sampingku. Titien masih tidur… tumben. Biasanya dia bangun sebelum aku… tapi mungkin karena ia telat tidur.


Aku mencoba menyingkap selimut yang tebal itu sehingga aku dapat memandang jelas tubuhnya yang seksi. Titien memang cantik alami. Tanpa make up, pas pagi pagi ia tambah cantik.


Aku mengingat kembali goyangan tubuhnya… hehehe… ih… bikin kontolku naik lagi. Ternyata trik ku untuk memancing ia menari sensual berhasil.


Eh, sebenarnya tadi malam aku punya dua trik yang gadis itu gak tahu. Yang pertama, Titien gak nyangka kalo ranjang ini sebenarnya aku rekam… jadi goyangannya tadi malam sudah terekam di kameraku, hehehe… aku gak sabar untuk memainkan rekamannya. Pasti mantap...


Eh ada lagi sih trik ku yang kedua. Ketika melihat prakiraan cuaca di hp-ku akan hujan dan guntur, aku janjian sama Brenda untuk mematikan saklar listrik tepat jam 11 malam. Hehehe, itukan pas lagi hujan guntur. Dan ditambah dengan cerita hororku pasti ia ketakutan, hehehehe.


Dan Titien sudah berjanji menurut perintahku bahkan rela memberikan keperawanannya. ‘Jangan takut, sayang, aku janji kamu akan menyukainya kok. Hehehehe.’


Eh… gadis itu bergerak. Aku kembali diam. Titien bangan dan mendekat. Tangannya diulurkan.


Aku pura-pura tidur dan menantikan apa yang ia akan buat… eh, ia malah mengocok kontolku… Ahhhh.. nakal.


“Titien sayang, kok… tumben!”


“Sayang ayo perawani aku… aku cinta kamu, aku rindu kontolmu!” Titien berbisik dengan kata-kata yang menggoda… apa ini beneran?


Eh.. sekarang ia diam.


Aku bangun lalu memperhatikannya lagi…


Astaga, Titien lagi bermimpi. Pasti ia penasaran dengan kontolku semalam sampe terbawa mimpi. Wah, ternyata ia sudah siap secara mental untuk diperawani yah…


Aku mulai beraksi membalas perlakuannya. Toketnya langsung ku remas, aku duduk diatas pahanya dan bibirku mengulum toketnya kuat-kuat. Sementara itu tanganku menyusur tubuhnya mencari gundukan kecil di bawah. Tangan kananku terus menyibak diantara jembut lebat dan mencari jalan masuk yang kecil menuju klitorisnya.


Eh gak seru kali gitu... aku akan berikan oral pertamanya. Kulumanku di toket mulai turun menyapu pinggang dan perutnya yang rata dan terus sampai ke gundukan kecil organ vitalnya. Aku membuka kakinya sampai terkangkang lebar dan menatap organ intimnya yang masih original.


Cantik sekali… kenapa sih cewek ini benar-benar bersih… putih… mulus. Dan memek yang malu-malu menampakkan isinya yang berwarna merah muda itupun akhirnya mendapatkan sentuhan bibir lelaku untuk pertama kalinya.


Titien mendesah…


Aku terus bekerja keras membuat ia terangsang, mengeluarkan semua jurus-jurus maut. Jilatanku makin masuk dan mengjangkau klitorisnya...


Akibatnya udah pasti… Titien kini mengerang, tubuhnya mulai gemetar menahan nafsu… aku tahu walau pura-pura, Titien sudah bangun.


Tanganku kini meremas toket dan mengencet pentilnya, sementara mulutku semakin intens melumat dan menyeruput. Titien mendesah.... ia sudah sangat terangsang.


Toket dan memeknya terus diserang pasrah tanpa perlawanan, lidahku sudah menyusup masuk mendapatkan klitorisnya dan kini memijit bagian tubuhnya dengan cepat. Tubuh Titien sudah ikut bergoyang menahan nafsu, ia sudah sangat terbakar...


“Ahhhh” Titien mulai berteriak. Tubuhnya bergetar semakin intense, sementara kakinya sudah naik dan mengunci kepalaku.


Tepat ketika ia hampir sampai, tiba-tiba aku menarik mulutku dan melepaskan putingnya dari genggamanku.


Titien menutup wajahnya karena malu. Tapi ia gak tahan…


“Sayang, eh sudah hampir… ayo dong!” Titien malu-malu meminta.


“Ayo apa?” Dadanya dibusungkan mencari mulutku.


“Sayang… terus dong!”


“Oke… aku teruskan asal Titien mengaku kalah dulu, ingat deal tadi malam.” Aku membelai memeknya dari luar… Tubuhnya langsung begelinjang…


“Eh iya…” Cewek itu menyerah juga.


“Iya apa” Aku terus bertanya.


“Iya aku kalah… eh, ayo dong!” Aku kembali memberikan kepada gadisku kenikmatan terlarang. Titien sudah pasrah… ketika lidahku menyapu kritorisnya dalam belaian kecil, ia segera bergetar lagi. Tubuhnya kejang-kejang.


“Ahhh sayangg….!”


Tubuh seksi itu melengkung ke atas, menghadiahi mulutkuku dengan cairan kenikmatan yang membanjiri.. eh bahkan sebagian menyemprot keluar… Tubuhnya terhentak kuat… aku mengisap kuat cairan nikmatnya dan Ia tambah keasikan, dan iseng aku memasukkan jarinya ke dalam memeknya sampai hampir menyentuh selaput dara. Titien menyentak kuat dari selah-selah kontraksinya.


"Ahhhh... ahhh!" Gadis itu masih terus mengerang.


Jariku masih terbenam didalam, merasakan cengkraman dari dinding-dinding memeknya yang berkontraksi. Ih.. kencang sekali… aku membayangkan nikmatnya kalau kontolku yang di sandwich didalamnya.


Titien masih berkedut… ia masih terengah-engah menikmati orgasmenya. Ia merinding nikmat. Aku terus memberikan kesempatan kepada gadis cantik merasakan sensasi nikmat surga dunia. Hampir tiga menit ia mendengus...


“Gimana enak?” Aku bertanya sambil mencium keningnya.


"Apa itu tadi? kok enak banget? masih terbayang loh, geli sampe tulang-tulang." Titien menatapku tersenyum...


"Itu yang namanya oral, sayang!" Aku menjawab sekedarnya.


“Kok aku dibangunkan seperti itu... ih, kejamnya. Dipaksa lagi ngaku kalah!” Titien cemberut.


“Hehehe… itu salah mu sendiri!”


“Salahku? Apa salahku…?” Titien bertanya bingung.


“Siapa suruh kamu tadi malam menari sensual gitu, bikin orang gak tahan…” Titien kembali tertawa. “Ih.. seksi banget lho, aku sampe gak bisa bernafas karena tegangnya!”


“Ih… hehehehe” Seperti biasa, Titien hanya tertawa malu. Ia memelukku kuat-kuat. Tiba-tiba tangannya sudah memegang senjataku.


“Mau dikeluarkan?” Titien menatapku binal.


“Eh.. jangan, gak usah!” Jawabku membuat ia heran.


“Tumben… kenapa?”


“Aku mau langsung belah duren!”


“Ih…” Titien kembali mencubitku kuat-kuat. Aku memeluknya mesra. “Kata orang yang pertama itu sakit…" Titien bertanya...


“Tenang aja, aku main pelan-pelan, aku janji Titien gak akan rasa sakit, justru nikmat sampai ke awan-awan. Nanti ketagihan lho!” Aku mencolek dadanya membuat ia mengelijang kegelian.


Titien hanya tertawa…


“Dari pada tunggu-tunggu, mending sekarang aja…? Mau kan?" Aku menggodanya, iseng-iseng berhadiah.


"Gimana say?" Aku mendesak ya. Gadis itu masih menatapku misterius.


"Tapi benerkan enak seperti tadi?" Titien kembali bertanya... wah prospek bagus ini


"Sayang ngentot itu kegiatan yang paling enak, kalo oral hanya klitoris mu yang terstimulasi, tapi kalo ngentot mulut rahimmu yang sensitif juga akan disentuh, efeknya jauh lebih dasyhat. Gimana? Mau skarang aja?" Aku coba jelaskan pada gadis perawan ini.


"Gimana yah? Gak tauh tuh!" Titien masih ragu.


"Gini aja, Titien naik ke pahaku terus memeknya digosok ke kontolku, yah kalo udah rasa siap masukin aja, terserah Titien!" Aku menanti dengan berdebar...


Gadis itu menurut bujukanku, dan kini duduk di atas pahaku dan mendekatkan memeknya dengan kontolku yang tegang. Astaga tidak lama lagi aku akan memerawaninya...


Titien terus menggoyangkan tubuhnya dengan gerakan sensual, ia sudah terangsang.


"Ayo sayang, masukkan!"


“Ahhhhhhhhh......!"


——-


Bersambung dulu yah!
 
Episode 24 To learn a new culture






Titien




Brian




Naya




Shaun




Brenda




Edo




Della




Landa





POV Titien





Aku mencoba mengikuti bujukan Brian, duduk di pahanya dan mulai mendekatkan memekku ke kontolnya yang sudah tegang maksimal. Rasanya geli-geli nikmat.


Aku jadi keenakan menggoyang-goyang tubuh dengan gerakan sensual, walaupun aku belum berpikir untuk memasukannya, tapi kapan lagi bisa nakal dikit pada cowok ku… Brian juga sudah terangsang… hehehe siapa suruh nolak mau dikocokin.


“Ayo sayang masukkan!”


Aku terus menggoyang… sambil menjaga jangan sampai kelewatan.


“Ahhhhh” Aku berteriak karena nikmat gesekan diluar memek, kayaknya dikit lagi aku bisa dapat lagi… wah! Pagi-pagi udah mo dua kali dapat. Beruntung banget…


“Bruak!!!”


Aku kaget dan langsung memandang ke samping ke arah pintu yang tiba-tiba di buka. Sekilas aku melihat Shaun dan Naya memasuki kamar. OMG! Mereka pasti melihat posisiku lagi WOT… Ih, gimana sih! Masuk gak bilang-bilang. Gak sopan banget!


“Kak Titien?!? Astaga…..!” Naya memalingkan muka. Ia malu mendapatiku seperti ini.


Aku gugup, bingung dan malu bercampur menjadi satu. Gak bisa mengelak lagi, posisiku sementara diatas cowok itu sedang mengadu kelamin…


"Tuuttt" ih gawat... kok bisanya aku kentut.


Aku lupa kalo lagi tahan kentut dari tadi. Aku makin hati-hati supaya gak kentut waktu orgasme... Eh justru pas banyak orang aku kentut, kuat lagi. Mudah-mudahan gak ada yang perhatikan, kan kentut gadis cantik gak mungkin bau... hehehe.


“Wah… kalian ngentot sepanjang malam? Palingan Titien kecapean sampe kentut-kentut gitu. Punyamu gak bangun-bangun, kan?! Udah Tien, nyerah aja, sudah dari sononya impotent… sampe sore juga tetap gak akan bangun!” Kata Shaun kembali mengejek Brian.


Mendengar kata-kata Shaun aku jadi malu sekali. Aku langsung mengambil selimut dan lari masuk ke kamar mandi. Untunglah baju ku ada di kamar mandi.


“Eh eh… ngapain ini main gebrek kamarku aja, kalian berdua gak bisa liat orang senang, yah!” Brian complain ke temannya.


“Eh.. kalian yang salah. Lain kali kalo gituan kunci pintu, dong? Yah kan Nay!” Shaun ngomong dan dibalas cubitan oleh Naya.


“Eh.. ada apa pagi-pagi sudah ribut?” Brian masih kesal, kesenangannya terganggu. Padahal dikit lagi…


“Kami semua sudah siap jalan, tunggu-tunggu kamu dan Titien belum nongol di meja makan… ini sudah jam 6.30 padahal janjiannya jam enam udah makan.” Kata Shaun…


“Eh, kirain kenapa-kenapa? Ku pikir tadi Naya yang masuk minta kontol karena kamu gak mampu puaskan… kayak waktu itu ...” Brian balas ledek.


“Romeo! Ihhhh….” Naya jadi malu langsung motong perkataan Brian, eh kontolnya sempat kesenggol.


"Ahhh!" Brian mendesah... "Tuh kan langsung cari kontol?"


"Huh!" Perutnya Langsung dicubit Naya.


Kedua cowok itu mulai ngomong ngelantur dan saling ledek seperti biasanya, sedangkan Naya langsung menuju ke kamar mandi. Pasti dia rasa jengah melihat Brian sedang telanjang dan cuek aja memamerkan kontol tegangnya.


“Kak Titien… Naya masuk yah!”


“Tumben, waktu masuk kamar tadi tidak minta permisi!” Sahut ku.


“Iya dong, sengaja! Hehehe… kok pagi-pagi sudah mesum. Pake kentut lagi segala, emang Kak Titien banget tuh! Hehehe." Naya lagi.


Astaga ternyata Naya juga perhatikan. Pasti ia sudah hapal kebiasaanku. Aku makin malu aja. Aku diam aja dan terus mandi!


"Kak Titien sudah kasih yah? Mujur banget si Romeo!” Cerocos Naya.


“Eh.. gak kok! Naya salah lihat kali…” Ujarku


“Kak Titien... gak usah boong, Naya sudah lihat jelas-jelas pake mata kepala sendiri. Eh, itu tadi gaya WOT yah?” Ujar Naya…


“Ih… sumpah, belum masuk. Kak Titien cuma kerjain Brian!”


“Gak mungkin, Naya dengar sendiri Kak Titien yang mendesah… apalagi udah kentut kuat begitu”


“Eh… ini gara-gara taruhan tadi malam!” Aku membela diri.


“Astaga, jadi Kak Titien dari tadi malam tidur di kamar Brian?” Naya semakin menyudutkanku.


“Iya.. iya… aku cerita, puas?” Terpaksalah aku menceritakan apa yang terjadi tadi malam, termasuk taruhan kita. Eh, tentu saja aku gak ngomong kalo tadi malam sempat kasih sensual dance dan tadi pagi udah dapat oral.


Naya terus menyimak ceritaku, dan tertawa waktu aku ketakutan karena cerita horror-nya. Ia turut membayangin hujan lebat dan kilat terus mati listrik…


“Wah… mujur benar si Brian. Jadi Kak Titien sudah siap diperawani, ceritanya?” Tukas Naya.


“Gak gitu sih… Maksud ku tadi hanya pancing. Siapa tahu dia udah keenakan dan biarkan Kakak lolos lagi… hehehe.” Kataku. Sekarang aku sudah selesai mandi dan ganti baju, langsung ku peluk gadis itu kuat-kuat.


“Tapi Kakak bersyukur lho Naya datang, tadi itu hampir banget kebablasan… Kakak udah nafsu banget!” Aku berbisik di sela-sela pelukanku.


“Kak… kasih aja! Naya yakin kalo cowok itu akan membahagiakan Kak Titien!” Kata Naya… aku terharu.


“Kenapa kamu yakin banget?” Tanya ku penasaran.


“Yah, karena kontolnya besar… pasti enak loh! Hehehehe …!”


“Ihhhhh… aku sudah serius!” Aku memeluknya lagi. Naya tertawa-tawa.


“Sekarang giliran Naya, cerita dong game-nya tadi malam!”


“Sebenarnya kak, aku gak tahu banyak… kita main kartu, minum terus sempat mabuk dan gak sadar. Waktu bangun sudah di kamar tidur sama Shaun. Aku udah telanjang dada, bajuku penuh muntah!” Kata Naya singkat.


“Terus kamu gak diapa-apain tadi malam?”


“Gak dong. Hot pants ku masih ku pake!” Jelas Naya.


“Naya masih perawan?” Tanya ku pelan-pelan. Naya mengangguk…


“Kemarin dulu sih aku sudah terlanjur janji mau kasih sama Shaun… tapi eh, keburu haid!”


“Hahahaha… rugi banget cowokmu!” Kataku sambil merenung. Ternyata bukan hanya aku yang terjebak. Naya juga…


“Lusa mungkin udah kok!” katanya


“Udah yakin kan?” Naya hanya mengangguk.


“Eh… Nay, ajarin Kakak oral yah? Brian minta…!” Kata ku memohon.


“Hehehe.. pake tutup mata lagi? Ntar malam aja yah!” Aku tahu dia akan bersedia, karena ia juga merasa bersalah.


"Kali ini gak pake tutup mata" aku menatapnya penuh permohonan.


“Mujur banget si Romeo…” Kata Naya sambil mengangguk.


“Iya… mujur terus, tadi malam aja ada cewek telanjang ganti baju di depannya…!” Kata ku menyindirnya.


“Hehehe… maap, gak sengaja kak! Aku kira Kak Titien di kamar mandi, aku ganti baju, Brian yang keluar.” Kata Naya menjelasin.


“Iya terus pake ngaku-ngaku sama Brian soal …!” Kata ku mengingatkan.


“Maaf yah! Naya keceplos…”


“Gara-gara kamu kakak yang nanggung akibatnya!” Kataku menyudutkan nya lagi.


"Tapi enak kan? Sampe kentut terus kan...? Hehehe"


Kali ini aku yang malu dan memeluknya lagi. Tak lama kemudian kami keluar untuk makan pagi, sementara Brian mandi cepat-cepat.


-----


Sudah hampir jam 8 pagi, kami masih jalan sehat mendaki bukit Kaki Dian yang letaknya di Airmadidi.. gak pagi lagi sih, tapi mujurlah cuaca agak mendung dan tidak panas.


Kali ini Naya gak ikut mendaki, sekarang ia yang drive mobil. Aku maklumin aja… kan lagi haid. Untunglah Della dan Landa ikut sehingga Shaun dan Edo semangat mendaki.


Dari tadi Shaun tanya-tanya terus kenapa Naya gak ikut mendaki… padahal justru aku gak mau bilang.


Naya’s body is not delicious, Dickhead!” Landa coba menjelaskan tapi tambah ruwet… ia mau bilang kalo Naya tidak enak badan.


She is hide, you know?” Sambung Della. Aku sama Edo hampir gak tahan tertawa dengan bahasa Inggris yang ngaco-nya Landa dan Della. Maksudnya mengatakan Naya lagi haid. Shaun hanya mengangguk-angguk walau gak ngerti.


Terpaksa aku datang dan membujuk Shaun. “I make you a deal, bring my backpack and I’ll tell you what’s wrong with Naya today!”


Shaun pun langsung mengambil tas ransel ku yang berat dengan air minum. Hehehe… tadi Brian juga sempat nitip air minumnya di ranselku. Karena itu ia kini bebas menarik ku yang sudah kepayahan mendaki. Aku dapat ide setelah melihat Edo yang sibuk tarik tangan Della. Edo sama Della? Astaga… tumben. Eh, mereka berdua cocok banget lho.


Eh.. sekarang Landa mulai merengek minta ditarik oleh Shaun. Dengan demikian perjalanan kita jadi makin cepat, gak sampe 30 menit sudah tiba di bukit Kaki Dian yang terkenal dengan simbol 7 kaki dian seperti yang ada di Alkitab. Lagi-lagi simbol Kristen melekat di tempat ini.


Aku mulai tur guidenya dengan membahas tentang Gunung Klabat, gunung tertinggi di Sulawesi Utara dengan bukit Kaki Dian menjadi bagiannya. Memang sih kita ada rencana mendaki gunung ini minggu depan. Terus aku juga ngomong mengenai daerah Minahasa Utara yang terkenal dengan kebun kelapanya.


Kami langsung duduk-duduk menikmati pemandangan, sementara Naya sudah memarkir mobilnya dekat kami. Kami semua duduk berkumpul sambil makan kue dan minum jus. Shaun marah-marah karena ranselnya sangat berat, dan harusnya dimuat aja di mobil.


Waktu disuruh aku jelaskan soal Naya, aku berbisik lirih di telinga Shaun, bilang Naya lagi menstruasi.


“OMG! So Naya is having her period? Pantesan dia suruh tunggu lima hari baru bisa ML!” Shaun teriak kuat-kuat.


“Astaga, Naya?” Edo kaget mendengar teriakan Shaun.


“Nay?”


“Wah, udah rencana yah!”


“Ih… kok kamu bilang keras-keras, ih cowok gak peka!” Naya mencubit pinggang Shaun dan memukul-mukul pangkal lengan dan punggung cowok itu. Ia pasti gemes ketahuan rahasianya.


“Hahahaha…” kami semua menertawakan Naya yang sudah malu sekali. Gak lama lagi palingan ia minta peluk, hehehe… Naya gitu.


“Shaun.. dengar baik-baik, ML-nya batal!” Naya berkata tegas, padahal gayanya kelihatan bercanda.


“Eh, jangan dong! Aku sudah puasa gak onani dua hari!” Balas Shaun.


“Huh?! Ihhhh….!” Naya tambah malu mendengarnya. Dua orang ini selalu membuat suasana ceria.


-----





POV Brian


Hari sudah siang, dan kami sementara makan di warung kecil di depan Telaga Tumatenden, Airmadidi. Telaga kecil ini ternyata menyimpan suatu cerita cinta yang melegenda di Minahasa.


Titien tadi menceritakan soal legenda sembilan Bidadari yang mandi di telaga Tumatenden, yang kemudian salah satunya dicuri selendangnya, dan gak bisa pulang. Bidadarinya kawin dengan pria minahasa, dan anak-anaknya adalah cewek Minahasa yang cantik-cantik.


Aku kini mengerti, pantesan cewek-cewek Manado orangnya gengsian dan PD tinggi. Wanita disini sangat dihargai dan dianggap setara. Ternyata karena mereka dianggap keturunan bidadari yang harus dikejar laki-laki. Yang aku kaget ternyata Edo juga baru tahu cerita tersebut.


“Naya, lain kali kalo mo mandi saya mau curi bajumu...!” kata Shaun ke Naya, membuat gadis ini merah karena malu.


“Iiihhh jorok..!” Kata Naya.


“Eh, supaya kamu jatuh cinta, sayang!” Naya langsung GR. Siapa gak senang dirayu pangerannya, apa lagi dihadapan Landa dan Della yang memandang dengan iri.


“Udah, makan lagi yuk!” Naya masih berbunga-bunga.


Tadi juga sempat singgah ditiga tempat, yang pertama melihat pembakaran ikan Cakalang fufu, tuna asap khas Manado yang enak. Kemudian ada juga pabrik pala manis dan halua kenari, kue khas daerah Minahasa Utara.


Setelah itu kita singgah sedikit di Waruga Airmadidi, dan menyaksikan kubur-kubur tua peninggalan sebelum Belanda. Masyarakat zaman dulu tidak menguburkan orang mati, tapi dimasukkan ke dalam peti mayat dari batu.


Capek juga yah hari ini… untunglah telaga Tumatenden ini adalah tempat yang nyaman dan nyaman untuk bersantai, cukup sepi dan segar.


——-


Setelah makan dan berfoto ria kami pergi ke pantai wisata Batu Nona yang jaraknya hanya 15 menit dari tempat semula. Pantai yang menjorok ke laut ini berada di Kema tempat yang terkenal dengan produksi ikan. Kami melewati rumah-rumah Nelayan dan sempat melihat produksi ikan kering dan ikan asin yang dibuat di tempat ini.


Di tempat ini kami segera naik perahu untuk keliling melihat sebuat situs budaya, sebuah batu yang muncul di permukaan air yang bentuknya seperti seorang gadis. Kembali Titien menceritakan legenda turun-temurun di balik batu tersebut.


Perahu yang kami tumpangi sempat berputar-putar berkeliling, hampir 1 jam lamanya. Dari jauh kami melihat pelabuhan Samudera Bitung dengan kapal-kapal yang berlayar. Kami juga sempat sampe dekat teluk mangket dengan laut yang hijau dan angker.


Setelah sea-tour, kami kembali ke Batu Nona resort dan duduk-duduk di pinggir kolam renang menikmati pisang goreng. Ada beberapa tamu yang berenang di kolam yang luas ini, diantaranya terdapat beberapa wisatawan dari Jepang dan Korea.


Resort itu juga menyediakan fasilitas watersport yang lengkap. Edo mengambil kesempatan bersama-sama dengan brenda, Landa, Della dan Shaun pergi naik Donat dan Banana Boat. Sementara itu Naya jadi tukang foto, karena ia gak mau basah.


“Eh, kok justru Shaun yang kelihatan takut… ih bikin malu aja!” Ejek ku sebelum mereka berangkat.


“Romeo, yang penakut itu yang gak berani naik seperti kamu…!” Shaun balas ejek.


“Bukannya takut Shaun! Kami berdua lupa bawa baju ganti, jadi gak bisa…!” Titien membelaku.


“Siapa suruh kalian pagi-pagi sudah ngentot? Yah sampe lupa bawa baju!” Shaun kembali meledekku.


“Beneran Tien?!?” Edo kaget.


“Eh… gak kok!” Titien coba mengelak.


“Coba jawab dulu, kalo gak ngentot, ngapain kamu tidur di kamar Brian semalam telanjang bulat? Hayo?” Shaun kembali menyudutkan kami.


“Astaga!!!” Edo kembali kaget.


“Ih… bukan gitu!” Titien bingung, gak tauh jelaskan gimana.


“Coba jawab jujur, bener kamu gak tidur semalaman di kamar Brian gak pake baju?” Titien gak tahu menyangkal gimana, sementara aku hanya ketawa-ketawa.


“Eh… tapi…!” Gadis itu sudah merah sekali. Naya hanya tertawa, sementara Della dan Landa menatapnya kaget.


“Brian, jelaskan dong!” Titien menatap ku yang masih tertawa-tawa.


“Hehehe… Emangnya kenapa kalo aku ML dengan cewekku? Kenapa kalian sewot, kayak gak pernah ngentot aja!” Aku refleks menjauh, menghindar cubitan yang pasti datang.


“Ih… kok jawab seperti itu. Malu tauh!” Untunglah Titien segera mendekati Naya dan langsung berpelukan karena malu.


Sayang, kami tidak dapat mandi, tapi hanya duduk-duduk sambil bercengkrama. Aku duduk dengan Titien dan Naya di pinggir pantai.


“Brian, aku senang banget kakak ku ini bisa jadian dengan mu!” Naya bicara jujur.


“Eh, tapi kan Titien dulu pacaran sama kakak mu?” Aku bertanya.


“Kak Nando sudah cukup lama meninggal, baru sekarang Titien mulai membuka hati lagi. Biasanya semua cowok mendekat langsung ditolak!” Kata Naya… Titien tambah malu mendengarnya.


“Eh, waktu jadian sama kakakmu, si Titien gimana? Mesra gak orangnya? Apa mereka banyak mesumnya…!” Aku pancing Naya.


“Ih.. kok pertanyaannya kayak gitu!” kata Titien.


“Eh… Kak Nando sama Kak Tien mesra banget, gak bisa terpisahkan… terus mesumnya sih ada tapi gak banyak-banyak amat. Soalnya Kak Nando orangnya pemalu, jadi Kak Titien yang selalu memulai!” Kata Naya..


“Astaga Naya?” Titien mencubitnya gadis cilik yang nakal itu… hobby jual-jual kakaknya.


“Tapi bener lho, Kak Nando itu bahagia banget pacaran sama Titien. Aku juga ketimpras enaknya, dikasih perhatian, dimasakin makanan enak-enak, dibeliin CD, terus diajak jalan-jalan, dan dibantu lagi buat PR. Eh tapi Kak Titien orangnya suka ngambek lho, kadang Kak Nando harus berhari-hari bujuknya!” Ternyata gadis cilik itu lucu juga, bikin Titien nyut-nyut mendengarnya.


“Eh… itukan salahnya Nando!” Kata Titien membela diri.


“Terus Kak Titien rasanya sudah seperti kakak ku sendiri, banyak lho nasehatnya. Aku masih ingat diajarin sesuatu yang sangat berguna untuk menghadapi cowok!” Naya masih nyambung.


“Apa itu?” Tanyaku penasaran.


“Yah, caranya pura-pura mau, terus pegang kontolnya dan remas kuat-kuat batangnya, kalo perlu bijinya juga... baru lari manghindar!”


“Astaga Naya! Ihhhh, kong ngomong seperti itu!” Titien ngamuk-ngamuk dan mencubit Naya, eh tangannya sempat meremas toket gadis nakal itu membuat aku sampe berpikiran mesum.


“Romeo, tolong dong!” Naya berlindung di belakangku dari kejaran Titien. Aku berbalik dan menangkap tangan Naya. Hehehe...


"Naya gak bisa lolos lagi!" Titien langsung memeluk dan mengrepenya sambil tertawa-tawa.


“Curang… masak dua lawan satu!” Kata Naya.


“Hehehe… Kalian berdua yang pertama curangin aku… di kamar Titien!”


“Hehehe… sudah dong Kak Titien!” Naya malu diremas toketnya didepanku.


“Iya sudah Tien, gantian aku yang grepe Naya skarang!” Aku melepas tanganku dan mendekatkan ke toketnya pura-pura siap meremas.


“Ih…. Ampun!” Naya menghindar, Titien sendiri sampe kaget, “Eh kok?”


Tapi kemudian kami langsung tertawa-tawa menyadari aku hanya bercanda.


“Naya masih ada utang, loh!” Kataku kembali membuat mereka bertanya-tanya.


“Eh… kok aku? kan dealnya dengan Titien!” Naya mencoba menghindar.


“Bukan itu, Naya harus kasih ajar pacarku cara nyempong cowok!” Kataku to the point.


“Eh… apa, eh.. aduh!” Naya bingung.


“Siapa suruh berani tipu aku, Naya juga turut bertanggung jawab!” Aku mendesaknya.


“Eh… kan Titien sudah oral, apa belum cukup? Tadi pagi kan sudah gituan” Naya bertanya. Aku menatap Titien menyuruh ia yang jawab.


“Ih… Aku gak tauh cara oral, Naya bantu yah!”Titien juga memohon.


“Kalo Naya gak ajarin, Naya harus oral aku terus… soalnya aku jadi kangen sama teknik sempongan Naya, mantap kali deepthroat-nya” Aku mendesak, Titien sampe melotot kepada ku, hehehe.


“Iya… iya, aku tanya sama Shaun dulu yah!” Naya mencoba cari cara meloloskan diri.


“Gak perlu, Shaun sudah kalah taruhan dengan ku. Hadiahnya Naya harus oral aku lagi, sekalian ajarin Titien!” Aku tetap bersikeras.


“Eh, taruhan apa?” Naya tanya lagi.


“Tanya aja sama Titien, ingat gak waktu di megamas kemarin, Shaun bawa cewek ke mobil?” Aku coba jelaskan.


“Eh, hahahahaha… kasian banget cowokmu, hehehehe… Ihhh Brian sama Brenda jahat tuh!” Titien kemudian menceritakan soal bencong yang jadi taruhan Brian dan Shaun.


“Astaga, Dickhead! Ih… bego sekali… Hehehehehe!” Naya jadi tertawa-tawa.


“Nay, jangan lupa yah sebentar malam…”


“Iya… iya…” Akhirnya Naya pasrah juga.


“Eh satu lagi…” Aku kayak serius.


“Apa itu?” Naya penasaran.


“Jembut tipismu bagus amat… seksi lho kelihatan memekmu!”


“Ih…. Mesum!” Naya memukul-mukul punggung ku, sementara Titien tertawa-tawa.


Wah… berarti bisa threesome dong malam ini, apa lagi kan Titien sudah siap diperawani. Wah… pasti enak… aku sampe gak sabar ingin cepat pulang.


-----





POV Edo


“Boy! Sini dulu…!” Aku memanggil sohibku yang kebetulan bertemu ketika memasuki gerbang salah satu kampus universitas swasta di Minahasa utara. Boy adalah teman ku yang berkuliah di sini.


“Edo! Wah tambah kamu keren yah…!” Boy senang sekali bertemu dengan ku. Apa lagi melihat aku jalan sama cewek bule yang cantik banget.


“Boy, this is my girlfriend, Brenda!” Aku memperkenalkan Brenda dengan Boy, cewek itu sempat mau protes dibilang girlfriend ku. Apa lagi, kan sudah ngentot…


“Kalian datang mau lihat cultural show kan? Bagus loh acaranya… Tapi nanti mulai jam 6.30, kita masih punya banyak waktu. Eh, aku antar dulu jalan-jalan keliling yah!” Boy pasti udah tertarik dengan Brenda, ia meninggalkan teman-temannya dan mengajak kami jalan.


Aku ingatkan lagi, jam 5.30 sudah kumpul di café dekat tempat show. Teman-teman kita semuanya kumpul disitu. Boy membawa kita keliling kampusnya yang luar biasa indah, seperti di luar negeri. Malahan jadi salah satu tempat pre-wedding outdoor photo. Kami menikmati suasana yang segar dan alami, serta rumput hijau yang luas dan ditata dengan indah. Universitas ini memang terkenal di Manado tempat yang elit.


Di taman kampus aku melihat dengan Titien dan Brian sementara bergandengan tangan dan jalan bersama Della dan Landa. Shaun dan Naya dari jauh kelihatan duduk-duduk di rumput, eh tadi sempat bercanda sampai terguling-guling. Eh! kayak Chika, hehehe. Aku teringat gadis cantik yang yang terkebelakang mental itu.


Tidak tunggu lama Brenda sudah langsung akrab dengan Boy, eh ternyata cewek itu lagi rayu Boy untuk dapat password wifi yang hanya disediakan untuk mahasiswa. Tangan Brenda sudah dipinggang merangkul cowok itu seperti sudah lama kenal. Boy justru mendapatkan kesempatan untuk dekat-dekat cewek itu. Pasti modus lagi… Boy, gitu lho.


“Kak Edo… Sini dong!” Eh Landa dan Della begitu melihatku langsung datang memaggil.


Mungkin mereka melihat Brenda udah akrab dengan Boy sehingga aku sendirian. Pasti mereka malu nempel dengan Titien dan Brian yang lagi asik pegangan tangan.


Sekarang Landa dan Della mengandeng tanganku di kiri dan kanan, sementara Brenda semakin erat memeluk Boy. Dari minggu lalu sejak mengenalnya, aku mencoba PDKT ke Della, eh gak ditanggapi. Tumben sekarang sudah asik gandeng-gandeng kayak teman dekat. Eh… apa ia berubah sejak mengintipku buat Landa berkali-kali orgasme yah? Hehehe. Wah.. bisa jadi prospek ini…


Tepat jam 5.30 kami semua berkumpul di café, cari es. Titien dan Brian duduk dekatku sambil ngobrol, sedangkan Landa dan Della pergi foto-foto dengan Shaun dan Naya. Brenda lagi asik ngomong dengan Boy, yang aku tahu jago bicara. Boy tadi sempat terkagum-kagum lihat rombongan kami, pasti karena cewek-ceweknya yang cakep-cakep.


“Ahhhh… aduh! Edo, lihat-lihat dong kalo jalan!” Titien marah-marah. Ketika aku berdiri tadi, aku menyenggol es yang lagi diminum Titien dan tumbah ke kaosnya. Ia pasti kedinginan karena basah.


Untung Boy punya solusi, ia mengantar Brian ke kios depan kampus yang jual kaos-kaos dengan tulisan gaul. Mereka dengan cepat berangkat supaya tidak terlambat mengikuti acara. Brenda sibuk dengan HP-nya kayaknya ada sesuatu yang penting. Sedangkan aku menemani Titien yang masih malu beranjak dari café.


“Titien gak marah lagi kan?” Aku memancing gadis itu ngobrol. Kan gak enak kalo hanya diam-diam.


“Eh, gak kok. Kamu gak sengaja kan!” Titien membalasku sambil tersenyum.


“Eh bukan hanya soal tadi… aku minta maaf selama ini sudah buat salah pada Titien, itu soal geng Kobe. Aku sudah hampir mengkhianati teman sendiri. Aku berkali-kali mau bertemu untuk minta maaf langsung ke Titien, tapi kamu gak pernah nongol lagi!” Kataku dengan tulus.


Titien menatapku dengan tajam, mencari kebenaran pada pandangan mataku.


“Tahu gak, aku sempat nangis lho di makam Nando, apa yang aku buat ke Titien sangat kejam!” Aku kali ini bicara dengan tulus.


“Baguslah kalo Edo sudah insaf!”


“Eh, gini… setelah ku pikir-pikir, Titien memang pantas menamparku di depan teman-teman, aku sudah jadi cowok yang selfish… mau menang sendiri. Aku benar-benar sudah mengecewakan gadis yang ku cintai!” Pandangan Titien mulai melembut.


“Tien… aku tahu kini aku gak bisa mendapatkan mu. Aku sudah relakan kok, tapi kita tetap teman yah?” Aku menaruh tanganku ke depan dan disambut jabatan tangan Titien.


“Jadi aku dimaafin, yah?” Titien mengangguk.


“Edo… kamu kan teman baik Nando, aku mau kamu juga jadi teman ku!” Kata-kata Titien membuat aku malu sekali sama Nando.


Aku terus menggenggam tangan gadis itu, gadis yang memberikan kesan mendalam di lubuk hatiku… tapi cintanya tak dapat ku raih. Ia sungguh bidadari… Aku melepaskan tanganya setelah cukup lama mengalirkan perasaanku lewat jamahanku, mudah-mudahan Titien mengerti.


“Tien, kamu sudah sungguhan jadian dengan Brian?” Tanyaku lagi. Titien hanya menganguk mengiyakan.


“Oh, kirain karena taruhan dengan Naya?” Aku asal ngomong.


“Eh, taruhan apa? Aku gak taruhan kok dengan Naya!” Titien mengelak.


“Itu masih ingat, di bandara waktu jemput Brian, kamu bilang akan cium cowok itu kalo ganteng!” Kataku


“Hehehehe… itu kan hanya bercanda, Edo!” Titien gitu lho. “Ih.. kamu udah berharap mau dicium, yah! Hehehehe…”


“Tien, beruntung banget yah si Romeo?” Aku bertanya…


“Eh, kenapa memangnya?” Titien bertanya balik.


“Udah dapat toketmu…!” Aku ngomong.


“Ih… kok ngomong gitu…!”


“Di apain aja kamu, sampe gak sadar masuk rumah udah telanjang dada?” Aku bertanya membuat Titien tersudut.


“Ahhh… hahahahha…! Hush..” Titien jadi malu, aku sudah hapal gayanya.


“Brian udah dapat perawanmu?” Aku kembali tanya.


“Ih.. rahasia dong. Kok tanya gitu, gak sopan banget!” Titien menghindar.


“Lho, tadi katanya kita sudah temenan… jadi boleh dong tanya-tanya!” Aku membela diri. “Nyesal lho aku, waktu lalu gak ambil, eh ditipu lagi kamu putusin pake cara yang curang!”


“Edo! Yang curang itu kamu, pake-pake bujuk Pingkan dan Kesha merayu aku!” Titien membela diri.


“Iya… aku tahu kok, kan sudah minta maaf? Aku nyesal sudah ikut-ikutan, padahal kalo gak kita bisa jadian kan… Aku bener cinta lho sama kamu!” Aku bertanya penasaran.


“Edo, sudahlah … itukan masa lalu. Kamu sendiri tahu berapa lama aku stress soal Nando. Baru sekarang aku mencoba membuka hati setelah bertemu Brian. Cinta tak harus memiliki kan? Lihat Nando… kamu harus jadi seperti teman mu itu.” Titien mencoba menjelaskan. Aku sudah tahu hatimu kok Titien. Kamu sungguh teman yang setia.


“Titien… kamu pantas dapat si Romeo, lho!” Aku sudah menyampaikan uneg-unegku.


“Thanks... Edo!” Titien juga tersenyum kepadaku.


“Eh… Kamu harus kenalin lho Brian sama Nando...!” Aku asal ngomong, tapi Titien sempat terkesiap. Ia kelihatannya ingat sesuatu, tetapi cepat mentupnya.


“Iya, Edo! Pasti akan kubawa Brian ke kuburnya.” Titien bicara sungguh-sungguh.


“Astaga? Aku baru ingat. Titien belum pernah mendekat ke kubur Nando selama ini. Katanya masih trauma, dan mungkin belum bisa menerima kalo Nando sudah meninggal.


Setelah hening beberapa lama, kembali aku ajak Titien bicara.


“Tien, cariin dong aku cewek?” Aku ngomong asal.


“Lho, terus Brenda mo di ke manain?”


“Aku rasa… eh … Brenda dan aku orangnya gak sebanding... Ia hebat sedangkan aku hanya cowok biasa. Aku merasa hubungan kami pantasnya hanya sebatas teman!” Aku coba mengungkapkan kekuatiranku. Pasti Titien kasih solusi yang baik.


“Huh? Hanya teman kok ngentot terus?” Titien mengejekku…


“Hahahaha…!” Aku hanya bisa tertawa. “Enak sih!”


“Menurutku kamu cocok kok sama Della. Mau dicomblangin? Dia cantik loh, manis lagi. Aku suka gayanya… gak seperti adiknya yang agak genit!” Saran yang baik. Aku juga merasa sesuatu dengan Della.


“Iya, aku juga suka dia!”


“Aku mendukungmu!” Kata Titien.


“Yuk kita pergi, tuh Brian sudah ada! Kamu ganti kaos di mana?” Aku melihat Brian datang dengan Boy.


“Aku ganti aja di mobil, kan sudah gelap. Minta kunci dong?” Aku memberikan kunci mobil kepada Titien, yang segera mendekat kekasihnya.


“Sayang, aku belikan kau kaos couple, ini milikku aku sudah pakai!” Brian bangga sekali kasih hadiah ke Titien. Cowok itu jago pilih warna, putih dan biru yang cocok sekali dengan kulit mereka.


Kaos Brian ada tulisan yang besar, “AKU ANAK YANG RAJIN, PACARKU SENANG”, hihihi… lucu juga kata-katanya.


“Kok kaos couple? Kamu takut aku diambil orang?” Tanya Titien mengharapkan rayuan dari Brian.


“Eh… bukan gitu sayang, kita pake kaos couple supaya kamu gak perlu lagi ngaku-ngaku istriku!” Wah.. kena sekali jokenya. Titien sampe tersipu malu.


“Ih… hehehehe…!” Gadis itu hanya ketawa lepas.


“Astaga, kayak yang di Tomohon yah… hehehehe…!” Aku baru ingat.


“Sayang beli di mana?” Tanya Titien mengalihkan cerita.


“Di toko depan pintu kampus, ada kaos. Banyak anak mahasiswa beli disana!” Brian jelaskan.


“Kebetulan aku sudah gerah, aku ganti di mobil, aja yah. Nanti matiin lampu. Gak kelihatan kok!” Titien segera masuk dalam mobil. “Eh, kalian pergi dong, masak ada bidadari ganti baju ditungguin. Nanti selendangku diambil…”


“Hehehehe… emangnya ini legenda Tumatenden!” Brian terkekeh atas ulah ceweknya.


“Ayo Romeo, kita cariin tempat duduk, nanti Titien ditunggu sama Brenda.”


Karena hari sudah gelap, gak kelihatan apa-apa dari luar, gak ada gunanya kami dekat-dekat. Hehehe… maunya…


-----


POV Someone misterius


Diam-diam aku membayangi Romeo dan kawan-kawannya yang lagi enjoy di salah satu kampus elite di Minahasa Utara. Ada waktu untuk cek email, aku segera membuat enkripsi dengan perangkat HP-ku, supaya bisa cek email dengan aman.


Diantara begitu banyak email iklan, terdapat dua email yang menarik perhatianku. Keduanya dienkripsi dengan ketat, dan harus kubuka dengan kodeku.


Ku buka email pertama yang isinya hanya beberapa baris:


Romeo case has been speed-up, much earlier than we thought.


That might be good news.


Resources will be delivered to you as ordered


Meet tomorrow, preferably far from your place.


Don’t worry, we got you covered.



Aku tersenyum membacanya. Berarti semuanya aman terkendali.


Tetapi ketika aku membuka email yang kedua yang ada hanyalah link video ke youtube. Dan ketika membuka video itu, aku langsung melotot. Astaga… bahaya ini!


Apa yang kutakutkan terjadi juga… astaga. Yang jelas situasinya sudah gawat. Untunglah besok resources-nya sudah ada.


——





POV Naya


“Dickhead… foto dong aku disini…!” Aku kembali manja-manja dengan cowokku, Shaun. Aku merasa bahagia sekali, kami bermain sambil bercanda terus dari tadi di kampus yang indah ini.


Atas petunjuk beberapa mahasiswa, kami malah menemukan kolam ikan yang indah-indah terletak di sudut kampus, dekat lapangan tenis. Wah, pemandangan di sini sangat bagus… pasti Titien dan Brenda akan cemburu melihat foto-foto kami.


Tadi waktu duduk-duduk di pinggir kolam, aku langsung sandar di dadanya Shaun, yang langsung memelukku mesra. Wah, enak juga ternyata kalo pacaran tanpa mesum-mesum. Dari tadi Shaun berlaku sangat gentelemen, dan tidak main comot pinggiran toketku seperti dulu.


“Dickhead, kenapa katanya kamu diakali Brian disuruh ngentot sama bencong?” Aku mengejeknya.


“Eh… mereka berdua itu geblek! Hehehehe…! Naya udah dengar, yah? Aku juga bingung kok aku bego kali, gak bisa bedakan.” Kata Shaun jujur.


“Sayang… biar bego kok, tapi tetap aku cinta!” Aku ngombal dikit. Ini penting karena cowok itu parah banget dalam soal romantik. Tapi kali ini ok, ia mencium pipiku…


“Brian paksa aku harus oral dia, katanya karena kamu kalah taruhan!” Kataku…


“Iya sih… eh tapi hanya satu kali yah, dan ingat jangan macam-macam, cukup sempong doang!” Shaun kelihatan cemburu tapi ia tetap pegang janji.


“Dickhead gak marah?” Shaun geleng kepala memberikan ijin. Wah, mujur benar Kak Titien.


“Aku juga hanya mau ngajarin Titien kok, supaya berikut tinggal minta oral sama Titien!” Kata ku lagi.


“Eh, selesai kasih ajar, suruh Titien oral aku, yah! Supaya aku yang nilai pelajarannya cukup belum” Kata Shaun.


“Ihhh… maunya! Hehehe…” Kami tertawa.


“Tapi Naya janjikan hatimu sama memekku hanya untuk aku!” Shaun menuntut. Aku hanya mengangguk malu-malu… ih, kok tanya seperti itu.


“Kalo Brian minta toketku?” Shaun masih ragu-ragu gak mau jawab.


“Ih.. dia kan sudah ada Titien yang toketnya juga keras dan kenyal, apa gak puas!” Shaun kayaknya gak rela.


“Eh… kamu kan sudah pernah pegang toket Titien, jadi wajar dong Brian aku kasih satu atau dua kali cicip!” Aku mau melihat sampai di mana batasannya.


“Curang, kamu enak-enak sama cowok lain aku gak bisa!” Shaun masih menolak.


"Aku gak marah kok kamu mainsama Edo, hehehe!"


"Eh maksudnya.... sialan dikira aku homo!"


“Dickhead, aku kan gak kasih memekku… kamu yang curang sudah ngentot dengan Landa dan Della.” Aku memojokkannya kembali.


“Eh… sayang, malam ini kamu tidur denganku, yah! Tuh, Titien aja bisa…” Shaun ganti topik.


“Ok, tapi selesai aku oral Brian yah?” Aku kejar terus, tapi Shaun kayak gak rela. Ia gak mau jawab.


“Eh… kapan dong lima harinya berakhir? Aku kan sudah tunjukkan sayang selama ini… masak lama sekali?” Shaun ganti topik lagi.


“Kayaknya Rabu atau Kamis haidku sudah selesai, lusa masih pembersihan…!” Aku menjawab polos.


“Naya udah buat aku stress… bilang aja lagi haid, gak usah pake alasan mau buktikan di hadapan Landa dan Della segala…!” Shaun udah gak tahan.


“Seharusnya waktu kamu haid, kamu ijinkan aku ngentot orang lain… kan Nayanya lagi gak bisa, jadi aku butuh penyaluran!” Oh… jadi itu ternyata maunya. Dasar kontol besar ini mau ngentot terus… aku pikir-pikir apa nanti aku bisa tahan yah, kali Shaun minta tiap hari.


“Sayang… ngentotnya boleh aja, tapi ingat yah, hatimu hanya untuk ku, dan harus kasih perhatian penuh sama Naya!” Shaun kayak gak percaya.


“Bener?” Ia berbinar-binar. ‘Dickhead… Aku sudah menerimamu seperti itu kok. I still love you whatever you do!’


“Boleh tapi pake kondom, yah!” Aku sebenarnya hanya main-main bilang kondom, tapi ditanggapi Shaun dengan serius.


“Aku gak tahu beli di mana? Naya belikan yah!” Senyum Shaun sangat mempesona sampe aku gak sadar sudah menjawab iya.


“Kring..kring..”


Ternyata Edo cari kita, bilang acara segera di mulai. Astaga, kami tidak sadar hari sudah malam.





-----





POV Titien


“Nay… duduk di sini!” Aku memanggil Naya dan Shaun yang baru datang. Acara sudah akan dimulai, musiknya malah sudah rame. Pas banget mereka tiba.


“Wah, udah ganti baju, pantesan kita gak lihat!” Naya mengejek kaos couple ku.


“Brian yang beli!” Aku menjawab tapi ia tidak tanggapi. Soalnya tempat duduk penonton cukup gelap, sangat kontras dengan panggung yang terang-benderang.


Acara malam budaya benar-benar riuh, diisi dengan banyak tarian dan music dari berbagai daerah di Indonesia. Kostum yang dipakai juga bagus-bagus, serta koreografi yang mengutamakan seni khas Indonesia. Gak heran agenda tahunan ini sudah terkenal di kota Manado.


Aku melihat Brian, Shaun dan Brenda puas melihat kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam. Brian sempat dipanggil jadi volunteer waktu muncul tarian kuda lumping, dan ia enak-enak aja dicambuk dengan bunyi yang mengelegar.


Shaun juga berpartisipasi dalam tarian Kecak dari Bali, satu-satunya yang ia tahu. Sedangkan Brenda jadi sasaran tarian dari Papua ketika mereka muncul dengan panah. Selain itu ada banyak acara yang bagus-bagus. Naya yang baru kali ini ikut sampe gak sangka sebagus ini, free lagi.


Di penghujung acara MC memanggil beberapa orang untuk mendapat hadiah hiburan. Keren juga hadiahnya, pulsa telkomsel, tabungan BRI dan usb drive 36 gb. Kali ini giliran semua yang pake kaos couple datang ke-depan.


Aku sampe malu karena Boy dan Edo terus-menerus menunjuk kearah kami. MC langsung menyuruh aku dan Brian naik ke panggung. Mudah-mudahan gak dikerjain seperti pasangan sebelumnya… disuruh cium pipi dulu.


Waktu kami naik keatas, semua hadirin langsung ribut tertawa dan tepuk tangan. ‘Eh… apa ada yang salah yah? Kayaknya gak tuh!’ ‘apa karena Brian bule dan banyak fansnya kali’. Aku juga turut tertawa dan melambai. ‘Eh kayak gak pernah lihat kaos couple aja! Ih…’.


Dan seperti pasangan-pasangan sebelumnya, kami disuruh ciuman. Brian tanpa ragu langsung menyambar bibirku… ih… untung aku cepat berkelit dan memberikan pipi kiriku.


Ketika kami dapat hadiah dan disuruh menghadap penonton, semua hadirin langsung kembali ribut. ‘Ih… kok sampe segitunya, bikin grogi aja. Baru sekarang lho aku grogi di depan umum’.


Sampe di tempat duduk, Naya dan Edo juga sama Landa dan Della masih menyambut kami tertawa-tawa. Aku langsung berbisik kepada Naya.


“Nay, emangnya ada yang lucu, kok dari tadi semua pada tertawa?” Aku berbisik. Naya senyum-senyum dan berbisik balik.


“Kak Tien… itu karena tulisan di kaos, kok Kak Tien suka yang jorok-jorok gitu...!”


“Astaga, apa emangnya tulisannya...?” Naya gak mau bilang.


Aku membaca tulisan di Kaos Brian, “AKU ANAK YANG RAJIN, PACARKU SENANG” biasa aja sih pikirku, malah lucu yah slogannya.


Aku kini membaca tulisan di dadaku, “DADAKU GINI KARENA PACARKU RAJIN MEMBELAI”


“Astaga! OMG….. Ih… Romeo kok gak lihat-lihat!” Mana aku pake bra yang ketat lagi sehingga toketku kelihatan kencang. Lengan dan punggung Brian menjadi sasaran pukulanku. Ia juga sempat ku cubit sampe kesakitan. Romeo hanya menatapku bengong!


“Apa yang salah sayang?” Romeo balas tanya…


“Kamu gak baca tulisan nya waktu beli kaos?” Aku meninterogasinya.


“Eh… gini, itukan tulisan bahasa Indo. Aku gak bisa baca tulisan Indo, cuma tauh ngomong doang!” Brian membela diri. Astaga, benar juga.


“Ih…. Bikin malu aja!” Aku kesal banget! Untung ada Brenda, ia segera memelukku. Aku menceritakan arti tulisannya, ia justru tertawa-tawa. Ih… aku mencubit Brenda yang masih saja tertawa.


-----


Sepanjang perjalanan aku masih ngambek, diam aja gak mau ngomong. Terlebih kepada Brian.


Eh lucu juga cara cowok itu cari-cari perhatian. Tapi aku berusaha tidak menghiraukan. Aku terus mendekat kepada Brenda dan bisik-bisik. Brenda tanya-tanya soal tadi malam.


"Titien, kamu ngapain sih sama Romeo tadi malam, iseng banget bikin sibuk orang aja!" Brenda kasih info penting.


"Eh... emangnya Brian suruh apa?" Aku penasaran.


"Aku ngomong, tapi Titien harus cerita jujur yah?" Brenda buat deal, dan aku mengangguk setuju. Penasaran juga sih!


"Tadi malam Romeo suruh aku matiin saklar listrik pas jam 11 malam, ih bikin sibuk... tahu gak, aku sampe harus keluar rumah hujan-hujan... mana guntur lagi." Brenda.


"Astaga, jadi mati lampu tadi malam itu disengaja?" Aku kaget sekali. OMG, ternyata aku dicurangi, ditipu mentah-mentah.


Aku coba ingat-ingat lagi apa yang terjadi, hujan... guntur ... cerita horor ... mati lampu. Ih, pinter amat cowok itu, ia pasti sudah lihat ramalan cuaca sebelum buat deal denganku. Ah, aku harus memaksanya mengaku... mungkin ini jalan agar tetap mempertahankan keperawananku. Awas kamu yah Romeo...


-----


"Sayang, malam ini ke kamarku habis mandi yah! Aku udah gak tahan lagi mau belah duren..."


Sms Brian aku terima 10 menit yang lalu, tapi malas mau balas. Kalo Brian yang ingin, ia dong yang cari... enak aja suruh-suruh anak orang.


Eh sebaiknya aku beli kondom dulu... siapa tahu aja butuh, hehehe.


Segera aku menuju ke alfamart di seberang jalan. Toko ini termasuk yang besar dekat rumah kos. Begitu masuk langsung cari penjaga toko, eh kebetulan perempuan.


“Maaf mbak, ada jual kondom di sini?” Aku berbisik pelan kepadanya.


“Ukuran apa mbak?”


“Adanya apa? yang paling besar deh!” Mana aku tahu kalo ada pake ukuran segala.


“Yang paling besar XXL, itu cek sendiri di sebelah situ” Ia menunjukna


Setelah lihat dan pilih ternyata aku dapati konfom ukuran XXL lagi gak ada, yang ada hanya ujuran M. Tapi penjaga toko akan cek dulu dibelakang, siaap tahu ada stok. Aku disuruh tunggu di kasir.


Aku kaget setelah memperhatikan cewek yg antri didepanku. Naya? Lagi ngapain dia. Dan ketika aku melihat barang belanjaannya aku kaget, Astaga?


Naya juga lagi beli kondom, ia sementara pegang beberapa dos kondom dan menaruhnya di meja kasir. Pas ia bayar, aku menegur Naya dari belakang pura-pura belum lihat,


"Nay, beli apa?"


"Eh... aduh.. ah... ih..." Naya gak bisa jawab, ia ketangkap basah.


"Astaga, bahaya juga yah gadis perawan ini!" Naya tambah malu.


Ia memelukku...


"Kak Tien, taruh aja belanjaannya nanti Naya bayar sekalian." Gitu dong, hehehe.


Aku mengambil beberapa cemilan, dan menjauh dari kasir. Yah... terlambat, penjaga toko tadi langsung menyapaku.


"Maaf mbak stok kondom kami ukuran XL dan XXL lagi habis!" Aku terpaku diam di tempat mendengar ia menjawab di depan kami. Ih malu sekali, Naya masih disitu.


"Astaga... kak Tien. Lain kali gak usah pura-pura kayak tadi. Tuh kan ketauan belangnya, kakk sendiri beli kondom pake ledek-ledek orang!"


"Hehehehe..." Aku merangkulnya malu.


"Soalnya teman mbak beli banyak, untuk stok tiga bulan!" Astaga Naya?


Gadis itu hanya tertawa malu-malu. Untung kita hanya berdua disini, kalo Edo dengar kan masalah.


"Nay, habis ini tidur di kamar kakaknya?"


"Eh, terus Briannya?" Naya tanya lagi.


"Kita lawan sama-sama!" Aku menatapnya lagi, "Kakak masih gugup soal sebentar.. maklum kan belum pernah." Aku meminta kekuatan.


Naya mengangguk sambil tersenyum.


——-


"Sayang, ayo dong! Aku sudah telanjang bulat... Titien masih ingat deal kita kan? Ayo dong, jangan lama-lama. Aku akan buat Titien keenakan sampe terkentut-kentut!" Brian sms lagi.


'Astaga, ia sudah tahu soal kentutku?’


——-


Bersambung
 
thanks dobel Upnya..... :hore:
:beer:

...............

cuma sayang nih, cerita bagus begini sedikit peminat
kalau dulu sebelum diremake, ane skip cerita ini gara2 judul :)
 
Episode 25 I hate you Romeo


Naya


Titien


Edo


Brian

POV Naya



“Kak Tien…, Astaga! Ngapain sih udah pake baju tidur sexy!” Kak Titien sempat kaget waktu aku masuk kamarnya.



“Ssstt! Hush… bentar lagi Brian datang!”



“Wah, Kak Titien beneran udah siap dientot, yah?” Aku penasaran…



“Justru itu Nay, Kakak butuh bantuanmu di sini, supaya Brian gak minta aneh-aneh. Kakak masih belum siap!” Kak Titien masih mengulur waktu lagi. Ih… pasti bikin gemes cowok itu. “Nay, nanti bantu ajarin kakak oral yah? Kita buat si Romeo terkapar sampe gak jadi ngentot!”



Oh, jadi ternyata itu idenya. Padahal sih tadi pagi kelihatannya Kak Titien udah sange.



“Tok tok tok”



Pasti itu Brian! Ah… aku sembunyi dulu. Aku segera masuk ke kamar mandi.



Kak Titien berjalan perlahan menuju pintu. Tubuhnya tampak menerawang dibalik baju transparan terlihat sangat cantik, pasti Brian langsung terpesona memandangnya. Mana mungkin Romeo akan melepaskan tubuh seksi dan sekal itu lolos malam ini. Pasti Titien akan ‘disantapnya’ bulat-bulat. Hehehe… udah gak pake dalaman lagi. Aku ingat awal ketika aku memaksa Kak Titien pake pakaian seperti ini.



Aku mengintipnya dari kamar mandi, Kak Titien membuka pintu. Eh?!? Titien tiba-tiba menutup tubuh telanjangnya dan bersembunyi di belakang pintu. Ternyata tadi Edo yang mengetuk pintu.



“Ihhh, ngapain sih kamu datang ganggu-ganggu lagi sini?” Pasti Kak Titien mengharapkan Brian yang datang tadi.



“Eh… kenapa kamu sudah pake baju gitu, boleh masuk?” Kak Edo masih menggoda cewek itu.



“Gak boleh! Ih… mengganggu aja. Kamu mau apa kemari?” Mereka berbicara dari balik pintu.



“Gini Tien, kami mau main kartu lagi kayak tadi malam, makin rame kan ada Boy dan Brenda. Shaun juga sama Landa dan Della. Kamu mau ikut? ajak Romeo juga, eh gak usah ganti baju… pake gitu aja!” Edo mengajak main kartu, pasti pake minum-minum kayak tadi malam lagi.



“Eh… Brian sih, ini baju yang dibelinya tadi… Maaf Edo, aku absen lagi malam ini yah?”



Ternyata Brian bukan hanya beli kaos couple, ada juga lingerie seksi yang disuruhnya Titien pake khusus malam ini… co cwiiittt



“Ok, tapi kalo kamu liat Naya, suruh ke ruang nonton yah?”



“Ok!” Kak Tien asal ngomong aja supaya Edo cepat pergi.



“Eh, satu lagi Tien!” Kata Edo.



“Apa?”



“Cukur jembutmu… udah panjang, tuh!” Edo langsung pergi membuat Kak Titien stress sendiri. Hehehe.



“Kak, berarti Edo sempat lihat, yah?” Kataku keluar dari kamar mandi.



“Ih… mesum!” Kak Titien hanya tersenyum.



“Kak, gak lama. Naya ke kamar dulu, nanti balik!” Aku minta permisi dan langsung keluar.



“Yang cepat, yah!”



-----



“Bruk!” Pintu dibuka tiba-tiba, dan aku masuk aku melihat pemandangan seksi yang membuat nafsu. Gimana gak terangsang, Kak Titien sudah terbaring pasrah dengan pakaian seksi, sementara tubuh Brian yang juga sudah berada diatas tubuhnya. Toket Kak Titien sudah nongol dari lobang leher baju, dan kini masuk dalam mulut Brian yang rakus menghisap dan mempermainkan putingnya, sementara kaki Kak Titien sudah mengangkang menjepit tubuh telanjang cowok itu.



“Ah…” Kak Titien mendesah lagi! “Huhhh Romeo … tunggu … ada … Naya!” Aku langsung mengunci pintu kamar dari dalam dan mendekati mereka.



“Nay, kok lama…? ahhhhh!” Titien menegurku.. kan baru ditinggalin gak lama, eh udah mulai gak bilang-bilang.



Brian tidak mau berhenti, mulut dan lidahnya kembali bekerja sementara tangan kirinya meremas kencang toket Kak Titien. Aku hanya menatap terpana dengan permainan mereka yang semakin seru.



Tangan kanan Brian mulai menyusur kebawah, dan hanya dalam satu gerakan mampu mengangkat bawahan lingerie yang sangat mini keatas. Kini vagina Titien langsung terekspose. Tangan Brian terus membelai memek yang tembem itu. Jari Brian yang besar mencari jalan masuk diantara rambut hitam, dan menggoyang-goyang bagian luar…



Kak Titien mendesah kuat, kini lebih mengarah ke erangan, sementara tubuhnya mulai bergetar. Jari Brian mulai masuk mencari benda kecil pusat kenikmatan di bagian luar memeknya, dan Titien mulai berteriak kecil… ih… bikin orang nafsu aja.



Tak lama kemudian bibir Brian menggantikan tangannya mengelosor menuju memek perawan itu. Mulut itu melumat dan mengisap kuat cairan yang sudah membasahi daerah kenikmatan itu, sementara lidahnya yang panjang masuk membelai dinding memeknya. Gerakan lidah yang nakal itu segera disambut dengan kontraksi vagina gadis itu… kini tubuhnya melengkung keatas dan tangannya rambut Brian untuk membenamkan kepalanya sedalam-dalamnya. Titien mendapatkan orgasmenya….



“Ahhhhh…. Aduh… ahhhhh… ohhhhh! Tuuuuutttt!” Orgasme yang sangat dasyhat dan diakhiri oleh kentut khasnya… membuat Brian dan aku tertawa-tawa.



“Astaga, Kak Tien? Kok kentut lagi…? Hehehehe” Aku tertawa. Cewek ini lucu sekali, tiap kali orgasme pasti kentut. Pasti ia gak bisa tahan lagi sensasinya.



Nafas Kak Titien masih mendengus kuat, sementara tubuhnya masih terengah-engah. Kedua tangan Kak Titien kini menutupi wajahnya yang merah karena malu.



“Naya juga mau?” Brian mendekatiku dan memegang tangan ku.



“Eh, gak kok! Aku hanya akan bayar utang, dan malam ini Naya mau tidur dengan Kak Titien!”



“Wah… Naya mau lihat kakakmu dientot?” Brian kembali bertanya ngarap banget.



“Eh… gak eh bukan… eh, maksudnya aku mau cek supaya Brian gak main paksa sama Kak Titien! Brian harus main halus dan buat kakak ku bahagia, kalo bisa buat Kak Titien keluar dulu 2 kali baru nyembur di dalam, yah!” Aku bergaya menasihati Brian …



“Naya!” Kak Titien langsung mendampratku… hehehe. Eh, sudah sadar kayaknya.



“Makanya… jangan lama-lama nikmatnya!” Aku mengejek Kak Tien yang masih pasrah keenakan.



“Ihhhh… nakal!”



Aku gak sadar ternyata kontol besar itu sudah menyenggol tanganku ketika Brian beranjak dari posisinya. Aku memegang kontol itu dan meremasnya dengan gemes… ihhh…. Besar banget!.



Kali ini giliran Brian yang tidur terlentang di tengah-tengah ranjang dengan kontolnya sudah tegang mengancung keatas. Pasti ia sudah sange diapit dua gadis cantik. Kak Titien ikutan bangun dan duduk di ranjang sebelah kanan, sedangkan aku disebelah kiri. Tangan kami segera bergerak mengocok kontolnya dan memompanya dengan penuh semangat.



-----


Della


Landa


Brenda


Shaun


Boy

POV Della



Kami berenam lagi asik dengan game, kayaknya pas 3 pasang… yang cowok ada Edo, Shaun dan Boy, dan yang cewek aku, Landa sama Brenda. Eh, cewek bule ini memang jahil banget, sebelum main udah suruh kami minum wine dan sekarang pake taruhan cewek vs cowok, jadi kalo salah satu dari cewek yang menang, maka cowok-cowok buka baju. Sedangkan kalo cowok yang menang, kita yang buka satu helai pakaian.



Minuman kali ini sangat enak, gak tauh apa mereknya, tapi kayaknya dari luar. Brenda jago milih minuman, sangat ringan dan manis tapi cepat sekali membuat gairah kami naik. Astaga, apa mereka sudah rencanakan seks party?



Brenda dan Landa makin gila aja dan kami sudah dua kali kalah. Aku sekarang sudah buka baju tinggal pake celana jeans sama bra. Landa justru sudah buka bra, karena ia hanya pake daster. Toket kecilnya masih ditutup-tutup dengan tangan. Namun Brenda lebih gila lagi, awalnya hanya pake daster gak pake bra… jadi sekarang ia sudah asik memamerkan tubuh bugilnya pada Boy yang menatapnya tanpa berkedip.



Ih… bahaya ini. Kalo gini terus hanya tinggal tunggu waktu aku juga akan telanjang. Ihhhh …. Aku gak mauh ahh!



Yes! Kali ini aku menang lagi, udah dua kali berturut-turut dan cowok-cowok kini tinggal pake boxer. Satu kali lagi pasti udah bisa melihat punya Edo, kayaknya cukup nonjol kelihatan dari balik CD-nya.



Aku harus menang lagi… untung Edo rada-rada memperlihatkan kartunya, sehingga aku mudah menebak. Dari tadi cowok itu main mata denganku, dan ternyata orangnya perhatian banget. Setelah jalan-jalan kemarin, aku baru sadar Shaun itu sudah milik Naya. Siapa sih gak mau cewek mungil tapi jahil itu dengan kecantikannya yang khas. Kadang aku iri, udah cantik, kaya lagi. Tapi aku gak bisa complain karena Naya orangnya justru baik banget pada kami. Padahal banyak sekali cowok yang ngejar-ngejar dia.



Eh.. balik ke Edo. Cowok ganteng itu ternyata baik lho, gak jaim seperti yang dibilang orang. Beberapa hari terakhir ini justru kelihatan banget ia mau dekat-dekat padaku… dan ia juga jago memuaskan cewek, lho. Lihat aja, Brenda dan Landa mampu ditaklukan padahal baru minggu lalu ia kehilangan perjaka… eh kata Brenda sih! Kayaknya ia mau PDKT ke aku… Aku sih oke aja.



“Yahhhhh! Apes deh, padahal hampir aja!”



Giliran si Boy yang buat remi. Brenda hanya meliuk-liukkan tubuh, karena ia sudah bugil disuruh menari sensual. Landa kehilangan penutup terakhir dari tubuhnya dan aku… yah, harus merelakan toketku dilihat tiga cowok mesum ini. Ih… malu juga sih, tapi begitu melihat tatapan Edo yang berbinar-binar, ada kebanggaan sedikit tersirat di dadaku.



“Astaga!” Boy udah gak tahan. Pasti cowok ini kebanyakan minum. Tubuh seksi Brenda yang sedang menari-nari langsung dipeluknya. Cewek itu hanya tertawa-tawa genit… ih. Shaun juga gak mau kalah, langsung menarik Landa masuk ke pelukannya dan menyerang toket kecilnya dengan bibirnya.



Aku masih terkesiap melihat apa yang terjadi. Dua pasangan itu sudah saling membelai dan melumat bagian tubuh tertentu. Aku melirik ke Edo yang kini mendekatiku perlahan-lahan. Jantungku berdegub-degup.



"Della sayang, kamu gak bisa lari lagi. Kamu milik ku malam ini!"



Aku hanya tertunduk tersipu... gak tahu harus gimana. Kan gak mungkin aku yang mulai.



“Sayang, toketmu bagus loh… boleh aku pegang?” Aku gak menjawab, diam aja. Tapi aku sudah malu sekali.



Edo kini duduk disampingku dan menatapku. Wajahnya sudah dekat sekali… aku mulai merasakan dorongan nafsu, tatapanku bergairah mengundang Edo untuk segera bergerak.



Edo masih menatapku tajam, padahal tanganku sudah turun tidak lagi menghalangi pandangannya terhadap toketku yang sudah keras. Edo justru membelai rambutku dan memegang dagu… wajahnya semakin dekat… aku menutup mata mengantisipasi ciuman yang darinya.



“Ahh hmmmmmm hmmmm!” Bibir Edo kini melumat bibirku dan membawaku ke alam kahyangan. Astaga! Kok aku jadi melayang dengan perlakuannya yang lembut.



Kami pun terus berpagutan, sementara tangan Edo mulai merayap turun dan membelai toket kebanggaanku yang sudah tegang menunggu. Aku terus terpesona menikmati jamahan yang lembut berputar-putar mencari titik rangsang di putingku. Ciuman Edo kini mulai menggelosor turun, sempat mengelitik kecil di leher ku dan kini terus kearah dada.



“Ahhhhh!” Aku kembali terpekik ketika bibir Edo mengulum puting yang belum keluar sempurna. Ia mengisap dan menggigit kecil menambah rasa geli…



Aku melihat kekiri dan kekanan. Brenda sudah sementara menyempong kontol Boy… astaga kontolnya besar… hanya kurang sedikit dari milik Shaun. Ih… ngeri. Eh tapi aku kan sudah pernah merasakan milik Shaun tuh!



“Ahhhhhhhh ohhhh Ahhhhhh” Landa berteriak kuat… Wah, cepat sekali cewek imut itu mendapatkan orgasmenya. Gadis itu membenamkan kepala Shaun dalam-dalam ingin merasakan jilatan cowok itu masuk kedalam memeknya. Ih… bikin ngiler aja.



Aku kini semakin terangsang, mulutku mulai berdesis… ihhhh. Edo membuka mulut besar-besar mencoba memasukan gumpalan besar toketku. Ih… tambah gemetaran jadinya. Kini ia melepaskan toketku dan tangannya mulai turun kebawah. Edo membuka CD ku, sedangkan aku sudah pasrah… ayo Edo. Aku mau kontolmu. Tanganku turun membuka CD Edo yang sudah menggumpal karena tekanan dari dalam.



“Toing!” Kontol Edo kini terbebas. Wah… keras sekali… kontol nya mungkin yang paling kecil di tempat ini, masih kalah bila dibandingkan dengan milik Boy, apalagi Shaun… tapi kepalanya yang besar, ditambah keras sekali seperti kayu. Ketika aku menggenggamnya terasa denyutan nadi seperti berdenyut. Oh… ayo dong Edo, aku mau kontolmu.



Aku meminta Edo duduk di sofa dan tubuhku segera naik keatasnya dalam posisi jongkonk. Kontol yang sudah keras ini aku pegang dan kuarahkan ke liang nikmatku yang sudah basah kuyup. Setelah posisinya kurasa pas, aku mulai menurunkan tubuhku dan merasakan kepala kontol itu membelah masuk…



“Ahhhhh!” Aku merasa sangat nikmat. Agak ngilu sedikit sih, tapi karena cairan memekku yang sudah meluber mempermudah batang itu masuk. Kontol Edo yang keras terus membelah liangku sampai mentok ke mulut rahim. Aku mendiamkan sejenak… terasa kontolnya hangat dan berdenyut. Rasanya sangat pas… malah agak penuh. Ahhh kalo aku tahu kontol Edo senikmat ini sudah dari dulu aku kasih… Eh apa lagi sejak pertemuan pertama ia sudah memperhatikanku. Nyesal deh aku gak gubris sebelumnya, justru kejar-kejaran dengan Landa mencari perhatian Shaun dan Brian.



Kini aku mengambil inisyatif. Tubuhku mulai naik turun… mendaki tangga kenikmatan… semakin lama semakin cepat, aku merasakan kontol Edo semakin nikmat aja, tetap keras seperti semula mengesek dinding-dinding kenikmatan. Aku mulai mendesah… tubuhku mulai gemetar nikmat.



Edo menatapku mesra, sedangkan aku balas menatapnya tajam seakan mencari tahu apa maunya. Tatapan Edo membuat aku tambah nafsu untuk memuaskan cowok itu.



“Della sayang, …. mau gak …. Ah.. jadi ….. ah… pacar ku!” Edo nembak langsung. Ia hampir gak mampu berkata-kata karena lagi pompaanku.



Ah… aku gak kuat lagi. Aku gak lama lagi keluar… tapi aku sudah cape, sudah lebih 10 menit aku memompa terus… cowok ini masih aja duduk santai terima bersih. Ih….



“Eh… mau sih…. Asal….. ahhhh” Aku terus memompa mengejar orgasme ku.



“Kamu dong… yang pompa… ah, aku… cape!” Edo menatapku lucu. Ih, udah tauh orang sudah kecapean…



Edo memelukku dan tiba-tiba berdiri mengangkat tubuhku. Kini aku harus memeluknya kuat karena tumpuanku hanyalah pada kontolnya dan pada jepitan selangkanganku. Posisi ini membuat kontolnya kini semakin merangsak sampai titik paling dalam, dan Edo mulai memompa…goyangannya kuat dengan gerakan yang menyentak membuat aku menumpahkan semua gairahku dalam orgasme yang sangat dashyat.



“Ahhhh… Edo… aku cinta kamu!” Aku menjerit kuat sementara tubuhku terlonjak-lonjak nikmat. Tanganku semakin erat memeluk tubuh telanjangnya dan merasakan cairan kontolnya menyemprot kedalam rahimku.



Ahhhhh…. Aku merasa sangat puas… ini adalah puncak kenikmatan. Tubuh kita terasa menyatu bergetar nikmat… aku hanya bisa pasrah memeluk kekasihku yang baru.



Edo masih terus mengangkatku… ia membawa aku ke kamar untuk melanjutkan permainan cinta. Kali ini aku tidak perduli dengan Landa yang lagi teriak-teriak nikmat, atau Brenda yang lagi nungging dan dihajar kontol Boy yang keras. Aku puas dengan batang milikku…



Uh… baru kali ini aku merasakah di tembak cowok pake dua cara sekaligus, ditembak dengan kata-kata dan dengan pejuhnya sekalian. Mana bisa aku tolak?



-----



POV Brian



Astaga… aku hampir gak tahan lagi. Kuluman Titien sangat enak…, juga di tambah dengan kuluman Naya yang menjadikan kontol kebanggaanku sebagai alat peraga kepada Titien. Gadis itu cepat belajar dan terpaksa aku yang menerima akibatnya….



“Ahhhhhh….” Aku sudah letup-letup, sudah dekat sekali mo orgasme, tetapi tiba-tiba Titien meramas kontolku tepat di bawa helm dan merasakan denyutan nadi. Ih… bikin stress aja, terpaksa tertunda dong kenikmatannya.



“Sayang, kok gitu?” Aku protes.



“Eh… Brian dengar dulu. Aku gak jadi kasih perawanku hari ini, ternyata Brian menipu aku kemarin malam.” Kata Titien tegas.



“Huh???”



“Aku baru tahu ternyata Brian menyuruh Brenda matikan lampu pas guntur dan hujan supaya aku ketakutan. Brian sudah main curang, pake cerita-cerita horror lagi. Jadi dealnya otomatis batal… Sebagai gantinya, kami berdua akan buat Brian puas malam ini tapi tidak boleh tuntut-tuntut perawan ku. Ada yang masih harus ku atur sebelum aku kasih…. Ok?” Astaga…. ternyata Titien sudah tahu. Apes deh… Aku justru tertawa…



“Sayang, kok pelit amat sih sama cowok sendiri!” Aku masih membujuknya.



“Eits… gimana, mau dipuasin malam ini?” Titien membuat ku tak berkutik apalagi kontolku masih digenggam kencang.



“Ok lah kalo begitu, aku gak akan tuntut perawanmu sekarang tapi dengan satu syarat!” Aku balas minta.



“Malam ini kalian berdua tidur telanjang denganku, dan aku bebas minta apa aja malam ini sampe pagi!” Aku masih penasaran dengan tubuh dan jembut Naya yang tipis. Yang lalu gak sempat liat baik-baik, sih. Coba kalo waktu itu aku tahu memek yang aku oral waktu lalu milik Naya, pasti sudah kubuka penutup mataku.



“Eh… tapi, kok aku yang kena!” Naya protes tapi ia kayaknya gak masalah. Cewek imut itu sudah terangsang lihat permainanku dengan Titien tadi.



“Boleh asalkan gak mengganggu keperawanan aku dan Naya!” Kata Titien tegas.



“Ok, setuju!” Paling tidak ada hiburan melihat gadis imut itu telanjang bulat. Dan aku akan buat mereka orgasme terus satu malam…



-----



Begitu Titien keluar dari kamar mandi, ia terkejut melihat daster Naya sudah terbuka dan menyisakan secarik CD tipis sebagai penutup tubuh terakhir. Hehehe… aku sudah tahu gadis mungil ini nafsuan banget, dan pasti bentar lagi CDnya akan terlepas.



“Ahhhh… ahhhh… Romeo!” Desahan Naya yang cukup keras menambah semangatku untuk mengulum dan membelai toket kecil yang sudah keras sekali. Tubuh gadis ini sangat seksi dengan seks appeal yang tinggi. Eh, satu lagi. Orangnya nafsuan banget seperti yang ku lihat sebelumnya. Dan sebagaimana gadis itu dengan mudah orgasme di tangan Shaun, demikian juga kini ia terkapar pasrah di tanganku…



“Ahhhhhhh” Naya nyampe juga dengan teriakan. Kombinasi hisapan di toket dan belaian tanganku di memeknya cukup sukses membuat gadis itu mencapai puncak. Kedutannya cukup mencengkram sedangkan tubuhnya masih gemetaran. Naya terengah-engah kenikmatan.



“Gimana Nay, enak?” Titien menggoda gadis itu.



Naya masih belum bisa jawab. Nafasnya masih mendengus kuat…



“Kayaknya ada yang kurang, deh! Apa, yah?” Aku coba-coba ingat.



Titien mendekat penasaran apa yang kurang, Naya juga menatapku bingung.



“Aha… aku ingat sekarang, benar ada yang kurang tadi!” Aku masih mempermainkan mereka.



“Apa itu, sayang?” Tanya Titien



“Hehehehe… tadi itu gak ada kentutnya! Hehehehe…!” Aku melirik ke Titien yang lagi mercak-mercak, galak amat. Tangannya segera mencubit perutku dan yang satu lagi meremas kontolku lagi.



“Dengar baik-baik sayang, sekali lagi kamu mengejek ku soal kentut, akan kupatahkan kontolmu!” Ih ngeri banget.



“Titien babe, kalo kontolku patah, kamu lho yang rugi!” Aku meledeknya lagi.



“Hehehehehe…” Titien hanya tertawa, ia kini memelukku erat. Sedangkan Naya kelihatan banget menderita kehabisan nafas karena menahan tawa dari tadi.



“Eits…. Naya… belum lolos. Sekarang giliran memekmu yang akan ku mainkan!” Aku segera bangkit, dan sebelum gadis mungil itu sadar, CD-nya sudah dipelorotkan sampai ke mata kaki.



“Ihhhh…” Naya mencoba menutup selangkangannya, pasti malu sama Titien.



“Eh, Romeo, jangan gitu…!” Titien mencegahku.



“Eits… tidak boleh melawan. Titien dan Naya malam ini berada di bawah kekuasaanku! Sama sekali gak boleh melawan…!” Ternyata enak juga yah deal malam ini.



“Bukan gitu sayang, tapi Naya kan lagi haid, cukup toketnya aja!” Titien kayaknya gak rela tubuh temannya kucicipi.



“Gak apa-apa Tien… dari tadi pagi udah berhenti kok!” Naya kayaknya mau tuh…. Hehehehe…



Titien masih terlihat cemberut. Terpaksa aku membujuknya dengan menaruh satu tangan di toketnya... keduanya serentak mendesah... ahh merdu sekali.



Gadis mungil itu kemudian membuka selangkangannya membiarkan mulutku menjelajah penuh bukit kecil yang dihiasi jembut yang tipis itu. Tenang Nay…. Malam ini pasti puas-puasin deh dengan dua memek perawan dan empat toket padat. ‘This will be a long night ladies!’



-----



POV Vicka



“Kak Vicka! Tuh lihat sini… mereka lagi ngapain?” Chika menarik-narik tangan ku. Padahal aku masih enak tiduran sambil buka fb.



“Ih bawel ada apa sih, sampe rame-rame gitu?” Anak ini memang aneh-aneh. Pasti ada aja yang membuat ia tertarik, ada apa sih sudah malam gini masih ribut di luar.



“Ahhhh…astaga!” Aku sampe kehilangan kata-kata melihat apa yang terjadi di ruang nonton. Posisi kamarku di lantai 3 membuat kami bisa melihat jelas apa yang terjadi.



Brenda sementara nungging dan dientot kasar dengan kontol Boy yang sangat besar, terus keluar-masuk dengan jelas membelah memek Brenda. Cewek itu sampe teriak-teriak keasyikan disela-sela irama pompaan yang sangat cepat… Ah… Brenda meledak dalam kenikmatan, sementara Boy masih terus membombardir memeknya, sehingga tubuh seksi itu harus meliuk-liuk kenikmatan.



Sementara itu Landa sementara tidur dengan selangkangan yang terbuka lebar. Pantatnya ditaruh diatas pegangan sofa lebih tinggi dari tubuh dan kepalanya yang pasrah terlentang di atas sofa. Sementara itu kontol Shaun yang lebih besar lagi keluar masuk dengan tempo moderato… tubuh gadis itu terus mengejang... agaknya sudah sempat beberapa kali orgasme dan pasrah menerima kontol besar. Memeknya jelas terlihat membuka lebar supaya mampu mengakomodasi kontol yang besar dan panjang… ih… nikmat sekali.



Sementara itu Edo sementara mengangkat Della dan ngentot dalam posisi berdiri. Gadis manis sampai terhenyak bergetar menerima hujaman kontol Edo dari bawah. Mereka agaknya mencapai orgasme bersamaan… dan terus diangkat masuk ke dalam kamar. Astaga… Della juga...?



Berbeda dengan adik sepupunya, Della adalah gadis baik-baik dan dikenal sopan dan pemalu. Ia pacaran dengan cowok imut yang bernama Adi, dan setahu saya mereka itu pacarannya gak pake mesum-mesum kayak gini. Kok bisa-bisanya ia terlibat.



Tapi untunglah Edo segera memasukkan Della di kamar… Soalnya sekarang justru Shaun dan Boy kini saling bertukar pasangan. Kali ini Boy mulai meraba-raba tubuh Landa yang masih sintal, sedangkan Shaun sudah asik FK dengan Brenda. Ih…. Ngeri!



“Eh… Chika, kamu belom boleh nonton gini! Yuk masuk kamar…!” Aku menarik adikku yang juga ternyata asyik nonton. Entah apa yang dipikirkannya.



Sesaat sebelum aku menutup pintu kamar, aku sempat kaget… Mega, gadis manis penghuni kamar no 312 juga lagi asik melihat pesta seks dibawah… dan ia juga bawa teman cewek. Kayaknya itu Cindy, temannya yang biasa datang berkunjung. Eh… kapan ia datang, kirain sudah pulang liburan? Astaga… kong diam-diam menikmati… astaga! bisa-bisa…. Bahaya ini!



-----



POV Titien



“Ih…. Pagi-pagi sudah mesum!” Aku teriak kaget. Aku terbangun dan langsung menyadari tangan Brian ada di toketku… kayaknya ia terus membelai toketku sepanjang malam.



Aku lupa tadi malam berapa kali orgasme, yang pasti banyak… tak puas-puas Brian mempermainkan aku dan Naya, bahkan ketika kami sudah tidur tetap digeranyangi serta disedot. Ihhhh…



Eh… tapi mendingan lho, padahal aku sempat berpikir tadi malam akan melepaskan keperawananku. Untung aja Brian gak nuntut sampe situ… eh mungkin karena Naya kali, hehehe. Tapi cowok itu kayak raja-raja loh, tidur diantara dua gadis cantik yang telanjang… serta berkali-kali kontolnya dikocok dan diemut.



Eh… akhirnya Brian takluk juga lho sama emutanku tadi malam. Gak salah bawa guru sempongnya ikutan tidur disini. Eh, guru sempongnya juga keciplat enaknya. Naya sampe 7 ato 8 kali lho, malah berapa kali sempat squirt lagi. Cuma masih belum kentut aja… hehehe.



“Ih bangun mesum!” Aku membangunkan Brian dan Naya.



Ternyata tangan Naya masih menggenggam kontolnya yang kini sudah bangun lagi. Ih… kayak gak pernah puas. Dan jari telunjuk kiri cowok itu juga ditempatkan di memek Naya… sempat masuk lagi satu ruasnya. Ih…



Sebenarnya aku merasa cemburu cowokku main dengan Naya. Tapi aku tahu Naya kemari karena bujukanku, jadi aku harus ngerti bahwa ia juga gadis yang mau dipuaskan. Ih… gimana lagi. Aku terlanjur sayang sama mahluk kecil yang jahil itu.



Eh, apa itu? Terdengar suara gemetaran. Ternyata HP si Romeo hanya ditaruh di meja rias. Aku mengambilnya untuk melihat siapa yang telpon. Eh, ternyata si Brenda miss call. Sayang aku terlambat… tapi pasti kan ia SMS kalo ada apa.



Ternyata semalam Brenda kirim beberapa SMS ke Brian. Penasaran sih! Apa aku buka aja, yah?



SMS 1 – jam 8.00.

Romeo, there is something I want to talk between us. Its about the things we talked about yesterday, some people may found out about us. I’ll find a way to talk to you in private. No body should know this, especially Titien.



SMS 2 – jam 8.15

Romeo… you are not replying. Get over with Titien.. I give up. You win! Now lets talk about the real business tomorrow. I insist, otherwise, I’ll tell everything about you, and Titien knows the real reason why you are here.



SMS 3 – jam 8.16

I talked to Titien, and she knew about your trick to shut the power. Sorry I did not realize it was your plan to get her pussy. You know mine is always available to you… just like the old times!



SMS 4 – jam 10.12

Are you with Titien again? Romeo, join us this time! We gonna have sex party tonight, and I prepare something special for you. I’ll find a way so no one know about us. Remember our vow! This holiday is supposed to be our honeymoon…



SMS 5 – jam 10.13

Romeo, did you finally got her virginity? Ok… you win the bet! Get over it… now its time for our party.



Aku sampai terhenyak membaca SMS tersebut. ASTAGA!!!



Aku langsung menyadari suatu kenyataan, jadi selama ini ternyata ada hubungan khusus antara Brian dan Brenda. Terus cowok itu pura-pura romantis untuk mendapatkan keperawananku karena sudah taruhan!?! Jadi selama ini aku telah tertipu. OMG!?! Romeo??? Aku gak bisa bernafas.



Jadi selama ini kau sama Brenda? Aku telah tertipu… aku bego sekali… Ahhhhhh! Tak sadar HP Brian jatuh! Rasanya mau pingsan.



‘Titien kamu harus kuat! Kamu harus buktikan kepada Brian kamu bukan cewek yang tak bisa hidup tanpa dia. Buktikan kalo kamu orangnya tegar dan tidak mudah dipermainkan cowok! Bukankah itu yang kau lakukan selama ini ketika Nando meninggalkanmu.



Setelah mengambil gambar SMS tersebut dengan HPku, aku masuk kamar mandi dan terduduk lama merenungkan kebodohanku. Mengapa aku terlalu percaya kepada cowok… apalagi sudah jelas-jelas ia cowok bule. Ternyata dari gaya yang alim dan romantis, siapa sangka Brian jago mempermainkan hati wanita…



Aku makin terpuruk di kamar mandi… aku malah sampai menyeret adik Nando dalam permainan cinta. Ih... kejamnya.



“I hate you, Romeo!”



-----



Walaupun kini aku membenci Brian tapi aku harus tetap bersikap professional… eh, yang tadi gak dihitung. Aku usir cowok itu dari kamarku dan teriak-teriak. Teman-teman pada berlarian ke kamar, eh…Brian sendiri pura-pura gak tauh apa-apa! Dasar buaya.



Eh, aku baru sadar ketika mereka sudah datang, ternyata Naya masih telanjang di tempat tidur, Brian juga. Pasti melihat dua orang ini telanjang orang-orang pada bertanya-tanya…. Tapi kali ini aku marah-marah… Naya sampe kebingungan. Kasihan banget kamu Nay! Ia cepat-cepat tutup tubuhnya dengan selimut dari jelatan mata Edo dan Boy yang beruntung.



Aku kembali mengatur program tour hari ini, walaupun kini tanpa gairah lagi. Hari ini kita akan tour keliling danau Tondano dengan sepeda, startnya di pusat kota Tondano, dan finish di Rumah makan Kawanua, desa Urunggo. Kali ini Naya dan aku yang tinggal di mobil dan digantikan dengan Landa dan Della. Kami berada di belakang mengiringi kayuhan tiga pasangan yang sepeda. Untung Boy tidak ikut, harus pulang dulu. Katanya nanti besok-besok join lagi.



Sepanjang jalan Naya bertanya-tanya apa yang terjadi, tapi aku tetap tutup mulut. Yang pasti aku sudah bilang, ini gak ada hubungannya sama sekali dengan Naya. Aku masih tetap sayang Naya seperti semua, dan menganggap Naya adikku. Tapi aku masih malu untuk bicarakan.



Mungkin karena aku gak ada, mereka juga kelihatan kurang semangat. Padahal pemandangan sawah di kiri dan kanan sangat indah… Della kayaknya mesra-mesraan dengan Edo, dari tadi terlihat asik selfie berdua.. jangan-jangan….



Setelah melewati beberapa desa, kali ini danau Tondano tepat berada di pinggir jalan. Kali ini Della yang memberi penjelasaan apa yang dimaksudkan dengan jaring-jaring yang dilihat di permukaan danau, tempat warga memelihara ikan mujair. Cuaca mendukung karena gak panas.



Akhirnya setelah hampir 3 jam mengayuh sepeda, kita tiba di Rumah Pohon Uronggo tempat kita berhenti. Kami semua mencari tempat parkir dan ikut mendaki naik diatas bukit yang dipenuhi dengan beraneka ragam rumah pohon. Banyak yang berfoto mesra, termasuk Naya dan Shaun. Brenda cuek aja berfoto sendiri, karena Boy lagi absen. Eh, cewek itu malah dekat-dekat sama Brian. Memang terbukti kan?



Setelah menikmati atraksi alam di rumah pohon yang indah itu, kami meneruskan perjalanan singkat ke rumah makan Kawanua. Rumah makan yang berada di atas danau itu memiliki pemandangan yang indah dan jaring ikan dengan ukuran raksasa. Banyak yang mengikuti caraku memberi makan ikan. Ih… jadi teringat Naya dan Shaun.



Setelah ku baca ulang-ulang, tampaknya sms itu agak janggal. Tapi sekarang bukan itu lagi yang membuat aku stress, tapi kenyataan bahwa Brian menyembunyikan sesuatu dari ku. Ia gak mau ngomong apa yang sebenarnya terjadi… ia gak jujur padaku.



Aku melirik ke arah Romeo. Eh, ternyata ia juga dari tadi masih menatapku. Maaf sayang, kamu sih gak terbuka… Tak lama kemudian ia kelihatan membaca pesan di hape, dan segera menuju tempat parkir.



Aku coba mengikutnya secara sembunyi-sembunyi. Siapa tahu aku bisa melihat rahasia yang ia sembunyikan. Aku kaget ternyata Brenda sudah menunggu di tempat parkir. Dan mereka berdua segera masuk ke mobil van dengan kaca gelap yang diparkir di depan restoran.



Astaga…apa yang mereka lakukan? Terus itu mobil siapa? Romeo, ternyata kamu selama ini gak jujur padaku. Aku kecewa…



-----



POV Brenda



“Romeo… Aku sudah minta J untuk memblokir video itu di youtube. Tapi aku gak tahu sudah berapa orang yang nonton dan download. Tadi malam aja sudah hampir 100 orang yang comment kalo pengamen di megamas itu sebenarnya composer top Ryno Marcello aka Romeo. Mereka sudah tahu kita di Manado, dan saya yakin semua hotel dan penginapan bahkan restoran sudah ditag. Satu-satunya alasan mengapa mereka belum menemukan kita karena kejelian Titien memilih tempat-tempat wisata kan karena kita tinggal di kos. Tapi sekali menemukan kita… I don’t know what will happen! Itulah maka aku kirim SMS itu, dan sengaja supaya Titien membacanya. Kita harus buat supaya ia melupakanmu, itu yang terbaik baginya” cowok itu gak ngerti apa-apa.



“Ternyata itu maksudmu membuat Titien marah-marah!” kata Brian dengan nada tinggi. Aku tahu ia pasti kesal, tapi itu satu-satunya cara. Cowok ini tidak bisa diyakinkan kalo keadaan sudah tambah gawat, dan kita harus segera meninggalkan kota ini.



Aku kembali menjelaskan situasinya… tapi ia sangat keras kepala. Untunglah J. mau mengerti, dan menyediakan keperluan sebagaimana yang telah kupesan sebelumnya.



Do you know that this means war?” Aku sudah bisa menebak apa yang terjadi. Romeo masih kukuh dalam pendiriannya gak mau meninggalkan Titien.



“Nerd-ho! Kamu harus jelaskan sebenarnya kepada Titien! Ia gak mau ngomong dengan aku… aku gak bisa tinggalkan ia seperti itu!” Brian memaksa…



“Maaf Romeo, aku gak mau ikut campur. Mungkin ini kesempatan kamu bisa melihat apakah cinta kalian bisa bertahan atau tidak. Aku pikir kamu dan Titien itu hanya cinlok dan gak ada masa depan.” Aku menantangnya.



I don’t think so! Sudah bertahun aku mati terhadap wanita… tidak yakin lagi bisa menemukan cinta. Dan baru kali ini aku mendapatkannya… I’m gonna fight for love!” Romeo masih keras kepala.



“And you want to sacrifice your friends’ and even endanger the innocents because of this love? Think about her safety!” Aku mendesak. Brian hanya diam.



“That’s it! I cannot take it any longer. I’ll tell Titien now you you really are, the famous Ryno Carmello, the greatest young prodigy in classical music!” Aku segera keluar dari mobil dan dikejar Brian yang menarik tanganku.



Brian menatapku dan memelas. “Brenda, kamu adalah temanku dari dulu, jauh sebelum kamu direkrut. Please… If I lose her, I’ll lose everything, including my ability to compose song! I’m sorry things are not running well as planned. Please give me 4 more days, hanya sampe akhir minggu… setelah itu aku akan mengikuti semua permintaanmu.”



OMG! Aku terpana… ternyata Titien melihat kami dari restoran. Pasti ia pikir macam-macam ketika Brian memegang tanganku sambil bermohon. Eh…. Titien malah lari menjauh!



“Titien!” Brian memanggilnya tapi ia terus pergi tanpa memandang ke belakang.



-----



“Romeo, aku dapat kabar bagus. Aku bicara dengan J, dan ia juga setuju kalo kita hadapi Mr Logan dan antek-anteknya di sini. Mending tembak mati aja di Indo, kalo di Amerika mereka banyak jaringannya. Apalagi mereka mengkonfirmasi bahwa Mr. Logan sendiri dengan Lefty John sudah terbang ke Jakarta. Untung mereka gak tahu kalo kita sudah siap menyambut."



"Mulai sekarang kita harus hati-hati… kalo boleh Loe sama Shaun harus pake penutup kepala dan rompi kalo keluar. Aku juga sudah minta ke Naya menghindari tempat wisata yang rame… dan sudah dikonfirmasi dengan Titien. Terus pasukan penyergap akan ditempatkan di beberapa titik didekat kos. Nanti aku masukkan kordinat safe house untuk kamu dan Shaun, kalau-kalau kita berpisah!”



Aku ngomong langsung tanpa memperdulikan wajah Romeo yang jadi pucat. Mungkin baru sadar betapa besar dampak keinginannya untuk tinggal di Manado.



“Apa Titien dan Naya harus tahu?” Brian bertanya.



“Eh… sebaiknya jangan, nanti mereka ketakutan. Apalagi mereka bukan target dan syukurlah wajah mereka tidak nampak di video youtube.” Aku coba menjelaskan.



“Aku ingin malam ini semuanya clear dengan Titien.” Kata Brian tapi aku butuh bantuanmu lagi… ia membisikku lagi, dan aku tertawa. Ide Brian memang selalu cemerlang.



“Iya… cepat diselesaikan… tuh Edo sudah ambil kesempatan tadi!” Aku meledek Romeo yang kelihatan kesal diingatkan kembali mengenai kejadian tadi. Cowok itu sampe marah sekali melihat ceweknya lagi diremas toketnya… ih pasti itu perbuatan gadis kecil jahil itu.



“Romeo… tunggu, aku sekarang ingin menjelaskan bagaimana menggunakan alat-alat ini!” Aku mengeluarkan beberapa pucuk pistol dan alat peledak. Brian tambah pucat.



-----





POV Naya



Kalo Kak Titien ngambek kayak gini semua jadi stress. Padahal tadi pagi aman-aman aja… Tadi malam malah mereka dua mesra terus, malah Titien merasa bangga bisa membuat si Romeo nyemprot hanya dalam 5 menit dengan jurus oral terbarunya. Hehehe… siapa dulu dong gurunya.



Kayaknya ada yang terjadi tadi malam. Kak Titien sih orangnya gak mau bilang apa-apa. Dan cewek manis itu kalo sudah merajuk, wah parah. Bisa berhari-hari, eh bisa sampai minggu lagi… gengsinya tinggi sekali. Pasti ada sesuatu yang Brian buat yang menyinggung harga dirinya.



‘Apa tadi malam Brian sempat kebablasan, yah? Terus Kak Tien baru sadar tadi pagi sudah berdarah? Apa iya, yah! Eh mungkin saja lho… tadi malam Titien sempat kuda-kudaan diatas paha Brian, sambil menempelkan memeknya di pangkal kontol … apa sempat gak sadar yah! Ih… bikin ingin aja.



Kalo itu sih, seharusnya Titien senang, bukannya marah-marah seperti ini. Tapi ah… gitulah… dua orang itu udah terlalu di mabuk cinta. Jadinya kalo kecewa… parah…



Wah, udah lama aku gak pernah ke sini. Kompleks wisata Sumaru Endo di Remboken, tempat permandian air panas terbesar… ada kolam renang, kolam-kolam kecil semuanya air panas, cocok dengan tempatnya yang sejuk dan indah tepat dipinggir danau Tondano.



Mungkin ini kesempatan aku ngomong dengan Titien… pasti kalo udah dicolek-colek dikit gadis itu akan mau bicara.



“Kak Titien… cepat pake baju mandi, kita berdua mojok disini. Pas lagi sepi!” Aku mengajaknya duduk di kolam anak-anak, mungkin hanya 30 cm dalamnya. Kolam dangkal ini airnya lebih hangat, terus ada beberapa pancuran air panas dari beberapa arah… jadi efeknya seperti di Jacuzzi, agak menjorok kedalam dan lumayan tersembunyi.



Kebetulan hari ini pas lagi sepi, yah pastilah karena masih hari kerja… karcis masuk lagi sangat murah. Eh kami memang menyewa satu cottage yang pas diatas gunung… dua kamar sih tapi kayaknya cukup untuk semua… karena luas. Cottage dengan pemandangan indah keliling.



Kak Titien datang mengenakan bikini… wah seksi sekali tubuhnya. Pasti cowok-cowok gak bosan-bosan melihat wajah cantik dengan tubuh yang padat dan seksi itu. Sayang kali ini senyumnya lagi disimpan… habis stok kayaknya.



Eh… jarang-jarang lho ia tampil seksi seperti ini didepan umum, biasanya lebih suka yang sederhana dan agak tertutup. Kok sekarang? Ih… tumben, apa permintaan Brian lagi kayak tadi malam? Eh, mereka kan lagi marahan?



-----



Kak Titien masih duduk begong bersandar ke tubuhku, sementara punggungnya aku pijit. Terkadang ia menarik nafas kayak bersedih, mungkin lagi menangis tapi gak mau aku tahu.



“Kak, ada apa sih? Kak Titien harus ngomong sama Naya!” Aku menuntut.



“Nay, jangan dulu sekarang, yah?” Kak Titien mengelak lagi.



“Brian buat apa emangnya? Menyakiti kakak?” Ia mengangguk.



“Kak… sakit sekali emangnya?” Kak Titien mengangguk lagi.



"Seperti tertusuk yah? Apa sakitnya sampe sekarang?" Kak Titien mengangguk lagi mengiyakan. Astaga...



“Kakak gak ngomong emangnya?” Kak Titien menggeleng kepala.



“Astaga… nanti Naya yang damprat cowok itu, sudah bolongin kakak sampe kesakitan gitu, masih cuek aja!” Aku pura-pura marah…



“Eh… siapa yang bolong? Enak aja… kamu kali” Kak Titien menabek kepalaku.



“Oh… hehehe, Naya kira sudah sempat bablas tadi pagi!”



“Ih… maunya!” Kak Titien tersenyum sekilas, tapi kemudian kembali terlihat muram.



"Terus yang sakit itu apa?" Kak Titien menunjuk ke dadanya... pasti lagi sakit hari.



Aku kini memeluk tubuh Kak Titien dan ia hanya merebahkan diri, bersandar di dadaku sambil semprotan air panas dari kiri dan kanan. Persis kayak di Jacuzzi… gadis itu terbuai, aku tahu ia butuh saat-saat seperti ini.



"Kak, apa karena Naya?" Kak Tien menggeleng kepala membuatku lega.



Aku membelai rambutnya, Kak Titien kini menutup mata… Kak Titien diam aja, mungkin masih istirahat. “Kak, tidurlah, nanti Naya sayang…” Aku terus membelai tubuhnya, terutama perut yang rata dan lembut. Kak Titien tidak memberikan reaksi, hanya menarik nafas… kini tanganku merambat naik ke bagian bawah payudaranya… Kak Titien membiarkan tanganku nakal membelai tubuhnya.



Tumben, Kak Titien membiarkan saja aku mengrepe payudaranya… eh malah mendesah… ihhhh gimana sih! Apa belum puas semalam… hehehe. Yah, sekalian aja, aku memang dari dulu demen sama payudaranya Kak Tien. Tuh, kan… toket yang mulus itu terasa semakin kencang, agaknya Kak Tien butuh pelampiasan… aku terus membelainya, malah terkadang tanganku yang nakal menyelip masuk ke balik bikininya sambil menyenggol pentil yang sudah tegak itu. Hehehe… rasain!



Tak terasa sudah sekitar 5 menit lamanya aku bermain-main di toket Kak Titien. Belaianku yang lembut membuat gadis cantik itu melayang… eh, kapan lagi. Apa lagi kak Titien masih terus menutup mata merasakan kehangatan semburan air panas … Astaga, aku baru sadar ternyata Kak Edo melihat kami. Eh, cowok itu sudah mendekat dari tadi.



Kak Edo sudah dekat sekali, ia sengaja duduk di pinggir kolam, memasukkan kakinya ke air. Dari atas ia melihat bagaimana kemulusan toket Kak Titien. Ih… beruntung banget… tadi aku sempat memanggilnya mendekat tapi menyuruhnya tidak bersuara. Hehehe… kapan lagi bisa memamerkan tubuh seksi ini ke cowok itu… bisa-bisa Kak Edo tiga hari tegang terus. Eh… aku hampir gak bisa menahan ketawa.



Kak Edo kini duduk di samping kananku, dengan celana yang sudah menggelembung. Pasti cowok itu sudah terangsang… gak tahan, aku meraba gundukan di celana Kak Edo… ih, keras banget. Hehehe. Aku langsung menarik tanganku lagi.



Kak Titien masih pasrah membiarkan tanganku kelayapan, sambil menutup matanya. Ia cuek aja ketika bikininya mulai diperosotkan kebawah. Kini toket kencang itu sudah bebas dari sarangnya… memamerkan putting yang kecil tapi sudah mengeras. Eh.. aku aja sampe keenakan membelainya… apalagi cowok, yah!



Kak Edo malah sudah membuka celananya, membiarkan kontolnya mengacung sempurna. Ia mengocoknya perlahan-lahan agar tidak bersuara… Wah, beruntung banget cowok itu. Iseng aku menggenggam batangnya… ih keras sekali, lebih keras dari punyanya Shaun dan Brian. Ujung helmnya juga besar… pantas orangnya juga besar kepala. Hehehe...



Tangan kananku yang lagi meremas kontolnya kini dipegang oleh Kak Edo, supaya tetap disitu. Aku memandangnya, dan Kak Edo memicingkan mata kirinya… hehehe, maunya!



Astaga.. kini tangan Kak Edo bergerak membelai toket kanan Titien menggantikan tanganku. Toket itu diremas-remas dan dipelintir nikmat… gerakan Kak Edo seperti mengurut berputar dan berakhir di putingnya. Eh… pentil itu semakin keras setelah dipuntir-puntir dengan jari. Ih… kak Titien makin mendesah keenakan.



Edo makin keenakan… tubuhkan mendekat, dan kini menggunakan dua tangan untuk meremas toket Titien dari belakang dengan bebasnya, kali ini pentilnya digencet kuat… Titien hampir berteriak.. tubuhnya melengkung maju! Astaga…



“Nay… udah dong, kakak gak tahan lagi…!”



“Astaga, Titien? Edo? Ngapain kalian!” Tiba-tiba Brenda dan Brian muncul di tempat itu. Titien dan Edo langsung ketangkap basah… sedangkan aku yang melihat situasi tidak terkontrol lagi langsung cepat-cepat pergi lari bersembunyi.



Titien membuka mata. Ia kaget menyadari bikininya sudah terbuka dan toketnya jadi tontonan masal… dengan cepat ia memakai kembali bikininya. Astaga! Eh… lebih kaget lagi ketika ia menyadari tangan yang membelainya ini bukan tangan ku!



“Edo?! Ihhhhhhh…..” Titien menyerang Edo dan mencubit cowok itu karena gemesnya. Sementara Brenda tertawa-tawa menyaksikan mereka. Titien melirik kedepan dan matanya bertemu dengan mata Brian yang menatapnya tajam… “Astaga? Brian sudah lihat?” Dengan sedih Titien melihat cowoknya berbalik belakang dan pergi sambil menarik Brenda.



“Ih…. Kenapa kamu disini? Mana anak bandel itu! Eh… kenapa kontolmu? Ih….” Saking gemasnya melihat kontol Kak Edo, tangan Kak Titien reflex meremasnya kuat-kuat…



“Tien… tolong ampun deh! Auw… jangan dipatahin dong! Terus bilang apa sama Della?” Kak Edo masih sempat-sempatnya melucu… Kak Titien sampe kaget Edo sebut cewek itu.



“Nay… sini kamu!” Kak Titien terdengar marah sekali.



“Kak! Naya minta maaf, gak sengaja… maksudnya hanya membuat Kak Edo lihat sampe stress karena tegangnya, eh gak tauhnya kakak malah diam aja dibelai-belai gitu…”Aku mendekati mereka sambil tertawa-tawa.



“Kakak harus kasihan dong di Kak Edo, belum pernah nyicip toket terindah di se-jagat. Baru sekarang lho ia dapat toket sekenyal ini... iya kan? Eh di video empat bulan lalu toketnya baru grepe-grepe dari luar doang! Terus Kak Titien kan gak rugi apa-apa, malah nikmat kan. Eh, sempat kentut gak, Kak?” Aku ngomong terus supaya Kak Titien tidak jadi marah… hehehe. Aku sudah hapal banget bagaimana menghadapi gadis manis ini.



“Ahhhhhhh oh…. Ahhhhhh….!” Astaga, Kak Edo keluar?



Cowok itu menyemprotkan pejuh sampe lima kali ke udara. Wah, kok bisanya? Eh… ternyata sedari tadi tangan Kak Titien masih terus ditaruh di kontolnya dan tanpa sadar Kak Titien mengocok kontol itu sampe keluar. Astaga… apa karena sudah biasa mengocok milik Brian, yah?



Kak Titien masih terpaku memandang batang Kak Edo. Rasanya gak percaya ia baru saja mengocoknya sampe orgasme.



“Kak Tien… tambah lihai aja tangannya? Hehehehe!” Aku tertawa kembali mengejek cewek itu.



“Ihhhhh najis!” Kak Tien tiba-tiba melepaskan kontol yang sudah melemas itu yang telah keluar.



“Kak Edo! Sekarang giliran Kak Tien tuh dibuat orgasme!” Aku terus mengejek mereka.



Dengan tiba-tiba Kak Titien berdiri dari kolam dan menangkap tanganku. Aku tak bisa lari. dan setelah itu aku kembali ditarik masuk dalam kolam.



“Eh… apa-apaan ini?” Dengan sekali sentakan Kak Titien melepas bikini atasku sehingga toketku tersaji didepan mata Kak Edo.



“Naya gak boleh bergerak, tadi sudah bikin malu kakak didepan Edo. Sekarang Naya yang harus menerima resikonya! Siapa suruh tadi menjebak aku… sekarang Naya yang rasakan sendiri remasan Edo!” Ihhh Kak Titien memegang tanganku dan menyuruh Kak Edo memainkan payudaraku… Ahhhhh.



Untung banget cowok itu… kami masih duduk-duduk di kolam yang dangkal. kedua tanganku lagi dipegang oleh Kak Titien dari depan, genggamannya kuat sehingga tanganku agak sulit terlepas. Kak Edo duduk dibelakangku dan menjangkau toketku dan meremasnya… ahhhhh nikmat sekali. Pantesan Kak Titien tadi sampe mendesah.



“Ahhhh… jangan gitu dong Kak Edo!” Cowok itu memilin pentilku dan memutar-mutarnya. Ihhhh geli sekali. Nafsuku mulai naik, dan tak ada lagi niat ku untuk memberontak. “Ahhhh… Enak!” Aku mulai mendesah seiring dengan toketku menjadi keras.



Ihhhh… cowok itu nakal sekali. Sekarang malah ia masuk diantara tubuhku dan tubuh Kak Titien dan membelai toketku dari muka. Kini ia dapat melihat langsung ekspresiku ketika payudaraku diremas kuat. Aku sangat terbuai… belaian dan remasan tangan Kak Edo sangat terasa… seperti professional aja! Ihhhh…



Astaga… bibir Kak Edo kini mulai mengulum pentilku… Ahhhhh rasanya geli-geli nikmat. Tubuhku mulai gemetar nikmat… emutan dan hisapannya terus membuat melayang… ahhhh. Tubuhku menegang kuat! Aku berteriak kuat ketika mencapai kenikmatan…. Astaga! Nikmat sekali ternyata petting di alam terbuka.



Kak Edo memelukku, karena tubuhku sudah gak kuat lagi. Kak Titien membiarkan orgasmeku mereda… ihhh, tanganku masih dipegangnya. Apa Kak Titien masih punya rencana lain?



Setelah berkali-kali menarik nafas aku dapat ide. Sebelum aku diserang lagi, aku harus menyerang balik. Eh… kayaknya Kak Titien tidak sadar aku sudah siap… tangannya masih memegangku. Tiba-tiba tanganku berbalik menggenggam tangannya…



“Eh… kok?” Kak Titien kaget ketika tangannya sudah ku tangkap dan pegang erat.



“Kak Titien jangan pura-pura, Kak Titien juga sudah terangsang kan? Edo… kali ini giliran Kak Titien… ayo cepat buka bikininya!” Aku menyuruh Edo balas dendam… hihihih… Kak Titien jadi gelagapan.



“Astaga… Edo, jangan! Eh.. Nay, tolong dong! Udah lihat Kakak lagi diperkosa Naya diam… eh, udah, ampun!” Kak Titien banyak alasan, tapi pasti karena gengsi aja. Gadis itu tidak banyak melawan ketika bikininya di lepas dan tangan serta mulut Kak Edo langsung mendapat jackpot… toket terindah sejagat… hihihi…



Kembali gadis itu disengat dengan belaian dan kuluman nikmat dari Kak Edo… si ganteng bego… cowok itu dengan nafsunya mengisap kuat, memelintir dan mengemut toket yang keras dan kenyal itu. Kak Titien kembali mendesah mendapat serangan ganas.



Hampir lima menit lamanya tangan dan mulut Edo menyerang dengan ganas, pasti cowok itu sudah penasaran banget sama orderdil kak Titien. Aku tahu Edo dari dulu sangat menyukai Kak Titien, malah sejak pacaran dengan Nando. Baru sekarang lagi nafsunya kesampaian….



“Ck ck ck… Edo, kok sampe segitunya?” Aku meledek cowok itu. Kak Titien sudah mendesah kuat… tubuhnya juga mulai menegang, terlonjak-lonjak dipermainkan nafsu. Kali ini ia gak sadar tangannya sudah dilepas… tidak ada lagi perlawanan.



Tubuh Kak Titien semakin terhentak kelojotan… bukan lagi mendesah, tapi kini merintih dan mengerang kuat. Permainan Edo sungguh ganas, pasti gak lama lagi ia sampe. Eh betul juga… tubuhnya makin melengkung dan berkontraksi… Ahhhhhhh Kak Titien nyampe…



“Ahhhhhhh…. Oh… Ahhhhhhh!” Ih gadis perawan ini gak malu-malu menjerit. untuk masih sepi.



Astaga… terdengar sayup-sayup kentut Kak Tien diikuti dengan munculnya dua balon udara dari air bagian belakang tubuhnya… Untung karena di dalam air maka gak terdengar … aku menatap Kak Titien sambil tertawa sama-sama. Edo tidak mengerti.



“Tenang Kak Tien, rahasia aman terjaga! Hehehehe!” Aku meledeknya, dan dibalas dengan sebuah cubitan di toketku. Hush… kami berdua baru menyadari toket kami masih terbuka dan penjaga kolam barusan lewat didekat kami. Ih! Beruntung juga ia, Eh… bisa jadi kontolnya tiga hari gak turun-turun… hehehe!



Wah… untung banget si Edo sore ini, dapat dua pasang toket dari dua gadis perawan yang tercantik di kampus.



-----



Aku menatap Kak Titien yang masih terlentang bersamaku di kolam renang.



“Kak, gimana? Sekarang sudah boleh ngomong, kan? Atau masih butuh tambah lagi? Naya panggilin Edo lagi?” Aku memancing Kak Titien bicara.



Akhirnya Kak Titien bicara juga soal SMS Brenda. Aku jadi kaget dan gak bisa bicara apa-apa. Aku hanya bisa memeluknya erat. Awas kamu Romeo, kalo benar kau buat kakak ku sakit hati… kan ku patahin kontolmu.



“Kak… kalo menurutku malam ini Kak Titien harus bicara dari hati ke hati dengan Brian. Naya masih gak percaya Brian orangnya seperti itu… pasti itu hanya permainan Brenda aja!”



“Nay… malam ini tidur dengan Kakak yah disini?”



“Eh, gak bisa, Kak!” Aku termenung. “Malam ini aku gak tidur disini, Naya sudah janji sama Shaun bawa ia lihat Tarsius malam ini!” Aku meminta pengertiannya.



“Eh, apa gak bisa tunda besok pagi?” Ihhh maksa banget.



“Kak Tien… Tarsius itu binatang Noctural, jadi hanya keluar malam sampe subuh. Kalo siang hari mereka sembunyi!” Aku coba jelaskan lagi.



“Terus Naya tidur di mana?”



“Naya sudah booking satu cottage di Tangkoko, Bitung. Di tempat habitat alaminya Tarsius!”



“Apa gak lebih mudah di bunbin aja?”



“Shaun mau lihat di habitat alaminya… Kakak jangan takut, Naya gak akan apa-apa, karena ada Shaun!”



“Eh justru cowok itu yang bahaya, Nay! Hehehe…” Kak Titien meledekku.



“Besok siang kami langsung ke kos. Nanti cerita lagi yah sama Naya soal Brian, Naya harus tahu!”



“Ok Nay… jangan lupa hati-hati. Perlengkapannya udah bawa semua?”



“Udah kak”



“Senter?”



“Ada!”



“Pisau?”



“Siap”



“Kondom?”



“Lengkap!”



“Hahahahaha…!” Kak Titien tertawa keras.



“Eh…. Kok tanya itu!’ aku baru sadar sudah terjebak. Ih…



“Kakak baru ingat, lima harinya sudah lewat, yah?” Giliran Kak Titien yang meledekku. Aku hanya mengangguk kecil. Ih, malu deh.



Hari sudah makin sore… sedikit lagi sudah gelap. Udara dingin di pesisir danau Tondano makin terasa. Kak Titien memanggil kita untuk siap-siap pergi makan…



-----



POV Titien



Makan malam yang menyenangkan… kali ini di daerah boulevard Tondano, restoran yang bernama Hoho. Restoran baru ini mulai menjadi idola anak muda karena tempatnya yang indah, dan menunya yang lengkap. Aku pesan ikan Cakalang dan Nike… dua menu idolaku, dan ternyata disukai oleh tamu-tamu bule.



Yah.. setelah Naya dan Shaun duluan pamit, kini keadaan menjadi sepi. Edo lagi menyendiri dengan Della, sedangkan Landa dekat-dekat dengan Brian. Cowok itu tahu aku masih menghindarinya, eh malah Brenda yang mendekat.



“Titien… aku mau bicara jujur ke kamu!” Brenda menarikku ke pinggir kolam. Aku mengikutinya sampai agak jauh… pasti yang lain gak bisa mendengar pembicaraan kami.



“Kamu baca SMS ku di hape Bryan?” Aku hanya mengangguk.



“Sudah abaikan saja… itu hanya lelucon. Aku mau mengejek Romeo, tauh kan. Eh, ternyata kamu yang baca.” Kata Brenda.



“Aku gak ngerti, kok itu dibilang lelucon. Itu hal yang besar lho?” Aku berkeras.



Brenda berdiam sejenak, seperti berpikir banyak.



“Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Brian, kecuali teman dari kecil. Aku memang menyukainya, tapi kami hanya berteman!” Brenda coba menjelaskan. Ia kemudian menceritakan bagaimana Brian menjadi teman yang membuat ia memiliki percaya diri, ketika ia diperkosa waktu masih SMA. Brianlah yang membuat ia bisa meninggalkan masa lalu yang sulit. Tapi hubungan mereka hanya sampe disitu.



“Kalo memang begitu kenapa kamu SMS?” Brenda gak mau bilang, jawabannya ngelantur.



“Kamu bilang mau ngomong jujur, tapi ternyata Brenda gak mau bilang masalah sebenarnya?”



“Maaf Tien… aku gak boleh bilang ke kamu!” Brenda hanya bicara seperti itu.



“Aku ada dua pertanyaan lagi buat Brenda, apa itu vow di antara kalian berdua? terus apa yang menyebabkan Brian harus liburan di Manado? Sampe selama ini lagi…”



“Maaf Tien… nanti Brian sendiri yang ngomong, yah! Yang pasti aku tahu baru setelah ketemu kamu Brian bisa jatuh cinta lagi. Ia sangat mengharapkanmu!”



“Kalau ia memang mencintaiku, kenapa menutupi hal itu?” Aku balik bertanya.



“Nanti Titien tanya sendiri yah!” Kata Brenda lagi. Ia menarikku lagi mendekat ke teman-teman yang menunggu.



“Ih… aku pikir Brenda akan memberikan penjelasan… eh ternyata bikin aku tambah bertanya-tanya!” Kataku mengungkapkan kekesalanku.



-----



“Titien kamu masih di dalam kamar?” Itu suara Brenda. Aku membuka pintu… masih pake handuk, belum pake baju.



Eh ternyata Brenda gak sendirian… Brian ikut dibelakangnya. Titien… kita harus bicara malam ini! Aku menjauh… Brian mendekatiku…



Brenda keluar dari kamar sambil menutup pintu… astaga, kuncinya ia ambil dan mengunci pintu dari luar… eh… bodoh sekali, kenapa aku bisa terjebak semudah ini… aku masih pake handuk… eh ternyata Romeo juga masih pake handuk. Udara pegunungan yang dingin membuat kami agak kedinginan.



“Astaga! Brenda!!!! Eh… Brenda!!!” Aku berteriak histeris, mencoba membuka pintu yang dikunci.



“Gak usah dipanggil, Titien. Mereka sudah pergi mandi malam di kolam air panas. Tadi mereka sudah janjian mandi sama-sama!” Kata Brian.



“Astaga aku mau bilang bajuku yang di ranjang diambil Brenda. Aku kedinginan hanya pake handuk! Ihhhh… eh kalian sengaja yah!” Aku kaget… ih… jelek amat, jebak aku sama cowok ini cuma pake handuk. Mana rambutku basah lagi…



Aku kembali teriak histeris… kali ini karena malu banget. Aku dijebak!



“Eh… Titien jangan gitu dong, nanti orang-orang kira aku lagi ngapain kamu disini!”



“Memang kamu menyakitiku! Ihhhh! Kok bisanya aku jatuh dengan gombalmu.” Kali ini aku memegang biola milik cowok itu yang diletakkandi kamar, sambil mengancamnya… “Eh, kalo kamu mendekat ku hancurkan biola ini! Pergi ke situ!”



Brian mengangkat tangannya… ia berjalan menjauh… astaga, handuknya jatuh… kontolnya kelihatan sudah tegang!



“Ih… mesum!” Aku marah sekali. Gak sadar aku membanting biola itu sehingga hancur berkeping-keping.



‘Astaga apa yang sudah ku buat! Biola ini pasti mahal… belum lagi cowok itu sangat mencintai biola ini, hampir kemana-mana dibawa. Astaga aku sudah keterlaluan sama Brian.’



Aku melihat Brian berjongkok, sambil membelai biola kesayangannya. Eh… pake dicium lagi. Ia mengumpulkan serpihan-serpihan kayu bagian-bagian dari biola itu… Brian tidak ngomong apa-apa, tapi matanya keluar air mata. Astaga… What have I done?



Aku menyesal… aku coba menginstrospeksi diri… kenapa sih aku marah? Cowok itu gak buat apa-apa yang salah. Ia hanya dapat SMS dari Brenda… dan aku tahu SMS itu sebenarnya gak benar. Aku bisa merasakannya dari awal…. Kenapa aku gengsi marah-marah?



“Sayang… aku minta maaf, nanti ku ganti dengan pianoku… eh besok kita jalan-jalan cari biola baru… aku yang belikan, yah!”



Oh my goodness! Brian masih terdiam… ia tidak bergerak. Pasti menahan kesedihan yang sangat mendalam. Kenapa aku membanting biola itu? Apa hanya karena kontolnya tegang… eh aku baru ingat kontolnya selalu tegang setiap kali bersama ku. Sama dengan putingku yang selalu tegang tiap kali bersamanya… Ihhhhh… aku malu sekali.



Brian masih terus tertunduk.. tiba-tiba tubuhnya jatuh ke samping. Untung sempat aku tahan…. Brian masih lemah sekali… Aku mengangkat tubuhnya keatas tempat tidur… ih.. berat sekali. Aku harus mengeluarkan seluruh tenaga… kok bisa yah berat segitu. Astaga, gimana kalo nanti ia mengentotku… pasti berat dong. Ah… gampang nanti ku minta WOT aja terus. Hihihihi… kok sampe ke situ pikiranku. Tauh-tauh anak orang lagi pingsan, aku malah mikir yang tidak-tidak.



Setelah membaringkan Brian, aku meraba tubuhnya kembali. Ih, dingin sekali. Telanjang sih… aku juga kedinginan. Aku membuka handuk dan mengikatnya di rambut, kemudian membaringkan tubuhku disampingnya dan menutup tubuh kami dengan selimut. Aku menggoyang-goyang badannya… ih dingin. Aku mendekatkan tubuhku… kali ini memeluknya erat-erat supaya tubuh kami menjadi hangat. Tapi masih kurang…. Kali ini aku naik keatas tubuhnya dan membiarkan tubuh telanjang kami terus berhimpitan.



Tubuh Brian mulai terasa panas… eh, tapi.. apa ini? Kok menekan-nekan memekku… astaga, kontolnya mulai tegang lagi. Pasti orangnya sudah sadar, Ihhhh mesum.



“Titien… aku kedinginan…..!” Suara Brian gemetaran.



“Aku harus buat apa?”



“Kocok kontolku supaya cepat panas…!”



Aku gak sempat berpikir lagi… segera mengocok kontolnya dengan cepat….



“Ahhhh gitu sayang, terus… enak!” Aku tambah bersemangat dan tanganku bergerak lebih cepat.



“Eh… sayang, sempong, dong!”



“Huh sempong?”



“Iya supaya cepat orgasme… aku jadi panas!”



Mulutku langsung menelan kontol besar itu… antara percaya atau tidak aku terus melumat dan mengeluarkan jurus-jurus deepthroath yang sakti yang diajarkan suhu Naya.



“Ahhh.. ahhhh….” Tubuh Brian semakin berespon bergerak. Benar juga, ia makin panas. Brian makin dekat...



“Ahhhhhh!” Astaga… aku kaget, 1, 2, 3…. Uh sampe 6 kali semprotan membanjiri mulutku.



Brian hanya tertawa-tawa… kurang ajar betul sudah bikin aku gelagapan lagi dengan spermanya… eh malah ketawa.



“Brian gak apa-apa?”



“Kalo apa-apa mana bisa aku nyemprot seperti tadi!”



“Eh, tapi tadi kan sempat pingsan!”



“Siapa bilang aku pingsan?” Brian tertawa kecil.



“Eh tubuhmu kedinginan….!”



“Yah ialah… kan memang udara nya lagi dingin.”



“Kamu beneran gak apa-apa?”



Cowok itu hanya mengangguk dan tertawa.



“Terus biolanya?”



“Eh, kan kamu mau beliin baru… terus tambah piano lagi!” Eh, ia nyimak kata-kataku tadi.



“Ih… curang! Jadi kamu suruh kocok aku untuk apa?”



“Yah.. supaya enak dong! Aku rindu semponganmu!”



“Ihhhhh!” Aku mencubitnya… sementara Brian hanya menghindar sambil tertawa-tawa.



“Sayang, kali ini giliranmu yah?”



“Ehhhh… aduh… gak mau… ihhhh!” Aku terus meronta tapi membiarkan aja ciumannya jatuh ke toketku. Brian kembali mempermainkanku… ia sudah tahu semua titik kelemahanku dan hanya dalam waktu 5 menit ia sudah membuatku terkentut-kentut… hehehe…



“Sayang… kentutmu makin kuat aja! Hihihi…”



Aku hanya memeluknya malu masih mendengus dengan penuh kenikmatan. Tak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka kembali. Eh… ada Brenda, Landa, Della dan Edo… ternyata mereka dari tadi mendengar kita dari luar pintu. Ihhhhhh malu sekali!



-----



“Eh… ayo dong cepat… kita semua mandi kolam air panas malam ini…!” Brenda dan teman-teman sudah siap. Aku kembali mengenakan bikini gaulku. Dan kami mengenakan handuk siap lompat ke kolam air hangat… Astaga, kali ini cowoknya hanya dua… dua melawan empat jadinya, hihihi….



Bersambung
 
Terakhir diubah:
thanks dobel Upnya..... :hore:
:beer:

...............

cuma sayang nih, cerita bagus begini sedikit peminat
kalau dulu sebelum diremake, ane skip cerita ini gara2 judul :)

Gak juga kok Suhu, karena saya salah satu penggemar cerita dari Suhu C4th13. Hanya saya jarang komentar saja. 🙏
 
Episode 25 Tondano Tour


Naya


Titien


Edo


Brian

POV Naya



“Kak Tien…, Astaga! Ngapain sih udah pake baju tidur sexy!” Kak Titien sempat kaget waktu aku masuk kamarnya.



“Ssstt! Hush… bentar lagi Brian datang!”



“Wah, Kak Titien beneran udah siap dientot, yah?” Aku penasaran…



“Justru itu Nay, Kakak butuh bantuanmu di sini, supaya Brian gak minta aneh-aneh. Kakak masih belum siap!” Kak Titien masih mengulur waktu lagi. Ih… pasti bikin gemes cowok itu. “Nay, nanti bantu ajarin kakak oral yah? Kita buat si Romeo terkapar sampe gak jadi ngentot!”



Oh, jadi ternyata itu idenya. Padahal sih tadi pagi kelihatannya Kak Titien udah sange.



“Tok tok tok”



Pasti itu Brian! Ah… aku sembunyi dulu. Aku segera masuk ke kamar mandi.



Kak Titien berjalan perlahan menuju pintu. Tubuhnya tampak menerawang dibalik baju transparan terlihat sangat cantik, pasti Brian langsung terpesona memandangnya. Mana mungkin Romeo akan melepaskan tubuh seksi dan sekal itu lolos malam ini. Pasti Titien akan ‘disantapnya’ bulat-bulat. Hehehe… udah gak pake dalaman lagi. Aku ingat awal ketika aku memaksa Kak Titien pake pakaian seperti ini.



Aku mengintipnya dari kamar mandi, Kak Titien membuka pintu. Eh?!? Titien tiba-tiba menutup tubuh telanjangnya dan bersembunyi di belakang pintu. Ternyata tadi Edo yang mengetuk pintu.



“Ihhh, ngapain sih kamu datang ganggu-ganggu lagi sini?” Pasti Kak Titien mengharapkan Brian yang datang tadi.



“Eh… kenapa kamu sudah pake baju gitu, boleh masuk?” Kak Edo masih menggoda cewek itu.



“Gak boleh! Ih… mengganggu aja. Kamu mau apa kemari?” Mereka berbicara dari balik pintu.



“Gini Tien, kami mau main kartu lagi kayak tadi malam, makin rame kan ada Boy dan Brenda. Shaun juga sama Landa dan Della. Kamu mau ikut? ajak Romeo juga, eh gak usah ganti baju… pake gitu aja!” Edo mengajak main kartu, pasti pake minum-minum kayak tadi malam lagi.



“Eh… Brian sih, ini baju yang dibelinya tadi… Maaf Edo, aku absen lagi malam ini yah?”



Ternyata Brian bukan hanya beli kaos couple, ada juga lingerie seksi yang disuruhnya Titien pake khusus malam ini… co cwiiittt



“Ok, tapi kalo kamu liat Naya, suruh ke ruang nonton yah?”



“Ok!” Kak Tien asal ngomong aja supaya Edo cepat pergi.



“Eh, satu lagi Tien!” Kata Edo.



“Apa?”



“Cukur jembutmu… udah panjang, tuh!” Edo langsung pergi membuat Kak Titien stress sendiri. Hehehe.



“Kak, berarti Edo sempat lihat, yah?” Kataku keluar dari kamar mandi.



“Ih… mesum!” Kak Titien hanya tersenyum.



“Kak, gak lama. Naya ke kamar dulu, nanti balik!” Aku minta permisi dan langsung keluar.



“Yang cepat, yah!”



-----



“Bruk!” Pintu dibuka tiba-tiba, dan aku masuk aku melihat pemandangan seksi yang membuat nafsu. Gimana gak terangsang, Kak Titien sudah terbaring pasrah dengan pakaian seksi, sementara tubuh Brian yang juga sudah berada diatas tubuhnya. Toket Kak Titien sudah nongol dari lobang leher baju, dan kini masuk dalam mulut Brian yang rakus menghisap dan mempermainkan putingnya, sementara kaki Kak Titien sudah mengangkang menjepit tubuh telanjang cowok itu.



“Ah…” Kak Titien mendesah lagi! “Huhhh Romeo … tunggu … ada … Naya!” Aku langsung mengunci pintu kamar dari dalam dan mendekati mereka.



“Nay, kok lama…? ahhhhh!” Titien menegurku.. kan baru ditinggalin gak lama, eh udah mulai gak bilang-bilang.



Brian tidak mau berhenti, mulut dan lidahnya kembali bekerja sementara tangan kirinya meremas kencang toket Kak Titien. Aku hanya menatap terpana dengan permainan mereka yang semakin seru.



Tangan kanan Brian mulai menyusur kebawah, dan hanya dalam satu gerakan mampu mengangkat bawahan lingerie yang sangat mini keatas. Kini vagina Titien langsung terekspose. Tangan Brian terus membelai memek yang tembem itu. Jari Brian yang besar mencari jalan masuk diantara rambut hitam, dan menggoyang-goyang bagian luar…



Kak Titien mendesah kuat, kini lebih mengarah ke erangan, sementara tubuhnya mulai bergetar. Jari Brian mulai masuk mencari benda kecil pusat kenikmatan di bagian luar memeknya, dan Titien mulai berteriak kecil… ih… bikin orang nafsu aja.



Tak lama kemudian bibir Brian menggantikan tangannya mengelosor menuju memek perawan itu. Mulut itu melumat dan mengisap kuat cairan yang sudah membasahi daerah kenikmatan itu, sementara lidahnya yang panjang masuk membelai dinding memeknya. Gerakan lidah yang nakal itu segera disambut dengan kontraksi vagina gadis itu… kini tubuhnya melengkung keatas dan tangannya rambut Brian untuk membenamkan kepalanya sedalam-dalamnya. Titien mendapatkan orgasmenya….



“Ahhhhh…. Aduh… ahhhhh… ohhhhh! Tuuuuutttt!” Orgasme yang sangat dasyhat dan diakhiri oleh kentut khasnya… membuat Brian dan aku tertawa-tawa.



“Astaga, Kak Tien? Kok kentut lagi…? Hehehehe” Aku tertawa. Cewek ini lucu sekali, tiap kali orgasme pasti kentut. Pasti ia gak bisa tahan lagi sensasinya.



Nafas Kak Titien masih mendengus kuat, sementara tubuhnya masih terengah-engah. Kedua tangan Kak Titien kini menutupi wajahnya yang merah karena malu.



“Naya juga mau?” Brian mendekatiku dan memegang tangan ku.



“Eh, gak kok! Aku hanya akan bayar utang, dan malam ini Naya mau tidur dengan Kak Titien!”



“Wah… Naya mau lihat kakakmu dientot?” Brian kembali bertanya ngarap banget.



“Eh… gak eh bukan… eh, maksudnya aku mau cek supaya Brian gak main paksa sama Kak Titien! Brian harus main halus dan buat kakak ku bahagia, kalo bisa buat Kak Titien keluar dulu 2 kali baru nyembur di dalam, yah!” Aku bergaya menasihati Brian …



“Naya!” Kak Titien langsung mendampratku… hehehe. Eh, sudah sadar kayaknya.



“Makanya… jangan lama-lama nikmatnya!” Aku mengejek Kak Tien yang masih pasrah keenakan.



“Ihhhh… nakal!”



Aku gak sadar ternyata kontol besar itu sudah menyenggol tanganku ketika Brian beranjak dari posisinya. Aku memegang kontol itu dan meremasnya dengan gemes… ihhh…. Besar banget!.



Kali ini giliran Brian yang tidur terlentang di tengah-tengah ranjang dengan kontolnya sudah tegang mengancung keatas. Pasti ia sudah sange diapit dua gadis cantik. Kak Titien ikutan bangun dan duduk di ranjang sebelah kanan, sedangkan aku disebelah kiri. Tangan kami segera bergerak mengocok kontolnya dan memompanya dengan penuh semangat.



-----


Della


Landa


Brenda


Shaun


Boy

POV Della



Kami berenam lagi asik dengan game, kayaknya pas 3 pasang… yang cowok ada Edo, Shaun dan Boy, dan yang cewek aku, Landa sama Brenda. Eh, cewek bule ini memang jahil banget, sebelum main udah suruh kami minum wine dan sekarang pake taruhan cewek vs cowok, jadi kalo salah satu dari cewek yang menang, maka cowok-cowok buka baju. Sedangkan kalo cowok yang menang, kita yang buka satu helai pakaian.



Minuman kali ini sangat enak, gak tauh apa mereknya, tapi kayaknya dari luar. Brenda jago milih minuman, sangat ringan dan manis tapi cepat sekali membuat gairah kami naik. Astaga, apa mereka sudah rencanakan seks party?



Brenda dan Landa makin gila aja dan kami sudah dua kali kalah. Aku sekarang sudah buka baju tinggal pake celana jeans sama bra. Landa justru sudah buka bra, karena ia hanya pake daster. Toket kecilnya masih ditutup-tutup dengan tangan. Namun Brenda lebih gila lagi, awalnya hanya pake daster gak pake bra… jadi sekarang ia sudah asik memamerkan tubuh bugilnya pada Boy yang menatapnya tanpa berkedip.



Ih… bahaya ini. Kalo gini terus hanya tinggal tunggu waktu aku juga akan telanjang. Ihhhh …. Aku gak mauh ahh!



Yes! Kali ini aku menang lagi, udah dua kali berturut-turut dan cowok-cowok kini tinggal pake boxer. Satu kali lagi pasti udah bisa melihat punya Edo, kayaknya cukup nonjol kelihatan dari balik CD-nya.



Aku harus menang lagi… untung Edo rada-rada memperlihatkan kartunya, sehingga aku mudah menebak. Dari tadi cowok itu main mata denganku, dan ternyata orangnya perhatian banget. Setelah jalan-jalan kemarin, aku baru sadar Shaun itu sudah milik Naya. Siapa sih gak mau cewek mungil tapi jahil itu dengan kecantikannya yang khas. Kadang aku iri, udah cantik, kaya lagi. Tapi aku gak bisa complain karena Naya orangnya justru baik banget pada kami. Padahal banyak sekali cowok yang ngejar-ngejar dia.



Eh.. balik ke Edo. Cowok ganteng itu ternyata baik lho, gak jaim seperti yang dibilang orang. Beberapa hari terakhir ini justru kelihatan banget ia mau dekat-dekat padaku… dan ia juga jago memuaskan cewek, lho. Lihat aja, Brenda dan Landa mampu ditaklukan padahal baru minggu lalu ia kehilangan perjaka… eh kata Brenda sih! Kayaknya ia mau PDKT ke aku… Aku sih oke aja.



“Yahhhhh! Apes deh, padahal hampir aja!”



Giliran si Boy yang buat remi. Brenda hanya meliuk-liukkan tubuh, karena ia sudah bugil disuruh menari sensual. Landa kehilangan penutup terakhir dari tubuhnya dan aku… yah, harus merelakan toketku dilihat tiga cowok mesum ini. Ih… malu juga sih, tapi begitu melihat tatapan Edo yang berbinar-binar, ada kebanggaan sedikit tersirat di dadaku.



“Astaga!” Boy udah gak tahan. Pasti cowok ini kebanyakan minum. Tubuh seksi Brenda yang sedang menari-nari langsung dipeluknya. Cewek itu hanya tertawa-tawa genit… ih. Shaun juga gak mau kalah, langsung menarik Landa masuk ke pelukannya dan menyerang toket kecilnya dengan bibirnya.



Aku masih terkesiap melihat apa yang terjadi. Dua pasangan itu sudah saling membelai dan melumat bagian tubuh tertentu. Aku melirik ke Edo yang kini mendekatiku perlahan-lahan. Jantungku berdegub-degup.



"Della sayang, kamu gak bisa lari lagi. Kamu milik ku malam ini!"



Aku hanya tertunduk tersipu... gak tahu harus gimana. Kan gak mungkin aku yang mulai.



“Sayang, toketmu bagus loh… boleh aku pegang?” Aku gak menjawab, diam aja. Tapi aku sudah malu sekali.



Edo kini duduk disampingku dan menatapku. Wajahnya sudah dekat sekali… aku mulai merasakan dorongan nafsu, tatapanku bergairah mengundang Edo untuk segera bergerak.



Edo masih menatapku tajam, padahal tanganku sudah turun tidak lagi menghalangi pandangannya terhadap toketku yang sudah keras. Edo justru membelai rambutku dan memegang dagu… wajahnya semakin dekat… aku menutup mata mengantisipasi ciuman yang darinya.



“Ahh hmmmmmm hmmmm!” Bibir Edo kini melumat bibirku dan membawaku ke alam kahyangan. Astaga! Kok aku jadi melayang dengan perlakuannya yang lembut.



Kami pun terus berpagutan, sementara tangan Edo mulai merayap turun dan membelai toket kebanggaanku yang sudah tegang menunggu. Aku terus terpesona menikmati jamahan yang lembut berputar-putar mencari titik rangsang di putingku. Ciuman Edo kini mulai menggelosor turun, sempat mengelitik kecil di leher ku dan kini terus kearah dada.



“Ahhhhh!” Aku kembali terpekik ketika bibir Edo mengulum puting yang belum keluar sempurna. Ia mengisap dan menggigit kecil menambah rasa geli…



Aku melihat kekiri dan kekanan. Brenda sudah sementara menyempong kontol Boy… astaga kontolnya besar… hanya kurang sedikit dari milik Shaun. Ih… ngeri. Eh tapi aku kan sudah pernah merasakan milik Shaun tuh!



“Ahhhhhhhh ohhhh Ahhhhhh” Landa berteriak kuat… Wah, cepat sekali cewek imut itu mendapatkan orgasmenya. Gadis itu membenamkan kepala Shaun dalam-dalam ingin merasakan jilatan cowok itu masuk kedalam memeknya. Ih… bikin ngiler aja.



Aku kini semakin terangsang, mulutku mulai berdesis… ihhhh. Edo membuka mulut besar-besar mencoba memasukan gumpalan besar toketku. Ih… tambah gemetaran jadinya. Kini ia melepaskan toketku dan tangannya mulai turun kebawah. Edo membuka CD ku, sedangkan aku sudah pasrah… ayo Edo. Aku mau kontolmu. Tanganku turun membuka CD Edo yang sudah menggumpal karena tekanan dari dalam.



“Toing!” Kontol Edo kini terbebas. Wah… keras sekali… kontol nya mungkin yang paling kecil di tempat ini, masih kalah bila dibandingkan dengan milik Boy, apalagi Shaun… tapi kepalanya yang besar, ditambah keras sekali seperti kayu. Ketika aku menggenggamnya terasa denyutan nadi seperti berdenyut. Oh… ayo dong Edo, aku mau kontolmu.



Aku meminta Edo duduk di sofa dan tubuhku segera naik keatasnya dalam posisi jongkonk. Kontol yang sudah keras ini aku pegang dan kuarahkan ke liang nikmatku yang sudah basah kuyup. Setelah posisinya kurasa pas, aku mulai menurunkan tubuhku dan merasakan kepala kontol itu membelah masuk…



“Ahhhhh!” Aku merasa sangat nikmat. Agak ngilu sedikit sih, tapi karena cairan memekku yang sudah meluber mempermudah batang itu masuk. Kontol Edo yang keras terus membelah liangku sampai mentok ke mulut rahim. Aku mendiamkan sejenak… terasa kontolnya hangat dan berdenyut. Rasanya sangat pas… malah agak penuh. Ahhh kalo aku tahu kontol Edo senikmat ini sudah dari dulu aku kasih… Eh apa lagi sejak pertemuan pertama ia sudah memperhatikanku. Nyesal deh aku gak gubris sebelumnya, justru kejar-kejaran dengan Landa mencari perhatian Shaun dan Brian.



Kini aku mengambil inisyatif. Tubuhku mulai naik turun… mendaki tangga kenikmatan… semakin lama semakin cepat, aku merasakan kontol Edo semakin nikmat aja, tetap keras seperti semula mengesek dinding-dinding kenikmatan. Aku mulai mendesah… tubuhku mulai gemetar nikmat.



Edo menatapku mesra, sedangkan aku balas menatapnya tajam seakan mencari tahu apa maunya. Tatapan Edo membuat aku tambah nafsu untuk memuaskan cowok itu.



“Della sayang, …. mau gak …. Ah.. jadi ….. ah… pacar ku!” Edo nembak langsung. Ia hampir gak mampu berkata-kata karena lagi pompaanku.



Ah… aku gak kuat lagi. Aku gak lama lagi keluar… tapi aku sudah cape, sudah lebih 10 menit aku memompa terus… cowok ini masih aja duduk santai terima bersih. Ih….



“Eh… mau sih…. Asal….. ahhhh” Aku terus memompa mengejar orgasme ku.



“Kamu dong… yang pompa… ah, aku… cape!” Edo menatapku lucu. Ih, udah tauh orang sudah kecapean…



Edo memelukku dan tiba-tiba berdiri mengangkat tubuhku. Kini aku harus memeluknya kuat karena tumpuanku hanyalah pada kontolnya dan pada jepitan selangkanganku. Posisi ini membuat kontolnya kini semakin merangsak sampai titik paling dalam, dan Edo mulai memompa…goyangannya kuat dengan gerakan yang menyentak membuat aku menumpahkan semua gairahku dalam orgasme yang sangat dashyat.



“Ahhhh… Edo… aku cinta kamu!” Aku menjerit kuat sementara tubuhku terlonjak-lonjak nikmat. Tanganku semakin erat memeluk tubuh telanjangnya dan merasakan cairan kontolnya menyemprot kedalam rahimku.



Ahhhhh…. Aku merasa sangat puas… ini adalah puncak kenikmatan. Tubuh kita terasa menyatu bergetar nikmat… aku hanya bisa pasrah memeluk kekasihku yang baru.



Edo masih terus mengangkatku… ia membawa aku ke kamar untuk melanjutkan permainan cinta. Kali ini aku tidak perduli dengan Landa yang lagi teriak-teriak nikmat, atau Brenda yang lagi nungging dan dihajar kontol Boy yang keras. Aku puas dengan batang milikku…



Uh… baru kali ini aku merasakah di tembak cowok pake dua cara sekaligus, ditembak dengan kata-kata dan dengan pejuhnya sekalian. Mana bisa aku tolak?



-----



POV Brian



Astaga… aku hampir gak tahan lagi. Kuluman Titien sangat enak…, juga di tambah dengan kuluman Naya yang menjadikan kontol kebanggaanku sebagai alat peraga kepada Titien. Gadis itu cepat belajar dan terpaksa aku yang menerima akibatnya….



“Ahhhhhh….” Aku sudah letup-letup, sudah dekat sekali mo orgasme, tetapi tiba-tiba Titien meramas kontolku tepat di bawa helm dan merasakan denyutan nadi. Ih… bikin stress aja, terpaksa tertunda dong kenikmatannya.



“Sayang, kok gitu?” Aku protes.



“Eh… Brian dengar dulu. Aku gak jadi kasih perawanku hari ini, ternyata Brian menipu aku kemarin malam.” Kata Titien tegas.



“Huh???”



“Aku baru tahu ternyata Brian menyuruh Brenda matikan lampu pas guntur dan hujan supaya aku ketakutan. Brian sudah main curang, pake cerita-cerita horror lagi. Jadi dealnya otomatis batal… Sebagai gantinya, kami berdua akan buat Brian puas malam ini tapi tidak boleh tuntut-tuntut perawan ku. Ada yang masih harus ku atur sebelum aku kasih…. Ok?” Astaga…. ternyata Titien sudah tahu. Apes deh… Aku justru tertawa…



“Sayang, kok pelit amat sih sama cowok sendiri!” Aku masih membujuknya.



“Eits… gimana, mau dipuasin malam ini?” Titien membuat ku tak berkutik apalagi kontolku masih digenggam kencang.



“Ok lah kalo begitu, aku gak akan tuntut perawanmu sekarang tapi dengan satu syarat!” Aku balas minta.



“Malam ini kalian berdua tidur telanjang denganku, dan aku bebas minta apa aja malam ini sampe pagi!” Aku masih penasaran dengan tubuh dan jembut Naya yang tipis. Yang lalu gak sempat liat baik-baik, sih. Coba kalo waktu itu aku tahu memek yang aku oral waktu lalu milik Naya, pasti sudah kubuka penutup mataku.



“Eh… tapi, kok aku yang kena!” Naya protes tapi ia kayaknya gak masalah. Cewek imut itu sudah terangsang lihat permainanku dengan Titien tadi.



“Boleh asalkan gak mengganggu keperawanan aku dan Naya!” Kata Titien tegas.



“Ok, setuju!” Paling tidak ada hiburan melihat gadis imut itu telanjang bulat. Dan aku akan buat mereka orgasme terus satu malam…



-----



Begitu Titien keluar dari kamar mandi, ia terkejut melihat daster Naya sudah terbuka dan menyisakan secarik CD tipis sebagai penutup tubuh terakhir. Hehehe… aku sudah tahu gadis mungil ini nafsuan banget, dan pasti bentar lagi CDnya akan terlepas.



“Ahhhh… ahhhh… Romeo!” Desahan Naya yang cukup keras menambah semangatku untuk mengulum dan membelai toket kecil yang sudah keras sekali. Tubuh gadis ini sangat seksi dengan seks appeal yang tinggi. Eh, satu lagi. Orangnya nafsuan banget seperti yang ku lihat sebelumnya. Dan sebagaimana gadis itu dengan mudah orgasme di tangan Shaun, demikian juga kini ia terkapar pasrah di tanganku…



“Ahhhhhhh” Naya nyampe juga dengan teriakan. Kombinasi hisapan di toket dan belaian tanganku di memeknya cukup sukses membuat gadis itu mencapai puncak. Kedutannya cukup mencengkram sedangkan tubuhnya masih gemetaran. Naya terengah-engah kenikmatan.



“Gimana Nay, enak?” Titien menggoda gadis itu.



Naya masih belum bisa jawab. Nafasnya masih mendengus kuat…



“Kayaknya ada yang kurang, deh! Apa, yah?” Aku coba-coba ingat.



Titien mendekat penasaran apa yang kurang, Naya juga menatapku bingung.



“Aha… aku ingat sekarang, benar ada yang kurang tadi!” Aku masih mempermainkan mereka.



“Apa itu, sayang?” Tanya Titien



“Hehehehe… tadi itu gak ada kentutnya! Hehehehe…!” Aku melirik ke Titien yang lagi mercak-mercak, galak amat. Tangannya segera mencubit perutku dan yang satu lagi meremas kontolku lagi.



“Dengar baik-baik sayang, sekali lagi kamu mengejek ku soal kentut, akan kupatahkan kontolmu!” Ih ngeri banget.



“Titien babe, kalo kontolku patah, kamu lho yang rugi!” Aku meledeknya lagi.



“Hehehehehe…” Titien hanya tertawa, ia kini memelukku erat. Sedangkan Naya kelihatan banget menderita kehabisan nafas karena menahan tawa dari tadi.



“Eits…. Naya… belum lolos. Sekarang giliran memekmu yang akan ku mainkan!” Aku segera bangkit, dan sebelum gadis mungil itu sadar, CD-nya sudah dipelorotkan sampai ke mata kaki.



“Ihhhh…” Naya mencoba menutup selangkangannya, pasti malu sama Titien.



“Eh, Romeo, jangan gitu…!” Titien mencegahku.



“Eits… tidak boleh melawan. Titien dan Naya malam ini berada di bawah kekuasaanku! Sama sekali gak boleh melawan…!” Ternyata enak juga yah deal malam ini.



“Bukan gitu sayang, tapi Naya kan lagi haid, cukup toketnya aja!” Titien kayaknya gak rela tubuh temannya kucicipi.



“Gak apa-apa Tien… dari tadi pagi udah berhenti kok!” Naya kayaknya mau tuh…. Hehehehe…



Titien masih terlihat cemberut. Terpaksa aku membujuknya dengan menaruh satu tangan di toketnya... keduanya serentak mendesah... ahh merdu sekali.



Gadis mungil itu kemudian membuka selangkangannya membiarkan mulutku menjelajah penuh bukit kecil yang dihiasi jembut yang tipis itu. Tenang Nay…. Malam ini pasti puas-puasin deh dengan dua memek perawan dan empat toket padat. ‘This will be a long night ladies!’



-----



POV Vicka



“Kak Vicka! Tuh lihat sini… mereka lagi ngapain?” Chika menarik-narik tangan ku. Padahal aku masih enak tiduran sambil buka fb.



“Ih bawel ada apa sih, sampe rame-rame gitu?” Anak ini memang aneh-aneh. Pasti ada aja yang membuat ia tertarik, ada apa sih sudah malam gini masih ribut di luar.



“Ahhhh…astaga!” Aku sampe kehilangan kata-kata melihat apa yang terjadi di ruang nonton. Posisi kamarku di lantai 3 membuat kami bisa melihat jelas apa yang terjadi.



Brenda sementara nungging dan dientot kasar dengan kontol Boy yang sangat besar, terus keluar-masuk dengan jelas membelah memek Brenda. Cewek itu sampe teriak-teriak keasyikan disela-sela irama pompaan yang sangat cepat… Ah… Brenda meledak dalam kenikmatan, sementara Boy masih terus membombardir memeknya, sehingga tubuh seksi itu harus meliuk-liuk kenikmatan.



Sementara itu Landa sementara tidur dengan selangkangan yang terbuka lebar. Pantatnya ditaruh diatas pegangan sofa lebih tinggi dari tubuh dan kepalanya yang pasrah terlentang di atas sofa. Sementara itu kontol Shaun yang lebih besar lagi keluar masuk dengan tempo moderato… tubuh gadis itu terus mengejang... agaknya sudah sempat beberapa kali orgasme dan pasrah menerima kontol besar. Memeknya jelas terlihat membuka lebar supaya mampu mengakomodasi kontol yang besar dan panjang… ih… nikmat sekali.



Sementara itu Edo sementara mengangkat Della dan ngentot dalam posisi berdiri. Gadis manis sampai terhenyak bergetar menerima hujaman kontol Edo dari bawah. Mereka agaknya mencapai orgasme bersamaan… dan terus diangkat masuk ke dalam kamar. Astaga… Della juga...?



Berbeda dengan adik sepupunya, Della adalah gadis baik-baik dan dikenal sopan dan pemalu. Ia pacaran dengan cowok imut yang bernama Adi, dan setahu saya mereka itu pacarannya gak pake mesum-mesum kayak gini. Kok bisa-bisanya ia terlibat.



Tapi untunglah Edo segera memasukkan Della di kamar… Soalnya sekarang justru Shaun dan Boy kini saling bertukar pasangan. Kali ini Boy mulai meraba-raba tubuh Landa yang masih sintal, sedangkan Shaun sudah asik FK dengan Brenda. Ih…. Ngeri!



“Eh… Chika, kamu belom boleh nonton gini! Yuk masuk kamar…!” Aku menarik adikku yang juga ternyata asyik nonton. Entah apa yang dipikirkannya.



Sesaat sebelum aku menutup pintu kamar, aku sempat kaget… Mega, gadis manis penghuni kamar no 312 juga lagi asik melihat pesta seks dibawah… dan ia juga bawa teman cewek. Kayaknya itu Cindy, temannya yang biasa datang berkunjung. Eh… kapan ia datang, kirain sudah pulang liburan? Astaga… kong diam-diam menikmati… astaga! bisa-bisa…. Bahaya ini!



-----



POV Titien



“Ih…. Pagi-pagi sudah mesum!” Aku teriak kaget. Aku terbangun dan langsung menyadari tangan Brian ada di toketku… kayaknya ia terus membelai toketku sepanjang malam.



Aku lupa tadi malam berapa kali orgasme, yang pasti banyak… tak puas-puas Brian mempermainkan aku dan Naya, bahkan ketika kami sudah tidur tetap digeranyangi serta disedot. Ihhhh…



Eh… tapi mendingan lho, padahal aku sempat berpikir tadi malam akan melepaskan keperawananku. Untung aja Brian gak nuntut sampe situ… eh mungkin karena Naya kali, hehehe. Tapi cowok itu kayak raja-raja loh, tidur diantara dua gadis cantik yang telanjang… serta berkali-kali kontolnya dikocok dan diemut.



Eh… akhirnya Brian takluk juga lho sama emutanku tadi malam. Gak salah bawa guru sempongnya ikutan tidur disini. Eh, guru sempongnya juga keciplat enaknya. Naya sampe 7 ato 8 kali lho, malah berapa kali sempat squirt lagi. Cuma masih belum kentut aja… hehehe.



“Ih bangun mesum!” Aku membangunkan Brian dan Naya.



Ternyata tangan Naya masih menggenggam kontolnya yang kini sudah bangun lagi. Ih… kayak gak pernah puas. Dan jari telunjuk kiri cowok itu juga ditempatkan di memek Naya… sempat masuk lagi satu ruasnya. Ih…



Sebenarnya aku merasa cemburu cowokku main dengan Naya. Tapi aku tahu Naya kemari karena bujukanku, jadi aku harus ngerti bahwa ia juga gadis yang mau dipuaskan. Ih… gimana lagi. Aku terlanjur sayang sama mahluk kecil yang jahil itu.



Eh, apa itu? Terdengar suara gemetaran. Ternyata HP si Romeo hanya ditaruh di meja rias. Aku mengambilnya untuk melihat siapa yang telpon. Eh, ternyata si Brenda miss call. Sayang aku terlambat… tapi pasti kan ia SMS kalo ada apa.



Ternyata semalam Brenda kirim beberapa SMS ke Brian. Penasaran sih! Apa aku buka aja, yah?



SMS 1 – jam 8.00.

Romeo, there is something I want to talk between us. Its about the things we talked about yesterday, some people may found out about us. I’ll find a way to talk to you in private. No body should know this, especially Titien.



SMS 2 – jam 8.15

Romeo… you are not replying. Get over with Titien.. I give up. You win! Now lets talk about the real business tomorrow. I insist, otherwise, I’ll tell everything about you, and Titien knows the real reason why you are here.



SMS 3 – jam 8.16

I talked to Titien, and she knew about your trick to shut the power. Sorry I did not realize it was your plan to get her pussy. You know mine is always available to you… just like the old times!



SMS 4 – jam 10.12

Are you with Titien again? Romeo, join us this time! We gonna have sex party tonight, and I prepare something special for you. I’ll find a way so no one know about us. Remember our vow! This holiday is supposed to be our honeymoon…



SMS 5 – jam 10.13

Romeo, did you finally got her virginity? Ok… you win the bet! Get over it… now its time for our party.



Aku sampai terhenyak membaca SMS tersebut. ASTAGA!!!



Aku langsung menyadari suatu kenyataan, jadi selama ini ternyata ada hubungan khusus antara Brian dan Brenda. Terus cowok itu pura-pura romantis untuk mendapatkan keperawananku karena sudah taruhan!?! Jadi selama ini aku telah tertipu. OMG!?! Romeo??? Aku gak bisa bernafas.



Jadi selama ini kau sama Brenda? Aku telah tertipu… aku bego sekali… Ahhhhhh! Tak sadar HP Brian jatuh! Rasanya mau pingsan.



‘Titien kamu harus kuat! Kamu harus buktikan kepada Brian kamu bukan cewek yang tak bisa hidup tanpa dia. Buktikan kalo kamu orangnya tegar dan tidak mudah dipermainkan cowok! Bukankah itu yang kau lakukan selama ini ketika Nando meninggalkanmu.



Setelah mengambil gambar SMS tersebut dengan HPku, aku masuk kamar mandi dan terduduk lama merenungkan kebodohanku. Mengapa aku terlalu percaya kepada cowok… apalagi sudah jelas-jelas ia cowok bule. Ternyata dari gaya yang alim dan romantis, siapa sangka Brian jago mempermainkan hati wanita…



Aku makin terpuruk di kamar mandi… aku malah sampai menyeret adik Nando dalam permainan cinta. Ih... kejamnya.



“I hate you, Romeo!”



-----



Walaupun kini aku membenci Brian tapi aku harus tetap bersikap professional… eh, yang tadi gak dihitung. Aku usir cowok itu dari kamarku dan teriak-teriak. Teman-teman pada berlarian ke kamar, eh…Brian sendiri pura-pura gak tauh apa-apa! Dasar buaya.



Eh, aku baru sadar ketika mereka sudah datang, ternyata Naya masih telanjang di tempat tidur, Brian juga. Pasti melihat dua orang ini telanjang orang-orang pada bertanya-tanya…. Tapi kali ini aku marah-marah… Naya sampe kebingungan. Kasihan banget kamu Nay! Ia cepat-cepat tutup tubuhnya dengan selimut dari jelatan mata Edo dan Boy yang beruntung.



Aku kembali mengatur program tour hari ini, walaupun kini tanpa gairah lagi. Hari ini kita akan tour keliling danau Tondano dengan sepeda, startnya di pusat kota Tondano, dan finish di Rumah makan Kawanua, desa Urunggo. Kali ini Naya dan aku yang tinggal di mobil dan digantikan dengan Landa dan Della. Kami berada di belakang mengiringi kayuhan tiga pasangan yang sepeda. Untung Boy tidak ikut, harus pulang dulu. Katanya nanti besok-besok join lagi.



Sepanjang jalan Naya bertanya-tanya apa yang terjadi, tapi aku tetap tutup mulut. Yang pasti aku sudah bilang, ini gak ada hubungannya sama sekali dengan Naya. Aku masih tetap sayang Naya seperti semua, dan menganggap Naya adikku. Tapi aku masih malu untuk bicarakan.



Mungkin karena aku gak ada, mereka juga kelihatan kurang semangat. Padahal pemandangan sawah di kiri dan kanan sangat indah… Della kayaknya mesra-mesraan dengan Edo, dari tadi terlihat asik selfie berdua.. jangan-jangan….



Setelah melewati beberapa desa, kali ini danau Tondano tepat berada di pinggir jalan. Kali ini Della yang memberi penjelasaan apa yang dimaksudkan dengan jaring-jaring yang dilihat di permukaan danau, tempat warga memelihara ikan mujair. Cuaca mendukung karena gak panas.



Akhirnya setelah hampir 3 jam mengayuh sepeda, kita tiba di Rumah Pohon Uronggo tempat kita berhenti. Kami semua mencari tempat parkir dan ikut mendaki naik diatas bukit yang dipenuhi dengan beraneka ragam rumah pohon. Banyak yang berfoto mesra, termasuk Naya dan Shaun. Brenda cuek aja berfoto sendiri, karena Boy lagi absen. Eh, cewek itu malah dekat-dekat sama Brian. Memang terbukti kan?



Setelah menikmati atraksi alam di rumah pohon yang indah itu, kami meneruskan perjalanan singkat ke rumah makan Kawanua. Rumah makan yang berada di atas danau itu memiliki pemandangan yang indah dan jaring ikan dengan ukuran raksasa. Banyak yang mengikuti caraku memberi makan ikan. Ih… jadi teringat Naya dan Shaun.



Setelah ku baca ulang-ulang, tampaknya sms itu agak janggal. Tapi sekarang bukan itu lagi yang membuat aku stress, tapi kenyataan bahwa Brian menyembunyikan sesuatu dari ku. Ia gak mau ngomong apa yang sebenarnya terjadi… ia gak jujur padaku.



Aku melirik ke arah Romeo. Eh, ternyata ia juga dari tadi masih menatapku. Maaf sayang, kamu sih gak terbuka… Tak lama kemudian ia kelihatan membaca pesan di hape, dan segera menuju tempat parkir.



Aku coba mengikutnya secara sembunyi-sembunyi. Siapa tahu aku bisa melihat rahasia yang ia sembunyikan. Aku kaget ternyata Brenda sudah menunggu di tempat parkir. Dan mereka berdua segera masuk ke mobil van dengan kaca gelap yang diparkir di depan restoran.



Astaga…apa yang mereka lakukan? Terus itu mobil siapa? Romeo, ternyata kamu selama ini gak jujur padaku. Aku kecewa…



-----



POV Brenda



“Romeo… Aku sudah minta J untuk memblokir video itu di youtube. Tapi aku gak tahu sudah berapa orang yang nonton dan download. Tadi malam aja sudah hampir 100 orang yang comment kalo pengamen di megamas itu sebenarnya composer top Ryno Marcello aka Romeo. Mereka sudah tahu kita di Manado, dan saya yakin semua hotel dan penginapan bahkan restoran sudah ditag. Satu-satunya alasan mengapa mereka belum menemukan kita karena kejelian Titien memilih tempat-tempat wisata kan karena kita tinggal di kos. Tapi sekali menemukan kita… I don’t know what will happen! Itulah maka aku kirim SMS itu, dan sengaja supaya Titien membacanya. Kita harus buat supaya ia melupakanmu, itu yang terbaik baginya” cowok itu gak ngerti apa-apa.



“Ternyata itu maksudmu membuat Titien marah-marah!” kata Brian dengan nada tinggi. Aku tahu ia pasti kesal, tapi itu satu-satunya cara. Cowok ini tidak bisa diyakinkan kalo keadaan sudah tambah gawat, dan kita harus segera meninggalkan kota ini.



Aku kembali menjelaskan situasinya… tapi ia sangat keras kepala. Untunglah J. mau mengerti, dan menyediakan keperluan sebagaimana yang telah kupesan sebelumnya.



Do you know that this means war?” Aku sudah bisa menebak apa yang terjadi. Romeo masih kukuh dalam pendiriannya gak mau meninggalkan Titien.



“Nerd-ho! Kamu harus jelaskan sebenarnya kepada Titien! Ia gak mau ngomong dengan aku… aku gak bisa tinggalkan ia seperti itu!” Brian memaksa…



“Maaf Romeo, aku gak mau ikut campur. Mungkin ini kesempatan kamu bisa melihat apakah cinta kalian bisa bertahan atau tidak. Aku pikir kamu dan Titien itu hanya cinlok dan gak ada masa depan.” Aku menantangnya.



I don’t think so! Sudah bertahun aku mati terhadap wanita… tidak yakin lagi bisa menemukan cinta. Dan baru kali ini aku mendapatkannya… I’m gonna fight for love!” Romeo masih keras kepala.



“And you want to sacrifice your friends’ and even endanger the innocents because of this love? Think about her safety!” Aku mendesak. Brian hanya diam.



“That’s it! I cannot take it any longer. I’ll tell Titien now you you really are, the famous Ryno Carmello, the greatest young prodigy in classical music!” Aku segera keluar dari mobil dan dikejar Brian yang menarik tanganku.



Brian menatapku dan memelas. “Brenda, kamu adalah temanku dari dulu, jauh sebelum kamu direkrut. Please… If I lose her, I’ll lose everything, including my ability to compose song! I’m sorry things are not running well as planned. Please give me 4 more days, hanya sampe akhir minggu… setelah itu aku akan mengikuti semua permintaanmu.”



OMG! Aku terpana… ternyata Titien melihat kami dari restoran. Pasti ia pikir macam-macam ketika Brian memegang tanganku sambil bermohon. Eh…. Titien malah lari menjauh!



“Titien!” Brian memanggilnya tapi ia terus pergi tanpa memandang ke belakang.



-----



“Romeo, aku dapat kabar bagus. Aku bicara dengan J, dan ia juga setuju kalo kita hadapi Mr Logan dan antek-anteknya di sini. Mending tembak mati aja di Indo, kalo di Amerika mereka banyak jaringannya. Apalagi mereka mengkonfirmasi bahwa Mr. Logan sendiri dengan Lefty John sudah terbang ke Jakarta. Untung mereka gak tahu kalo kita sudah siap menyambut."



"Mulai sekarang kita harus hati-hati… kalo boleh Loe sama Shaun harus pake penutup kepala dan rompi kalo keluar. Aku juga sudah minta ke Naya menghindari tempat wisata yang rame… dan sudah dikonfirmasi dengan Titien. Terus pasukan penyergap akan ditempatkan di beberapa titik didekat kos. Nanti aku masukkan kordinat safe house untuk kamu dan Shaun, kalau-kalau kita berpisah!”



Aku ngomong langsung tanpa memperdulikan wajah Romeo yang jadi pucat. Mungkin baru sadar betapa besar dampak keinginannya untuk tinggal di Manado.



“Apa Titien dan Naya harus tahu?” Brian bertanya.



“Eh… sebaiknya jangan, nanti mereka ketakutan. Apalagi mereka bukan target dan syukurlah wajah mereka tidak nampak di video youtube.” Aku coba menjelaskan.



“Aku ingin malam ini semuanya clear dengan Titien.” Kata Brian tapi aku butuh bantuanmu lagi… ia membisikku lagi, dan aku tertawa. Ide Brian memang selalu cemerlang.



“Iya… cepat diselesaikan… tuh Edo sudah ambil kesempatan tadi!” Aku meledek Romeo yang kelihatan kesal diingatkan kembali mengenai kejadian tadi. Cowok itu sampe marah sekali melihat ceweknya lagi diremas toketnya… ih pasti itu perbuatan gadis kecil jahil itu.



“Romeo… tunggu, aku sekarang ingin menjelaskan bagaimana menggunakan alat-alat ini!” Aku mengeluarkan beberapa pucuk pistol dan alat peledak. Brian tambah pucat.



-----





POV Naya



Kalo Kak Titien ngambek kayak gini semua jadi stress. Padahal tadi pagi aman-aman aja… Tadi malam malah mereka dua mesra terus, malah Titien merasa bangga bisa membuat si Romeo nyemprot hanya dalam 5 menit dengan jurus oral terbarunya. Hehehe… siapa dulu dong gurunya.



Kayaknya ada yang terjadi tadi malam. Kak Titien sih orangnya gak mau bilang apa-apa. Dan cewek manis itu kalo sudah merajuk, wah parah. Bisa berhari-hari, eh bisa sampai minggu lagi… gengsinya tinggi sekali. Pasti ada sesuatu yang Brian buat yang menyinggung harga dirinya.



‘Apa tadi malam Brian sempat kebablasan, yah? Terus Kak Tien baru sadar tadi pagi sudah berdarah? Apa iya, yah! Eh mungkin saja lho… tadi malam Titien sempat kuda-kudaan diatas paha Brian, sambil menempelkan memeknya di pangkal kontol … apa sempat gak sadar yah! Ih… bikin ingin aja.



Kalo itu sih, seharusnya Titien senang, bukannya marah-marah seperti ini. Tapi ah… gitulah… dua orang itu udah terlalu di mabuk cinta. Jadinya kalo kecewa… parah…



Wah, udah lama aku gak pernah ke sini. Kompleks wisata Sumaru Endo di Remboken, tempat permandian air panas terbesar… ada kolam renang, kolam-kolam kecil semuanya air panas, cocok dengan tempatnya yang sejuk dan indah tepat dipinggir danau Tondano.



Mungkin ini kesempatan aku ngomong dengan Titien… pasti kalo udah dicolek-colek dikit gadis itu akan mau bicara.



“Kak Titien… cepat pake baju mandi, kita berdua mojok disini. Pas lagi sepi!” Aku mengajaknya duduk di kolam anak-anak, mungkin hanya 30 cm dalamnya. Kolam dangkal ini airnya lebih hangat, terus ada beberapa pancuran air panas dari beberapa arah… jadi efeknya seperti di Jacuzzi, agak menjorok kedalam dan lumayan tersembunyi.



Kebetulan hari ini pas lagi sepi, yah pastilah karena masih hari kerja… karcis masuk lagi sangat murah. Eh kami memang menyewa satu cottage yang pas diatas gunung… dua kamar sih tapi kayaknya cukup untuk semua… karena luas. Cottage dengan pemandangan indah keliling.



Kak Titien datang mengenakan bikini… wah seksi sekali tubuhnya. Pasti cowok-cowok gak bosan-bosan melihat wajah cantik dengan tubuh yang padat dan seksi itu. Sayang kali ini senyumnya lagi disimpan… habis stok kayaknya.



Eh… jarang-jarang lho ia tampil seksi seperti ini didepan umum, biasanya lebih suka yang sederhana dan agak tertutup. Kok sekarang? Ih… tumben, apa permintaan Brian lagi kayak tadi malam? Eh, mereka kan lagi marahan?



-----



Kak Titien masih duduk begong bersandar ke tubuhku, sementara punggungnya aku pijit. Terkadang ia menarik nafas kayak bersedih, mungkin lagi menangis tapi gak mau aku tahu.



“Kak, ada apa sih? Kak Titien harus ngomong sama Naya!” Aku menuntut.



“Nay, jangan dulu sekarang, yah?” Kak Titien mengelak lagi.



“Brian buat apa emangnya? Menyakiti kakak?” Ia mengangguk.



“Kak… sakit sekali emangnya?” Kak Titien mengangguk lagi.



"Seperti tertusuk yah? Apa sakitnya sampe sekarang?" Kak Titien mengangguk lagi mengiyakan. Astaga...



“Kakak gak ngomong emangnya?” Kak Titien menggeleng kepala.



“Astaga… nanti Naya yang damprat cowok itu, sudah bolongin kakak sampe kesakitan gitu, masih cuek aja!” Aku pura-pura marah…



“Eh… siapa yang bolong? Enak aja… kamu kali” Kak Titien menabek kepalaku.



“Oh… hehehe, Naya kira sudah sempat bablas tadi pagi!”



“Ih… maunya!” Kak Titien tersenyum sekilas, tapi kemudian kembali terlihat muram.



"Terus yang sakit itu apa?" Kak Titien menunjuk ke dadanya... pasti lagi sakit hari.



Aku kini memeluk tubuh Kak Titien dan ia hanya merebahkan diri, bersandar di dadaku sambil semprotan air panas dari kiri dan kanan. Persis kayak di Jacuzzi… gadis itu terbuai, aku tahu ia butuh saat-saat seperti ini.



"Kak, apa karena Naya?" Kak Tien menggeleng kepala membuatku lega.



Aku membelai rambutnya, Kak Titien kini menutup mata… Kak Titien diam aja, mungkin masih istirahat. “Kak, tidurlah, nanti Naya sayang…” Aku terus membelai tubuhnya, terutama perut yang rata dan lembut. Kak Titien tidak memberikan reaksi, hanya menarik nafas… kini tanganku merambat naik ke bagian bawah payudaranya… Kak Titien membiarkan tanganku nakal membelai tubuhnya.



Tumben, Kak Titien membiarkan saja aku mengrepe payudaranya… eh malah mendesah… ihhhh gimana sih! Apa belum puas semalam… hehehe. Yah, sekalian aja, aku memang dari dulu demen sama payudaranya Kak Tien. Tuh, kan… toket yang mulus itu terasa semakin kencang, agaknya Kak Tien butuh pelampiasan… aku terus membelainya, malah terkadang tanganku yang nakal menyelip masuk ke balik bikininya sambil menyenggol pentil yang sudah tegak itu. Hehehe… rasain!



Tak terasa sudah sekitar 5 menit lamanya aku bermain-main di toket Kak Titien. Belaianku yang lembut membuat gadis cantik itu melayang… eh, kapan lagi. Apa lagi kak Titien masih terus menutup mata merasakan kehangatan semburan air panas … Astaga, aku baru sadar ternyata Kak Edo melihat kami. Eh, cowok itu sudah mendekat dari tadi.



Kak Edo sudah dekat sekali, ia sengaja duduk di pinggir kolam, memasukkan kakinya ke air. Dari atas ia melihat bagaimana kemulusan toket Kak Titien. Ih… beruntung banget… tadi aku sempat memanggilnya mendekat tapi menyuruhnya tidak bersuara. Hehehe… kapan lagi bisa memamerkan tubuh seksi ini ke cowok itu… bisa-bisa Kak Edo tiga hari tegang terus. Eh… aku hampir gak bisa menahan ketawa.



Kak Edo kini duduk di samping kananku, dengan celana yang sudah menggelembung. Pasti cowok itu sudah terangsang… gak tahan, aku meraba gundukan di celana Kak Edo… ih, keras banget. Hehehe. Aku langsung menarik tanganku lagi.



Kak Titien masih pasrah membiarkan tanganku kelayapan, sambil menutup matanya. Ia cuek aja ketika bikininya mulai diperosotkan kebawah. Kini toket kencang itu sudah bebas dari sarangnya… memamerkan putting yang kecil tapi sudah mengeras. Eh.. aku aja sampe keenakan membelainya… apalagi cowok, yah!



Kak Edo malah sudah membuka celananya, membiarkan kontolnya mengacung sempurna. Ia mengocoknya perlahan-lahan agar tidak bersuara… Wah, beruntung banget cowok itu. Iseng aku menggenggam batangnya… ih keras sekali, lebih keras dari punyanya Shaun dan Brian. Ujung helmnya juga besar… pantas orangnya juga besar kepala. Hehehe...



Tangan kananku yang lagi meremas kontolnya kini dipegang oleh Kak Edo, supaya tetap disitu. Aku memandangnya, dan Kak Edo memicingkan mata kirinya… hehehe, maunya!



Astaga.. kini tangan Kak Edo bergerak membelai toket kanan Titien menggantikan tanganku. Toket itu diremas-remas dan dipelintir nikmat… gerakan Kak Edo seperti mengurut berputar dan berakhir di putingnya. Eh… pentil itu semakin keras setelah dipuntir-puntir dengan jari. Ih… kak Titien makin mendesah keenakan.



Edo makin keenakan… tubuhkan mendekat, dan kini menggunakan dua tangan untuk meremas toket Titien dari belakang dengan bebasnya, kali ini pentilnya digencet kuat… Titien hampir berteriak.. tubuhnya melengkung maju! Astaga…



“Nay… udah dong, kakak gak tahan lagi…!”



“Astaga, Titien? Edo? Ngapain kalian!” Tiba-tiba Brenda dan Brian muncul di tempat itu. Titien dan Edo langsung ketangkap basah… sedangkan aku yang melihat situasi tidak terkontrol lagi langsung cepat-cepat pergi lari bersembunyi.



Titien membuka mata. Ia kaget menyadari bikininya sudah terbuka dan toketnya jadi tontonan masal… dengan cepat ia memakai kembali bikininya. Astaga! Eh… lebih kaget lagi ketika ia menyadari tangan yang membelainya ini bukan tangan ku!



“Edo?! Ihhhhhhh…..” Titien menyerang Edo dan mencubit cowok itu karena gemesnya. Sementara Brenda tertawa-tawa menyaksikan mereka. Titien melirik kedepan dan matanya bertemu dengan mata Brian yang menatapnya tajam… “Astaga? Brian sudah lihat?” Dengan sedih Titien melihat cowoknya berbalik belakang dan pergi sambil menarik Brenda.



“Ih…. Kenapa kamu disini? Mana anak bandel itu! Eh… kenapa kontolmu? Ih….” Saking gemasnya melihat kontol Kak Edo, tangan Kak Titien reflex meremasnya kuat-kuat…



“Tien… tolong ampun deh! Auw… jangan dipatahin dong! Terus bilang apa sama Della?” Kak Edo masih sempat-sempatnya melucu… Kak Titien sampe kaget Edo sebut cewek itu.



“Nay… sini kamu!” Kak Titien terdengar marah sekali.



“Kak! Naya minta maaf, gak sengaja… maksudnya hanya membuat Kak Edo lihat sampe stress karena tegangnya, eh gak tauhnya kakak malah diam aja dibelai-belai gitu…”Aku mendekati mereka sambil tertawa-tawa.



“Kakak harus kasihan dong di Kak Edo, belum pernah nyicip toket terindah di se-jagat. Baru sekarang lho ia dapat toket sekenyal ini... iya kan? Eh di video empat bulan lalu toketnya baru grepe-grepe dari luar doang! Terus Kak Titien kan gak rugi apa-apa, malah nikmat kan. Eh, sempat kentut gak, Kak?” Aku ngomong terus supaya Kak Titien tidak jadi marah… hehehe. Aku sudah hapal banget bagaimana menghadapi gadis manis ini.



“Ahhhhhhh oh…. Ahhhhhh….!” Astaga, Kak Edo keluar?



Cowok itu menyemprotkan pejuh sampe lima kali ke udara. Wah, kok bisanya? Eh… ternyata sedari tadi tangan Kak Titien masih terus ditaruh di kontolnya dan tanpa sadar Kak Titien mengocok kontol itu sampe keluar. Astaga… apa karena sudah biasa mengocok milik Brian, yah?



Kak Titien masih terpaku memandang batang Kak Edo. Rasanya gak percaya ia baru saja mengocoknya sampe orgasme.



“Kak Tien… tambah lihai aja tangannya? Hehehehe!” Aku tertawa kembali mengejek cewek itu.



“Ihhhhh najis!” Kak Tien tiba-tiba melepaskan kontol yang sudah melemas itu yang telah keluar.



“Kak Edo! Sekarang giliran Kak Tien tuh dibuat orgasme!” Aku terus mengejek mereka.



Dengan tiba-tiba Kak Titien berdiri dari kolam dan menangkap tanganku. Aku tak bisa lari. dan setelah itu aku kembali ditarik masuk dalam kolam.



“Eh… apa-apaan ini?” Dengan sekali sentakan Kak Titien melepas bikini atasku sehingga toketku tersaji didepan mata Kak Edo.



“Naya gak boleh bergerak, tadi sudah bikin malu kakak didepan Edo. Sekarang Naya yang harus menerima resikonya! Siapa suruh tadi menjebak aku… sekarang Naya yang rasakan sendiri remasan Edo!” Ihhh Kak Titien memegang tanganku dan menyuruh Kak Edo memainkan payudaraku… Ahhhhh.



Untung banget cowok itu… kami masih duduk-duduk di kolam yang dangkal. kedua tanganku lagi dipegang oleh Kak Titien dari depan, genggamannya kuat sehingga tanganku agak sulit terlepas. Kak Edo duduk dibelakangku dan menjangkau toketku dan meremasnya… ahhhhh nikmat sekali. Pantesan Kak Titien tadi sampe mendesah.



“Ahhhh… jangan gitu dong Kak Edo!” Cowok itu memilin pentilku dan memutar-mutarnya. Ihhhh geli sekali. Nafsuku mulai naik, dan tak ada lagi niat ku untuk memberontak. “Ahhhh… Enak!” Aku mulai mendesah seiring dengan toketku menjadi keras.



Ihhhh… cowok itu nakal sekali. Sekarang malah ia masuk diantara tubuhku dan tubuh Kak Titien dan membelai toketku dari muka. Kini ia dapat melihat langsung ekspresiku ketika payudaraku diremas kuat. Aku sangat terbuai… belaian dan remasan tangan Kak Edo sangat terasa… seperti professional aja! Ihhhh…



Astaga… bibir Kak Edo kini mulai mengulum pentilku… Ahhhhh rasanya geli-geli nikmat. Tubuhku mulai gemetar nikmat… emutan dan hisapannya terus membuat melayang… ahhhh. Tubuhku menegang kuat! Aku berteriak kuat ketika mencapai kenikmatan…. Astaga! Nikmat sekali ternyata petting di alam terbuka.



Kak Edo memelukku, karena tubuhku sudah gak kuat lagi. Kak Titien membiarkan orgasmeku mereda… ihhh, tanganku masih dipegangnya. Apa Kak Titien masih punya rencana lain?



Setelah berkali-kali menarik nafas aku dapat ide. Sebelum aku diserang lagi, aku harus menyerang balik. Eh… kayaknya Kak Titien tidak sadar aku sudah siap… tangannya masih memegangku. Tiba-tiba tanganku berbalik menggenggam tangannya…



“Eh… kok?” Kak Titien kaget ketika tangannya sudah ku tangkap dan pegang erat.



“Kak Titien jangan pura-pura, Kak Titien juga sudah terangsang kan? Edo… kali ini giliran Kak Titien… ayo cepat buka bikininya!” Aku menyuruh Edo balas dendam… hihihih… Kak Titien jadi gelagapan.



“Astaga… Edo, jangan! Eh.. Nay, tolong dong! Udah lihat Kakak lagi diperkosa Naya diam… eh, udah, ampun!” Kak Titien banyak alasan, tapi pasti karena gengsi aja. Gadis itu tidak banyak melawan ketika bikininya di lepas dan tangan serta mulut Kak Edo langsung mendapat jackpot… toket terindah sejagat… hihihi…



Kembali gadis itu disengat dengan belaian dan kuluman nikmat dari Kak Edo… si ganteng bego… cowok itu dengan nafsunya mengisap kuat, memelintir dan mengemut toket yang keras dan kenyal itu. Kak Titien kembali mendesah mendapat serangan ganas.



Hampir lima menit lamanya tangan dan mulut Edo menyerang dengan ganas, pasti cowok itu sudah penasaran banget sama orderdil kak Titien. Aku tahu Edo dari dulu sangat menyukai Kak Titien, malah sejak pacaran dengan Nando. Baru sekarang lagi nafsunya kesampaian….



“Ck ck ck… Edo, kok sampe segitunya?” Aku meledek cowok itu. Kak Titien sudah mendesah kuat… tubuhnya juga mulai menegang, terlonjak-lonjak dipermainkan nafsu. Kali ini ia gak sadar tangannya sudah dilepas… tidak ada lagi perlawanan.



Tubuh Kak Titien semakin terhentak kelojotan… bukan lagi mendesah, tapi kini merintih dan mengerang kuat. Permainan Edo sungguh ganas, pasti gak lama lagi ia sampe. Eh betul juga… tubuhnya makin melengkung dan berkontraksi… Ahhhhhhh Kak Titien nyampe…



“Ahhhhhhh…. Oh… Ahhhhhhh!” Ih gadis perawan ini gak malu-malu menjerit. untuk masih sepi.



Astaga… terdengar sayup-sayup kentut Kak Tien diikuti dengan munculnya dua balon udara dari air bagian belakang tubuhnya… Untung karena di dalam air maka gak terdengar … aku menatap Kak Titien sambil tertawa sama-sama. Edo tidak mengerti.



“Tenang Kak Tien, rahasia aman terjaga! Hehehehe!” Aku meledeknya, dan dibalas dengan sebuah cubitan di toketku. Hush… kami berdua baru menyadari toket kami masih terbuka dan penjaga kolam barusan lewat didekat kami. Ih! Beruntung juga ia, Eh… bisa jadi kontolnya tiga hari gak turun-turun… hehehe!



Wah… untung banget si Edo sore ini, dapat dua pasang toket dari dua gadis perawan yang tercantik di kampus.



-----



Aku menatap Kak Titien yang masih terlentang bersamaku di kolam renang.



“Kak, gimana? Sekarang sudah boleh ngomong, kan? Atau masih butuh tambah lagi? Naya panggilin Edo lagi?” Aku memancing Kak Titien bicara.



Akhirnya Kak Titien bicara juga soal SMS Brenda. Aku jadi kaget dan gak bisa bicara apa-apa. Aku hanya bisa memeluknya erat. Awas kamu Romeo, kalo benar kau buat kakak ku sakit hati… kan ku patahin kontolmu.



“Kak… kalo menurutku malam ini Kak Titien harus bicara dari hati ke hati dengan Brian. Naya masih gak percaya Brian orangnya seperti itu… pasti itu hanya permainan Brenda aja!”



“Nay… malam ini tidur dengan Kakak yah disini?”



“Eh, gak bisa, Kak!” Aku termenung. “Malam ini aku gak tidur disini, Naya sudah janji sama Shaun bawa ia lihat Tarsius malam ini!” Aku meminta pengertiannya.



“Eh, apa gak bisa tunda besok pagi?” Ihhh maksa banget.



“Kak Tien… Tarsius itu binatang Noctural, jadi hanya keluar malam sampe subuh. Kalo siang hari mereka sembunyi!” Aku coba jelaskan lagi.



“Terus Naya tidur di mana?”



“Naya sudah booking satu cottage di Tangkoko, Bitung. Di tempat habitat alaminya Tarsius!”



“Apa gak lebih mudah di bunbin aja?”



“Shaun mau lihat di habitat alaminya… Kakak jangan takut, Naya gak akan apa-apa, karena ada Shaun!”



“Eh justru cowok itu yang bahaya, Nay! Hehehe…” Kak Titien meledekku.



“Besok siang kami langsung ke kos. Nanti cerita lagi yah sama Naya soal Brian, Naya harus tahu!”



“Ok Nay… jangan lupa hati-hati. Perlengkapannya udah bawa semua?”



“Udah kak”



“Senter?”



“Ada!”



“Pisau?”



“Siap”



“Kondom?”



“Lengkap!”



“Hahahahaha…!” Kak Titien tertawa keras.



“Eh…. Kok tanya itu!’ aku baru sadar sudah terjebak. Ih…



“Kakak baru ingat, lima harinya sudah lewat, yah?” Giliran Kak Titien yang meledekku. Aku hanya mengangguk kecil. Ih, malu deh.



Hari sudah makin sore… sedikit lagi sudah gelap. Udara dingin di pesisir danau Tondano makin terasa. Kak Titien memanggil kita untuk siap-siap pergi makan…



-----



POV Titien



Makan malam yang menyenangkan… kali ini di daerah boulevard Tondano, restoran yang bernama Hoho. Restoran baru ini mulai menjadi idola anak muda karena tempatnya yang indah, dan menunya yang lengkap. Aku pesan ikan Cakalang dan Nike… dua menu idolaku, dan ternyata disukai oleh tamu-tamu bule.



Yah.. setelah Naya dan Shaun duluan pamit, kini keadaan menjadi sepi. Edo lagi menyendiri dengan Della, sedangkan Landa dekat-dekat dengan Brian. Cowok itu tahu aku masih menghindarinya, eh malah Brenda yang mendekat.



“Titien… aku mau bicara jujur ke kamu!” Brenda menarikku ke pinggir kolam. Aku mengikutinya sampai agak jauh… pasti yang lain gak bisa mendengar pembicaraan kami.



“Kamu baca SMS ku di hape Bryan?” Aku hanya mengangguk.



“Sudah abaikan saja… itu hanya lelucon. Aku mau mengejek Romeo, tauh kan. Eh, ternyata kamu yang baca.” Kata Brenda.



“Aku gak ngerti, kok itu dibilang lelucon. Itu hal yang besar lho?” Aku berkeras.



Brenda berdiam sejenak, seperti berpikir banyak.



“Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Brian, kecuali teman dari kecil. Aku memang menyukainya, tapi kami hanya berteman!” Brenda coba menjelaskan. Ia kemudian menceritakan bagaimana Brian menjadi teman yang membuat ia memiliki percaya diri, ketika ia diperkosa waktu masih SMA. Brianlah yang membuat ia bisa meninggalkan masa lalu yang sulit. Tapi hubungan mereka hanya sampe disitu.



“Kalo memang begitu kenapa kamu SMS?” Brenda gak mau bilang, jawabannya ngelantur.



“Kamu bilang mau ngomong jujur, tapi ternyata Brenda gak mau bilang masalah sebenarnya?”



“Maaf Tien… aku gak boleh bilang ke kamu!” Brenda hanya bicara seperti itu.



“Aku ada dua pertanyaan lagi buat Brenda, apa itu vow di antara kalian berdua? terus apa yang menyebabkan Brian harus liburan di Manado? Sampe selama ini lagi…”



“Maaf Tien… nanti Brian sendiri yang ngomong, yah! Yang pasti aku tahu baru setelah ketemu kamu Brian bisa jatuh cinta lagi. Ia sangat mengharapkanmu!”



“Kalau ia memang mencintaiku, kenapa menutupi hal itu?” Aku balik bertanya.



“Nanti Titien tanya sendiri yah!” Kata Brenda lagi. Ia menarikku lagi mendekat ke teman-teman yang menunggu.



“Ih… aku pikir Brenda akan memberikan penjelasan… eh ternyata bikin aku tambah bertanya-tanya!” Kataku mengungkapkan kekesalanku.



-----



“Titien kamu masih di dalam kamar?” Itu suara Brenda. Aku membuka pintu… masih pake handuk, belum pake baju.



Eh ternyata Brenda gak sendirian… Brian ikut dibelakangnya. Titien… kita harus bicara malam ini! Aku menjauh… Brian mendekatiku…



Brenda keluar dari kamar sambil menutup pintu… astaga, kuncinya ia ambil dan mengunci pintu dari luar… eh… bodoh sekali, kenapa aku bisa terjebak semudah ini… aku masih pake handuk… eh ternyata Romeo juga masih pake handuk. Udara pegunungan yang dingin membuat kami agak kedinginan.



“Astaga! Brenda!!!! Eh… Brenda!!!” Aku berteriak histeris, mencoba membuka pintu yang dikunci.



“Gak usah dipanggil, Titien. Mereka sudah pergi mandi malam di kolam air panas. Tadi mereka sudah janjian mandi sama-sama!” Kata Brian.



“Astaga aku mau bilang bajuku yang di ranjang diambil Brenda. Aku kedinginan hanya pake handuk! Ihhhh… eh kalian sengaja yah!” Aku kaget… ih… jelek amat, jebak aku sama cowok ini cuma pake handuk. Mana rambutku basah lagi…



Aku kembali teriak histeris… kali ini karena malu banget. Aku dijebak!



“Eh… Titien jangan gitu dong, nanti orang-orang kira aku lagi ngapain kamu disini!”



“Memang kamu menyakitiku! Ihhhh! Kok bisanya aku jatuh dengan gombalmu.” Kali ini aku memegang biola milik cowok itu yang diletakkandi kamar, sambil mengancamnya… “Eh, kalo kamu mendekat ku hancurkan biola ini! Pergi ke situ!”



Brian mengangkat tangannya… ia berjalan menjauh… astaga, handuknya jatuh… kontolnya kelihatan sudah tegang!



“Ih… mesum!” Aku marah sekali. Gak sadar aku membanting biola itu sehingga hancur berkeping-keping.



‘Astaga apa yang sudah ku buat! Biola ini pasti mahal… belum lagi cowok itu sangat mencintai biola ini, hampir kemana-mana dibawa. Astaga aku sudah keterlaluan sama Brian.’



Aku melihat Brian berjongkok, sambil membelai biola kesayangannya. Eh… pake dicium lagi. Ia mengumpulkan serpihan-serpihan kayu bagian-bagian dari biola itu… Brian tidak ngomong apa-apa, tapi matanya keluar air mata. Astaga… What have I done?



Aku menyesal… aku coba menginstrospeksi diri… kenapa sih aku marah? Cowok itu gak buat apa-apa yang salah. Ia hanya dapat SMS dari Brenda… dan aku tahu SMS itu sebenarnya gak benar. Aku bisa merasakannya dari awal…. Kenapa aku gengsi marah-marah?



“Sayang… aku minta maaf, nanti ku ganti dengan pianoku… eh besok kita jalan-jalan cari biola baru… aku yang belikan, yah!”



Oh my goodness! Brian masih terdiam… ia tidak bergerak. Pasti menahan kesedihan yang sangat mendalam. Kenapa aku membanting biola itu? Apa hanya karena kontolnya tegang… eh aku baru ingat kontolnya selalu tegang setiap kali bersama ku. Sama dengan putingku yang selalu tegang tiap kali bersamanya… Ihhhhh… aku malu sekali.



Brian masih terus tertunduk.. tiba-tiba tubuhnya jatuh ke samping. Untung sempat aku tahan…. Brian masih lemah sekali… Aku mengangkat tubuhnya keatas tempat tidur… ih.. berat sekali. Aku harus mengeluarkan seluruh tenaga… kok bisa yah berat segitu. Astaga, gimana kalo nanti ia mengentotku… pasti berat dong. Ah… gampang nanti ku minta WOT aja terus. Hihihihi… kok sampe ke situ pikiranku. Tauh-tauh anak orang lagi pingsan, aku malah mikir yang tidak-tidak.



Setelah membaringkan Brian, aku meraba tubuhnya kembali. Ih, dingin sekali. Telanjang sih… aku juga kedinginan. Aku membuka handuk dan mengikatnya di rambut, kemudian membaringkan tubuhku disampingnya dan menutup tubuh kami dengan selimut. Aku menggoyang-goyang badannya… ih dingin. Aku mendekatkan tubuhku… kali ini memeluknya erat-erat supaya tubuh kami menjadi hangat. Tapi masih kurang…. Kali ini aku naik keatas tubuhnya dan membiarkan tubuh telanjang kami terus berhimpitan.



Tubuh Brian mulai terasa panas… eh, tapi.. apa ini? Kok menekan-nekan memekku… astaga, kontolnya mulai tegang lagi. Pasti orangnya sudah sadar, Ihhhh mesum.



“Titien… aku kedinginan…..!” Suara Brian gemetaran.



“Aku harus buat apa?”



“Kocok kontolku supaya cepat panas…!”



Aku gak sempat berpikir lagi… segera mengocok kontolnya dengan cepat….



“Ahhhh gitu sayang, terus… enak!” Aku tambah bersemangat dan tanganku bergerak lebih cepat.



“Eh… sayang, sempong, dong!”



“Huh sempong?”



“Iya supaya cepat orgasme… aku jadi panas!”



Mulutku langsung menelan kontol besar itu… antara percaya atau tidak aku terus melumat dan mengeluarkan jurus-jurus deepthroath yang sakti yang diajarkan suhu Naya.



“Ahhh.. ahhhh….” Tubuh Brian semakin berespon bergerak. Benar juga, ia makin panas. Brian makin dekat...



“Ahhhhhh!” Astaga… aku kaget, 1, 2, 3…. Uh sampe 6 kali semprotan membanjiri mulutku.



Brian hanya tertawa-tawa… kurang ajar betul sudah bikin aku gelagapan lagi dengan spermanya… eh malah ketawa.



“Brian gak apa-apa?”



“Kalo apa-apa mana bisa aku nyemprot seperti tadi!”



“Eh, tapi tadi kan sempat pingsan!”



“Siapa bilang aku pingsan?” Brian tertawa kecil.



“Eh tubuhmu kedinginan….!”



“Yah ialah… kan memang udara nya lagi dingin.”



“Kamu beneran gak apa-apa?”



Cowok itu hanya mengangguk dan tertawa.



“Terus biolanya?”



“Eh, kan kamu mau beliin baru… terus tambah piano lagi!” Eh, ia nyimak kata-kataku tadi.



“Ih… curang! Jadi kamu suruh kocok aku untuk apa?”



“Yah.. supaya enak dong! Aku rindu semponganmu!”



“Ihhhhh!” Aku mencubitnya… sementara Brian hanya menghindar sambil tertawa-tawa.



“Sayang, kali ini giliranmu yah?”



“Ehhhh… aduh… gak mau… ihhhh!” Aku terus meronta tapi membiarkan aja ciumannya jatuh ke toketku. Brian kembali mempermainkanku… ia sudah tahu semua titik kelemahanku dan hanya dalam waktu 5 menit ia sudah membuatku terkentut-kentut… hehehe…



“Sayang… kentutmu makin kuat aja! Hihihi…”



Aku hanya memeluknya malu masih mendengus dengan penuh kenikmatan. Tak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka kembali. Eh… ada Brenda, Landa, Della dan Edo… ternyata mereka dari tadi mendengar kita dari luar pintu. Ihhhhhh malu sekali!



-----



“Eh… ayo dong cepat… kita semua mandi kolam air panas malam ini…!” Brenda dan teman-teman sudah siap. Aku kembali mengenakan bikini gaulku. Dan kami mengenakan handuk siap lompat ke kolam air hangat… Astaga, kali ini cowoknya hanya dua… dua melawan empat jadinya, hihihi….



Bersambung
mantap, semangat suhuu
 
Episode 26 Its so hard to breaking up




Titien




Brian




Brenda




Edo




Della




Landa



POV Titien



“Agghhhhhh! Aku bingung!” Aku teriak sendiri.



Dilema yang berat antara menerima Brian atau tidak. Aku kini merasakan aku gak bisa hidup tanpa dirinya… stress kalau berjauhan, eh, jangankan berjauhan, melihat ia ngomong serius dengan Brenda pun aku jadi cemburu.



Tapi Brian menyimpan rahasia besar, setiap kali ia ngomong dengan Brenda aku tahu ia lagi dalam masalah. Ia tidak mau bilang apa-apa padaku, selalu jawabannya nanti saja… dan aku tidak bisa menerimanya. Pasti ada apa-apa yang ia sembunyikan. Ih… benci deh!



Kenap Brian mau ngomong sama Brenda tapi gak mau sama pacarnya?



Aku baru sadar, aku belum tahu kehidupan Brian di Amerika, orangnya seperti apa… kerjanya sehari-hari gimana. Terus ia dapat uang dari mana? Katanya kuliah biaya sendiri, kok bisa punya uang banyak jalan-jalan! Apa ia buronan atau anggota mafia? Atau pembunuh bayaran? Astaga aku belum berpikir sebelumnya.



Ahhhh nanti aja… yang pasti aku harus jaga jarak dengan Brian. Dan aku tidak akan menerimanya sebelum ia bicara jujur.



-----



“Della kalah… serbu!” Aku dan Landa mengelitik Della sampe terengah-engah. Landa malah mempermainkan toket gadis manis itu. Della sampe minta-minta ampun. Edo sampe pura-pura protes. Kami tertawa-tawa sepanjang malam.



Malam itu kami mandi-mandi di kolam air panas di Resort Sumaro Endo yang terletak di Remboken, pinggir danau Tondano. Yang cewek ada aku, Della, Landa dan Brenda, sedangkan yang cowok tinggal Brian dan Edo. Naya dan Shaun sudah dari tadi ke hutan lindung Tangkoko di Bitung untuk mengobservasi Tarsius, monyet terkecil khas Sulawesi Utara.



Kami mandi sambil bermain sepuasnya, di mana Brian, Edo dan Brenda jadi kuda dan aku, Landa dan Della jadi jokinya naik di atas pundak kuda. Terus kami mencoba menjatuhkan joki lawan, yang kalah harus terima hukuman.



Dari tadi Edo sampai heran-heran, ia gak sangka kalau Brenda sekuat itu… hehehe, gadis bertubuh ramping itu ternyata tegar juga. Kuda-kudanya kuat, sehingga tidak disangka sebelumnya justru Brian dan Edo yang kalah melulu. Aku sudah 2 kali jatuh sehingga di kelitik… eh sejak kedua Brenda main mesum, pake remas-remas toket. Dan permainan pun jadi tambah seru.



Waktu aku jatuh, Edo ikutan kelitik aku, menyenggol-nyenggol toketku… aku tahu ia sengaja. Tapi Della sempat 4 kali jatuh, dan giliran Brian yang nakal. Malah sempat remas-remas toket gadis manis itu… Della sampe minta-minta ampun. Landa malah menahan tangannya, sehingga aku bebas meramas toketnya… dan diakhiri dengan Brian yang ambil keuntungan. Udah dua kali tangannya bebas meremas dan membelai toket gadis itu… ih…



Brian keenakan, kulihat kontolnya sudah berdiri. Hehehe… Sementara Edo terkulai pasrah gadisnya diambil keuntungan… gantian kan tadi Edo sudah sempat meramas dan mengemut toketku… jadi anggaplah ini balas dendam dari aku dan Brian.



Eh… Landa dan Brenda belum dapat giliran kalah, aku main mata dengan Della. Dan kami pun mengeyorok mereka berdua… Yes, Landa jatuh. Dengan segera toket Landa diremas oleh Edo… sedangkan Brian menyerang Brenda. Ahhhh… Della membuka baju Landa sehingga remasan Edo masuk kedalam… ihhh… Aku pun ikutan nakal membuka bikini Brenda. Astaga… Brian mengambil keuntungan dengan meramas dan mengemut toket itu sementara gadis itu mendesah kuat… eh, Brenda malah keenakan.



Eh… sudah-sudah! Aku cepat mencegah sebelum mereka keterusan… ih.. cemburu juga sih! Toket Brenda sangat indah.. besar dan kenyal… aku jadi iri. Selama ini ketika Brian mempermainkan toket Naya aku gak sampe iri seperti sekarang, karena toketku masih lebih besar dari Naya. Tapi ini… aku kalah besar... Eh? tapi soal kencang dan kenyalnya belum tentu sih. Wah.. mujur benar si Romeo.



Aku segera menarik Brian balik ke cottage, sementara Edo dan Della ikut dibelakangku. Aku langsung masuk kamar mandi untuk bilas, karena udara disini dingin sekali. Begitu keluar kolam langsung kedinginan. Setelah itu giliran Brian mandi. Sayup-sayup aku mendengar Edo dan Della mandi bersama di kamar sebelah… pasti mandinya sambil mesum. Benar juga, gak lama kedengaran suara Della mulai mendesah ketika keduanya berpacu dalam dibawah shower air panas.



Suara Della semakin kuat… kini desahan diganti erangan. Pasti tak lama lagi nyape… Edo juga kedengaran mulai mendesah, ih… bikin nafsuin aja. Tepat ketika mereka berdua hampir sampai puncak, tiba-tiba bunyi shower langsung berbeda…



“Ahhhhhh keduanya teriak… handuk, handuk, mana handuk?”



Aku tertawa, ‘Pasti lupa bawa handuk karena keasikan ngewe. Handuk yang satunya udah dipakai Brian waktu tadi terjebak dengan aku di kamar. Jadinya kedinginan. Kayaknya air panas sudah habis, harus ditampung lagi. Jadi yang keluar tinggal air dingin. Siapa suruh dari tadi lupa matikan keran…. Hehehe.



Tak lama kemudian Edo dan Landa datang telanjang bulat masuk ke kamarku minta pinjam handuk. Untunglah aku sudah selesai ganti baju… Brian yang baru keluar kamar mandi sampe terkesima melihat pemandangan indah… Della masih telanjang bulat… kini tidak perduli lagi soal tubuhnya. Ia sudah sangat kedinginan. Toketnya yang kecil namun padat itu dibiarkan saja terbuka dan disantap Brian, Hehehe…



Begitu melihat Brian keluar kamar mandi hanya pake handuk, ia langsung mendekat dan merampas handuk Brian. Wah kayaknya udah stress berat dengan udara dingin.



“Eh!!! Ahhhh! Aduh!” Della langsung kaget.



Begitu merampas handuk Brian, ia melihat kontol besar Brian yang terbebas dari sangkar… ia sampe melongo… besar terus panjang lagi. Ihhhh ini mah kontol moster. Gadis itu tidak sadar dari tadi tangan Brian sudah mengelus toketnya.



“Hush Brian, orang sudah kedinginan eh sempat makan untung lagi!” Kataku sambil tertawa.



Della langsung menutup tubuhnya dengan handuk dan berpaling malu-malu… Edo malah hanya tertawa-tawa melihat kesialan pacarnya. Aku malah sampe terbahak-bahak…



“Edo! Diapain kontolmu sama Della, sampe bengkok gitu!” Brian mengejek Edo, sementara memakai pakaian gantinya.



“Titien, pijit dong supaya lurus lagi!” Kata Edo mendekatiku dengan kontolnya, dan langsung ku sambut dengan cubitan di tangannya.



“Nakal!”



Kami pun hanya bisa menertawakan keadaan tadi yang sangat lucu. Ih… ternyata mesum di kolam renang terbawa sampai di kamar.



“Eh, minta pijit sama pacarmu, dong!”



Della memelukku, cewek itu lagi malu sekali. Aku memeluknya balik



“Udah-udah… ayo balik lagi, terusin aja urusan kalian!” Kataku…



“Urusan apa, sih? Huuu Kak Tien sirik!” Della manja kepadaku.



“Della, lain kali kalo main di kamar mandi jangan terlalu kencang teriaknya!” Kataku membuat gadis manis itu merah merona.



“Kedengaran yah, Kak?”



“Iya… bikin kita gak tahan, hihihi…!” Della mencubitku… ia memelukku lebih erat.



-----



POV Landa



‘Ihhh gawat, aku terjebak, cewek itu nafsu banget!’ Brenda mulai menelanjangiku dan membelai toketku… astaga! Brenda terus membuat aku keenakan dengan kulumannya di toket ku, tangannya terus membelai dan menjangkau titik-titik rangsang ditubuhku.... Nafsuku dengan cepat langsung terbangkit.



Kali ini kita sudah pindah ke kolam anak-anak yang kini hanya setinggi 30 cm. Sebagaimana biasanya setiap malam kolamnya dikeringkan dan di kuras. Ketika kolam utama juga sudah turun debit airnya… mungkin artinya supaya kita cepat-cepat naik. Ih… gak pengertian banget, orang masih asik!



“Ohhhh!” seiring teriakanku, Brenda membuka paksa celanaku… aku berjuang mempertahankan potongan kain terakhir pada tubuhku. Tapi Brenda nakal, ia merusaknya, astaga! Aku hanya memandang kaget ketika potongan kain itu robek dan terlepas dari selangkanganku… Ahhhh satu jari Brenda langsung menyibak masuk ke memek ku.



“Ahhhhh! Gila… cewek ini nakal sekali!” Brenda memeluk tubuh telanjangku dari belakang, tangan kirinya mempermainkan toketku, dan tangan kanannya masuk mengocok memekku… aku mendesah kuat.



"Eh... jangan!" Aku mencoba memberontak. Aku malu sekali, tapi tangan Brenda sudah mengunciku… dan membuat aku gak bisa melepaskan diri dari serangan tangannya di dua tempat vitalku…



Astaga, ternyata ada dua penjaga kolam yang menyaksikan kita dari tadi… Brenda memanggil mereka mendekat, yang satu masih agak muda sekitar 30-an, yang satu sudah agak tua, sekitar 50 tahun. Badannya tegak-tegak dan berotot…



“Ihhhh!” yang muda sudah membuka celana dan mengeluarkan kontolnya. Temannya juga ikutan telanjang... Eh.. malah onani didepan kami. Kontolnya sih standar, lebih pendek dari punya Edo, apalagi dibandingkan dengan milik Shaun atau Boy.



Aku masih kepayahan, diserang habis-habisan tanpa dapat mengelak atau menangkis. Kobelan jari Brenda makin menjadi memutar-mutar dengan gerakan bervariasi. Kali ini sudah dua jari yang masuk.



Aku mencoba memberontak... cowok-cowok itu makin mendekat. Eh, kayaknya aku bisa menyerang balik. Salah strategi dari tadi. Tanganku kini merogoh ke belakang dan memegang vagina Brenda… jariku langsung menyelip masuk tanpa ia sempat menghindar dan langsung mengocok ke liangnya sedalam-dalamnnya.



“Ahhhhh! Brenda memekik, tangannya terlepas. Kini giliranku… secepat kilat aku membuka bikini atasnya dan dalam sekejap toket massive yang kenyal itu langsung tersaji! Sementara ini jariku dalam memeknya semakin nakal… semakin liar… kini posisinya berubah, tubuh kami saling berhadapan dengan tangan kiri meremas toked dan tangan kanan masih tercolok di memek lawan main.



“Ahhhh… grrrrmmm ckkkkk…ehhhh! jangan…. Aduhhhhh….!” Brenda berteriak dan mengerang… dan suaranya bercampur dengan jeritan dan desahanku.



“Astaga! Eh… apa ini? Ahhhhh!!!!” Aku kaget. Dua laki-laki penjaga kolam tadi sudah berada di belakang kami dan membelai toket kami dari belakang, sementara tangan satunya pergi ke memek… “Ahhhh..!” Kali ini kocokannya makin terasa karena jari mereka lebih besar dari jari Brenda. Eh, cewek binal itu juga mulai kepayahan menerima serangan ganas pada toket dan memeknya pula.



“Ahhhh oohhhh sudahhhh.. ampunnnn… Ahhhhhh grrrrrr!!!!” Kami mengerang kuat ketika serangan mereka semakin ganas. Kali ini kontol mereka mulai mercari jalan masuk dari belakang… aku merasa kepala kontol penjaga kolam itu mulai mendesak membuka dan terus merangsak kedalam.



“Uhhhh” Memekku langsung terisi kontol.



Brenda juga kini sudah nungging, dan membiarkan memeknya dipompa dengan kecepatan tinggi. Ia dapat pasangan yang lebih muda sih. Aku juga mengangkat pinggulku sehingga kami nungging dengan muka saling berhadapan. Kami masih saling menatap terus… sampai kontraksi memek mulai terasa.



Tak terasa muncul perlombaan siapa paling lama bertahan. Brenda kelihatan udah kepayahan menahan nafsu, sehingga aku tambah semangat bertahan. Padahal kalo di hitung sudah dari tadi aku keluar, tapi aku memaksa terus... akhirnya Brenda keluar, dan selang beberapa detik kemudian aku juga menyerah...



“Ahhhhh…! Ohhhhhh! Huhhhhhh!”



Orgasme yang ku rasakan bersama benar-benar nikmat. Ini kali pertama aku bercinta dengan orang tak dikenal. Dan hampir bersamaan memek-memek kami disiram dengan peju yang lumayan banyak sampai meluber keluar.



Orgasme ini membuatku kepayahan, kakiku sampe gemetaran, tak bisa bergerak.



"Maaf bapak-bapak, aku cape. Lanjut aja sama teman ku yah, puas-puasin deh, nanti pulangin besok pagi yah..." Brenda langsung berdiri dan berlari menuju cottage. Ia tidak memperdulikan tubuhnya yang telanjang. Lolos deh!



“Eh… Brenda, tunggu!” Aku masih kelelahan habis orgasme. Nafasku memburu... Astaga, aku gak bisa bergerak! Aku mencoba berdiri tapi gak bisa, kakiku gemetar.



Eh, ampun. Ada empat tangan yang kini menahanku, tak bisa bergerak lagi. Yah terlambat deh. Dua pembersih kolam ini sudah bangun dan siap-siap ronde kedua.



“Landa! Selamat bersenang-senang, yah!” Cewek itu sempat mengejekku, dan cepat lari ke cottage dan menutup pintu.



“Ahhhh… ahhh..!” Aku kembali memekik.



Memekku kembali diransak dengan kontol penjaga kolam. Mereka berdua main keroyok. kali ini ada dua kontol yang harus ku puaskan baik di memek dan di mulut. Dan aku gak bisa lagi lolos dari jamaan dan belaian dua pasang tangan yang menahan dan mencomot-comot bongkahan di dadaku.



“Hei apa yang kalian lakukan?” Kali ini muncul seorang laki-laki.



Badannya tinggi besar dan kekar, dengan kulit hitam lekat menyeramkan dengan postur tegap berotot. Kayaknya orang Papua... mungkin salah satu satpam di tempat ini. Dua orang itu tampaknya takut kepadanya, mungkin karena gayanya yang preman, dan tato serta bekas luka potong disekujur tubuhnya.



“Pak, tolong… aku dipaksa dua penjaga kolam ini! Aku seorang tamu nginap di cottage atas sana!” Aku minta perlindungan.



Kedua pasang tangan yang memegangku tampak melemah dan dengan sekali sentakan aku terbebas. Dua penjaga kolam tampak ketakutan.



“Dasar kalian, bego, binatang semuanya… apa yang kalian lakukan?” Cowok itu memarahi penjaga kolam seperti anak-anak saja… hehehe.. rasain. Aku bernafas lega... akhirnya lolos juga.



“Hey, anjing! Kenapa kalian lepaskan…. Hayo tangkap lagi, kali ini bawa di kamar ku. Jangan lepaskan dia… aku dulu yang dapat giliran, setelah itu baru kalian!”



Astaga preman itu juga mau memakaiku. OMG… Bisa jadi malam yang panjang ini. Ahhhh awas kamu Brenda.



-----




POV Della



“Ah ah ah… Edo ah ah… sudah dong, aku sudah ah ah cape banget…haaaa!” Aku sudah dua kali orgasme, tapi Edo masih terus mengagahiku… rasanya sudah lemas sekali, ih…. Tumben cowok itu lagi bernafsu.



“Ah… ahhh…tunggu sayang, … aku … sudah … dekat! Aku mau… ahhh” Tusukan Edo semakin dalam… aku sudah cape nungging, dari tadi tubuhku dibolak-balik memainkan berbagai gaya.



“Aahhhhhh ….! Aduuhhhhhh… ah ohhhh oahhhh!” Gila cowok itu. Ia memasukkan jari jempolnya ke anusku sementara mengentot aku. Untung jarinya sudah basah… awalnya sakit, tetapi setelah masuk sensasinya luar biasa.



“Gimana sayang?” Edo bertanya…



Ih pake tanya lagi, udah lihat pinggulku makin bergoyang dan mundur teratur menyambut tusukannya. Aku tak menjawab, tapi fokus untuk mencapai orgaasmeku yang makin dekat… akhirnya…



“Ahhhhh…!” Tubuhku kembali kelojotan… dan akhirnya kembali menghentak ketika mencapai puncak. Ahhhhh… aku squirt! Memek ku mulai berkedut kuat mencengkram sekuat tenaga kontol yang telah terbenam itu…



“Ah.. sayang, aku keluar! Ahhhhhh…!” Edo ambruk juga setelah mengosongkan kantong spermanya dan menumpahkan kedalam memekku. Ih… rasanya hangat dan nyaman disiram dengan pejuh… apa lagi kalau yang menyetubuhimu adalah orang yang sangat disayang.



Ketika kontol Edo mengecil dan terkeluar dengan sendirinya, aku langsung balik belakang dan memeluk cowok itu.



“Sayang, I love you… makasih yah! Kamu perkasa banget!” Terasa getaran hatiku membisikkan kata-kata indah kepada Edo.



“Della sayang… I love you more! Kamu cantik sekali… harum sekali… mengairahkan sekali… dan nikmat sekali!” Edo merayuku sambil tersenyum manis.



“Ih… gombal!”



“Gak mungkin sayang, belahlah dadaku kau lihat ada wajahmu… rasakan dalam tiap detak jantungku, aku menyebutkan namamu ….!” Edo gombal lagi, tapi kali ini rayuannya putus ditengah karena sudah bibirnya sudah teranjur aku sumbat dengan cintaku dalam ciuman yang panjang dan mesra.



“Sayang, aku penasaran, sejak kapan kamu mencintaiku?” Aku bertanya.



“Kayaknya sejak pertama melihatmu… wajah dan tingkahmu langsung menggetarkan hatiku!”



“Ih… gombal. Aku tahu kok waktu itu kamu masih ngejar-ngejar Kak Titien!” Aku memancingnya.



“Aku memang pernah mencintainya, sejak beberapa tahun, mungkin sejak ia jadian dengan Nando. Tapi kemudian aku sadar ia hanya ingin jadi temanku… eh kok tumben kamu panggil ‘kakak’ ke Titien?” Edo coba mengalihkan cerita.



“Kamu lihat gak, sejak minggu lalu aku ngomong hati-ke-hati dengan Kak Tien, dan aku mengaguminya sejak lama. Aku udah minta ijin panggil ‘Kak’ dan ia kini sudah menganggapku adiknya!” Aku jelaskan.



“Eh… ngomong apa emangnya kamu dengan Titien!” Edo bertanya.



“Kasih tahu gak yah?” Aku pancing ia supaya penasaran.



“Apa… mau sembunyi dariku?” Edo mengancam. Jari tengahnya diletakan di mulut memekku, siap mengobelku jika aku gak kasih tahu… ahhh, cowok itu sudah tahu kelemahanku.



“Iya… iya..! cabut dong sayang, nanti aku … Ahhhh!” Aku masih manja-manja dan kaget ketika jarinya menusuk masuk tiba-tiba dan mulai mengobel pelan-pelan. Untung memekku masih basah kuyup.



“Ampunnn… gini, aku tanya Kak Titien kalo ia sudah jadian dengan Brian, waktu itu kan aku kejar-kejar Brian, eh… Ahhhhh…" Jarinya nakal lagi, ia sudah tahu kalo aku main-main.



"Iya... aku tanya Titien masih ada harapan gak untuk Edo, eh aduh ..... Ahhhh, ampun!" Aku ledek dia dan langsung dikobel lagi.



"Okay,,, aku tanya kalo aku terima gak sama kamu. Waktu itu aku takut patah hati lagi… aahhhhh... ampun!" Jarinya nakal setiap kali jawabanku gak masuk akal.



"Eh ini beneran loh... aku tanya kalo Titien benerin gak ada hubungan lagi dengan kamu… puas! Ahhhhh ahhhhh ahhhhh…. Ih… !” Edo sudah tahu sekali gaya ngomongku. Setiap kali aku mulai ngelantur jarinya masuk kedalam. Ihhhhh… nakal banget. Bagian terakhir malah ia memompa keluar masuk dengan cepat membuatku menjerit keenakan lagi.



“Ahhhhh …. Edo kembali membuat memekku banjir dengan permainan jarinya! Aku sudah cape sekali, tapi gak mampu menghindar dari kenakalannya…



“Ahhh… Edo, sudah dong!” Akhirnya jarinya berhenti dan dikeluarkan. Ih… suka sekali bikin aku stress… Aku kini terbaring lunglai tanpa tenaga lagi… dan kini terlentang pasrah sambil menarik-narik nafas panjang. Tapi aku senang bisa ngerjain cowokku.



"Aku jadi penasaran, sayang! Nando orangnya gimana?" Aku bertanya lagi dengan tatapan nakal.



"Nando, tampan tapi kecil... Kayak adiknya. Orangnya pemalu, gak gaul amat! Aku sampe heran ia jadian dwngan Titien" Edo mencoba membandingkan Nando dengan dirinya. Hehehe, pasti masih cemburu sama Nando.



“Edo, aku penasaran, jadi kamunya kalah bersaing lawan Nando waktu PDKT ke Titien?” Aku meledeknya membalas dendam terhadap perlakuannya.



“Apa kamu bilang, mau di kocok dengan jari lagi?” Edo menjawab tersinggung sambil kembali menempelkan jarinya di mulut liang kenikmatanku.



“Ahhh… sudah-sudah, ampun! Hehehe…” Aku mentutup memekku dari kenakalannya lagi. Cowok itu enak dikerjain...



“Waktu itu Nando curang, pake sogok sepupunya Titien, Anita. Kalo gak, pasti aku menang!” Edo berkelit.



“Ihhh alasan segala… Eh.. ahhhh… iya.. sudah, ampun, hehehe!” Aku kembali meledek Edo tapi takut terhadap ancamannya…



“Sudah sayang, sekarang cerita tentang kita. Aku sudah lupakan Titien kok, aku relakan ia karena tahu Brian cowok yang baik dan pantas mendapatkannya!” Kata Edo.



“Benar, kamu sudah merelakan cinta pertamamu? Kak Titien masih perawan loh!”



“Apa? Titien masih perawan?” Edo sampe kaget mendengarnya.



“Hehehe…. Tuh kan!” Aku meledeknya lagi, Edo sadar sudah terjebak.



“Eh … awas kamu… rasain ini, terlalu banyak mempermainkan cowok!” Edo berbicara sambil kembali memainkan jarinya dan disambut dengan erangan dan desahanku.



“Ahhhh ahhhh ohh aduh… ampun ohhhhh….!”



-----



Titien





Naya




Shaun


POV Titien



“Astaga… Landa?!?” Aku memandang kearah cewek itu yang lagi telanjang sementara digiring tiga lelaki ke cottage sebelah.



Dari tadi Brian menarikku ke luar dan melihat kegilaan Brenda dan Landa… huh.. gawat dua cewek itu, pake-pake main sama pembersih kolam. Setelah Brenda datang, kami melihat terus sampai waktu Landa main threesome dan sekarang cowoknya sampe tiga. Ihhh nekad benar cewek bongsor itu…



“Kringgg … Kringgg … Kringg!”



Brian mengangkat hapeku… dan menekan tombol speaker.



“Kak Titien… ini Naya lagi… kami sudah sampai di Tangkoko, ada sewa cottage di hutan. Eh, aku penasaran, Kak Titien sudah baikan gak dengan Brian. Jadi kepikiran tuh? Cepat baikan dong supaya bisa dientot...” Gadis bawel dan jahil itu ngomong dengan cepat. Aku tahu kenapa ia telpon, pasti lagi tegang, dikit lagi akan malam pertama dengan Shaun.



“Eh Nay… Kak Titien mu itu mah gampang, dikasih orgasme aja sekali langsung lupa segala sesuatu… ahhhh!” Brian sempatnya meledekku. Kata-katanya langsung terhenti karena cubitanku.



Aku segera mengambil hape, dan mematikan speaker. Aku langsung ngomong to-the-point dengan Naya.



“Nay, sudah tiba dengan selamat, kan? Jadi udah siap-siap yah. Eh jangan lupa ... pake kondom ... kalo perlu dua lapis!” Aku ngomong sambil tertawa melihat ekspresi wajah Brian yang kaget!



“Astaga, mereka berdua mau em-el?” Brian penasaran, Aku membalasnya dengan mengedipkan mataku. Setelah berbicara singkat aku memutuskan hp.



“Terus kita gimana? Aku cari kondom yah?” Ihhhh sempat-sempatnya cari kesempatan.



“Apa katamu? Aku lupa semua urusan kalo sudah dioral? Enak aja. Aku tidak akan lagi ngomong dengan kamu, kecuali Brian jujur! Gimana? Sudah siap menjawab?” Aku menyudutkannya lagi.



“Pertanyaan apa sih?” Brian mencoba memutar cerita lagi.



“Pertama, Brian sudah ngentot Brenda?” Aku menatapnya tajam. Brian menggeleng, ada kejujuran di matanya.



“Ok… lanjut, apa vow-mu kepada Brenda yang akan dibuat di Manado?” Aku melihat Brian mencoba mengelak. Gak mau jujur!



“Eh… vow itu kan masalah pribadi, gak enaklah mau ceritakan kepada Titien. Aku gak berani bilang tanpa persetujuan Brenda!” Mata Brian tidak jujur… ia pasti gak mau bilang.



“Tuh kan, gak berani jujur sama pacar sendiri!” Aku kembali menyudutkannya.



“Pertanyaan ke tiga?” Ngelak lagi.



“Okay, ketiga. Apa alasan sebenarnya Brian harus ambil liburan! Brenda ngomong kalo Brian terpaksa liburan ke sini. Shaun juga sampe kaget, gak nyangka bisa jalan-jalan! Apa penyebabnya?” Mataku menatapnya tajam. Brian masih diam, terasa ia bergumul… sebagian dari dirinya ingin mengungkapkan, tapi ia terpaksa diam.



“Aku jawab tiga hari lagi, yah? Boleh kan aku minta tiga hari? Titien mau tunggu?” Eh, Brian malah nyerang balik. Pasti ada rahasia besar yang ditutupinya.



“Tapi… Brian bukan anggota mafia, buronan atau agen rahasia? Brian mata-mata?” Aku sangat berharap Brian menjawab tidak.



“Sayang, aku orang biasa… bukan mafia, buronan apa lagi mata-mata. Aku malah belum pernah pegang senjata! Aku sungguhan mahasiswa musik, aku juga menulis beberapa lagu dan memainkan musik. Sama sekali bukan golongan yang kamu takutkan. Aku bukan penjahat sayang! Setelah tiga hari aku akan menjawab semua pertanyaan Titien… mau tunggu kan?”



Hampir saja aku mengangguk tapi aku teringat lagi. Cowok itu memaksaku menunggu… eh, gak mau! aku juga harus membuat ia menunggu. Egoku naik lagi.



“Maaf... selama Brian belum jawab aku tidak akan anggap Brian pacarku. Kita putus... nanti kalo memang jodoh nanti jadian lagi. Urus dulu urusanmu baru cari aku...” Aku menjawab tegas.



"Titien, astaga! Sayang?" Brian menatapku tak percaya... ia kaget! Kakinya tampak melemah sampai jatuh terduduk!



"Maaf Brian, itu sudah keputusanku. Aku gak bisa terima pacaran dengan cowok yang tidak mempercayaiku. Itu sama artinya Brian merendahkanku!" Aku menatap kepadanya tegas, walau hatiku menjerit.



“Titien mau tunggu, kan?”



“Gak janji... kalo aku dapat cowok yg pas aku akan lupakan Brian!” jawabku mantap.



“Eh…Gak boleh, aku cinta kamu!” Brian mencoba menahanku.



“Terserah aku dong mau pacaran dengan sapa, Brian tidak ada hak lagi cari tahu. Tapi aku masih terus anggap Brian temanku... janji ku soal biola dan piano akan tetap. Besok kita cari berdua pas gak ke mana-mana. Kita ke toko musik. Selain itu jangan ganggu aku lagi...” Aku menjawab mantap. Maaf sayang, aku gak bisa kamu dustai…



Aku langsung balik belakang meninggalkan Brian dengan air mata di pipiku. Eh… ternyata Della melihatku dan langsung memelukku dan membawa ke kamar. Aku memeluknya erat mencurahkan kepedihanku….



“Della mendengar semuanya?” Gadis itu mengangguk. “Aku gak bermaksud…”



“Gak apa-apa!” Kataku membuat ia tenang.



Della menutup pintu dan segera membaringkan badan, sementara aku tidur disampingnya. Aku menatapnya tajam… sejak terakhir bicara, Della sangat dekat denganku. Dan aku merasa senang punya seseorang teman baik untuk curhat.



“Kak Titien tidur dengan aku malam ini...!” Ia tidak meminta lagi.



“Terus Edo?” Aku rasa gak enak.



“Dia nya gampang!” Della tersenyum.



“Kamu sudah yakin dengan Edo?” Aku bertanya kepada gadis manis ini, mencoba mengalihkan perhatian supaya aku jangan sedih lagi.



“Itulah Kak…Edo selalu bilang cinta… dan tindakannya memang kelihatan ia cinta Della, tapi aku masih bingung. Edo kayak gak bisa pisah dengan Brenda, dan Landa, eh kadang-kadang juga Kak Titien.” Della kembali curhat.



“Della, kalau Kak Titien lihat, ia benar-benar mencintaimu. Tapi ia dari dulu dekat dengan teman-teman, orangnya gitu. Edo dasarnya baik tapi plin plan dan suka pamer. Dia memang dekat sama aku dan Naya sejak SMA, dia juga kan kehilangan teman dekat, Nando. Satu-satunya teman yang dapat dipercayai. Jadi ia sering ragu-ragu hanya bergantung ke satu orang saja… maunya punya pilihan kedua dan ketiga. Tapi aku yakin ia berubah… makin dewasa!” Aku menyatakan pendapatku, dan Della mengangguk. Ia dapat merasakan kebenaran kata-kataku. Kami terdiam merenung.



“Della, kak Titien tidak bisa tidur… boleh gak aku putar musik di hape… aku rindu sama idolaku... tweeternya gak pernah aktif lagi sejak bulan lalu.” Aku meminta dan Della menyetujuinya. Justru setelah mendengar musiknya Della penasaran sama pengubahnya, dan aku memberikan username di tweeter dan di youtube-nya.



“Kak… idolanya ganteng yah… masih muda lagi. Tadinya aku kira itu Brian eh ternyata artist top, Ryno. Eh Kak … mirip banget, lho!” Aku hanya tersenyum.



“Pantesan kakak langsung jatuh cinta kepada Brian… Eh, kalo disuruh antara idolanya dan Brian, kakak pilih siapa?” Della iseng bertanya, tapi aku diam dan terus mempertimbangan dalam-dalam.



“Eh… kayaknya aku pilih Brian!” Aku berkata mantap.



“Alasannya?” Ih Della iseng amat…



“Brian sudah pasti akan membuat aku bahagia, dan si idola belum tentu.” Kataku lagi setelah berpikir lama.



“Aku tahu kenapa Kak Tien yakin Brian akan buat bahagia!” Della membuat aku penasaran… gadis ini jago juga lho ngeledek orang.



“Kenapa hayo?”



“iya dong, Brian, kontolnya besar!” Della meledek… aku tertawa kuat-kuat.



“Eh iya yah! Tapi kayaknya kebesaran tuh… nanti aku kecilin pake amplas…” Kami berdua tertawa terbahak-bahak.



“Hahahahaha…., iya Kak Titien potong aja ujungnya!” Della juga terus tertawa... pasti dia ingat kontol Brian yang dilihatnya tadi.



Saking asiknya kami ngobrol, kami gak sadar Edo sudah dibelakang. Ia tadi masuk untuk ambil baju hangat dan selimut tambahan. Ia mau tidur di sofa. Tapi ia malah diam mendengar omongan kami.



“Eh…Kalo kontolnya Edo, gimana?” Aku memancingnya.



“Ihhhh…. Kak, kok tanya gitu… eh, tapi rasanya pas kok… cukup besar dan keras lagi!” Della tertawa lagi… lucu banget anak ini.



“Gak perlu diamplasin dong… hehehe!” Aku balas ledek.



“Yah iya …! Kasihan lagi kalo di amplasin. Tapi ukurannya pas kok!” Della terus ngoceh…



"kak Titien mau emangnya? Enak lho!" Ia masih bercanda.



"Emangnya kalo aku suka, Della mau kasih pinjam?" Aku balas bercanda.



"Terserah Edo-nya sih!" Della tertawa lagi.



“Mau…. Aku siap… ini! pake aja kontolku sampe puas!” Kami berdua kaget, Eh ternyata Edo di belakang pura-pura buka celana. Kami pun tertawa lagi… ihhh aku jadi malu ketahuan mesum.



"Beneran mau pinjam?" Kata Edo ngarap banget.



“Hush! Kasihan Della?” Aku ledek lagi.



“Kalo Della mah pake timun aja mau!” Edo meledek pacarnya.



“Huh? Hahahahaha….!” Kami tertawa kuat, sementara Edo harus berkelit menghidari cubitan Della.



"Thanks Della, kau membuat aku tertawa lagi!"



-----



Masih tiga puluh menit sebelum matahari terbit kami sudah bangun. Ahhh tidur yang enak sekali… gak ada cowok yang ganggu-ganggu. Aku merasa nyaman tidur dengan Della yang perhatian, eh ternyata humoris juga.



“Eh, tunggu yah… kita jahilin Naya pagi-pagi, pasti lagi asyik tuh!” Della tertawa…



“Kringg … kringg … kringg!”



“Kak Titiennnnn!” Suara Naya kayak serak! Pasti semalam ngentot terus…



“Halo pengantin baru, gimana malam pertamanya…, enak gak di perawani?”



“Ihh, Kak Titien pagi-pagi sudah mesum pikirannya. Naya masih galau nih!" Si centil lagi merajuk!



"Hah, kok bisa? Shaun main kasar sampe robek gitu? Atau kontolnya gak kuat ... eh, loyo?" Aku meledeknya lagi.



"Ihhh, Kak Titien mulai ngaco lagi. Gimana mau enak, Shaun sibuk lihat Tarsius... Eh malah Naya dicuekin, dibiarin tidur sendiri. Padahal sudah pasrah dari tadi ... masakan Naya yang minta dimesumin, gak lucu kan?”



“Eh… bego amat Shaun membiarkanmu! Naya gak pake lingerie transparan emangnya?” Aku meledeknya…



“Ihhhh iya sih, gak sempat pinjam daster milik Kak Titien! Hehehehe… itu, yang buat Brian klepek-klepek kemarin!” Ih… Naya gitu, pasti ada-ada aja balasannya.



“Gini Nay, kamu tarik Shaun, paksa duduk, terus striping didepannya sambil nari seksi … mana bisa ia tahan?” Aku meledeknya lagi.



“Hahahaha…” Naya hanya tertawa.



“Eh… masih ada waktu lho… jangan lupa pesan kakak?” Aku pura-pura mengingatkan.



“Pake kondom dua lapis kan? Gak bisa kak, harus hemat… Brian juga perlu, tuh! Hehehehe…”



“Astaga aku kupa kalo sudah lewat 5 hari...!” Terdengar suara Shaun di belakang Naya.



“Eh, Shaun! Ngapain…” Naya kini ngomong dengan Shaun.



“Naya gak akan lolos lagi… Shaun akan kasih Naya puncak kenikmatan yang belum pernah Naya rasakan…!” Astaga hehehehe…. Ternyata telponku justru didengar Shaun yang langsung sadar.



“Ih Shaun jangan gitu dong ahh ahhh... Shaun jangan robek bajuku... Shan jangan nafsu gitu dong... ahhh tolong, ah ah aduhhh ampun ah ah ah” Naya mendesah… kayaknya sudah mulai foreplaynya.



“Eh, Naya gak bisa lari lagi. Sekarang juga kita ngentot!” Aku dan Della yang dengar jadi tertawa-tawa…. Naya lupa mematikan hapenya… dan ia tidak tahu bahwa percakapan ini kami terus direkam.



“Ihhhh hehehehe”



“Shaun pelan pelan dong, toketku belum diemut!” “Ahhhh… uhhhh …. Ahhhh!”



“Shaun, ke kiri lagi… keatas dikit… iya situ… Shaun masukkan aja…. Kuat dong masak badan nya aja yang besar!” “Ehhhhh… iya… ahhhh”



“Shaun, astaga pelan dikit dong, memekku masih kering...” “Aahhhh ahhhhh ayo terus masukan! perawanin aku..!””



Astaga! Della dan aku tertawa kuat-kuat! sampai akhirnya Naya sadar…



“Astaga… telponnya masih terhubung…. Eh.. aduh….! Kak Titien!” Naya pasti mendengar suara kami tertawa-tawa dari seberang sana.



Kami masih tertawa-tawa ketika Edo masuk dalam kamar!



“Titien… eh… Della sudah bisa dipinjam!” Edo menatap Della dengan nafsu, pasti terkena imbas stress semalam.



“Oh… silahkan…! Eh mainnya pelan-pelannya!” Aku ngerti dan tertawa-tawa.



“Ihhhh Edo, ngapain sih, pagi-pagi sudah reseh!” Della pura-pura gak mau.



“Gak kok… kita hanya main ular tangga!” Kata Edo mengedipkan mata,



“Ular tangga… hahahahaha….!” Aku dan Della sampe tertawa, teringat waktu itu di tempat kos.



-----




POV Brenda



"Astaga!" Aku merasa bertanggung jawab karena Landa gak pulang semalam. Apa masih asik ngentot? Udah pagi tuh! Gimana lagi, terpaksa aku harus tanggung jawab cari anak orang.



"Landa!"



Pasti ia kecapean di threesome. Aku sih gak terlalu mau, kontolnya kecil-kecil, gak level... hehehe



"Eh lihat cewek yang tadi malam mandi ditemanin pembersih kolam gak?"



Brenda diantar ke suatu ruangan, dan ketika ia membuka pintu tampak Landa masih terbaring diantara dua tukang kolam! wajahnya berseri... kelihatan puas walau sangat kusut karena kurang tidur. Landa masih telanjang, hanya pake jaket besar yang kumal. Astaga...



Begitu melihat Brenda cewek bongsor itu tertawa... "Brenda! Ihhhh. Awas yah kamu Nerd-ho, akan ku balas!"



Perkataan Landa langsung membangunkan dua laki-laki yg tidur telanjang bulat dengannya, astaga wajah mereka menyerigai melihat gadis bule yang seksi dan cantik itu. Ketika melihat Brenda kontol mereka naik.



"Brukkkk!" Terdengar pintu ditutup kuat-kuat.



Ternyata preman yang tadi malam membanting pintu dan menyergap cewek itu dari belakang.



"Eh, astaga... ampun! Eh ehhhhh" Brenda langsung kaget ketika tubuhnya dipeluk dan diremas-remas dari belakang. Ia masih belum sadar apa yang terjadi ketika mendapati tubuhnya sudah dibaringkan di tempat tidur dan pakaiannya dibuka paksa...



Lebih kaget lagi ketika ia memandang keliling dan melihat sebuah kontol besar dan kekar berotot teracung kepadanya. Ih ngeri... mungkin sebesar punya Shaun!



Sekilas aku melihat senyum simpul terlihat di sudut bibir Landa. "Brenda, kamu belum pernah rasakan kontolnya orang Papua?"



"OMG! Ahhhhh!"



-----



Bersambung
 
Episode 27 That cute little creature...






Shaun




Naya



POV Shaun



“Shaun, astaga pelan dikit dong, memekku masih kering...” Naya kesakitan…



Teriakan Naya membuat aku terbayang kejadian sekitar empat minggu lalu saat menelanjagi gadis ini dan hampir saja menyetubuhinya. Posisinya juga sama, ia sudah terlentang dan menatapku terengah-engah. Barusan ia juga mengulum kontolku sampai hampir keluar, dan sebagai pembalasannya aku mengoral memek kecil yang imut itu.



Bedanya pada waktu itu ia memberontak tidak ingin digagahi. Alasannya ia masih perawan, sampe nuduh-nuduh aku pemerkosa! Sekarang justru gadis itu yang rengek-rengek minta diperawani, cape deh.



Eh salah, gak rengek sih, cuman ingetin. Dasar cewek… banyak banget alasannya.



Aku kembali menggesekkan kontolku di permukaan memek yang licin dan gundul itu. Ku coba menekan, dan mendapati belahan yang sangat sempit membuat cowok tergila-gila. Memek Naya masih seperti gadis remaja, tipis… seperti sebuah garis hitam membelah vertical… bagian dalamnya yang merah merona hanya kelihatan sedikit.



“Aahhhh ahhhhh ayo terus masukan perawanin aku..!” Naya sudah terangsang.



“Iya… iya… tenang aja sayang! aku gak kemana-mana, kok. Kamu sih, masih sibuk pegang hape lagi!” Aku mengingatkan Naya sambil mencium kembali toketnya yang padat…



“Astaga… telponnya masih terhubung…. Eh.. astaga….!” Naya pasti mendengar suara orang tertawa-tawa dari seberang sana. Ia langsung mematikan hape-nya.



“Ih… bikin malu aja! Ganggu-ganggu kesenangan orang” Naya tersenyum menertawakan kebodohannya sendiri.



“Ahhhhhhh!” Naya terpekik, pasti kaget.



Kepala kontolku menusuk masuk kedalam dinding yang sudah basah itu. Aku sengaja menunggu ketika perhatiannya teralihkan baru menjejalkan kontolku. Aku harus pelan-pelan… ini nikmat sekali.



Naya menatapku mesra… air mukanya tampak tegang menunggu detik-detik perampasan keperawanannya. Kembali kontolku memaksa masuk dengan bantuan tindihan tubuhku… Naya berteriak lagi… Kepala jamur itu terus menyelusup sampai tertahan pada selaput dara tipis kebanggaan setiap wanita.



Aku tahu Naya masih kesakitan, tapi ia diam saja sambil mengerenyitkan dahi menahan sakit. Aku menatapnya tajam … dan matanya melembut, ia pasrah… lalu dengan kekuatan penuh aku menghentakkan pinggul sehingga batang ku terbenam jauh sampai ke celah daging yang belum pernah disentuh… Naya berteriak kesakitan… terasa di helm telah menyeruduk sesuatu sampai robek! Kontolku sudah menembus keperawanannya.



Aku kemudian merasa ujung kontolku dialiri cairan. Ini pasti darah segar. Dan ketika aku menarik kontolku keluar, cairan merah diujungnya menandakan keberhasilanku. Sejumput darah segar keluar dari liangnya menodai linen putih. Di pipi Naya ada air mata.



"Sayang, makasih...! I love you" aku menghiburnya, dan Naya hanya balas mengangguk.



Tapi aku merasa sodokanku belum sempurna… aku merasa belum sampai kepangkal. Dan kontolku masuk lagi, dengan sodokan yang kuat, menghujam terus sampai mentok menyentuh dinding rahimnya yang sangat lembut. Ahhhhh… aku merasa ngilu. Terasa sekali dinding lorong senggama itu tergesek dan membuka paksa. Huh, efeknya sangat nikmat.



Naya masih kesakitan, malah makin kepayahan. Ini adalah pengalaman pertama baginya. Tadi ia sempat berteriak beberapa kali, dan cepat ku tenangkan dengan ciumanku… aku masih mendiamkan kontolku di dalam, memberi kesempatan kepada memeknya untuk menyesuaikan diri.



“Sayang, aku cinta kamu!” Aku terharu… gadis ini sangat berharga… memeknya sempit sekali. Baru sekarang aku merasakan memek sesempit ini. Dan sekarang aku melakukannya dengan orang yang kucintai. Rasanya beda.... jauh lebih tegang, jauh lebih lembut, jauh lebih terasa...



“Iya… tumben pake rayu-rayu, mentang-mentang sudah dapat!” Naya mencoba tersenyum.



“Udah gak sakit?” Naya menangguk!



“Eh...udah sampe mentok, kan?” Naya bertanya…Aku mengangguk! “Kalo udah, yah cabut aja, aku ngantuk mau tidur!”



“Udah mau cabut, huh?” Aku sampai kaget! Udah susah-susah dimasukin udah disuruh cabut. Astaga! Aku baru ingat, gadis ini belum pernah ngentot, belum tahu apa-apa soal ini.



Aku mulai menggoyangkan pinggulku sehingga kontol itu mulai mengobok-obok memek Naya dengan nikmat. Ahhhh… indah sekali gesekannya.. benar-benar mencengkram. Awalnya Naya masih menyeritkan dahi karena ngilu, tapi sekarang sakitnya semakin tak terasa …. Naya mulai mendesah, makin lama makin sering dan makin kuat.



Kali ini aku mulai memompa dengan tempo moderato, Naya makin terbuai… aku juga harus menahan nafsu. Gadis itu mulai keenakan, sementara kontolku mulai merasakan pijatan memek yang sempit itu. Ahhhh enak sekali. Naya mulai mengerang, tubuhnya terus bergelinjang nikmat….dikit lagi paling ia udah nyampe.



“Gimana sayang? cabut aja?” Aku meledeknya… hehehe. Naya tidak menjawab, malah tangannya menjambak rambutku, sedang kakinya menjepit pinggulku kuat-kuat… kini Naya juga turut menggoyangkan pinggulnya… sambil menceracau nikmat… entah mengerang, mengeluh atau merintih, aku tidak perduli.



“Ahhhh… aduh!” Naya berteriak kenikmatan.



"Kenapa Nay, mau udahan!" Aku meledeknya sambil memperlambat pompaanku.



"Dickhead ...!"



"Yah?"



"Jangan berhenti... terus dong!" Eheh ternyata ia sudah keenakan.



Tubuhnya semakin terhentak-hentak ketika liang kenikmatan itu mulai berkontraksi sehingga kontolku makin gak tahan… Naya menggelepar menahan gelora, sedang aku langsung memainkan jurusku… kontolku bukan lagi mengenjot, tapi menggedor dengan gelora…. RPM yang tinggi karena ingin membuat Naya menikmati orgasme pertamanya, ah ini enak sekali. Dashat nikmatnya, hasratku sudah terpacu mencapai puncak!



Gila… enak sekali memek sempit ini mengisap dengan kuat, aku jadi gak tahan. Astaga, aku keluar secepat ini!



“Ahhhhhhhh.” Aku berteriak puas.



Aku gak mampu lagi menahan… memek itu mencengkram kuat... nikmat sekali. Aku kalah... Baru sekarang aku sampe secepat ini... tak terasa tembakan demi tembakan keluar dari kontolku membanjiri memeknya. Rasanya seperti bendungan jebol ketika kantung spermaku diperas kuat dan kontolku mengejan, memaksa keluar sisa-sisa cairan cinta… ahhh nikmat sekali. Aku masih terus memompa paksa disela-sela orgasme ku.



“Ahhhhhhh… aduhhhhh…. Ahhhhhhh!”



Naya teriak kuat menyambut badai orgasmenya… tubuhnya terangkat melengkung dengan indah, sementara tangannya kedua tangannya meremas kuat punggungku… Ia keluar…



“Aaaarrrggggggghhhhhh!” Naya memelukku erat sekali.



Gadis itu masih meregang kenikmatan menyambut coitus pertamanya… Wajahnya puas… baru sekarang ia menikmati sensasi sedahsyat ini. Nafasnya masih tersegal dengan bola mata mendelik menatap nanar wajahku, seakan-akan tidak percaya. Tubuhnya kini terkulai pasrah.



Aku membelai rambut dan wajah gadis itu… Naya sungguh cantik! Benar kata orang, kecantikan asli seorang wanita akan tampak ketika ia orgasme… Ahhhh. Aku sangat beruntung telah membuat ia puas…



“Gimana sayang? enak? Gak nyesal kan!” Aku bertanya ketika nafas Naya mulai teratur dan tidak ngos-ngosan seperti semula.



Naya membuang muka… pasti malu mengakui kalau ia sangat menikmati percintaan kami. “Gak tahu!” ia berteriak lucu….



“Wah kalo gitu aku masukkan lagi yah untuk cari tahu!” Aku meledeknya, sambil jariku membelai klitorisnya dari luar.



“Aduh… ampun! Naya udah kecapean… Oh! tolong, aku mau diperkosa lagi… batangnya besar… ohhhh!” Ihhh aku jadi tertawa gemes.



“Gimana dong Nay? Enak kan?” Aku masih membelainya mesra… kali ini bongkahan yang di dadanya yang dibelai…



“Aku nyesel… nyesel banget!” Heh? Apa katanya? Tanpa sadar tanganku meremas toket dan memeknya. Ia bergelinjang geli.



“Huh?”



“Aku nyesel baru sekarang merasakannya, kalu tauh aku senikmat ini, sudah minta dari dulu!” Kata Naya sambil memejamkan matanya sambil memelukku erat-erat! Ihhhh...



“Sayang, kita istirahat dulu sejenak, yah… nanti dikit lagi ronde dua!” Aku segera beranjak dari tubuhnya dan tidur disampingnya. Naya masih menatapku heran.



“Kenapa, Nay?”



“Ada ronde dua lagi?” Naya masih memandangku bertanya-tanya! Aku baru sadar, gadis ini masih hijau.



“Eh.. tentu sayang, kita akan ngentot seharian… akan ku buat Naya nikmat terus sampe gak bisa bangun lagi!” Aku tertawa melihatnya!



“Emang bisa?” Naya tanya lagi… Ih… memang perawan ting-ting.



“Hehehehe…. Ok deh, gak pake istirahat. Lihat, kontolku sudah mau lagi!” Aku langsung bangkit dan mempermainkan lobang memiau-nya lagi!



“Astaga….ahhhhhhh!”



-----




Landa




Brenda



POV Landa



Kali ini aku harus angkat topi, Brenda jauh lebih pengalaman dan punya strategi yang mantap menghadapi gangbang dari tiga orang yang mengeroyoknya. Walau sudah beberapa ronde, ia masih kuat dan sanggup melayani ketiga pekerja kasar itu. Aku coba mengingat-ingat bagaimana cara Brenda mengatur strategi.



Dari awal ia menunjukkan antusiasnya terhadap kontol itu, dan sempat mengoral tiga kontol itu sampai keluar. Ia juga menunjukkan bahwa ia yang pegang kendali, dengan terus mengocok dan menggesekkan kontol itu ke memeknya sebelum masuk.



Melawan pentungan besar milik si satpam, Brenda memulaikan dengan gaya WOT dan mengatur tempo persetubuhan itu. Gerakannya mengulek mampu membatasi ruang gerak kontol hitam itu, sehingga ia tidak kepayahan. Gerakan itu juga tidak memakan banyak tenaga sambil mempersiapkan memeknya beradaptasi dengan ukuran kontol yang besar itu.



Selanjutnya ketika lawan mainnya terpancing, Brenda memakai gaya sendok... sehingga Brenda cukup diam ditusuk dari bawah tapi ia yang tetap kontrol ruang gerak kontol itu. Disini satpam itu akhirnya takluk juga.



Kemudian ia pakai gaya nungging, dan gaya misionaris melawan dua kontol pembersih kolam itu. Ia tidak mau buang banyak tenaga karena ukuran kontol mereka uang lebih kecil. Walaupun ia tidak pegang kendali, tapi ia pasti dapat mengimbangi dua kontol standar itu. Brenda hanya pasrah diapain dan tidak mau bergerak banyak.



Ketika kembali menghadapi kontol satpam yang besar Brenda terus berinisiatif memegang kendali dan menggunakan gaya berdiri ataupun tidur menyamping.



Kalo ngak salah ingat Brenda sih sudah empat atau lima kali keluar, tapi masih tegar. Akhirnya setelah mereka gak kuat lagi, Brenda masih kelihatan segar dan mampu mengimbangi tiga orang cowok. Aku akhirnya menyadari kesalahanku, ketika disodok kontol besar milik si satpam, aku justru pasrah nungging ataupun disodok dari belakang. Pantesan aku langsung kewalahan menahan serangan dan langsung KO sejak awal. Kalau dibiarin kontol besar itu mengambil kendali, maka tenagaku akan habis.



Eh, aku juga sempat rasa dimasuki tiga batang sekaligus. Ihhhh gila. Dua kontol standar mengisi anus dan mulutku sementara kontol satpam menggesor memekku dengan RPM tinggi. Permainan puncak yang sangat menguras tenaga, sehingga aku akhirnya pasrah menyambut orgasme beruntun dangan dashyat... sukar dilukiskan, sampe terbawa mimpi lho. Ihhhh... Seluruh sendi-sendi tulangku rasanya bergetar, dan aku sampe pingsan saking enaknya...



“Kringg kringg kringg”



Brenda pasti merasa terganggu, ia lagi asik dientot. siapa sih yang ganggu-ganggu pagi-pagi. Pasti ia kesal.



“Ehhhh tunggu-tunggu… aku harus angkat telpon dulu, penting!” Brenda masih duduk terangkang, sedangkan sebuah kontol hitam yang sangat besar sementara mengaduk-aduknya dari bawah. Sementara si satpam masih terbaring asik melayani nafsu gadis bule ini. Ia menekan tombol speaker dan menjawab telpon.



“Romeo? Kenapa!”



“Nerd-ho di mana kamu? Kita harus siap-siap! J. akan menjemput dalam 15 menit!” Terdengar suara Brian sibuk mencarinya



“Ohhh Shit, aku lupa… ih nanggung banget” Brenda segera menutup hape. Ketiga orang itu menatapnya dengan nafsu…



“Kalian entot aku secepatnya… buat aku puas dalam lima menit!” Brenda langsung mengambil posisi misionaris, terlentang sementara si satpam memompa kontolnya lagi. Kali ini pake RPM tinggi…. Hasilnya langsung terasa..



“Ahhhh terusss lebih cepat… Eh… ayo dong!” Tubuhnya terus meliuk-liuk dengan gerakan ngulek menyambut kontol si satpam, sementara kedua toketnya dirangsang sambil dikulum oleh salah satu pembersih kolam.



Brenda mengindar dan tidak mau di anal, sehingga harus rela tangannya mengocok kontol salah satu pemilik kolam.



“Ayo, terus… sudah dekat!” Kali ini kontol yang satu lagi masuk ke antara bibir menyumbat mulut Brenda, sehingga desahannya tidak terdengar lagi. Empat orang itu terus mengayuh menuju ke lautan kenikmatan… Sodokan si satpam masih terus kuat bersarang mengobok-obok memeknya….



“Ahhhhh!” sensasinya sungguh nikmat. Brenda terus mendesah dan mengerang. Ia tidak tahan lama-lama lagi, tubuhnya mengelinjang kuat… Kontol si satpam kelihatan lagi menyemprot … dan kayaknya tubuh si satpam sampe terhentak-hentak menyembur sedalam-dalamnya. Cewek itu juga sudah bergelinjang, pasti lagi orgasme…. Dan akhirnya memeknya kelihatan berkedut dengan tubuh yang terhentak-hentak menahan nikmat. Akhirnya Brenda takluk juga. Ia pasti lelah karena sempat berlomba melawan waktu.



Kuat amat cewek itu, masih terengah-engah, tapi segera bergerak memakai kembali pakaian… ih.. hampir ia jatuh karena lutut masih gemetaran. Untung tangannya sempat meraih sebatang kontol untuk berpegang.



“Nanti sambung lagi yah, kapan-kapan!” Brenda segera berlari keluar. Eh, aku juga ikut mengejarnya. Takut ditinggalin lagi kayak semalam.



-----




Brian aka Romeo

POV Seseorang



Hanya tidak lama kemudian kami telah tiba di tempat tujuan, suatu padang dipinggir hutan, jauh dari pemukiman. Agen T mengeluarkan perlengkapan, beberapa jenis senjata dan mengatur target. Hari ini kita harus latihan shooting, serta memperkenalkan beberapa peralatan kepada Romeo.



Cowok itu sampe heran melihat beberapa jenis granat dan senapan buru, M-16 ada disana. Selain itu Romeo ditunjukkan bagaimana menggunakan alat komunikasi, rompi serta berbagai sandi tangan.



Cowok romantis itu sampai terhenyak melihat betapa kita bertekad melindungi dia dari kejaran Mr. Logan dan Lefty John serta mafia lokal anak buah mereka yang banyak.



Melindungi warga negara adalah tugas kami, terlebih seorang selebritis kebanggaan Amerika. Aku bangga karena tugasku melindungi sosok yang dapat diteladani, tidak seperti artis atau selebritis lainnya yang manja dan norak.



"Bagaimana Romeo sudah paham?"



"Yes madam... ia sudah siap!" Aku memberi hormat kepada atasanku.



-----




Edo







Della




Vicka



Chicka




POV Titien


Masih terbayang terus apa yang terjadi tadi siang.



Setelah menikmati sarapan di resort, Brian dan Brenda minta pamit duluan. Seperti biasa aku tanya-tanya alasannya, tapi selalu dielak Brian. Kali ini aku melihat Brian menatapku dalam-dalam. Kayaknya ia juga tidak dapat menahan diri, tapi harus pergi demi tugas. Kali ini aku mulai mengerti betapa ia menderita karena tidak dapat memberi tahuku.



Aku menyentuh bahunya sambil mengangguk untuk memberinya kekuatan, pada saat kita berjalan menuju mobil. Aku tahu Brian sangat stress. Aku mengantar mereka masuk kedalam mobil landcruiser hitam. Brian menatapku tersenyum, ia kini tahu aku menunggunya.



Eh! tak sengaja aku melihat kedalam ada dua orang mengunakan pakaian militer dengan peralatan canggih di atas telinganya. Aku jadi tambah penasaran…Tapi kemudian aku merasa lega. Kini aku tahu Brian bukan orang jahat atau teroris, tapi berteman dengan pasukan pemerintah.



“Sayang, kenapa kamu gak mau ngomong?”



-----



Ahhhh mengapa semua nya tambah berbelit. Ada apa sih! Aku tambah yakin kalau Brian menghadapi suatu situasi yang gawat. Sayang sekali Brian gak mau ngomong… pasti ada yang ingin dilindunginya. Apa aku yah?



Aku terbangun dari mobil… terlalu banyak yang aku pikirkan sepanjang jalan.



Begitu tiba di tempat kos, aku minta Edo mengantarku ke rumah Om Agus, untuk mengangkut sebuah piano yang diwariskan Anita kepada ku. Piano itu cukup besar, merek Stuart and Sons, dibawah dengan peti kemas langsung dari Australia bersamaan dengan beberapa barangnya ketika ia pulang dari kuliah.



Karena gak muat di mobil Pregio, aku pinjam mobil pick-upnya om Agus untuk bawa piano. Sebelum kembali ke tempat kos, kami sempat singgah ke tempat repair untuk stem dan membersihkan piano itu supaya dapat digunakan lagi setelah lama terbiar. Sekali lagi tukang stem piano merayuku untuk menjual piano itu kepadaku, gila tawarannya gak main-main 80 juta!? Aku sampe kaget ternyata piano tua ini masih mahal juga…



Aku sempat bertanya-tanya, bagaimana caranya menurunkan piano ini dari mobil. Kalu di rumah Om Agus sih banyak karyawan cowok, demikian pula di toko repair alat musik. Tapi di rumah kos palingan hanya ada Bang Jaya, si sopirnya Om Agus dan Edo. Mudah-mudahan Brian sudah pulang, kalo Shaun gak diharapkan pulang secepat ini. Mungkin nanti malam… masih asik bulan madu tuh!



Eh… mudah-mudahan ada tukang bakso dan gorengan di depan rumah… bisa bantu angkat.



Hampir seratus meter dari tempat kos, kembali aku melihat mobil hitam Landcruizer di parkir di pinggir jalan. Eh, kali ini ada 3 buah mobil sejenis. Tampak Brian dan Brenda berjalan menuju tempat kos. Ada apa sih? Kok serius amat…



Aku makin penasaran. Ternyata apa yang dihadapi Brian ini bukan main-main.



-----



“Titien! Kamu yakin ini piano-nya?” Tanya Brian sambil melongo menatap ke arah piano tersebut. “Ini piano Australia, buatan Stuart and Sons masih seri-seri awal… ini piano amat langkah… mungkin hanya ada 5 di dunia… kok bisa ada di sini?”



Ihhh dasar gila musik, aku sampai kaget. Eh tunggu… Berarti orang di toko repair itu tahu harga dong?



“Brian tahu banget soal piano, kan!” Kataku mencoba memancingnya.



“Eh, aku dulu punya satu kok, persis seperti ini. Kok bisa yah, warna-nya, ukurannya, jumlah tutsnya sampai pedalnya pun sama persis!” Brian masih sibuk mengutak-atik piano itu. Tak lama kemudian mengalunlah lagu yang sangat indah buah hasil jari-jarinya yang sangat lentik itu.



“Ini piano dikasih saudaraku, dibawa dari Australia!” Aku coba jelaskan.



Brian tercekat, ia masih belum mempercayai kemujurannya.



Belum sempat Brian bicara keadaan sudah menjadi heboh, Naya dan Shaun tiba dari Tangkoko.



“Mat sore semua!” Suara Shaun menggema. Naya jalan disampingnya malu-malu… eh, kok jalannya udah lain… hihihi.



Kedatangan mereka langsung disambut dengan tepuk tangan oleh Della dan aku layaknya pengantin baru. Wajah Shaun bersinar dengan bangganya seakan seorang pahlawan yang pulang dengan kemenangan, sedangkan gadis itu lebih banyak tertawa malu dan menghindar dari ejekan.



Setelah selesai mandi, Shaun dan Naya didaulat untuk menceritakan pengalaman mereka. Semuanya sudah tegang menunggu di ruang nonton sementara kita makan snack sore.



Eh… aku baru sadar, gak semua orang mengetahui tentang kejadian mesum tadi subuh di Tangkoko. Baru aku dan Della yang tahu. Edo dan Brian justru sibuk tanya-tanya soal pengalaman Shaun soal Tarsius.



“Dickhead… tell us about your jorney? Did you successfully conquer the cute little creature?” Tanya Brian



“Wah… bukan cuma sukses lagi… Sangat berhasil!” Kata Shaun dengan bangganya.



“Terus gimana, cerita dong ketemunya gimana? Kecil dan imut gak?” Edo tanya lagi.



“Eh, yah ketemu di kamar dong. Kecil-kecil tapi garang lho… cute but so curvy it can be hard and elastic! Gemes loh?” Shaun asal jawab sambil memperagakan tangannya meremas toket. Pasti pikirannya tentang Naya. Aku dan Della sampe tertawa-tawa memandang air muka Edo dan Brian yang bingung tidak mengerti maksud Shaun.



“Shaun sempat bawa di kamarmu emang nya? Gak takut emangnya!” Kali ini Brian yang tanya.



“Romeo … kali ini dia sudah jinak. Wong aku semalam tidur dengan dia…!”



“Semalaman? Terus gak di apa-apain?” Brian bertanya terus walau bingung dengan jawaban Shaun.



“Yah pasti ngapa-ngapain, dong. Rugi … Eh, walau dia-nya kecil tapi nafsunya tinggi. Kuat banget, lho. Bisa ngentot sampe 5 kali? Padahal cute gitu…!” Shaun tambah penjelasan.



“Huh? Kok bisa?” Tanya Edo.



“Iya, aku sempat 5 kali keluar, tapi dia sampe belasan kali!” Edo dan Brian sampe kaget mendengarnya.



“Astaga, kamu ngentot dengannya?” Brian masih bingung sedangkan aku dan Della tertawa keras.



Naya udah kehilangan begalnya… diam aja sambil memelukku kuat-kuat. Kalau aja tidak aku tahan, sudah dari tadi ia lari menjauh atau mencubit Shaun. Shaun hanya tertawa-tawa mengiyakan dengan bangganya.



“Astaga, kamu beneran em-el dengannya?” Brenda ikutan tanya.



“Iya… ternyata dia-nya masih perawan lho, sempit sekali, tapi akhirnya ia takluk juga sampe terkencing-kencing!” Shaun melucu. Aku dan Della hampir pingsan tertawa, Naya juga ikutan tertawa sambil menutupi rasa malunya.



“Jadi dia juga bisa orgasme, yah?” Brenda masih tanya lagi.



“Iya dong, emangnya gak bisa? tuh… tanya aja sendiri…!” Shaun menunjuk ke arah Naya.



“Astaga, jadi maksud kamu dari tadi itu Naya?” Edo dan Brian langsung sadar dan tertawa. Brenda juga sampai tertawa terguling-guling.



“Wah.. pantesan, jadi Dickhead sudah ngentot dengan Naya dong ceritanya, kirain!” Kata Edo.



“Hihihi… mirip sih, dua-duanya kecil, imut terus jahil!” Kata Brian sambil tertawa-tawa.



Sejak itu Naya dipanggil tarsius.



“Oh… jadi kalian tadi tanya soal tarsius?” Shaun baru sadar setelah Naya mencocornya dengan cubitan.



Kami terus tertawa-tawa mengulang-ulangi jawaban-jawaban Shaun yang ngaco.



“Eh ada fotonya kok! Lihat aja langsung!” Shaun menyambung camera DSR-nya ke TV untuk menunjukkan foto-foto hasil perburuannya. Semua orang mau lihat... supaya mudah Shaun mengatur dalam mode slide show.



Beberapa foto pertama terlihat tarsius waktu malam, bersama anak-anaknya. Kemudian terlihat rombongan tarsius, ada yang makan, berkejar-kejaran, dan berayun.



Foto berikutnya sudah hampir pagi… beberapa ekor tarsius terlihat dekat sekali, malah ada beberapa foto close up.



Berikutnya sudah pagi, ternyata tarsius masih ada, belum masuk ke tempatnya. Mungkin karena bayangan pohon yang rindang. Ternyata ada juga Tarsius yang keluar pagi hari. Kali ini difoto dari dekat. Ada yang lagi di pohon, dan lagi makan.



Foto berikutnya sangat berbeda, terlihat Naya sangat dekat dengan tarsius yang mengambil makanan dari tangan Naya…



Foto berikutnya yang justru buat kehebohan, gak ada tarsius, yang ada Naya dengan ekspresi kenikmatan lagi ML di pinggir pantai. Astaga… Belum sempat kita bereaksi muncul lagi foto Naya dengan ekspresi lagi orgasme, sementara kontol Shaun masih tercolok di dalam memeknya…



“Eh, Shaun… aduh, kok foto yang itu!” Naya berteriak malu. Dengan segera ia memukul-mukul punggung Shaun yang masih tampak baru sadar.



Sementara Naya menyerang Shaun, mereka tak sadar masih ada beberapa lagi foto ngentot dalam berbagai gaya terpajang di TV. Aku, Della dan Brenda sudah ribut tertawa-tawa, sementara Brian dan Edo memandang melongo gak percaya.



“Shaun, hapus dong!” Naya masih mencubitnya kuat-kuat, tapi sebentar kemudian ia sudah lari memelukku. Wajahnya sudah merah padam karena malu, sementara Shaun sudah dari tadi minta maaf gak sengaja.



-----



Sore itu Brian dan aku mencari biola baru untuk mengganti miliknya sudah sudah kurusak. Brian yang bawa motor, dan aku yang tunjuk jalan.



Aku cape sekali, cowok ini reseh banget. Sudah berapa toko musik kami masuki selalu aja gak mau yang ia mau. Padahal aku sudah bilang terserah harganya berapa, aku beli. Eh, asal jangan lewat 5 juta. Aku bingung mau kemana lagi, agaknya semua toko biola sudah kami masuki.



Apa dia sengaja supaya lama-lama jalan dengan ku, OMG mungkin ia takut kalo udah dapat aku tidak akan jalan dengan dia lagi. Iiihhhh… norak banget. Hehehe.



Sebenarnya sejak tadi aku merasa sangat bahagia jalan dengan cowok itu, beberapa aku aku gak sengaja mengandengnya, atau kadang kami gak sadar sudah berpegangan tangan.



“Titien, makan dulu, yuk. Aku sudah lapar!” Ia menarik tanganku menunjuk ke sebuah restoran yang terbuka. Restorannya terkesan mewah namun belum banyak orang.



“Okay tapi bayar masing-masing!” Tinggal sepenggal harga diri yang menahanku untuk tidak akrab dengannya.



Sementara makan, seorang pengamen tua datang menghibur kami dengan biolanya yang sudah butut. Permainannya sih biasa, masih jauh di bawah Brian. Tapi cowok itu terpaku melihat pengamen itu menggesek-gesek potongan kayu dengan tali dari ekor kuda. Brian terlihat kagum dengan suara yang dihasilkan biola itu.



Ia memberikan uang sebesar 100 ribu, dan minta ijin melihat biolanya. Matanya sampe berbinar-binar. Tak lama kemudian ia kelihatan sibuk bertransaksi dengan pengamen tua itu.



“Eh, Romeo, ada apa?” Aku bertanya.



“Honey, I want to buy this violin and ask for the price, but I have only 5 million left in my pocket right now!” Brian pake bahasa Inggris supaya aku nantinya aku bantu nawar.



How much is money he wants?”



He needs 10 millions, its for his grandson in the hospital!” Uihhhh mahal banget, kalo di Toms udah dapat 4 yang bagus-bagus.



“Are you sure you want to buy this old violin? It looks almost broken… why don’t you choose a new one and let me buy it?” Aku menawarkan solusi.



“No, I like this one. It sounds great. This is not a regular violin…” Ih ada-ada saja, dasar musisi. Seleranya aneh...



Aku segera membayar sisa uang itu, dan memberikan kepada pengamen tadi. Brian meminta dengan sangat supaya pengamen itu makan dengan kami sambil ia bertanya-tanya soal biolanya.



Ternyata pengamen dulu bekas pembantu sama keluarga yang sangat kaya asal Belanda di zaman penjajahan di Jakarta. Biola ini milik dari keluarga itu, yang ketinggalan di zaman perang. Dulunya instrumen itu sangat disayang oleh sang bapak yang merupakan warisan dari kakeknya yang pencinta musik.



Jadilah itu milik sang pengamen setelah keluarga Belanda itu lari berlindung dari kejaran tentara Indonesia. Dan biola itu ia bawa terus, dan gak mau dijual kalo bukan cucunya lagi sakit. Pengamen tua itu terus berterima kasih kami mencukupkan kebutuhan supaya cucunya bisa dioperasi.



Setelah pengamen itu pergi, aku menarik Brian kembali ke kos. Ia masih ingin jalan-jalan denganku, tapi aku memaksanya pulang. Hehehe… kayak anak kecil aja, dipaksa-paksa. Menurut Brian biola ini langka, dan setelah ia amat-amati, menurut ia ini bisa jadi salah satu dari 50 biola pertama buatan Stradivarius yang terkenal di dunia. Aku gak ngerti apa maksudnya.



“Titien, aku merasa takdir membawaku ke Manado, bisa memainkan lagi piano langka, eh… kali ini dapat biola langka. Nanti kalo aku jual, aku berikan kamu 50%-nya.” Brian asal berjanji.



“Eh, kok pake komisi-komisi segala. Seharusnya aku yang bayar biola itu…, kamu sih, maunya yang mahal-mahal.” Aku kembali ngomong dengan ketus.



“Memang kok, seleraku yang tinggi-tinggi… itu sebabnya aku hanya suka pacaran denganmu!” Brian balas merayu. Aku langsung tersadar dan melepaskan tanganku yang dari tadi sudah menggandengnya. Bahaya, nanti dilihat orang rumah.



“Eh, kenapa sayang?”



“Aku belum mau bicara dengan kamu, Brian belum jujur pada ku!” Aku menusuknya lagi dan cepat-cepat masuk ke kamarku, membiarkan cowok itu sendirian di luar.



-----



Eh, Brian sementara bicara dengan siapa di luar? Kok pake ngaku-ngaku pacarnya. Aku penasaran dan segera keluar pura-pura pergi ke ruang nonton. Hatiku lega melihat Brian sementara memeluk Chika gadis dengan keterbelakangan mental. Brian benar-benar memperlakukannya seperti adiknya sendiri. Telah berulang kali ia katakan kepada gadis itu mereka pacaran. Kali ini mereka lagi ngomong dengan seru.



Aku melihat Vicka, kakaknya Chika sementara berdiri di lobby lantai dua. Ia pasti memperhatikan adiknya. Aku menghampiri dia sementara mendengarkan percakapan Chika dan Brian.



“Tahu gak, Edo udah pacaran sama Kak Della!” Kata Chika.



“Huh? Chika tahu dari mana!” Brian tanya.



“Aku ada lihat mereka lagi main kuda-kudaan… tuh di lantai dua. Juga sama Boy dengan Brenda, dan Shaun dengan Landa!” Kata Chika dengan polosnya. Astaga, ia pasti melihat pesta seks mereka.



“Terus gimana?”



“Tapi si Boy dan Shaun ganti-ganti pacar, tapi si Edo tetap pacaran dengan Kak Della!” Chika coba jelaskan.



“Kalo Chika maunya pacaran dengan siapa?” Kata Brian.



“Kak Brian, dong. Ganteng sih… tapi belum boleh main kuda-kudaan. Kak Vicka gak kasih!” Jelas Chika lagi.



“Okay, pacarku Chika!” Kata Brian.



“Iya… aku senang juga pacarnya kak Brian!” Gadis itu kelihatan senang sekali dianggap pacaran dengan Brian. Apa lagi Brian memeluknya mesra, seakan menumpahkan segala masalahnya dengan ku. Aku dan Vicka memandang mereka dengan terharu.



“Eh Vicka, kenapa?” Aku kaget, Vicka menangis tersedu.



Aku memeluknya dan membiarkan ia menangis. Ia kemudian menceritakan alasan ia terus berpisah dengan suami karena harus menjaga Chika, semua keluarganya gak mau lagi menerima gadis itu.



Minggu lalu ia melihat keganjilan tingkah lagu Chika yang mulai mesum, tiap ketemu cowok mau isap kontol. Kejadiannya bermula sejak ia titip Chika di kampung beberapa bulan lalu, waktu suaminya datang. Tadi pagi ia membawa Chika untuk di test dan ternyata hamil 2 bulan. Ternyata Chika sudah dipakai orang-orang kampung.



Vicka tambah menangis.



“Aku takut Tien apa kata orang? Aku sangat menyayagi Chika! Suamiku pasti marah-marah karena tinggal aku yang mau membelanya. Tapi gak mungkin kan ia kawin, siapa yang mau? Pasti keluargaku jadi cerita orang sekampung lagi... Aku sudah banyak berkorban. Untung suamiku masih dukung selama ini, tapi sekarang?”



Vicka menangis tersedu-sedu di bahuku. Aku mencoba menenangkan dia. Pasti ada jalan keluar.



Kini aku sadar, masih banyak orang di dunia yang punya masalah yang lebih besar dariku. Aku tidak boleh terus larut dalam kesedihan ditinggalkan Nando, sedangkan orang lain terus berjuang disaat mereka mengalami ketidak beruntungan. Harusnya aku bersyukur pernah mengenal Nando dan yang telah menjadi bagian dari hidupku. Dan harusnya aku bersyukur bertemu dengan Brian, dia adalah masa depanku.



Aku harus membuka diri… membuka hati padanya… gak perlu gengsi lagi. Serba terbuka, eh, kalau perlu buka memekku untuk kontol besarnya! Uppps, kok pikirannya sampe situ, hehehe.



-----





POV Brian



Ah… kalau saja semua cewek di dunia polos seperti Chika, dunia ini akan lebih baik. Jangan seperti pacarku itu… si Titien, alasannya banyak sekali… padahal mau. Huh! Dari kemarin dulu ia jinak-jinak merpati. Pura-pura menjauh tapi tidak menyembunyikan perhatiannya kepadaku. Hehehe… aku gak tauh sampe berapa lama sandiwara ini berlangsung.



Astaga! Tadi Chika menceritakan soal seks party minggu lalu. Wah, beruntung amat si Dickhead, udah ngentot Landa dan Naya juga. Eh, seks party, atuh. Aku sudah hampir sebulan disini gak pernah nge-seks. Selalu hanya sampe di oral atau gesek-gesek dengan Titien dan Naya. Kapan aku ngentot pacarku? Rugi dong, bisa-bisa sampe pulang gak pernah merasakan memek gadis Manado yang sudah termasyur lho… hehehe.



Sampai sekarang aku belum tahu kelanjutan hubunganku dengan Titien. Setelah ini gimana? Apa ia mau ku boyong ke Amerika? Belum tentu sih? LDR aja? Ih gak seru. Harusnya aku lagi bersamanya membahas mengenai hal itu, tapi ia sudah masuk ke kamar. Ah... aku sudah terlanjur sayang.



“Yah, kayaknya malam ini apes deh, yang ada tinggal Shaun dan Naya, sama Edo dan Della asik-asik duduk sambil nonton. Aku join aja… dari pada sunyi di kamar.



-----



Kami lagi asik ngobrol ngelantur kemana-mana. Sebagaimana biasa, sasaran ejekan ke dua gadis imut yang bersama-sama kami. Shaun udah minta Naya temani ke kamar, tapi Naya dengan polosnya bilang masih sakit.



“Apanya sih yang sakit?”



“Itu, yang ditusuk tadi pagi! Masih sakit…” Naya polos aja manja-manja, tadi waktu jalan harus dipapah oleh Shaun. Katanya masih ngilu…



“Mari aku pijat!” Kata Shaun.



“Ih… ada Brian!” Kata Naya melirik ku. Tapi ia biarkan aja tangan Shaun membelai memeknya dari luar.



“Eh, kok hanya Brian. Emangnya aku gak dianggap?” Edo ledek…



“Kamu kan ada Della, jadi pasti akan ditabok kalo macam-macam. Tapi Brian kacian? Kalo ia mau gimana?” Naya menjawab diplomatis sambil meledekku.



“Kok bisa sakit sih, Shaun emangnya main kasar!” Tanyaku mengejek Naya.



“Eh, gak juga kok!” Naya menjawab seadanya.



“Emang banyak darah yang keluar, yah? Supreinya ada bercak darah?” Brian mengejar Naya yang dari tadi menjawab polos dengan lucunya.



“Ada dua, tapi yang satu darahnya Shaun!” Naya lagi.



“Astaga, Shaun juga sampe keluar darah? Hahahahahaha!” Brian dan Edo sampe terguling tertawa, sedangkan Della juga ikut nyengir.



“Ih… maksudnya jari Shaun sempat luka berdarah!” Jawab Naya lagi.



“Astaga, Shaun gak pake kontol? Pake jari aja? Terus bisa sampe berdarah, gitu?” Brian mengejar terus, Edo dan Della ketawa lagi. Naya aja yang jawab polos.



“Heeeee! Dengar baik-baik Romeo. Memeknya sakit karena kontolku besar, titik!” Shaun mulai terpancing.



“Ohhh, gampang Nay, potong dikit ujungnya!” Kata ku lagi…



“Atau lebih baik kecilin pake ampelas, seperti kontol Edo!” Kata Della meledek dan disambut dengan kelitikan dari cowoknya.



“Apa katamu?” Della hanya tertawa genit. Sementara itu Naya juga menertawakan cowoknya yang ngamuk-ngamuk ke Brian.



“Shaun, udah dong tangannya, memekku gak kan hilang kok! Masak dijaga terus…..” Naya ikutan melucu.



“Eh… kali ini serius deh, tadi malam Shaun sampe berapa kali sih?” Aku bertanya kepada Naya… Gadis itu pura-pura menghitung.



“Kayaknya sekitar 30 kali…” Astaga! Kuat amat… aku dan Edo sampe tercegang.



“Astaga, gak kebanyakan? Nay sampe 30 kali orgasme?”



“Oh... maksudnya Shaun tiga puluk kali nembak di memek!” Naya sadar sudah keceplos, ia malu banget.



“Huh? Naya gak pake kondom?” Della bertanya kaget.



“Eh.. Kak Titien suruh pake dua lapis, tapi belum sempat dipake udah dientot duluan!” Naya kembali menjawab polos dan kembali membuat kami tertawa-tawa.



"Eh, ini... waktu diperawani, siapa yang orgasme duluan? Naya atau Shaun!" Aku bertanya lagi.



"Kayaknya Shaun! Ia duluan nyemprot!"



"Ahahahahha!" Aku dan Edo tertawa terbahak kuat meledek Shaun yang tidak bisa mengelak.



"Ia ia... aku ngaku kalah, tapi selisihnya cuma dikit kok, Naya cengkramannya mantap banget!" Kata Shaun.



"Naya sih pake ngomong rahasia dapur!" Shaun juga ikut tertawa, sementara Naya menatap bengong bertanya-tanya apa yang lucu!



-----



Tiba-tiba Boy datang mengajak kami dugem malam ini. Naya yang melihatnya sebagai kesempatan untuk istirahat, langsung mengijinkan Shaun pergi. Brenda dan Edo juga ikut, sementara Della dan Landa tinggal, mau telpon ke kampung katanya soalnya adik Della mau datang ke kota besok.



Aku kembali mengetuk pintu kamar Titien, mengajaknya atau paling tidak meminta ijin untuk pergi. Aku tahu palingan ia gak ijinkan.



“Kenapa Brian? Ganggu terus!” Titien mengomel waktu membuka pintu.



“ini, Boy ajak kami dugem ria malam ini, kamu mau ikut?”



“Gak, aku gak hobby gituan. Aku tinggal yah!” Bener pikirku, Titien gak mau.



“Eh, kalo gitu aku nemani kamu saja di kos!” Ini kesempatan emas bagiku.



“Eh, gak! Brian pergi aja! Ayo bersenang-senang dengan mereka!” Titien justru menyuruh ku pergi. Aku melihat ia sempat mengeraskan dagu, mungkin ia mau menegaskan kalo kita gak ada hubungan apa-apa lagi.



“Tidak, aku lebih suka tinggal kok. Aku hanya mau pergi kalau Titien ikut!” Aku juga berkeras menyatakan keinginanku bersamanya.



“Brian harus pergi, mereka pasti pulang mabuk, dan butuh kamu untuk bawa mobil!” Wajah Titien tersenyum. Aku kini lega. Artinya ia percaya aku gak akan minum-minum.



“Okay, aku pamit dulu yah! Cium dong!” Aku mendekati pipinya yang langsung ditarik. Ia melotot seakan mau mengingatkan kembali kita lagi bubaran. Ihhh gemes.



Dan aku tambah kaget ketika di dugem bertemu dengan Gina, Noula dan Devi. Agaknya sudah janjian dengan Edo sebelumnya.



Astaga, tiga cewek ini mengenakan pakaian yang sangat seksi dan mengobral nafsu. Wah… bisa-bisa ada kejadian lagi malam ini.




Gina



Noula



Devi



-----




POV Titien



"Tok tok tok..." Della membuka pintu. Eh bener kan, anak ini gak mau ikutan dugem...



"Ada apa Kak Titien?"



"Kita ganguin Naya yuk!" Aku mengajaknya, dan langsung mau. Kami berpegangan tangan ke paviliun Naya di lantai 3.



"Eh, Landa ada? Tumben gak ikutan dugem?" Aku bertanya.



"Iya gak tahu, aku suruh Edo jangan bilang, hehehe!" Della main mata.



-----



"Nay, buka dong... ini Kakak?" Tak lama kemudian pintunya dibuka.



"Ngapain sih ganggu-ganggu orang tidur?" Naya mencium gelagat buruk ketika melihat aku menyeruduk masuk bersama Della sambil senyum-senyum.



"Eits gak bisa lolos...!" Aku bicara pelan-pelan membuat Naya stress. Ia pasti udah tahu lagi dikerjain. "Naya harus cerita apa yang terjadi tadi pagi. Kakak sudah lihat bukti di foto...!"



"Rahasia dapur tetangga gak boleh orang tahu… ada Della lagi" Naya mencoba mengelak.



"Eh…justru Della yang nyuruh kakak rekam percakapan kita tadi pagi. kamu mau dengar? "Aku memutar kembali percakapan telpon dengan Naya pas waktu dientot Shaun… kedengaran jelas suara Shaun dan Della walau volumenya kecil.



Naya malu sekali…



"Jadi gimana? Mau cerita atau mau disebarkan… palingan semua mau dengar….!" Naya terpojok tapi Della sudah tertawa.



"Hehehe… ia Naya kalah… tapi Della harus janji, jangan bilang-bilang orang!" Naya mengancam tapi ditanggapi cewek itu dengan santai.



Naya cerita detail bagaimana Shaun balik subuh... dan sempat mendengar percakapan telpon Naya. Dan ia langsung sadar... Masih nelpon, Naya sudah ditelanjangi ... dan gak bisa melawan ketika Shaun membelai dan menjilat toket dan memek nya. Shaun mau dioral tapi dikit aja, maunya langsung ke memek.



"Emangnya kamu udah basah?" Tanya Titien.



"Baru dikit sih... aku mau kasih licin dulu tapi Shaun udah nafsu banget!" Kata Naya



"Emangnya foreplaynya berapa lama?" Della penasaran.



"Hampir 15 menit!" Naya jujur.



"Itu mah udah lama, dikit lagi banjir badang..." Della meledek Naya yang hanya tertawa-tawa.



Eh, kayaknya gadis itu sengaja ngomong aneh-aneh, mentang-mentang sudah pernah! Untung ada Della yang tahu situasi sebenarnya.



"Dimasukkan gaya apa, Nay?" Aku tanya lagi sedetail Mungkin.



"Misionarislah... Naya di ranjang, dibuka kaki, terus Shaun masuk!" Naya polos.



"Sakit... ?"



"Sakit banget kak, itu sebabnya Naya gak mau lagi...!" Huh?



"Mau dikelitik yah, ngomong aneh-aneh!" Naya hanya tertawa malu.



"Iya iya, sakit tapi gak pake banget, dan hanya bentar aja!" Kata Naya, kali ini ia memelukku sambil menaruh tangannya di toketku kiriku.



"Ihhh, manjanya! Tuh dilihat Della!" Eh... Della juga ikutan memelukku sambil memegang toket ku yang satu.



Aku membiarkan aja dua gadis itu mengeranyangi toket besarku, kedua gadis itu malah bersaing untuk membuat aku menggelinjang kegelian.



"Nay, terus gimana enak gak? Cerita dong...!"



“Terus gimana dong, enak gak?”



“Yah pasti dong. Gini, kak. Awalnya sih terasa sakit waktu masuk, apalagi waktu selaput keperawanan robek. Aku sampai berteriak kesakitan. Kemudian juga masih ngilu waktu kontolnya masuk terus sampai mentok. Pas di dalam, terasa sesak banget. Untung Shaun sempat diam kasih waktu untuk adaptasi…”



“Terus kalo kalo sudah masuk sampe mentok, udahkan?” Ketahuan banget aku masih belum pernah bersetubuh.



“Gak langsung dicabut lah… Hahahahaha ….!” Della tertawa kuat-kuat, dan Naya pun senyum-senyum.



“Eh, kenapa?” Aku bingung.



“Eh, persis kak… aku juga waktu pertama minta Shaun langsung cabut dan tidur, eh langsung diejek ‘dasar perawan’…!” Naya membelaku.



“Terus…”



“Rugi dong kak kalo langsung dicabut belum dapat enaknya. Jadi setelah memekku beradaptasi, Shaun mulai memompa terus sampe aku rasa kegelian, terus setelah beberapa lama semakin mendekat ke puncak kenikmatan, dan akhirnya… boom!” Naya coba jelaskan.



“Apa itu?”



“Yah, orgasme…!”



“Ohhhh!”



“Kak Titien sih, pura-pura gak tahu!” Ledek Della.



“Della, Kak Titien itu satu-satunya spesies perawan yang polos di bumi ini, orangnya baru minggu lalu diajarin oral, jadi maklum lah…” Naya memberikan penjelasan yang lebih mengarah ke ledekan.



"Habis itu Naya langsung tidur?" Aku tanya lagi.



"Gak juga sih, istirahat gak lama terus lanjut ronde dua." Naya jelaskan.



"Huh? Bisa ronde dua?" Aku kaget, Della tertawa lagi, Naya juga nyengir.



“Makanya kita harus ajarin Kak Titien supaya gak kaget lagi waktu em el dengan Brian, supaya gak bego-bego gitu pertanyaannya, hehehehe!” Kata Della sambil mencolek toketku lagi. Eh, kedua tangan mereka sudah masuk dibalik bajuku… mana aku gak pake bra lagi. Aku balik menyerang toket Della yang kecil dan lembut. Ia membiarkan aja.



“Eh.. gini aja! Kebetulan aku ada video seorang gadis lagi diperawani cowok bule. Kita nonton yuk!” Naya mengedipkan matanya kepadaku, dan aku mengerti. Hehehehe… rasain kau Della.



“Eh, Della, matiin dulu rekamannya!” Della sambil nyengir mengeluarkan hapenya dan menekan di layar!



“Astaga kak? Percakapan kita direkam?” Naya kaget sekali.



“Hehehe… Nay, aku sudah pegang kartu truf mu, jadi kamu gak boleh macam-macam!” Kata Della kesenangan.



Aku dan Naya saling melirik dan tersenyum, kenyataannya kebalikan. Kartu truf Della yang dipegang Naya.



-----




POV Della



Ternyata Naya orangnya mengasyikan, baru aku tahu walaupun ngomongnya ketus, Naya justru sangat polos dan suka bersahabat. Sayang, baru sekarang aku masuk dalam pavilion mewah ini. Dindingnya kaca bening semua… kalo buka curtain, bisa jelas kelihatan sekeliling. Ada ruang tidur lengkap, ruang nonton dan game, juga dapur kecil. Dari kamar ada akses langsung ke gym. Eh, ada juga kamar mandi pake kolam Jacuzzi… ih.. gadis imut itu hidup kayak raja-raja.



“Sekali lagi yah! Kak Titien janji gak akan protes macam-macam sampai selesai video. Terus Della harus jelaskan secara detail apa yang terjadi di video sampai selesai, gak boleh protes! Ok setuju?” Naya siap memutarnya.



“Setuju!” Kata Titien dan aku hampir bersamaan. Aku mengiyakan saja walaupun masih bingung apa maksudnya gak boleh protes.



“Soalnya Della orang yang paling tahu tentang hal ini!” Naya memberikan hint lagi.



Kali ini kami pindah ke sofa, dan aku kini duduk di tengah siap menonton video. Aku tidak sadar kalau tangan Titien sudah mulai menggrepe-grepe lembut gundukan-gundukan di bagian-bagian tubuhku.



“Eh itukan Shaun… di mana ini” Aku bertanya-tanya ketika video sudah dimulai.



Astaga! Aku sangat kaget soal video dan menyadari bahwa diriku menjadi pemeran utamanya bersama Shaun. Itu video disaat aku kehilangan keperawanan.



“Astaga! Aduh… kok, Eh…. Ampun. Nay, matiin dong videonya!” Aku terkejut dan langsung teriak protes. Ih… malu sekali, itukan harusnya jadi rahasia pribadi…



“Eits, Della sudah janji gak bisa protes lagi sampai videonya selesai! Ayo dong cerita… ini udah tahapan mana? Wow… kayaknya toketnya langsung tegang tuh?” Naya terus meledek.



"Eh videonya ... Naya dapat dari siapa video ini?" Aku penasaran, tapi gadis itu diam aja. Aku tambah gelisah melihat ekspresi wajahku yang sudah nafsu di close- up.



“Dasar udah keenakan sampai gak tahu kalo lagi direkam!” Kata Naya meledek gadis itu.



Akhirnya sepanjang video diriku terus menjadi sasaran ledekan, sementara tangan-tangan kedua cewek itu puas-puasin menggrepe toket dan memek ku sampai selesai nonton. Ih.. kejamnya. Aku dari tadi hanya bisa menutup muka karena mau... awas kamu Naya.



----

Bersambung
 
Episode 28 I am sorry, my love




Brian




Brenda




Shaun




Edo




Gina




Noula




Devi



POV Brian





“Brenda, kamu yakin kita dugem? Apa itu aman?” Tanyaku deg-degan. Aku gak ngerti cara pikir cewek itu. Ia sendiri yang bilang kalo harus hati-hati dan gak boleh pergi ke keramaian, eh justru dia yang setuju kita dugem malam ini.



“Kamu butuh hiburan, Romeo.” Kata Brenda, mungkin kembali mengingatkan aku kalo cintaku ke Titien udah kandas sejak kemarin.



Mungkin ia benar…



Setelah putus dengan Titien, aku merasa berbeda. Rasanya sunyi gak ada yang bangunkan aku pagi-pagi untuk jogging lagi. Aku kembali merasakan kesunyian ditinggalkan Deyana dulu.



Masalahnya aku masih terus melihatnya sepanjang hari, kita masih tinggal serumah. Tapi kini rumah terasa sepi… tidak ada lagi canda dan tawa yang selalu ku rindu. Jangankan Titien, Naya dan cewek-cewek lainnya juga kelihatannya menjauhiku.



Dan semua ini hanya karena aku gak bisa ngomong apa yang terjadi. Tadi aku sempat pamit kepadanya. Waktu aku mengetuk pintu, ia membukanya dengan omelan.



“Kenapa Brian? Ganggu terus!” Aku tahu ia pura-pura ketus.



“ini, Boy ajak kami dugem ria malam ini, kamu mau ikut?” Aku iseng bertanya, padahal aku tahu sekali kalo ia gak akan pergi.



“Gak, aku gak hobby gituan. Aku tinggal yah!”



“Eh, kalo gitu aku temani kamu saja di kos!”



“Eh, gak! Brian pergi aja! Ayo bersenang-senang dengan mereka!”



“Tidak, aku lebih suka tinggal kok. Aku hanya mau pergi kalau Titien ikut!”



“Brian harus pergi, mereka pasti pulang mabuk, dan butuh kamu untuk bawa mobil!” Wajah Titien tersenyum… senyum yang sampai sekarang belum bisa terlupakan.



Akhirnya walau enggan, terpaksa aku pergi ganti baju lalu mengikuti mereka.



-----



Wah… bagus juga tempat yang dipilih Boy, terletak di lantai tiga di sebuah gedung dekat Pantai Manado. Cukup representatif. Kami sempat menunggu Gina, Noula dan Devi di tempat parkir.



Begitu kami masuk langsung terdengar musik yang menyentak dan tercium aroma minuman keras. Tampak dibawah penerangan yang kurang, ada cukup banyak orang-orang muda yang lagi asik turun melantai dengan bermacam-macam gerakan. Di sudut kanan terlihat DJ yang lagi memilih musik yang memicu adreanalin, sementara di sudut sebelahnya beberapa bartender sementara sibuk melayani pelanggan.



Ternyata Boy sudah cukup dikenal oleh penjaga pintu, sehingga kami langsung dapat pelayanan yang ekstra sebagai anggota rombongannya. Kami memilih tempat di pojok yang cukup untuk berdelapan, sementara minuman langsung ditaruh diatas meja berdasarkan pesanan sebelumnya.



Dugem malam ini akan dimeriahkan dengan performance dari sexy dancers, dan permainan laser. Tentu saja hal itu disambut meriah oleh Shaun dan Edo, sementara gadis-gadis yang kami bawa hanya nyengir malu-malu. Walaupun musik yang diputar terlalu keras, aku merasa cukup nyaman karena tempat ini eksklusif dan modern. Asap rokok pun tidak terlalu banyak seperti di night-club murahan, yang kurang bersih dan terawat.



Setelah menyelesaikan satu gelas, Boy langsung menarik Brenda melantai. Wah… kalo dugem sih dunianya gadis itu. Segera ia menjadi pusat perhatian cowok-cowok, sudah cantik, tubuh yang proporsional, pakaian yang sangat terbuka dan goyangan yang seksi. Brenda memang selalu menjadi primadona dunia gemerlap. Tak heran ketika tubuhnya meliuk-liuk indah hampir semua mata memandangnya. Boy aja sampe terperangah…



Selesai dua lagu Brenda menarik kami untuk turun. Gina dan Noula duluan memimpin jalan, sedangkan Devi masih malu-malu, tapi tak bisa menolak ditarik Brenda dan Shaun. Aku juga menemani mereka berdansa sekedarnya. Kali ini Brenda mendapat saingan dari Gina dan Noula. Sama-sama seksi, cantik dan gak malu-malu. Mereka saling mempertontonkan paduan kelincahan dan keindahan… Cowok-cowok sampe melongo melihat mereka bersaing. Kali ini aroma nafsu mulai ditebarkan.



Ketika lagu berganti irama slow, cewek-cewek langsung mencari pasangan. Brenda mendekatiku tetapi keburu ditarik oleh Boy, sedangkan aku dan Shaun langsung ditarik Gina dan Noula. Devi yang kurang agresif terpaksa berpasangan dengan Edo. Kami bergoyang dengan posisi tubuh yang saling menempel… agaknya lampunya juga sengaja digelapkan. Aku merasakan keempukan tubuh Gina dan keharuman nafasnya begitu dekat. Kali ini ia berputar dan mengambil tanganku memeluknya dari belakang. Bokongnya yang seksi menari-nari sambil menggesek kearah kontolku yang sudah mulai tegang. Ihhhh …. Cewek ini seksi banget, biking ngiler orang aja.



Setelah ku lihat sekelilingku ternyata Noula dan Shaun juga membuat gerakan yang sama. Kontol Shaun sudah kelihatan tegang menempel ketat pantat Noula sementara mereka bergoyang mengikuti irama lagu. Brenda juga ikutan menggoda Boy dengan pantat sekalnya. Kelihatan Edo mulai iri karena Devi masih malu-malu memeluknya seperti biasa. Tapi ia juga enak, soalnya gadis itu menempel di dada Edo.



Astaga, mereka agaknya bersaing. Noula membiarkan tangan Shaun menjelajah sekujur tubuhnya sambil menabrak-nabrak gundukan di dada gadis anggun itu. Melihat hal itu, Gina menarik tanganku dan diletakkan tepat diatas payudaranya, dan membantu meremas dengan tangannya… nakal sekali! Toket lembut gini dikasih gratis… hehehe.



Aku juga melihat Boy sudah membelai dan meremas toket Brenda dari tadi. Tangan Brenda tidak kelihatan. Namun ketika seberkas cahaya lampu lewat, aku lihat ternyata tangan Brenda sudah masuk menyusup ke celana Boy. Pantesan cowok itu diam-diam dari tadi… pasti lagi menikmati. Aku aja yang melihatnya langsung terangsang.



Edo aja yang kurang menikmati, karena Devi gak mau gituan. Anak manis sih kayaknya. Kasihan juga.. entah kenapa aku memperhatikan gadis itu. Mungkin karena gaya malu-malunya seperti Titien.



-----



Kali ini kita sudah berpindah di private room, yang cukup luas. Ruangan ini didesain untuk dapat melihat ke panggung disko di bawah lewat kaca gelap besar. Kayaknya ini kaca satu arah, sehingga yang dibawah tidak bisa melihat kami. Musik masih terdengar jelas, dan cahaya pun agak remang-remang. Ditengah ruangan tersebut ada sebuah meja bulat besar dengan tiang besi bulat pas ditengah-tengah. Aku baru sadar, ternyata itu untuk pole dancing.



Segera minuman kita datang, kali ini ditaruh di gelas-gelas kecil, tequila shot! Masing-masing mendapat 3 sloki… semua sudah pada minum, eh Devi juga… kayaknya ia butuh minum supaya tambah berani, katanya.



Aku penasaran mencoba meminum 1 shot, eh ternyata enak juga tapi kemudian aku baru sadar ada pil kecil yang dimasukkan didalam… mungkin extacy pil. Aku menatap Brenda, mungkin ini perbuatannya… dan dibalas dengan main mata sambil senyum menggoda. Wah, pasti ujung-ujungnya ini pesta seks… agaknya bukan cuma gelasku yang ditaruh pil, pasti Brenda ada rencana tertentu.



Lima menit kemudian hampir semua udah mulai mabuk. Aura kemesuman mengisi udara ruangan ini. Boy sudah mengunci pintu, sedangkan Brenda naik keatas dan mulai bergoyang seksi persis pole dancing. Ia juga mulai stripping, membuat cowok-cowok terpaku… kini yang tersisa tinggal g-string yang seksi. Brenda menatapku dan memanggilku untuk naik, apa aku naik aja yah? Brenda menggoda, dan kini mendekatiku... goyangan toketnya mantap sekali.



Apa aku naik aja?



Entah kenapa aku enggan… malah mendekati Devi yang meringkuk disudut. Tiba-tiba Devi menyentuh tanganku dan berbisik… Brian, lindungi aku yah…. Aku takut! Aku kaget, baru ingat gadis yang satu ini kayaknya anak baik-baik dan takut digrepe. Aku harus menolak ajakan Brenda.



Gelengan kepalaku memberikan tanda bagi Boy, yang segera naik dan membuka pakaian juga, dan mulai mengrepe-grepe cewek itu… akhirnya, Boy membuka secarik kain terakhir penutup tubuh dan memutar-mutarnya kepada kami, melambangkan kemenangannya. G-string itu dilemparkan ke Gina. astaga, kayaknya mereka memancing pasangan lain untuk buat hal yang sama.



Brenda yang sudah pasrah kemudian dibawa Boy ke sofa di salah satu sudut. Sementara Gina menggantikan ia naik keatas… Astaga, goyangan Gina tak kalah seksi … ia meliuk-liukkan tubuh dan mulai striping. Toketnya yang lembut terlihat bergantung dengan elegan, tidak padat lagi sih… ia menantangku untuk naik.



Aku menatap Devi lagi dan menyuruh Edo yang naik, dan disambut cowok itu dengan sukacita. Walaupun kecewa, belaian Edo mampu membuat Gina terangsang, dan dalam sebuah hentakan Edo mampu menelanjanginya. Kembali sebuah G-string dilemparkan ke Noula.



Wah… ternyata tubuh Noula sangat seksi, lebih indah dari Gina. Noula yang lebih tinggi dan anggun, menunjukkan kelasnya sebagai wanita high class. Tariannya pun anggun, tidak binal seperti gadis-gadis sebelumnya, tetapi memiliki keseksian yang khas… Shaun harus bekerja keras baru bisa menelanjanginya… dan akhirnya ia pun takluk sambil malu-malu. Shaun langsung menidurkan gadis itu di atas meja dan lidahnya mulai menjalar sampai bagian paling intimnya… Shaun membuat Noula mendesah kuat dengan jilmeknya diatas panggung. Wah, takluk juga akhirnya…



Devi yang dapat giliran terakhir menolak untuk striping. Ia memelukku kuat sebelum terlepas ditarik paksa oleh Gina dan Noula keatas panggung. Dan setelah diserang terus oleh Gina dan Noula, Devi pun menyerah melepaskan penutup terakhir tubuhnya. Kini ia berdiri telanjang dengan tangan menutupi bongkahan-bongkahan yang menonjol di tubuhnya. Astaga, walau imut… tubuhnya juga seksi dan padat… mungkin mirip Naya.



Begitu terlepas Devi kembali memelukku.



Tubuhku juga sebelumnya juga dikerjain oleh Edo dan Shaun, sehingga aku sudah telanjang seperti mereka. Ih… pelukan Devi benar-benar terasa… kan dua-duanya sudah telanjang.



Devi menarik aku ke salah satu sofa sambil memelukku gak mau terlepas seakan-akan meminta perlidungan. Sementara itu ketiga cewek lainnya langsung ditidurkan berjejer diatas meja, sementara para cowok mulai menjelahani seluruh permukaan tubuh intimnya dan berlomba-lomba membuat gadis-gadis itu puas dengan jilmek mereka. Gina dan Brenda malah sudah dari tadi memegang kontol lawan main mereka yang juga sudah telanjang. Pasti udah gak tahan digagahi…



Melihat hal itu, aku mulai terangsang. Bagaimana tidak, menyaksikan pesta seks dengan gadis-gadis yang cantik-cantik yang salah satunya lagi memeluk tubuhku kuat-kuat. Aku juga merasakan efek dari minuman dan terutama pil yang aku minum tadi, membuat tubuhku terasa ringan dan melayang, dan nafsuku bertambah-tambah.



“Eh jangan…” Devi mengambil minumku.



Aku mencoba mencegah, tapi ia sudah terlanjur minum dua tequila shotku yang masih tersisa diatas meja. Astaga, ia pasti minum pil yang ditujukan kepadaku. Bahaya ini…. Aku menyesal tidak segera mengamankan minuman ku, walaupun baru satu shot, efek dari pil membuatku sukar mengontrol diri.



“Aaaahhhhhh….” Terdengar desahan tiga gadis itu bergantian.



Kali ini sudah masuk main partnya, kontol Edo, Shaun dan Boy mulai mendesak masuk ke liang nikmat para gadis. Mereka mulai memompa memek-memek yang tersaji di depan mereka yang sudah pasrah. Pompaannya juga berirama, dari pelan-pelan sampai cepat. Eh, aku ingat. Kayaknya mereka lagi berlomba, cewek yang pertama keluar kalah dan harus menerima hukuman. Dan ketiga cowok itupun mengeluarkan jurus-jurus pamungkas dalam menggagahi wanita.



Kali ini Boy dan Shaun menang kelas dan jam terbang dalam keahlian memuaskan gadis. Walaupun Gina juga mendesah, tapi desahannya tidak sekuat Brenda dan Noula. Kedua cewek ini sudah sangat kepayahan, tinggal pasrah saja. Tinggal tunggu waktu salah satu akan keluar… Boy dan Shaun makin semangat dengan tusukan tajam dan RPM tinggi.



“Ahhhhh Ahhhhh” akhirnya Noula kalah… dan harus menerima hukuman. Ia harus mengoral Edo dan Boy dan menelan sperma mereka. Sementara itu Shaun masih terus saja menyodok liang Noula, yang kali ini tidak dapat bersuara karena mulutnya diisi dengan kontol Edo. Sementara itu ada Boy yang menunggu giliran disempong. Brenda dan Gina justru saling merangsang.



Adegan tersebut membuat Devi dan aku terlangsang hebat. Apalagi dari tadi kami sudah mengkonsumsi minuman keras dan terutama pil extasy. Tak terasa Devi sudah mengambil tanganku untuk meremas toketnya… kali ini ia naik ke pangkuanku dan menempelkan memeknya di batangku yang sudah tegak keatas.



Devi minta aku mencium toketnya, dan terus kulayani, toket yang masih kencang dengan ujung yang runcing. Devi keenakan, kayaknya sudah sangat nafsu. Aku membiarkan gadis itu juga mulai mengocok kontolku, dan kadang-kadang diemut. Aku merasa keenakan, dan kini posisiku sudah terlentang diatas sofa.



Sementara Devi terus mempermainkan kontolku… Tiba-tiba ia menciumku ganas, bibirnya melumat bibirku dan lidahnya menari dalam ronggga mulutku, membelit lidahku dalam kecupan yang panjang. Aku terlena… aku membalas ciumannya… tanpa menyadari tubuhnya sudah naik diatasku, dengan memek yang merekah tepat diatas kontolku yang sudah mengacung… dan dengan gerakan yang tiba-tiba, memeknya turun menelan kontolku…. Blesss!



“Ahhhhh…” Aku terkejut tak sempat mencegah… Devi menarik bibirnya dan menatapku mesra.



“I love you Brian!”



Aku masih melongo tidak percaya ketika memek yang masih sangat sempit itu sekali lagi dihujamkan keras-keras kearah kontolku. Ihhh sempit sekali, kayak perawan aja. Kontolku langsung merasa menabrak sesuatu… Astaga! Kontolku sudah masuk penuh, sampe mentok di dasar rahimnya.



“Aduh… Sakit….ahhhhh!” Devi melolong kesakitan. Ih.. sempit sekali, padahal vaginanya sudah basah kuyup. Ia mungkin gak menyangka batangku sangat besar memenuhi liang senggama, dan memaksa dinding-dinding memeknya merenggang selebar mungkin…



Waktu itu pil ekstasi yang telah kuminum terasa semakin mempengaruhiku, dan tanpa mampu berpikir lagi aku mabuk dalam kenikmatan. Dan tanpa terasa kali ini pinggulku mulai bergerak naik turun menyodok dari bawah. Dan kocokanku pun makin menggila, dan dicoba redam dengan goyangan pinggul Devi menapaki gerakanku, dari tadi ia sudah mendesah… tapi aku sudah keenakan dan terus menggedor dengan kecepatan tinggi mencari puncakku….



“Ahhhhhh!” Gadis itu mendapatkan orgasme pertamanya. Terasa sekali cengkramannya yang erat ditandai dengan kedutan-kedutan di memeknya, yang seakan memijit kontolku.



Aku tidak memberikan ia waktu, sodokanku terus dilancarkan… Devi makin kepayahan, karena orgasmenya menjadi tambah panjang. Dan dengan meningkatnya RPM dan pompaan yang dilakukan dengan jurus-jurus istimewa, Devi mengalami multiple orgasme…. Memeknya tak lagi berhenti berkedut-kedut dalam waktu yang panjang… terus mencengkram batangku, dang menghentar ku mencapai puncak. Dan tepat sedetik sebelum sperma ku keluar, aku mencabut kontolku dan menyemprot di wajah gadis cantik dan imut itu. “Arghhhhh!”



Hampir sepuluh kali semprotan dengan volume sperma yang ekstra, memenuhi wajah Devi… ini efek dari hampir setahun gak pernah ngentot. Sorry Devi!



“Makasih, sayang!!! tauh nggak? Ini kontol pertama yg masuk dimemekku. I love you Brian!”



“Astaga!” Aku kaget luar biasa.



“Devi masih perawan? Astaga!” Aku coba mengingat lagi detik-detik kontolku memasuki memeknya, iya… memeknya sempit sekali dan Devi sangat kesakitan pada awalnya. OMG! Apa yang harus aku katakan kepada Titien?



Efek alcohol mulai memuncak dan ditengah kegalauanku, aku melakukan satu-satunya hal yang dapat aku lakukan. Tidur di sofa. Aku lupa-lupa ingat waktu tiduran, Gina dan Noula sempat mengocok dan mengemut kontolku… tapi aku tetep tidak perduli dan terus memeluk Devi … ahhhhh aku harus tanggung jawab kepada gadis itu. Aku yang menyebabkan ia jadi gini.



Aku ingat kembali kata-kata Titien, “Ketika seorang cowok sudah memerawani seorang gadis, maka cowok yang gentlemen harus tanggung jawab. Kalau gadis itu mencintainya, maka ia harus mengikatkan diri dengan gadis itu…”



Astaga, aku harus melupakan Titien, aku harus jadian dengan Devi… aku harus tanggung jawab!



-----



Titien



Jam dua pagi, kami berlima akhirnya tiba di rumah kos Naya. Titien sendiri yang membuka pintu, dan aku tahu gadis itu gak akan tidur kalau aku belum pulang.



“Titien… I am sorry my love….”



“Eh, Romeo… kamu gak kenapa-kenapa kan?” Aku diam aja tak mampu membalas, bahkan menatap matanya saja aku gak bisa.



-----



Malam itu aku gak bisa tidur lagi, aku terus memikirkan konsekuensi perbuatanku. Dan aku gak mau dicap laki-laki pengecut di mata Titien. Aku harus melepaskannya… eh, baru ingat. Kita sudah bubaran sih… tapi baru sekarang terasa sangat jauh.



Pagi-pagi sekali, aku gak mampu lagi mengungkap kepedihan hatiku, satu-satunya emosi yang tercurah hanya dapat dituangkan dalam suatu lagi yang sangat sedih…nada-nada yang ku ciptakan tepat ketika Deyana meninggalkanku ketika ia divonis sakit dan tak lama kemudian ia meninggal dunia.



Aku keluar dari kamar menuju piano.



Pagi itu mengalun suatu musik yang sangat sedih... diiringi dengan tetes air mata diatas tuts piano, ketika jari ku bermain mengungkapkan perasaanku. Aku harus mengucapkan selamat tinggal kembali kepada seseorang yang telah memberikan harapan masih ada cinta.



“I am sorry my love”



Tiba-tiba sepasang tangan yang halus menyentuh bahuku pelan-pelan. Aku menoleh sedikit tanpa menghentikan permainanku… Titien berada dibelakangku dengan wajah tersenyum.



“A winter heartbreak, lagu ciptaan Ryno Marcello, salah satu kesukaanku.”



“Kamu tahu? Jarang loh orang Indonesia mengenal Ryno?” Aku penasaran.



“Sayang, Ryno itu pemusik idolaku… aku sangat menyukai musiknya, sayang ia gak pernah muncul lagi di tweeter atau youtube!” Titien menjelaskan, huh… cewek ini punya kelas… eh, ia follower ku ternyata.



“Kamu tahu semua tentang Ryno?” Aku masih memancingnya.



“Terakhir aku dengar ada kabar ia ngamen dengan lagu baru, tapi gak jelas sih. Katanya ada videonya di youtube, sayang sudah dihapus. Sejak itu gak ada jejaknya lagi!” tambah Titien.



Gadis itu menatapku lembut, sorotan matanya terus menyatakan cinta… dan senyumnya terus membuatku melayang…. She is special.



“Sayang maafkan aku keras kepadamu. Kalo Brian masih ada masalah, terus gak mau ngomong, gak apa-apa. Aku menunggumu sayang... you know it!” Titien mencium pipiku mesra seharusnya ini adalah moment terindahku… tapi semua hancur gara-gara Devi, rusak hanya dalam semalam.



Aku gak tahan lagi, air mata dengan deras menitik dari kedua mataku… ku memeluk kepala Titien, dan pecahlah tangisanku…



I’m so sorry honey… its too late!” Aku mengungkapkan perasaanku.



What do you mean, love? I don’t get it!”



“Tadi malam aku bertemu seorang cewek dan aku jatuh karena nafsu, aku mengkhianati cinta kita!” Aku mencoba menjelaskan. Berat sekali.



Titien diam, ia coba mencerna kata-kataku.



“Kamu jatuh cinta ke cewek lain?” Ia bertanya, dan aku menggeleng.



“Terus apa?”



“Aku ML dengan cewek lain…”



“Aku masih terima kok! Asal jangan buat lagi… berikut aku gak akan ijinkan kamu keluar malam sama Boy!” Titien mencoba menghiburku.



“Bukan cuma itu, sayang. Aku mengambil keperawanan seorang gadis, dan ia mencintaiku. Aku gak bisa lari, aku harus tanggung jawab. Kamu sendiri kan yang bilang kalau ambil perawan seorang gadis berarti siap tanggung jawab!” Aku menjelaskannya…



“Apa?”



“Aku… ia mencintaiku… dan katanya milikku adalah yang pertama baginya…” Aku tertunduk.



“Astaga... hik … hik!” Titien menangis sambil memelukku kuat-kuat seakan gak mau berpisah.



“Maaf sayang, its too late!” Dengan penuh rasa bersalah aku melepaskan pelukan Titien dan kembali ke kamarku. Aku tidak berani memandang ke belakang, tapi aku tahu gadis itu masih menangis sedih di piano.



-----



POV Lefty John



“Boss, ada kabar baik!” Seorang anak buahku memberi laporan.



“Apa itu?”



“Setelah menemukan mereka di night club tadi malam, aku bisa dapat penyusup… ia bisa masuk ke lingkaran mereka. Ia kenal sama Romeo dan kawannya!”



“Siapa itu, orang kita?”



“Bukan… dia warga lokal. Hasil pemantauan kami ia sempat bersama-sama rombongan mereka secara tidak disengaja, kemungkinan besar pacaran dengan salah seorang rombongan mereka. Ia bisa jadi mata dan telinga kita!”



“Kamu yakin ia bisa diandalkan?”



“Ia setuju dengan tawaranku… harga awal, satu informasi penting berharga 200 dollar!”



“Oh baguslah, suruh dia tetap buka mata dan telinga!”



“Tanya sama dia di mana mereka nginap!” Gotcha Romeo… tonight we are closing in!



-----



Titien





Naya





Della




POV Titien



Setelah kemarin seharian aku tidak keluar kamar menangisi akhir dari cintaku, sekarang aku harus bangun pagi dan mempersiapkan tour. Dan kali ini adalah tempat terpopuler di Manado, taman laun Bunaken.



Hari yang paling aku benci… ih sebel, Brian menggandeng cewek barunya dan kelihatannya mesra sekali. Tadi pagi aku melihat gadis itu tiba dengan taksi, tampangnya innocent sih… masih muda sekali, kayaknya baru lulus SMA. Ih… bego amat si Romeo bisa jatuh sama cewek yang polos kayak itu… Apa sih yang ia suka dari cewek itu?



Sepanjang tour Bunaken aku masih terus menyesali diri… udah tahu aku sudah jatuh cinta dan gak bisa pisah dengan Brian, kenapa aku suruh ia pergi malam ini, padahal ia sendiri yang bilang ingin tinggal di kos menjagaku. Kenapa juga aku bilang putus beberapa hari yang lalu… ih, bodoh sekali. Padahal jelas-jelas aku sendiri yang rugi.



Kali ini kita lagi diatas perahu yang mengantar ke taman laut Bunaken, hari yang cerah dan kita jalan pagi-pagi. Aku yang suruh cepat supaya bisa melihat lumba-lumba yang suka berenang bebas di perairan Manado pada pagi hari. Kini setelah semua lagi asik melihat lumba-lumba, aku justru yang sedih. Mana gak ada teman lagi, semua lagi asik pacaran dengan pasangannya, kecuali Brenda yang lagi telponan di pojok. Masak aku ngomong sama Boy. Aku hanya duduk tertunduk sendiri tak mampu melihat manjanya Devi kepada cowokku… eh cowok barunya!



“Kak Titien!” Naya dan Della tiba-tiba mengapitku di kiri dan kanan. Keduanya memelukku erat, dan walaupun kami tidak bicara, aku tahu mereka mengerti.



Aku menguatkan hati dan mulai berdiri di depan.



Bunaken, salah satu wisata unggulan di perairan Manado, adalah pulau dengan taman laut vertical yang terindah didunia. Berbeda dengan taman-taman laut lainnya yang kebanyakan berbentuk horizontal, taman laut bunaken berupa dinding yang dalam lebih 100 meter, sehingga penyelam bisa melihat sendiri berjenis-jenis karang laut, ikan serta biota-biota yang jarang ditemukan, pada tiap-tiap tingkat kedalaman. Artinya, bila dari kedalaman 1 sampai 5 meter tamannya berbeda dengan kedalaman 5 sampai 10 meter, begitu seterusnya. Sehingga mengunjungi taman laut Bunaken berarti sudah mengunjungi paling kurang puluhan taman laut pada kedalaman yang berbeda.



Aku kembali melanjutkan narasiku, walaupun hatiku menjerit, tapi aku tetap bersikap professional. Semakin aku bicara, semakin aku merasa bangga terutama melihat tatapan Brian yang terus terkagum-kagum padaku. Ih.. kok ingat dia lagi…



Setelah melihat jenis-jenis taman laut lewat kaca di dasar perahu atau katamaran, para cowok termasuk Brenda minta waktu untuk snorkeling ria di bagian utara taman itu. Aku memberikan mereka beberapa potong biscuit… awalnya Brenda dan Shaun memakannya. Ihhh… rugi,



Terpaksa aku memecah-mecahkan sendiri dan melempar ke bawah, ikan-ikan berkerumun. Begitu banyak dan berjenis-jenis… Brenda dan Shaun langsung menyadari kebodohannya, dan minta biscuit lagi. Brian juga minta terus … dan langsung aku kasih satu bungkus supaya ia gak bolak-balik. Ada pacarnya tuh!



Setelah puas kami naik ke dermaga dan duduk dipinggir pantai menikmati pisang goreng dan air kelapa muda. Aku jalan-jalan dengan Naya dan Della yang terus membuatku ceria, makasih adik-adikku!



Masih jam satu siang, Brenda dan Brian sudah mengajak pulang, katanya ada satu urusan penting hari ini. Kami segera naik kembali ke perahu tanpa menyadari bahwa kami tidak pernah kembali ke tempat kos itu lagi.



-----



POV Lefty John



“Lefty John, Romeo dan kawan-kawan akhirnya muncul juga di Bunaken, gimana sebaiknya?”



“Kau ikuti mereka terus dan cari tahu mereka alamat mereka, kita serang malam ini!”



“Iya, ini perahu mereka segera berlabuh!”



“Baiklah cari tahu jenis mobil mereka…!”



“Hold on….!”



Beberapa menit kemudian…



“Mereka tadi sempat ganti baju dulu di dermaga, sekarang naik van Pregio putih, semuanya ada 4 orang. Teman-teman lainnya sudah berpisah di pelabuhan, tinggal Romeo, temannya, satu lagi cewek bule dan satu cowok Indonesia yang ada di video!”



“Ikuti terus mobil itu…!”



“Ia, mereka kini masuk ke sebuah tempat kos!"



“Catat alamatnya…!”



“Letaknya di kordinat +27.8923°N.. -44.0353°W!”



“Oh, bagus. Informan kita juga mengatakan tempat yang sama dalam SMS-nya tadi pagi! Siapkan semua anak buah, kita suruh berkumpul di markas. Jam 3 tepat kita briefing!”



-----



POV Brian



‘Ih, Devi manja banget. Sepanjang perjalanan ia minta peluk dan cium terus. Aku jadi gak enak sama Titien. Ia kayaknya mau mendominasi perhatian ku, sementara Titien dari tadi diam aja.



Eh, aku sampe terpesona lagi waktu Titien memberikan informasi mengenai Bunaken. Aku terpana lagi, ia benar-benar professional, sangat percaya diri walaupun aku tahu hatinya sangat sakit melihat Devi disampingku. Tabah yah sayang!’



“Brenda kemana?” Titien sempat bertanya, tapi aku menggeleng saja.



“Terus kita mau di bawah ke mana?”



“Maaf, aku gak tahu. Tapi kita ikut aja yah…”



Aku terus melihat matanya yang penuh pertanyaan, sementara mobil landcruiser hitam membawa kami jauh dari kota Manado. Aku menatap wajah Titien dan Naya yang sedari tadi tanya-tanya apa yang terjadi.... mau kemana?. Sementara Agen J terus membawa kami jauh di luar kota.



-----
 
Episode 29 A tragedy at the beach party




Titien




Naya




Della




Landa




Devi




Brian




Shaun




Edo




Boy


POV Titien



“Ladies, kenalin ini agen J, sekarang ini jadi driver kita!” Brian memperkenalkan seorang mariner Amerika berkulit hitam, badan tegap, berotot dan postur tinggi. Walaupun tampangnya yang keras sebagaimana seorang prajurit, Agen J tetap terlihat simpatik. Memang cocok loh jadi bodyguard.



“Jadi rencananya malam ini kita gak lagi pulang ke tempat kos, tapi akan nginap di salah satu resort di pantai. Ada sedikit masalah dengan keamanan, terutama di tempat kos tidak aman lagi dari kaum kriminal. Tadi agen J sudah ke kos duluan untuk mengangkut beberapa potong pakaian. Jadi untuk amannya, kita langsung jalan ke salah satu resort tepi pantai, yah! Sorry for the inconvenience…!” Agen J menjelaskan secara ringkas, agaknya ia tidak menginginkan kami mengetahui apa sebenarnya yang terjadi.



Kayaknya mereka berencana menjadi tempat kos Naya jebakan untuk membasmi para penjahat. Aku ingat, tadi ada empat orang berperawakan mirik Brian, Shaun, Brenda dan Edo tadi sempat naik ke Pregio Naya untuk kembali ke kos. Mungkin sekali itu agen yang menyamar.



“Eh, terus gimana dengan orang rumah, ada Bang Jaya sama Mbak Vicka dan Chika?” Naya bertanya.



“Keselamatan mereka juga dijamin, mereka telah ditempatkan di beberapa safe house di seputaran tempat kos, dan mereka itu bebas kemana-mana karena bukan merupakan target!” Agen J kembali menjelaskan.



Sepanjang perjalanan, Naya mengambil kesempatan tidur, karena sudah beberapa hari kami kurang tidur. Banyak diganggu cowok sih! Hihihi... pantesan ia mau pisah mobil dengan Shaun. Eh, tapi Aku berterima kasih kok kepada Naya, yang bersedia menemani aku di mobil ini. Tadi sempat disuruh Brian naik disini… ih, kurang kerjaan. Emangnya aku suka melihat mereka pacaran? Eh, untung juga sih Brian duduk di depan bersama Agen J, sehingga praktis terpisah dari Devi.



Dari tadi pacar baru Brian mengajak kami bercerita, tapi Naya yang duduk diantara kami selalu menjawab dengan ketus, eh malah kadang disindir atau ditanggapi dengan negatif. Gadis itu akhirnya kini banyak diamnya… Aku sih rasa kasian juga, tapi sudah terlanjur rasa tidak suka. Salah sendiri merebut cowok orang, pake alasan seks lagi untuk mengambil hati cowok. Ih... murahan!



Awalnya sih Devi terkesan polos dan innocent, kemudian setelah agak lama mulai kelihatan cengeng dan manja. Mungkin anak gedongan, punya pembantu sendiri… Aku sih tidak terlalu memperdulikan, hanya Naya dan Della yang dari tadi gosipin dia sejak di kapal. Kayaknya mereka gak tega lihat Brian jadian sama cewek itu. Akhirnya Devi juga merasa risih, dan cuma sibuk dengan hape-nya dari tadi. Biarinnn...



Agen J mengendarai mobil dengan cepat dan sangat cekatan, sehingga mobil satunya yang dikendarai Edo sempat beberapa kali ketinggalan. Ahhh… lebih baik aku tidur dulu… EGP!



Dan tepat sebelum aku menutup mata, aku melihat mobil melewati jalan Kema dan menuju ke pantai Timur Minahasa, ke kawasan pantai sepanjang jalan trans baru yang sangat sepi dan sedikit pemukimannya.



-----



“Eh, di mana ini?”



Aku terbangun tepat ketika mobil tiba ke tempat tujuan. Sekilas ada papan mengatakan kita berada di Kora-kora resort. Oh, ternyata kita pergi ke pantai yang sangat terpencil, apalagi bukan weekend. Kayaknya gak ada signal telpon di sini. Pantai tersebut berada di antara dusun-dusun nelayan yang tinggal di pinggir pantai pasir putih, kira-kira 3 km dari tempat kami.



Kami mendapatkan villa yang memiliki kamar yang cukup banyak. Untunglah kamar yang disiapkan cukup nyaman dengan kelambu anti nyamuk dan air bersih yang cukup melimpah. Aku pilih kamar tidur di depan, dengan jendela menghadap pantai dan serambi.



Setelah mandi dan berganti baju aku langsung duduk di sofa. Disana sudah ada Naya yang masih stress dengan akomodasi sederhana yang ia dapatkan.



Eh, ternyata bukan cuma Devi yang complain terus soal perjalanan kami. Della juga kelihatannya stress dan minta diantar ke tempat yang ada signal. Menurut dia ada saudaranya yang akan berkunjung ke kota Manado, dan ia harus kabarkan supaya jangan mendekat ke tempat kos Naya. Mudah-mudahan gak apa-apa. Padahal agen J sudah mengatakan semua warga lokal yang mendekati akan dicegat di beberapa tempat dekat situ.



Untung juga Agen J mengeluarkan beberapa minuman dan beberapa tikar untuk kami baring-baring di pantai. Malam itu bulan bersinar malu-malu sehingga suasana cukup terang. Kami memasang api unggun dan menikmati makan malam ikan bakar yang sudah disediakan di tepi pantai.



Aku baru perhatikan, ternyata Brenda tidak bersama kami. Pasti gadis itu ikut melawan musuh… astaga, aku makin penasaran siapa sebenarnya gadis cantik itu. Agen J sendiri kayaknya takut kepadanya, apakah ia juga agen rahasia? Wah, cocok partner sama James Bond.



Dan sebagaimana biasanya, ketika minum-minum sudah dihidangkan pesta malam dimulai. Awalnya kami main kartu, tetapi kemudian ketika Edo memasang musik, mereka mulai asik bergoyang. Ih, belum puas juga kemarin malam sudah dugem.



Aku masih duduk di tikar dan bercanda dengan mereka ketika Della dan Naya direnggut paksa oleh pasangan-pasangan mereka. Astaga, kok ujung-ujungnya pesta seks lagi… Ketika aku memperhatikan sekelilingku, ternyata mereka sudah mulai berpasang-pasangan.



Di ujung sana Boy malah sudah ngentot duluan dengan Landa yang sudah telanjang bulat ditusuk dari belakang. Desahan gadis bongsor itu sangat kuat… mudah-mudahan tidak terdengar orang luar. 'Ih, tubuh gadis itu sampai terhentak-hentak gitu. Pasti nikmat sekali, Boy sih!' Astaga! Boy dari tadi menatapku dan main mata. Apa maksudnya? Ihhhh.



Sementara itu di tikar sebelah, agak di sudut sana, Naya sementara dipetreli Shaun hingga telanjang. Gadis imut itu pura-pura aja gak mau dan minta-minta pertolongan ke aku. Ih, sandiwara.... Aku tahu ia dari tadi sudah merindukan kontol besar Shaun. Dan cowok itu tidak perdulikan perlawanan Naya yang setengah-setengah, dan hanya dalam waktu 2 menit Naya sudah telanjang dan mulai di grepe serta dijilmek. Naya langsung mendesah keenakan... tubuhnya menggeliat menahan geli... Ihhh bikin ingin aja...



Sementara itu Della juga malu-malu melayani Edo di atas kursi. Della kelihatannya sementara menyempong kontol yang keras itu, dan membuat Edo kelabakan hampir keluar. Sementara itu Edo menyerang balik dengan meremas dan mengemut sepasang toket yang lembut milik gadis itu. Keduanya sudah mendesah kuat… dan tak lama kemudian Della sudah duduk manis, dan kontol Edo sudah mulai membelah memek yang sempit itu yang pasrah menerima tusukan kontol dari bawah.



Eh, apa Brian ngentot juga yah? Aku mencari keliling, dan akhirnya mendapati jauh di serambi resort Brian sementara duduk termenung menghadap lautan, dan Devi duduk di pangkuannya dengan sikap genit… tangan Devi sementara masuk ke balik celana cowok itu, dan ia juga membiarkan dadanya terbuka menampilkan dada imutnya kepada Brian.



Astaga! Ngapain aku disini sendiri diantara mereka yang lagi pesta. Ih… bikin stress orang aja. Aku tahu Brian sengaja menjauh supaya aku gak lihat mereka bercumbu. Tapi aku cemburu. Gak mungkin kan aku ajak Agen J… hehehehe! Ngeri deh… Ah, dari pada stress aku ke kamar aja.



Ketika malam semakin larut, keadaan menjadi semakin dingin dengan angin laut. Kali ini aku dengar mereka sudah pindah mendekat ke resort. Naya dan Shaun kayaknya sudah berada di kamar yang satu, sedangkan Boy dan Landa menguasai ruang tamu, Edo dan Della kayaknya lagi di serambi luar. Dan Brian… ah, aku gak mau tahu… ih, bikin stress sendiri.



Aku coba menutup mata dan telingaku… ih desahan Landa sangat kuat, gadis itu dari tadi orgasme terus, hebat juga pukulan si Boy, eh iya... sampe Brenda pun terus nempel ke cowok itu. Aku mengintip sedikit dan melihat ngentot berdiri, Landa lagi bersandar di tiang serambi sedangkan kakinya satu diangkat di kursi. Sementara Boy menghimpit tubuhnya dan memasukinya dari depan.



Ihhh kontolnya besar dan berurat, dan goyangannya mantap serta cepat, Landa orgasme lagi, tapi Boy terus menggedor memeknya dengan kecepatan tinggi. Hebat juga staminanya... dari tadi lho!



Terdengar juga nafas dan teriakan Naya dari sebelah, 'apa masih sakit yah? Kok pake teriak seperti itu.' Tapi gak lama kemudian Naya orgasme juga dan teriakannya tidak berubah sama aja. 'Oh ternyata itu teriakan kenikmatan...'



Eh, Della juga kedengarannya malu-malu merintih mengikuti irama keluar masuk kontol Edo yang mantap. Della semakin keras merintih dan kini mulai berteriak... gadis itu pasti lagi orgasme...



"Aaahhhhhhh huh ohhhhh!"



Ih… jadi tegang mendengarnya, lebih baik aku tidur aja. Segera kusumbat telingaku dengan bantal dan menutup mata... aku tidak tahu itu justru kesalahanku…



-----



POV Devi



“Sayang kenapa? Ayo dong setubuhi aku!” Aku kembali mengocok kontol Brian untuk memancing nafsunya. Ihhhh… kok gak mau bangun!



“Sudah Devi, aku masih banyak pikiran!” Brian mengelak. Aku bingung mengapa ia cepat berubah. Kemarin aja kontolnya sangat tegang dan keras, begitu terasa mengesek-gesek vaginaku dengan bertenaga, kenapa kali ini gak mau bangun.



“Brian, apa kamu impoten?” Aku mengejeknya…



“Bukan gitu Dev, aku … aku lagi stress!” Brian banyak alasan. Masakan sudah dikocok hasilnya masih sama… ihhhh!



“Apa karena Titien?” Aku langsung to the point! Brian langsung terperangah, ia menatapku tajam…



“Siapa yang bilang soal Titien?”



“Brian, sejak tadi pagi mata kamu terus memandang cewek itu, walaupun kamu memelukku tapi perhatian kamu hanya sama dia. Kamu sampai berbinar-binar mendengar ia bicara di perahu tadi. Sekarang pake alasan lagi… ihhhh, basi!” Aku mengeluarkan uneg-unegku.



“Kamu masih mencintainya kan?” Brian menatapku tanpa menjawab. “Jawab dong Brian, beri aku kepastian!”



“Aku sudah memilih kamu, Devi sayang. Buktinya aku tidak bersamanya malam ini tapi terus dengan kamu!” Brian mengelak.



“Apa aku berarti bagimu?” Brian tidak menjawab.



“Kemarin kamu menembakku untuk menjadi pacarmu… kenapa sekarang kamu kayak enggan mendekatiku? Kamu yang bawa aku ke tempat ini, bersama orang-orang yang aku gak kenal, tapi kenapa sekarang kamu ngak menyukaiku” Aku protes.



Brian menatapku… akhirnya aku bisa mendapatkan perhatiannya.



Kali ini aku berdiri, dan mulai membuka bajuku dan membiarkannya jatuh di lantai. Aku melemparkan baju itu ke arah Brian. Dengan sebuah tarian yang seksi aku membuka bra ku, menyajikan dua gundukan yang lembut di matanya… Bra ku kembali bersarang di tangannya. Dan gerakan ku terus semakin berani, sementara payudaraku ikut bergoyang seksi. Brian menatapku dengan tajam, agaknya nafsunya terpancing juga. Akhirnya!



Dengan seseksi mungkin tubuhku meliuk-liuk dan pinggulku bergoyang melawan arah… kadang menyentak! Hasilnya cukup memuaskan, kontol Brian mulai perlahan-lahan naik kembali… dan dengan suatu gerakan sensual CD-ku perlahan-lahan melorot ke tanah, dan kembali ditangkap cowok itu ketika kakiku menyodorkan CD itu kearahnya.



Aku kini sudah terlanjang bulat dengan pakaianku di tangan Brian, dan cowok itu kini mendekat dengan celana basket sudah dilutut dan kontol yang sudah mengeras sempurna. Hmmmm Aku tersenyum…



“Ah… tolong!” Terdengar suara seorang gadis berteriak dari jauh!



Brian berdiri secara tiba-tiba.



“Tolong… aku gak mau… tolong!” Suara itu kadang hilang diterpa angin.



“Titien!” Brian berteriak dan cepat lari menuju cottage, meninggalkan aku telanjang sendiri.



“ihhhhhh!” Cowok itu bikin stress aja, orang sudah telanjang bulat dibiarkan sendiri. Mana pada dingin lagi…



Astaga! Aku baru sadar bajuku turut terbawah oleh Brian ketika ia lari.



“Aaahhhh!”



-----



POV Titien





‘Apa ini? rasanya enak sekali, ahhhhh aku terpesona, sepertinya tubuhku lagi digrepe oleh Brian.”



Aku menutup mata membiarkan tangannya yang nakal meraba-raba toketku, dan membuka baju dan celanaku. Dasar Brian…



Aku terus merasakan usapan tangan yang makin berani. Kali ini mulutnya mulai menciumi tubuhku.



“Sayang… jangan ah..!”



‘Eh tunggu? Gak mungkin Brian. Cowok itu kan lagi ngentot dengan Devi? Ih… kenapa belaiannya di toketku sangat nyata, apa aku tidak bermimpi?’



Dengan berat aku membuka mataku…



“Huh Boy? Astaga!” Aku kaget sekali mendapati diriku sudah telanjang… tinggal secarik kain segitiga menjadi pertahanan terakhirku!



Boy sementara mengisap puting kiriku… sementara itu tangannya terus meremas kedua toketku... ih, tangannya nakal meremas dan memilin.... belaiannya sungguh hebat, toketku rasanya dipijat dan dibelai berulang-ulang. Aku mulai mendesah, ihhhh... nakal sekali cowok itu, kulumannya dahsyat uhh, tubuhku rasanya melayang!



"Ahhhh aduhhhh....Boy, eh kamu ngapain? Gak boleh dong..." Aku kaget sekali



"Eh... betul kata Edo loh, ini toket terindah yang pernah kulihat! Bodimu bagus sekali..." Boy sempat-sempat gombalin aku.



Pujian Boy membuat aku lengah, dan membiarkan ia terus menjelajahiku... itu kesalahanku!



Aku membiarkan Boy melumat bibirku sejenak, walaupun aku tidak membalas ciumannya. Aku terus membiarkan ia bermain-main dengan toketku. Nafsuku mulai terpancing, dan aku mendesah lagi... kayaknya tambah kuat tidak perduli didengar orang.



Boy masih terus memuji keindahan tubuhku, yang dibilangnya setara dengan dewi-dewi Yunani. Eh, siapa yang gak senang,



Dan bibir nakal itu kini mulai turun ke bawah mengecup perut dan pusarku, dan terus ke bawah menuju ke bagian tubuhku yang selalu kututup! Sementara itu remasan tangannya kini menggantikan bibirnya membelai dan membuat toketku kegelian… sementara dengan giginya Boy mulai menurunkan CD-ku. Ihhhh….Boy memang ahlinya bercinta, jago memperlakukan wanita.



“Ehhh … aduh… jangan Boy!” Kali ini cowok itu menurunkan penutup vaginaku, dan nafasnya menghembusi udara dingin telak mengenai jembutku.



Aku bingung, aku tahu aku harus menolak tapi ini indah sekali… 'lagian Brian pasti lagi enak-enak ngentot disana, kenapa aku tidak?'



“Ahhhh… ohhhhh…. Ahhhhhh!” Ciuman Boy mulai jatuh ke vaginaku memberikan efek yang sangat indah. Ihhh.. hebat sekali cowok ini, gak heran Brenda aja sampe tergila-gila sama sentuhannya.



CD-ku sudah melorot dan kini lidahnya mulai bergerak, menyibak jembut lebatku, menjangkau bagian-bagian dalam dari muara kenikmatanku. Jarinya terus mempermainkan klitorisku…



“Ahhhh… Boy, jangan… Ahhhh!” Aku bingung,



Nafsuku sudah memuncak dan tubuhku kini tak dapat dikontrol lagi. Secara otomatis kakiku sudah mengangkang menyajikan pemandangan indah yang seharusnya hanya dilihat oleh Brian … eh… kok Brian lagi!



Kali ini Boy membuka CD-nya, 'astaga… kontolnya juga besar dan berurat… ihh… kalau masuk pasti akan nikmat!' Sementara nafasku semakin mengengus, menunggu saat-saat aku diperawani…,



Eh diperawani? Astaga… eh, bahaya..!



“Boy, jangan! Aku gak mau... aku masih perawan!” Cowok itu tidak mempedulikan kata-kataku. Kali ini kontolnya mulai digesek diatas memekku… ihhhh terasa hangat berdenyut. Kontol itu sudah sangat tegang, begitu terasa kerasnya…



“Tidak Boy, aku tak mau!” Aku meronta! Eh… aku kaget, tanganku tidak bisa bergerak. Ternyata aku sudah diikat cowok itu. Astaga! Aku akan diperkosanya!



“Ah… Tolong!” Aku berteriak kuat... hatiku menjerit mencari Brian.



Boy tidak memperdulikanku. “Sayang, tidak ada yang akan menolongmu, semua orang sibuk dengan pasangannya. Tuh, semua lagi ngentot nikmat. Kamu milikku malam ini.”



“Tolong… aku gak mau… tolong” Aku berseru sekuat tenaga.



“Tenang Titien, aku akan berikan kenikmatan! Hahaha… akhirnya memek idola kampus ini jadi milikku juga… Titien, kamu tak akan bisa lupakan kontolku!”



Kontol Boy kali ini mulai mendekat... ih besar sekali. Berotot lagi, pantesan Landa sampe teriak-teriak kayak tadi. Dan kontol itu menyentuh memekku ... ih, keras sekali, lagian hangat…



“Sayang, gak usah tegang gitu, nikmati saja!”



Aku meronta sekuat tenaga menghindari tusukan kontolnya… aku terus berteriak keras… aku gak mau diperawani seperti ini!



"Brian, tolong! Aku diperkosa!" Aku berteriak sekuat tenaga... nafasku sudah sangat pendek!



Apa gak ada yang dengar? Suaraku sepertinya terbawa angin



Aku meronta sekuat tenaga, tapi tenagaku kalah... cowok ini sudah berpengalaman menaklukkan wanita... ia tahu bagaimana mengunci rontaanku. Ia menarik tubuhku kesamping, sehingga posisiku kini melintang, dan pantatku ditaruh pas di pinggir ranjang. Tubuhnya kini masuk diantara dua pahaku... dan kakiku otomatis terkangkang.



Posisi ini menempatkan vaginaku tepat bersandaran dengan kontolnya yang sudah sangat tegang... aku merinding! Aku kini tak mampu menghindar lagi... aku hanya bisa pasrah menerima tusukannya... apalagi memekku sudah basah tadi...



Dan pinggul Boy pun bergerak mendorong kontolnya membelah memekku...



“Ahhhhhh”



----



Bersambung

(Ilustrasi menyusul)
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd