Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cahaya Gulita

superpuss

Semprot Addict
UG-FR
Daftar
11 Apr 2012
Post
455
Like diterima
718
Bimabet
Cahaya Gulita
OqNy5l6b_t.jpeg


Genre: Drama, Psychological, Mistery, Thriller, Adult


Daftar Isi:
1. Bad Sign
2. Rika
3. Satu Bulan
4. Rendra
5. Bagas Movement
 
Terakhir diubah:
Ch.1: Bad Sign


Di tempat parkiran sebuah gedung tinggi terlihat seorang pria sedang berkaca di spion kanan Mobil yang di mana itu bukan miliknya, Pantulan kaca yg di pandanginya menampilkan wajahnya yg tampan dengan bulu-bulu tipis yg tumbuh di area atas bibirnya. Lalu sesosok wanita tinggi semampai berbalut blazer ketat dengan rok dan sepatu hak tinggi datang dan melihat pria aneh yang sedang berkaca di spion mobilnya.

“Ngapain lu?” sergah si wanita sambil memukul bahu si pria itu. Tapi tidak membuat pria itu terkejut sama sekali.

“Oh, sorry-sorry, lu yg punya mobil ini? Tenang gue nggak macem-macem kok,” jawabnya

“Terus lu ngapain? Mau maling tapi sepik-sepik ngaca di spion gue?” jawab si wanita dengan ketusnya.

“Wah nggak kok nggak, seriusan deh, gue cuma ngerasa ada yang aneh sama kaca spion mobil lu nih,” si pria membalasnya dengan cengengesan, dia seperti tidak merasa ter-intimidasi atau bahkan gugup sekalipun dengan yang di tuduhkan si wanita.

“Emang ada apaan?” si wanita mulai penasaran.

“Lo liat aja sendiri dah,”

Pria itu mempersilahkan si wanita untuk melihat sendiri keanehan di kaca spion mobilnya, dan wanita itu tidak merasa sama sekali ada hal yang aneh ataupun terjadi kerusakan. “Nggak ada apa-apa, kok,”

“coba lu perhatiin sekali lagi, di kaca spion lu tuh aneh, masa ada bidadari lagi ngaca disitu?”

Si wanita terlihat semakin bingung seraya memicingkan matanya menatap pria yang jawabannya tadi terdengar ngawur.

“Aneh, kan?” lanjut si pria itu melanjutkan kata-katanya tanpa mempedulikan tatapan kesal dari si wanita.

“LO YANG ANEH!” bentak si wanita, “Minggir lu,” lanjutnya seraya mendorong si pria, lalu memegang handle pintu mobilnya.

“Gue Ara,” jawab si pria.

Si wanita menatapnya, masih terlihat kesal dan bingung, lalu ia masuk ke mobilnya, menyalakan mesin mobil dan membuka kaca pintunya, “Lea,” tegas si wanita.



***​



“Lo tadi ngobrol sama Lea, Ra?” seorang pria menghampiri Ara yang sedang bersiap-siap di atas motornya. Ara masih berada di parkiran gedung yang letaknya tak jauh dari tempat sebelumnya di mana ia mengajak seorang wanita berkenalan dengan cara yang aneh.

“Iya, Lo kenal?” jawab Ara santai.

“Kenal lah, lu jangan macem-macem deh, Ra?” tegas si pria yang berada di samping Ara.

“Kenapa emang? Itu gebetan lu?”

“Bukanlah gilak, mana berani gue.”

“lah kalo bukan ngapain lu ribet, dah ki.” Ara tetap santai membalas perkataan dari pria yang bernama Riki tersebut.

“Ra, dia itu anaknya Pak Bagas, Bos gue, yang tadi meeting sama lo juga!” tegas Riki.

“Oalah, bagus dong.”

“Bagus apanya, lo jangan macem-macem dah, dia juga udah punya tunangan itu,” Riki mulai terlihat kesal dengan sikap temannya.

“Tenang aja Rik, macem-macemnya gue kaya apa sih?”

“Ah lu mah batu, Ra. Lo jangan sampe bikin malu gue lah, entar malah gagal proposal yang lo ajuin buat perusahaan ini,” jawab Riki mengingatkan Ara.

Bahwasanya pagi tadi Ara, Riki dan juga jajaran direksi perusahaan ini sedang membahas penawaran yang di ajukan oleh Ara, terkait kerja sama yang tentunya juga akan memberikan hasil yang besar bagi kedua perusahaan tersebut.

“Lo nggak bawa mobil aja?” lanjut Riki membahas hal lain, karena dia surah merasa kesal dengan sikap temannya yang nyeleneh ini.

“Kan baru gue jual lagi, Rik,” jawab Ara

“Lo dagang mobil aja bego, beli-jual, beli-jual mulu kerjaan lo!” timpal riki.

“Hahahahahhaah…,” mereka berdua tertawa.

“Yaudah gue cabut yah, nanti lu kabarin progresnya gimana? Oke!” Ara mulai menyalakan mesin motornya, dan bersiap untuk pergi.

“Oke, oke pasti gue kabarin.” balas Riki dengan pasti, “Hati-hati lo,” lanjutnya seraya menepuk pundak Ara.

“Siap!” jawab Ara, dan ia mulai memutar gas motornya. Namun baru beberapa meter saja Ara melaju, ia berhenti dan membuka kaca helm Half Face nya, “Rik, bentar dah,” panggil Ara.

“Apaan lagi dah ni anak!” gumam Riki.

“Rokok lu sini dong, punya gue ketinggalan tadi di toilet pas gue boker sebelum meeting,” pinta Ara kepada Riki yang sedang berjalan mendekatinya.

“Kebiasaan lu!” balas Riki sambil memberikan sebungkus rokok yang ia keluarkan dari kantong celananya. “Nih! Dah cabut lo cabut dah, cabut!”

“Wkwkwk,” Ara tertawa sambil menerima bungkus rokoknya, dan menaruhnya di saku jaket denimnya. “Nanti lo ambil yang di toilet, baru gue isep 2 batang itu,” lanjut Ara seraya mulai pergi.



***​



Kini Ara sudah sampai di kantor kecilnya, ia turun dari motornya dan berjalan masuk ke dalam sambil menyapa orang-orang yang di kenalnya. Lalu saat ia hendak masuk ke ruangannya seorang lelaki menghampirinya.

“Bos,” panggil lelaki itu kepada Ara.

“Eh elo, Ren. Gimana-gimana?” balas Ara.

“Ada email, Bos, dari Pak Rendra,”

Ara lalu meng-anggukan kepalanya, dan membuka pintu ruangannya berjalan masuk menuju meja kerjanya sambil di ikuti lelaki yang bernama Reno tersebut di belakangnya.

Good News or Bad News?” jawab Ara seraya ia duduk di kursi meja nya.

Bad News sih, Bos,” balas Reno,

“Oke lu forward dah,”

“Oke oke bos, udah gue forward kok ke email,” lanjut Reno menjawab permintaan Ara. “Btw, gimana meeting tadi, Bos, Good?”

I guess, Ren.”

Mereka lalu terlibat percakapan seputar pembahasan meeting yang di lakukan tadi pagi dengan perusahaan di mana temannya Riki bekerja. Perusahaan yg di pegang oleh Pak Bagas, seorang pengusaha senior yang mempunyai anak perempuan. Ya, dia Lea, yang tadi pagi berkenalan dengan Ara.

“Okedeh Bos, gue mulai paham arahnya kemana nanti,” kata Reno. “Ada lagi nggak nih yang mau di bahas?” lanjutnya.

Ara hanya menggelengkan kepalanya lalu membuka laptopnya, sambil memegang kepalanya yang terasa mulai pusing. Ara lalu berpikir, seperti ia melupakan sesuatu pada hari ini. Sementara Reno mulai berjalan keluar dan membuka pintu ruangan Ara, tapi dia terhenti sambil melihat Ara.

Satu…, Dua…, Tiga…,” gumam Reno dalam hati.

“Oh iya Ren!” kata Ara. Ia mulai mengingat apa yang di lupakannya hari ini. “Nanti turun temuin Teh Yuni,”

“Kopi?” jawab Reno

Ara menjetikkan jarinya seraya menunjuk Reno, “TEPAT!”

“Ketebak,” umpat Reno dalam hati sambil tersenyum, serasa dia sudah tau kebiasaan dari bosnya.

Ara, lalu melanjutkan kerjaannya di depan laptop, hal yang ia lakukan pertama adalah membaca isi email dari Pak Rendra yang mana ia adalah rekan bisnis perusahaan Ara. Dengan tatapan yang berisi ia memperhatikan detail setiap isi dari email tersebut sambil menggaruk-garuk rambut gondrongnya. Ara mengambil ikat rambut yang tersimpan di lacinya, lalu menguncir rambutnya kebelakang. Setelah itu tatapannya berubah menjadi kosong sambil tetap melihat ke Laptopnya.

Kosong dan berpikir, Ara mulai terlihat gusar di kursi nyamanya sendiri. Ia menaikkan satu kakinya, menumpu kan dagu pada lututnya. Dan kembali mulai berpikir, apakah Ara sanggup menyelesaikan masalah yang baru saja dia dapatkan.

Berpikir lagi, lebih keras lagi, tapi Ara tetap belum menemukan solusinya.

Think….

Think….

THINK!!!


Aaaarrrghhh!” umpat Ara yang mulai kesal terhadap jalan pikirannya sendiri. “Emang harus ngopi dulu, nih!” lanjutnya.

TOK! TOK! TOK!

“Masuk aja,”

Terlihat Reno yang datang sambil membawa nampan beserta gelas berisi kopi hitam pahit yang sedang di nanti-nanti kan oleh Ara.

“Ah, Pas banget!” ucap Ara saat melihat Reno datang, “Kok lu yang bawa kopi gue sih?” lanjut Ara.

“Tadi ketemu Teh Yuni, yaudah sekalian aja gue yang bawa, karena kayanya gue ngerasa ada yang lupa gue omongin tadi,” jawab Reno.

“Apaan?” balas Ara penasaran, “Srrrrrrrrruuupttt,” suara bunyi kopi yang mulai Ara minum sedikit, “AAAAAAAAHHHHH!” lanjut Ara.

“Gue udah lupa lagi tapi, nanti deh gue inget-inget lagi,”

“Lah lu gimana sih, Ren?”

“Yaudah gue balik ke meja gue dulu deh, inget-inget dulu gue,” jawab Reno sambil ia mulai berdiri dan beranjak keluar dari ruangan Ara. Tapi saat ia sudah membuka pintu, ia berhenti dan mulai melihat kearah Ara, yang masih asik dengan kopinya, sambil mulai mengambil sebatang rokok dan mulai membakarnya.

Satu…, Dua…, Tiga!” gumam Reno lagi

“Oh iya, Ren!”

“Nah, kan!”

“Gue udah ada ide buat balas emailnya Pak Rendra,” ucap Ara percaya diri.

“Oh iya? Bagus dong, Bos,” jawab Reno. “Apaan emang idenya?”

“Nanti aja gue kasih tau, lo…,” kata Ara membuat Reno penasaran dengan apa yang ada di balik Ide Ara tersebut.

Lalu Reno pergi dan mulai kembali menuju meja kerjanya. Reno adalah Asisten Ara, yang bekerja mengurus semua keperluan Ara, baik dalam sehari-hari ataupun terkait masalah pekerjaan. Yang di mana Reno adalah teman atau sahabat paling dekat Ara saat ini.

Dear Pak Rendra.

Saya sudah dapat menyimpulkan isi dari masalah yang sedang kita hadapi. So, better kita ketemu, untuk waktunya silahkan Pak Rendra sendiri yang tentukan.

Kabari saya by Call or Text me on WA…,

Thanks & Warm Regards

Ara~

Dan itulah isi dari ide cemerlang Ara.



***​



Kini Ara sedang menatap sebuah bingkai yang di dalamnya terdapat foto seorang wanita yang sangat ia cintai. Dia menatapnya dalam-dalam, dan mulai menitikkan air matanya.

“Ara, setiap kamu ada masalah apapun kunci mengatasinya Cuma satu,”

“Apa itu?”

“Berbagi…, tapi bukan berarti kamu harus berbagi setiap hanya ada masalah. Di saat susah maupun senang, tetap berbagilah di manapun dan kapanpun selagi rezeki itu masih ada.”

Ara mengingat detil setiap perkataan wanita yang ada di dalam foto yang masih ia pandangi. “Ara kangen ibu.”
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd