Ara baru saja bekerja sama dengan perusahaan Pak Rendra, dan ini adalah pertama kalinya untuk mengirimkan barang perusahaan clientnya itu. Tapi terjadi sabotase di mana saat barang sampai di tempat tujuan terjadi masalah. Barang tidak sesuai, dan sangat berbeda sekali dengan apa yang di kirim oleh perusahaan Pak Rendra, yang tentu saja itu sangat mengecewakan clientnya tersebut.
Jumlah pengiriman yang di mana merupakan sebuah pencapaian terbesar bagi perusahaan Ara malah berujung musibah, omset besar yang sudah di bayangkannya beberapa minggu lalu kini lenyap menjadi malapetaka yang malah bisa mengakibatkan perusahaannya bangkrut, dan walau tidak sampai kejadian pun, atau masih bisa bertahan. Nama baik perusahaannya sudah pasti jelek dan akan sulit mendapatkan client-client besar lagi.
Tujuan Ara meminta data keuangan selama tiga bulan terakhir adalah apakah profit yang ia dapatkan selama satu quartal itu mampu menutupi kerugian yang akan ia terima, dan permintaan untuk CCTV dari cabang Surabaya adalah untuk mencari apakah ada kecurangan yang ia dapatkan dari para karyawannya sendiri, yang di mana saat di mulai pengiriman dari Jakarta, barang akan tiba di cabang Surabaya terlebih dahulu sebelum mulai melanjutkan pengiriman dengan kapal.
File data keuangan yang ia minta dari Reno sudah ia dapati, ia mulai melihatnya. Waktu sudah mulai mendekati maghrib, di mana para karyawan yang lain sudah pulang satu jam sebelumnya. Reno saat ini berada di depan pintu ruangan Ara, ia terlihat bingung apakah masuk atau tidak, karena ia takut mengganggu Ara.
Reno membuka handphonenya, ia terlihat masuk ke sebuah aplikasi dan memesan makanan serta minuman, lalu membalas pesan masuk dari pacarnya. “Ra, gue udah pesen makanan buat lu, nanti di anter sama Pak Agus, karena gue bilang sama Pak Agus untuk nemenin lu, sampe lu balik,” ujar Reno keras dari balik pintu.
“Sorry gue nggak bisa nemenin lu, karena lu tau kan gue ada janji malam ini mau ketemu keluarga besar Eva, Gue sorry banget nggak bisa cancel ini buat lu, Ra. Orang tua Eva udah dateng jauh-jauh kesini soalnya,” lanjut Reno untuk memastikan bahwa ia tidak bisa menemani Ara untuk malam ini.
Tak ada jawaban dari Ara, karena ia masih cukup focus berpikir dan melihat laptopnya, tapi Ara cukup jelas mendengar ucapan Reno di balik pintu ruangannya.
“Tapi kalo nanti acaranya udah kelar, gue bakal balik kesini, Ra, gue cabut dulu yah,” ucap Reno pamit.
Reno mulai berjalan mendekati lift yang akan membawanya turun ke lantai dasar, karena ruangan kerja Ara berada di lantai tiga. Ya, kantor pusat perusahaan Ara hanya terdapat tiga lantai, tapi untuk fasilitas di dalamnya sudah modern untuk sebuah tempat kerja di zaman sekarang.
“Ren,” panggil Ara, yang hanya menongolkan kepalanya saja dari pintu ruang kerjanya. “Goodluck, ya, buat acara lu. Oh iya lu nggak usah balik lagi juga gpp, gue juga paling Cuma sebentar disini, dan harusnya gue yang minta maaf, karena gue udah janji nemenin lu kan malam ini, gue usahain nyusul entar. Inget, Ren, Fokus!” lanjut Ara seraya tertawa.
Reno hanya tersenyum dan melambaikan tangannya membentuk huruf O dan K, lalu pintu lift terbuka dan ia masuk ke dalamnya. Tak ada balasan dari Reno, karena ia tahu sahabatnya itu berbohong akan hadir, dan ia juga tahu kalau Ara tak mau ia terlihat khawatir dengan masalah saat ini, karena ia juga sedang focus dengan acara yang sudah ia tunggu-tunggu dari jauh hari, di mana ini adalah kesempatannya untuk meminta izin kepada orang tua Eva pacarnya untuk menerima ia menjadi suami dari kekasih tercinta yang sudah tiga tahun bersamanya.
Waktu berlalu, bulan mulai memunculkan dirinya. Malam telah tiba, namun masih ada seseorang yang tak peduli dengan waktu karena sedang bertarung menghadapi masalah. Dia mulai gundah karena tak kunjung dapat memecahkan masalahnya, karena dari data yang ia terima, keuangan perusahaannya tak cukup untuk bisa membayar ganti rugi kepada clientnya. Ia mulai berpikir apalagi yang bisa dia jual nanti.