Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Cerita Agung yang sederhana atau engga

Paling suka dengan karakter perempuan yang mana? (Boleh pilih 2)

  • Putri

    Votes: 56 60,9%
  • Kak Rani

    Votes: 22 23,9%
  • Sarah

    Votes: 13 14,1%
  • Dinda

    Votes: 31 33,7%

  • Total voters
    92
Chapter VII

Setelah pergumulan di ruang tengah tadi kami semua masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Gue masih meraba-raba pantatnya Putri sambil jalan masuk ke kamar.

Tanpa diajak, Putri mengikuti gue masuk ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, tubuh polos kami berdua disiram oleh air panas yang meluncur dari shower. Air hangat membuat relaks tubuh kami yang sama-sama masih kecapean setelah pergumulan tadi.

Gue berinisiatif mengambil sabun dan mulai menggosok badan Putri dari belakang. Kadang gue memainkan klitoris vaginanya yang hanya ditanggapi Putri dengan desahan.

“Ah.... enak Gung”, desahnya.

Setelah selesai dengan sabun, kini gantian giliran Putri yang menggosok dari belakang. Tangannya pun terfokus pada penis gue yang dikocoknya pelan-pelan. Mendapatkan rangsangan seperti itu, seketika penis gue langsung naik.

“Wih, udah naik aja, Gung”, katanya.

“Merasa terpanggil, hehe”.

Putri masih menggosok terus penis gue dari belakang. Gue lihat dari kaca, wajahnya terpantul sedang melihat aktivitas tangannya sendiri di selangkangan gue. Gue raih bibirnya dan kita berdua saling berciuman.

Setelah agak lama bermain dengan penis gue, kami membilas tubuh kami masing. Sekali-kali penis gue yang sudah tegang tersenggol badannya. Gue memanfaatkan tubuh kami yang licin untuk menggesekkan penis gue di belahan pantatnya.

“Udah pernah anal put?”, tanya gue iseng.

“Belum, jangan ih”, katanya.

“Kenapa? Kata orang sih enak”, lanjut gue.

“Agak risih hehe, jangan ya, Gung.. ah.....”

Desahannya keluar ketika penis gue mulai bermain diluar vaginanya. Karena sudah licin, gue memasukkan penis gue ke vaginanya dengan mudah. Putri langsung membungkuk dan memegang wastafel di depannya.

Penis gue terasa hangat di dalam vaginanya. Ia hanya memejamkan matanya sambil menikmati sodokoan penis gue.

“Ah... ah..., Gung...”, desahnya.

“Kok lanjut lagi sih, mandi lagi dong ntar ah....”

“Hehe, masih pengen gue Put”, jawab gue sambil menghentak sodokan gue.

“AH!”, teriaknya.

Gue menarik tubuh Putri agar ia berdiri juga. Dengan penis di dalam vaginanya, gue mengeksplorasi bibir dan dadanya.

Desahan nikmat terpantul oleh dinding kamar mandi ini. Di bawah kucuran air, gue menyuruhnya untuk memberikan blow job karena gue mau keluar. Putri dengan patuh berjongkok dan memasukkan penis gue di mulutnya.

Malam itu, gue mengakhiri hari dengan ledakan sperma di mulut mungil Putri. Sungguh kenikmatan yang luar biasa.


Minggu pagi.

Gue bangun dengan tidak mendapati Putri di sisi gue. Padahal tadi malam kami tidur dengan bergelayut mesra. Gue sempat memainkan payudaranya yang hanya berbalut kaos sebelum tidur.

Gue lalu keluar kamar dan mendapati Sarah dan Putri sedang di dapur menyiapkan makanan buat kami. Bagas dengan muka mengantuknya sedang menonton kartun di tv.

“Woi, kayak bocah aja lu nonton kartun”, sapa gue kepada Bagas.

“Seru banget Larva, haha”, jawab Bagas.

“Tau tuh, bukannya bantuin kami”, sahut Sarah yang sedang memasak sesuatu.

“Masak apaan nih?”, tanya gue menghampiri mereka berdua.

Keduanya memakai baju santai dan terlihat sedang memasak telur.

“Masak telor lu, haha”, jawab Sarah.

Gue meraba selangkangan gue,

“Masih ada nih telur gue”, jawab gue.

Sarah lalu dengan seenaknya merogoh selangkangan gue.

“Masa’?”, tanyanya dengan nada manja.

“beneran masih dua telurnya?”, tanyanya.

Putri hanya tertawa melihat kelakuan kami berdua.

“Omelet aja gak apa-apa ya”, katanya.

“ Iya, gak apa put”, kata gue sambil nyengir.


Ternyata mereka hanya memasak sarapan untuk gue dan Bagas saja. Setelah selesai mereka malah berganti pakaian dan berenang di kolam belakang.

“Buruan makannya Gas, Gung. Nanti Sarah diambil orang lho”, teriak Sarah dari arah kolam renang. Gue dan Bagas membawa makanan kami ke meja makan yang berhadapan dengan kolam renang. Terlihat Sarah dan Putri tertawa-tawa sambil main air.

“Gung, gue mau nanya deh”, Bagas membuka percakapan

“Tapi, lo jangan baper nih”, katanya lagi.

“Nanya apaan Gas?”, tanya gue sambil menyuap omelet.

“Lo ada rasa ya sama Putri?”

Mendengar itu gue hanya diam dan mengunyah omelet.

“Gue lihat, tatapan lo ke dia beda banget soalnya”, sambung Bagas.

“Mungkin gue ada rasa sama dia, Gas”, jawab gue.

“Hm, kalau lo ada rasa sama dia, gue saranin segera berhenti Gung”, katanya.

Gue langsung menghentikan makan gue,

“emang kenapa Gas? Soal dia punya cowok lain?”

“Iya, itu salah satunya. Sama... Berdasarkan pengalaman gue, Putri ini cewek player, Gung. Alias yang suka mainin perasaan cowok, gue takut aja ntar lo sakit hati sama dia”

“Ah, masa’ iya Gas, maksud gue dia kan anaknya polos gitu”, kata gue.

“Polos sih polos, Cuma dia udah ngerasain batang gue juga, Gung”, kata Bagas.

Gue agak emosi mendengar perkataan Bagas. Gue tahu Bagas pernah ekse Putri, tapi setidaknya hormati gue dong yang punya rasa ke Putri.

Melihat gue agak emosi, Bagas melanjutkan omongannya,

“Lo tahu kenapa gue bisa dekatin Putri?”

“Gimana emang?” tanya gue.

“Gue udah nafsu sama dia dari lama, Gung.... pas semester 4 gue dapat info kalau Putri pernah main sama si A. Gue telusuri dong informasinya... gue temui si A itu. Eh, dari si A dapat info lagi kalau Putri pernah main sama si B, begitu seterusnya sampai gue yakin buat SSI si Putri”, jelas Bagas.

“Disitu gue yakin kalau Putri itu cewek player, Gung”.

Gue hanya diam mendengar perbincangan Bagas sambil bertanya-tanya apakah benar Putri seliar itu.

“Dan lo tahu kan, gak ada dari cowok A, B, C dan seterusnya itu yang jadian sama Putri, semuanya pada patah hati”

“Jadi, gue harap lo jangan sampai ada rasa sama dia. Kalau ada rasa pun, mending lo bunuh secepatnya”.

Gue hanya memainkan garpu dengan omelet yang menancap. Nafsu makan gue udah gak ada mendegar ocehan Bagas.

Sejujurnya gue sudah punya rencana untuk menembak Putri. Walaupun dia anak orang kaya, dengan kondisi gue sekarang, gak malu-malu amatlah untuk jadi pacarnya. Tetapi setelah mendengar hal ini dari Bagas, gue mulai bimbang.

“Btw, Gung, sebelum balik, gue mau sama ekse Putri juga”, kata Bagas setelah omelet di piringnya habis.

Gue langsung memandang Bagas. Emosi sebenarnya, tetapi Putri bukan siapa-siapanya.

“Lo jangan emosi, Gung. Putri punya orang lain, bukan punya lo. Lo bisa pakai Sarah juga, gantian gitu”, kata Bagas selaras dengan pikiran gue.

“Serius nih, gue pakai Sarah, Gas?”, tanya gue, mulai bernafsu.

“Iyalah serius, semalam aja gue suruh dia buat nyepong lo kan, haha”, Bagas bangkit membawa piringnya ke wastafel dapur.

Gue bimbang dengan kejadian di kolam renang nanti. Apakah gue rela membiarkan Putri diekse oleh Bagas. Dan, bagaimana dengan Putri, apakah ia rela juga melihat gue dengan Sarah?


Byur! Byur!

Bagas dan gue sama-sama loncat mengagetkan mereka berdua yang sedang berbincang di tepi kolam.

“Pada ngomongin apa sih”, tanya Bagas menghampiri Sarah dan Putri.

“Ada deh, rahasia perempuan, wlee”, Sarah menjulurkan lidahnya.

Kami lalu berenang di kolam tersebut. Gue dan Bagas lomba renang dan tentu saja gue yang menang. Besar di pinggir pantai membuat bakat renang gue natural. Kami juga bermain bola dimana kadang sikut gue mengenai bola milik Sarah yang besar.

Setelah bermain air, Bagas mulai merapatkan tubuhnya dengan Putri. Gue sebenarnya gak rela sih, tapi pemandangan Bagas dan Putri mulai tertutup oleh dua gunung besar di depan gue.

Mata gue langsung tersita oleh gundukan besar di dada Putri yang hanya tertutup oleh bikini berbelahan besar.

“Cukup lihat Putrinya, Gung. Lihat Sarah aja ya”, katanya manja.

“Hm?”, gue memasang wajah heran.

“Plis deh Gung, semenjak di mobil kita kesini, Sarah udah liat kok, Agung ada rasa sama Putri”, jelasnya lagi.

“Tapi... terima saja Gung ya, kita kesini untu have fun, bukan baper-baperan”, kata Sarah sambil memegang tangan gue dan meletakkannya di payudaranya.

Seperti yang gue bilang sebelumnya, Sarah dan Putri ini anak jurusan gue yang paling cantik. Putri dengan kepolosannya, sedangkan Sarah dengan body-nya yang aduhai. Tangan gue seakan terhipnotis untuk mulai meremasa payudara masifnya.

“Ah.... terus Gung... Sarah suka remasan Agung”, kata Sarah manja.

Gue menguyel-nguyel payudara Sarah yang kenyal. Tanpa sengaja perhatian gue kembali ke Putri. Kini gue lihat dia dan Bagas sudah berpagutan mesra di sudut kolam. Rasa cemburu mulai membakar dada gue saat itu juga.

Sarah yang menyadari itu, memegang wajah gue dan langsung mencium bibir gue. Ia lalu memanfaatkan volume air untuk menaiki tubuh gue, membuat kita sekarang berada di tinggi yang sama. Dipepetnya gue sampai mentok di dinding kolam. Dada besarnya terasa jelas menempel, gundukan kecil berlipat di selangkangannya juga mulai terasa lipatannya di penis gue. Kuluman bibirnya menandakan kalau Sarah ini sudah sangat pro.

Kami berpagutan mesra dengan pasangan masing-masing. Gue dengan Sarah dan Bagas dengan Putri. Suasana tenang kolam renang hanya terganggu oleh suara angin dan deburan ombak.

Gue sangat bernafsu dengan Sarah. Selama ini, Sarah yang merupakan pacar Bagas sering bertemu dengannya. Namun, ia hanya bisa memasang wajah mupeng karena menghormati status Sarah.

“Sar, kita keluar dari kolam yuk”, ajak gue.

Sarah hanya mengangguk. Kami berdua lalu naik keatas dan berjalan menuju shower dekat kolam untuk membilas tubuh kami. Terlihat di sudut kolam renang Bagas sedang menyedot puting mungil milik Putri.

Air pancuran mengalir di tubuh kami menghilangkan klorofom yang menempel dari kolam renang. Kami berdua berpelukan dan berpagutan mesra tidak mau kalah dengan pasangan yang di kolam. Sarah lalu berbisik di telinga gue,

“Putri bisa kayak gini gak”, katanya.

Ia lalu berlutut di depan selangkangan gue dan menurunkan celana gue. Langsung ia kocokkan penis gue memakai tangannya.

Gue hanya mendesah keenakan merasakan pelayanan yang diberikan oleh Sarah.

Sarah lalu mengapit penis gue dengan payudara jumbonya. Tits job, cuy. Payudaranya yang masif dengan sempurna menenggelamkan penis gue di tengah dadanya.

“Ah....”, desah gue karena kenyal banget dada Sarah.

“Ah... enak banget Sar”,

“Tocil putri bisa kayak gini gak haha”, tawa Sarah.

“gak bisa Sar, Cuma toket lo yang bisa”, jawab gue.

Sarah menaikturunkan dadanya untuk memberikan stimulasi maksimal di penis gue.

“Oh.. Sar, enak banget toket lo”, tangan gue nggak mau ketinggalan memainkan puting Sarah.

“Mmmphh... mmphh”, Sarah juga ikut mendesah. Ia menengok ke arah sambil menggit bibir.

Sarah membuka mulutnya agar tiap kali penis gue keatas, kepalanya bisa masuk kedalam mulut Sarah.

“Ohh.. Sar... bisa keluar cepat nih gue”,

“Keluarin aja Gung, waktu kita masih banyak kok”, kata Sarah sambil tersenyum.

“Oh...”

“Ah.... Gila Sar toket lo”.

Gue dengan nggak sabaran langsung menekan toket Sarah untuk mengapit lebih erat di penis gue. Gue kocok dadanya yang masif karena rasanya sperma gue udah diujung banget.

“Iya Gung, kocok terus Gung... Sarah sudah siap nih”

“Siap apa Sar”

“Minum peju Agung hihi”, tawa Sarah sambil mulutnya sesekali menangkap penis gue.

“Ah.... Sar...”, teriak gue saat keluar.

“Ayo, Gung keluarin yang banyak”, kata Sarah melihat sperma gue muncrat mengenai dada dan wajahnya.

Crot... crott...

Setelah keluar semua, Sarah dengan telaten membersihkan penis gue dengan mulutnya. Ia juga tidak lupa memberikan deepthroat.

“Phuahh”

“Antara kita berdua aja ya Gung, gue lebih suka peju lo daripada Bagas hihi”, kata Sarah.

Kami berdua lalu membersihkan diri lagi di shower. Gue lihat Putri sudah menggelayut mesra di lengan Bagas. Mereka berdua berjalan ke arah shower untuk membilas.

“Lanjut gak nih, masih kuat kan lo?”, tanya Bagas melihat gue lemas habis keluar di wajah pacarnya.

“Masih dong hehe”, gue refleks memainkan payudara Sarah.

“Mantapp, lanjut di kamar ya, tunggu gue”, kata Bagas.


Sampai di kamar.

Sarah langsung membaringkan gue diatas kasur. Ia sendiri masih sabar dan memberikan stimulasi di penis gue. Gue masih bisa tegak berkat tabungan sperma gue. Biasanya kalau sudah keluar sekali, maka yang kedua kalinya akan lama.

Sarah menjilat-jilat kepala penis gue. Gue memperhatikan aktivitasnya dan bertanya,

“Lo doyan kontol banget Sar”,

“He eh, hihi”, Ia mengangguk lalu menjilat batang penis.

“Kalau boleh tahu, Sar. Udah berapa kontol?”, tanya gue seenaknya.

“Hihi, udah gak kehitung, Gung. Kontol Bagas, kontol yang ukurannya kecil banget, sampai kontol yang hitam berurat punya orang Afrika juga udah”, Sarah menjelaskan sambil menempelkan batang penis gue di pipinya.

“Oh iya, kontol dosen juga pernah hihi”, katanya.

“Gilee, siapa Sar”.

Sarah menyebut nama dosen yang cukup mengejutkan. Mengejutkan karena di kampus dosen tersebut sering membawa anaknya dan terlihat cukup sayang dengan keluarganya.

“Biasa lah, demi nilai , Gung hihi”, jelasnya.

Bagas dan Putri masuk ke dalam kamar.

“Weii, Pewe banget Gung kayaknya”, kata Bagas melihat penis gue sedang di sepong pacarnya.

“Hehe”, gue Cuma tertawa santai.

Bagas lalu mencium Putri sambil berdiri. Rasa cemburu gue sudah mulai berkurang karena terganti oleh nafsu yang mulai menyatu dengan atmosfir kamar ini.

Bagas menidurkan Putri di sebelah gue. Ia sendiri mulai turun dan memberikan servis di selangkangan Putri.

“Nikmati aja Gung, ini hari lo hehe”, kata Bagas.

“Ah.....”, desah Putri saat lidah Bagas menyentuh vaginanya.

“Gung, angkat dikit kaki lo”, perintah Sarah.

Gue mematuhinya. Di sebelah gue, Putri menggelinjang keenakan akibat lidah Bagas. Gue berinisiatif mendekatkan wajahnya. Kami pun berciuman mesra dengan Bagas dan Sarah di selangkangan kami.

“AHHHHH!”, teriak gue kaget karena ada sesuatu yang licin di anus.

“Rileks aja Gung, nikmatin ya hihi”, ternyata Sarah mulai menjilati lubang anus gue.

“Ah......”, desah gue karena enak dan geli.

Sarah benar-benar totalitas memberikan rangsangan di selangkangan. Ia menyabu lubang anus, bola dan lubang kencing gue.

Klok klok klok klok, cpak cpak cpak

Suara servis dari Sarah beradu dengan servis lidah yang diberikan Bagas di selangkangan Putri.

Gue dan Putri menikmati semua ini sambil saling berciuman. Desahannya kami berdua tertutup oleh pagutan mesra kami. Tangan gue juga aktif meremas dada Putri.

Setelah 5 menit, Bagas mulai mendorong masuk penisnya ke vagina Putri.

“Ah....”, desah Putri tidak tertahankan.

Gue juga menarik Sarah yang langsung duduk di pangkuan. Penis gue yang sudah tegang banget masuk dengan lancar kedalam vagina Sarah yang terasa hangat.

Genjotan kami berempat mulai menggoyang kasur ini. Gue menikmati empotan vagina Sarah sambil meremas kedua payudaranya. Bagas juga asik menggenjot tubuh indah Putri sambil meremas payudaranya.

Gue lalu bertukar posisi membuat Sarah kini berada di sebelah Putri. Sama seperti tadi malam, mereka berdua langsung berpagutan mesra.

Kaki Putri yang mengangkang sangat tinggi membuatnya terkana dada gue. Gue langsung mencium dan mengisap jemari kaki Putri yang indah.

“Ah... Ah....”, desah Putri mendapat stimulasi di kakinya

“Ahh.... Ah....”

“Augh..... oh.....”

“Enak banget Gung....”

“enak banget Gas.....”

Desahan nikmat kami berempat membahana dan mengisi celah-celah kamar ini.

Gue dan Bagas beradu cepat menggenjot pasangan kami masing-masing.

“Lo mau kepala atau meki dulu Gung”, tanya Bagas di sela-sela genjotannya

“Kepala aja”, kata gue.

“Oke”, Bagas lalu memberikan instruksi kepada Sarah.

Sarah yang mengerti langsung melepas penis gue dan menindih Putri. Mereka berdua melakukan adegan lesbi dengan bibir saling berpagutan. Saling meremas. Puting mereka saling bergesekan sama seperti bulu jembut mereka.

Bagas lalu secara bergantian mencelupkan penisnya di vagina Putri dan Sarah. Gue tidak mau kalah langsung berpindah posisi ke dekat kepala mereka berdua.

Sarah langsung tanggap dengan mengisap batang penis gue. Begitu juga dengan Putri yang kebagian bola gue.

Pemandangan yang sangat erotis dengan Bagas beroperasi di selangakangan dan gue di kepala mereka. Dua makhluk tercantik di jurusan kami menjadi budak kenikmatan.

Bagas terus memacu sodokannya. Lenguhan dan desahan Putri dan Sarah tersumpal oleh penis gue.

“Sar, gue mau keluar”, kata Bagas.

“muncratin di dalam saja, sayang”, jawab Sarah.

“hmmphhhh.... Ohh....”

“oh..... enak banget meki lo Putt....”, kata Bagas masih menggoyang.

Ketika sudah semakin dekat, Bagas memindahkan penisnya ke vagina Sarah dan muncrat disana.

“Oh... Oh.... Aaggh”, teriak Bagas saat spermanya muncrat.

Setelah ia muncrat, Bagas terduduk lemas di lantai.

Gue lalu berpindah posisi ingin mencoba selangkangan mereka berdua. Sarah ternyata ikut berpindah. Ia kini mengangkangi wajah Putri dengan vaginanya.

“Lo mau peju juga kan Put”, kata Sarah yang jongkok dan memberikan vaginanya kepada Putri. Sisa-sisa sperma Bagas mengalir melalui celah Vagina Sarah menuju mulut Putri syang sudah siap untuk menampung.

Melihat adegan itu, gue semakin bernafsu saat memasukkan penis di vagina Putri.

Desahan kenikmatan kembali bergema di kamar ini. Gue mempercepat tusukan gue kepada Putri yang ingin berteriak, tetapi tertahan oleh Vagina Sarah yang ada di mulutnya. Sarah juga ikut mendesah karena jilatan oleh lidah Putri.

“Put, gue mau keluar nih....”

“Jangan di dalam Gung”, kata Putri.

Sarah langsung menyodorkan vaginanya yang sudah dibersihkan oleh Putri. Ia berbaring di sebelah Putri.

“ Di dalam Sarah aja Gung”, kata Sarah.

Gue langsung menyambut pinggul Sarah dan mulai menggenjotnya dengan cepat.

“Ohhh..... Agung... enak banget kontol lo”, kata Sarah.

“Oh... oh....”

Putri melepaskan diri dari Sarah dan berbaring disampingnya. Ia melempar senyuman manis kepada gue. Dengan gue menyodok vagina Sarah dengan semangat. Tatapan Putri yang memperhatikan gue menambah semangat penetrasi gue.

Sedang asik menggenjot Sarah, Putri menghampiri gue dan mulai menjilat puting gue.

Sontak gue langsung merasa ingin ejakulasi.

“Oh... Sar... gue mau keluar...”

“Keluarin aja sayanggg.... mmphhhh.....oh...”, teriak Sarah.

Gue menyambut bibir Putri. Dengan tangan kiri di payudara Putri, tangan kanan gue di payudara Sarah. Sedangkan pinggul gue mempercepat tusukan di vagina Sarah.

“OHHHH.. OH........ Sarah....”, teriak gue saat sperma gue muncrat di dalam rahimnya.

Pinggul gue masih bergerak cepat.

“OH..... Agungg... Aughh...”, teriak Sarah yang mengalami orgasme juga.

Gue melepas penis gue dan langsung disambut oleh kuluman mulut Putri.

Siang itu, kami berempat terbaring lemas dengan sperma berceceran...



Sore itu.

Kami berempat lalu bersiap untuk kembali ke kehidupan nyata. Putri akan memulai magangnya. Bagas dan Sarah akan kembali ke ibukota. Sedangkan gue akan mengurus gerobak jajanan Korea sebelum pulang ke kampung halaman juga.

Walaupun setelah pergumulan tadi, gue tetap memberanikan diri untuk menembak Putri. Setidaknya gue harus mencoba. Kami sedang mandi berdua saat gue mengutarakan perasaan gue,

“Put... Gue suka sama lo”, kata gue sambil memeluknya dari belakang.

Dibawah kucuran air dan didepan pantulan kaca, gue bisa melihat wajah kagetnya,

“Gung....”, katanya.

“Gue ingin kita kayak Bagas dan Sarah, put... Gue jatuh cinta sama lo”, kata gue sungguh-sungguh

Mukanya memerah di pantulan kaca. Gue memeluknya dengan erat, berharap balasan terbaik darinya.

Gue melanjutkan ungkapan gue dengan kata-kata manis dan menyanjung betapa cantiknya dia. Dia lalu memotong,

“Gung, cukup...”, katanya.

Gue tertegun mendegar ucapannya. Berharap kata “iya” terucap dari bibir Puput. Saat itu Gue merasa jantung gue bergema di kamar mandi ini

“Gue.. ", ia menahan ucapannya.
"maaf, gung, gue nggak bisa”, katanya sambil menunduk, gue nggak bisa melihat ekspresinya.

Ia lalu membalikkan badannya dan menghadap ke gue.

Ia sentuk pundak gue dan menatap mata gue dalam-dalam,

“Maafin gue ya, Gung.... Tapi kita gak bisa seperti yang lo harapkan”

JGERRRR

Gemuruh dan badai menyerang hati gue,

“kenapa Put?”, tanya gue pelan.

“Gue sudah dijodohkan sejak SMA”, katanya.

“Perjodohan yang benar-benar nggak bisa ditentang kecuali salah satu dari kami mati”, katanya.

“Karena itu... gue menutup pintu hati gue untuk siapapun kecuali dia”, kata Putri merujuk calon suaminya itu.

Gue lalu tertunduk lesu mendengar jawaban Putri. Tidak perlu tahu akan perjodohan macam apa yang dijalani Putri. Ekspresi Putri telah memperlihatkan jika ia bersungguh-sungguh akan perjodohan itu.

Angan gue untuk bersama Putri selamanya hilang bak air shower yang meluncur ke dalam pipa pembuangan.

Putri mengecup bibir gue pelan sebelum akhirnya meninggalkan gue sendirian di kamar mandi.


Perjalanan pulang dari liburan ini terasa sendu bagi gue. Bagas benar, ia sudah memperingatkan gue akan rasa ini. Ia bahkan menyarankan gue untuk bunuh saja rasa itu. Lagu Baby dari Clean Bandit yang tak sengaja terputar di radio terngiang-ngiang di pikiran gue.

Find me, in another place and time
(Temukan aku, di tempat dan waktu lain)
If only, if only you were mine
(Andai saja, andai saja kau milikku)
But I'm already someone else's baby
(Tapi aku sudah milik kesayangan orang lain)
Guess I had my last chance
(Kukira ini kesempatan terakhirku)
And now this is our last dance
(Dan sekarang adalah tarian terakhir kita)
You fell through the cracks in my hands
(Kau lepas dari celah tanganku)
Hard to say it's over
(Sulit untuk mengatakan ini sudah berakhir)
But I'm already someone else's
(Tapi aku sudah milik)

Baby...
(kesayangan orang lain)






Ping!

Sebuah chat masuk ke handphone gue.
Dari Dinda.

 
Ditunggu saran dan kritiknya untuk season 1 ini. Nanti akan ada season dua dengan judul yang berbeda juga. Terima kasih buat suhu-suhu yang sudah mengikuti perjalanan Agung selama season 1.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd