Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[cerita] cinta seorang psikopat

ranfast

Pendekar Semprot
UG-FR+
Daftar
4 Dec 2014
Post
1.518
Like diterima
577
Lokasi
Celebes
Bimabet
CINTA SEORANG PSIKOPAT




Mataku terus menerus mengawasi para penumpang yang baru saja tiba di jalur kedatangan. Pesawat dari Manado baru saja tiba beberapa saat yang lalu. Tapi sampai detik ini aku tak menemukan sosok mama diantara para penumpang itu. Membuatku bertambah was-was. Apa ia tidak datang hari ini? Ataukah ia menaiki pesawat yang lain?
Huh, dengusku kesal.
Tetap saja nihil. Mama tidak pernah datang. Sama seperti kemarin.

Aku kembali ke tempat duduk di ruang tunggu. Kakiku sudah lelah. Aku tak sempat menghitung berapa lama aku menghabiskan waktu untuk menunggu mama.

"Irin! Sedang apa disini?"

Aku menoleh begitu mendengar seseorang memanggilku.

"Josh?"gumamku lirih. Laki-laki itu bergerak mengambil tempat duduk di sebelahku. "Aku sedang menunggu mama. Tapi dia tidak datang,"paparku bernada kecewa.

Laki-laki itu tertegun menatapku.

"Ayo kita pulang,"ajaknya beberapa saat kemudian. Setengah memaksa.

"Tidak Josh,"tolakku cepat. "Aku ingin menunggu mama. Mungkin dia ikut penerbangan berikutnya,"ucapku meski tidak yakin.

"Rin,"desah Josh agak kesal. "Bukankah kemarin kamu juga menunggu mamamu disini, dan dia tidak datang. Hari inipun dia tidak akan datang. Ayolah, kita pulang. Jangan habiskan waktumu sia-sia disini,"tandas Josh kemudian.

"Josh...."

Josh menatapku lekat-lekat. Menusuk jantungku seketika. Membuatku merasa takut saat hendak balas menatap matanya.
Tanpa banyak basa-basi Josh meraih tanganku dan langsung menyeretku keluar dari lantai bandara. Sementara aku hanya bisa mengikuti langkahnya tanpa perlawanan sama sekali.

"Aku tidak mau pulang ke rumah itu Josh...."gumamku lirih. Mengungkapkan perasaanku saat aku sudah memasang sabuk pengaman di tubuhku dan Josh hendak menyalakan mesin mobil.

"Kita tidak akan pulang ke rumah papamu. Kita pulang ke apartemenku,"tandasnya tenang.
Laki-laki itu menyalakan mesin mobilnya dan segera meluncur ke jalan raya.
Aku merasa lega saat Josh mengatakan hal itu. Sungguh, aku tidak mau pulang kerumah papa. Karena ada istri muda papa disana.
Dan karena wanita itulah papa mencampakkan mama. Sehingga mama pulang ke kampung halamannya di Manado. Dan mama tidak pernah kembali meski hanya untuk menjengukku sekalipun.



~~*****~~~​



Aku memasuki apartemen milik Josh. Rasanya aku terlalu sering menginap disana akhir-akhir ini. Bahkan seluruh pakaianku menghuni isi lemari di kamar Josh.

"Istirahatlah Rin,"suruh Josh. "Aku akan membuatkanmu makanan."

"Aku ingin makan mie instant Josh!"seruku saat tahu laki-laki itu berjalan ke dapur.
Tapi Josh tak menyahut.

Aku masuk ke dalam kamar Josh dan melemparkan tubuhku yang penat di atas tempat tidur. Rasanya aku sangat lelah. Mungkin juga untuk melanjutkan hidupku.
Aku tak tahu kenapa, namun aku sering berpikir untuk berhenti dari kehidupan ini. Aku bosan dengan semua yang terjadi padaku. Tapi Josh selalu datang bak malaikat dan menyelamatkan hidupku.

"Makanlah Rin,"suruh Josh membangunkanku.

Aku bangkit dan mendapati sepiring spagheti disodorkan Josh untukku.

"Aku tadi minta mie instant Josh..."
Josh menggeleng.

"Sudah lama mie instant tidak diperbolehkan dimasak disini,"tandasnya tegas. "Itu tidak baik untuk kesehatanmu Rin. Kamu tahu mie instant mengandung banyak bahan kimia dan pengawet,"tuturnya menceramahiku seperti biasa.

"Sekali ini Josh..."aku merengek seperti anak kecil padanya.

"Tidak. Makanlah yang telah aku buat untukmu dan berhentilah merengek seperti anak kecil,"ucapnya terdengar kesal.

Josh memang sangat tegas padaku. Bahkan papaku sendiri tak setegas itu. Dialah satu-satunya orang yang bisa mengendalikan hidupku lebih baik.

"Kamu tidak bekerja hari ini?"tanyaku seraya melahap makananku. Sementara Josh tampak sibuk dengan laptopnya. Mungkin memeriksa pekerjaannya.

"Hm... karena aku harus menjemput seseorang di bandara hari in,"ucapnya tanpa menoleh.

Seseorang itu pasti aku, batinku.

"Maafkan aku,"ucapku dengan rasa bersalah.




~~*****~~~​




Gawat! Aku terlambat bangun pagi ini.
Aku buru-buru turun dari tempat tidur dan berlari ke dapur. Aku ingin membuatkan sesuatu untuk Josh sebelum ia pergi ke kantor.

Josh?

Laki-laki itu tampak sedang sibuk memasak dengan santai di dapur. Apa ia tidak bekerja? batinku seraya mendekat.

"Apa tidurmu nyenyak semalam?"sapanya ketika melihatku muncul.

"Ya,"sahutku pendek. "Apa yang sedang kamu lakukan? Harusnya aku yang memasak untukmu..."

"Apa kamu tahu, kalau masakanku jauh lebih enak dari masakanmu,"ucapnya.

"Ya aku tahu,"sahutku pelan."Tapi aku juga ingin memasak sesuatu untukmu"
.
"Ayo makan,"ajaknya kemudian."Jangan berdiri saja disitu."

Aku melangkah ke meja makan sesuai perintah Josh.

"Kamu tidak pergi ke kantor hari ini?"tanyaku disela-sela acara makan.

"Hm, tapi agak siang,"sahutnya ringan.

"Karena aku?"tanyaku lebih lanjut.

Josh menghentikan suapannya.

"Kalau saja kamu tidak pergi kemana-mana dan tetap tinggal dirumah, aku akan tenang bekerja,"ucapnya seraya menatap tajam ke arahku.

"Maaf,"gumamku lirih.

Mungkin aku membebani Josh akhir-akhir ini.

"Berhentilah minta maaf dan berjanjilah kamu akan tinggal dirumah dan akan baik-baik saja sampai aku pulang. Apa kamu mengerti?"

Aku mengiyakan ucapan Josh.



~~*****~~~​




Apa Josh belum berangkat, batinku setelah keluar dari kamar mandi dan mendapati jas milik Josh masih tergeletak diatas tempat tidur.

"Josh..."

Aku menyambar jas milik Josh dan bermaksud memberikannya pada laki-laki itu. Barangkali dia masih mengerjakan sesuatu di dapur.
Oh, rupanya Josh sedang menelepon seseorang...

"Ya Pa, dia baik-baik saja."
Aku mendengar suara Josh sedang berbincang di telepon. Membuatku urung untuk memberikan jas miliknya.
"Dia pergi ke bandara lagi kemarin,"lanjut Josh.

Rupanya Josh melaporkan keadaanku pada papa, batinku tersentak.

"Ya Pa, tentu saja. Aku akan menjaganya baik-baik seperti keinginan papa. Papa tidak usah khawatir."
Josh menutup teleponnya sesaat kemudian.

Jadi begitu, batinku bimbang. Selama ini Josh begitu baik dan perhatian padaku karena ia disuruh papa? Bukan karena dia mencintaiku seperti dugaanku sebelumnya? Memang berapa banyak uang yang ia dapat dari papa untuk menjagaku? Aku kan bukan anak kecil yang mesti diawasi selama 24 jam penuh...

"Irin?"

Aku tersentak mendapat teguran dari Josh. Aku buru-buru tersenyum dan menyodorkan jas miliknya.

"Ini,"ucapku.

"Terima kasih,"balasnya.

"Kamu mau berangkat sekarang?"tanyaku berbasa-basi.

"Iya,"sahutnya pendek. "Tapi kamu harus janji tetap tinggal dirumah sampai aku kembali."
Josh mendaratkan kecupannya di keningku sebelum ia pergi.



~~*****~~~​



Josh...
Kenapa ia melakukan itu padaku? Padahal aku sangat mencintai dirinya melebihi apapun di dunia ini. Padahal aku menggantungkan seluruh hidupku pada laki-laki itu.
Tapi ternyata perasaannya tidak sama dengan perasaanku. Dia melakukan semua ini karena mendapat imbalan dari papa. Ini terdengar sangat menyakitkan untukku.
Air didalam bath tube telah meluber keluar. Aku segera mematikan keran air dan masuk kedalam bath tube untuk merendam tubuhku.
Hari telah menggelap dan Josh belum juga pulang. Pergi kemana dia?
Oh,untuk apa aku memikirkannya sekarang? Bukankah aku sudah tahu kenyataannya jika dia hanyalah seorang yang dibayar papa untuk menjagaku. Karena papa sudah tidak mau menjagaku. Karena dia sudah memiliki keluarga baru. Dengan begitu papa bisa menyingkirkanku perlahan.
Betapa kejam hidup ini. Bahkan orang-orang disekitarku sudah tidak menyayangiku lagi.
Hanya mama yang sempat ku andalkan. Tapi ternyata mama tidak pernah datang untuk menjemputku.
Perlahan aku memasukkan kepalaku ke dalam air. Aku ingin mati sekarang. Biar rasa sakit di hatiku lenyap.
Nafasku mulai sesak. Air mulai memenuhi rongga hidung dan dadaku.
Aku hanya ingin mati dan tidak merasakan sakit hati lagi,tapi.....

"Irin!"

Teriakan itu begitu keras terdengar di telingaku. Seiring itu pula tubuhku terangkat ke atas dengan paksa.
Aku terbatuk. Air yang sempat terminum olehku keluar tiba-tiba.

"Apa-apaan ini?!"teriak Josh membuatku kaget dan tersadar kalau aku telah berada dalam pelukannya. "Apa yang sedang kamu lakukan? Bukankah aku tadi berpesan kamu harus baik-baik saja sampai aku pulang. Kenapa kamu melanggarnya?!"

Tubuhku gemetar mendengar gertakan Josh. Kenapa aku begitu ketakutan melihat kemarahan yang sedang meledak dalam dirinya?




~~*****~~~​



Tubuhku menggigil dibalik selimut saat Josh mengulurkan gelas berisi cokelat panas. Amarahnya sudah mulai mereda sekarang, tapi tetap saja aku masih takut untuk menatap matanya.

"Sebenarnya ada apa denganmu?"tanya Josh sembari duduk di tepian ranjang. Persis didepanku. "Kenapa kamu selalu melakukan hal-hal yang menyakiti dirimu sendiri?"

Selalu? batinku tercekat. Bukankah aku baru melakukan ini sekali saja?

"Kamu masih ingat penyebab luka ini?"tanya Josh seraya menarik tanganku dan menunjukkan bekas luka goresan pada pergelangannya. Aneh, kenapa luka ini ada disini? batinku bingung.

"Kamu pernah mencoba bunuh diri tiga bulan yang lalu,"ungkap Josh seolah tahu kebingunganku. "Kamu sering menyakiti dirimu sendiri saat sedih dan kecewa. Lantas apa yang membuatmu kecewa sekarang ini?"

Aku tak menyahut. Aku tak kuasa berbicara pada Josh tentang pemikiranku.

"Maafkan aku..."gumamku lirih.

Sementara Josh hanya mendesah mendengar permintaan maafku. Pasti dia sangat kesal padaku saat ini.
Tiba-tiba saja aku teringat sesuatu. Saat insiden bath tube itu...

"Josh,"ucapku. "Apa kamu melihat semuanya?"tanyaku hati-hati.

"Hm?"Josh mengernyitkan kening. "Melihat apa maksudmu?"tanyanya masih tak mengerti.

"Benar kamu tidak mengerti ucapanku?"tanyaku tak percaya.

"Memang apa yang kulihat?"timpal Josh datar.

"Melihat..."aku menggantung kalimatku dengan sengaja seraya menunjuk hidungku sendiri.

"Oh,"Josh tampak sudah mengerti sekarang."Itu? Aku sudah sering melihatnya. Kenapa?"

Apa? tanyaku dalam hati. Kaget bukan kepalang.

"Kapan?"desakku seraya menarik lengan sweater Josh.

"Sudahlah, pergilah tidur sekarang. Nanti kamu sakit,"suruh Josh memaksa.

"Josh...."



~~*****~~~​



Aku mendengar suara gaduh pagi ini dan sangat mengusik lelapnya tidurku. Aku terbangun dan mencari sumber kegaduhan.

Oh, pekikku kaget.
Rupanya Josh telah menyuruh seseorang untuk membongkar bath tube di kamar mandi.

"Josh?"

"Oh,"laki-laki itu membalikkan tubuhnya manakala aku berdiri di belakangnya. "Kamu sudah bangun?"

"Apa yang mereka lakukan Josh? Kenapa mereka membongkar bath tube itu?"tanyaku sedikit cemas.

"Aku menyuruh seseorang untuk membongkar bath tube itu,"jelas Josh membuatku tercekat."Aku tidak mau peristiwa kemarin terulang lagi."

"Tapi Josh..."

"Aku tidak mau kamu celaka hanya karena bath tube itu Rin,"tandasnya.

"Aku tidak akan melakukan hal itu lagi Josh. Aku janji..."

Entah kenapa aku merasa tidak rela jika bath tube itu dibongkar begitu saja.

"Siapa yang akan menjamin kamu tidak akan melanggar janjimu sendiri?"tanya Josh menyudutkanku.

"Tapi Josh, aku..."air mataku mulai merebak tanpa sebab.

"Rin,"Josh mencengkeram kedua pundakku. "Aku tidak mau kamu menyakiti dirimu sendiri. Dan aku tidak mau kehilangan kamu. Kamu mengerti?"

Josh meraih tubuhku. Dan air mataku mulai merembes membasahi kemeja putihnya.
Kenapa aku begitu lemah dihadapan Josh? Aku seperti bukan diriku sendiri saat aku bersamanya. Dan aku juga tidak mengenali diriku sendiri...



~~*****~~~​



Dadaku sesak. Sesuatu telah menindihnya dan membuatku terjaga dari tidurku malam ini.

Josh! pekikku tersendat.
Oh Tuhan! Laki-laki itu tengah menyandarkan kepalanya didadaku. Sementara ia tak memakai sehelai benangpun. Begitu juga denganku.
Apa itu artinya aku dan Josh.....

"Ada apa Rin? Kamu mimpi buruk?"
Josh terbangun dan menyalakan lampu diatas meja beberapa detik kemudian. Matanya masih menyipit menahan kantuk.

"Apa yang telah kita lakukan?"tanyaku terbata. Tubuhku sudah gemetar.

"Apa maksudmu?"Josh malah balas bertanya. "Kita sudah menikah tiga bulan lalu Rin. Apa hal itupun kamu juga sudah lupa?"

"Hah?"

"Ya,"timpal Josh cepat. "Kita memang sudah menikah."

Tapi kenapa aku tidak ingat sama sekali? Juga peristiwa-peristiwa lain yang pernah terjadi dalam hidupku. Aku tidak bisa mengingatnya sama sekali. Ada apa denganku?

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun tentang diriku?"tanyaku gusar.

Josh menghela nafasnya. Laki-laki itu menyandarkan kepalanya ke atas bantal. Persis disampingku.

"Sesuatu memang telah terjadi,"ucapnya."Semua berawal saat mamamu meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat menuju Manado. Pesawat itu meledak dan jatuh ke laut. Tidak ada satupun penumpang yang selamat dalam kecelakaan itu. Bahkan bangkai pesawatnyapun tidak pernah ditemukan. Kamu tidak bisa menerima kenyataan kalau mamamu telah meninggal. Itulah sebabnya kamu selalu pergi ke bandara untuk menjemput mamamu. Dan satu lagi, kamu juga sangat membenci papamu karena dia menikah lagi setelah mamamu meninggal."

Aku terhenyak mendengar penuturan Josh.

"Benarkah aku seperti itu?"gumamku.

"Ya,"sahut Josh cepat. "Makanya kamu harus cepat tidur karena kita akan pergi ke psikiater besok pagi."

"Untuk apa?"tanyaku cepat. "Aku tidak gila Josh."

"Aku tahu. Tapi kita harus pergi karena aku mencintaimu Rin. Karena aku ingin kamu hidup normal seperti orang lain. Agar kamu tidak melupakanku suatu saat nanti. Karena aku lelah mengulang cerita ini lagi,"tutur Josh membuatku terpana.

"Josh..."aku kehilangan kata-kataku. "Maafkan aku. Karena aku seperti ini dan aku sama sekali tidak menyadari apa yang telah kulakukan selama ini. Aku tidak tahu kalau aku separah ini..."

Josh tersenyum seraya memelukku.

"Disaat sendirian hanya kamu satu-satunya orang yang setia mendampingiku. Bahkan disaat aku berada di titik terendah sekalipun kamu selalu ada untukku. Dan sekaranglah saatnya aku membalas semua itu. Karena aku sangat mencintaimu,"tutur Josh.
Aku juga...



Kartikasari-kartika.********.com​
 
mantab bgt suhu :ampun:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bener tuh kata gan kancut kaya real, storynya
bacanya ngena banget apalagi tuh komenan dimas bikin ngakak :ha: :ha:
 
gaya penulisannya lebih keren dari penulis2 yg novelnya udah berjejer di gramedia :jempol:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd