Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cerita Ibu Rumah Tangga (LISDA)

Yeah macet jg ya.
Yg sebelah jg macet gara2 prngacau
 
Saya cuma berharap ini lebih liar dan ide ceritanya gak di intervensi :mantap::mantap:
 
Part 1

Suamiku adalah sosok yang sederhana dan juga pengertian. Dandi suamiku itu juga orangnya sangat penyabar. Aku ingat ketika malam pertama dia tidak mendapati bercak darah sedikitpun dari kemaluanku dia seperti tidak mempermasalahkan.

“Mas pasti bertanya-tanya kenapa tidak ada darah setitikpun saat malam pertama kita.” Kataku saat itu.

“Gapapa sayang. Aku gak kepikiran kok.” Jawabnya simpel.

“Masa sih? Tapi aku harus terus terang biar gak jadi masalah sayang. Aku pernah kecelakaan saat naik sepeda waktu SMP. Selaput daraku pecah saat itu. Kamu percayakan sayang?” tanyaku kembali saat memberi alasan.

“Aku percaya sayang. Jangan khawatir, bahkan kalau itu akibat dari hal lain juga aku tidak masalah. Itu masa lalu dan sekarang kita suami isteri.” Ujar Dandi saat itu.

Aku cukup terkejut juga dengan tanggapan suamiku soal keperawananku. Sama terkejutnya dengan kenyataan malam pertama kami yang hanya bisa berlangsung sekali saja malam itu. Padahal aku ingin lebih, tapi Dandi sudah kepayahan. Aku maklum mungkin itu akibat kelelahan menjalani prosesi pernikahan. Walau selanjutnya kemampuan sex suamiku hanya seperti itu aku mencoba untuk tidak mempermasalahkan. Yang penting suamiku sayang padaku dan kehidupan rumahtanggaku berkecukupan aku rasa cukup.

Oh iya namaku Lisda hanya seorang ibu rumah tangga biasa, sedang suamiku Dandi adalah seorang PNS di sebuah dinas pemda di daerahku. Usiaku sekarang 27 tahun, sedang suamiku 37 tahun, jadi selisih usia kami 10 tahun. Kami menikah 4 tahun lalu dan sudah dikaruniai anak perempuan yang kuberi nama Alisa. Kata orang dan tentu saja kata suamiku aku adalah wanita yang sangat cantik dengan tubuh yang padat berisi, rambut yang hitam lurus sampai punggung dan payudara yang lumayan besar. Aku sehari-hari memakai jilbab kalau sedang keluar rumah. Di rumahpun kalau ada tamu yang bukan muhrim aku akan mengenakan jilbab. Maklum aku berasal dari keluarga yang agamis. Aku juga lulus dari sekolah berlatar agama sejak dini. Pendidikan dasar dimulai dari TK milik yayasan Islam, SD sekolah di madrasah ibtidaiyah, SMP di madrasah tsanawiyah, dan SMA di madrasah aliyah. Aku sempat kuliah juga sih tapi tidak sampai selesai karena aku langsung dilamar oleh Dandi dan setelah itu jadi malas melanjutkan kuliah padahal sudah tinggal nyusun skripsi. Akhirnya aku memilih jadi ibu rumah tangga saja.

Kehidupan kami biasa-biasa saja layaknya keluarga yang normal, setiap hari suamiku pergi ke kantor dan aku di rumah saja mengurus anak kami dan tentu saja urusan rumah tangga lainnya. Cuman ada sedikit masalah yang sebelum-sebelumnya aku anggap tidak begitu penting yaitu untuk urusan sex. Setelah empat tahun pernikahan aku makin merasa bahwa hubungan sex dengan suamiku semakin membosankan. Tapi sebagai isteri yang baik aku tentu saja tidak ingin mengecewakan suamiku dan tetap melayaninya meski aku sendiri merasa kurang puas dengan aktifitas sex kami.

Bahkan akhir-akhir ini Dandi sering tidak mampu mengimbangiku setiap berhubungan intim. Bahkan seringkali dia tidak mengajakku untuk memadu kasih sampai berhari-hari. Mungkin dia capek dengan pekerjaannya. Frekwensi kami melakukan hubungan suami isteri makin berkurang. Yang dulunya dia masih mampu sekali dalam seminggu bahkan kadang kala dua minggu sekali. Sekarang bahkan sebulan cuma dua atau tiga kali. Mungkin karena perbedaan usia antara kami yang selisih 10 tahun. Aku terkadang merasa tersiksa dengan kondisi ini. Sebab di usiaku yang masih 27 tahun aku sedang dalam masa-masa yang penuh gairah. Libidoku sangat tinggi.

Tapi aku tidak pernah mengeluh kepada suamiku untuk urusan ini. Aku takut dia akan merasa sangat berdosa karena tidak mampu memberi kepuasan pada isterinya di ranjang. Aku kasihan juga karena aku sangat mencintai suamiku, dia sangat baik dan tidak pernah menyakitiku. Apalagi dia sudah memberiku seorang anak yang cantik. Mungkin awal-awal pernikahan walau semalam hanya bisa sekali main tapi setidaknya aku pernah mengalami orgasme dengan suamiku. Tapi makin kesini aku tidak pernah mendapatkan apa yang namanya orgasme. Lebih sering Dandi suamiku terkapar tak berdaya disaat aku isterinya baru saja mulai panas.

Malam ini aku mengajak Alisa anakku ke dokter anak. Dia terkena demam. Dansi suamiku sedang dinas luar. Antrian di tempat praktek dokter itu cukup panjang. Masih 11 nomor lagi baru nomor antrian Alisa. Untuk menghilangkan kebosanan akibat antrian aku berkenalan dengan ibu disebelah tempat dudukku. Dia membawa anaknya yang udianya 4 tahun.

“Oh iya ibu tinggalnya di mana?’ tanyaku setelah berbasa-basi.

“Di jalan Pangeran matahari..” dia memberitahukan alamatnya.

Lho ? aku kaget, nama jalan itu pernah sangat familiar dalam hidup aku, iya mantan pacarku tinggal disitu.

“Oh aku dulu punya teman yang tinggal disana. Namanya Feri. Ibu kenal?” akhirnya aku bertanya apakah ibu kenal dengan sang mantan.

“Oh Feri Fernando? Kalau itu masih keluarga saya sih. Yah itu ya?” ibu itu balik bertanya.

“benar bu Feri Fernando.” Kataku.

Ternyata ibu itu kenal bahkan dia bilang masih family dari mantanku itu. Tapi kok aku dulu tidak pernah lihat dia. Ah tidak masalah yang penting aku akhrinya bisa memperoleh no HP mantanku itu dari si ibu.

Feri nama mantanku itu. Kami pacaran saat aku masih di madrasah aliyah. Dia sekolah di SMA Negeri. Kami bertemu diacara lomba cerdas cermat antara sekolahku dengan sekolah dia.

Aku terpaksa putus dari dia karena jarak yang memisahkan kami, saat lulus aku memilih kuliah di kotaku ini, dan dia kuliah di jakarta, sampai akhirnya cinta kami berakhir, tanpa ada kata-kata perpisahan.

Aku kemudian mulai berpacaran dengan Dandi yang saat itu baru terangkat jadi PNS, yang sebenarnya hanya iseng saja. Tapi keterusan sampai akhirnya nikah dan aku berhenti kuliah.

Setelah sempat ragu aku akhirnya memberanikan diri untuk menelpon Feri. Saat itulah aku menjadi tahu apa yang dia jalani sejak saat itu sampai sekarang. aku jadi merasa sangat bersalah, menjadi salah satu penyebab hidupnya hancur, dia bilang dia gagal kuliah, setelah aku meninggalkan dia, jujur aku kaget. Dan dia mengakui rasa cinta itu tetap hidup, dan dia berjanji, bila saja ada kesempatan bertemu lagi, dia akan mulai semuanya dari awal.

“Maaf Fer,,, gimana ya. Aku hanya bisa bilang aku sudah bersuami.” Kataku saat kami salin teleponan.

“Hmmmm...Kamu pernah dengar kalimat cinta tak harus saling memiliki. Jadi kita bisa lanjutkan cinta kita tanpa harus mengorbankan rumah tangga kamu. Jujur aku juga telah berkeluarga.”

“Oh jadi maksudnya kita selingkuh gitu?”

“Aku tidak tahu apa itu namanya. Tapi aku ingin kita tetap bisa saling mencintai.”

“Aku bingung Fer...”

Setelah teleponan pertama kali itu aku dan Feri menjadi sering berkomunikasi lewat telpon dan lewan pesan bbm atau wa. Mantanku itu seringkali mengulangi cerita lama kami, dimana dia sangat terpukul putus dari aku, sebenarnya aku juga tidak terlalu percaya, tapi akhirnya setelah 2 bulan hubungan lewat telpon, aku dan dia berjanji untuk bertemu. Karena Feri akan pulang kampung setelah sekian tahun hidup di Jakarta.

Aku menjemput Feri di bandara siang ini, tentu saja aku harus menitipkan Alisa ke rumah orang tuaku. Akhirnya setelah sekian lama aku kembali melihat Feri. Pertemuan yang penuh dengan kekakuan, grogi, salah tingkah, aku juga tidak mengerti kenapa kami jadi seperti orang baru kenal lagi, tapi segera mencair, waktu kami masuk ke Taxi online yang aku pesan, Feri mulai pegang tangan aku, aku juga membalasnya.


Aku kangen sekali dengannya, aku jadi ingin mengulang lagi kisah lama kami yang sempat terputus waktu itu. Enam tahun yang lalu kami berpacaran begitu mesranya. Aku menerima dia apa adanya. Meski dia beda keyakinan denganku. Cuma satu kekurangannya. Feri orangnya suka minum miras.

Dulu waktu dia sering mabuk, aku hanya menemani dia, tanpa memarahinya, aku merasa apapun yang kulakukan kalau dia dalam keadaan mabuk pastinya percuma. Kemudian dia ke Jakarta untuk kuliah. Sebenarnya kami masih berhubungan walau jarak menisahkan kami. Namun rasa jemu datang menghampiri ku, aku mulai jenuh dengan semuanya ini, dia tidak peduli akan masa depannya, pesan-pesanku lewat sms sering dia abaikan sampai akhirnya nomornya sudah tidak aktif lagi.

Aku juga tidak tau mengapa setelah pertemuan kembali, hati aku kembali ke cinta yang dulu, Masalah yang kutemukan cukup kompleks, dimana aku sudah mempunyai suami dan seorang anak. Demikian pula dia sudah punya isteri dan seorang anak. Isteri dan anaknya akan menyusul dia untuk tinggal di kota ini memulai hidup baru setelah Feri kehilangan pekerjaannya di Jakarta. Memikirkan soal itu aku terkadang stress tapi Feri menenangakan aku dan bilang, kita jalani aja dulu, siapa tau ada mujizat didepan sana. Aku setuju dengannya. Dan kami sering jalan berdua, disaat kami bisa.

Rasa cintaku semakin bertumbuh, juga rasa cinta Feri ke aku, aku merasa memiliki orang yang sangat memperhatikan aku, menyayangi aku apa adanya. Hidup kurasa lebih bergairah dari yang sebelumnya. Bahkan tetanggaku dan teman-teman pengajianku bertanya, kok kamu tambah ceria aja nih, badan tambah langsing, tambah memperhatikan penampilan.

Aku hanya tersenyum, semua itu terjadi tanpa kusengaja....aku jatuh cinta lagi....

Aku tidak bisa tidur cepat, aku sering tersenyum sendiri, membayangkan Feri.....Oh Tuhan, mungkinkah kami bisa bersatu seperti dulu ?

Aku berharap hubunganku dengan Feri tak diketahui oleh suamiku dan aku berusaha sekuat mungkin menjaga rahasia ini. Sampai sejauh ini hubungan kami masih soal hati. Sampai saat aku singgung masalah kehidupan ranjangku maka hubungan kami mulai mengarah ke arah sex. Ujungnya memang di sana. Karena selain merindukan cinta Feri aku juga merindukan permainan sex mantanku itu.

Aku bohong kesuami kalau aku kehilangan keperawanan akibat kecelakaan saat naik sepeda. Sebenarnya aku menyerahkan keperawananku akibat sedemikian cintanya aku kepada Feri.
Ceritax bagus kog malah di blokir
 
Part 2

Seringkali aku merasa sedih disaat aku nggak bisa telponan dengan Feri karena dia dirumah beserta istrinya. Ingin rasanya aku menangis, kenapa ini harus terjadi padaku, aku harus jatuh cinta pada suami orang, dan aku juga seorang istri.

Aku sebenarnya ingin sekali hidup wajar dan normal, tanpa di dera rasa bersalah, Dalam doa-daoku saat aku selesai sholat aku selalu memohon ampun kepada Tuhan, aku ingin dekat dengan Tuhan, tapi aku juga ingin dekat dengan dia. Pada saat rasa bersalah itu hadir, aku ucapkan dalam doaku....maafkan aku Tuhan, aku begitu mencintainya, aku tidak bisa kehilangan dia. Tolong Tuhan jangan marah padaku, karena aku mencintai pria lain selain suamiku.

Malam ini kembali aku ketemu dengan Feri. Dia mengajakku untuk jalan-jalan, aku tentu saja kemabli harus menitipkan Alisa kepada orang tuaku. Kebetulan saat ini suamiku tidak ada di rumah,dia keluar kota untuk pekerjaan kantornya, jadi aku bebas ingin pulang jam berapapun juga. Feri mendajak aku makan di sebuah restoran.

Setelah makan, kami bercakap dimobilnya yang diparkir di pinggir pantai. Oh iya Feri sekarang bekerja sebagai driver taxi online. Lantaran hari ini malam selasa, jadi suasananya sepi, tidak banyak mobil yang parkir di pantai itu. Kebetulan sekali kaca mobilnya begitu gelap lapisannya, hingga dari luar orang bakal sulit ngintip kedalam mobil. Mobil diparkir menghadap ke semak-semak yang begitu rimbun hingga dari kaca depanpun orang tidak bisa ngintip kedalam mobil. Rupanya dia memanglah mencari tempat strategis.

Malam itu sekitaran jam 21. 30, meskipun kondisi di dalam mobil gelap, kami masihlah bisa melihat muka masing-masing.

“Lis, kemana suami kamu”, tanya Feri.

“Dia repot sama kerjaannya”, jawabku.

“Kasian deh, andai dulu kamu nikahnya sama aku, gak bakal sering di tinggal kayak gini deh”, tuturnya lagi.

“Yah yang namanya juga jodoh”, jawabku lagi.

“Eh dia tau gak kalau perawan kamu aku yang dapet?” tanya Feri lagi.

“Gila deh...enggaklah.”

“Tapi pasti dia tahu kamu bukan perawan lagi saat pertama gituan dengan dia kan?’

“Dia gak tahu akung.”

“Masak sih...?”

“udah ah ngapain bahas itu mending bahas soal kita.”

“Hmmmmmm...”

Kemudian kami saling pandang. Aku memang menyukai Feri. Sangat menyukainya. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang atletis bukanlah hal yang membuat aku suka padanya. Karena lelaki dengan kriteria seperti itu banyak. Tapi aku menyukainya karena cinta dan aku susah menjelaskan kalau sudah menyangkut cinta.

“Aku ingin malam ini Lis.” Ucap Feri.

Tanpa ada menanti jawabanku, dia mencium bibirku dengan lembut. Aku kaget namun tak menampiknya malah aku menyongsong ciumannya. Kemudian tangannya menyentuh dadaku dan mulai meremas payudaraku yang masih tertutup pakaian dan bra yang kukenakan.

“Lis,aku ingin menyentuhmu”, tuturnya sembari terus meremas-remas payudaraku. Kancing bajuku mulai dibukanya satu persatu, lalu tangannya merogoh masuk dalam braku. Payudaraku segera diremesnya lagi, jari-jarinya lalu memelintir putingku.

Aku jadi terangsang lantaran tingkahnya.

“Ah, kamu nakal deh”, kataku manja.

“Tapi suka kan..?” tanya Feri sambil melucuti seluruh pakaianku sampai bugil. Aku membiarkan perbuatannya. Celanaku jadi diplorotkan sampai kepaha hingga kelihatanlah celana dalamku yang tidak tebal serta minim. Aku merasa celana itu sudah sangat basah. Aku kembali merasakan birahiku yang bergejolak.

Dengan penuh napsu segera Feri menerobos tangannya ke sela-sela pahaku serta menggosok-gosok memekku yang masihlah dilapis celana dalam.

“Lis udah basah banget, kita ngentotnya dimobil saja ya?”tuturnya lagi.

Aku bingung apakah membiarkan dia mengentoti aku saat ini di mobil atau tidak, dalam hati sih aku kepengen bisa merasakan kontol Feri secepatnya. Maka dari itu aku membiarkan dia melucuti seluruh pakaianku dan meraba semua badanku.

Aku buka retsluiting celananya juga, turunkan celananya, lalu aku merogoh masuk celana dalamnya, wow kontol besar serta panjang yang dulu memerawaniku, yang aku rindukan, ngacengnya telah keras sekali.

“udah keras say” kataku.

“Iya udah rindu ama memek kamu yang”, tuturnya sembari tertawa.

kontol Feri besar juga, kekar, diameternya besar disertai urat-uratnya yang menonjol. Sebenarnya dia tidak disunat tapi karena sudah ngaceng total maka kulupnya sudah tidak kentara lagi.

“Wah! … tentu isteri kamu ngejerit jika kamu entot yang.“ujarku nakal.

“Iya, ngejerit keenakan. sebentar lagi kamu juga bakal jerit-jerit keenakan sayang”, jawabnya.

Akhirnya kami berdua geser ke bangku belakang mobilnya. Kami sudah sama-sama bugil. Dia mencium keningku, lalu mataku, kemudian sampai di payudaraku. Aku terpejam nikmati ciuman serta remasannya dipayudaraku. Nafasku mulai agak memburu, kami berdua tenggelam dalam ciuman yang hangat. Dia memainkan lidahnya dipentilku yang juga telah mengeras, yang kiri serta lalu yang kanan.

“Aah enak”, kataku terengah lantaran napsuku yang telah berkobar2. Setelah menciumi pentilku, lalu turun ke perutku serta menciumi puserku, aku senantiasa kegelian jika puserku di cium. Sembari mencium puserku, tangannya langsung meraba memekku. Otomatis pahaku mengangkang agar dia gampang menyentuh memekku.

“Lis, memekmu masih seperti yang dulu, ” tuturnya sembari mengelus bibir memekku. Lalu jarinya tenggelam dimemekku serta terus mengilik-ilik itilku.

“nikmat banget Lis”, tuturnya. Aku tak menjawab perkataannya cuma mengerang keenakan lantaran kilikan jarinya ke itilku semakin cepat.

Mulutnya lalu menciumi memekku serta lidahnya membelai itilku. Aku makin tidak bisa menahan napsuku serta eranganku makin keras. Dia segera meremas ke-2 payudaraku serta memlintir2 pentilku.

“Arhhhh aku gak tahan lagi Fer... masukin segera...shhhh”, kataku menghiba.

Lidahnya masih saja menjilati itilku hingga kembali aku mendesah keenakan.

“Aah enak banget.” walau sebenarnya baru dijilat. Bagaimana jika disodok pakai kontol gedenya, pasti sangat enak.

“ayoo dong aku telah tidak tahan nih”, aku merengek-rengek minta selekasnya dientot.

Feri merebahkan sandaran bangku mobilnya hingga aku jadi berbaring, kakiku agak menekuk lantaran panjang mobilnya tak memenuhi. Dia selekasnya memposisikan dirinya kedekat kepalaku.

“Lis, aku ingin merasakan emutan kamu”, tuturnya sembari mendekatkan kontolnya ke mulutku.

Selekasnya kugapai kontolnya yang telah ngaceng serta kumasukan kontolnya yang besar serta tebal itu dalam mulutku. Segera kuemut dengan keras. Dia mendorong kontolnya keluar masuk pelan ke mulutku sembari mendesis. Aku emut kontolnya sepenuh nafsu. Kontol yang aku rindukan.

Setelah puas menerima oralanku Feri segera memposisikan badannya di antara kedua pahaku serta mengarahkan kontol gedenya ke memekku. Aku rasakan kepala kontolnya mulai masuk perlahan-lahan, ditekannya lagi sedikit hingga kontolnya mulai menyeruak sedikit demi sedikit kedalam memekku. Nikmat sekali rasanya memekku kegesek kontolnya yang besar serta keras itu. Perlahan-lahan namun tentu kontolnya nancep semakin dalam ke memekku. Kurasakan memekku telah mulai basah lantaran gesekan kontolnya yang nyaris masuk semuanya.

Feri mulai mendorongkan kontolnya dengan cepat maju mundur di memekku.

“ssshhhhh….. ”, erangku sembari terpejam. Dia mulai mengenjot kontolnya keluar masuk memekku dengan cepat serta keras. Aku rasakan nikmat yang mengagumkan. Aku mulai memundur-majukan pantatku, sebentar kuputar goyanganku kekiri, selanjutnya kekanan, memutar, menyertai enjotan kontolnya di memekku. Aku meremas rambutnya, sesekali tubuhnya kupeluk erat2. Badanku dan badannya bermandi keringat lantaran dalam ruang mobil mulai panas, tetapi aku tak peduli lantaran tengah rasakan nikmat. Feri terus mengenjotkan kontolnya dengan cepat serta keras.

“Oh Feri i love you... kontolmu owh..owh...owhh...!” Aku meracau akibat nikmatnya genjotan kekasihku.

Aku merasa sudah mendekati puncak.

“cepetean ngenjotnya, lebih keras lagi, enak banget kontolmu. Sayangku...sayang... i love you..i love.” Aku mejerit jerit histeris.

Kakiku kuangkat ke atas memutari pinggangnya hingga rasa-rasanya kontolnya nancep semakin dalam di memekku. Pada akhirnya kurasakan memekku menegang serta mengejut-ngejut menjepit kontolnya.

“Lis nikmat bangetnya memekmu ...ahhhhhhh”, tuturnya sembari selalu mengenjotkan kontolnya. “Aaahhhhh…. gila…. ini nikmat sekali… dikeluarin di mana ahhhhhhh?“

“Di dalam aja sayang...Feri sayang aku ingin dapat anak darimu...Ohhhh uhhhhh ahwwwww.”

Feri menancapkan kontolnya sedalam-dalamnya ke memekku. Crot crot crot crot.

Aku bagai melayang saat meledaknya kenikmatan dari dalam tubuhku bersaan dengan semprotan sperma dari kontol Feri. Aku merasa pejunya muncrat sekian kali dalam memekku, pejunya muncrat sangat banyak. Aku terkulai lemes, kupeluk dia dengan erat.

“Lin, enak banget sayang”, tuturnya.

“Aku juga nikmat, sayag. Aku cinta kamu.” Kataku dengan penuh kepuasan.

Feri segera mencabut kontolnya, mengambil tisu serta diberikannya kepadaku untuk mengelap memek serta keringetku. Diapun mengusap keringat serta kontolnya dengan tisu. Tisu sisanya dibuang ke luar jendela yang telah di buka sdikit agar udara didalem mobil tidaklah terlalu panas.

Kami kembali menggunakan pakaian. Setelah itu dia membawaku ke penginapan didekat pantai. Sampai aku segera berbaring di ranjang. Feri duduk di kursi dekat tempat tidur, napsuku masih berkobar. Kemudian dia berbaring disebelahku ditempat tidur. Aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya, payudaraku samping kiri telah nempel di tubuhnya. kontolnya kuraba, nyatanya telah ngaceng lagi dengan kerasnya. Dia membalas meremes payudaraku. Selekasnya saja bajuku dilepasnya semua. Segera dia kembali meremas-remas payudaraku sembari mencium bibirku. Aku berbaring di tempat tidur, dia mulai menciumi payudaraku serta mengisap pentilku.

Tangan satunya menyebar kebawah serta mengkilik-kilik memek serta itilku. Aku merintih-rintih lantaran napsuku telah naik lagi. Selekasnya dia melepas bajunya sendiri serta berbaring disebelahku. kontolnya yang telah keras sekali kuremas serta kukocok. Dia memutar tubuhnya ke posisi 69 serta mulai menjilati memek serta itilku di antara pahaku yang telah mengangkang lebar. Bibir memekku dielusnya sembari selalu mengemut itilku. Aku telah tidak bisa menahan napsuku yang telah berkobar. kontolnya kukulum dengan buas.

Akhirnya aku mengambil gagasan menaiki tubuhnya, menduduki kontolnya hingga kontolnya kembali menyusup kedalam memekku, kutekan dengan keras hingga sebentar saja kontolnya telah nancep semua ke memekku. Aku mulai mengenjot kontolnya dengan menaik-turunkan pantatku. kontolnya keluar masuk memekku selaras dengan enjotan pantatku. Aku telah tidak tahan lagi, hingga enjotanku semakin cepet serta keras. Payudaraku diremasnya, serta pentilku kadang-kadang diemut2nya.

“aku mau sampe sayang, oewh oh i love you..i love you.. feri sayang owhhhhh”, erangku serta pada akhirnya aku ambruk di atas tubuhnya. Merasa memekku kedutan meremas-remas kontolnya.

Feri segeraa berguling hingga aku telentang dibawahnya. Dia melanjutkan permainan dengan mengenjotkan kontolnya memompa dengan cepat serta keras. Sangat nikmat, baru nyampe telah digenjot dengan keras. Dia terus saja mengenjot memekku dengan cepat serta keras. “Lis, enak banget memekmu ohw ahhhhh”. Tidak lama lagi pada akhirnya dia juga nyaris nyampe.

“Lis keluarin sama-sama ya, aku mau nyampe nih”. Aku tak menjawab, kakiku memutari pinggangnya serta kuteken keras-keras hingga kontolnya nancep dalam sekali di memekku, hingga pada akhirnya aku bergetar lantaran nyampe lagi.

“nikmat banget, sayang owhhhhhhh.” Jeritku.

Dia mengenjotkan kontolnya sedalam-dalamnya di memekku serta melenguh.

“Lis, aku nyampe.” Kurasakan pejunya muncrat sekian kali di dalam memekku. Oh sangat nikmat rasanya, lemes banget tubuhku, aku memeluk dia erat-erat, serta dia pada akhirnya berbaring disebelahku, kontolnya berlumuran peju serta cairan memekku.

“lemes banget sayang”, kataku.

“Ya sayang, tidur saja dahulu,” jawabnya sembari memelukku. Lantaran capek, aku tertidur dipelukannya.

Aku tak tau berapakah lama tertidur dipelukannya. Saat aku terbangun, dia tengah memandangi wajahku yang masihlah ngantuk itu.
Mantap nih
 
Part 3
Nikmatnya cinta dan sex yang kudapatkan dari Feri berimbas pada keseharianku. Aku menjadi lebih semangat menjalani hidup. Lebih ceria dan penuh cinta. Bahkan anehnya aku juga makin sayang dengan keluargaku. Makin rajin melayani mereka.

Kalau yang sering aku dengar biasanya wanita yang selingkuh itu terkesan makin tidak perduli dengan keluarga terutama terhadap suami. Tapi aku tidak seperti itu.
Aku semakin mesra dengan Dandi suamiku. Tentu saja kemesraan dalam hal selain sex. Karena untuk soal yang satu itu aku memang tetap melayaninya kalau dia minta. Tapi sekedar ngangkang saja layaknya pelacur melayani pelanggan yang tidak menarik hati. Syukurlah dia tidak banyak menuntut soal sex dan tidak banyak meminta untuk dilayani.

Aku juga makin rajin ibadah. Dalam doa doa seusai sholat aku memohon ampun atas dosa perselingkuhan yang kubuat. Sekakigus bersyukur atas nikmat cinta yang kudapat dari Feri.

Aku sering bertanya dalam hati apa aku ini wanita binal. Atau apa arti dari kata binal. Aku dalam keseharian adalah wanita yang sopan dalam bersikap. Tidak centil dan genit. Dalam pergaulan dengan tetangga dan ibu ibu pengajian aku juga termasuk wanita kalem dan alim. Begitu juga dengan ibu ibu darmawanita kantor suamiku.

Dalam berdandanpun aku tidak berlebihan. Aku lebih suka mengenakan gamis yang anggun daripada model jilbab yang disebut jilboobs.

Jadi apa aku wanita binal karena berselingkuh? Kalau aku liar saat di ranjang aku akui. Tapi itu aku lakukan untuk orang yang aku cintai. Bukan kesembarang lelaki. Jadi binal itu apa sih? Ah masa bodohlah.

Yang aku pikirkan sekarang adalah bagaimana hubunganku dengan Feri aman. Tidak diketahui siapapun. Paling utama tidak diketahui oleh suamiku dan juga tidak diketahui oleh isteri Feri.

Tapi namanya cinta aku jadi berani menghadapi resiko. Termasuk saat ini aku sedang mencari alasan untuk bisa bertemu dengan Feri. Dia menanyaiku kapan bisa bertemu lagi. Aku bilang akan kuusahakan secepatnya.

Baru sekedar rencana untuk kembali bertemu Feri sudah membuat dadaku berdebar-debar. Sebab aku yakin pertemuan itu akan diwarnai dengan permainan cinta yang penuh gairah.

Akhirnya aku menemukan alasan untuk bisa mewujudkan keinginanku. Usai sholat isa berjamaah dengan suamiku segera kuajak suamiku ngobrol.

"Mas kelompok pengajian kami akan mengadakan kunjungan ke kabupaten tetangga. Aku izin ikut boleh gak?"
"Boleh sayang."
"Tapi kita akan nginap di sana mas."
"Oh ya gapapa sayang. Kapan?"
"Besok siang mas."
"Oh ya udah Alisa entar sama neneknya."

Sebenarnya tidak ada acara kunjungan kelompok pengajian. Aku ngarang saja biar bisa nginap dan bercinta dengan Feri. Toh suamiku pasti percaya dan tidak bakal cari tau. Lagi pula kelompok pengajian kami beberapa kali memang pernah melakukan kegiatan senacam kunjungan ke daerah lain.

Aku tidak sabar menanti esok hari. Ingin rasanya aku menelpon Feri mengabarkan bahwa rencana ketemuan akan bisa dilaksabakan esok siang. Tapi apa daya karena kemungkinan besar Feri sedang bersama isterinya. Aku juga gak mungkin menelpin Feri karena sedang bersama suami.

Pagi tiba aku tidak sabar menunggu suami berangkat kerja. Sebab bila dia sudah pergi ke kantor maka aku leluasa menelpon Feri. Aku rencana pagi ini setelah suamiku ke kantor aku akan secepatnya minta dijemput oleh Feri. Sekalian mengantar Alisa ke rumah neneknya.

"Sayang aku berangkat kerja ya."
"Iya mas aju juga izin siang berangkat."
"Oje sayang."

Segera kutelpon Feri dengan penuh semangat.

"Hallo say kita jadi ketemuan siang ini." Kataku langsung ketika panggilan tekeponku tersambung.
"Makudnya..? Hallo ini siapa..?" Terdengar suara perempuan diujung sana.
"Oh maaf salah sambung." Secepatnya kututup panggilan telepon itu

Sialan siapa yang angkat telepon itu. Apa itu isterinya. Wah gawat kalau begitu. Aku benar-benar apes karena tidak sabaran. Kacau deh jadinya. Pasti sekarang Feri lagi diinterograsi oleh isterinya.

Aku jadi uring-uringan gak tau harus berbuat apa. Apalagi mendengar bunyi ponselku aku malah ketakutan jangan-jangan isteri Feri ngotot cari tau siapa aku yang berani-beraninya nelpon pake kata say dan ngajak ketemuan. Benar saja kulihat nama Feri di layar ponsel. Meski tidak diangkat-angkat tetap saja panggilan dari nomor Feri itu berulang beberapa kali sampai bosan.

Akhirnya berenti dan masuklah sms. Astaga dari nomor Feri juga.

"Angkat dong sayang. Ini aku. Tadi isteriku yang angkat. Katanya orang salah sambung. Sekarang aku sudah di jalan."

Apa benar Feri atau isterinya mau ngejebak? Sial ini gara-gara aku yang tidak bisa sabaran sedikit saja. Jadi panik gini. Tapi bukankah cinta harus berani menghadapi resiko. Maka aku menguatkan tekad untuk menerima telepon itu bila kembali berdering.

Benar saja ponselku kembali berdering. Nama Feri yang muncul di layar. Aku angkat tapi aku tidak bersuara dulu.

"Sayang ini aku. Gak usah cemas..hehehehe."
"Benar nih?
"Iya emang tadi isteriku yang angkat. Tapi kan nomor kamu gak aku simpan di kontak. Tapi aku udah hapal banget. Jadi isteriku bilang orang salah sambung."
"Wah syukyr kalau gitu. Kirain kamu simpan. Bisa habis deh kita kalau nama aku ad di ponsel kamu."
"Terus gimana rencana kita?"
"Jadi say. Makanya aku gak sabar nelpon. Jemput aku sekarang say."

Syukurlah hal buruk yang sempat aku takutkan tidak terjadi. Gairahku kembali berkobar.

"
Admin klo bs jngn di banned
 
Part 1

Suamiku adalah sosok yang sederhana dan juga pengertian. Dandi suamiku itu juga orangnya sangat penyabar. Aku ingat ketika malam pertama dia tidak mendapati bercak darah sedikitpun dari kemaluanku dia seperti tidak mempermasalahkan.

“Mas pasti bertanya-tanya kenapa tidak ada darah setitikpun saat malam pertama kita.” Kataku saat itu.

“Gapapa sayang. Aku gak kepikiran kok.” Jawabnya simpel.

“Masa sih? Tapi aku harus terus terang biar gak jadi masalah sayang. Aku pernah kecelakaan saat naik sepeda waktu SMP. Selaput daraku pecah saat itu. Kamu percayakan sayang?” tanyaku kembali saat memberi alasan.

“Aku percaya sayang. Jangan khawatir, bahkan kalau itu akibat dari hal lain juga aku tidak masalah. Itu masa lalu dan sekarang kita suami isteri.” Ujar Dandi saat itu.

Aku cukup terkejut juga dengan tanggapan suamiku soal keperawananku. Sama terkejutnya dengan kenyataan malam pertama kami yang hanya bisa berlangsung sekali saja malam itu. Padahal aku ingin lebih, tapi Dandi sudah kepayahan. Aku maklum mungkin itu akibat kelelahan menjalani prosesi pernikahan. Walau selanjutnya kemampuan sex suamiku hanya seperti itu aku mencoba untuk tidak mempermasalahkan. Yang penting suamiku sayang padaku dan kehidupan rumahtanggaku berkecukupan aku rasa cukup.

Oh iya namaku Lisda hanya seorang ibu rumah tangga biasa, sedang suamiku Dandi adalah seorang PNS di sebuah dinas pemda di daerahku. Usiaku sekarang 27 tahun, sedang suamiku 37 tahun, jadi selisih usia kami 10 tahun. Kami menikah 4 tahun lalu dan sudah dikaruniai anak perempuan yang kuberi nama Alisa. Kata orang dan tentu saja kata suamiku aku adalah wanita yang sangat cantik dengan tubuh yang padat berisi, rambut yang hitam lurus sampai punggung dan payudara yang lumayan besar. Aku sehari-hari memakai jilbab kalau sedang keluar rumah. Di rumahpun kalau ada tamu yang bukan muhrim aku akan mengenakan jilbab. Maklum aku berasal dari keluarga yang agamis. Aku juga lulus dari sekolah berlatar agama sejak dini. Pendidikan dasar dimulai dari TK milik yayasan Islam, SD sekolah di madrasah ibtidaiyah, SMP di madrasah tsanawiyah, dan SMA di madrasah aliyah. Aku sempat kuliah juga sih tapi tidak sampai selesai karena aku langsung dilamar oleh Dandi dan setelah itu jadi malas melanjutkan kuliah padahal sudah tinggal nyusun skripsi. Akhirnya aku memilih jadi ibu rumah tangga saja.

Kehidupan kami biasa-biasa saja layaknya keluarga yang normal, setiap hari suamiku pergi ke kantor dan aku di rumah saja mengurus anak kami dan tentu saja urusan rumah tangga lainnya. Cuman ada sedikit masalah yang sebelum-sebelumnya aku anggap tidak begitu penting yaitu untuk urusan sex. Setelah empat tahun pernikahan aku makin merasa bahwa hubungan sex dengan suamiku semakin membosankan. Tapi sebagai isteri yang baik aku tentu saja tidak ingin mengecewakan suamiku dan tetap melayaninya meski aku sendiri merasa kurang puas dengan aktifitas sex kami.

Bahkan akhir-akhir ini Dandi sering tidak mampu mengimbangiku setiap berhubungan intim. Bahkan seringkali dia tidak mengajakku untuk memadu kasih sampai berhari-hari. Mungkin dia capek dengan pekerjaannya. Frekwensi kami melakukan hubungan suami isteri makin berkurang. Yang dulunya dia masih mampu sekali dalam seminggu bahkan kadang kala dua minggu sekali. Sekarang bahkan sebulan cuma dua atau tiga kali. Mungkin karena perbedaan usia antara kami yang selisih 10 tahun. Aku terkadang merasa tersiksa dengan kondisi ini. Sebab di usiaku yang masih 27 tahun aku sedang dalam masa-masa yang penuh gairah. Libidoku sangat tinggi.

Tapi aku tidak pernah mengeluh kepada suamiku untuk urusan ini. Aku takut dia akan merasa sangat berdosa karena tidak mampu memberi kepuasan pada isterinya di ranjang. Aku kasihan juga karena aku sangat mencintai suamiku, dia sangat baik dan tidak pernah menyakitiku. Apalagi dia sudah memberiku seorang anak yang cantik. Mungkin awal-awal pernikahan walau semalam hanya bisa sekali main tapi setidaknya aku pernah mengalami orgasme dengan suamiku. Tapi makin kesini aku tidak pernah mendapatkan apa yang namanya orgasme. Lebih sering Dandi suamiku terkapar tak berdaya disaat aku isterinya baru saja mulai panas.

Malam ini aku mengajak Alisa anakku ke dokter anak. Dia terkena demam. Dansi suamiku sedang dinas luar. Antrian di tempat praktek dokter itu cukup panjang. Masih 11 nomor lagi baru nomor antrian Alisa. Untuk menghilangkan kebosanan akibat antrian aku berkenalan dengan ibu disebelah tempat dudukku. Dia membawa anaknya yang udianya 4 tahun.

“Oh iya ibu tinggalnya di mana?’ tanyaku setelah berbasa-basi.

“Di jalan Pangeran matahari..” dia memberitahukan alamatnya.

Lho ? aku kaget, nama jalan itu pernah sangat familiar dalam hidup aku, iya mantan pacarku tinggal disitu.

“Oh aku dulu punya teman yang tinggal disana. Namanya Feri. Ibu kenal?” akhirnya aku bertanya apakah ibu kenal dengan sang mantan.

“Oh Feri Fernando? Kalau itu masih keluarga saya sih. Yah itu ya?” ibu itu balik bertanya.

“benar bu Feri Fernando.” Kataku.

Ternyata ibu itu kenal bahkan dia bilang masih family dari mantanku itu. Tapi kok aku dulu tidak pernah lihat dia. Ah tidak masalah yang penting aku akhrinya bisa memperoleh no HP mantanku itu dari si ibu.

Feri nama mantanku itu. Kami pacaran saat aku masih di madrasah aliyah. Dia sekolah di SMA Negeri. Kami bertemu diacara lomba cerdas cermat antara sekolahku dengan sekolah dia.

Aku terpaksa putus dari dia karena jarak yang memisahkan kami, saat lulus aku memilih kuliah di kotaku ini, dan dia kuliah di jakarta, sampai akhirnya cinta kami berakhir, tanpa ada kata-kata perpisahan.

Aku kemudian mulai berpacaran dengan Dandi yang saat itu baru terangkat jadi PNS, yang sebenarnya hanya iseng saja. Tapi keterusan sampai akhirnya nikah dan aku berhenti kuliah.

Setelah sempat ragu aku akhirnya memberanikan diri untuk menelpon Feri. Saat itulah aku menjadi tahu apa yang dia jalani sejak saat itu sampai sekarang. aku jadi merasa sangat bersalah, menjadi salah satu penyebab hidupnya hancur, dia bilang dia gagal kuliah, setelah aku meninggalkan dia, jujur aku kaget. Dan dia mengakui rasa cinta itu tetap hidup, dan dia berjanji, bila saja ada kesempatan bertemu lagi, dia akan mulai semuanya dari awal.

“Maaf Fer,,, gimana ya. Aku hanya bisa bilang aku sudah bersuami.” Kataku saat kami salin teleponan.

“Hmmmm...Kamu pernah dengar kalimat cinta tak harus saling memiliki. Jadi kita bisa lanjutkan cinta kita tanpa harus mengorbankan rumah tangga kamu. Jujur aku juga telah berkeluarga.”

“Oh jadi maksudnya kita selingkuh gitu?”

“Aku tidak tahu apa itu namanya. Tapi aku ingin kita tetap bisa saling mencintai.”

“Aku bingung Fer...”

Setelah teleponan pertama kali itu aku dan Feri menjadi sering berkomunikasi lewat telpon dan lewan pesan bbm atau wa. Mantanku itu seringkali mengulangi cerita lama kami, dimana dia sangat terpukul putus dari aku, sebenarnya aku juga tidak terlalu percaya, tapi akhirnya setelah 2 bulan hubungan lewat telpon, aku dan dia berjanji untuk bertemu. Karena Feri akan pulang kampung setelah sekian tahun hidup di Jakarta.

Aku menjemput Feri di bandara siang ini, tentu saja aku harus menitipkan Alisa ke rumah orang tuaku. Akhirnya setelah sekian lama aku kembali melihat Feri. Pertemuan yang penuh dengan kekakuan, grogi, salah tingkah, aku juga tidak mengerti kenapa kami jadi seperti orang baru kenal lagi, tapi segera mencair, waktu kami masuk ke Taxi online yang aku pesan, Feri mulai pegang tangan aku, aku juga membalasnya.


Aku kangen sekali dengannya, aku jadi ingin mengulang lagi kisah lama kami yang sempat terputus waktu itu. Enam tahun yang lalu kami berpacaran begitu mesranya. Aku menerima dia apa adanya. Meski dia beda keyakinan denganku. Cuma satu kekurangannya. Feri orangnya suka minum miras.

Dulu waktu dia sering mabuk, aku hanya menemani dia, tanpa memarahinya, aku merasa apapun yang kulakukan kalau dia dalam keadaan mabuk pastinya percuma. Kemudian dia ke Jakarta untuk kuliah. Sebenarnya kami masih berhubungan walau jarak menisahkan kami. Namun rasa jemu datang menghampiri ku, aku mulai jenuh dengan semuanya ini, dia tidak peduli akan masa depannya, pesan-pesanku lewat sms sering dia abaikan sampai akhirnya nomornya sudah tidak aktif lagi.

Aku juga tidak tau mengapa setelah pertemuan kembali, hati aku kembali ke cinta yang dulu, Masalah yang kutemukan cukup kompleks, dimana aku sudah mempunyai suami dan seorang anak. Demikian pula dia sudah punya isteri dan seorang anak. Isteri dan anaknya akan menyusul dia untuk tinggal di kota ini memulai hidup baru setelah Feri kehilangan pekerjaannya di Jakarta. Memikirkan soal itu aku terkadang stress tapi Feri menenangakan aku dan bilang, kita jalani aja dulu, siapa tau ada mujizat didepan sana. Aku setuju dengannya. Dan kami sering jalan berdua, disaat kami bisa.

Rasa cintaku semakin bertumbuh, juga rasa cinta Feri ke aku, aku merasa memiliki orang yang sangat memperhatikan aku, menyayangi aku apa adanya. Hidup kurasa lebih bergairah dari yang sebelumnya. Bahkan tetanggaku dan teman-teman pengajianku bertanya, kok kamu tambah ceria aja nih, badan tambah langsing, tambah memperhatikan penampilan.

Aku hanya tersenyum, semua itu terjadi tanpa kusengaja....aku jatuh cinta lagi....

Aku tidak bisa tidur cepat, aku sering tersenyum sendiri, membayangkan Feri.....Oh Tuhan, mungkinkah kami bisa bersatu seperti dulu ?

Aku berharap hubunganku dengan Feri tak diketahui oleh suamiku dan aku berusaha sekuat mungkin menjaga rahasia ini. Sampai sejauh ini hubungan kami masih soal hati. Sampai saat aku singgung masalah kehidupan ranjangku maka hubungan kami mulai mengarah ke arah sex. Ujungnya memang di sana. Karena selain merindukan cinta Feri aku juga merindukan permainan sex mantanku itu.

Aku bohong kesuami kalau aku kehilangan keperawanan akibat kecelakaan saat naik sepeda. Sebenarnya aku menyerahkan keperawananku akibat sedemikian cintanya aku kepada Feri.
Part 1

Suamiku adalah sosok yang sederhana dan juga pengertian. Dandi suamiku itu juga orangnya sangat penyabar. Aku ingat ketika malam pertama dia tidak mendapati bercak darah sedikitpun dari kemaluanku dia seperti tidak mempermasalahkan.

“Mas pasti bertanya-tanya kenapa tidak ada darah setitikpun saat malam pertama kita.” Kataku saat itu.

“Gapapa sayang. Aku gak kepikiran kok.” Jawabnya simpel.

“Masa sih? Tapi aku harus terus terang biar gak jadi masalah sayang. Aku pernah kecelakaan saat naik sepeda waktu SMP. Selaput daraku pecah saat itu. Kamu percayakan sayang?” tanyaku kembali saat memberi alasan.

“Aku percaya sayang. Jangan khawatir, bahkan kalau itu akibat dari hal lain juga aku tidak masalah. Itu masa lalu dan sekarang kita suami isteri.” Ujar Dandi saat itu.

Aku cukup terkejut juga dengan tanggapan suamiku soal keperawananku. Sama terkejutnya dengan kenyataan malam pertama kami yang hanya bisa berlangsung sekali saja malam itu. Padahal aku ingin lebih, tapi Dandi sudah kepayahan. Aku maklum mungkin itu akibat kelelahan menjalani prosesi pernikahan. Walau selanjutnya kemampuan sex suamiku hanya seperti itu aku mencoba untuk tidak mempermasalahkan. Yang penting suamiku sayang padaku dan kehidupan rumahtanggaku berkecukupan aku rasa cukup.

Oh iya namaku Lisda hanya seorang ibu rumah tangga biasa, sedang suamiku Dandi adalah seorang PNS di sebuah dinas pemda di daerahku. Usiaku sekarang 27 tahun, sedang suamiku 37 tahun, jadi selisih usia kami 10 tahun. Kami menikah 4 tahun lalu dan sudah dikaruniai anak perempuan yang kuberi nama Alisa. Kata orang dan tentu saja kata suamiku aku adalah wanita yang sangat cantik dengan tubuh yang padat berisi, rambut yang hitam lurus sampai punggung dan payudara yang lumayan besar. Aku sehari-hari memakai jilbab kalau sedang keluar rumah. Di rumahpun kalau ada tamu yang bukan muhrim aku akan mengenakan jilbab. Maklum aku berasal dari keluarga yang agamis. Aku juga lulus dari sekolah berlatar agama sejak dini. Pendidikan dasar dimulai dari TK milik yayasan Islam, SD sekolah di madrasah ibtidaiyah, SMP di madrasah tsanawiyah, dan SMA di madrasah aliyah. Aku sempat kuliah juga sih tapi tidak sampai selesai karena aku langsung dilamar oleh Dandi dan setelah itu jadi malas melanjutkan kuliah padahal sudah tinggal nyusun skripsi. Akhirnya aku memilih jadi ibu rumah tangga saja.

Kehidupan kami biasa-biasa saja layaknya keluarga yang normal, setiap hari suamiku pergi ke kantor dan aku di rumah saja mengurus anak kami dan tentu saja urusan rumah tangga lainnya. Cuman ada sedikit masalah yang sebelum-sebelumnya aku anggap tidak begitu penting yaitu untuk urusan sex. Setelah empat tahun pernikahan aku makin merasa bahwa hubungan sex dengan suamiku semakin membosankan. Tapi sebagai isteri yang baik aku tentu saja tidak ingin mengecewakan suamiku dan tetap melayaninya meski aku sendiri merasa kurang puas dengan aktifitas sex kami.

Bahkan akhir-akhir ini Dandi sering tidak mampu mengimbangiku setiap berhubungan intim. Bahkan seringkali dia tidak mengajakku untuk memadu kasih sampai berhari-hari. Mungkin dia capek dengan pekerjaannya. Frekwensi kami melakukan hubungan suami isteri makin berkurang. Yang dulunya dia masih mampu sekali dalam seminggu bahkan kadang kala dua minggu sekali. Sekarang bahkan sebulan cuma dua atau tiga kali. Mungkin karena perbedaan usia antara kami yang selisih 10 tahun. Aku terkadang merasa tersiksa dengan kondisi ini. Sebab di usiaku yang masih 27 tahun aku sedang dalam masa-masa yang penuh gairah. Libidoku sangat tinggi.

Tapi aku tidak pernah mengeluh kepada suamiku untuk urusan ini. Aku takut dia akan merasa sangat berdosa karena tidak mampu memberi kepuasan pada isterinya di ranjang. Aku kasihan juga karena aku sangat mencintai suamiku, dia sangat baik dan tidak pernah menyakitiku. Apalagi dia sudah memberiku seorang anak yang cantik. Mungkin awal-awal pernikahan walau semalam hanya bisa sekali main tapi setidaknya aku pernah mengalami orgasme dengan suamiku. Tapi makin kesini aku tidak pernah mendapatkan apa yang namanya orgasme. Lebih sering Dandi suamiku terkapar tak berdaya disaat aku isterinya baru saja mulai panas.

Malam ini aku mengajak Alisa anakku ke dokter anak. Dia terkena demam. Dansi suamiku sedang dinas luar. Antrian di tempat praktek dokter itu cukup panjang. Masih 11 nomor lagi baru nomor antrian Alisa. Untuk menghilangkan kebosanan akibat antrian aku berkenalan dengan ibu disebelah tempat dudukku. Dia membawa anaknya yang udianya 4 tahun.

“Oh iya ibu tinggalnya di mana?’ tanyaku setelah berbasa-basi.

“Di jalan Pangeran matahari..” dia memberitahukan alamatnya.

Lho ? aku kaget, nama jalan itu pernah sangat familiar dalam hidup aku, iya mantan pacarku tinggal disitu.

“Oh aku dulu punya teman yang tinggal disana. Namanya Feri. Ibu kenal?” akhirnya aku bertanya apakah ibu kenal dengan sang mantan.

“Oh Feri Fernando? Kalau itu masih keluarga saya sih. Yah itu ya?” ibu itu balik bertanya.

“benar bu Feri Fernando.” Kataku.

Ternyata ibu itu kenal bahkan dia bilang masih family dari mantanku itu. Tapi kok aku dulu tidak pernah lihat dia. Ah tidak masalah yang penting aku akhrinya bisa memperoleh no HP mantanku itu dari si ibu.

Feri nama mantanku itu. Kami pacaran saat aku masih di madrasah aliyah. Dia sekolah di SMA Negeri. Kami bertemu diacara lomba cerdas cermat antara sekolahku dengan sekolah dia.

Aku terpaksa putus dari dia karena jarak yang memisahkan kami, saat lulus aku memilih kuliah di kotaku ini, dan dia kuliah di jakarta, sampai akhirnya cinta kami berakhir, tanpa ada kata-kata perpisahan.

Aku kemudian mulai berpacaran dengan Dandi yang saat itu baru terangkat jadi PNS, yang sebenarnya hanya iseng saja. Tapi keterusan sampai akhirnya nikah dan aku berhenti kuliah.

Setelah sempat ragu aku akhirnya memberanikan diri untuk menelpon Feri. Saat itulah aku menjadi tahu apa yang dia jalani sejak saat itu sampai sekarang. aku jadi merasa sangat bersalah, menjadi salah satu penyebab hidupnya hancur, dia bilang dia gagal kuliah, setelah aku meninggalkan dia, jujur aku kaget. Dan dia mengakui rasa cinta itu tetap hidup, dan dia berjanji, bila saja ada kesempatan bertemu lagi, dia akan mulai semuanya dari awal.

“Maaf Fer,,, gimana ya. Aku hanya bisa bilang aku sudah bersuami.” Kataku saat kami salin teleponan.

“Hmmmm...Kamu pernah dengar kalimat cinta tak harus saling memiliki. Jadi kita bisa lanjutkan cinta kita tanpa harus mengorbankan rumah tangga kamu. Jujur aku juga telah berkeluarga.”

“Oh jadi maksudnya kita selingkuh gitu?”

“Aku tidak tahu apa itu namanya. Tapi aku ingin kita tetap bisa saling mencintai.”

“Aku bingung Fer...”

Setelah teleponan pertama kali itu aku dan Feri menjadi sering berkomunikasi lewat telpon dan lewan pesan bbm atau wa. Mantanku itu seringkali mengulangi cerita lama kami, dimana dia sangat terpukul putus dari aku, sebenarnya aku juga tidak terlalu percaya, tapi akhirnya setelah 2 bulan hubungan lewat telpon, aku dan dia berjanji untuk bertemu. Karena Feri akan pulang kampung setelah sekian tahun hidup di Jakarta.

Aku menjemput Feri di bandara siang ini, tentu saja aku harus menitipkan Alisa ke rumah orang tuaku. Akhirnya setelah sekian lama aku kembali melihat Feri. Pertemuan yang penuh dengan kekakuan, grogi, salah tingkah, aku juga tidak mengerti kenapa kami jadi seperti orang baru kenal lagi, tapi segera mencair, waktu kami masuk ke Taxi online yang aku pesan, Feri mulai pegang tangan aku, aku juga membalasnya.


Aku kangen sekali dengannya, aku jadi ingin mengulang lagi kisah lama kami yang sempat terputus waktu itu. Enam tahun yang lalu kami berpacaran begitu mesranya. Aku menerima dia apa adanya. Meski dia beda keyakinan denganku. Cuma satu kekurangannya. Feri orangnya suka minum miras.

Dulu waktu dia sering mabuk, aku hanya menemani dia, tanpa memarahinya, aku merasa apapun yang kulakukan kalau dia dalam keadaan mabuk pastinya percuma. Kemudian dia ke Jakarta untuk kuliah. Sebenarnya kami masih berhubungan walau jarak menisahkan kami. Namun rasa jemu datang menghampiri ku, aku mulai jenuh dengan semuanya ini, dia tidak peduli akan masa depannya, pesan-pesanku lewat sms sering dia abaikan sampai akhirnya nomornya sudah tidak aktif lagi.

Aku juga tidak tau mengapa setelah pertemuan kembali, hati aku kembali ke cinta yang dulu, Masalah yang kutemukan cukup kompleks, dimana aku sudah mempunyai suami dan seorang anak. Demikian pula dia sudah punya isteri dan seorang anak. Isteri dan anaknya akan menyusul dia untuk tinggal di kota ini memulai hidup baru setelah Feri kehilangan pekerjaannya di Jakarta. Memikirkan soal itu aku terkadang stress tapi Feri menenangakan aku dan bilang, kita jalani aja dulu, siapa tau ada mujizat didepan sana. Aku setuju dengannya. Dan kami sering jalan berdua, disaat kami bisa.

Rasa cintaku semakin bertumbuh, juga rasa cinta Feri ke aku, aku merasa memiliki orang yang sangat memperhatikan aku, menyayangi aku apa adanya. Hidup kurasa lebih bergairah dari yang sebelumnya. Bahkan tetanggaku dan teman-teman pengajianku bertanya, kok kamu tambah ceria aja nih, badan tambah langsing, tambah memperhatikan penampilan.

Aku hanya tersenyum, semua itu terjadi tanpa kusengaja....aku jatuh cinta lagi....

Aku tidak bisa tidur cepat, aku sering tersenyum sendiri, membayangkan Feri.....Oh Tuhan, mungkinkah kami bisa bersatu seperti dulu ?

Aku berharap hubunganku dengan Feri tak diketahui oleh suamiku dan aku berusaha sekuat mungkin menjaga rahasia ini. Sampai sejauh ini hubungan kami masih soal hati. Sampai saat aku singgung masalah kehidupan ranjangku maka hubungan kami mulai mengarah ke arah sex. Ujungnya memang di sana. Karena selain merindukan cinta Feri aku juga merindukan permainan sex mantanku itu.

Aku bohong kesuami kalau aku kehilangan keperawanan akibat kecelakaan saat naik sepeda. Sebenarnya aku menyerahkan keperawananku akibat sedemikian cintanya aku kepada Feri.
Knapa cerita bagus bgn bisa di banned ya??
 
Sayang dah di banned
 
Bimabet
Bertele-tele. Update depan baru mau nyoblos sudah bersambung
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd