Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cerita Nazwa

Mending mana?


  • Total voters
    96
Status
Please reply by conversation.
POV Salma

"Faiz, kenapa kamu ga tidur bareng di sini aja bareng aku."

Entah kalimat apa yang telah aku ucapkan tadi. Kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku tanpa adanya proses berpikir yang jernih. Kalimat ajakan yang tiba2 terlontar dari mulutku itu nantinya akan mengubah seluruh alur jalan kehidupanku.

Kulihat Faiz hanya bengong dengan ajakan ku tadi. Saat ini tidak ada respon sama sekali yang ditunjukan faik. Mungkin Faiz masih tidak percaya, tatapannya tersirat kebingungan hingga dia memastikan ulang ajakanku.

"Kamu serius?" Cuma itu kata2 yang keluar dari mulut Faiz.

Aku pun hanya mengangguk2an kepala. Wajahku memerah dan aku menjadi salah tingkah di hadapan Faiz. Perasaanku kali ini pun menjadi tidak karuan, antara rasa takut akan suasana di kamar ini yang menyebabkanku mimpi buruk, malu, deg degan, bahkan ada sedikit rasa desiran gairah yang entah dari mana datangnya. Semua perasaanku itu akhirnya tercampur aduk.

Akhirnya setelah mendapatkan sinyal anggukan dari ku. Faiz pun mulai merebahkan tubuhnya di kasur sambil masuk ambil bagian dalam selimut.

Tidak ada kata-kata lagi yang terucap dari mulutku dan faiz. Hanya ada keheningan di kamar itu yang diiringi suara detak jam dinding tua.

Kita pun tidur saling memunggungi. Ada rasa grogi yang kita alami saat ini. Aku pun berusaha memejamkan mata agar secepatnya pindah ke alam mimpi, begitu juga dengan Faiz. Namun, lagi-lagi aku tidak bisa tidur. Aku pun membalikan badan dan entah mengapa tiba2 aku memeluk Faiz dari belakang sambil berbisik.

"Faiz, aku ga bisa tidur."

Faiz pun memutarkan tubuhnya hingga kita saling berhadapan. Dia mebelai rambutku sambil memberikan ku kecupan di kening. Mata ku dan Faiz saling bertatapan. Keheningan masih menyelimuti kamar ini. Aku hanya bisa memejamkan mata. Aku menarik tangan Faiz agar dia memelukku. Aku ingin tidur dalam dekapan Faiz. Ia pun menaruh tangan yang satunya untuk aku jadikan bantalan.

Posisiku saat ini sudah dalam dekapan penuh Faiz. Aku merasakan kenyamanan yang sebelumnya blm pernah aku rasakan. Segala rasa takutku akan suasana di kamar ini hilang begitu saja. Ada rasa kehangatan dari pelukan Faiz saat ini. Ini adalah pengalaman yang baru.

Namun, saat aku akan memasuki alam mimpi, aku merasakan ada elusan dari pungguku. Kurasakan tangan Faiz mulai aktif mengelus2 punggungku.

Ada gejolak gairah dalam tubuhku yang mulai kembali muncul. Gairah itu tidak dapat tertahankan karena ini adalah pengalaman baru bagiku. Apalagi saat ini aku tidur tanpa bra dan hanya menggunakan daster panjang. Elusan2 halus yang mungkin Faiz lakukan untuk menenangkanku malah malah berubah menjadi sebuah gairah yang tak tertahankan. Yang aku tahu setiap orang memiliki titik rangsangan masing2 dan mungkin secara kebetulan titik rangsanganku ada di bagian punggung.

Aku sedikit mendesah, wajahku yang merah saat ini tengah menengadah kehadapan Faiz. Sambil aku memejamkan mata, bibirku kini merekah terbuka. Aku tidak bisa berpikir apa2 lagi. Wajahku kini mungkin terlihat sensual di hadapan Faiz. Kini aku telah dikuasai birahi yang tidak tertahankan.

Jika kita merujuk pada penelitian yang dilakukan William Masters dan Virginia Johnson – pasangan peneliti seks yang telah menerbitkan buku Human Sexual Response (1966), menyebutkan ada empat fase respon seksual wanita. Saat ini, aku ada di fase excitement. Ada peningkatan detak jantung dan pernapasan yang kualami. Selain itu, payudara dan putingku membesar karena meningkatnya aliran darah di daerah itu. Terakhir yang kurasakan saat ini adalah vaginaku mulai gatal dan juga basah oleh cairan cintaku.

Hingga Faiz tiba2 melumat bibirku yang merekah terbuka ini. Bukan kecupan lagi yang kini kudapat, melainkan sebuah lumatan bibir yang dikendalikan hawa nafsu. Disela2 lumatan bibirku ini, Faiz menjulurkan lidahnya untuk saling bertukar lidah denganku. Aku pun mulai menjulurkan balik lidahku hingga kini ada pertukaran liur yang dihasilkan diantara pergumulan bibir ini.

Semua yang kulakukan saat ini hanyalah mengikuti hawa nafsu. Jujur secara pengalaman aku belum pernah melakukan sama sekali perbuatan ini. Namun, hawa nafsu membimbingku secara otodidak sehingga aku belajar dengan cepat.

Suasana di kamar pun berubah menjadi panas. Merasa aku tidak menggunakan bra, Faiz pun mulai meraba payudaraku. Remasan pelan dan lembut di dadaku membuat aku berusaha menahan desah.

Setelah itu, Faiz menghentikan lumatan di bibirku. Ciuman itu berpindah ke leher hingga turun ke pangkal payudaraku. Faiz pun juga mulai menyingkap dasterku ke atas sehingga bagian bawah tubuhku terbuka bebas hanya menyisakan celana dalam yang basah.

Faiz semakin bergerilya, disela2 remasan payudaranya yang semakin intensif, kali ini dia menghisap puting payudaraku dan juga berusaha melepaskan celana dalamku. Aku pun sempat mengangkat tubuhku agar memudahkan faiz dalam melepas pertahanan terakhirku.

Namun satu hal yang aku lupa, bulu vaginaku sangatlah lebat. Aku memang jarang mencukur bulu di vagina karena toh tidak menggagu ini. Secera genetika, aku mungkin berbeda dari perempuan lain karena daerah tertentu bulu ku mungkin lebih banyak. Seperti pada kaki dan tanganku terdapat bulu2 halus yang tipis dan cukup panjang. Selain itu bulu di ketiakku juga jarang kucukur, toh bagi wanita berjilbab untuk apa mencukur bulu mengingat seluruh tubuhku tertutup sehari2nya. Kecuali pada hari ini yang memang diluar ekspektasiku.

Celana dalamku akhirnya terlepas, aku tidak mau Faiz melihat vaginaku yang ditutupi bulu yang rimbun. Aku berusaha mengalihkan perhatian faiz ketika dia akan melihat vaginaku. Aku pegang kedua pipinya, dan ku lumat balik bibirnya sehingga kali ini aku yg terlihat agresif, demi Faiz agar tidak melihat vaginaku.

Bagiku cukup jari-jemari Faiz saja yang bergerilya menjelajahi vaginaku, tidak perlu menatapnya karena aku malu. Dia perlahan mengelus2 bulu divaginaku, lalu menyibak bulu2 vaginaku hingga mendapati klitorisku yang bersembunyi dibalik bulu2 yang lebat ini. Jari2 faiz kali ini mulai bermain2 dengan klitorisku sambil mengusap2 celah bibir vaginaku yang sudah banjir dengan cairan cinta.

Kini aku memasuki fase Plateu, yaitu fase lanjutan yang membuat klitoris semakin sensitif dan cairan cintaku semakin membanjiri vaginaku. Ditambah juga otot2 vaginaku menegang, bahkan kulitku terasa panas. Tensi seksualku miningkat di fase ini. Ada sisi dalam diriku yang merasakan hal yang lebih.

Faiz pun mulai beranjak dari pergumulan ini. Ia melepaskan celana pendek sekaligus celana dalam yang ia kenakan. Kini dapat dengan jelas aku melihat penis Faiz yang diujung kepala penisnya sudah mengkilap oleh cairan precumnya. Untuk ukuran, penis Faiz tergolong standar mengingat tubuhnya yang tambun. Penis Faiz yang sedang dalam posisi tegak keras mungkin panjangnya sekitar 10cm dengan diameter 3cm. Itu adalah penis pria dewasa yang pertama kali kulihat dan saat itu ukuranya cukup besar bagiku yang belum pernah tau perbandingan ukuran penis pria yang lainnya.

Kini Faiz mulai memosisikan tubuhnya diatas tubuhku. Faiz mulai menyingkap kedua kakiku. Tatapan mata kami mulai beradu. Di bawah, penis Faiz masih menggesek2nya di depan lubang vaginaku. Dalam kondisi seperti ini, aku tidak bisa berpikir logis akan masa depanku jika malam ini keperawananku hilang. Semua pikiranku murni dikuasai hawa nafsu. Begitu juga dengan Faiz, aku tidak tahu sejauh apa dulu dia berpacaran dengan mantan2nya, yang jelas dalam tatapanya saat ini, ada keinginan dari dia untuk melakukan hal yang lebih jauh.

Masih dalam keheningan suasana. Faiz pun mengangguk2 ke padaku seakan dia meminta persetujuan dariku untuk mengizikan dia melakukan pentrasi. Aku tidak bisa menjawabnya, aku hanya memalingkan wajah ke bantal seakan2 memberikan jawaban terserah.

Perlahan penis Faiz mulai penetrasi kedalam vaginaku. Dalam posisi awal ini, penis Faiz masih membuka jalan, kepala penis dia sudah mulai ke dalam vaginaku. Faiz tidak kesulitan dalam hal penetrasi mengingat cairan cintaku sudah membanjiri vaginaku. Yang kurasakan saat ini ketika kepala penis Faiz mulai masuk adalah sebuah kenikmatan seksual yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Namun semua kenikmatan itu berubah seketika ketika penis Faiz mulai masuk lebih dalam karena ada selaput daraku yang menghalangi. Faiz pun mulai kesulitan ketika dia akan melakukan penetrasi lebih dalam. Mungkin karena selaput daraku tebal sehingga ada upaya lebih dari faiz untuk menuntaskan hajat nafsunya.

Tiba2 Faiz mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mengentakan penisnya dalam vaginaku. Usaha yang berhasil hingga merobek selaput daraku membuat aku menjerit seketika merasakan kesakitan yang sungguh luar biasa. Sambil merintih menahan kesakitan, aku menangis sejadi2nya. Aku hanya bisa meremas2 sprei. Otot2 vaginaku berkontraksi sehingga dinding vaginaku berdenyut2 keras.

Vaginaku terasa penuh diisi oleh penis Faiz yang telah sukses memerawaniku pada malam itu. Faiz tidak menggerakan penisnya maju mundur, selama 3 menit dia membiarkan penisnya berada dalam vaginaku. Toh dinding vaginaku saat ini seperti sedang meremas2 penis Faiz dampak kontraksi otot yang hebat akibat robek selaput dara.

"Sakit iz, sakiiit, huuu huuuu huuu, udah iz aku ga kuat, plisss." Aku menangis dan memelas agar semua ini berakhir. Toh gairahku benar2 sudah hilang total yang ada hanya rasa sakit.

Faiz pun mulai menggerakan penisnya maju mundur di vaginaku. Omong kosong yg bilang diperawani sakit dulu baru enak. Apa yang aku rasakan berbanding terbalik seperti yang orang2 bicarakan. Setiap gerak maju mundur penis di dalam vaginaku hanyalah rasa sakit yang tidak tertahankanlah yang muncul.

Untungnya belum ada satu menit Faiz menggerakan penisnya maju mundur dalam vaginaku, penis Faiz terasa berkedut akan ejakulasi. Kalau boleh jujur, aku sampai menghitung selama satu menit itu ada 18 gerakan maju mundur yang dilakukan penis Faiz secara perlahan karena bagiku itu tak lebih siksaan rasa sakit dalam vaginaku.

Akhirnya pada gerakan ke 19, Penis Faiz memuntahkan lahar panasnya dalam vaginaku. Kali ini aku tidak dapat menghitung berapa semprotan sperma yang keluar dari penis Faiz yang jelas vaginaku dibanjiri oleh sperma hangat yang tidak henti2nya menyemprotkan banyak sperma.

Faiz pun mendiamkan penisnya dalam vaginaku sambil menghabiskan sisa2 semprotan dalam vaginaku hingga ukuran penisnya mengecil.

Aku sebeneranya panik ketika Faiz menyemprotkan spermanya dalam rahimku, tapi aku tidak berdaya dan tak sanggup untuk menolak apalagi posisiku sedang kesakitan yang terfokus pada satu titik yaitu vaginaku.

Faiz pun akhirnya mencabut penisnya dari vaginaku. Dia pun akhirnya tertidur lemas di sampingku setelah dia membersihkan penisnya dengan tissu. Aku sendiri melihat ada banyak darah yang mengalir dari vaginaku yang sudah tercampur sperma. Selain itu terlihat banyak darah segar juga yang menghiasi sprei. Kali ini aku hanya menangis tersedu2 sambil menyesali telah kehilangan keperawanan dan juga merasakan kesakitan yang tidak kunjung hilang. Tidak ada tahap orgasme malam ini seperti buku Human Sexual Response bilang, yang ada hanyalah penderitaan dan penyesalan.

Bersambung...
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd