Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cerita Nazwa

Mending mana?


  • Total voters
    96
Status
Please reply by conversation.
POV Salma

Entah lah apa yang terjadi padaku kini. Sudah lebih dari 2 minggu jadwal haidku telat. Biasanya jadwal haidku teratur, yaitu per 28 hari sekali normalnya, namun kali ini benar2 berbeda. Semenjak telat, aku jd sering pusing di pagi hari, bahkan mood-ku kadang random yang berpengaruh pada nafsu makan juga. Mungkin kalau ada timbangan, berat badanku sudah turun 4 kg gara2 kejadian itu. Bukannya turun bb menjadi cantik, yang ada malah makin cringe penampilanku dengan wajah yang dihiasi kantong mata hitam dan pipi sedikit menyusut.

Aku mulai berpikir kalau aku hamil. Namun jika hamil, aku tidak pernah morning sick di pagi hari dengan muntah2. Aku mulai mencari2 gajala2 awal kehamilan, hingga aku bertanya2 di berbagai macam forum melalui akun anonim utk meyakinkan apakah gejala yang aku alami ini merupakan kehamilan atau bukan? Aku masih belum berani utk mengecek langsung menggunakan alat test pack karena aku masih belum siap menerima jika hasilnya positif. Pada kasus ini aku mulai menurunkan egoku untuk menghubungi Faiz duluan. Aku pun mulai memberanikan mengirim pesan pada Faiz.

"Faiz" satu pesan terkirim ceklis satu.

Aku menunggu satu menit untuk memastikan apakah pesan yang aku kirim tersampaikan hingga berubah ceklis dua.

Pesanku akhirnya ceklis dua dilanjutkan Faiz mulai mengetik agak lama.

Deg degan aku menunggu Faiz yang mengetik lama namun ujungngnya ia hanya membalas satu kata.

"Iya"

Menyebalkan memang cowok, sungguh egois... setelah apa yang ia dapatkan dariku, dia begitu tidak pedulinya dgn aku saat ini.

"Aku ingin ketemu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan." Tanpa basa-basi aku langsung menyampaikan keinginanku.

"Kapan? Jangan minggu ini, sekarang aku lg di luar kota sampai minggu depan." Jawab Faiz menolak ajakanku.

Dengan perasaan jengkel aku hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya lagi. Kubiarkan pesan yang dikirimkan Faiz ceklis biru tanpa ada pertanyaan kepo dariku. Kemana? Sama siapa? Ngapain? Bodo amat, aku lempar ponselku ke kasur.

Brengsek emang cowok satu ini, di saat aku sedang membutuhkannya, dia malah asyik sendiri dengan kegiatannya. Perasaanku makin tidak menentu, aku tidak berani menceritakan hal ini pada teman2ku, apalagi orang terdekatku, yaitu sanak keluarga. Aku hanya bisa menyimpan dan menyimpan semua risauku. Yang kubutuhkan saat ini adalah teman curhat, tapi siapa? Karena pada hakikatnya fungsi curhat itu bukan mencari solusi, melainkan menumpahkan segala perasaan hingga perasaanmu lega.

Dua hari sejak aku mengirim pesan ke Faiz, hari2 yang kujalani kembali tidak menentu. Lagi2 aku mengurung diri di kosan yang berpengaruh terhadap kondisi tubuh dan psikis ini. Pesan2 dari teman terdekatku aku abaikan, sesekali aku mengabari keluargaku agar mereka berpikir bahwa aku baik2 saja. Tamu bulanananku belum jg datang, aku masih belum berani untuk membeli tespack agar aku bs memastikan dengan cepat.

Namun, aku sudah mulai2 muak dengan keadaanku sendiri. Aku memberanikan diri untuk jalan2 keluar utk sekadar mencari angin. Kuputuskan untuk berjalan2 keliling Kota B agar kehidupan sosialku kembali semula. Setidaknya aku bisa melihat interaksi orang2 di sekitar dan berusaha melihat keadaan sekelilingku bahwa aku harus bersyukur bila dibandingkan dengan orang2 yang tidak mampu yang berada di tenga2 masyarakat.

Aku sengaja memesan ojek online dan mengarahkan tujuanku ke Gramedia, tempat favorit karena hobyku membaca buku dan disana banyak buku yang bisa kubeli utk mengurangi stressku. Yang jelas aku sengaja meminta memutar arah ke driver ojolnya agar memakan waktu cukup lama di jalan. Tidak jelas memang kemauanku ini, namun setidaknya aku bisa berkomunikasi panjang dengan mas2 drivernya sekadar mencari teman berbicara. Aku butuh mencurahkan segala perasaanku dan aku memilih orang asing sekalian agar semuanya tidak cangung dan tidak ada yang harus aku tutup2i.

Beruntungnya aku mendapatkan mas2 ojol yang cukup asyik untuk diajak ngobrol. Nama yang tertera di aplikasi Hendriansyah, usianya 29 tahun, seorang duda anak satu yang ditinggal cerai istri karena masalah ekonomi. Dia pun sebenarnya mantan buruh yang kena PHK dan banting setir menjadi driver ojol. Dalam perjalanan panjang ini, aku dan Mas Hendri saling berbagi cerita. Awalnya dia yang cukup aktif dalam memulai percakapan, di mulai dari pertanyaan sederhana mengenai kerja atau kuliah, sampai akhirnya kita terlarut dalam obrolan panjang yang mana akhirnya aku yg mulai mengambil alih pembicaraan dengan menceritakan hal2 dlm hidupku. Mas Hendri pun kini menjadi pendengar yang baik sambil dia sesekali menimpal obrolanku. Memang benar, yang aku butuhkan saat ini adalah teman mengobrol agar semua beban pikiran dan perasaanku teralihkan sejenak.

Tak terasa perjalananku sudah sampai, aku membayar ongkosku dan tidak lupa memberi tip yang cukup besar. Mas Hendri pun berterima kasih, dia pun pamit dan tidak lupa memberi saran terakhirnya.

"Mba yang sabar yaa, jangan sampai semua kejadian itu menjadikan mba semakin terpuruk dan memutuskan cita2 mbak. Ambil pelajarannya saja. Mba kuat dan mandiri dalam menjalani semua cobaan hidup." Ucap Mas Hendri sambil putar balik dan perlahan motornya melaju hingga hilang berbaur dengan kendaraan lain di jalanan.

Kulihat suasana di sini cukup ramai. Aku hanya berjalan2 di sekitar trotoar sepanjang jalan protokol sambil mengamati keadaan sekeliling. Cukup lama aku menyusuri pinggiran jalan di sekitar sini sebelum menuju tempat tujuanku mengingat aku memutuskan untuk memutar arah masuk melalui parkiran belakang karena yang kita tahu, Gramedia di kota B jalannya satu arah dan ada jalan di belakang yang tembus ke pusat elektronik terbesar di kota ini. Walaupun udara di sekitar sini tidak nyaman utk dinikmati karena cukup berdebu dampak dari lalu lintas padat yang barlalu lalang, setidaknya aku berhasil beranjak dar kamarku yang sempit dan juga apek karena terlalu sering ditempati hehe.

Sesampainya di parkiran belakang Gramedia, aku dikejutkan sesuatu yang tidak aku sangka. Sesuatu yang membuat perasaanku hancur sehancur2nya. Ta terasa lelehan air mata turun membasahi pipiku, benar2 sulit digambarkan perasaanku saat ini. Mungkin boleh dibilang apa yang aku alami saat ini sudah jatuh tertimpa tangga, tangga yang berkarat dan membuatku tergores karatnya hingga menyebabkanku tetanus dan harus diamputasi.

Aku melihat Faiz jalan keluar Gramedia menuju perkiran bersama wanita lain. Terlihat wanita itu begitu mesra sambil menggemgam tangan Faiz, mereka pun begitu mesra seperti yang dimabuk asmara. Aku tidak menyangka, Faiz yang kukenal telah menghianatiku. Ia berbohong tidak bisa bertemu denganku karena berada di luar kota, namun ternyata jalan dengan wanita lain.

Ingin sekali kulabrak mereka, namun aku takut jika ternyata akulah selingkuhannya, malah aku sendiri yang malu jadinya. Bodoh, aku tidak bisa berpikir logis malah memikirkan yang tidak2. Akhirnya aku sembunyi di balik pos untuk menghindari mereka. Rencanaku refresing ke Gramedia berantakan. Kalau aku tidak punya iman, mungkin aku sudah bunuh diri saat ini. Aku harus bangkit, itulah kata yang aku ulang2 dalam hati ku saat ini.

Aku teringat, akan surat perpisahan yang diberikan Krisna kepadaku. Surat yang boleh dibuka jika aku berpisah dengan Faiz. Saat ini aku melihat sudah tidak ada yang bisa kupertahankan hubunganku dengan Faiz sehingga aku buru2 memesan ojol untuk pulang mencari surat tersebut.

Selama perjalanan pulang menuju kosan aku hanya menangis, sesekali abang ojol bertanya kepadaku kenapa? Namun aku tak menghiraukannya, saat ini aku tidak tertarik menceritakan keluh kesahku pada mas ojol, berbeda ketika tadi aku berangkat. Maafkan aku mas ojol, bukannya aku tidak ramah, tapi saat ini aku sedang tidak mood utk bercerita.

Sesampainya di kosan, aku mengobrak-abrik tumpukan buku2 di meja dan lemari. Aku mencari kesana-kesini surat yang krisna berikan. Aku tidak bisa berpikir utk mengingat2 di mana aku menyimpannya yang jelas aku hanya terburu2 ingin segera membaca surat tersebut. Kamarku kini bak kapal pecah, berantakan oleh buku2 yang berserakan. Seingatku, dulu aku meletakan surat tersebut ditengah2 halaman buku. Sengaja aku sisipkan di halaman tengah buku agar surat itu tetap tersimpan rapi. Namun, aku lupa di buku yang mana aku simpan surat itu karena koleksi buku di kosan ku ini banyak sekali tersusun rapi di antara meja2 dan sebagian lemari.

Cukup lama aku mencari hingga ada surat itu telah kutemukan. Aku merobek amplop tersebut dan mulai membaca isinya.

Dear Salma

Aku tidak tahu kapan kamu akan membaca surat ini, entah seminggu, sebulan, setahun, dua tahun, lima tahun, atau tidak akan pernah kamu baca sekali.

Sebelumnya, maafkan aku jika aku tidak puitis dan pandai merangkai kata-kata yang indah. Yang jelas ketika kamu membaca suratku ini, kamu sedang tidak baik-baik saja. Aku akan hadir di sampingmu jika kamu membutuhkanku.

Aku akan selalu menunggumu. Jangan ragu untuk menghubungiku kembali.

Ttd
Krisna


Tangisanku pecah begitu membaca surat dari Krisna. Aku tidak tahu tangisan apakah ini. Aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Aku merasa bersalah kepada Krisna. Aku telah jahat pada orang yang tulus mencintaiku. Aku sebenarnya malu utk menghubungi Krisna, tetapi wasiat dalam surat itu mengharuskan agar aku tidak ragu menghubungi krisna.

Aku mulai memberanikan diri menelepon Krisna. Tidak lama aku menghubungkan, terdengar suara Krisna memanggilku dalam sambungan telepon tersebut.

"Salma, salma..." Krisna membuka obrolan percakapan dalam telepon dengan memanggil2 namaku.

"...." Aku masih terdiam dalam obrolan ini sambil menahan tangisanku.

"Salma, kamu kenapa? Jawab Salma, Akhirnya kamu meneleponku, syukurlah tidak butuh waktu lama aku bisa kembali mendengar suaramu." Terdengar suara Krisna begitu excited seperti seseorang yang bahagia mendapatkan undian hadiah.

"Krisnaaaa... hiks hiks" aku pun hanya sanggup menyebutkan namanya diikuti tangisanku yang mulai pecah kembali.

"Salma kamu di mana? Kalau kamu di kosan, aku segera ke sana utk memastikan kamu baik2 saja." Krisna pun mulai khawatir padaku dan ia mulai memberikan perhatian penuh kepadaku.

"Iya aku di kosan." Hanya kata2 itu saja yang keluar dari mulutku, aku tidak bisa melanjutkan kalimat lagi karena aku masih terbata2 yang diikuti tangisan kembali.

"Yaudah, kamu tunggu, aku akan ke sana. Kamu jangan dulu ke mana2." Timpal krisna di telepon, sambil ia sedikit tergesa2 untuk bersiap2.

"Iyaa, makasih yaa, maafin aku kalau aku ngerepotin." Ucapku dengan lancar seiring tangisku yang mereda.

"Apaan deh, gausah minta maaf segala. Aku senang kok kamu udh mau menghubungiku, tapi aku masih mengkhwatirkan kondisimu saat ini."

"Aku matiin yaa, teleponnya. Dadaah, sampai ketemu nanti"

"Iyaa, hati2 di jalan."

Krisna pun mulai menutup teleponnya.

Sambil menunggu krisna tiba, aku membuka aplikasi e-commerse untuk memesan barang yang tak lain adalah testpack. Aku pun memilih untuk memakai jasa kurir ojol agar barang tersebut cepat tiba. Yang kubutuhkan saat ini adalah keberanian utk memastikan semuanya. Di samping itu, aku butuh support Krisna, pria yang sangat tulus mencintaiku, agar aku kuat dalam menghadapi segala kemungkinan.

25 menit kemudian, Krisna tiba di depan kosan berbarengan dengan ojol yang mengantar barang pesananku. Kuminta titip barang yang ku pesan tadi pada Krisna sekalian dia naik ke lantai dua kamar kosanku. Tanpa bertanya2 Krisna mengiyakan permintaanku. Mungkin dia penasaran barang apa yang kutitip tadi, tapi ia simpan pertanyaan tersebut.

Krisna pun mengetuk pintu, yang tak lama langsung ku buka pintu itu. Untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan aku tidak melihat Krisna, begitu juga sebaliknya. Ku persilakan Krisna masuk ke dalam kosan yang berantakan bak kapal pecah ini. Krisna bingung, masih tanpa tanya memperhatikan keadaan di sekelilingnya plus penampilanku yang begitu menyedihkan dengan mata bengkak bekas nangis menghiasi wajah.

Tanpa basa-basi aku meminta barang yang tadi kutitip pad krisna. Aku ingin memastikan semua ini dengan cepat. Belum sempat Krisna berbicara, aku sudah pergi meninggalkan dia ke kamar mandi. Maafkan aku Krisna, memang nyebelin kelakuan ku ini.

Krisna hanya bengong melihat kelakuanku, dia pun duduk di samping kasur menungguku dari kamar mandi. Sedari awal wajah Krisna seperti orang yg ingin banyak bertanya, namun sungkan. Manusia memang pada dasarnya suka kepo, namun Krisna berbeda. Aku sengaja simpan seluruh ceritaku, bergantung hasil dari tes kehamilan ini.

Di dalam kamar mandi, aku buru2 membuka paket yang kupesan ini. Sengaja aku membeli berbagai macam tipe testpack utk memastikan kehamilanku. Total aku membeli 5 alat kehamilan, maklum aku belum berpengalaman utk hal semacam ini.

Aku mempipisi satu persatu testpack tersebut, lalu ku simpan tanpa melihat hasilnya. Jantungku berdebar2 menantikan hasil testnya. Kutunggu selama 5 menit sesuai buku petunjuk yang ada di kemasan.

Satu persatu ku lihat hasilnya. Test pertama membuat jantungku hampir copot karena terlihat seperti dua garis biru yang tipis. Kalau hasilnya tebal berarti aku positif, tapi ini hanya menunjukan samar2.

Lalu ku pastikan alat test yang kedua, hasilnya jelas negatif yang hanya menggambarkan satu garis biru. Di sini perasaanku benar2 lega, aku mulai bisa tersenyum.

Selanjutnya kupastikan lagi dengan alat ketiga, keempat, dan kelima, ternyata benar2 hasilnya negatif.

"Yeeaaaaaaay." Aku teriak bahagiaaaa sambil buru2 keluar kamar mandi dan menghampiri Krisna yang sedang duduk di samping ranjang terlihat semakin kebingungan melihat tingkah laku ku hari ini. Awal dia melihat aku seperti perempuan putus asa,namun kali ini berputar 180 derajat layaknya Salma yang ia kenal selama ini.

Aku pun tanpa berpikir panjang langsung menghampiri Krisna, entah lah yang kurasakan saat ini hanyalah perasaan lega yang memutarkan segalanya. Aku sudah tidak peduli lg pada Faiz karena di sini ada Krisna yang masih memedulikanku. Aku tidak berpikir apakah Krisna akan ilfil, yang jelas aku sudah mulai melupakan dengan cepat segala kejadian yang buruk itu.

Kupeluk erat2 tubuh Krisna. Ku benamkan wajahku didadanya diiringi pecah tangis kebahagiaanku. Krisna pun tersenyum dan hanya mengelus2 rambut hingga ke punggungku. Aku merasakan kenyamanan saat ini, terima kasih Krisna.

Tak berapa lama, aku tersadar bahwa aku keluar kamar mandi tadi tanpa mengenakan bawahan sama sekali. Kutinggalkan rok dan celana dalam di kamar mandi, dan aku pun tadi tak sempat berpikir utk mengenakan itu karena sudah kadung bahagia dengan hasil negatif ini. Benar2 bodoh dan ceroboh aku ini. Aku pun semakin membenamkan wajahku di dada krisna karena malu huhu.

Krisna pun menyadari bahwa aku sedang memeluk dia tanpa mengenakan bawahan sama sekali. Terlihat jelas mungkin bagi dia bulu kemaluanku yang cukup lebat, kontras dengan kulit pahaku yang putih. Krisna pun mungkin salting karena tidak bereaksi sama sekali.

Aku pun memberanikan diri utk menatap wajahnya. Kulonggarkan pelukanku dan kini kita saling bertatap2an.

Kulihat wajah tenang Krisna tersenyum ke padaku, sedangkan wajahku merah padam malu akan situasi ini. Aku pun berusaha tersenyum balik menyambut senyuman awal yang Krisna lemparkan padaku.

Entah siapa yang memulai, mungkin reflek kami berdua, tak terasa wajah kami semakin berdekatan lalu disusul kecupan bibir mesra krina mendarat di bibirku.

Kita pun akhirnya berciuman, memagut bibir satu sama lain ditambah pertukaran lidah dan liur yang memanaskan suasana kamarku kini.

Bersambung...
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd