Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COP...BUNGA.....ASS

Bubu7555

Semprot Baru
Daftar
1 May 2016
Post
42
Like diterima
9
Bimabet
Bunga meronta-ronta ketika payudaranya diremas-remas. Ia
tengah diapit oleh dua orang pria di jok mobil barisan kedua.
Di dalam mobil tersebut ada empat orang, dua orang di depan
dan dua lainnya di baris kedua. Rasa kagetnya juga belum
hilang.
Dua menit yang lalu, ketika ia sedang berjalan kaki, sebuah
mobil Travello berhenti tepat di sampingnya. Dari mobil
tersebut keluar tiga orang pria yang langsung serang oleh tiga
secara tiba-tiba dan dibawa masuk ke dalam sebuah mobil
Travello. Bunga hanya pasrah ketika sebilah belati
ditempelkan ke pinggangnya. "Jangan macam-macam kalau
mau selamat!" Ancam Boy, orang yang duduk di samping
kanan Bunga.
"Ampun ... jangan sakiti saya," Bunga memohon. Bram,
orang yang duduk di samping kiri bunga, meremas-remas
payudara kirinya. Bunga meringis. Dari kursi depan, Rian
hanya tersenyum melihat kedua temannya yang sudah sangat
bernafsu itu. Sementara itu, Toni berusaha tetap fokus
menyetir.
Boy mengarahkan belatinya ke paha Bunga, lalu menyobek
kebaya yang Bunga kenakan. Kebaya berwarna kuning emas
yang semula panjangnya mencapai matakaki itu, sekarang
tinggal sebatas paha, sekitar 10 cm di atas lutut. Kebayanya
sudah seperti rok mini. Bunga semakin ketakutan.
Bunga menepis tangan Boy yang mulai menyentuh pahanya
yang mulus itu. Namun, ia harus merelakan pahanya
dinikmati setelah mendengar ancaman Boy yang akan
menikamkan belati itu ke vaginanya kalau ia menolak. Di saat
yang bersamaan, Bram semakin gencar meremas-remas
payudara Bunga yang masih terbungkus kebaya. Toni sempat
mengingkatkan kedua temannya supaya "barangnya" jangan
dirusak dulu sebelum pesta dimulai. Paha dan dada Bunga
terus digerayangi sepanjang perjalanan.
***
Sekitar dua pukuh menit kemudian, mobil tersebut sudah
sampai di salah satu rumah yang agak jauh dari keramaian di
kota Palembang ini. Setelah mobil masuk garasi, Bunga
digendong masuk ke ruang tengah. Di dalam sudah ada dua
orang yang menunggu, Warno dan Rendi. Bunga lalu
didudukkan di sebuah kursi sofa. Di depannya ada sebuah
meja kaca dengan beberapa minum keras dan snack. Sofa
tersebut menghadap sebuah televisi.
"Sebaiknya kita kenalan dulu nih sama bidadari kita," kata
Rian.
"Nama kamu, siapa?" Tanya Toni. Bunga tak menjawab.
Diulanginya lagi pertanyaannya itu.
"Aku Bunga," jawab Bunga pelan sambil tertunduk.
"Umur kamu?" Lanjut Toni.
"Aku 21 tahun." Bunga masih saja tertunduk.
Dari logat bicaranya, mereka tahu bahwa Bunga bukan orang
Palembang. Setelah ditanya lebih jauh lagi, rupanya Bunga
baru seminggu tinggal di Palembang. Ia datang dari Bandung
untuk menghadiri acara wisuda sepupunya di kampus
terkemuka di kota tersebut. Dan sebelum mereka menculik
Bunga, ternyata ia sedang berjalan pulang ke rumah
sepupunya. "Kesempatan emas buat nyobain memek cewek
Bandung," pikir mereka.
"Sekarang kita pemanasan ya," kata Warno sambil menekan
remote DVD player. Bunga terkejut ketika DVD yang diputar
adalah film porno! "Bunga yang cantik, kamu nari2 dulu, ya,"
lanjut Warno. Bunga diam saja.
"Ayolah Bunga, kamu narinya harus bikin kami tambah
terangsang," tambah si Rendi. Si Boy yang sudah tak sabaran
langsung menarik tangan Bunga.
"Ayo, cepat sana nari, pelacur!" Bentar Si Boy sambil menarik
bunga ke depan meja. Bunga membelakangi televisi. Kelima
orang itu duduk di sofa, tak sabar melihat gadis itu menari
meliuk-liuk. Mereka amati Bunga lekat-lekat. Tingginya
sekitar 165 cm. Mungkin beratnya sekitar 55 kg. Dadanya
lumayan besar, mungkin ukuran 34B. Tubuhnya sintal.
Rambutnya masih diikat. Ia sangat seksi dengan kebaya yang
panjangnya tinggal sebatas paha. Lumayanlah buat pesta
malam ini.
Melihat Bunga yang tak kunjung bergoyang, si Boy
menjambak rambut bunga dan kembali mengancam. Akhirnya
Bunga menari juga, walau sekenanya. Mereka terus
mengamati. Wajah gadis itu sungguh ayu dan manis.
Dadanya menggiurkan seolah minta diremas. Pinggangnya
ramping. Dan ... pantatnya sungguh aduhai. Lubangnya pasti
nikmat.
Setelah melihat teman-temannya sudah terangsang, si Boy
menarik lengan Bunga dan menuntunnya ke arah sofa. Toni
yang dari tadi belum menyentuh Bunga langsung menarik
Bunga hingga Bunga duduk di pangkuannya. Toni
melingkarkan kedua tangannya di pinggang Bunga. "Nah,
kamu lihat itu Tv. Ceweknya dientot rame-rame, tapi nggak
nangis," kata Toni sambil meremas payudara Bunga.
Mendengar itu, kelima temannya tetawa penuh kemenangan.
Mereka lalu menenggak minuman yang ada di meja itu.
Toni melepakan pelukannya. Bunga dituntun menjauhi meja.
Bunga berdiri di kelilingi keenam pria itu. Mereka membuka
celana dalam masing-masing. Lalu si Rian memeluk Bunga.
Tanpa basi-basi, bibir Bunga langsung dicipok. Bunga
kelabakan. Tangan kirinya menelusuri pundak, pinggung
hingga ke pantat Bunga. Padat sekali. Diremas-remasnya
pantat itu. Sementara itu, teman-temannya yang lain sibuk
mengolesi penis masing-masing dengan krim pembesar penis.
Tiga menit berlalu. Bunga didorong ke arah Toni. Toni
memeluk Bunga dari belakang. Tangan kirinya meremas-
remas payudara Bunga dengan kasar. Tangan kanannya
mengelus-elus paha Bunga. Toni juga mencupak leher Bunga
yang sebelah kanan, sesekali menggigitnya. Bunga tak berani
melawan. Seterusnya, Bunga digrepek-grepek oleh Warno,
Rendi, Bram dan Boy secara bergilir.
"Jangan nangis dulu, Sayang. Permainannya kan baru mau
dimulai," ujar Toni seraya mengangkat kedua paha Bunga
untuk menggendongnya. Bunga dibawa ke kamar tidur.
Sesampai di depan pintu, Bunga di lempar ke atas spring bed.
Bunga terisak-isak. Toni yang sudah telanjang langsung naik
ke ranjang. Teman-temannya yang lain masuk menyusul ke
kamar tersebut dengan membawa minuman keras.
Toni berusaha membuka paha Bunga selebar mungkin.
Kebaya yang sempit membuat paha Bunga tidak bisa dibuat
mengangkat terlalu lebar. Toni pun menyobek kebaya tersebut
dari bawah hingga ke bagian pusar. Toni bergumam melihat
memek Bunga yang masih terbungkus celana dalam berwarna
merah muda. Dengan sekali sentak, Toni tabir penutup pintu
surga itu pun sobek. Memek Bunga sangat tembem.
Warnanya merah muda. Kontol Toni sudah sangat tegang.
Toni menggesek-gesekan kontolnya di bibir vagina Bunga.
Bunga berusaha menahan pinggang Toni dengan kedua
tangannya. "Bunga, kami cuma ngentot kamu. Kalau kamu
melawan, terpaksa memek kamu akan kami sobek," ucap Joni
dengan nada mengejek. Bunga menarik tangannya dari
pinggang Toni. Ia menutupi mukanya dengan kedua
tangannya. Toni turun dari ranjang, lalu menarik pinggang
Bunga ke pinggir ranjang. Posisi Bunga sudah siap digarap.
"Ton, tunggu dulu," Ucap Warno tiba-tiba. "Aku ambil
handycam dulu." Warno mengambil dua buah handycam dari
dalam sebuah laci di kamar tersebut, lalu memberikan salah
satu handycam itu kepada Rendi. "Ren, kamu kamu yang
rekam adegan ini dari berbagai sudut. Biar aku yang rekam
ekspresi mukanya pas dia dientot. Pasti mukanya lucu pas
dia teriak-teriak," ujar Warno sambil tertawa.
Mata Bunga melotot ketika Toni mulai melesakkan kontolnya.
Dengan airmata yang terus mengalir, Bunga meronta
kesakitan. "Akh ... akh ... aduh, sakit ... tolong hentikan,"
Bunga memohon. Toni tak peduli. Toni terus berusaha
memasukan kontolnya lebij dalam. Teriakan Bunga semakin
histeris pada saat kontol Toni sudah amblas semuanya.
Bunga menggerak-gerakan pinggangnya sambil memohon
belas kasihan. Apa yang dilakukan Bunga justru membuat
Toni semakin terangsang. Sambil memegangi pinggang
Bunga, Toni mempercepat genjotannya. Bunga menggigit jari
tangannya sendiri. Mungkin supaya rasa sakit yang
menyerang liang senggamanya seolah-olah berkurang. Dalam
hatinya, ia menyesali keputusannya: mengapa tadi ia tidak
meminta si sopir untuk mengantarkannya sampai ke depan
rumah sepupunya?
"Akh ... ampun ...," pinta Bunga di sela-sela tangisnya.
Tubuhnya terus berguncang mengikuti irama yang Toni
mainkan. Sementara itu, Warno terlihat sangat menikmati
dalam merekam setiap ekspresi wajah Bunga yang nampak
kesakitan dan tak berdaya itu.
Toni menekan pinggang Bunga kuat-kuat saat merasakan
dirinya akan segera berejakulasi. Toni mengerang kenikmatan
setelah menumpahkan spermanya di dalam memek Bunga..
Kontol Toni terlihat penuh sesak mengisi liang kenikmatan
Bunga. Dibiarkannya kontol itu tetap merasakan kehangatan
memek Bunga untuk beberapa saat. Cairan sperma yang
bercampur meluber ketika Toni mencabut kontolnya. Ternyata,
ia baru saja memperkosa perawan. Sedap!
Bunga terkulai tak berdaya. Ia tak mampu lagi berdiri. Kakinya
pun masih mengangkang. "Selanjutnya giliran siapa?" Tanya
Boy.
Rian menjawab,"Seperti biasa, urutannya dimulai dari yang
kontolnya paling kecil. Toni sudah. Sekarang giliran aku. Kau
yang terakhit, Boy, kontolmu kan raksasa."
Keempat teman yang lain tertawa. Boy diam saja.
Rian sekarang berdiri di antara pahanya yang terbuka. Bunga
terlalu lemah untuk merapatkan kakinya. Melihat si penyedia
memek gratis ini tak lagi meronta, ia pun menggendong
Bunga dan membawanya ke kamar mandi. Teman-teman
yang lain berpesan agar jangan lama-lama memandikannya.
Kontol mereka juga sudah pengen nyobain memek cewek
Bandung yang bohay ini.
***
Bunga yang terlihat lebih segar sekarang dituntun ke dalam
kamar tidur setelah sebelumnya Rian menyuruh Bunga untuk
memakai kembali BH serta kebayanya. Rian lebih terangsang
ketika melihat Bunga memakai kebaya yang sudah sobek itu.
Di dalam kamar, Rian menyuruh Bunga untuk tetap berdiri.
Dengan penuh nafsu, Rian memeluk Bunga. Bibir Bunga yang
mereh merekah dilumat saja oleh Rian. Sebelum Bunga
sempat bereaksi, Rian pun menyobek kain yang menutupi
susu Bunga. Dengan satu hentakan, BH yang menutupi susu
Bunga segera copot. Diremasnya susu itu dengan kasar.
Suara teriakan Bunga tertahan oleh cipokan Rian. Selesai
mencipok, Rian mencubit-cubit pusing susu Bunga. Bunga
menjerit kesakitan. Dengan tangan kanan yang masih bermain
dengan susu Bunga, Rian meraba bongkahan pantas Bunga
dengan tangan kiranya. Sesekali pantat Bunga disabet dengan
kasar. Warno masih serius merekam.
Rian menarik tangan Bunga dan menuntunnya menuju meja
yang berada di sudut ruangan. Rian menyuruh Bunga
menungging. Tangan Bukan bertekan pada daun meja. Rian
lalu menekan leher Bunga dari belakang supaya pantat Bunga
benar-benar menungging. Diangkatnya kebaya Bunga hingga
pantatnya yang sintal itu terlihat. Rian berjongkok tepat di
depan pantat Bunga. Lubang pantat Bunga mungkin perlu
sedikit dilonggarkan terlebih dahulu. Bunga meringis ketika
merasakan anusnya ditusuk-tusuk oleh jari telunjuk Rian,
kemudian dengan dua jari.
Jika Toni sudah memerawani memek gadis ini, sekarang Rian
akan menjebol anus Bunga, tak peduli nanti Bunga akan
kesakitan. Kontol yang panjangnya sekitar 18 cm dan
berdiameter 3 cm itu pun perlahan dimasukkan ke anus
Bunga. Bunga mengejang ketika kepala penis Rian
menerobos masuk. Ditariknya penis itu sedikit, lalu
mendorongnya lebih dalam lagi. Dengan satu sentakan kuat,
penis itu amblas seluruhnya. Bunga melolong. Mulutnya
menganganga. Tubuh Bunga bergerak maju-mundur seiring
sodokan yang Rian berikan. Semakin lama gerakan Rian
semakin cepat. Bunga menangis sejadi-jadinya.
Sepuluh menit berlalu. Boy yang sudah tidak tahan segera
mendekat. Dengan kontol yang sudah sangat tegang, si Boy
menjambak rambut Bunga. "Mulutnya jangan dipake dulu,
biar kita bisa dengar teriakannya," Warno buru-buru mencega.
Dengan terpaksa, si Boy melepaskan jambakakannya. Sebagai
gantinya, si Boy meremas-remas kedua buah dada Bunga
yang tergantung itu. Sesekali mencubit puting susunya.
Bunga berharap ia pingsan saat itu juga. Beberapa saat
kemudian, Rian mencengkram pinggang Bunga saat merasa
akan segera berejakulasi. Sperma Rian meluber keluar dari
lubang pantat Bunga setelah Rian mencabut rudalnya. Boy
berhenti memainkan payudara Bunga. Bunga masih
menungging dengan tangan bertekan pada bidang meja.
Karena terlalu lemas, Bunga terjatuh. Beruntung si Boy segera
menangkapnya. Bunga ditidurkan di atas ranjang. Mereka
terpaksa menunda pesta seks tersebut karena si penyedia
lubang kenikmatan harus diistirahatkan terlebih dahulu.
Sambil menunggu Bunga kembali bertenaga, mereka berenam
kembali ke ruang tengah, tempat di mana tadi mereka
melakukan pemanasan dengan Bunga. Si Bram lalu masuk ke
dalam mobil dan mengambil tas milik Bunga yang tadi Bunga
jatuhkan saat ia dan Boy menggerayangi Bunga. Dibawanya
tas itu ke ruang tengah.
Mereka memeriksa isi tas tersebut. Bram tidak tertarik pada
HP dan uang yang ada di dalam tas itu. Ia tertarik pada kartu
mahasiswa milik Bunga. Diamati kartu itu. Rupanya gadis ini
adalah mahasiswa akuntansi di sebuah kampus ternama di
Bandung. Karena selanjutnya adalah giliran Warno untuk
menggagahi Bunga, ia pun berinisiatif untuk membawakan
bunga sepiring roti yang ia ambil di kulkas. Disuapinya roti itu
hingga habis. Kemudian ia pun memandikan Bunga supaya
permainan nanti lebih "hidup". Dengan sabun yang sangat
wangi, Bram menyabuni Bunga.
Dua puluh menit mungkin sudah cukup. Melihat Bram sudah
keluar dari kamar mandi bersama Bunga, mereka langsung
masuk ke dalam kamar. Tangan kanan Bram menuntun
Bunga masuk ke kamar dan tangan kirinya memegang
kebaya Bunga. Bram tidak menyuruh Bunga memakai
kebayanya kembali seperti yang dilakukan Rian. Ia lebih
senang melihat tubuh bugil Bunga.
Tubuh Bunga dibaringkan di atas ranjang. "Bunga, nanti
kamu boleh teriak dan menarik sesuka kamu," ucapnya seraya
melebarkan paha gadis di depannya itu. Bram menciumi pipi
Bunga, lalu lehernya. Aroma tubuh Bunga begitu merangsang.
Bram berjongkok tepat di depan selangkangan Bunga yang
sudah terbuka. Bunga beringsut mencoba mundur. Bram
menarik pinggul Bunga sehingga jarak antara rudal milik
Bram dan kemaluan Bunga sangat dekat. Bunga
menggelengkan kepalanya sambil berkata bahwa ia sudah
tidak kuat.
Vagina itu masih sulit dibuka. Dengan sekuat tenaga, Rian
menancapkan penisnya dan menindih tubuh Bunga. Bunga
menjerit-jerit. Air matanya menetes. Wajah Bunga yang
memelas justru membuat Bram semakin ingin mempercepat
entotannya.
"Daripada kelamaan ngantri, mendingan kita pake bareng
saja," usul si Boy yang sudah tidak tahan. Mendengar itu,
Bram memutar posisi. Sekarang tubuh seksi Bunga menindih
tubuh Bram. Bram melanjutkan genjotannya.
Warno memberikan handycam itu kepada Toni dan berjalan
mendekati Bunga yang sedang digarap oleh Bram. Warno
sudah berdiri tepat menghadap pantat Bunga yang terlihat
berguncang-guncang. Diremas-remasnya bongkahan pantas
itu. Bunga berusaha bangun dan menangkat tubuh bagian
atas, tetapi Bram langsung memeluk punggungnya.
Bram menghentikan genjotannya, menunggu Warno berhasil
mememasukkan kontol ke anus Bunga. Kini tangan kiri Warno
mencengkram pinggul Bunga dan tangan kanannya
mengarahkan torpedonya ke lubang pantat Bunga. Lubang itu
terlalu sempit untuk dimasuki penis yang memiliki diameter 4
cm dengan panjang 22 cm meter itu. Warno meludahi lubang
pantat itu. Dengan penuh paksa, torpedo Warno masuk
separuhnya. Bunga mengeliat kesakitan. Dengan perlahan-
lahan, Warno memajumundurkan pinggulnya. Bram kembali
mengenjot memek Bunga.
Toni menyorot wajah Bunga dengan handy cam. Ia nampak
kembali terangsang melihat Bunga yang kesakitan. Semua
sepakat untuk tidak meminta memakai mulut Bunga. Menit-
menit pun berlalu. Bunga tidak menangis lagi, tidak juga
meronta. Ternyata, diperkosa oleh Bram dan Warno secara
bersamaan telah membuat Bunga pingsan.
Boy mencipratkan sedikit minuman keras ke muka Bunga.
Bram lalu menampar-nampar pipi Bunga, berusaha
membangunkannya. Bunga kembali menangis ketika
mendapati tubuhnya masih dalam pelukan para pemerkosa
itu. "Sayang, jangan pingsan, dong. Kami senang dengar
kamu teriak-teriak," ejek Toni. Warno merasakan kulit anus
Bunga yang sudah lecet. Namun, ia terus saja memompa
Bunga dengan kasarnya. Beberapa menit kemudian, Bram
menyemprotkan spermanya. Tak lama setelah itu, Warno pun
menyusul.
Warno sekarang duduk di kursi kayu yang ada di salah sisi
kamar. Dengan perasaan puas, diamatinya Bunga yang
tergeletak di ranjang. Bram terlihat sedang mengelap penisnya
dengan tisu. Bunga dibiarkan mengambil nafas sejenak.
Bunga terkapar dengan memek dan anus yang dilumuri
sperma yang meluber. Bunga setidaknya harus melayani
setidaknya dua babak lagi.
Bunga benar-benar pasrah ketika dirinya dipaksa duduk di
pinggir ranjang dengan kaki terjuntai ke bawah. Rendi
mengambil posisi tepat di hadapan Bunga. Rendi berusaha
menancapkan penisnya ke vagina Bunga. Rendi merasa
kesulitan memasukkan penisnya walaupun Vagina Bunga
sudah diobok-obok oleh kedua temannya. Sisa sperma yang
ada di memek Bunga ternyata tak banyak membantu. Tidak
peduli dengan ratapan Bunga, penis berdiameter 5 cm yang
memiliki panjang 25 cm itu pun meneros masuk lebih dalam.
Dengan lengannya yang berotot, Rendi mengangkat paha
Bunga dan menggendongnya.
 
maaf gan
maaf suhu

ane banyak salah, minta ijin dan pencerahannya yahh....

:jempol:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd