Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[COPAS] Anneke: 7 Days To Exhibit Part 02

pedagangcinta

Semprot Kecil
Daftar
26 Feb 2011
Post
89
Like diterima
148
Bimabet
Hari ke-5

Hari ini Anneke pergi ke kantornya untuk mengambil Surat Keputusan Direksi (SKD) mengenai penerimaannya sebagai karyawan serta penetapan tanggal masuk kantornya di sebuah perusahaan PMA yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi. Pagi dini hari Anneke sudah buru-buru mandi. Rencananya dia akan menumpang mobil Mas Adit ke kantor barunya itu. Tetapi saat dia menelepon koleganya, dia diberitahu bahwa dia dan teman-temannya baru akan diterima direksi pada pukul 2 siang nanti. Jadi dia memutuskan akan berangkat sekitar pukul 12 agar tidak terlalu lama menunggu di kantor hingga rencananya menumpang Mas Adit pun dibatalkan. Setelah menemani Mas Adit makan pagi hingga berangkat ke kantor, Anneke sibuk dengan urusan persiapan kantor barunya sementara aku pergi mandi.

Terus terang hatiku senang saat Anneke tidak jadi berangkat pagi. Dan kemudian berharap dia akan mengintipku saat aku mandi pada pagi ini. Aku sudah mempersiapkan kejutan baru untuknya. Tetapi sebaliknya ternyata justru aku yang tertimpa kejutan. Begitu aku masuk ke kamar mandi, aku mendapatkan apa yang diam-diam selama ini telah kudambakan selama 3 hari terakhir ini. Aku mendapatkan celana dalam dan BH Anneke yang tertinggal dan tergantung di dekat pintu. Hal ini terjadi mungkin karena mandi pagi Anneke yang terburu-buru tadi. Wajahku tersirap. Aku menggigil karena birahi yang langsung menamparku. Aku terpana. Segala skenarioku tidak kuperlukan lagi. Di kamar mandi ini aku menemukan opsi lain yang jauh lebih menggetarkan.

Mendekati celana dalam Anneke, aku langsung limbung. Membayangkan bahwa hidungku akan menikmati aromanya. Dengan memandang BH kotor Anneke, mataku jadi nanar. Aku akan memuaskan birahi dengan menjilati dan menciumi aroma keringatnya. Berat rasanya menahan diri untuk tidak menyentuh sebelum saatnya. Tetapi kudekatkan juga wajahku, kuamati celana dalam juga BH-nya yang tidak baru itu. Nampak warna pekat kekuningan pada celah sempitnya. Kudekatkan hidungku untuk mengendusnya. Kulirik kaki Anneke yang ternyata sudah bersiap mengintipku lagi dari balik pintu. Kini saatnya "live show" dimulai. Pemain dan penonton tunggal sudah siap berada di tempatnya masing-masing. Birahi "exhibitionist"-ku telah mengantarkanku ke arena pertunjukan.

Intronya adalah aku akan buang air dulu sebelum mandi. Ini tak bisa kuhindari karena sebelumnya memang dengan sengaja aku menahannya sejak bangun pagi tadi untuk maksud ini. Aku yakin Anneke akan menyaksikan adegan ini dengan resah dan gelisah. Sayangnya, tak ada cara untuk mendekatkan hidungnya agar dapat menangkap aroma beban pagiku ini. Untuk mengisi waktu selama aku buang air, aku bergaya seolah sedang membersihkan kotoran dari tubuhku. Aku menggosok dan mengelus leherku, kemudian turun ke buah dadaku. Kukeluarkan payudaraku dari BH dan kupilin putingnya, kemudian kugosok dan kuelus ketiakku. Di sela-sela itu, wajahku terkadang menyeringai sambil menggigit bibir, entah menggambarkan apa, yang penting aku berusaha menunjukkan ekspresi erotis agar dapat dinikmati dan dapat merangsang birahi Anneke.

Aku memikirkan cara yang atraktif dan efektif saat cebok. Pertama, saat tangan kiriku meraih dan menghapus kotoran dari analku, terlebih dahulu kuangkat dan kuamati serpihan yang masih menempel di jari-jari, kuendus sekilas sebelum kembali ke anal sambil tangan kananku menyiram dengan air ke tempat itu. Kemudian saat aku mencuci vagina, aku berusaha mengekspose penampilannya dengan cara yang tak kentara memposisikan diriku agar caraku menceboki vaginaku menjadi nyata dan jelas saat diintip dari celah pintu. Sebelum memasuki episode berikutnya, kutarik handle pelepasan air hingga klosetku bersih kembali. Kuperhitungkan bahwa tindakanku ini akan membuat Anneke merasa sangat kecewa.

Selanjutnya kubuka pakaianku kecuali celana dalam dan BH. Dan inilah kejutan yang telah kupersiapkan untuk Anneke. Tanganku meraih BH kotornya dari gantungan baju. Kurentangkan, kucium dan kemudian kujilati serta kulumat-lumat hingga kuyup oleh ludahku. Mulutku berusaha menyedot basah ludah di kain BH itu hingga setelah puas, kukalungkan ke leherku. Kini tanganku meraih celana dalamnya. Sebagaimana sebelumnya, kembali kucium dan kemudian kurentangkan. Nampak warna pekat kekuningan di bagian sempitnya yang biasa terjepit di bibir vagina dan belahan pantat Anneke. Aku tidak sabar lagi hingga kembali kuciumi bagian itu dan kulumat hingga kuyup.

Rasanya aku tidak puas-puas juga. Sambil terus menyedot bagian kuyup itu, tangan kiriku mengocok kemaluanku. Kumasukkan jari ke lubang vaginaku. Kukorek-korek untuk mengurangi gatal birahi yang demikian mendesak-desak nafsuku. Tiba-tiba rasa birahi yang menyeruak membuatku ingin pipis hingga sekalian saja celana dalam Anneke kupipisi juga. Sungguh sangat erotis nampaknya. Dan kembali kucium dan sedikit kuhisap basah air seniku di celana dalam itu sebelum akhirnya kugantungkan kembali bersama dengan BH-nya ke dekat pintu.

Aku melirik ke bawah pintu. Kaki Anneke masih tetap di sana. Kurasa sudah lebih dari 15 menit aku mendekam di kamar mandi sejak intro buang air tadi. Walaupun aku sangat "horny", tetapi aku belum menuntaskan libidoku hingga mencapai orgasme karena lelah. Kusimpan energiku untuk lain kesempatan. Kini aku benar-benar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhku. Aku merasakan sedemikian segarnya mandi pagi ini. Aku menikmati bayanganku tentang bagaimana Anneke menjadi panas dingin saat mengintip kegiatan mandiku pagi ini. Kurasa dia akan mengambil celana dalamnya yang telah basah oleh kencingku tadi. Mungkin saja dia akan mengambilnya untuk dibawa ke kamarnya dan kemudian menjilati atau menyedot air seniku yang terserap di celana dalamnya.

Setelah mandi kulihat Anneke telah berada di ruang keluarga dengan setumpuk berkas-berkas untuk persiapannya ke kantor siang ini. Saat aku sedang berpakaian, kudengar derit pintu kamar mandi. Aku juga mendengar tutup kloset yang dibuka seakan dia sedang buang air. Tidak lebih dari 2 menit, pintu berderit kembali. Aku yakin bahwa Anneke sangat kecewa saat mengamati kemungkinan akan adanya sisa kotoran dan air seniku yang dipikirnya masih tertinggal di kloset, ternyata sudah raib tertelan bumi hingga ia hanya dapat mengambil celana dalam dan BH-nya yang tertinggal. Dia tahu kini bahwa aku dan dirinya saling terobsesi birahi untuk saling mencium dan menjilat apapun yang keluar dari tubuh-tubuh kami. Dia seharusnya tidak merasa perlu lagi untuk merasa sungkan ataupun malu padaku untuk langsung masuk ke kamarku. Kurasa telah cukup waktu bagi Anneke untuk bermasturbasi dengan dildo yang kutinggalkan sebelum dia keluar pada pukul 11.40 dengan pakaian rapinya dan bersiap-siap berangkat ke kantornya.

Hari ini pada pukul 4 sore dia telah kembali. Dari SK Direksi telah ditetapkan bahwa Anneke akan mulai masuk kantor pada awal bulan depan. Dia berkata bahwa kalau Mas Adit dan aku mengijinkan, maka untuk sementara Anneke akan ikut kami dulu selama beberapa waktu sebelum mendapat tempat kost yang dekat dengan kantornya. Aku dan Anneke saling memandang hingga terasa ada sesuatu yang menyesakkan dada kami. Kami melayang dengan pikiran kami masing-masing. Tetapi entah, aku tidak mampu berbuat lebih. Kehendak hati kecilku yang diwarnai gejolak birahi beberapa hari terakhir ini tidak mampu kuungkapkan dan kuwujudkan menjadi kenyataan. Demikian pula dengan Anneke. Kegembiraannya berkaitan dengan kepastian bahwa dirinya telah diterima bekerja di perusahaan asing tetap tidak bisa menutupi rasa kecewa pada angan-angannya untuk meraih kenikmatan birahi bersamaku yang sama sekali belum terungkapkan sebagaimana yang terjadi juga padaku. Dia khawatir bahwa dirinya telah bertepuk sebelah tangan karena selama ini dia belum mengetahui bahwa sebenarnya aku juga mengintipnya saat dia mandi. Belum nampak adanya solusi yang tepat untuk meraih obsesi bersama kami ini.

Hari ke-6

Anneke memintaku menemaninya membeli oleh-oleh dan pesanan orang tuanya ke Mall Mangga Dua. Setelah menyelesaikan kebutuhannya, sebelum makan kami sedikit melakukan "window shopping". Kami makan di restoran siap saji yang banyak berserak di mall itu. Ini adalah hari terakhir Anneke di Jakarta setelah sukses menyelesaikan urusan pekerjaan di kantor barunya. Saat pulang kami pergi ke stasiun Gambir untuk mengambil tiket KA Eksekutif yang telah Anneke pesan beberapa hari sebelumnya. Kuperhatikan Anneke banyak berdiam diri. Aku tidak ingin mengganggunya. Nampak ada beban yang masih mengganjal dalam dirinya. Dan dapat kupastikan itu adalah beban birahinya yang belum terselesaikan dengan tuntas. Seharian aku berjalan bersamanya dan kuperhatikan berkali-kali dalam berbagai kesempatan, dia mencuri pandang padaku. Dia perhatikan leher, dada, belakang kuduk, ketiak, pinggul, pantat, paha, betis, pokoknya semua bagian tubuhku tak ada yang luput dari perhatiannya. Terkadang terdengar hingga ke telingaku saat dia menarik nafas menahan gejolaknya. Aku merasa kasihan padanya karena Anneke terlampau obssesive menghadapiku kali ini. Mungkin dia sudah cukup lama mendambakanku seperti ini. Di tengah keluarga Mas Adit, sering kudengar mereka demikian seringnya memuji kecantikanku. Aku sering menjadi sungkan dan malu sendiri, disamping terselip juga rasa berbunga-bunga tentunya. Bukan tidak mungkin, hal ini juga didengar oleh Anneke hingga kemudian dia salurkan dorongan obsesinya saat berkesempatan ke Jakarta dan tinggal di rumahku.
Sementara, walau bagaimanapun juga aku tetap harus berusaha untuk menjaga jarak. Aku tidak ingin dianggap mengajarkan sesuatu yang tidak baik di tengah keluarga Mas Adit karena tentu mereka akan sulit menerima kenyataan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang sudah sedemikian ketatnya terkondisikan oleh pandangan-pandangan moral mapan yang tak begitu saja bisa diubah. Anneke merupakan generasi muda dengan perkecualian yang sangat minoritas. Dia sudah dapat lebih melihat dunia nyata yang demikian luas. Dia sering menjelajahi jaringan dunia tanpa hambatan yang kita sebut sebagai Internet. Dia juga sudah menyadari akan pentingnya sikap dan karakter pilihannya sendiri. Dia sudah sadar mengenai pentingnya seseorang bersikap dan berlaku sebagai "myself" , untuk dapat menunjukkan keberadaannya di lingkungannya. Dia adalah cermin generasi masa kini dan masa datang. Dia membawa sendiri nilai-nilai dan sekaligus dia laksanakan nilai-nilai itu, walaupun seperti yang kulihat sekarang, dia juga belum sepenuhnya terbebas dari keragu-raguan. Kuanggap itu adalah hal yang wajar dan manusiawi, karena pada masa kini tidak semua orang dapat berlaku sembrono atau serampangan.



Beberapa saat setelah sampai di rumah, aku langsung mandi. Aku ingin agar dia mendapatkan kesenangan yang benar-benar memuaskan hatinya sebelum dia pulang ke Madiun besok. Aku pergi ke kamar mandi hanya dengan lilitan handuk di tubuh. Kuperlihatkan sedikit pahaku dan cukup banyak memperlihatkan punggung serta bagian atas dadaku yang mulus. Aku berpura-pura mengambil sesuatu di tumpukan koran dekat Anneke yang kebetulan sedang menonton TV di ruang keluarga. Aku menanyakan apakah barang-barang yang akan dibawanya pulang besok sudah dibungkus. Kalau belum aku menawarkan padanya untuk menggunakan kantong-kantong yang masih bagus yang sering kudapatkan saat aku berbelanja dan sengaja aku kumpulkan. Mata Anneke nampak nanar memandang tubuhku sambil menyetujui tawaran baikku. Kemudian aku berjalan ke kamar mandi.

Ah, rupanya kembali kutemukan celana dalam dan BH kotornya. Jangan-jangan ini disengajanya karena dia demikian menikmati saat mengintipku dan demikian bernafsu melumati barang-barangnya kemarin sore hingga kini dia berharap agar aku mengulanginya kembali. Ini adalah celana dalam dan BH kotor lain yang ditinggalkannya saat mandi tadi pagi. Aku kembali menggigil karena nafsu birahiku.
"Jangan khawatir Anneke, aku akan mengulangi kenikmatan menciumi dan melumati celana dalam dan BH kotormu", batinku.
Aku melirik ke bawah pintu. Kulihat kaki Anneke sudah kembali bersemayam di sana. Seperti halnya kemarin, aku mulai dengan membuka kloset dan duduk di atasnya. Tetapi kali ini bukannya untuk membuang air besar, melainkan hanya sekedar pipis. Aku pipis banyak sekali karena telah minum macam-macam di Mangga Dua tadi. Dari Coca Cola, air mineral, dawet asli Solo, es kunyit asam, es kelapa muda dan lain-lain. Pokoknya kalau merasa haus, aku biasanya langsung mencari minum. Di setiap sudut Mall Mangga Dua memang selalu ada kios kecil yang menyediakan minuman berbagai rupa.

Selesai pipis aku cebok dan kloset kututup tetapi tanpa membuka pelepasan airnya. Kubiarkan air seniku tetap di tempatnya. Wajahku demikian nanar memandang ke arah pintu dimana celana dalam dan BH Anneke masih tergantung di dekatnya. Kemudian aku meraihnya BH dan celana dalam sambil menciuminya dan mendesahkan nama Anneke. Aku menjadi benar-benar sangat menjiwai dan terangsang. Dengan terburu-buru, sambil sangat gemetar kubuka tutup air kloset. Kuambil dildo yang kuletakkan menempel di sana. Dengan tetap menjilati dan melumat celana dalam kotornya, kupompakan dildo tersebut ke vaginaku. Aku sudah tak sempat lagi mencari gaya-gaya yang atraktif karena kini aku sedang dikejar gejolak birahiku. Aku melakukan apa saja yang dapat demikian kuat mendorongku. Aku rebah ke lantai kamar mandi yang basah dan melipat kakiku ke arah tubuhku hingga pantat dan vaginaku terpampang dengan jelas. Kumasukkan dildo menembus vaginaku. Aku menjerit kecil saat dildo itu telah melewati bibir vaginaku. Kemudian aku mulai memompanya sambil mencium dan melumat celana dalam Anneke.

'Anneke.., aahh.., nikmatnyaa Annekee..", begitu terus menerus desahanku setengah merintih.
Terjangan dildoku semakin cepat memompa vagina. Aku mendesah dan meracau dengan memanggil-manggil nama Anneke. Ketika panas birahiku sudah demikian memuncak dan rasa ingin pipis yang sangat mendesak sebagai tanda orgasme akan datang, pantatku menyongsong gerakan dildo dengan cepat. Nafasku yang memburu dengan desahan-desahan yang menyebut nama Anneke semakin intens dan berkepanjangan. Aku nampak sangat memelas dalam kehausan birahiku. Dan akhirnya saat orgasme itu datang, aku menggelepar. Kudempetkan kepalaku ke dinding untuk menahan jejakan kepalaku ke lantai karena menahan nikmat yang muncrat bertubi-tubi. Aku mengerang tertahan cukup lama sebelum akhirnya aku kelelahan dan lunglai di lantai porselain yang basah ini. Setelah itu aku baru benar-benar mandi.

Saat aku keluar, kulihat Anneke sudah ada di depan TV kembali. Aku langsung masuk ke kamarku.
"Mbak, aku minta shampoonya ya?, rambutku rasanya berdebu banget nih", kudengar panggilan Anneke.
"Ya, ambil saja", jawabku dari kamar.
Aku tahu bahwa maksudnya sekarang adalah gilirannya untuk mandi dan bukannya memintaku mengintipnya, tetapi secara tersirat ia menempatkan pengertian agar aku tidak mencurigainya karena setiap aku selesai mandi kemudian dia segera menyusulnya. Kurasa ini adalah saat yang penting karena ada sesuatu yang "luar biasa" sedang menunggunya di kloset. Begitu kudengar Anneke telah menutup pintu kamar mandinya, aku bergegas dan berjingkat menuju ke depan pintunya dan mengintip.

Kulihat, dengan penuh nafsu dia mendekati kloset, berjongkok di depannya dan membuka tutupnya. Wajahnya mendekat dan terlihat matanya mengamati isi dalam kloset tersebut. Kemudian pelan-pelan matanya menutup dan dengan hidungnya dia mengendus isi kloset dengan penuh perasaan. Dia tampak sangat menikmatinya dengan menghirup bau pipisku dalam-dalam. Dia melakukan tarikan nafas panjangnya yang mendalam itu berulang-ulang. Dia seperti sedang melayang dalam kenikmatan yang sangat tinggi. Kemudian kulihat tangan kanannya bergerak ke dalam kloset itu untuk meraih air seniku. Dia amati cairan bening kekuningan di cekungan tangannya. Kembali dihirupnya dengan sangat dalam sambil menutup matanya. Itu juga dilakukannya berulang kali sebelum akhirnya membawa cairan itu untuk membekap mulut dan hidungnya dan kemudian mencuci mukanya dengan cairan pipisku. Aku gemetar menyaksikan Anneke yang merasa sedemikian nikmatnya merasakan pipisku.

Kemudian dia sendokkan lagi cairan kloset itu dengan tangannya. Kini bahkan dengan kedua tangannya. Dan diraupkannya ke mukanya kembali. Dia melakukannya berulang-ulang hingga mukanya benar-benar kuyup dengan air seniku dan tubuhnya basah oleh cipratan cairan kuning bening dari wajahnya itu. Bermenit-menit dia berjongkok di depan kloset itu dengan tangannya yang sibuk menyendoki dan sesekali mengaduk genangan pipisku di kloset itu. Dan terakhir kulihat klimaksnya saat dia kembali menyendok dengan tangannya untuk kemudian dibawa ke mulutnya. Diawali dengan lidahnya yang menjilat-jilat, Anneke meminum air kencingku dari tangannya. Entah sudah berapa banyak yang diminumnya sebelum akhirnya dia beranjak dari depan kloset untuk mandi. Itulah kejadian paling eksklusif yang kulihat dari perilaku Anneke dalam menyalurkan obsesinya padaku. Setelah itu dia benar-benar mandi dan aku kembali ke kamarku. Aku menjadi sangat 'horny'. Vaginaku basah oleh cairan birahi, tetapi sengaja kutahan untuk menghemat energi hingga aku tidak melakukan masturbasi.

Hari ke-7
Pada pukul 6 pagi, Mas Adit, aku sendiri dan Anneke telah berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Kereta Anneke akan bertolak dari Gambir apda pukul 9 pagi. Semua barang-barang bawaannya telah siap untuk dimasukkan ke mobil Mas Adit. Mas Adit akan mengantarkan Anneke sampai di stasiun Gambir. Anneke sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada kami atas penerimaannya yang ramah selama dia berada di Jakarta dan tinggal di rumah kami. Dan dia mohon agar saat mulai masuk kantor barunya pada awal bulan depan nanti dapat sekali lagi 'merepotkan' kami. Dia ingin kembali tinggal beberapa saat di rumah kami sebelum mendapatkan tempat kost yang tidak jauh dari kantornya.
Mas Adit melirik kepadaku meminta persetujuanku dan tentu saja aku mengedipkan mataku tanda setuju. Persetujuan kami sangat menggembirakan Anneke. Dan kini saatnya dia berpamitan padaku. Di halaman depan sebelum memasuki pintu mobil, sementara Mas Adit sudah berada di belakang kemudi mobil dan menyalakan mesinnya, Anneke memelukku.
"Terimakasih banget Mbak atas segala-galanya. Mbak sangat baik padaku. Aku akan sangat merindukan Mbak", ujarnya sambil mencium pipiku.
"Sama-sama Anneke. Kamu yang sangat cantik juga telah membuat rumahku menjadi lebih indah, lho", jawabku.
Dia tersenyum mendengar kata-kataku.
Sebelum dia beranjak ke mobil, sekali lagi dia memelukku, kali ini sambil berbisik, "Mbak.., tahi lalat di paha Mbak indah sekali, Mbak".
Akhirnya berani juga dia mengemukakan apa yang dia rasakan dan pikirkan. Aku masih bengong saat dia langsung melepasku untuk berlari menuju pintu mobil. Tetapi sebelum sempat membukanya, kembali aku memanggilnya.
"Anneke, tunggu", panggilku sambil menghampirinya.
Kini aku yang memeluknya sambil berbisik, "Pesawat Challenger di bokongmu juga indah banget, lho".
Kontan tangan kananku terasa sakit dan pedih karena dengan penuh rasa terkejut, geregetan dan penuh gemas Anneke mencubitku sangat kerasnya.
"Ahh, Mbak Maarr.., Mbak Mar jahat banget nihh..! Awas nanti ya..!".
Anneke sama sekali tidak menduga bahwa aku juga mengintipnya saat mandi. Dia masuk mobil sambil mengepalkan kedua tangannya dengan gemas karena kejutan yang baru saja didengarnya dari bisikanku tadi. Aku masih kesakitan merasakan cubitannya. Tampaknya cubitannya cukup melukai kulitku. Saat dia bersiap menunggu kereta berangkat, dari HP-nya dia meneleponku. Aku mengatakan padanya bahwa cubitannya itu benar-benar keterlaluan hingga tanganku memar kebiruan dengan rasa sakit yang belum hilang hingga sekarang.
Anneke menjawab dengan tenangnya, "Aku hanya bisa berdoa Mbak, mudah-mudahan tangan Mbak belum baik sampai aku kembali ke Jakarta nanti. Jadi, biarkanlah dan ijinkanlah aku yang akan mengobatinya nanti, ya Mbak".
Aku kembali masuk ke rumah. Sepi. Si cantik telah pergi. Aku bersiap untuk pergi mandi. Pada waktu masih ada Anneke, saat-saat seperti ini biasanya aku berpikir, apa yang akan aku suguhkan pada Anneke-ku. Di kamar mandi, kutemui kembali celana dalam dan BH kotornya. Rupanya dia sengaja meninggalkannya sebagai kenang-kenangan untukku. Dengan gembira segera kuraih keduanya untuk kuciumi. Tetapi saat aku mencari celana dalam dan BH kotorku sendiri, ternyata telah raib. Ini pasti ulah Anneke-ku. Rupanya dia masih sempat menukarnya dengan miliknya.
"Dasar si cantik, awas kamu nanti..", ujarku dalam hati dengan gemas.



T A M A T
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd