kusapukan sebentar lalu kudorong perlahan masuk hingga semua penisku tertanam ke vaginanya. agghhhh… . pelaaaaan” desahnya ketika penisku menguak liang vaginanya. Istriku mandangku sambil tersenyum, tapi tak kupedulikan, aku sedang konsentrasi menikmati mbak Eliz. Penisku mulai meluncur keluar masuk vaginanya, kupegang pantatnya yang padat berisi, kutarik dan kudorong seirama kocokanku, mbak Eliz mendesah lebih liar. Buah dadanya ber-ayun ayun dengan bebasnya, kuraih dan kuremas dengan gemas penuh nafsu, kupermainkan putingnya, membuat dia makin mendesah dan mulai berani menggoyangkan pantat mengimbangiku, kenikmatanku bertambah apalagi ketika istriku memelukku dari belakang dan mengelus dadaku sambil menciumi tengkuk dan punggungku. Kocokanku pada mbak Eliz makin cepat dan liar, ketika istriku nungging di sebelahnya meminta giliran, agak berat aku melepas mbak Eliz yang sedang dalam birahi tinggi, tapi aku tak bisa mengabaikan istriku. Kugeser tubuhku di belakang istriku, dengan sekali dorong melesaklah penisku ke vaginanya, langsung kukocok dengan cepat dan keras, aku tahu kesukaannya, makin liar makin suka dia. “Mbak keluarnya di aku saja ya” pinta mbak Eliz yang disambut senyuman oleh istriku di sela desahannya. “Boleh asal setelah itu dibersihkan dengan mulut” jawab istriku nakal sambil mendesah nikmat “Dengan mulut mbak ??” tanyanya heran “Iyyaaaa, mau nggak ???” jawab istriku dengan nada tinggi, aku yang mendengarnya jadi tambah bernafsu, kuhentakkan makin keras penisku ke vaginanya.
“Mmmmm…iya deh” jawab mbak Eliz sambil mengangkat dua jarinya lalu bergeser ke belakangku dan memeluk seperti yang dilakukan istriku tadi. “Janji”. Belum sempat mbak Eliz memberi jawaban, terdengar deru mobil melintas di depan pavilliun, Mas Surya telah dating. Sebelum kami sempat berpikir harus berbuat apa, istriku sudah mengambil inisiatif. “Kalian lanjutkan saja, Mas Surya biar aku yang tangani, believe me” katanya langsung menarik keluar penisku dan turun dari ranjang, dikenakannya kaos dan celana pendeknya tanpa mengenakan pakaian dalam, entah sengaja atau terburu buru aku tak tahu. “Ingat janjimu mbak” teriaknya sesaat sebelum pintu kamar tertutup. Sepeninggal dia aku dan mbak Eliz saling berpandangan seperti tak tahu harus berbuat apa. Masih tetap telanjang, kami mengintip ke jendela dari balik tirai, melihat keadaan, kulihat istriku berbicara dengan Mas Surya yang baru keluar dari mobil, digandengnya Mas Surya menuju kolam renang, tanpa berganti pakaian renang istriku langsung mencebur ke kolam, Mas Surya melepas pakaiannya, dengan memakai celana dalam dia mengikuti istriku masuk ke kolam, aku yakin Mas Surya akan segera tahu kalau istriku tidak memakai bra begitu kaosnya basah, putingnya pasti membayang di balik kaos basah itu, aku tidak tahu dengan pikiran Mbak Eliz. Membayangkan mereka berdua gairahku kembali naik, aku bergeser ke belakang mbak Eliz yang masih asik mengintip mereka. Kupeluk dan kuremas buah dadanya dari belakang, dia tidak memberi respon. Kubuka kakinya, dia menurut saja, ku usap usapkan penisku ke pantatnya lalu kusapukan penisku ke vaginanya, dia menoleh ke arahku dan kubalas dengan senyuman. Tubuhnya menegang ketika penisku meluncur masuk ke liang vaginanya, dia mendesah tapi matanya tetap tertuju pada istriku dan suaminya di kolam sana, aku tak peduli apa yang ada di benaknya. Kukocok dia dengan cepat, tangannya meremas tirai jendela, kami bercinta dengan berdiri, sambil memegang pantat dan meremas buah dadanya kukocok makin cepat, dia mendesah lepas, seakan melupakan mereka yang ada di kolam.
“Aduh mas, enak mas, terussss” desahnya lagi, tangannya tertumpu pada bingkai jendela, aku menyukai pandangan pantatnya yang mulus, sintal, padat berisi, apalagi saat bergoyang ketika kukocok, begitu indah dan menggairahkan. Khawatir kami lepas kontrol dan tirainya tertarik, kami pindah ke sofa, sayup sayup kudengar tawa dan canda dari kolam. Mbak Eliz duduk di sofa, aku berlutut di antara kedua kakinya yang terbuka, kupeluk dan kuciumi bibir dan lehernya, dia memegang penisku, mengocoknya sejenak lalu menyapukan ke vaginanya, masih saling melumat bibir, penisku kembali memenuhi rongga vagina mbak Eliz, dia melepaskan lumatannya ketika semuanya sudah berada dalam vaginanya, dipandanginya mataku dengan sorot penuh gairah. “Cumbui aku sesuka Mas Hendra, fuck me as you like, puaskan aku mas” bisiknya, ada nada marah pada suaranya, mungkin dia cemburu dengan yang di kolam, tapi aku tak peduli, yang penting aku bisa menikmati tubuh sexy mbak Eliz sebanyak yang aku bisa. Kami saling memeluk dan mengocok, berbagai posisi kami lakukan dari meja, karpet lantai hingga kembali ke ranjang dengan segala posisi yang ada di imajinasi kami, entah sudah berapa kali dia mengalami orgasme, tapi selalu berulang dan berulang lagi.
Rasanya tak pernah habis kureguk kenikmatan dari mbak Eliz. Suara canda dari kolam sudah tak terdengar lagi, kami terlalu asik mengarungi lautan kenikmatan hingga tak perhatikan sejak kapan terhenti. Tubuhku untuk kesekian kalinya di atas tubuh mbak Eliz, mengocok dan menggoyang dengan penuh gairah dan nafsu, kakinya dikaitkan di atas pinggangku, kami saling mereguk kenikmatan, hingga sampailah aku ke puncak kenikmatan sexual, tubuhku menegang. “Keluarin di dalam Mas” bisiknya, dan sedetik kemudian menyemprotlah spermaku di rahim istri tetanggaku yang cantik ini. “Aaaaaaauuuuuggghhhh” dia menjerit spontan ketika semprotan pertama menghantam dinding rahim dan vaginanya, tubuhnya ikut menegang dan sebelum denyutanku habis vaginanya ikutan berdenyut lemah, kami orgasme hampir bersamaan, saling memeluk erat, napas kami menderu seiring deru birahi kami. Aku langsung lunglai di atas tubuh dan pelukan mbak Eliz, kurasakan detak jantungnya yang berpacu cepat. Kami berpelukan dan saling mendekap tanpa kata, seakan menikmati saat saat nikmat yang baru saja kami gapai. “Udah dulu ya saying, ntar suamimu tahu” kataku memecahkan keheningan, kuberanikan memanggil kata saying, mengingat saat nikmat yang baru saja kami lalui. “Thanks mas, ini the best sex I have ever had” katanya masih di pelukanku. “Mas Hendra bukan satu satunya selain suamiku, aku memang beberapa kali selingkuh sama teman, tolong pegang rahasia ini ya Mas, tapi inilah yang terbaik dan punya Mas Hendra adalah yang terbesar yang pernah aku tahu selama ini, paling asik deh” katanya pelan tapi mengagetkanku. Sungguh beruntung laki laki yang telah menikmati tubuh sexy dan wajah cantik ini. “Mas Surya tahu ?” tanyaku sambil menutupi kekagetanku.
“Entahlah Mas, mungkin juga sudah tahu tapi dia belum memergoki secara langsung sih, mau Tanya juga nggak berani dia karena aku juga tahu dia sering selingkuh, bahkan sekali tertangkap basah” Mbak Eliz terdiam sejenak. “Kehidupan keluarga kami sih nggak ada masalah, selama masalah itu tidak dibawa ke rumah, dan kita juga nggak pernah mengungkit ungkit masalah itu, it just fun, selama ini kami happy-happy saja kok, nothing wrong with my family. Aku berkata sejujurnya bahwa inilah yang terbaik yang pernah aku alami, aku jadi pingin lagi lain waktu, terserah Mas Hendra apa dengan mbak Lily atau Cuma kita berdua, aku sih oke oke saja, yang penting kita bisa menjaga keluarga kita masing masing” lanjutnya, dia menciumku, lalu turun dan berpakaian. Kami lalu ke ruang tamu, kubuka tirai kamar pertanda kami sudah selesai, kolam renang terlihat sepi, dia membuatkan aku kopi lalu nonton TV bareng sambil menunggu kedatangan istriku dan suaminya yang entah sekarang dimana atau lagi ngapain. Sesekali kami berciuman dan kucuri remasan buah dadanya. “Kamu belum memenuhi janjimu”, kataku asal. “Yang mana ?” “Sebelum istriku keluar” “Emang dia pernah melakukannya ? “Bukan pernah lagi tapi setiap kali kami selesai bercinta” jawabku, melihat keadaan masih aman, kutarik mbak Eliz ke dapur, aku bersandar di dinding dan kulorotkan celanaku hingga lutut dan kuminta dia jongkok. Agak ragu sebentar tapi akhirnya dia menurut, kembali bibir dan lidahnya menyusuri kejantananku, tak lama kemudian penisku sudah keluar masuk bibir mungilnya, makin lama makin menegang dan membesar. Kupegang rambutnya dan kukocokkan penisku di mulutnya. “Eeeegghhh…eeehhhmmm, gila, tak muat mulutku Mas” Penisku makin cepat keluar masuk mulutnya, tak lebih dari tiga menit kemudian kusemprotkan spermaku ke mulutnya, tak banyak memang, tapi aku sudah bisa merasakan orgasme di mulutnya. Dia berusaha menarik keluar, tapi kutahan kepalanya, dan tertelanlah spermaku itu, dia seperti mau muntah tapi tak kupedulikan, takkan kulepas sebelum aku yakin dia sudah menelannya, kuusap usapkan penisku yang sudah lemas itu ke mukanya, dia menikmatinya.
Kami kembali ke ruang tamu menunggu kedatangan mereka, sepuluh menit kemudian muncullah Mas Surya dari balik pintu, sendirian dan masih mengenakan celana dalamnya yang sud ah agak kering, berarti cukup lama dia keluar dari kolam renang, dia terlihat agak terkejut melihat kami berdua di ruangan itu. “Eh, kirain kalian ikut Tea Walk” sapanya agak kaku langsung masuk ke kamarnya. Aku dan mbak Eliz saling berpandangan, dia kemudian menyusul suaminya ke kamar meninggalkan aku sendirian di ruang tamu. Cukup lama aku sendirian menunggu istriku sebelum akhirnya dia dating menenteng pakaiannya, hanya berbalut handuk dan rambutnya basah, padahal dia sudah lama keluar dari kolam. Dia tersenyum dan langsung masuk kamar, kususul dan kutarik handuknya hingga terlepas, ternyata dia tidak mengenakan apa apa dibaliknya, kupeluk dan kudorong dia ke ranjang yang baru saja aku pakai bercinta dengan mbak Eliz. Sambil berpelukan dia mulai bercerita apa yang telah terjadi. Ternyata dia membohongi Mas Surya bahwa kami ikut Tea Walk dan di kolam renang tak hentinya Mas Sur memandangi tubuhnya, sering tertangkap basah matanya memandang nakal ke arah buah dadanya yang memang menonjol di balik kaos basahnya, bahkan tak jarang Mas Surya berusaha menggodanya tapi istriku pura pura tak tahu. Mungkin karena merasa usahanya tidak mendapat respon, maka dia i ngin segera ke Pavilliun, entah mau ngapain. Saat Mas Surya bilas di kamar mandi sebelah kolam, istriku menerobos masuk, langsung memeluk dan menciumnya, tentu saja Mas Surya kaget tapi segera membalas dengan penuh nafsu. Ketika istriku memegang kejantanannya yang sudah menegang di balik celana dalamnya yang masih basah, dia terkejut karena tidak sebesar yang dibayangkan, agak kecewa juga dia, apalagi ibandingkan punyaku, tapi ketika dikeluarkannnya ternyata bentuknya yang lurus ke depan, berbeda dengan penisku, dia langsung bergairah, karena bentuk seperti itulah kesukaannya. Istriku langsung jongkok di depan Mas Surya, menjilati sebentar kepala dan batang kemaluannya, lalu mengulumnya, penis kecil Mas Surya masuk semua ke mulutnya hingga hidungnya bisa menyentuh rambut pubic-nya.
Mas Surya mendesis dan meremas rambut basah istriku sambil mengocokkan penisnya di mulutnya. Mata Mas Surya menatap tajam penuh kagum ketika istriku melepas pakaian basahnya, sama sama telanjang kembali mereka berpelukan dan berciuman, tangan Mas Surya tiada hentinya meremas buah dada istriku, begitu juga mulutnya seakan tak mau melepaskan putingnya. Mulanya dia menolak ketika istriku minta jilatan di vaginanya, tapi istriku tak peduli, dia memaksa posisi 69 sehingga ketika dia mengulum penis Mas Surya, vaginanya tepat di atas mukanya. Diawali dengan kocokan jari di vagina, tatapi akhirnya lidah Mas Surya mampir juga di vaginanya, bahkan menari nari pada klitoris istriku. Mendapat jilatan di gina, kuluman dan kocokan istriku makin menjadi, membuat Mas Surya sering kali entikan jilatannya untuk merasakan nikmatnya kuluman istriku pada penisnya. Akhirnya mereka bercinta di kamar mandi, dengan hanya beralaskan handuk, istriku engocok Mas Surya yang telentang di bawahnya, tangannya tak pernah bosan menjelajahi kedua bukitnya. Ada rasa aneh ketika penis Mas Surya memasuki liang vagina istriku, tidak biasanya dia merasakan penis yang kecil seperti itu, tapi lama kelamaan dia bisa menikmati juga gerakan liar dari penis itu di vaginanya, ada kenikmatan berbeda antara ukuran besar dan kecil. Mereka kemudian berganti posisi, gantian istriku telentang, Mas Surya menindih dan mengocoknya, seperti kata istrinya, permainan suaminya tidak terlalu banyak improvisasi, justru istriku yang banyak mengambil inisiatif, kedua kakinya di tumpangkan ke bahu Mas Surya, penisnya lebih dalam masuk ke vagina istriku, tidak lebih dari 7 kocokan kemudian, Mas Surya menyemprotkan spermanya dalam vagina istriku, tanpa permisi lagi, seenaknya saja dia menyemburkan cairannya di dalam, denyutannya cukup kuat untuk membuat istriku menjerit kaget bercampur nikmat, lalu tubuh Mas Surya melemas terkulai di atas tubuh istriku, agak kecewa juga dia karena belum mencapai orgasme tapi Mas Surya sudah selesai terlebih dahulu, dan sialnya lagi dia tidak berhasil membangkitkan kembali gairah Mas Surya, tubuhnya semakin berat menindih badannya,
apalagi di atas lantai yang keras. “Kamu memang hebat, pintar dan liar” bisik Mas Surya ketika istriku mendorong tubuhnya turun. “Baru segitu aja sudah memuji, kamu akan kaget bagaimana istrimu mendapatkan kenikmatan dari suamiku di sana” teriak batin istriku, tapi dia menutupi dengan senyuman. “Ingin aku mengulangi lagi di tempat dan suasana yang lebih nyaman, entah kapan, kalau kamu nggak keberatan” lanjut Mas Surya ketika mereka mengenakan kembali pakaiannya. “Boleh asal Mas dengan syarat dan aturan main yang kutetapkan, ntar aku kasih tahu bila saatnya tiba, kalau bisa ketika di puncak ini” jawab istriku nakal. Akhirnya mereka berdua keluar kamar mandi, istriku melihat tirai sudah terbuka pertanda kami sudah selesai dan keadaan aman, tugas sudah diselesaikan dengan baik. Ketika menuju Pavilliun, istriku teringat k alau celana dalamnya tertinggal di kamar mandi, segera dia kembali, langsung saja dia masuk. Ternyata si Bobby salah satu adik tetanggaku yang baru tamat kuliah berada di dalam, mereka berdua sama sama kaget, apalagi terlihat Bobby memegang celana dalam istriku sambil meremas selangkangannya. “Ada apa Bob ?” Tanya istriku menutupi kekagetannya “Aku tahu yang mbak lakukan sama Mas Surya barusan, aku sudah intip sejak Mbak mengikutinya masuk sini, jadi aku tahu semuanya” kata Bobby dengan pandangan nakal “Lalu ?” Tanya istriku menyelidik “Apa Mas Hendra atau mbak Eliz tahu ? bagaimana kalau mereka mengetahuinya ?” ada nada ancaman. “Jangan bilang mereka ya Bob, please” kata istriku pura pura terkejut dan takut untuk mengetahui apa maunya “Aku akan tutup mulut kalau ada imbalannya” Bobby berkata dengan angkernya “OK, berapa yang kamu mau asal keep this secret” tantang istriku “Aku nggak butuh duit dari mbak meski aku tidak punya duit, aku Cuma minta hal yang sama dengan Mas Surya” jawab Bobby, tentu saja mengagetkan istriku. “Bobby !!!, apa maksudmu” Tanya istriku pura pura bodoh “Ya apa yang mbak lakukan sama Mas Sur, aku minta yang sama, tapi aku nggak maksa kok, terserah mbak Lily saja” jawab Bobby enteng menggoda.
Bobby sebenarnya tampan, hitam manis dan badannya atletis karena dia punya hobby aerobik, sebenarnya bisa saja istriku melayani kemauan Bobby, toh beberapa gigolo yang kami booking banyak yang usianya tak beda dari dia, bahkan lebih muda, masih kuliah lagi, tapi istriku tak mau merusak hubungan dengan kakaknya, ada rasa segan. Istriku terdiam mempertimbangkan, sebenarnya bukan takut dia cerita ke aku atau mbak Eliz, tapi lebih banyak pada etika berteman dan bertetangga. “Mbak gak rugi deh, aku masih perjaka kok, belum pernah melakukan yang gituan, paling juga onani” bujuk Bobby “Bobby, kalau kamu benar masih perjaka, mbak malah nggak mau melayani, sebaiknya kamu berikan pada orang yang kamu cintai, istrimu kelak, tapi mbak akan memberi imbalan tutup mulutmu dengan cara mbak sendiri dan mbak jamin kamu pasti menyukainya, tapi yang pasti bukan yang satu itu, asal kamu melupakan semua yang pernah terjadi di sini, baik antara aku dan Mas Surya maupun aku sama kamu, tidak pernah terjadi apa apa disini, oke ?” istriku yang nakal mencoba bernegosiasi sambil mendekati Bobby.
Dia masih terdiam ketika istriku memeluk dan mencium kedua pipinya, terasa jantungnya yang berdetak kencang, apalagi ketika istriku mendekapnya erat, buah dadanya menempel rapat di dada Bobby. Dia diam saja dan membalas ketika bibir Bobby melumat bibirnya, tangan istriku segera menjelajah di selangkangan Bobby ketika Bobby mulai menjamah buah dadanya. “Aku belum pernah melakukan ini” katanya terbata bata, tangannya agak gemetaran ketika meremas buah dada istriku. Istriku bersandar di dinding, dia nurut saja ketika Bobby melepas kaosnya, bahkan dia mulai mendesis ketika Bobby meremas dan mengulum kedua buah dada dan putingnya. Terasa kaku dan kasar remasan dan kuluman Bobby, tapi istriku menikmati permainan perjaka ini, dibiarkannya Bobby menikmati seluruh tubuhnya, bibirnya, lidahnya, elusannya, tak sejengkalpun tubuh istriku luput dari jamahannya, kecuali bagian selangkangan yang masih tertutup celana pendek. Berulang kali Bobby berusaha melepasnya tapi istriku selalu menolak, dan terus mencoba lagi hingga akhirnya istriku menyerah. “OK, kamu boleh melakukannya tapi tetap tidak yang satu itu” tegas istriku, dan tak lama kemudian istriku kembali telanjang di kamar itu, di depan orang yang berbeda, konyolnya lagi kini dia telanjang di depan orang yang masih berpakaian lengkap dan bersepatu cats. Rupanya Bobby Cuma mengelus dan menciumi paha dan pantat istriku, dia tidak melakukan jilatan di vagina maupun sentuhan di klitoris seperti perkiraan istriku semula. Bobby paling suka menciumi pipi, leher dan melumat bibir istriku, juga meremas dan mengulum kedua buah dadanya. Sambil saling melumat bibir, istriku membuka resliting celana Bobby dan mengeluarkan kejantanannya, terkaget dia mendapati kenyataan bahwa penis Bobby cukup besar, mungkin sama dengan punyaku, dia jongkok di depan Bobby dan mengocok dengan tangannya. “It’s show time” kata istriku, lalu dia mulai menjilati sekujur penis Bobby, jilatan nakalnya menjelajah ke seluruh bagian kejantanannya, membuat Bobby mendesis desis dan meremas rambut istriku.
“Oooooooohhhhh… . sssssssshhhhhh” desisan keluar dari mulutnya ketika istriku memasukkan penis itu ke mulutnya, penis yang besar itu makin tegang dan membesar dalam genggaman dan kocokan mulut istriku. Kalau tidak mengingat siapa Bobby dan hubungan baik dengan kakaknya, ingin rasanya memasukkan penisnya ke vagina, untuk melampiaskan birahi yang tidak elesaikan dengan Mas Surya tadi. Sambil mengocok dengan mulut, tanpa setahu Bobby istriku mempermainkan jarinya di klitoris, dia memerlukan sesuatu di vaginanya, ingin rasanya mengajak ber-69 supaya sama sama nikmat. Belum lima menit istriku mengocoknya, tiba tiba Bobby teriak dan langsung menyemprotkan spermanya di mulut istriku, segera ditariknya keluar penisnya hingga beberapa semprotan sperma mengenai muka dan rambutnya, dimasukkannya kembali penis Bobby ke mulutnya, beberapa tetesan masih keluar mengisi mulut istriku, banyak juga sperma yang disemprotkan Bobby, maklum baru pertama kali melakukan seperti ini. Istriku bukannya mengeluarkan penis dari mulutnya ketika semprotannya habis, tapi justru mempermainkan dengan lidahnya, kontan saja Bobby teriak kegelian dan mencabut dengan paksa penisnya dari mulut istriku. “Gimana ? puas nggak ?” goda istriku sambil mengusap sisa sperma yang ada di bibirnya. “Gila, 100% mbak” jawab Bobby dengan nada puas “Udah keluar sana, mbak mau mandi bersihin spermamu yang ada di tubuh mbak ini, lagian ntar mereka tahu” kata istriku sambil berdiri dan menyalakan shower. “Aku di sini aja mbak, sambil lihat mbak mandi” kata Bobby “Ah nggak nggak nggak bisa, ini diluar perjanjian” jawab istriku ketus, sebenarnya dia khawatir kalau Bobby bisa segera recovery dan minta kelanjutannya, kan bisa berabe, maklum masih darah muda, disamping itu dia juga takut terhanyut emosi dan nafsu birahi dengan melayani permintaan Bobby untuk bercinta. Akhirnya Bobby keluar dan istriku melanjutkan mandi, itulah sebabnya ketika dia dating dengan menenteng pakaian, rambutnya basah dan hanya berbalut handuk. Mendengar ceritanya barusan, kuceritakan juga pengakuan dari Mbak Eliz tentang keluarga yang saling selingkuh.
kulihat pandangan isriku berbinar, entah apa yang ada dalam pikirannya. Nafsuku naik kembali ingin aku menuntaskan birahi istriku yang tak terselesaikan, tapi dia menolak. “Jangan sekarang Pa, ntar aja, aku ingin ngerjain Mas Surya, kita bertiga, Papa setuju kan” pinta istriku, tak ada alasan bagiku untuk menolak karena dia sudah membantuku dengan mbak Eliz. “Sekarang kita harus pikirkan bagaimana menyingkirkan mbak Eliz sementara, Papa ada ide nggak ?” kata istriku. “Aku bisa aja mengajak mbak Eliz jalan jalan keluar, tapi kalau kamu minta kita bertiga ya kita harus pikirkan lagi alasannya” jawabku “Kita pikir nanti deh, sekarang kita keluar cari makan, sekarang sudah hampir jam 1 saatnya makan, siapa tahu kita dapat ide” usul istriku setelah kami saling terdiam berpikir beberapa lama. Setelah berpakaian sewajarnya kami keluar kamar, ternyata Mas Surya dan istrinya sudah berada di teras depan Pavilliun, kami saling menyapa seolah tidak pernah terjadi apa apa diantara kami, semuanya berjalan normal separti biasa, tak ada rasa canggung ataupun segan, padahal diantara kami sudah saling menikmati pasangan masing masing.
Bedanya, kini seringkali mbak Eliz memandangku dengan sorot mata yang penuh gairah, dan kubalas dengan senyum penuh arti, tentu hal ini hanya kami berdua yang tahu. Mungkin juga hal yang sama dilakukan Mas Sur dan istriku. Kami berempat ke Bangunan utama yang letaknya di depan melintas kolam renang, berbaur dan ngobrol dengan penjaga dan mereka yang tidak ikut Tea Walk, ternyata 3 orang tidak ikut termasuk Bobby. Anak anak dan lainnya belum pada dating, mungkin mereka langsung makan siang. “Pa, sepertinya susah menyingkirkan mbak Eliz, nggak ada alasan yang kuat, agaimana kalau kita ajak aja mereka bersamaan, kita berempat” usul istriku ketika kami berdua di dapur. “Aku sih oke saja, toh kita sudah sering melakukannya, tapi gimana ngajaknya ?” tanyaku “Serahkan padaku, panggil mbak Eliz kemari” jawab istriku meyakinkan, kutinggalkan istriku yang sedang membuat bandrek untuk kami semua, aku bergabung kembali dengan mereka di teras, dan mbak Eliz segera ke dapur setelah kuberi tahu. Kulihat mereka berbicara serius sambil berbisik, terkadang tertawa renyah, entah apa yang dibicarakan, aku yakin istriku sedang me-lobby mbak Eliz dan percaya cara lobby istriku yang seringkali membawa hasil. Tak lama kemudian kuhampiri mereka, ingin tahu hasilnya. “Mulanya dia keberatan kalau suaminya ikutan, apalagi dengan aku, tapi setelah kubujuk akhirnya dia mau, asal aku yang memberitahu ke Mas Surya. Pa tahu nggak, ternyata dia pernah melakukannya dengan dua laki laki……” Percakapan kami terhenti ketika salah seorang pembantu mendekat. “Aku yakin Mas Surya akan menyetujui rencana ini, dia bukan halangan yang berarti” lanjutnya setelah pembantu itu pergi. Kami bergabung kembali sambil membawa beberapa cangkir Bandrek, kulihat mbak Eliz duduk di samping suaminya dengan pandangan penuh Tanya.