Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Part - 6

Pagi

*Tok Tok Tok Tok Tok.

"Iyaaaa…sebentarrrr….." teriak Nisa dari dalam rumahnya.

Nisa yang sedang duduk santai di sofa segera bangkit, dan berjalan agak cepat ke pintu rumahnya. Tidak lupa ia memakai jilbab simple yang biasa ia gantung dekat pintu rumah, sebelum menyambut tamu.

*Cleck. Terbukalah pintu rumah Nisa.

"Lhoooo…., Ci Mar?" terkejut Nisa mendapati tetangganya yang juga dokternya itu sudah berada di depannya.

"Haiiii…, Nis. Aku nggak ganggu kan?".

"Nggak kok Ci, Nggak. Aku pas selesai beres-beres, lagi santai aja tadi. Masuk-masuk Ci” ajak Nisa ke tetangganya.

"Ehhh…nggak usah Nis. Aku kesini mau ngajakin kamu ke rumah si Ernie, mumpung orangnya lagi ada”.

“Ohhh…ke rumah Bu Ernie….hayuk deh Ci kalau gitu”. Pikir Nisa, dia belum bertemu dengan penghuni rumah sebelah kiri dari rumahnya, dan ini adalah kesempatan untuk berkenalan.

Lantas keduanya bersama-sama menuju rumah Ernie. Disaat mereka berjalan bersama, Margaretha menanyakan ke Nisa, apakah sudah minum ‘vitamin’ pemberiannya pagi ini. Yang dijawab sudah oleh Nisa. Margaretha pun senang, kalau Nisa rutin minum ‘vitamin’ pemberiannya. Terus wanita yang pernah berprofesi sebagai dokter itu, mengingatkan Nisa pentingnya ‘vitamin’ pemberiannya. Nisa pun berjanji untuk rutin meminumnya, tanpa ia ketahui khasiat asli dari ‘vitamin’ itu.

*Tok Tok Tok Tok Tok. Ketuk Margaretha di pintu rumah Ernie.

Nisa dengan bersabar menunggu di belakang Margaretha, menanti tetangga yang akan berkenalan dengannya. Selang beberapa menit berlalu, tidak ada jawaban dari dalam. Lantas Margaretha kembali mengetuk, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

*DOK DOK DOK DOK DOK.

‘Hmmm…kemana ya bu Ernie…lama sekali’ batin Nisa bertanya-tanya.

*DOK DOK DOK DOK DOK.

Selagi menunggu sang pemilik rumah untuk menyambut mereka, Nisa bisa merasakan tubuhnya memanas. Dan kemaluannya terasa mulai gatal. Kedua payudara mulai mengeras. Juga putingnya yang perlahan berdiri.

‘Astagfirullah…kumat lagihhhhh….normal sih normal, tapi masa tiap hari kayak ginihhh….’.

‘Mana lagi mau bertamu pula….haduhhh…..’ dumel Nisa dalam hati.

Dirinya berharap bisa menahannya. Tanpa dilihat Margaretha, perlahan Nisa menggesekan kedua pahanya, mencoba untuk menghilangkan rasa gatal di selangkangannya. Beruntung dia memakai gamis yang cukup lebar, jadi gerakan kakinya tidak begitu kelihatan.

Berselang beberapa menit kemudian, barulah terdengar gemuruh dari dalam rumah. *Cleck. Hingga akhirnya terbukakah pintu rumah yang mereka kunjungi. Nisa sedikit terlonjak dari tempat dia berdiri, saat melihat sosok yang muncul menyambut mereka.

“Bener kamu toh Marrrr….kukira siapa….lupa kalau kamu mau ke rumah” sambut wanita berambut pendek sebahu itu.

‘Astagfirullah…yaaa….Allahhh….i-ituuuu’.

Nisa terkejut bukan main, ketika melihat sosok wanita yang muncul dari dalam itu, yang tentu adalah Ernie.

‘Ma-masa iya sih nggak pake?!’.

Yang membuat Nisa terkejut adalah dibalik sports Bra yang dipakai Ernie, tercetak jelas kedua puting susunya yang keras. Terlebihnya wanita yang terlihat berkeringat itu memiliki aset buah dada yang membagongkan di mata Nisa. Ukurannya besar sekali, apalagi itu wanita itu memakai semacam sports bra yang ukurannya terlalu kecil, tatkala membuat dadanya semakin membusung berani menggairahkan.
Ia pikir dirinya sebagai wanita saja terkagum-kagum dengan buah dada Ernie, apalagi para laki-laki. Dirinya yang seorang wanita saja terkagum-kagum, juga iri. Selain itu Nisa menilai kalau Ernie memiliki body yang sangat bagus dan seksi. Pantatnya yang terbalut legging terlihat montok dan sekal. Tampaknya dia rajin merawat diri pikir Nisa.

‘Ibu Ernie ini seksi banget… padahal sudah berumur. Terus berani banget, keluar rumah nggak pakai BH?! Waduh?! Mas Alif pasti jelalatan nih kalau liat si ibu ini…’ batin Nisa.

“Lama amat sih Errrrr….” tukas Margaretha.

“Hehehe…. Aku lagi sibuk di dalem Mar, ya…. kamu tahulahhh….sibuk olahraga…makanya, nih aku keringatan kan….hehehe…..” ujar Ernie, lalu tersenyum penuh arti kepada Margaretha.

“Pantes lama….dasar…Hihihihi….” tawa Margaretha yang mengerti maksudnya.

‘Ohhh… ibu Ernie lagi olahraga toh, sampe keringetan gitu. Pantes pake baju olahraga…pantes juga badannya bagus….’ batin Nisa.

‘Tapi kenapa nggak pakai BH coba?! Ada-ada saja tetanggaku yang satu ini…’ lanjut Nisa keherenan dalam batinnya.

Ernie dan Margaretha lekas berpelukan sekaligus cipika cipiki, sedangkan Nisa masih diam mematung bersabar, menunggu diperkenalkan oleh Margaretha. Nisa perhatikan kalau payudara besar Ernie menggencet kepunyaan Margaretha yang cukup besar juga. Cipika cipiki mereka diakhiri kecupan singkat di bibir. Nisa terperangah melihatnya, sepertinya kedua cukup dekat pikirnya.

“Eh?! Haloooo…kamu Nisa yaaaa….” sapa Ernie menyadari keberadaan Nisa di belakang Margaretha.

“Eh, i-iya saya Nisa bu, penghuni baru di sebelah rumah ibu”. Mata Nisa berusaha untuk tidak melihat ke arah dada Ernie yang mencuat. Bongkahan itu seperti memiliki daya magnet. Keduanya pun berjabat tangan dengan ramahnya. Nisa bisa merasakan tangan Ernie agak lengket, tapi ia coba hiraukan.

“Aduhhhh… jangan panggil saya ibu…. Panggil aja mbak atau jeng ya…saya belum tua-tua amat kok hihihi….” pinta Ernie dengan nada bercanda.

“Ehhh… i-iya bu. Eh?! mbak maksud saya. Mbak Ernie”.

Tiba-tiba sebuah tangan putih hinggap di dada kiri Ernie, dan meremasnya kuat. Siapa lagi kalau bukan tangan milik Margaretha. Nisa terkejut dengan perlakukan dokternya kepada tetangganya yang baru saja ia kenal.

“Eh?! Aduh kamu dateng-dateng main remes aja sih?! Hihihi….” omel Ernie. Nisa menangkap tidak ada kemarahan dari tetangganya itu. Dia berpikir candaan tadi sudah lumrah di antara mereka.

“Gemes banget aku sama toket kamu Er!” seru Margaretha yang masih meremas-remas dada Ernie.

Melihat seorang wanita meremas payudara wanita lain, membuat, Nisa tidak nyaman. Sesaat ia melihat wajah Margaretha. Sekilas Margaretha yang masih meremas dada tetangganya itu tersenyum aneh kepadanya.

“Yuk ah, kita ngobrol-ngobrol di dalam aja” ajak Ernie sesudah menepis tangan Margaretha. Margaretha dan Nisa pun mengiyakan, lalu mengikuti Ernie masuk ke dalam. Saat Ernie membelakangi, Nisa perhatikan betapa seksinya wanita itu.

‘Mungkin kapan-kapan aku bisa tanya-tanya biar badan bagus gitu kali ya…biar mas Alif makin seneng….’.

Ketiganya pun terduduk di sofa yang berada di ruang tamu. Sebagai tuan rumah, tidak lupa Ernie hidangkan cemilan-cemilan serta teh hangat untuk tamu-tamunya.

“Oh iya Er…, katanya kemarin kamu main-main ke tempat temen kamu itu ya?".

"Iya Mar, kenapa memangnya?” tanya balik Ernie dengan nada penuh arti.

Paham tetangganya itu penasaran dengan apa yang terjadi, waktu dirinya berkunjung ke rumah temannya yang bernama Uli itu.

"Seru nggak disana?” tanya lagi Margaretha.

"Serulah Mar! Gede banget Mar, jago juga lagi mainnya! Duhhh… hebat deh pokoknya. Aku sama Farah saja sampai kewalahan lho… pokoknya aku puashhhhh…hihihi…” ujar Ernie dengan semangatnya.

“Duh aku jadi penasaran, bawa kesini dong Er! Atau at least ajak aku kesana” pinta Margaretha yang iri. (Setidaknya)

“Nah itu masalahnya Mar…. nggak dibolehin. Padahal si Ella, udah ngebet pengen icip-icip juga…".

Nisa yang tidak mengerti dengan pembicaraan mereka cuma bisa menyimak saja. Walau dia menduga obrolan mereka seperti berbau seksual. Awalnya dia sempat beranggapan para wanita-wanita di depannya membicarakan seorang brondong. Tapi dia tepis anggapan itu karena Ernie menyinggung nama putrinya sendiri yang bernama Ella itu. Lantas dia semakin tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh kedua wanita yang lebih tua darinya. Dia ingin bertanya tapi sungkan, makanya dia diam saja, sambil menunggu diajak bicara.

Sementara Margaretha dan Ernie terus mengobrol, Nisa terdiam, sembari menahan birahi yang menanjak naik. Pahanya saling menggesek, untuk menghilangkan rasa gatal di vaginannya. Dirinya juga sesekali menyeruput teh panas pemberian Ernie, sambil mencoba mengartikan obrolan para tetangganya, juga bertujuan meredam birahinya.

“Ahhhhhh….ahhhhhh!”.

Tiba-tiba ada suara-suara samar layaknya wanita yang sedang mendesah panjang. Dan terdengar oleh Nisa hingga membuat wanita hamil muda itu terkejut.

‘Ehhhh….suara apaan itu? Kayak ada suara cewek teriak tadi…tapi… apa aku salah denger ya….Ci Mar sama Mbak Ernie kayak biasa aja…’.

Margaretha menyadari Nisa yang bingung dengan suara desahan tadi. Dia tersenyum dalam hati saat melihat wanita yang sedang hamil itu celingak-celinguk gelisah. Tentu wanita yang berprofesi dokter itu tahu asal-usul suara perempuan yang terdengar samar itu.

“Jadi kamu gimana mbak Nisa? Sudah kerasan tinggal disini?” tanya Ernie tiba-tiba, membuyarkan lamunan Nisa yang sedang mencari tahu asal suara tersebut.

“Hehehe… sudah kok mbak Ernie. Disini nyaman banget…meski suami saya jadi jauh ke kantornya, tapi nggak apa-apa, yang penting kita nya nyaman”.

“Baguslah kalau begitu mbak Nisa…”.

“Tunggu beberapa waktu lagi ya mbak….kamu pasti semakin betah disini….” lanjut Ernie.

“Ng?” gumam Nisa tak mengerti.

“Semakin keenakan juga kan ya mbak Er….” timbal Margaretha, ditambah senyuman misterius.

“Bener Mar, pasti nanti mbak Nisa semakin keenakan tinggal disini….” setuju Ernie.

Lalu keduanya tersenyum penuh arti kepada Nisa. Membuat wanita yang tengah hamil itu kikuk disenyumin seperti itu. Nisa tidak mengerti maksud dari Ernie dan Margaretha.

‘Keenakan? Apa maksudnya? Memang ada apa di townhouse ini sampai aku keenakan…’.

Tidak mengerti juga, dia pun bertanya “Maksudnya gimana mbak?”.

*Cleck. Belum Nisa sempat mendapatkan jawaban dari tetangganya, sebuah pintu dari salah satu kamar di rumah Ernie terbuka, menyita perhatian ketiga wanita tersebut. Alhasil ketiganya menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar.

Sosok pria berkulit hitam, berpostur besar, tinggi dan kekar berotot keluar dari kamar tersebut. Berjalan keluar, sambil menenteng sebuah baju security. Laki-laki itu hanya mengenakan singlet yang sudah basah dengan keringat serta celana berbahan kain hitam khas security.

Nisa tertegun melihat siapa sosok itu, tapi tidak dengan Margaretha dan Ernie. Mereka sudah mengerti apa yang telah terjadi. Hal lumrah, yang sudah sering terjadi di townhouse mereka.

“Eee?! Ada ibu-ibu lagi ngerumpi nih hehehe…” cengenges pria hitam sadar ada ketiga wanita yang memperhatikan dirinya. Orang itu tidak lain adalah Amos sang penjaga townhouse tempat mereka tinggal. Selain tugas berjaga, para penjaga townhouse memiliki tugas ‘khusus’.

Anis terperangah melihat pria itu. Terperangah? Lebih tepatnya terkagum dengan sosok pria tersebut. Otot lengan yang kekar, menggugah hati betina kecil Nisa. Tampak sangat gagah menawan di matanya. Tanpa disadari Nisa membandingkan lengan pria itu dengan lengan suaminya, yang lembek penuh lemak. Untuk kesekian kalinya ia terkagum, dia merasakan desiran dalam tubuhnya. Menambah birahi yang sedang berkumpul.

Matanya perlahan turun, menyisiri tubuh Amos. Dan dirinya terpaku kepada jendolan besar seperti pipa di selangkangan Amos. Jendolan besar yang sejatinya terlihat jelas begitu kentara. Tanpa disadari, ia menggigit kecil bibirnya. Tanpa bisa melawan, nafsunya turut meninggi.

“Sudah selesai Mos?” tanya Ernie kepada Amos.

“Sudah bu Ernie, tuh anaknya ibu sudah tepar di dalem…puas katanya…hehehe…” tawa Amos.

‘Puas? Pak Amos habis ngapain sama anaknya Mbak Er di kamar itu…..’ batin Nisa bertanya-tanya.

“Hihihi….bagus-bagus…makasih ya Mos”.
“Sama-sama bu. Eh?! Tapi Ibu Ernie nggak mau lanjut kah? Kan ibu belum ‘itu’ kan?” tanya Amos terselubung.

“Saya nanti aja Mos, saya lagi ada tamu ini…” jawab Ernie enteng.

“Kalau begitu, saya kembali ke pos jaga dulu ya Bu. Mari Ibu-ibu, saya permisi” pamit Amos sopan. Sambil berjalan keluar pria itu tersenyum kepada Nisa. Wanita hamil itu pun dibuat salah tingkah olehnya.

Nisa yang penasaran dengan apa yang telah pria itu lakukan, lantas bertanya “Maaf mbak Ernie, kalau saya boleh tahu Pak Amos habis ngapain dari kamar anaknya ibu….”.

“Ohhhh…si Amos habis…habis….Bantuin si Ella olahraga….hihihi….” jawab Ernie, diikuti dengan tawa kecil yang aneh. Margaretha pun ikut tertawa juga.

‘Olahraga apaan ya? Dan kenapa mereka berdua malah tertawa pula, aneh banget sihhhh…’ heran Nisa dalam hatinya.

“Memangnya Pak Amos bisa bantu olahraga bu?" tanyanya lagi.

“Bisalah mbak, sudah sering malah….. tuh buktinya body-nya pak Amos bagus banget, sixpack, gagah, kuat lagi!".

"Tahan lama juga Er!" tambah Margaretha.

“Maksudnya tahan lama?” tanya Nisa.

“Stamina si Amos bagus maksud aku Nis” ujar Margaretha menjelaskan.

“Bener banget Mar, sampe saya nggak kuat ngadepinnya”.

Nisa begitu penasaran. “Memangnya olahraganya apa bu?”.

“Ya macem-macem sih Nis, bisa segala posisi juga, angkat beban dan segala macem. Ya pokoknya bisa apa aja deh si Amos mah….” jawab Ernie terselubung.

Wanita hamil itu tidak mengetahui, kalau saat ini, di balik kamar tempat Amos keluar tadi, ada seorang wanita belia terkapar lemas tanpa lagi ada tenaga di atas kasur yang empuk namun spreinya sudah acak-acakan dan basah. Dari liang cinta si gadis yang menganga lebar itu, terlihat cairan putih pekat kental mengalir keluar dengan derasnya, hingga menggenang di kasurnya. Dan di wajah wanita muda itu, terukir wajah yang penuh puas.




Beberapa Waktu Yang Lalu - Pagi Hari

Ernie yang telah bangun, hendak melakukan olahraga pagi. Wanita itu sudah siap dengan berpakain sports bra serta legging ketat yang menampilkan lekukan yang indah Dan dibalik pakaian itu, tidak ada dalaman yang terpakai. Sehingga puting susu dan belahan vagina tembamnya tercetak jelas.

“Ellaaa…bangun sudah pagi…..mentang-mentang lagi libur sekolah, kamu malah bangun siang terus deh…” panggil Ernie membangunkan anaknya dari luar kamar.

Tapi bukannya suara anaknya yang menyahut, dirinya malah mendengar suara hisapan yang basah dari dalam kamar. Dia tahu itu suara apa.

“Duh, ni anak pagi-pagi sudah nyepong aja deh!” dumel Ernie.

Dia putar gagang pintu kamar anaknya. *Clek

Matanya langsung disuguhkan pemandangan yang sangat panas dan menggairahkan. Seorang gadis berpiyama serta berambut panjang, sedang bersimpuh dihadapan pria berkulit hitam. Kepalanya maju mundur, dengan mulutnya penuh dengan kemaluan pria yang hitam besar dan panjang. Hanya seperempat bagian batang yang bisa masuk mulut mungilnya.

*Slurph…Slurph…Slurph……Ahhh…Cuphhh…Cuphhh…Slurph….Slurph….

Ernie sekarang sedang memandangi anaknya yang sedang mengisap kontol salah satu penjaga townhouse tempat mereka tinggal. Dan terlalu fokus melihat anaknya, dia baru sadar kalau yang dihisap kontolnya adalah Amos.

“Lho Amos?!”.

“Eh ada Bu Ernie, Pagi Bu…” sapa Amos.

“Pagi mahhh….Happ…Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…”. Giliran Ella menyapa ibunya, lalu segera kembali menyepong petungan hitam berurat di depannya.

“Ella… Ella…anak mama yang satu ini pagi-pagi sudah nyepong aja sih, nakal deh kamu” tegurnya kepada Ella. Tentu tidak ada kemarahan darinya, hanya heran.

Senyuman nakal tersungging di wajah Ella, meski mulutnya masih penuh. Dia tidak ingin membuang waktu sia-sia, dengan kontol Amos berada di luar mulutnya. Didalam mulutnya yang hangat, lidah mungilnya membelai-belai lembut batang panas Amos.

“Sepongan Neng Ella enak banget, nggak kalah sama mamanya” puji Amos jujur.

Mendengar pujian ke Ella, membuat Ernie sebagai orang tua senang dan bangga. Tentu saja, karena selain itu, ialah yang mengajari anaknya melayani pria menggunakan mulut mungilnya. Lebih dari itu, dialah yang mengenalkan dunia lendir penuh kenikmatan kepada Ella. Begitu juga dengan putranya, Erick.

Ia perhatikan kepala penis yang hilang timbul dari mulut anak gadisnya tercinta. Melihat putrinya menikmati penuh tombak pusaka Amos, membuatnya turut tergiur untuk merasakannya juga. Birahinya pun sudah naik. Sepertinya pagi ini akan diawali, dengan ‘olahraga’ panas pikirnya.

“Puahhha….Hufff…gede banget, sampe pegel mulutku”. Ella mengeluarkan kontol Amos dari mulutnya, dan memandangnya dengan tatapan lapar.

“Mahhhh…, kontol Bang Amos mantep banget sih!” seru Ella sambil menggoyangkan benda keras itu kesana-kemari. Juga menampar-namparkan ke wajah manisnya. *Puk Puk Puk Puk. Wajahnya menjadi basah dengan liurnya sendiri serta precum Amos.

“Iya sayang, kamu memang benar!” setuju Ernie.

Sambil memegang batangnya yang tak bisa ia pegang sepenuhnya, Ella menoleh ibunya yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.

“Mama mau inihhh….” lirih Ella menawarkan penis besar Amos kepada ibunya.

Gadis itu goyang-goyangkan penis Amos yang basah dengan liurnya, menggoda nafsu wanita yang melahirkanku ke dunia. Ia julurkan lidahnya keluar, menjilati batang penis Amos layak es krim yang lezat. Sengaja ia lakukan, untuk memancing ibunya agar mau mencicipi ‘es krim’ Amos juga.

“Ibu Ernie nggak usah sungkan sama saya… Hehehe…” kata Amos.

Sedari tadi sudah terangsang dan tidak tahan untuk merasakan nikmatnya batang penis yang sedang di pegang anaknya sekarang, ia berjalan mendekat mereka. Dan bersimpuh di samping anaknya.ya. Ia pun langsung mencium moncong penis yang terselimuti pre-cum. Saat ia menarik kepalanya, benang saliva campur precum tercipta dari bibir seksinya ke kepala kontol Amos, lalu terputus kala terlalu jauh. Benar-benar pemandangan yang menggugah birahi.

“Mama beneran batal olahraga, malah jadinya olahraga birahi ini….” ujar Ernie, tersenyum binal kepada Ella, lalu ke Amos.

“Enakan juga olahraga birahi bu…” timpal Amos.

“Nih mah…”. Ella menyodorkan kontol Amos kepada ibunya.

Ernie pun menerimanya dengan suka cita, dan langsung melahapnya. Siapa yang akan menyangka seorang anak perempuan akan memberikan ibu kandung sebuah penis keras untuk dipakai dan dinikmati.

“Punya kamu enak dan hebat Mos….besar, panjang dan keras pula” puji Ernie, seraya lidah mengusap-usap lembut kepala penis yang mengkilap basah.

Selagi sang ibu menjilati dan menghisap kepala penis sang pria, sang anak silih berganti menjilati batang berurat yang tidak masuk kedalam mulut ibunya. Kantung zakar berisikan peju pun tidak lupa dari usapan basah dari lidah mungil Ella. Ibu dan anak itu bekerja sama memanjakan Amos.

“Kontol bang Amos hebat banget sih…. Besar, panjang, dan kerasssss! Berotot banget deh pokoknya, kaya orangnya” puji Ella di sela-sela menjilati.

“Ehmmm…” gumam Ernie, setuju dengan ucapan anaknya.

Amos meringis kegelian dan keenakan oleh perbuatan pasangan ibu dan anak itu. Dan sudah pasti ia senang sekali mendengar pujian atas kemaluannya. Dan betapa beruntungnya dirinya, seorang penjaga tua menikmati layanan dari kedua wanita yang status sosial jauh diatasnya.

Di kamar si gadis, Ibu dan anak itu, menservice kejantanan berkulup Amos yang perkasa. Sang ibu berada di sebelah kanan dan sang anak berada di sisi kiri. Keduanya menjilati, menciumi penuh nafsu batang berurat Amos. Sudah sering kali mereka merasakan kemaluan Amos di seluruh lubang yang mereka miliki.

Keduanya juga bergantian memainkan kulup tebal di ujung penis Amos. Lidah mereka terkadang menyelip masuk ke dalam kulupnya. Masing-masing satu tangan mereka sudah berada di balik celana. Memainkan vagina mereka yang sudah basah karena rangsangan yang dahsyat cuma dari menghisap penis Amos.

“Cuph…Cuph…Cuph…Cuph…”. Bertubi-tubi ciuman mesra basah diberikan kepada batang penis.

Tidak tahan untuk bersetubuh, Ella menarik kemaluan Petrus dari tangan mamanya, lalu mengocoknya lembut. “Ngentot yuk bang, memek Ella sudah gatel banget nih…”

“Ellaaaa…., Mama dulu ya sayang….” pinta Ernie seraya mencoba mengambil alih penis Amos dari anak perempuannya.

“Ihhh…. Mama gitu deh….kan aku duluan tadi….lagipula kan mama kemarin sudah pergi ke rumahnya Tante Uli…” protes Ella sambil terus meremas-remas zakar besar Amos, yang penuh dengan sperma kental.

Tangan mungilnya bergantian antara meremas kantung kehidupan dan mengurut batang penis Amos. Kulitnya yang putih terlihat sangat kontras dengan warna kulit penis Amos yang hitam.

“Sudah deh nurut sama mama ya nak, mama lagi pengen kontol Amos banget sayang” mohon sang ibu.

Ella merengut karena permintaan ibu kandungnya. “Uhhhh… mama curang!”.

“Atau kamu mama hukum, nanti kamu nggak boleh ngentot lagi sama bang Amos ….”.

Amos tersenyum melihat ibu dan anak ini rebutan giliran ngentot dengannya. Dirinya benar-benar terasa di surga, kontol berkulup besarnya diperebutkan wanita-wanita cantik.

“Ahhhh….mamahhhhh….Iya-iyaaa deh… Ella ngalah sama mama. Huh!”. Ella cemberut karena ancaman ibunya. Namun perempuan muda itu masih menggenggam erat pangkal batang penis Amos. Enggan melepaskannya.

“Hehehe….Sabar neng Ella, nanti juga Abang entot….” ujar Petrus sambil mengambil kemaluan dari jari-jari mungil Ella. Lalu menampar bibir tebal Ella dengan kontolnya yang sudah mengkilap basah dengan liur ibu dan anak itu.

*Puk Puk Puk Puk Puk

“Nanti entotin Ella yang enak ya bang” minta sang gadis, sambil pasrah, wajahnya ditepuk-tepuk oleh batang keras berurat.

“Pasti dong Neng. Kan Abang kemarin janji bakal bikin neng Ella tepar, masa lupa sih?”. Amos menyeringai lebar kepada Ella.

“Ehhhh… iya ya…aduh mampus deh Ella…”. Ella bergidik ngeri, namun di saat bersamaan juga sudah tidak sabar untuk disenggamai penuh nikmat oleh Amos. Terbayang memek pink mungilnya diterobos batang hitam besar berurat milik Amos.

“Hihihi…Ella jadi nggak sabar….nih deh mah“ pasrah Ella merelakan batang penis Amos kepada sang ibu.

“Makasih ya sayang….dan kamu Amos….saatnya kamu ngontolin saya”.

“Siap bu!”.

Ernie meraih kontol Amos dan mengulumnya sesaat. Lalu ia berdiri, membelakangi Amos. Dengan berlenggak-lenggok binal, perlahan ia turunkan legging ketatnya, sambil terus bergoyang sensual memancing nafsu. Tanpa memakai celana dalam, pantat ketatnya langsung terpampang.

Amos menelan ludahnya dalam-dalam. Setelah terakhir bersanggama dengan para ART dari Margaretha, sekarang saatnya ia cicipi tubuh majikannya yang high-class. Kontol semakin ereksi dengan gagah perkasa. Pre-cum penisnya semakin mengalir banyak, sampai menetes ke lantai.

Sedangkan Ella, dengan rasa kecewa, naik ke tempat tidurnya sendiri. Lalu bersandar kepada kepala kasur, dengan kaki selonjoran lurus. Ia perhatikan sikap binal ibunya menggoda penjaga townhouse itu. Melihat tingkah ibunya yang menggoda penjaga townhouse mereka, malah membuat gadis berumur itu 18 tahun bergairah tinggi. Tampaknya ia akan memuaskan dirinya seraya melihat orang yang melahirkannya disetubuhi oleh security townhouse.

Ernie menungging dengan kedua tangannya bertumpu pada kasur. Menyodorkan pantat seksinya kepada Amos. Bagai binatang dipancing daging, Amos segera menghunuskan pedangnya tanpa permisi. Kepala jamurnya langsung mendobrak paksa pertahanan liang cinta Ernie.*Slebh.

“Akhhhh… Anjingggg! Pelannnhhh Amossss….Gede bangetttt! Nghhhh! Ahhhhhh…..bangsathhh!” teriak Ernie kesakitan.

Meski kemaluannya sudah becek, tapi karena ukuran genital Amos yang diluar nalar, membuat Ernie menjadi penuh sesak, tanpa meninggalkan celah sedikit pun. Liang peranakannya dipaksa melebar untuk menyesuaikan dengan ketebalan penis berurat Amos. Terus Amos mendorong masuk penisnya hingga ujungnya menubruk pintu rahim Ernie.

“Sakithhh…Mossss…Adduhhh….”.

“Hehehe…Maaf bu Ernie… habis saya digodain sih…”

“Hh…hh…Amos! Kontol kamu tuh gede banget tau! Raksasa! Pelan-pelan napa!” omel Ernie.

“Hakhakhak….”.

“Tawa lagi?! Sudah ah, ayo genjotin saya!” suruh Ernie tak sabar. Meski sakit, tapi rasa panas dan gatal liang senggamanya perlu dihilangkan segera.

“Siap Bu! Nih rasain kontol besar saya!”. Amos langsung tancap gas, membombardir liang cinta Ernie yang masih sempit walau sudah dilalui 2 anak. Panggul hitamnya maju mundur menghantam pantat semok Ernie.

*Plok…Plok…Plok…Plok…Plok…

“Ahhh….Ahhh….Ahhh….gedenyaaaaa! Entot saya Amoshhhh….” racau Ernie.

Disampingnya, putrinya sudah bersandar, dengan nafas memburu. Kancing baju piyamanya sudah terbuka, menampakan sepasang payudara mungil serta ujung puting pink yang sudah tegak mancung. Dan celana piyamanya sudah turun sampai lutut. Gadis cantik itu mengusap memek mungilnya yang sudah becek.

Bukan pertama kali baginya, melihat orang yang telah melahirkannya berbuat gila dihadapannya. Sedari kecil, dia sudah melihat tempat kelahirannya diisi berbagai bentuk kontol. Termasuk miliknya kakaknya sendiri, Erick. Sayangnya sang kakak pergi bekerja, kalau tidak ia akan mengajak bersenggama pikirnya.

Sadar diperhatikan oleh anaknya yang sedang masturbasi, Ernie punya ide untuk menjahili putrinya.

“Ahhhhh…Ellahhh….Kamu tahu sayanggghhh? Punyanya anak Tante Uli hampir sebesar Amossss Lhoooo…. Sudah gitu ganteng lagi anaknya hihihi….Nhghhhh….terus Mossshhh….” ujar Ernie, memanas-manasi anaknya.

“Iiiikkkhhh… Mamaaaa! Bikin Ella tambah pengen aja deh….” gerutu Ella.

Dirinya semakin iri dan penasaran dibuatnya oleh ibunya. Seringkali ibunya menceritakan kegilaannya di rumah temannya yang bernama Uli, seorang instruktur yoga dan pilates. Bagaimana anak dari Uli yang bernama Adit itu, mempecundangi ibunya beserta temannya yang lain, yang merupakan seorang ustadzah.

Ernie tertawa melihat anak ngedumel, lalu kembali mendesah-desah jalang, menikmati hujaman-hujaman mantap Amos.

Melihat ibunya mendesah jalang, Ella terpikir untuk meminta bantuan ibunya. Lalu dia beranjak dari sandaran di kepala kasurnya, berpindah ke hadapan ibunya yang sedang menungging di pinggiran kasurnya. Dia kangkangkan kedua kakinya, mempersembahkan vaginanya kepada orang yang telah melahirkan 18 tahun lalu itu.

“Mah, daripada mulut mama nganggur, mending jilatin memeknya Ella….” pinta Ella, seraya menyibak vagina pink mungilnya yang lengket dan basah di hadapan ibu kandungnya.

Melihat kemaluan pink putrinya yang menggiurkan, mulutnya menjadi lapar. Ia tarik kedua paha Ella, agar semakin dekat dengan dirinya. Lalu kepalanya merangsek ke antara pangkal kaki anaknya, dan melahap buas memek kecil anaknya.

*Slruphhh…Slruphhh…Slruphhh…Slruphhh…

“Ahhhh….Mamahhhh….mahhhh! Yeshhhhh…ahhhh…sedotthh memek Ellahhhh…”. Elle terpekik manja kala merasakan ibu menyedot-nyedot kemaluan. Sembari menikmati mulut ibunya, gadis muda itu meremas-remas buah dadanya yang tidak seberapa.

Di belakang Ernie, Amos tidak mengendurkan gempuran penisnya. Alhasil Ernie mendesah-desah di tengah-tengah mengerjai memek putrinya.

“Nggak ibu, nggak anak sudah kayak lonte haus seks ajahhhh…hakhakhak….” ejek Amos melihat aksi ibu dan anak yang gila akan kenikmatan duniawi.

Pria perkasa berperangai sangar itu mengarahkan satu tangannya ke payudara Ernie yang menggantung di balik sports bra sempit. Ia bisa rasakan puting keras menusuk, menembusi bahan sports bra yang dipakai Ernie. Lantas ia pelintir sampai Ernie terpekik manja.

“Ookhhhh….remas susu saya Mos, remas!”.

Ernie singkap sports branya, dua gunung kembar idaman para pria pun jatuh menggantung dengan indahnya. Amos langsung menangkap dengan kedua buah dada Ernie, ia mainkan kasar.

“Toket ibu memang paling mantap!”.

Dari antara wanita yang tinggal di townhouse payudara milik Ernie lah yang paling besar menggiurkan. Dan walau sudah berkepala 4, namun karena pandai merawat diri serta olahraga, benda kenyal miliknya tetap terjaga dengan indah.

Terus Amos memompa keluar masuk batang penisnya, ke relung basah nan sempit. Ernie dengan susah payah menyayangi memek Ella, sambil terus mendesah keenakan. Gempuran demi gempuran mendesak liang cintanya, mengirimkan kenikmatan ke seluruh sarah di tubuhnya. Terlalu enak rasanya bersetubuh dengan orang yang status sosial di bawahnya, sampai tidak lama kemudian, puncak kenikmatan segera diraih olehnya.

“Mosssshh….dikithhhh lagiiii! Amosshhhh….terushhhh…entotttttt..sayahhh!” erang Ernie. Ia tak lagi menjilati memek Ella, dirinya berusaha mengejar klimaks yang segera tiba.

Karena ibunya tak lagi bisa ngerjain bagian intimnya, dengan liarnya ia mengusap vagina basahnya. Lalu muncul ide nakal ketika ia melihat wajah ibu kandungnya di ambang batas pucuk kenikmatan. Dengan gilanya, Ella angkat tubuhnya dari berbaring, lalu mendorong maju tubuhnya, hingga vagina basahnya menyentuh wajah ibunya.

Ernie yang berada di ujung tanduk, hanya bisa pasrah kala putri kandung menggesekan memeknya di wajahnya. Cairan vagina putrinya yang lengket terpeper di wajahnya, dan dia mencium baunya kemaluan anaknya yang bersih dan wangi. Hidung mancung membelah bibir vagina Ella mungil. Klitoris Ella pun sering tersenggol oleh hidung ibunya.

Ella begitu beringas, mengayunkan tubuhnya naik turun. Menggesekan vaginanya di wajah ibunya. Benar-benar anak yang binal, sekaligus durhaka. Namun Ernie tidak marah. Apapun akan dia lakukan untuk kenikmatan sang putri. Ella pun juga akan meraih orgasmenya.

“Aku juga mah, akuuuu… jugahhhh…. dikithhh lagihhhh…” erang Ella tak kalah hebatnya. Seperti ibunya, gadis bertinggikan 160 cm itu segera meraih orgasmenya.

Akhirnya Ibu dan anak itu meraih orgasme bersamaan.

“Amoshhhh…sayahhh dapettttt….aduhhhh…Ahhhhh! Okhhhhh….” erang Ernie orgasme dengan hebatnya. Tubuhnya yang seksi, bergetar-getar.

Amos menghentikan genjotannya, membiarkan salah satu pemilik townhouse itu menikmati puncak seksual. Ia bisa rasakan remasan kuat serta semburan cairan hangat di liang cinta Ernie saat orgasme. Ia dan penis besarnya menikmati sensasi itu.

“Akuuuu….jugaaaaa…akkuhhhh….jugahhhhhh…..Mahhhhhh….Mamahhhhhh….Ellahhhhhh….Ahhhh”. Ella juga orgasme seraya memanggil ibunya.

Ibu dan anak itu meraih puncak kenikmatan duniawi bersamaan. Vagina sempit Ella telak menyemprotkan cairan cintanya ke wajah ibunya. Berkali dari celah kecil, cairan bening terlontar menghantam wajah cantik Ernie. Jika dulu waktu bayi, Ella sering memuntahkan ibunya, sekarang ia memuncratkan cairan orgasmenya ke ibunya.

Peluh keringat basah sudah membasahi tiga insan yang sedang dimabuk birahi itu. Ella menghempaskan tubuh mudahnya di atas ranjang.

“Hh…hh…hh…mulut mama enak banget….” puji Ella ditengah nafasnya yang tersengal-sengal.

“Hihihi… memek kamu juga enak. Tapi kamu nakal ya! Gesekin muka mama pake memek kamu ini” omel Ernie seraya menepuk-nepuk pelan kemaluan anaknya yang sudah merekah basah.

*Puk Puk Puk Puk.

“Uhhhh….Dasar memek bandel!”. Terus Ernie menepuk-nepuk gemas kemaluan anaknya.

*Puk Puk Puk Puk.

"Terus muka mama juga dimuncratin sama kamu lagi. Dasar anak durhaka!”.

"Hihihihi…". Ella hanya tertawa kecil melihat ibunya yang ngedumel karena perbuatannya.

Ella beranjak dari baringnya, ia mencium ibunya dalam-dalam penuh kelembutan, juga nafsu. Ernie pun membalasnya cumbuan anak perempuannya. Mereka pun mengadu lidah. Milik Ella yang mungil mencoba bertarung dengan milik ibunya yang lebih berpengalaman. Saking panasnya, sekitar mulut mereka menjadi basah. Ella pun turut menjilati wajah ibunya, membersihkan cairan cintanya.

“Hmphhh….Slurphhh….Hmphhh….Ahhhh….”.

Amos hanya bisa perhatikan ibu dan anak itu bercumbu dengan panasnya. Penis tidak disunatnya masih tertancap sempurna dalam vagina Ernie. Tentu nafsunya belum surut.

“Puahhh…bang Amos, giliran Ella sekarang…”. Ella terlentang tubuhnya dikasur, ia posisikan pantat mungilnya berada di ujung kasurnya.

“Iya-iya…sini abang entot kamu”.

“Nghhhh! Uhhh….” Ernie melenguh, saat penis Amos terlepas dari vaginanya. Sesaat vaginanya terasa hampa, kosong melompong, ditinggal daging hidup yang besar dan berurat-urat.

Ernie langsung menyingkir, memberikan kesempatan untuk Amos menyenggamai anaknya. Dia naik ke kasur dan berbaring di sebelah anaknya.

“Memek mungil kamu siap dientot kontol gede Amos sayang?” ucap Ernie penuh keibuan, seraya menyingkap rambut Ella, lalu mengelus kepalanya.

Sikapnya bak seorang ibu yang mengantar putra-putrinya untuk lomba. Tapi bukannya untuk lomba, tapi malah mengantarkan putrinya untuk bersetubuh panas dengan lelaki berstatus sosial dibawah mereka.

“Ella siap mah….memek Ella sudah pengen banget”.

“Tolong masukin mah…” mohon Ella kepada ibunya.

Wajah gadis yang belum lama merayakan ulang tahun ke-18 itu, terlihat penuh dengan nafsu hewaniah yang harus segera dituntaskan. Walau sudah orgasme satu kali, tapi dirinya belum puas kalau belum terkencing-kencing karena di sodok kontol besar Amos. Itulah yang ditunggu-tunggu olehnya sejak kemarin.

Ernie memberikan senyuman hangat kepada putri satu-satunya, ia raih kontol Amos yang masih keras sempurna, serta masih basah dengan cairan orgasmenya sendiri. Ia tarik kemaluan keras dan besar yang siap tempur itu ke arah celah basah anaknya, yang siap diterobos.

“Nghhh…”. Ella terlonjak dalam baringnya saat kepala penis Amos yang kulupnya sudah tertarik ke belakang sepenuhnya itu menyentuh mulut vaginannya. Gadis itu bisa rasakan betapa keras kepala penis yang bertengger di depan gerbang kenikmatannya. Bibir vaginanya yang pink itu tergesek-gesek oleh moncongnya Amos.

*Cuhh. Ernie turut meludahi permukaan vagina Ella. Lantas ia ratakan ludahnya di area lubang cinta anaknya.

“Ishhhh….mamahhhh…bangggg Amosss…..masukinhhh….” mohon Ella tidak tahan.

“Masukin apa sih sayang?” goda Ernie.

“Kontolnya bang Amos Maahhh….” rengek si anak, layaknya minta dibelikan mainan.

“Mos tuhhh…., anak saya minta dikontolin sama kamu….”.

Amos mengangguk penuh semangat kepada Ernie, lalu tersenyum kepada Ella. Dibantu sedikit tenaga, kepala penis Amos menerobos lubang vagina yang mungil dan sempit itu.

Ella terbelalak. “Nghhhh….Bang Amoshhhh…pelanhhhhhh….Okhhhh….be-besarrr bangettthhh”.

Pria asal timur itu tidak menggubris Ella, terus saja mendorong pusakanya, sampai ujung penis menyentuh pintu rahim Ella yang belum pernah dilalui bayi, namun sudah sering dikunjungi berbagai bentuk penis.

“Akhhh! Mentok bang!”.

“Mantapnyaaa! Padahal puki neng Ella sudah sering Abang pake, tapi masih sempit ajahhh!” erang Amos.

Pria itu bisa rasakan bagaimana liang muda Ella, menjepit ketat kemaluannya. Di dalam sana penis kebanggaannya, pujaan para wanita diremas-remas lembut. Rasa hangat dan becek, membuat penis Amos besar nyaman.

Sedangkan Ella terdiam seribu bahasa, terlihat mengernyit karena rasa sakit dan penuh di lembah cintanya. Ella cuma bisa pasrah kala liang kecilnya dipaksa melebar besar. Memang terasa sakit, tapi dia tahu akan apa yang dia rasakan nanti. Kenikmatan yang hakiki. Makanya dia harus bisa tahan demi kenikmatan itu.

“Memek anak saya enak nggak Mos?”.

“Ngga usah pakai ditanya bu, mantep banget! Nggak pernah bosan saya lah!”.

“Enak mana sama punya saya?” tanya Ernie.

“Waduh! Pokok sama-sama enak dan legit deh bu Er”.

“Hihihihi… puasin anak saya ya Mos” pinta Ernie dengan senyuman manis ke Amos. Pria itu pun jadi tambah lebih semangat untuk menggarap gadis muda di depanya.

“Awas aja sampai anak saya kecewa, nggak saya kasih jatah lagi” ancam Ernie.

“Ehhh… kapan sih bu saya pernah ngecewain?”.

“Hmmm….nggak pernah sih….kamu memang salah satu pria yang paling jantan yang saya kenal Mos…kontol milikmu pun salah satu yang terenak yang pernah rasakan” puji Ernie jujur, membuat Amos tersanjung tinggi.

“Hakhakhak….nih lihat kontol saya bu, dijepit sama memek anak ibu”. Ernie perhatikan persatuan kelamin penjaga townhousenya, dengan kelamin putrinya. Pemandangan yang gila dan menggairahkan.

Setelah beberapa saat, barulah Ella membuka matanya. Ia tersenyum kepada pejantan yang sedang berada di antara kedua kaki mulusnya, dengan penis tertanam sempurna dama dirinya. Dia angkat tubuh sedikit, ingin melihat selangkangannya. Bibir memek kecilnya menggelembung dibuatnya oleh Amos Kulit sekitar memeknya yang putih sangat kontras dengan batang hitam yang tertancap jauh didalamnya.

“Bang Amos…genjotnya pe-pelan dulu ya…” pelan Ella, meminta penuh iba.

Amos mengangguk, dia pun tidak mungkin tega kepada gadis mungil ini. Hanya sedikit wanita yang bisa menghadapi kemaluan besarnya pada saat pertama ditembus olehnya. Dan yang penting dirinya menikmati memek gadis. Secara pelan, pria hitam itu menarik mundur batang penisnya, sampai kepalanya saja yang tertinggal. Dia bisa merasakan betapa memek muda Ella mencengkram miliknya.

“Nghhh….Ahhh…Nghhhh….Ahhh…Ahhh…Ahhh…besarrr…bangettt….sihhhh….pe-pelannnn….. ”.

“Memek Neng Ella juga sempitnya kebangetan lah!” balas Amos.

Ernie meraba sensual tubuh seksi anaknya, membantu sang anak untuk lebih terangsang. Ia remas bergantian bongkahan payudara Ella. Jari-jarinya bermain di klitoris Ella yang sudah mencuat keras. Biji kecil kenikmatan itu dikerjai oleh Ernie, dipencet, dan dicubit manjah sampai pemiliknya mendesah-desah.

“Ahhh…mamahhh….isepppp…mahhhh….Ahhhh!”. Ella melihat ibu mulai menghisap puting mungilnya yang sudah tegak mengeras. Genetik berkata lain, payudara miliknya tak sebesar milik ibunya. Namun tetap saja menjadi idaman para lelaki. Ukuran dan serta berbentuk apapun, pria pasti akan tergiur dengan gunung kenyal milik wanita.

Ernie sudahi hisapannya pada anaknya, tetapi terus menarik-narik manja putingnya, ia bertanya kepada anaknya “Gimana sayang, enak dientotin Amos?”.

“Bangethhh….Ahhhh….terus bang Amos, terus entotin Ellahhhh…yang kuat!” racau Ella sambil keduanya matanya merem melek.

Merasakan bibirnya disentuh benda keras, Ella membuka matanya. Ternyata ibu kandungnya menyodorkan putingnya kepadanya. Tanpa sungkan, ia langsung hisap sumber susunya serta kakaknya waktu kecil dulu. Nakalnya, tidak hanya menyedot, tapi juga menggigit kecil.

“Aduhhh! Nakal main gigit ajah kamu nak”.

“Hihihi…Akhhh…gilahhhh…mamahh…inihhh…..enak banget ngentottnyaaaa…..” racau Ella ditengah-tengah menyusu kepada Ernie.

“Nikmatin ya sayang, nikmatin kontol besar Amos…” pelan Ernie, seraya mengelus kepala anaknya lembut penuh kasih sayang.

“Iiiyahhhh…SLurphh…SLurphh…SLurphh”. Ella terus menyusu kepada.

Dalam waktu singkat, sensasi orgasme terasa. Ella berhenti menyusu kepada ibunya “Ellaaahhh…Ellahhh…mau nyampeeee…..”.

Sadar lawan mainnya segera klimaks, Amos tingkatkan ritme genjotanya. Pinggul gagahnya bergerak lebih hebat. Kecepatan dan tenaga semakin bertambah tinggi. Selain ukuran penisnya yang fantastis, tetapi stamina dan tenaganya juga hebat, seringkali membuat para wanita kewalahan menghadapinya. Termasuk Ella, gadis lucu nan seksi itu seringkali ia kalahkan sampai terkencing-kencing enak.

*Plok Plok Plok Plok Plok

“Rasakan genjotan Abang!”. Amos dengan buas menyetubuhi Ella.

Ernie pun kembali mengulum puting susu anaknya, sambil satu tangannya memainkan puting satunya. Lidahnya bergerilya di pucuk payudura putrinya. Membantu anak gadisnya untuk mencapai puncak kenikmatan lebih cepat dan hebat.

“Ahhh…Ahhhh…Aduhhh! Ahhhh! Mamahhhh….Banggg….Amoshhhh….”. Ella pun kepayahan akibat serangan seksual dari dua orang sekaligus.

Ernie tidak menghentikan kulumannya, malahan semakin beringas juga. Jari-jari di atas kemaluannya anaknya juga bermain semakin liar. Klitoris mungil putri dibelai-belai manja, mengirimkan sinyal kenikmatan ke seluruh tubuh Ella.

Dibombardir kenikmatan dari ibu kandung nya serta Amos si penjaga townhouse, gadis berumur 18 tahun itu akhirnya menyerah dengan orgasme yang hebat di pagi hari.

“Aku nyampehhhh…..Nghhhh….Ahhhhh! Ellahhh…keluarhhhh!” desahnya panjang membahana. Tubuh mudanya melengkung ke atas.

“Muncrat Neng, Muncrat!” Amos menghentakan penis besarnya sampai mentok ke pintu rahim Ella.

“Okkhhhh…Ahhhh! Enakhhhhh….”.

Tubuh Ella terlonjak-lonjak hebatnya. Keringat semakin mengucur deras. Tidak hanya keringat, memeknya menyiram kemaluan keras di dalamnya. Hingga meleleh keluar ke pinggiran kasur.

Ernie menghentikan hisapannya, untuk melihat anak perempuannya diterpa orgasme yang penuh nikmat. Umumnya orang tua akan senang dan banga apabila anaknya saat berprestasi, tapi Ernie lebih senang melihat anaknya merasakan titik puncak nikmat dunia, orgasme yang nikmat. Kini wajah putrinya penuh dengan ekstasi kenikmatan seksual. Merasa gemas, ia cium-cium wajah putrinya yang sedang orgasme itu.

Beberapa detik berlalu, Ella terhempas ke kasur. “Hh…Hh…enakkkkhh bangettthhh….”.

“Ella sayang, gantian sama mama lagi. Ayo Amos, kamu harus puasin saya lagi” suruh Ernie.

“Siap bu!”.

“Nghhh….ahhhh….” desah Ella saat Amos mencabut batang penisnya.

Ernie bergegas berlutut di depan Amos. Wanita itu raih penis Amos yang basah dengan lendir orgasme Ella. Tanpa ada rasa jijik, dikulumnya batang itu. Ia nikmati lendir anaknya, seperti yang sudah-sudah.

*Slurphhh…Slurphhh…Slurphhh…Slurphhh…”Hmmm…lendir memek kamu enak El” ujar Ernie merasakan sari memek anaknya.

Setelah puas menghisap penis Amos, Ernie berbaring di kasur, di sebelah Ella yang masih terbaring lemah setelah diterpa orgasme. Ia ingin disetubuhi seperti anaknya tadi, gaya man on top. Membiarkan Amos yang bekerja untuk memuaskan hasratnya.

*Slebh. “Ohhhh…Yeahhhh”. Ernie mengerang saat penis kembali mengisi lerung-lerung kenikmatannya sampai penuh sesak tanpa celah.

“Enak kah kontol saya bu?” tanya Amos, sambil mengarahkan tangannya untuk meremas gumpalan lemak di dada Ernie.

“Nggak usah ditanya Mos, buruan genjot saya!”.

Lantas kembali pasangan berbeda status sosial itu bersetubuh dengan panasnya. Desahan-desahan saling bersahut, bergema di kamar kecil itu.

*DOK DOK DOK DOK DOK.

Baru beberapa hentakan, ketukan keras dari luar terdengar sampai kamar tidur Ella. Namun Ernie dan Amos yang masih bergumul panas tak menyadarinya.

Yang sadar hanya si pemilik kamar, Ella. Untuk memastikan, Ella bangkit dari kasurnya, dan membuka pintu kamarnya untuk mendengarkan asal suara.

*DOK DOK DOK DOK DOK.

“Mah, Mamahhhh…..”.

“Apahhhh….nakkkkkk…..”.

“Ada yang ngetuk-ngetuk pintu depan deh…” ujar Ella.

“Ahhh….Ahhh…Ahhhh…***nggu aja deh…Ahhhh….okhhhhh….iyaaaa… mama lupahhhh….”.

"Lupa apa mah?".

"A-amosss….stophhh…dulu….Ahhhh….".

"Tanggung bu…." tolak Amos. Pria itu terus menyetubuhi Ernie tanpa ampun.

“Akkhhhh…Amos! Sudah berhentihhhhh….MOS! STOP! Udahan duluhhh….” teriak Ernie.

Takut dimarahi lebih lanjut, Amos menurut dengan perintah Ernie. Ia menyingkir diri dari, tubuh montok Ernie.

“Ughhh…” geram Ernie saat penis Amos terlepas dari dalam tubuhnya. Seperti tadi dirinya bisa merasakan rasa kosong dari vaginanya ketika penis Amos tercabut. Memang kontol yang hebat pikirnya. Salah satu terbaik yang pernah ia rasakan.

“Sudah kalian lanjutin ajah, tapi pelan-pelan ya suaranya. Mama mau keluar dulu”.

“Lho memangnya kenapa Ma? Kan kita bebas disini…” tanya Ella tidak mengerti.

“Tadi malem Ci Margaretha, bilang ke mama, kalau mau ngajakin penghuni baru sebelah rumah kita, ke sini” jelas Ernie seraya merapikan pakaian olahraganya.

“Ohhhh….” Ella magut-magut mendengar alasan ibunya.

“Mbak Nisa dong ya berarti…” tebak Amos.

“Iya Mos. Kamu sudah kenal sama dia?”.

"Sudah Bu…. kemarin sempat ke pos jaga, kenalan sama si Jono juga” tutur Nisa.

“Oh ya….terus gimana-gimana?”.

“Saya rasa dia terkagum-kagum sama saya….”.

“Ah seriusan kamu?!”.

“Eeeeee….Benar bu…kan saya ganteng bu” tukas Amos dengan pedenya.

“Kamu ganteng?! Dih, sama bawahan wajan juga gantengan bawahan wajan tau!” ledek Ernie. Ella tertawa mendengar gurauan ibunya.

“Ahhh..Ibu Ernie mah, sudah saya kontolin sampai puas juga” rengek Amos.

“Hihihi…Mos, Mos. Muka kamu memang nggak ganteng, tapi kontol kamu yang ganteng dan perkasa” ujar Ernie sambil meremas batang penis Amos yang menghunus gagah.

“Hehehe…iya dong, kontol saya memang ganteng. Ngomong-ngomong, kapan kita-kita bisa make mbak Nisa itu bu?”.

“Harus nunggu perintah dari Ci Margaretha” jelas Ernie. Pakaian sport kembali terpasang pada tubuh montoknya. Keringat sisa persetubuhan tidak ia elap, karena akan digunakan sebagai alasan kalau dirinya sedang olahraga.

“Saya nggak tahan bu! Pengen make itu bumil! Hakhakhak…” jujur Amos.

“Semuanya juga pengen Mos, Yang sabar ya, nanti kamu juga bisa rasain tubuh wanita itu…”.

“Ya sudah, kalian selamat bersenang-senang ya, saya mau ketemu sama tamunya dulu” lanjut Ernie. Lalu wanita itu meninggalkan anak perempuannya dan security townhousenya untuk mengarungi kenikmatan seksual.

Sepeninggalannya ibunya, Ella langsung mengulurkan tangannya di hadapan Amos, layak anak kecil minta digendong.

“Bang Amossss…. Ella mau digendong”.

“Gendong?”.

“Iyahhh….Ella pengen digendong” pinta Ella lagi dengan manjanya.

“Buat apa digendong? Neng Ella sakitkah?” tanya Amos khawatir.

“Ihhh… Bang Amos mah, maksudnya Ella itu tuh mau di entot sambil digendongggg…”.

“Ohhhh….bilang dong Neng, hakhakhak!” tawa Amos jeleknya.

“Sudah ayo ah! Gendong aku, memek aku masih gatel nih”. Ella sudah tidak sabar untuk ditembusi oleh Amos lagi.

“Ayo sinilah, Hupp”.

Ella melompat ke dekapan Amos, yang langsung dipeluk. Kedua tangan gadis itu merangkul leher Amos, kakinya merangkul pinggul padat Amos. Bagi Amos, menggendong Ella tidaklah masalah, bahkan tidak terasa sekali untuknya.

Amos terlihat seperti orang ayah menggendong anaknya. Tapi orang tentu tidak bakal percaya. Dari segi wajah sangat berbeda. Ella yang cantik seperti artis atau idol ibu kota. Sedangkan Amos buruk rupa. Beruntung pria itu memiliki pusaka yang dapat menundukan berbagai wanita.

Dengan satu tangan, Amos arahkan ujung tugu kejantanannya ke celah basah yang siap diterobos.

*Sleb. “Ahhhh….Ahhhh! Masuk lagihhhh…..besar banget sih banghhh!”. Untuk kedua kalinya di pagi itu, kemaluan mungil dipaksa melebar lagi. Walau agak sakit, rasa nikmatnya sangatlah sepadan.

Posisi ini prialah yang bekerja keras, walau yang perempuan tentu bisa mengayunkan sendiri tubuhnya sendiri. Lantas Amos mulai mengayunkan tubuh Ella. Memaksa tubuh mungil itu terayun menjemput paku besar yang berada dibawahnya. Kontol besar Amos keluar masuk memek Ella. Sekian waktu berlalu, ayunan Amos semakin lancar tidak lagi kaku. Setiap hujaman keluar masuk, terciprat lendir cinta mereka ke lantai.

*Plok Plok Plok Plok

“Ahhh! Ahhh! Bang Amoshhh…ii-nihhh..enak bangetthhh…”. Kepala Ella tidak bisa berdiam, bergerak kesana-kemari, karena desakan nikmat terpusat di vaginanya.

“Pelanin suara nya Neng, nanti takutnya tamu di depan dengar” wanti Amos.

“Nggak bisaaa…., nggak bisahhhh…” racau Ella seraya merem-melek

“Kontol Abang Amossshhh terlaluuhhhh… enakhhhhh! Ahhhhh….” erang Ella liar, tak peduli lagi. Kekuatan kontol dan hujaman Amos membuat tubuh dan batin gadis belia itu beranang dengan kenikmatan.

Takut kedengaran sampai luar, Amos berinisiatif menangkap bibir Ella, dan memagut. Alhasil desahan liar Ella terendam.

*Plok Plok Plok Plok.

Sambil terus ciuman dengan, Amos tak henti-hentinya mengayunkan tubuh mungil Ella dengan cepat juga bertenaga. Lantai tempat di bawah mereka bersenggema pun sudah basah dengan cairan cinta yang menetes deras.

“Neng! Abang mau muncrat!” seru Amos setelah melepaskan pagutannya.

Dia semakin cepat menghantamkan tubuh Ella ke penisnya. Ella pun turut membalas ayunannya.

“Samaaa….Ellah..juga….Ellahhhhh….Akhhhhh…..Elllahhhhh….keluarrhhh…..di dalemmm…ajah bangggg!”.

“Siapppp Neng! Kita keluar bareng Neng! Oghhhh!”.

“Aghhhh ini dia! Terima peju Abangggg!” erang Amos.

Dari ujung penis Amos, tersembur cairan kental dengan derasnya. Telak menghantam dinding rahim belia Ella. Pinggul Amos terhentak-hentak, mengeluarkan isi zakarnya. Detik demi detik, lerung rahim yang belum pernah terisi janin itu, terisi dengan sperma hangat kental dalam jumlah yang banyak. Benih-benih sperma Amos itu siap berenang gagah demi membuahi sel telur muda Ella.

“Bang Amoshhh…Ahhh…” Desah Ella panjang. Merasakan rahimnya disemprot cairan panas, pertahanan gadis belia itu jebol dengan dahsyatnya. Mengirimkan sensasi orgasme ke seluruh tubuhnya.

“Bang Amossss….Hmphhh! Nghhh….”. Dengan sigap Amos membungkam lagi erangan liar Ella dengan mulutnya yang hitam dan jelek, ia cumbu gadis itu. Takut didengar oleh orang-orang di luar kamar.

Pasangan beda umur dan status sosial itu meraih puncak kenikmatan duniawi bersamaan. Dalam pelukan Amos yang kokoh, Ella bergetar dengan hebatnya. Seandainya teanga Amos lemah, pastilah Ella jatuh ke lantai yang keras. Amos terus bercumbu dengan Ella, meluapkan semuanya.

Ketika sensasi orgasme reda, perlahan Ella diturunkan di atas kasur. Dan tautan kemaluan mereka terlepas begitu saja. Tidak ada lagi yang menyumpal, dari vaginanya cairan pertempuran cinta mereka berhamburan keluar. Membanjiri kasur Ella.

Nafas Ella terdengar parau, dadanya kembang kempis. Wajahnya merah padam. Sekujur tubuhnya penuh dengan keringat. Ella seperti habis melakukan lari marathon. Matanya terpejam erat. Capek tapi puas pikirnya.

“Seperti janji abang Amos kemarin. Neng Ella pasti abang buat tepar mampus Hakhakhak…." tawa Amos.

"Hh…hh…I-i-iyahhh bangghhh…aku tepar banget, tapi sebenarnya Ella masih pengen".

"Sama Neng, nih buktinya".

Dengan kelopak mata yang berat, Ella mencoba untuk melihat apa yang ingin ditunjukan oleh Amos.

Ternyata penis Amos masih tegak perkasa, tidak menunjukan tanda-tanda layu. Siap kembali dipakai memuaskan siapapun yang memintanya. Sejatinya Ella sudah tahu tabiat Amos, tapi masih saja terkagum.

“Kasih Ella istirahat dulu ya bang…nanti baru kita ‘main’ lagi”

“Kayak kapan-kapan aja deh Neng. Karena ada mbak Nisa di luar, nanti kita ngentotnya jadi nggak leluasa Neng” ujar Amos mencari aman.

“Aku setujuh banghhh…kapan-kapan lagi yah….” lemah Ella menjawab.

“Abang tinggal dulu ya neng, nanti kalau masih mau bisa ke pos aja…hakhakhak….” pamit Amos.

Ellah menggangguk pelan. Tak lama dirinya terlelap. Dengan senyuman puas tersungging di wajahnya yang cantik. Pagi yang sempurna pikirnya. Perlahan sperma kental yang hangat mengalir keluar dari lubang vaginanya. Menetes membasahi kasur miliknya. Rahimnya terasa hangat, nyaman pikirnya.

Meski keluar di dalam, Ella tidak takut hamil. Begitu juga dengan perempuan-perempuan yang berada di townhouse. Karena Margaretha menyediakan pill pencegah hamil yang mujarab. Dan sebaliknya wanita yang juga dokter itu punya, pil kesuburan yang sangat ampuh.

Sebelum pria penjaga townhouse itu pergi, Amos hampiri Ella, dan mengecup kening gadis yang telah memuaskan dirinya serta kontolnya. Barulah dia keluar dari kamar Ella. Tidak lupa dia memakai pakaian securitynya.



Kembali Ke Saat Ini

“Menurut mbak Nisa, si Amos itu badannya memang bagus kan? Gagah kan?” tanya Ernie.

Nisa bingung dengan pertanyaan Margaretha, tapi pikiran tetap saja menerawang apa yang ia lihat tadi. Berkali-kali harus diakuinya, badan Amos memang gagah, layaknya aktor film laga. Mungkin seandainya pria itu ganteng, bisa saja jadi pemain film beneran pikir Nisa.

“Mungkin mbak Nisa bisa coba olahraga sama si Amos juga” saran Ernie. Tentu yang dimaksud oleh wanita berdada besar itu bukan olahraga pada umumnya, melainkan olahraga ranjang.

“Eh?! Kok olahraga sama pak Amos…”.

“Iya, olahraga sama si Amos. Saya sering kok olahraga ama Amos. Sama security yang lain juga sering sih”.

Nisa tentu tidak sreg berolahraga dengan pria yang bukan muhrimnya. Dan belum tentu juga suaminya memperbolehkannya. Terlebih lagi dirinya kan sedang hamil.

“Olahraga apaan sih mbak Er? Kan saya lagi hamil mbak, kan nggak boleh olahraga yang berat-berat. Jadi kan nggak mung….”

“Lho?! Masa lupa sama omongan sama saya Nis?” potong Margaretha.

“Omongan yang mana ya Ci? Nisa lupa…” tanya Nisa Balik.

“Kan saya pernah bilang, kalau bumil itu harus sering-sering gerak….ya….termasuk olahraga juga” jelas Margaretha.

“Ohhh iya yaaa….tapi kan nggak sama pak Amos juga Ci” ujar Nisa masih enggan .

“Ya bisa aja sih mbak, atau mbak Nisa mau senam kehamilan sama saya aja?” tawar Ernie.

“Senam kehamilan sama mbak Ernie?” tanya Nisa.

“Kamu tahu kan?” balik Ernie bertanya.

“Tahu dong Mbak Er. Aslinya saya sudah ada rencana senam kehamilan bareng teman saya. Sama kedepannya sama suami saya juga gitu deh, kan lagi tren tuh, kalau suami ikutan senam kehamilan bareng istrinya” panjang lebar Nisa menjelaskan.

“Wah bagus itu….” ujar Ernie pura-pura senang dengan rencana Nisa.

“Memangnya kamu dimana nanti senamnya?” tanya Margaretha.

“Aku sama temenku, Hilda namanya, rencana di XXX. Ramah dan cocok buat yang muslimah kayak aku Mbak Er”.

“Wah jauh banget dari sini ya”.

“Nah itu…makanya aku belum kesana-kesana” Nisa setuju lesu.

Oleh karenanya sampai saat ini, Nisa dan temannya belum juga melaksanakan senam kehamilan bersama di tempat yang dimaksud. Kendala jarak yang jauh, hingga ongkosnya pun pasti mahal. Sedangkan Alif suaminya masih dalam fase yang sangat sibuk.

“Mendingan sama saya aja mbak….” tawar Ernie.

“Memangnya Mbak Ernie bisa ngajarin senam kehamilan?”.

“Yaaaa…aku nggak punya lisensinya sih. Tapi aku sering ikutan kelasnya. Walau nggak hamil hihihi….tapi intinya aku bisa ngajarin” jawab Ernie meyakinkan.

Nisa bergumam memikirkan tawaran tetangganya. “Hmmmm…..”. dia memikirkan biayanya. Pasti mahal karena kelas privat.

“Kamu nggak usah khawatir Nis. Ustadzah Kartika juga pernah senam kehamilan sama Ernie kok” jelas Margaretha meyakinkan si bumil.

Nisa masih terdiam sesaat, lalu berkata “Aku bingung bayarnya mbak….”.

“Bayar? Buat kamu, aku kasih gratis Mbak”.

Mata Nisa membulat lebar mendengar penuturan Ernie.

“Seriusan mbak Er?”.

“Serius aku mbak” jawab Ernie sambil menyeruput teh yang sudah mulai dingin.

“Kenapa aku dikasih gratis mbak?” tanyanya.

“Ya namanya tetangga itu harus saling membantu Nis. Biar kedepannya hubungannya langgeng, ya kan Ci?” tanya Ernie ke Margaretha.

“Benar banget tuh, makanya aku kasih kamu gratis konsul juga kan” terang Margaretha. Padahal semua kebaikan mereka adalah tipu muslihat, untuk menggaet Nisa masuk kedalam dunia hitam mereka yang bebas penuh lendir dan kenikmatan duniawi.

“Bahkan kalau kamu mau, teman kamu ikutan juga nggak masalah kok. Dan aku kasih gratis juga lho”.

Nisa tercengang, tidak bisa berkata-kata atas kebaikan para tetangganya ini. Nisa benar-benar tak percaya, betapa beruntung dirinya. Dari mendapatkan tetangga dokter kandungan yang memberikan konsultasi kehamilan gratis. Sekarang tetangga yang lain menawarkan jasa senam untuk ibu-ibu hamil secara gratis juga. Temannya pun boleh ikutan.

Beribu-ribu terima kasih, Nisa lontarkan kepada Ernie dan Margaretha. Lantas ketiganya melanjutkan obrolan. Dari situ Nisa mengenal Ernie lebih jauh. Ternyata wanita itu sudah menjanda cukup lama. Suaminya meninggal karena kecelakaan tunggal karena rem mobilnya blong di saat sedang perjalanan ke luar kota.

Selagi mereka mengobrol, tubuh hamil Nisa semakin tidak bisa diajak kompromi. Dia kira dengan ngerumpi dengan tetangganya, bisa meredam birahi yang menyerangnya. Selangkangannya semakin terasa panas dan gatal.

‘Ahhh! Ternyata masih aja ya. Aku kira sudah reda…. Payah deh aku ihhh!’ omel Nisa dalam hatinya. Dia merutuki serangan birahi yang belum hilang-hilang juga sedari tadi.

“Mbak Nisa nggak apa-apa? Kok kayak kepanasan gitu” tanya Ernie, saat sadar gelagat aneh dari Nisa yang tidak bisa diam di atas sofa miliknya.

“Nghh…ng-nggak apa-apa kok mbak Er”.

“Kamu lagi terangsang ya say?” telak Margaretha tanpa aling-aling.

“Ci Mar?!” pekik Nisa kaget dengan kefrontalan tetangga nya itu.

Wajah langsung memerah seperti kepiting rebus. Menahan malu amat di hadapan kedua wanita yang berumur dua kali lipat dari dirinya.

“Terangsang? Ohhh…sange ya…. bawaan hamil ya Mar?”.

“He-eh Er, persis kayak pas Ustadzah Kartika hamil kemarin”.

"Mau aku bantu lagi, kayak kemarin mbak Nisa?" tawar Margaretha sambil mendekat, hingga menempel dengan tubuh Nisa.

Mata Nisa terbelalak kala Margaretha menyinggung kejadian tempo hari. Dimana dia dimasturbasikan oleh tetangganya yang juga dokternya itu. Lebih tepatnya dilecehkan, tapi tidak bisa dipungkiri, dia menikmatinya, karena enak, nikmat dan rasa lega.

“Kamu ngebantuin Nisa apa Mar?” tanya Ernie kepada temannya.

“Jadi kemarin pas Mbak Nisa lagi aku konsultasi, aku bantu dia muncrat sampe lega…Hihihi" tukas Margaretha tanpa lagi mengerem mulutnya.

Nisa terdiam seribu bahasa. Dia tertunduk, dengan tangan terkepal erat, menahan rasa malu serta birahi yang semakin menggunung tinggi.

“Wah-wah, ternyata mbak Nisa sudah pernah dibantu sama Margarethajuga toh….” ujar Ernie. Wanita berdada besar itu mendekat ke tempat duduk Nisa. Kini Nisa diapit dari dua sisi oleh wanita yang lebih tua.

"Atau mau coba sama saya…" lirih Ernie, menatap sayu Nisa, menggoda wanita muda di depannya. Tangan wanita seksi itu meraba paha Nisa yang tertutup gamis panjang.

Jantung Nisa berdegup keras. "Ehhh….". Mata Nisa membulat melihat gelagat dua wanita yang lebih tua darinya itu.

“Nn-nggak mbak, sa-saya bi-bisa sendiri kok!” gugup Nisa menolaknya. Dirinya mau marah tapi takut.

“Hihihi… yakin ni mbak….Ustadazah Kartika juga pernah saya bantu".

Nisa sangat terkejut. Sebuah fakta gila yang mencengangkan diketahui olehnya. Ia pikir Ustadzah Kartika disentuh oleh Ci Mar saja sudah aneh. Tapi ia bisa maklumi karena Margaretha adalah dokter. Tapi ini orang biasa, menyentuh Ustadzah Kartika secara tidak pantas. Tampaknya harusnya ia bertanya.

Nisa menepis tangan Ernie yang hinggap di pahanya yang masih tertutup gamis. Ernie hanya tertawa kecil melihat Nisa, diantara jengkel dan merasakan birahi.

“Sa-saya permisi dulu ya Mbak Er, Ci Mar" ijin Nisa seraya berdiri dari duduknya.

“Inget ya Nis, yang kamu rasakan itu normal kok” ujar Margaretha.

"Selamat bersenang-senang ya Nisa…." goda Ernie.

Nisa semakin malu. Tanpa menoleh ke belakang lagi, wanita muda itu langsung menuju pintu keluar rumah Ernie.

Ernie dan Margaretha pun tertawa saat Nisa terburu-buru untuk meninggalkan rumah Ernie.

Setelah kepergian wanita muda yang sedang hamil 4 bulan itu, Ernie bertanya kepada temannya "Gimana Mar, kira-kira kapan dia bisa gabung kita-kita….".

"Sebentar lagi kayaknya…"

“Kamu yakin?” tanya Ernie.

“Buktinya dia nggak marah, perihal aku muasin dia kemarin. Antara dia masih bimbang, atau dia memang suka”.

"Baguslah kalau begitu. Terus suaminya gimana?".

"Ya dia tidak perlu tahu. Suaminya cuma pecundang lemah, dia harus merelakan istrinya berubah total".

"Duh! Aku sudah nggak sabar untuk ngadain acara spesial tahunan kita nih. Dapet anggota baru, jadi tambah rame deh. Oh ya Mar, anak kamu lagi ada yang dirumah nggak?".

"Ada si bungsu…kenapa memangnya?”.

Ernie tersenyum penuh arti kepada tetangganya. Margaretha langsung menangkap dari maksud temannya itu.

“Bukannya kamu sudah sama Amos tadi?”.

“Kuranglah Mar, keganggu kamu dateng. Terus sekarang aku lagi pengen yang putih-putih…Hihihi…”.

“Dasar kamu Er, gatelan banget jadi orang….Aku coba telepon dulu si Thomas, mau apa nggak dianya…” ujar Margaretha.

“Pasti maulah dia!”.

“Mana mungkin anakmu melewatkan ini begitu saja” lanjut Ernie sambil meremas-remas payudara besarnya.

“Iya juga sih….”.






Nisa sudah tidak tahan untuk menuntaskan birahi yang sudah menjulang tinggi. Dengan langkah seribu, Nisa langsung masuk ke dalam rumahnya. Baru masuk rumah, di balik pintu, ia singkap gamisnya hingga ke perut buncitnya. Ia raba permukaan celana dalamnya.

“Basah bangetttt….” lirih Nisa.

Ia lekas ke kamar tidurnya, ingin menuntaskan hasratnya. Melepaskan semua pakaiannya tanpa sisa, kecuali penutup kepalanya karena sudah tidak tahan lagi. Dinginnya suhu ruangan yang ber-AC menerpa permukaan kulitnya, tapi tidak menyurutkan api birahinya.

Dia lalu naik ke atas ranjang perkawinannya dengan suaminya. Bersandarkan tumpakan bantal di kepala kasur, ia buka lebar kedua kakinya. Ia meremas kedua payudaranya yang sudah membesar karena sedang mengandung. Terasa lebih keras dan sensitif.

Usapan tangan berangsur merayap turun ke bawah, mengelusi lembut Perut buncit berisi janinnya yang sudah cukup besar.

"Ukhhhh…..Ahhh! Maaf ya anakku, Umi mau masturbasi lagi" katanya seolah berbicara kepada jabang bayinya.

Kini jari-jari lentiknya mengarah ke selangkangan, perut hamilnya membuatnya kesusahan untuk meraih. Ia usap permukaan kemaluannya. Terasa begitu panas, dan gatal di liangnya. Tidak mau menunda lagi, jari mungil langsung menusuk celah mungilnya. Langsung tancap gas, keluar masuk dengan cepat.

*Clekh Clekh Clekh Clekh Clekh

"Nghhh….Ahhh! Ahhh! Ahhh! Yaaa Allahhhh…Ahhh! Ahhh….” desahnya menikmati kocokan jarinya sendiri.

Keringat bercucuran seiring kenikmatan semakin membahana. Birahi yang sudah menumpuk sejak pagi tadi, berakibat dirinya meraih orgasme dalam waktu singkat.

*Crethhh…Crethhh…Crethhh…Crethhh……

Bukannya lega, tapi tubuhnya malah masih panas bergaraih. "Hh…hh…hh…kok masih kurang ya…padahal aku kan sudah dapet…..".

Dirinya menimang-nimang, apa yang harus dilakukannya. Birahinya masih belum tuntas. Tubuhnya masih panas, dan vaginanya masih terasa gatal, ingin digaruk. Lama dia berpikir, sampai tercetus sebuah ide liar.

"Nghhhh…. apa aku pakai itu aja ya…..mudah-mudahan masih ada" timangnya.

Birahi yang masih tinggi, membuat pikirannya tak jernih. Yang ada dalam otaknya, adalah birahinya tuntas, serta kepuasan. Tanpa ada rasa khawatir, dia keluar kamar tanpa memakai apapun. Dengan langkah kecilnya ia menuju dapur. Lalu dia membuka kulkasnya. Perlahan matanya menerang isi kulkas, mencari sesuatu yang dapat membantunya untuk menuntaskan hasratnya.

"Ah, Ada! Bener masih ada ternyata…" girang Nisa menemukan apa yang dia mau.

Ia raih benda itu. Sebuah benda bewarna hijau berbentuk lonjong dan panjang. Benda itu adalah timun hijau yang cukup besar dan panjang. Dan ia akan memakai benda yang seharusnya ia makan, untuk masturbasi.

"Hmmmm….bisa-bisanya aku masturbasi pakai timun".

Walau berasal dari keluarga taat agama, dan dirinya sendiri adalah wanita yang alim dan sholehah, tetapi bukan berarti tidak pernah melakukan hal-hal yang nakal. Sewaktu pacaran dengan Alif, dia pernah melakukan VCS sambil dirinya bermasturbasi dengan beberapa benda. Tentu tidak sampai pecah perawan.

"Kalau aku lihat-lihat, ini timun kayaknya lebih gede dari punya mas Alif deh".

"Astagfirullah..Ya Allahhh! Bisa-bisanya aku bandingkan ukurannya sama punya mas Alif sih….hihihi…Maafin aku ya Pah".

Lalu ia pun segera kembali kamarnya. Pemandangan yang sangat ganjil, dimana seorang wanita tanpa busana, hanya berjilbab, serta sedang hamil muda menenteng timun hijau untuk masturbasi.

Dengan tergesa-gesa ia kembali ke posisi tadi ia masturbasi. Tidak peduli dengan beceknya sprei kasurnya, akibat sesi pertama tadi. Sambil berbaring ia perhatikan benda yang akan segera memasuki dirinya, memuaskan dirinya.

“Sayang kamu temenin mama senang-senang lagi ya….Kalau mama senang, pasti kamu juga senang kan” ujarnya sambil mengelus perut hamilnya.

Kemudian ia arahkan timun itu ke selangkangannya yang terbuka lebar. Langsung ia tekan ujung timun ke pucuk kemaluannya masih tegang butuh perhatian seksual itu. Sensasi dingin dan geli langsung menjalar.

"Dingiinnnn…..".

Lalu ia posisikan ujung timun itu, ke mulut vaginanya yang terus berlendir. Ketika pas, ia dorong masuk timun itu.

*Slebh. “Ahhhh….”.

Ujung benda hijau itu hilang, tenggelam dalam lembah yang becek dan hangat. Timun itu baru masuk separuhnya. Tapi Nisa sudah merasakan sesak yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Benda yang seharusnya dimakan oleh mulut, ini malah dimakan oleh mulut yang yang bawah.

‘Ini timun memang lebih besar dari punya mas Alif” batinnya tanpa sadar.

Lalu pelan ia dorong masuk timunya, jauh semakin kedalam, ke tempat yang tidak pernah disentuh oleh suaminya. “Nghhh…gede banget….panjang jugahh…”.

Matanya terbelalak saat timun yang ia masukan, bisa sampai jauh ke dalam, yang ia tidak tahu kalau ada. Tampaknya kemaluan Alif terlalu pendek dan kecil, sampai-sampai kalah sama timun yang beli di supermarket.

Lantas wanita berjilbab itu terus mengocok kemaluanya dengan benda yang seharusnya digunakan untuk dimakan. Terus benda hijau lonjong itu keluar masuk dengan cepat dari vagina Nisa yang sudah mereh merekah.

*Cleck Cleck Cleck Cleck Cleck

Suara kecipak basah, terdengar seksi di kamarnya kocokan yang sangat cepat dilakukan olehnya. Sensasi masturbasi dengan timun, serta titik nikmat yang baru ia temukan kerana timunya membuatnya orgasme dalam waktu singkat.

"Akhhhhh….akhirnyaaaa….ahhhhh…muncratthhhh…uhhhh".

Timun yang tertancap di vaginanya, terhempas jauh, diikuti cairan muncrat deras dari lubang vagina Nisa.

*Crethh….Crethhh…..Crethh…..Crethh…..Crethh…..

"Ahhhhhh….enakkkhhhh….ohhhhh…."

Untuk kedua kalinya dalam hari itu, berkali-kali vagina mungilnya menyemburkan cairan cintanya yang bening dan lengket. Membasahi kasur yang sudah basah, hingga tambah basah seperti banjir. Dirinya yang berbadan dua, terhempas di kasurnya Nikmat orgasme dahsyat menyelimuti Nisa.

Hanya deru nafas Nisa yang cepat dan berat yang terdengar di kamar pengantinnya. Perlahan, nafasnya kembali normal. Setelah pagi tadi melakukan pekerjaan rumah, ditambah 2 kali orgasme, ia merasa lelah. Matanya terasa berat, hingga akhirnya tertutup. Nisa, wanita hamil 4 bulan itu tertidur dengan kedua kaki terbuka lebar.



Dua jam berlalu, hari sudah semakin siang. Nisa pun terbangun. Dia bangkit dari rebahannya. Ia tatap hasil semprotan cinta kemaluannya yang membuat kasurnya basah. "Yahhh…. harus ganti seprei lagi dehhhh…”.

Meski lemas, mau tidak mau Nisa harus mengganti sprei kasurnya. Dia tidak mau suaminya tahu kali ia masturbasi. Bahkan sampai dua kali. Dia tidak ingin ego sang suami sebagai seorang pria terserang.

Walau merasa kesal karena harus mengalami birahi tinggi terus, tak bisa dipungkiri olehnya, kalau ia suka dengan rasanya.

Bersambung…..

Pesan Penulis :
  1. Fiuhhhh... Setelah sekian lama, akhirnya update juga.​
  2. Semoga suka dengan tulisan Penulis ya.​
  3. Next update Part 7 - Ustadazah Kartika dan keluarga.​





 
Terakhir diubah:
Luar biasa emang. Ga sia2 penantian beberapa bulan. Wkwkw. Terima kasih suhu, ditunggu scene Nisa dipake amos dkk 🙏🙏🙏
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd