Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT DAL SEGNO SERIES

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 




“ Na na na na... was rainy morning there, mmmm thats why i... apa lagi ya ? Fmajor 9 terus ke... bentar kayanya lebih enak gini “

Kopi pagi terseduh sempurna, entah berapa derajat? aku hanya menebak-nebak dari air yang kupanaskan di teko tua milik ibuku. Dari mana asal biji kopi ini? Entahlah, hanya rasa pahit yang bisa kurasakan tercampur manis mild dari gula aren pemberian nenekku. Matahari masih malu-malu bersinar, apa daya ada sedikit awan kelabu di ufuk timur membalut cahaya pertama yang dipancarkan sang raja siang, serpihan kertas berisi lirik yang ditulis ulang berjejer disamping notes milik Caroline, pagi ini akan kutuangkan pesan untuk kekasihku.


Dear Carl,

maaf ya pasti kemarin Carl periksa box surat dan tidak menemukan notes ini, maaf Angga terlambat satu hari, kenapa ? karena Angga hanya ingin membaca halaman-halaman yang tertulis di notes ini sebelum ada tulisan Angga ikut tercoret di sini, ga apa –apa kan sayang ? oh ya besok Angga ada jadwal memberi les privat di cimahi, Angga bersyukur jadwal murid Angga dengan Glorya tidak berbenturan jadi Angga bisa memenuhi keinginan Carl.

Bingung mau tulis apalagi...

Kangen kangen kangen kangen kangen Kangen kangen kangen kangen kangen

Kangen kangen kangen kangen kangen Kangen kangen kangen kangen kangen

Kangen kangen kangen kangen kangen Kangen kangen kangen kangen kangen

Kangen kangen kangen kangen kangen Kangen kangen kangen kangen kangen

Kangen kangen kangen kangen kangen Kangen kangen kangen kangen kangen

Angga kangen Caroline

Cepet sembuh ya J

N.B

Hey angga ga pernah kentut di dalam air pas kita berenang seperti yang Carl tulis, awas kamu... -_-

Minggu pagi ini cukup kelabu setelah beberapa saat ada sinar matahari, nafas kehidupan ini berikutnya begitu dingin. Dengan sedikit semangat dari segelas kopi ini aku bergegas membersihkan diri dan menuju kamarku untuk berganti pakaian, hanya kaos oblong dan celana pendek katun yang kupilih, aku lalu menyalami ibuku yang baru saja pulang dari pasar kaget hari minggu meminta izin untuk pergi ke tengah kota, hari ini aku ada janji mengantar muridku membeli buku partiture untuk dipelajari esok hari tapi sebelumnya aku pasti menyempatkan diri memasukan notes yang terbungkus plastik merah ini ke ruko kediaman Caroline, kebetulan hari minggu pasti tokonya tutup di pagi hari dikarenakan keluarga Caroline melaksanakan ibadah minggu dan baru biasanya buka siang atau sore nanti.


Gramedia jl. Merdeka


“maaf a tadi adikku memaksa pengen ikut” katanya kepadaku.

“ga apa –apa… jadinya kamu kan ada temen hehe…”

“yah kakak nih… kaya ga tau aja dia aja bandelnya udah kaya anak cowok”

“engga lah, kamu bakal jadi anak baik kan ?” aku lalu mengelus bocah kecil yang usianya masih sd ini dengan rambut poni yang sekarang sedang mendelik menunjukan sikap permusuhannya kepadaku.

“mau jajan, kakak aku mau jajan” si bocah yang kuelus kepalanya tadi merajuk kepada kakaknya yang tentu saja murid private pianoku.

“iya dek nanti ya abis kakak sama a angga beli buku” bujuk sang kakak pada adiknya.

“ga mau !! maunya sekarang kaakkk !!”

“aduh kamu dek nyesel tadi kakak mau barengan kamu ah… tau gini dedek tadi ikut mamah aja belanja ke BIP depan sana”

“oh mamah kamu di sebrang ?” tanyaku setelah muridku mengomeli adiknya.

“iya a ini si dedek malah mau ikut aku geura ih”

“ya udah gapapa yuk”

“kakakkk jajaannn”

“hush… ah, udah nanti kakak kasih ke dokter hayo, disuntik hayoh”

“ hu hu hu kakak mahh, jaj...” kalimatnya terputus karena kakaknya buru-buru menyelanya.

“dokter ?”

Adik muridku itu pun terdiam setelah ditakut-takuti oleh kakaknya dengan bualan klasik yang membuatku ikut tertawa dalam hati. Hehe aman, aku hanya tersenyum tanda kemenangan melihat situasi ini, si bocah cewek itu hanya bisa cemberut sambil memandang penuh dendam ke arah kakaknya serta diriku. Anak bandel ini seringkali mengganggu sesi belajar piano kakaknya. Bandelnya minta ampun, ada saja ulahnya bila aku ke rumah muridku. Usilnya mulai dari pukul-pukul tuts piano sambil berlari kabur pada saat tutor atau pernah satu ketika si bocah ini menukar gula menjadi garam dan membuat teh manisku asin !! bandel kan? Usilkan? Iya memang seperti itu.

“neng ini jenis buku yang harus kamu pelajari besok” kataku sambil menyodorkan buku padanya.

“oh jadi yang ini ya a ?”

“iya soalnya kamu harus mulai belajar lagu yang agak susah sih… ”

“lama ga ya buat bisa ?” tanyanya dengan penasaran.

“tergantung neng nya juga sih, semangat ga latihannya ?”

“neng sih semangat a, cuman ya itu kalau ada Aa ke rumah ngasih privat suka digangguin dia nih…” muridku menunjuk adiknya yang sedang asyik di selasar rak buku berisi cerita bergambar.

“ya ga papa nanti dia juga bosen lah”

“tapi anehnya kalau neng lagi main sendiri dia tuh diem ga pernah ganggu, kayanya dia tuh jadi brutal pas ada aa aja, aneh si neng jadi mikirnya”

“mungkin si dia cemburu kali hahaha… kakaknya sudah dibolehin main piano sementara dia mah belum”

“ah padahal mamah juga suruh dia belajar piano juga tapi dia malah nolak… hhhhmm… ”

“mmm kenapa ya? iya sih aneh ahahaha, tapi ga apa-apa lah namanya juga anak kecil”

“eh bentar ya a neng bayar dulu bukunya ke kasir”

“ iya… eh aa tunggu dibawah aja ya, pengen ngerokok euy”

“ siap a... ”

Aku merokok di dekat pos satpam arah jalan merdeka, dari kejauhan aku melihat seorang ibu muda dengan tas kresek belanjaan yang penuh menyeberang ke arahku. Aku sedikit membantunya dengan mengangkat belanjaan miliknya yang lain. Saat si ibu menyetop taksi gemah ripah, si ibu melambaikan tangan kedua anaknya yang baru turun dari tangga lantai 2 gramedia dan tidak berapa lama taksi itu berlalu setelah aku menyalami si ibu tadi yang sebenarnya merupakan ibu dari muridku.

Minggu menjelang sore , tidak ada yang bisa kulakukan lagi hari ini selain menghabiskan bungkus rokokku disekitaran BIP kemudian berjalan menyusuri trotoar ke arah saparua namun disana tidak ada satu konser Band apapun untuk hari ini, kemana lagi ? kuputuskan kembali ke rumah dengan menggunakan angkot hijau dan bersiap untuk kuliah senin pagi saja.

***

Kampus Angga


Siang ini aku, Ridwan, Wawan dan beberapa pria lainnya sedang melakukan ritual seperti mahasiswa tingkat akhir pada umumnya, berdesakan di rental komputer demi disetujuinya BAB I dengan judul sempurna untuk skripsi kami.

“ah euy revisi... ” Wawan membantingkan tumpukan kertas penuh tulisan.

“sabar aja wan… ” aku hanya bisa menepuk bahunya.

“kopi mana kopiii... ”

“ yeuh wan”

“ hatur tengkyu ya kawan haha”

“ eh wan… ” aku memanggil Wawan, tapi tiba-tiba mereka berdua menoleh ke arahku.

“ naon ?” Apa? mereka menyahut hampir bersamaan.

“ eh Ridwan-Ridwan… maksud gue” aku menunjuk lelaki cungkring berambut gondrong

“ apa ?”

“ nanti sore bisa anter ke cimahi ga ?”

“ nanaonan ?” ngapain? Tanya dia padaku.

“ motor urang diservis euy di koh yonk”

“ ooh ya hayu tapi bensinan nya”

“ kalems bisa diatur hehe” deal, kesepakatan beres.

Menjelang sore hari aku dibonceng Ridwan membelah jalanan kota bandung dengan vespa berisiknya, wajar saja knalpot motor Ridwan ini bocor dan bukannya dibenerin malah dia bilang “keun bae lah gaya hahah” kan nyebelin berisiknya ga asik nih motor. Rumah bercat putih dengan warna hijau di pilar dan kayu kusen senada menjadi tujuan kami, Ridwan pamit pulang sedangkan aku langsung dipersilakan masuk oleh muridku.

“ Aa teh mau minum apa, a?”

“apa aja deh yang ada”

“aku bikinin dulu ya ?”

“ eh mamah ada ?”

“ ada tuh lagi nonton tv sama adiku”

“ wah aman hehe”

“ iya mudah-mudahan kali ini dia anteng ya a”

“ hehe iya… ”

“ aa tunggu di ruang piano aja atuh nanti minumannya aku anter ke sana “

“ oh iya nuhun… neng” terimakasih deh.

Sedikit senyuman kuberikan kepada ibu muridku sedangkan adik perempuan muridku melihatku dengan tatapan sinis, haduh gawat nih bisa ga konsen lagi pelajaran hari ini dibuatnya.

“silakan Aa airnya… ”

“eh iya makasih neng… ”

“aa… neng teh belum bisa lagu terakhir yang kemarin aa PR kan”

“weleh padahal ga susah banget kok cuman temponya saja cepet”

“iya maaf ya a habisnya ga konsen neng mah…”

“hehe iya kita ulang sebentar hari ini ya...”

“ iya a”

Beberapa regukan dan aku memulai sesi belajar dengan mendengarkan muridku membawakan satu repertoar, namun tiba-tiba buakkk, satu buah hantaman yang tidak keras namun cukup mengagetkanku terasa pedas di punggung ini, ah sial aku bisa mendengar suara anak kecil itu tertawa bak setan kecil yang selalu menerorku, adik muridku ini entah ada dendam apa kepadaku dia selalu saja menggangguku.

“adekk !! jangan gitu ke aa angga… ah kamu kebiasaan !! teteh bilangin mamah, mamaah… ini ade ganggu aku les terus maahh”

“udah ga apa apa yuk lanjut saja… ” aku cukup gedeg dengan kelakuan adik muridku yang masih menertawakanku di celah pintu kamarnya, tapi aku tetap berusaha berkonsentrasi ke muridku.

Di luar hujan nampak membasahi walau tidak besar tapi bulir-bulirnya cukup membuat hawa gerah menjadi sedikit lebih sejuk. Setelah menuntaskan repertoar terakhir, aku beranjak ke beranda depan. Disana ayah muridku menemaniku sedangkan muridku bersama ibunya memakai payung pamit pergi aku tidak melihat si adik kecil yang nakal kemana dia? Pertanyaan itu ada dalam kepalaku.

“Angga pamit om udah sore”

“ masih gerimis nak Angga nanti saja”

“ ga apa-apa om Angga pake hoodie kok, trus nanti pake angkot juga kok”

“ o gitu ya, ya sudah kalau begitu, terima kasih ya mau ngajarin anak om nanti bulanannya biar tante yang urus ya”

“ iya om makasih ya om permisi dulu”

Jalanan cukup basah dan aku bergegas menuju jalanan utama komplek, sesampainya di tikungan jalan aku melihat beberapa anak kecil bergerombol seperti melakukan sesuatu, astaga itu adiknya muridku, aku melihatnya sedang di dorong-dorong oleh anak kecil lelaki sebayanya dan kulihat si adik muridku cukup melawan namun apa daya tubuh kecilnya tidak mampu melawan sekitar yang ku hitung benar, empat orang anak lelaki.

“hey kalian !! ngapain ?” bentakku.

“ah euy aya kolotna kaburrr !!” satu anak memberi komando serta merta anak-anak itu kabur menggunakan sepeda bmxnya.

“ dek kamu ga apa –apa ?” aku menghampiri adik muridku dan mengecek keadaanya astaga lututnya lumayan berdarah banyak dari lukanya mungkin dia terjatuh di aspal, aku dengan sigap menggendongnya yang sedang menangis tersedu namun menunjukan wajah yang kuat di hadapanku. Aku tiba di rumahnya namun aku tidak mendapati ayahnya, kemana mereka? akhirnya aku hanya mencuci lukanya dari air keran garasi rumahnya menggunakan sapu tangan yang selalu kubawa.

“ sakit perihh… ”

“ jangan gerak-gerak dulu…”

“ sakitt ahh”

“ iya sudah jangan bergerak nanti lukanya makin berdarah bandel !!”

“ hu hu hu kakakk aku mau ke kakak”

“ kakakmu tadi berangkat sama ibu, sudah jangan cengeng berat tau gendong kamu…”

“ iya… tapi kakinya sakit hu hu hu”

Halahh mana hujan gerimis ini sungguh merepotkan, bagaimana pula anak ini bisa terjatuh ? dasar bandel mana ada anak cewek sepertimu berkelahi dengan 4 orang anak cowok pastilah kamu kalah lah. Walau aku sedikit membenci perangai anak ini ketika aku mengajar privat piano tapi bila melihat keadaannya seperti ini mana mungkin aku meninggalkannya ? lututnya terluka lumayan dalam walau hanya terbentur aspal bisa kuyakini itu perih.

“ diem… ”

“ periih kakk… ihh ”

“ diem bentar kan lagi dicuci ini lukanya”

“ aaaa ga mauuu… ga mauuu”

“ aduh nanti kalau sudah bersih kita kasih obat merah”

“ aaaa ga mauuu sakit nanti”

“ mau aku kasih alkohol biar tambah perih ?”

“ ga mauuu obat merah aja hu hu hu”

“ makanya hey jadi anak itu harus kuat, jangan gampang nangis, dasar cengeng !!”

“ tapi aku kan anak cewek hu hu hu”

“ walau cewek ga ada salahnya kan jadi cewek yang kuat ? jadi pemimpin ? ayolahh bandelin gue aja bisa masa gini doang nangis sih”

Luka di lututnya mulai tidak mengeluarkan darah, ada satu lagi yang harus aku lakukan yaitu mencari obat merah dan perban, aku berlari kecil menuju warung sebelah dan kembali membawa obat merah.

“ periihh… aahhh… periihh”

“sabar…”

“ kakakk… perihh… ”

“ iya ini udah tuhh… udah ditutup nih lukanya”

“ hu hu hu… ”

Aku kemudian mendengar ada suara becak yang sedang diparkirkan di beranda rumah. Lalu kemudian terdengar suara seseorang yang nampak cemas.

“ Fey…. ya ampun nak kamu kenapa ?”

“ mamahh...” anak kecil itu tampak lucu ketika bermanja ke mamahnya.

“ nak Angga kenapa Fey… ?”

“ tadi pas saya pulang, saya melihat Fey jatuh di belokan depan bu”

“ aihh… Feyy… kamu itu hujan-hujan mau ke mana ? jangan bandel makanya”

“ udah Angga obatin kok tante… ”

“ makasih ya nak Angga… maaf Fey ngerepotin nak Angga”

“ iya tante, kalau begitu Angga permisi pulang”

“ iya hati-hati ya nak… ”

Senyuman kecil kuberikan kepada gadis yang sedang bersama ibunya itu sambil mengelus-elus rambutnya. Perangai Fey yang biasanya menyebalkan tidak terlihat, dia hanya memandangiku dengan tatapan yang tidak bisa kumengerti. Senja yang basah kulewati dengan angkutan kota yang membawaku kembali ke tengah kota Bandung, apa kabar Caroline ya ? apakah dia sudah membaca pesanku ? semoga sudah.

Malam berganti dan keesokan harinya aku hanya melakukan rutinitasku seperti biasa, kuliah seperti biasa dan khusus hari ini aku menggantikan Caroline menjadi guru les muridnya yang bernama Glorya, anak smp cantik bertubuh tinggi semampai dan benar apa kata Caroline, suaranya sungguh merdu dan sebaiknya dia lebih memprioritaskan belajar vokal daripada belajar bermain piano sih yang hanya jadi pengiringnya bernyanyi saja.

=== POV Caroline ===

Senang sekali rasanya bisa turun dari lantai 2 dan melihat box surat sudah terisi notes, aku segera ke kamarku yang baru dan membaca semua pesan Angga, aahh Angga aku kangen kamu, kangen sekali, baiknya aku tulis pesan buat kamu saja ya.

Dear Angga,

Iya nih kamu jahat bikin aku senewen aja kok notes nya ga ada terus ya huuuh pokoknya nanti jangan telat lagi ya sayan, oh iya Angga aku sudah telfon Glorya, haha kamu ya awas kalau coba godain Glorya, dia cantik kan? suaranya merdu kan. Dia masih kecil Angga awas saja kalau berani macem-macem hiihh.

Angga, Carl kangen dipeluk sama Angga, tubuh Angga begitu hangat untuk mengobati tubuh Carl yang selalu dingin, sentuhan bibir Angga bikin Carl rindu, Angga inget pas pertama kita melakukannya ? jangan tertawa ya tapi waktu itu Carl merasa di atas awan melayang entah ke mana, baru kali itu Carl merasakan hal demikian, ingat Angga jangan ketawain Carl ya, apalagi pas Angga pegang bagian tubuh milik Carl yang paling sensitif, ih geli sekali Angga haha... aduh notes ini jadi ternoda ya? maafkan kekasihmu yang menulis cabul ini ya sayang.

Tubuh ini, hati ini bahkan jiwa ini hanya untuk Angga seorang bila Angga mau.

Apalagi ya ? oh ya doakan Carl cepet sembuh ya, jangan lupa ibadah jumat selalu yang 5 waktunya juga, jujur Carl juga kangen ibadah minggu dan pulangnya dibonceng Angga pake motor sambil cari-cari kue balok di pasar andir.

Udah dulu ya Angga, Carl mau istirahat dulu.

Peluk cium, Caroline Angga Kusuma…

n.b kalau Carl udah sehat, pengen deh dipeluk sama Angga lagi sampai bobo, eh jangan bobo deh mending begadang semaleman haha.

Malam ini mungkin aku akan bermimpi indah tentang kita, alam mimpiku satu dimensi denganmu Angga, aku harap kamu juga bermimpi hal yang sama. Ketika hujan pagi hari atau mentari bersinar cerah saat senja, Carl akan selalu ada di sana sampai kapan pun menemani Angga dalam keadaan sedih maupun senang, siapapun yang ada di samping Angga nanti, Carl sadar fisik ini begitu rapuh, Carl akan senang bila ada wanita lain yang benar-benar mencintai Angga seperti Carl mencintai Angga, siapapun wanita itu mudah-mudahan akan membuat Angga bahagia selamanya.


=== POV Caroline end ===


Hari ini Bandung masih mendung, sepulang kuliah tadi aku tidak sempat menuju kios tempat aku mengambil notes, soalnya aku menaiki angkot lagi dan kios itu tidak searah rumahku sedang motorku masih menunggu hasil bore up barunya di bengkel. Rasanya aku ingin segera membaca notes, mungkin sebaiknya nanti saja setelah hujan, aku pinjam motor emakku mudah-mudahan sedang ngga dipakai.

“ permisi... permisii” aku mendengar suara seseorang seperti bertamu ke rumahku.

“ yaa, lho ?” Aku bagai bak tersambar petir ketika melihat sosok orang yang ku kenali, begitu jelas. Orang itu, David tiba-tiba ada di hadapanku, ada apa ini? apakah dia sebegitu dendamnya padaku? Sampai muncul di rumahku.

“ koko ?” responku saat menatapnya cemas.

“ Angga... Caroline... tolong dia Angga” katanya dengan wajah yang semakin pucat.

“ Caroline kenapa ko ?” tanyaku dengan cemas, Carl kamu kenapa sayang? Kamu kenapa.

Belum sempat aku mengetahuinya, David tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya di hadapanku seperti akan mau bersujud namun aku buru-buru merangkulnya, melihat david yang lemah seperti ini membuatku kaget, ke mana David yang begitu perkasa itu ? ini seperti bukan dia yang selama ini ku kenali.

“ Angga, ikut aku... ”

“ ke mana ko ?” tanyaku.

“ Ke rumah sakit… Caroline anfall lagi sekarang, dia ada di rumah sakit”

“ Astaga Carl” perasaanku caruk marut saat ini, Carl kamu harus kuat sayang.

“ Angga maafkan aku ” kata David dengan penuh penyesalan.

“ ko mendingan sekarang kita ke rumah sakit itu juga kalau koko mengizinkan”

“ aku sengaja datang, memang sengaja, pertama untuk meminta maaf atas segala kelakuanku, kamu pasti tahu aku sangat menyayangi Caroline, maafkan aku sekali lagi maafkan… tapi baru kusadari saat Caroline anfall hanya namamu yang disebutnya, kamulah kebahagiaan Caroline dan kami sekeluarga terutama aku, baru menyadarinya kalau kami bisa kehilangan caroline tanpa bisa membuatnya bahagia, Caroline hanya bisa bahagia bila di sampingmu, untuk terakhir kalinya mungkin... tapi aahh aku harap Caroline bisa sembuh dan kuizinkan kalian hidup bersama, tapi untuk sekarang tolong... aku mohon tolong bahagiakan caroline adikku apapun caranya sebelum ajalnya menjemput, tolong Angga”

“ koko... jangan pesimis, Caroline pasti sembuh sebentar aku bilang dulu emak”

Dengan tergesa aku masuk ke dalam rumah dan menceritakan semuanya kepada ibuku, aku hanya sempat menyambar jaket dennimku dan memakai sepatu kemudian untuk pertama kalinya aku dibonceng oleh kakak Caroline dengan RGR sportnya diiringi beberapa kawannya yang memakai motor 2 tak sejenis.

Bangunan kokoh di jalan dago itu adalah rumah sakit tempat Caroline dirawat, langkah kaki ini tergesa diiringi David dan kawan-kawannya, aku menuju lantai atas bangunan dimana ayah dan ibu Caroline terlihat duduk di bangku tunggu pasien, hanya satu orang yang boleh menunggu di dalam dan kulihat adik Caroline keluar dari ruangan, aku menyapa ibu Caroline yang sedang menangis dan hanya menyalamiku sambil menepuk nepuk pundaku sedang ayah Caroline hanya melihatku dan diam seribu bahasa. Aku bisa melihat kesedihan di dalam raut wajahnya.

“ cici udah sadar, kak Angga mau masuk ?”

“ boleh ?”

“nama kakak disebut ci Carl terus dari kemarin, kak angga masuk saja mungkin bakalan bikin ci Carl lebih baik, semoga”

“ iya... ”

Kamar rawat itu bercat putih dengan satu blankar dimana Caroline terlihat tertidur dengan selang oksigen menempel di hidung mancungnya, aku mendekatinya perlahan, takutnya Caroline sedang tidur tapi kulihat caroline sedikit membuka matanya dan melirik ke arahku, dia tersenyum tangannya memanggilku untuk mendekat”

“ Angga, akhirnya datang... ”

“ Carl... “

“ Angga duduk sini di samping Carl… ”

“ maafin Carl ya ga bisa kirim notesnya ke kios depan” wajahnya pucat, tapi Caroline masih berusaha membuat bbibir tipisnya tersenyum hanya untukku. Untuk Angga nya.

“ Carl... jangan gitu...” aku mulai tak kuasa menahan air mata ini namun sebisa mungkin kutahan di hadapan Caroline.

“Angga, kenapa bisa sampai di sini apa koko dan yang lainnya engga nahan Angga ?”

“aku dijemput kokomu ke sini tadi, Carl mereka sudah ga apa-apa soal hubungan kita, kita sudah di restui”

“ bener Angga? terimkasih tuhan sudah menjawab doaku, Angga peluk Carl”

Kami berdua berpelukan sebisanya, tubuh Caroline yang begitu lemah bisa kurasakan, sehingga aku berusaha mengganjal punggungnya dengan bantal hingga posisi Caroline setengah terduduk.

“kiss me Angga…”

“ eh boleh ?”

“just kiss Angga, penyakitku tidak menular please… ”

Aku mencium kening Caroline, namun Carl menunjuk bibirnya sendiri pertanda dia ingin kiss seperti biasa yang kami lakukan. Aku memegang sebelah tangannya dan mendekatkan wajahku, kemudian bibirku mencium bibirnya perlahan tanpa gerakan yang membuatnya terganggu, namun Carl berusaha menggerakan bibirnya sendiri dan kiss yang hangat pun terjadi petang itu, di ruangan rawat Caroline. Aku tanpa sadar meneteskan air mataku yang diusap oleh kedua tangan milik Caroline.

“ Angga jangan nangis, Carl sangat sayang Angga”

“ Carl... sembuhlah... Sembuhlah jangan tinggalin Angga” pintaku padanya masih dengan air mata basahku.

“ Carl bakalan sembuh kok Angga... ”

“ Carl harus sembuh... ”

“ Carl ga bakalan ke mana-mana Angga, Carl akan ada di setiap nafas Angga, percayalah Angga memori kita akan selalu ada... jangan pernah lupakan Carl ya”

“ Carl... ”

Petang itu hingga malam menjelang aku hanya bisa duduk di samping Caroline, menemaninya beristirahat kadang juga aku keluar untuk berganti dengan mamah Carl hingga hampir tengah malam mamah carl mulai kelelahan.

“ Angga, mau temenin Carl di sini ? “

“ mau tante, mau banget “

“ tante mau istirahat sama om, biar nanti David yang urus makan angga ya “

“ ga apa-apa tante Angga bisa cari makan sendiri”

“ biarlah David, dia banyak salah sama kamu”

“ ga apa-apa tante beneran”

David memang ada disana tapi dia tertidur di sofa ruang tunggu, aku merasa kasihan melihatnya saat di bangunkan oleh ibunya, untuk pamitan dan seperti berpesan sesuatu.

“ hoaammhh, gimana ade gue ?” David bertanya kepadaku sambil merentangkan tubuhnya.

“ lumayan ko, tadi bangun bisa bicara banyak”

“ ahh baguslah, eh ngga maneh mau makan apa biar aing beliin”

“ ga usah repot ko, nanti Angga bisa cari sendiri”

“ hehe udah di titipin sama ibu euy jadinya harus udah gimana aing sajalah nya”

“ ya udah, nuhun ya ko”

Aku melihat Caroline sebentar dan ternyata dia masih tertidur, balkon luar rumah sakit ini nampaknya cukup nyaman untuk sekedar menghabiskan sebatang rokok, tidak biasanya tapi hari ini sungguh penat, ada perasaan lega namun masih ada rasa ketakutan kehilangan Caroline untuk selama-lamanya. Rokokku hampir habis ketika David datang membawa bungkusan makanan dan minuman, wajah david terlihat lelah.

“ yeuh ngga sok makan, biar gak ikutan sakit”

“ nuhun ko, makan bareng atuh ?”

“ ga lapar euy nanti sajalah”

“ koko cape? istirahat saja mending pulang”

“ ga apa apa di tinggal sendirian ?”

“gapapa”

“ hhmmm iya sih capek, nitip Carl kalo gitu ya”

“ percaya sama Angga”

“ hhhh gimana ya, iyalah percaya saja demi Caroline lagipula… sudahlah Caroline sayang kamu”

“ ko, nuhun ya sudah restui kita”

David hanya terdiam tanpa ekspresi apapun, kemudian sedikit tersenyum dan meninggalkanku dengan Caroline, aku memakan isi bungkusan yang ternyata nasi goreng dan kopi dalam cup panas, thanks David kebetulan fisik ini sudah terkuras dan makanan ini akan membuatku sedikit lebih kuat lagi.

“ Angga... Angga... ” aku mendengar suara Caroline dari dalam ruang rawat ketika suapan terakhir nasi goreng kuhabiskan.

“ iya sayang kenapa ?”

“ oh ada kirain Angga pulang”

“ Angga nginep di sini kok”

“ mamah papah sama koko ?”

“ tadi mereka pulang, kasihan kecapean biar Angga saja yang jagain Carl ya” aku melihat garis senyuman dari bibir tipis Caroline.

“ makasih ya angga, sini temenin aku”

“ hmm”

“ naik sini ke kasur”

“ loh emang boleh ?”

“ boleh lah sini… ”

“ hmmm” aku sedikit ragu, namun akhirnya membaringkan tubuhku di samping Caroline.

“ peluk aku… Angga”

“ iya” aku memeluknya.

Aku bisa mendengar desah nafas Caroline walau kini selang oksigennya kembali terpasang, matanya yang sipit kini terbuka sedikit melihat keadaanku dan kembali tersenyum sambil kiss pipiku. Caroline memelukku, mencari kehangatannya sendiri, aku hanya bisa memandang wajah cantiknya dari jarak yang cukup dekat, tidak ada aktifitas lain di sekitar ruangan ini hanya suara tabung oksigen dan sesekali desir angin bertiup menghantam jendela ruangan, lirih terdengar bait lagu yang dilantunkan pleh bibir Caroline di dekat wajahku, lagu yang kami gubah bersama.

Somewhere in my dreamland was rainy morning there

Your eyes kept on telling me you were scared to go outside

You held my hand and whispered: “I just never ever want to wake up”
Somewhere in my dreamland

Somewhere in my dreamland you showered me with thousand kisses

That’s your way to make amends when I thought you never cared

Oh your tears were killing me because I wished I felt the same


Somewhere in my dreamland

Somewhere in my dreamland

Somewhere in my dreamland

Somewhere in my dreamland


***

Beberapa hari kemudian di kediaman Angga

Tidak ada yang kulakukan hari ini ,hanya diam di beranda rumahku sambil menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok kretek yang kucatut dari emak sebelum beliau pergi entah menuju ke mana.

“ permisii… ”

“ yaaa... ” dengan sedikit malas aku melirik sosok berpayung di halaman rumahku.

“ emaknya ada ?”

“ ga ada ga tau lagi ke mana, eh kamu siapa ?”

“ aku Viona… ”

“ hmm tadi emak bilang lagi nunggu yang namanya Dewi... ”

“ aku cuman di suruh ibuku mengantar baju seragam untuk acara arisan bulan ini”

“ oh, ya simpan saja di situ”

“ jutek banget sih”

“ eh ? bilang apa tadi ?”

“ gaak… ”

“ hhh... ” aku kembali menyeruput kopi hitamku dan menghisap rokokku dalam-dalam kemudian mengehembuskan asapnya ke mana saja.

“ ya udah aku pulang... ” katanya.

“ masih hujan... ”

“ iya sih... ”

“ hhh sebentar... ”

Tidak tega juga membiarkan tamu ga jelas ini basah kuyup di beranda rumahku sendiri, aku membawa handuk kering dari lemari pakaianku.

“ nih... ”

“ apa ?”

“ ya ini anduk, keringin nanti kepala kamu jangar” aku memintanya mengeringkan kepalanya supaya tidak pusing.

“ makasih... ”

“ kamu siapa ?”

“ tadi udah bilang namaku Viona... ”

“ mmm salah alamat ya ?”

“ lho ?”

“ pesan emak tadi yang mau anterin baju dari majalaya itu namanya Dewi kok”

“ ahahah...” dia tertawa.

“ malah ketawa ”

“ nama lengkap aku itu Viona Dewi”

“ oalahh ngomong dooong”

“ kamu Angga kan ? “

“ iya salam kenal, eh kok tahu ?”

“ emak kamu suka ribut sendiri kalau bicarain kamu pas arisan, Angga itu jagoan maen piano lah, jagoan maen bola lah, jagoan apalah –apalah ahahah nyatanya... ”

“ nyatanya apa ?”

“ Angga ga jago”

“ eh ?”

“ beneran lupa ?”

“ maaf aku lagi banyak pikiran, pacarku lagi sakit parah di rumah sakit baru saja aku pulang begadang nungguin dia semalaman”

“ hhhh dasar tapi memang layak ya di perjuangkan, dulu kamu sampai babak belur kan ?”

“ eh sebentar, eh... eh eh ehhh ya ampun aku baru inget kamu kan anak bapak juragan kain di banceuy kan ? ya ya ya aku inget sekarang”

“ udah tua ya? Dasar pelupa”

“ oh berarti Dewi eh Viona sering ketemu emak dong ?”

“ hampir sering beberapa bulan belakangan hehe, eh gimana ? tadi katanya pacar Angga sakit parah? siapa namanya ?”

“ oh iya lupa bilang, namanya Caroline”

“ mmm… baiklah titip salam ya buat Caroline cepet sembuuh”

“ amin makasih ya wi”

“ panggil Vio saja, eh Ngga aku balik ya udah sore nih”

“ masih ujan ih mau aku anter ke depan ? pake payung yuk kamu pake angkot kan ?”

“ ga ah mau pake elf aja biar cepet males pindah-pindah angkot”

“ ya udah bentar angga anter”

“ lho aku bawa payung kok”

“ sekalian beli rokok ke depan”

“ oh baiklah, eh pacarnya sakit apa ?”

“ hmmm panjang sih”

“ jalan ke gerbang depan lumayan jauh lho cerita aja”

Jalanan komplek rumahku cukup basah sehingga kami berdua berjalan pelan-pelan saja sambil ku ceritakan sedikit gambaran keadaan Caroline sekarang, tidak terlalu detail mengingat jalanan utama sudah terlihat dan aku menemani Viona menunggu elf jurusan majalaya lewat, tidak lama satu elf berwarna hitam berhenti di depan kami, Viona melambaikan tangannya kemudian menaiki elf hitam yang berlanjut ke arah selatan kota Bandung.

Setelah membeli sebungkus rokok aku kembali ke rumah dan ternyata emak ku sudah ada di sana.

“ eh Angga eta baju dianteur saha… ” itu baju dianter siapa ? tanya emak.

“ oh itu dianter Viona tadi baru aja Angga anter ke depan megat (nunggu) elep (elf)”

“ ooh neng Dewi nya ? ciee dianteur witwiw... tuh kan ceuk ema oge geulis nya (cie dianter tuh kan kata ibu juga cantik )”

“ ah geulisan Carol kamana mana ah naon Vio eh Dewi mah irungna leutik melesek ahahah ( masih cantikan Carol ke mana mana ah Vio eh Dewi idungnya kecil pesek )”

“ eeh Dewi itu pinter kuliahna pokonya bentangna sa majalaya mah” Dewi itu pinter pokoknya bintangnya se majalaya, kata Emak yang nampak membanggakannya.

“ ah urang lembur ma ah maless” anak kampung mak males, kataku.

“ eh siah da usaha bapanamah di kota, majalaya soteh lembur indungna da neng Dewi mah kuliah di karapitan jadi sok he es di toko kaen bapana di banceuy” eh usaha bapak Vio di kota, majalaya itu kampung ibunya, Dewi kuliah di karapitan jadi suka tidur di toko kain bapaknya di banceuy.

“ enya apal ma” iya tahu mak.

“ naha apal ?” kenapa tau ? selidik emak padaku.

“ ahahha moal beja-beja ah”

“ eh siah orowodol teu puguh ( sensor )”

“ ah tunduh ah mak bade kulem heula juragan ahahah ( ah ngantuk, juragan mau tidur dulu )”

“ jig lah, eh neng Kerol kumaha damang ?” Caroline gimana, sembuh ? tanya emak padaku.

“ hhhhh nya kitu weh” ya gitu aja, belum ada perkembangan.

“ hmmhh sing sabar nya jang sing kuat, jig gera sare eta panon belel” yang sabar ya nak yang kuat, gih cepet tidur itu mata udah lecek. Pesan emak padaku.

“ muhun ma” iya mak. Aku pun melangkah ke kamarku.

Hari masih hujan dan cuaca ini memang sangat nikmat untuk sekedar istirahat tidur, kasur berukuran sedang di kamarku menjadi peraduan lelahku, tidak lupa aku matikan HP ku dan mengisi dayanya tak apalah toh ko David sudah kuberi nomor telfon rumahku bila ada sesuatu yang darurat mungkin dia akan kontak aku.

Tape compo 2 band ini menjadi teman tidur siangku kali ini, sengaja aku memutar kaset album love song richard clayderman untuk sedikit merilekskan tubuh yang lelah ini, selamat tidur Bandung yang basah, Caroline, Angga tidur dulu ya... play on tape.



Wihout you .....

Mandy ....

Love me tender ...

Ebony & Ivory ....

Up where we belong ....

......

When a man loves a woman

.....

.....

....

....


Tok tok tok !! tok !

“Angga !!! Anggaa !!! hudang” Suara keras dari luar membangunkanku.

“ eh umh apa... how deep is your love laahh malah nyanyi hoaamhh aya naon mak ?”

“ aya telpon hudang buruu !!” ada telpon cepet bangun, kata emak.

Hah ? telfon ? Caroline ??? ..........................

Bersambung….


dal segno part 6b
edited by @Sekiryuutei_OppaiDesu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
tumblr_static_3itiajyt9fgg8s04k8k4skkgg.gif


Angga... @caroline angga kusuma kangen Angga... kangeen :p colek @INSYFCL

Angga kangen kan?
tumblr_nibqrbbsQy1rtrpn4o6_500.gif

mayuyuuuu :konak:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
pojok penulis

thanks to all yang udah bantuin jadi editor dan penasihat spiritual hingga part 6B ini bisa rilis
terima kasih sebesar-sbesarnya untuk agan aganwati reader yang setia menunggu updatean yang super lelet ini :(
semoga part 6C (end) bisa segera di up tanpa kendala apapun .

spesial tengkyuu :

Nasi Goreng Jl. Serayu
Madtari
Kedai susu Ijan anu tengah
mang parkir jl ABC
Kios Rokok simpang Banceuy
Kue Balok pasar andir
suzuki RGR 150
honda NSR SP
yamaha YZR 150
yamaha F1zR
Suzuki Tornado GX
suzuki crystal 110
Pengurus SOR saparua
mocca
sacreligius
puppen
siksa kubur
dago tea house
fame stasion
petrof UP
kawai piano
angkot abdulmuis - ledeng , abdulmuis -cimahi
bose
arista guitar
alegro guitar
pasar cihapit
pasar cikapundung
tiga negeri music house
purwacaraka music school
bose
RS. st.boromeus
toko Yu
riotic
HARC
dan lainnya dan lainnya yang menjadi setting dal segno

HATUR NUHUN
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Iya in aja deh ,eh btw katanya mau ke bdg ya ? Cieee mau ikut gath ke tetangga mamakotakah ? :ha:
Gimana ceritanya akang angga, carl yang gak punya tag female dan dari golongan hantu meet up dengan kalian apalagi sampe ikut gath.
Carl lagi di yurop iiiihhhh :hati:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd