Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dunia baru di kota perantauan (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Sore suhu2...

Part 6 udah ane kelarin dan siap di upload niih ;) . Buat suhu2 yang udah nunggu lama sorry banget yaa atas keterlambatannya hehehe... ane sendiri gak bisa janji akan upload tiap 1 minggu atau bisa lebih lama, jadi sabar2 aja ya hu sama ane:ampun:

Jangan lupa buat selalu memberikan komentar, saran, dan like demi kelancaran cerita ini.

Akhir kata,
Selamat membaca dan patuhi PPKM yang tidak akan kelar ini.



PART 6

191046056-309837560666476-8947937200031313103-n.jpg

SALWA

123255847-269464544508239-7097434658377689783-n.jpg

MAYA

118539146-188418409359938-6845284734569044173-n.jpg

FITRI

Belum genap sebulan kami berpacaran, tapi Faza sudah mampu mengambil keperawananku dan membuatku jatuh ke dalam jurang kenikmatan. Setiap pulang kuliah Faza selalu mengajakku bersetubuh di rumahnya. Alhasil setiap hari juga aku dapat menikmati tusukan penisnya. Selagi orangtua Faza belum pulang maka kami dapat melakukan hal ini dengan bebas. Kegiatan bersetubuh ini sudah menjadi hal yang rutin dalam hubungan kami. Tiada hari tanpa dia menyentuhku. Aku benar2 menikmati gaya pacaran yang baru ini.

Meski begitu aku terkadang kepikiran tentang kedua orangtuaku. Aku yakin dia akan kecewa jika tau anaknya telah melakukan hubungan haram ini. Aku juga paham berzina itu dilarang dalam agamaku. Tentunya aku sudah sangat berdosa dengan melakukan hal ini terus2an secara sadar. Tapi rasanya aku tidak bisa mangkir dari hal tersebut. Kenikmatan yang diberikan membuatku lupa akan semua konsekuensi yang akan kuterima kelak. Tidak ada rasa penyesalan dari diriku telah melakukan dosa seperti ini. Aku memilih untuk tidak memikirkan hal2 tersebut dan fokus pada kehidupanku saat ini.

Aku menceritakan pengalaman pertamaku pada Maya. Maya yang selalu mengomporiku untuk segera bercinta pun terlihat bahagia denganku. Dia bahkan mengucapkan selamat atas kejadian itu, aneh memang padahal aku telah kehilangan keperawananku. Tapi baginya kehilangan keperawanan bukanlah sebuah petaka ataupun aib, melainkan sebuah langkah menuju kedewasaan. Artinya aku sudah mampu untuk menentukan jalan takdirku sendiri.


Back to the story


"Abis ini lu mau kemana Sal?" Tanya Maya disaat perkuliahan telah usai.

"Nanti sore rencananya Faza mau ngajak gue jemput orangtuanya sih." Jawabku sambil memasukkan beberapa buku ke tas. Saat ini memang masih jam 2 siang.

"Asiiikk mau ketemu camer niihh hahaha..." Goda Maya seraya mencolek pipiku.

"Biasa ajaa kalii, btw abis ini lu langsung pulang?" Tanyaku balik padanya.

"Gue nanti mau ketemuan sama fotografer, mau ngomongin tentang proyek foto nanti." Balasnya lagi.

"Sibuk banget sih ibu model satu ini." Ucapku meledeknya. Saat sedang berbincang dengan Maya, Faza pun datang menghampiri kami.

"Nanti jadikan sayang?" Ucap Faza memanggilku 'sayang' disaat suasana kelas yang masih lumayan ramai.

"Ciee udah sayang2an. Udah ah gue cabut dulu dadaahhh... have fun kalian." Ujar Maya seraya meninggalkan kelas.

"Kamuu apansiih masih rame juga panggil sayang2, malu tauuu..." Ucapku berbisik protes sambil mencubit tangannya.

"Awww awww... iyaa ampun maap hehe. Lagian gak ada yang denger juga kok." Balasnya

"Huuu dasar... jadi kita langsung ke bandara nih?" Tanyaku perihal rencananya nanti.

"Gak mau ngelakuin yang itu dulu?" Tanyanya dengan senyuman mesum di wajahnya. Karena suasana kelas masih ramai aku tidak ingin menjadi bahan gibahan mereka disini terlebih lagi aku tau arah pembicaraan Faza.

"Yuk udah yuk, aku laper mau makan." Ucapku langsung mengajaknya keluar ruangan.

Kami pun langsung berjalan keluar ruangan dengan langkah cukup cepat untuk menuju mobil. Saat akan menuruni tangga, Faza malah menarikku ke lantai atas.

"Eh eh, kok ke atas?" Tanyaku kebingungan.

"Udah ayo ikut aja." Ajaknya sambil tetap menarikku.

Aku tidak punya pilihan lain selain mengikutinya. Di lantai atas hanya terdapat ruangan2 kelas yang kosong dan ada ruang dosen. Karena sepi maka suasana di sekitar ini agak menyeramkan.

"Yang mau kemana sih? Sepi banget aku takut." Ucapku dibelakangnya kesulitan mengikuti langkahnya yang lumayan cepat. Dia tidak mengindahkan ucapanku dan tetap berjalan. Tiba2 dia berhenti berjalan dan mendorongku ke arah tembok. Seketika dia mulai menciumiku dengan penuh nafsu.

Cuupp... mmhhh... cuuppp...

Aku sangat kaget dengan serangannya itu. Kucoba dorong tubuhnya namun badannya sama sekali tidak bergerak.

"Yang jangan disini nanti ada orang. Di rumah kamu aja yuk." Ucapku khawatir ketauan.

"Di rumah aku lagi ada sodara aku. Aku udah sange banget yang." Balasnya langsung menyambar bibirku lagi. Kedua payudaraku juga mulai diremasi oleh tangannya. Lama kelamaan aku mulai pasrah mengikuti nafsunya itu.

"Yaudah jangan disini tapi, di mobil aja." Tawarku menuruti keinginannya.

"Bosen aku di mobil mulu." Ucapnya sambil membuka semua kancing kemejaku.

Begitu terbuka dia langsung menciumi payudaraku dengan ganas. Dia turunkan bra ku sehingga dia dapat menjilati putingku. Perbuatannya itu sukses membuatku lupa dengan keberadaan kami sekarang. Kini aku mulai menikmati permainan lidahnya di payudaraku meskipun di tempat terbuka seperti ini.

"Isep terus pentil aku... kamu ganas banget sih sayangghh.. aahh..." desahku sambil menekan nekan kepalanya.

"Kamu hari ini bikin aku sange yang." Ucapnya sebentar dan langsung menciumi payudaraku lagi.

"Aaahhh... emang aku ngapain?" Tanyaku kebingungan.

"Baju kamu hari ini menggoda banget yang. Banyak loh cowo2 di kelas yang ngomongin kamu tadi." Jawabnya menjelaskan alasan kenapa dia begitu ganas hari ini.

Hari ini memang aku memakai kemeja pemberiannya (lagi). Sebelum aku diantar pulang ke rumah saat hari Minggu kemaren, dia mengajakku untuk ke mall dahulu. Disana dia membelikanku sebuah kemeja kemeja putih polos bermodel body press. Dia bilang aku cocok pake kemeja ini. Aku tau ini modus dia agar aku memakai baju2 ketat. Tapi entah mengapa lama2 aku mulai menikmati memakai baju model ketat seperti ini.

"Ahhh emang mereka ngomongin apa aja?" Tanyaku padanya yang masih menghisapi payudara kananku.

"Mereka bilang kamu pake baju ketat jadinya toket kamu nonjol banget, trus mereka jadi ngaceng ngeliatinnya." Jawabnya dengan penuh nafsu.

"Mereka bilang mau nelanjangin kamu trus kenyotin toket kamu rame2." Jelasnya lagi. Entah kenapa aku kemudian membayangkan kalau payudaraku dihisap rame2 oleh mereka. Ahh apa yang telah aku pikirkan.

"Uhhh sayaangg... kan toket aku cuma punya kamu doang." Balasku sambil mengelus rambutnya.

Tiba2 kami dikejutkan dengan suara derap langkah dari kejauhan. Dengan cekatan Faza melepas hisapannya dan aku segera membereskan kemejaku yang berantakan. Langkah kaki itu semakin mendekat hingga sosok dari suara langkah itu akhirnya terlihat. Ternyata yang muncul ada Ilham dan Bagas, mereka berdua adalah temab kelasku.

"Loh kalian ngapain disini?" Tanya Ilham pada kami.

"Nemenin Salwa ngambil Flashdisk di kelas ujung, kemaren ketinggalan. Kalian keatas ngapain?" Tanya Faza kembali. Aku

"Ke ruangan dosen, ngumpulin tugas kemaren." Jawab Bagas.

Kami berempat akhirnya mengobrol sejenak meskipun hanya basa basi. Tapi satu hal yang menarik adalah mata Ilham dan Bagas dari tadi selalu melirik ke arah payudaraku. Anehnya aku tidak merasa risih dengan pandangan mesum mereka, malah aku merasa bangga dengan tatapan mereka. Tatapan mereka seakan memuji diriku secara fisik, baik itu kecantikanku atau kemolekan payudara yang kumiliki. Sepertinya ucapan2 Faza saat itu sudah merasuki pikiranku dan mengubah cara pandangku terhadap tatapan lawan jenis.

Seusai mengobrol sebentar, aku dan Faza pun pergi meninggalkan Ilham dan Bagas. Saat akan menuruni tangga, ternyata dia malah mendorongku ke toilet pria yang ada di lantai ini. Dia kembali mencumbuiku di dalam toilet yang kosong. Aku sebenarnya takut melakukan hal senekat ini di kampus. Jelas saja berbuat mesum di kampus akan berakibat fatal, tidak hanya malu tapi yang lebih parah bisa langsung di DO. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah sangat bergairah dan ingin menuntaskan semuanya dengan cepat.

Cuuppp.... cuppp...mppphhh...

Kali ini serangannya kusambut dengan penuh nafsu juga. Aku yang sudah terangsang pun mengikuti alur permainannya. Rasa khawatirku yang sempat melanda berangsur hilang. Aku tidak peduli lagi dimana dan kapan sedang melakukan ini, yang penting aku dapat meraih kepuasan birahiku. Toh lagipula aku sudah pernah melakukan kegiatan mesum di bioskop dan hasilnya baik2 saja, jadi apa bedanya dengan toilet kampus yang sedang sepi.

Sambil berciuman dia mengangkatku ke wastafel. Aku duduk disana dan melingkarkan kakiku ke pinggangnya. Hal ini membuat vaginaku menempel dengan penisnya yang sudah ereksi. Puas berciuman dia kembali membuka kemejaku dan menurunkan bra ku. Dia kembali bermain main dengan payudaraku.

"Aahhhh jilat terus sayangg." Pintaku seraya menekan kepalanya ke payudaraku.

Kugoyangkan pinggulku menggesek gesekkan vaginaku yang gatal ke penisnya yang sudah keras itu. Meskipun masih terhalang celana tapi gesekannya terasa menggaruk vaginaku. Faza sepertinya tau kalau aku sudah dalam birahi tinggi. Tangannya kemudian menurunkan celanaku hingga kepaha beserta celana dalamnya. Dengan sendirinya kakiku refleks membuka lebar pahaku dan menanti fingering darinya. Dia mainkan klitorisku dengan jarinya. Mendapat serangan dari 2 titik membuatku hanya bersandar pasrah pada cermin wastafel sambil mendesah desah nikmat. Kepalaku terdongak dengan mata terpejam menikmati semua rangsangan yang diberikannya.

"Enaak sayang?" Tanyanya dengan jari2 yang saat ini sedang keluar masuk vaginaku.

"Aahhh terus sayaang puasin akuu." erangku tak terkontrol.

"Seru kan main di toilet, apalagi ini toilet cowo." Ucapnya memperjelas lokasi mesum kami saat ini. Aku tidak mampu menjawab pertanyaannya. Mulutku sibuk mengeluarkan desahan2 menikmati permainannya.

"Nanti kalo ada yang tiba2 masuk gimana ya? Pasti kita nanti dilaporin nih." Ucapnya berandai andai, ucapannya itu membuatku berpikir ulang. Tapi kocokan di vaginaku membuatku tidak bisa berpikir jernih.

"Jangan sampe ketauan sayangg..." balasku sambil mengerang kenikmatan.

"Aku tau gimana caranya biar kita gak dilaporin. Kita sogok aja orangnya." Ucapnya memberikan sebuah ide.

"Iyaahh sogok ajaa orangnyahh." Ucapku menyetujui idenya.

"Tapi biasanya kalo mergokin orang mesum gak mau disogok pake uang, jadi kita gak bisa nyogok pake uang yang." Ucapnya lagi yang kini mulai mengocok liang senggamaku dengan 2 jari.

"Aahhhhh... teruus gimanaahh... kitah sogok pake apahh?" Tanyaku penasaran.

"Biasanya mereka akan minta buat dipuasin. Jadi, kamu harus puasin mereka juga." Ucapnya yang membuatku terkejut. Dengan seketika aku memandang wajahnya. Tentu saja aku tidak setuju dengan ide gilanya itu.

"Gimana, maukan? Daripada kita dilaporin mending kamu muasin nafsu mereka." Ucapnya menatap balik yang membuatku masih ragu dengan idenya itu.

"Lagi pula kamu juga pasti keenakan. Bayangin deh kamu bisa dapetin 2 kontol sekaligus, berarti kamu bisa dapet 2 kali kepuasan." Ujarnya mencoba memengaruhi pikiranku yang sudah tenggelam dalam birahi.

"Kalo ada 2 orang yang mergokin kita, kamu bisa dapetin 3 kontol yang." Ujarnya lagi berusaha memprovokasi pikiranku.

Mendengar ucapannya itu membuatku memejamkan mata lagi dan tenggelam dalam imajinasi liar. Hanya dengan penis Faza saja aku bisa merasakan kenikmatan yang teramat sangat. Bagaimana kalau 2? Kalau 3? Atau bahkan 4 penis? Secara teori aku pasti akan merasa lebih puas. Aku bahkan membayangkan Ilham dan Bagas tiba2 masuk ke toilet ini. Ketika dia masuk dia terkejut dan mengancamku akan melaporkan ini ke pihak kampus. Namun aku memintanya untuk tidak melapor, sebagai gantinya aku akan memuaskan penis2nya. Mereka pun setuju dengan saranku dan berjanji akan merahasiakan hal ini. Dengan sukarela aku melayani mereka sepenuh hati. Satu persatu penis Faza, Ilham, dan Bagas bergantian memasuki liang senggamaku. Aku terus disetubuhi hingga aku merasa benar2 puas. Arrggghh.... aku sudah gila..!

"Gimana yang? Kamu maukan?" Ucapnya sambil mengigit kecil pentilku. Gigitannya itu membuyarkan imajinasiku.

"Aahhh iyaahhh... aku mauu... aku puasin nanti orangnyaahh..." ujarku spontan karena sudah tidak mampu berpikir jernih.

Mendengar jawabanku itu membuat kocokan jarinya semakin cepat hingga menimbulkan suara kecipak akibat vaginaku yang sudah banjir dengan cairan cinta. Permainan mulutnya di payudaraku juga membuatku semakin menggelinjang keenakan. Ditambah lagi fantasi liarku tadi mempermainkan pikiranku. Dengan begini aku merasa orgasmeku sebentar lagi akan muncul.

"Aahhh... akuuhh... keluaarr... aahhh..."

Srrr.... srrrr.... srrrr....

Aku mendesah sangat kuat. Mulutku yang mendesah sangat kencang itu segera disumpal dengan mulutnya. Kusambut ciumannya itu dengan sangat bernafsu. Dia menurunkan tempo kocokan tangannya membiarkan aku menikmati orgasmeku. Belum reda aku menikmati puncak kenikmatan, dia langsung tancap gas mengocok vaginaku lagi. Aku kembali mendesah desah hebat.

"Ooohhh sayangg... udah duluu.... aku baru keluarr... aahhh..." erangku tak tertahan

Dia sama sekali tidak mendengar ucapanku. Dengan ganas Faza menciumi bibirku hingga suara desahanku tertahan. Tangannya sama sekali tidak mengendurkan serangan di vaginaku. Tangan kirinya yang dari tadi diam kini mulai mencubit dan memelintir putingku. Aku hanya bisa pasrah dengan perbuatannya. Lagi pula aku juga suka diperlakukan seperti ini. Tak perlu waktu lama, aku merasa orgasmeku akan datang lagi.

"Ooohhhh sayaangg... aku keluar lagiiihhh.. aaahhh..."

Sssrrrr... srrrrr... ssrrr..... ssrrr...

Aku kembali dibuat orgasmr olehnya. Orgasme kedua ini sangat terasa nikmat, lebih nikmat dibandingkan yang pertama. Aku kaget bisa 2 kali orgasme dalam waktu yang sangat dekat. Saat ini aku merasa sangat lemas. Kocokan tangannya perlahan berhenti. Kucium dengan penuh nafsu bibir Faza sebagai ucapan terimakasih telah memuaskan birahiku.

Jari2nya dia keluarkan dari vaginaku. Dia kemudian melepas ciumannya dan menyodorkan tangan kanannya ke mulutku. Kulihat tangannya itu berlumuran dengan cairan orgasmeku, terutama jari tengah dan manisnya. Tanpa pikir panjang aku segera mengemut kedua jarinya itu dengan penuh nafsu. Aku sedikit jijik sebenarnya, tapi nafsu birahi telah membutakanku dari rasa jijik. Kujilati dan kuemut jari2nya itu seperti aku. sedang memberikan oral sex padanya. Tidak hanya kedua jari itu, tapi seluruh jari dan permukaan telapak tangannya juga aku jilati hingga bersih dari cairan cintaku sendiri. Selesai membersihkan tangannya, dia kembali mencium bibirku.

"Enak sayang?" Tanyanya yang langsung kubalas dengan anggukan.

Dahi kami saling bertemu. Mataku terpejam menikmati sisa2 orgasme. Suara nafasku yang ngos2an memenuhi seisi ruangan.

"Padahal kamu yang horny kenapa aku yang dipuasin yaa hehehe..." Ucapku sedikit tertawa kecil disaat nafasku mulai pulih. Seharusnya akulah yang memuaskan nafsu birahi Faza, bukan sebaliknya. Merasa tau diri, tanganku mulai merabai penisnya dari luar celananya.

"Sekarang gantian aku yang buat kamu keluar." Ujarku lirih tepat di telinganya.

Kuberikan ekspresi nakalku padanya. Sebuah tatapan tajam dengan senyuman dan gigitan kecil dibibir. Tanganku mulai membuka resleting celananya dan menurunkannya sampai ke lutut. Kukocok penisnya yang setengah tegang itu sambil menciumi mulutnya dengan manja. Ciumanku itu turun ke lehernya. Kuciumi dan kujilati lehernya hingga naik ke daun telinganya. Kemudian terbesit sebuah ide nakalku untuk memainkan pikirannya. Aku akan memainkan pikirannya sama seperti dia memainkan pikiranku tadi hihihi...

"Kamu tau gak? Pas kamu bilang ada yang mergokin kita lagi mesum, aku ngebayangin itu kejadian beneran loh." Ucapku berbisik lirih tepat ditelinganya.

"Uuhhh... bayangin gimana sayang?" Tanyanya menahan desahannya.

"Ngebayangin kalo ada 2 orang mergokin terus ngancem bakal ngadu ke pihak kampus." Ucapku mulai memasuki pikirannya.

"Terus aku mohon ke mereka buat gak ngadu, sebagai gantinya aku bakal puasin mereka." Ujarku lagi sambil menjilati daun telinganya. Kurasakan penisnya malah semakin keras dengan khayalanku.

"Uhhh terus sayang..." pintanya padaku.

"Mereka setuju tuh sama ide aku. Akhirnya mereka ngebuka celana mereka dan ternyata kontolnya udah pada ngaceng. Kontol mereka gede2 yang, aku sampe takjub ngeliatnya. Ujarku sambil mempercepat kocokanku pada penisnya.

"Aahhh sayanggg... kamu nakal banget sih... terus gimana lagi?" Tanyanya makin penasaran dengan ceritaku. Sepertinya aku berhasil mempengaruhi pikirannya dengan cerita buatanku hihihi....

"Aku samperin kan salah satu cowonya trus mulai aku ciumin bibirnya sambil aku kocokin kontolnya. Kayak gini nih." Ucapku mulai menciumi bibirnya dengan ganas dan tanganku mengocok2 penisnya. Penisnya terasa sudah sangat keras dan tegang maksimal

Cuuuuppp.... mmppphhh..... cuuuppp...

Aku merasa sangat puas dapat mempermainkan pikirannya dengan ceritaku. Kemudian kulanjutkan permainan ini ke level selanjutnya. Kuhentikan ciumannya dan mendorong tubuhnya menjauh. Aku turun dari wastafel dan berjongkok tepat di depan penisnya. Kulanjutkan lagi ceritaku yang sempat berhenti tadi.

"Abis itu aku mulai jilatin kontolnya sampe basah sama air liur aku. Aku jilatin dari bijinya sampe kepala kontolnya aku ciumin." Ucapku sambil memperagakannya. Kulihat Faza memejamkan matanya menikmati jilatanku.

"Uuuhh kamu nakal banget..." ucapnya sambil mengelus elus kepalaku yang masih terbalut hijab.

"Pas udah basah semua, aku masukin kontolnya ke mulut, kayak gini." Ujarku lagi sambil mempraktekannya.

Kepalaku maju mundur memberikan oral sex terbaikku. Dengan telaten aku hisap dan jilati batang penisnya.

Sllrrppp... mpphhh... slllrpppp.....

"Aahhh enak banget sayang sepongan kamu." Ujarnya memuji kemampuan mulutku.

Mendengar pujiannya membuatku makin semangat menghisapi penisnya. Biji pelirnya tak luput dari remasan dan elusan tanganku. Ekspresi Faza terlihat sangat menikmati permainan mulutku. Melihatnya wajahnya yang terangsang membuat vaginaku jadi basah lagi. Tangan kiriku kini mulai memainkan sendiri vaginaku. Kugesek gesek klitorisku lalu memasukkan jari tengah dan telunjuk bersamaan ke dalam. Kukocok kocok vaginaku sendiri sedangkan mulutku sibuk memuaskan penis Faza.

"Kamu suka sepongin kontol cowo itu?" Tanyanya sambil meremasi payudaraku.

"Sukaa banget. Aku gak sabar minum pejunya." Jawabku memantik birahinya.

"Uuhhh kamu binal banget.." ucapnya menyebutku binal dan terdengar seperti pujian di telingaku.

"Abang suka sepongan Salwa?" Tanyaku kembali menghisapi penisnya. Kini aku ingin dia berpikiran kalau aku sedang mengoral batang penis lelaki lain.

"Aahh iya Neng, abang suka sepongan kamu. Gak nyangka ternyata cewe berhijab kayak kamu suka sepongin kontol." Jawabnya mengikuti alur yang kubuat.

Rupanya permainan kata2ku berhasil merasuki pikirannya. Entah mengapa semenjak memanggilnya dengan sebutan 'abang' aku jadi makin terangsang. Dengan semangat kumaju mundurkan kepalaku memuaskan nafsu Faza. Kocokan pada vaginaku juga kupercepat. Tidak hanya dia yang tenggelam dalam ceritaku, tapi aku juga ikut tenggelam di dalamnya. Kupejamkan mataku dan membayangkan bahwa di depanku bukanlah Faza, melainkan lelaki lain. Baru membayangkannya saja membuat birahiku menggebu gebu.

Akibatnya aku jadi semakin beringas menghisapi penisnya. Air liurku sudah banyak menetes ke lantai bahkan sebagian mrmbasahi payudaraku. Dapat kurasakan bahwa penisnya semakin hangat dan membesar. Ini tandanya kalau Faza akan segera ejakulasi.

"Uuhh sayangg aku mau keluar..." erangnya tidak tahan lagi dengan permainan oral ku.

"Mau keluarin dimana bang?" Tanyaku kembali tidak memanggil namanya.

"Abang mau keluarin di toket kamu." Ucapnya sambil melepas penisnya dari mulutku. Dengan cekatan kukocok penisnya tepat di payudaraku.

"Ayo bang keluarin pejunya."

"Pejuin Salwa sekarang bang."

"Salwa mau mandi peju abang." Ujarku memancing spermanya agak keluar.

"Arrgghh abang keluaar..."

Crooott... crooott.. crooott.... crooott...

Sperma Faza menembak tepat di kedua payudaraku. Aku tersenyum melihat penisnya yang terus menembaki spermanya ke diriku. Aku merasa sangat binal menerima spermanya.

"Hihi... peju abang banyak banget." Ucapku disaat penisnya berhenti menembakkan sperma.

Dengan segera kubersihkan penisnya dengan mulutku. Kurasakan penisnya masih mengeluarkan sisa2 sperma dalam mulutku. Kuludahi payudarku dengan spermanya yang bercampur dengan air liurku. Faza tampak tersenyum puas melihat tingkahku yang begitu nakal.

"Kamu nakal banget sih sayang." Ucapnya dengan tersenyum.

"Kan kamu yang minta aku jadi cewe nakal hihi..." balasku sambil meratakan spermanya pada payudaraku.

Setelah payudaraku rata dengan spermanya aku kemudian berdiri dan mencuci tanganku. Disaat aku akan membersihkan payudaraku, dia melarangnya dan menyuruhku untuk langsung berpakaian. Tanpa pikir panjang aku langsung memakai pakaianku tanpa membersihkan spermanya dahulu. Setelag rapih aku dan Faza berjalan menuju mobil. Saat keluar toilet suasana sekitar masih sepi jadi kami tidak perlu khawatir. Sepanjang perjalanan menuju mobil aku terus mencium bau sperma Faza. Jelas saja, dia mengeluarkan spermanya di payudaraku dan tidak menyuruhku untuk membersihkannya.

Singkat cerita kami sudah dalam perjalanan. Aku meminta pada Faza untuk mengantarku dahulu untuk ganti baju. Aku tidak mau bertemu dengan orangtuanya dengan pakaian yang sudah acak2an ditambah bau sperma. Faza pun menuruti keinginanku dan mengantarku pulang dulu. Sesampainya di kontrakan aku langsung berganti pakaian dan segera berangkat lagi menjemput orangtuanya di bandara. Sepanjang perjalanan aku kembali teringat dengan kejadian di toilet tadi.

"Yang aku mau nanya deh." Ucapku membuka obrolan dengannya.

"Nanya apa yang?" Balasnya

"Pas di toilet tadi kamu gak marah aku ngebayangin begitu?" Tanyaku dengan suara pelan.

"Gak kok sayang, jujur ya aku malah tambah nafsu ngedengerin cerita kamu itu." Jawabnya dengan santai.

"Jadi kamu nafsu ngebayangin aku muasin orang lain?" Tanyaku lagi memastikan.

"Iya gitu deh, kamu jadi tambah nakal dan seksi tau." Ucapnya menegaskan alasannya.

"Ihh kamu mah mesuum deh. Masa ngebayangin cewenya sendiri lagi enak2 sama cowo lain." Ucapku pura2 tidak percaya dengan pengakuannya.

"Kalo beneran kejadian gimana?" Tanyaku lagi.

"Ya jangan sampe lah. Kecuali kamu sendiri yang minta tanpa paksaan hahaha..."

"Ihhhh kamu maaahhh...." balasku sambil mencubit tangannya.

Singkat cerita aku dan Faza telah menjemput orangtua Faza. Sebelum diantar pulang aku diajak untuk makan malam bersama. Aku sangat senang dapat melakukan hal tersebut dengan mereka. Tentunya itu menambah erat hubunganku dengan orangtuanya hehe...

Sesampainya di kontrakan aku tidak melihat kedua sahabatku. Kulihat kamar Fitri tertutup sedangkan kamar Maya terbuka tapi Maya tidak ada disana. Mungkin dia masih ada pertemuan dengan fotografernya. Saat akan masuk ke kamar, Fitri tiba2 keluar dari kamarnya.

"Belum tidur lu?" Tanyaku memulai percakapan.

"Belum, baru kelar ngerjain tugas. Cieee abis jalan2 yaa sama Faza?" Tanyanya menggodaku.

"Gak cuma sama Faza doang, tapi sama orangtuanya jugaa hehe..."

"Wiih baguus dong, cepet juga lu kenalan sama orangtuanya."

Akhirnya aku mengobrol dengan Fitri di ruang tengah. Banyak sekali obrolan kami malam ini. Mulai dari hubunganku dengan Faza, kesibukan kuliah, sampai nostalgia saat SMA dulu. Momen seperti inilah yang aku rindukan bersama Fitri. Semenjak kuliah kami jadi sibuk masing2, ditambah lagi aku sangat bucin dengan Faza.

"Sal gue mau minta izin dong ke lu." Ucapnya di tengah2 obrolan.

"Minta izin apaan? Udah kayak dosen aja segala minta izin hahaha..." ucapku bercanda menanggapi kekakuannya yang tiba2 itu.

"Ihh serius duluu. Lu tau kan kalo kakak gue ini lagi hamil dan dia lagi butuh biaya persalinan. Gue gak enak buat terus2an minta uang ke dia." Ucapnya yang membuatku sedih.

Selama kuliah disini Fitri dibiayai oleh Kakaknya, bahkan sudah sejak SMA. Sementara orangtuanya sudah pensiun sehingga dia benar2 bergantung pada Kakaknya

"Lu mau pinjem uang gue? Tenang aja gue bantu kok Fit." Ujarku ingin menolongnya.

"Ihh bukan gitu. Gue mau kerja buat nyari2 duit tambahan, Kakak gue masih kirimin sih tapi kurang." Ucapnya menolak pertolonganku.

"Kerja apa emang? Udah nyari2 lu? " Tanyaku penasaran.

"Udah dong, jadi model hijab hehe...." ucapnya yang membuatku terkejut.

"Haahh?? Emang lu bisa jadi model gitu? Kok lu bisa kepikiran jadi model?" Tanyaku lagi.

"Jadi gini, beberapa hari lalu Bryan main kesini trus ngobrol2 deh sama gue. Trus tiba2 dia nawarin gue buat jadi model juga kayak Maya, cuma bedanya gue jadi model hijab gitu. Katanya lagi ada agensi model hijab lagi nyari2 talent baru. Tapi belum gue iyain siih, gue butuh persetujuan dari lu dulu Sal." Jelasnya panjang lebar.

"Kenapa butuh persetujuan gue?"

"Yakan lu sahabat gue Sal. Takutnya nanti lu gak setuju sama kerjaan gue kan bisa ribet ntarnya hehe." Ucapnya lagi.

Aku terharu mendengar ucapannya. Disaat dia sedang kesulitan seperti ini, dia masih sempat memikirkan sahabatnya. Sementara aku merasa tidak banyak memberikan solusi terhadap masalahnya. Ditambah dia sudah berani berkata jujur dan mau menceritakan semuanya kepadaku. Sedangkan aku masih menyimpam rahasia padanya.

"Kalo itu emang yang lu mau dan lu sanggup, jalanin aja Fit. Gue akan terus ngedukung lu kok apapun keputusan lu." Ucapku dengan tersenyum. Tiba2 dia langsung memelukku dengan erat.

"Makasih ya Sal. Lu emang sahabat terbaik gue." Ucapnya dalam pelukan.

"Tapi lu jangan bilang ke keluarga gue yaa, soalnya mereka gak setuju kalo gue kerja." Ucapnya lagi.

"Tenang aja Fit, gue gak akan cerita ke siapa2 kok." Balasku dan kami berpelukan cukup lama. Aku sungguh bangga dengan kegigihannya.

Setelah mengobrol cukup lama, kami pun berpisah menuju kamar masing2. Sebelum tidur aku ingin mandi dulu. Ketika aku menaruh baju kotor, aku tidak sengaja melihat pakaian yang kupakai saat kuliah tadi. Pakaian yang menjadi korban aksi mesumku dengan Faza di toilet kampus. Saat sedang tiduran aku kembali teringat dengan kejadian tadi siang. Setelah bioskop, kini toilet kampus menjadi saksi bisu perzinaanku dengan Faza. Apalagi saat itu Faza memberikan sebuah sugesti yang membuatku makin bernafsu. Sebuah sugesti yang ternyata itu adalah fantasinya sendiri.

Sejujurnya aku kaget dengan fantasinya itu. Masa iya dia sange membayangkan pacarnya sendiri dipakai orang lain. Bahkan dia sepertinya mengizinkanku melakukan hal itu jika itu mauku, tapi dia sendiri sepertinya ragu dengan hal tersebut. Anehnya lagi aku malah merasakan hal yang berbeda ketika membayangkan sedang memuaskan lelaki lain. Nafsuku semakin memanas ketika membayangkan hal tersebut. Vaginaku saat ini kembali basah hanya dengan membayangkan hal itu.

Aku tidak tahan!

Kubuka celanaku dan mulai bermasturbasi. Kumasukkan 2 jariku ke dalam vaginaku yang sudah basah. Kubayangkan diriku sedang berada di toilet bersama dengan lelaki lain. Lelaki yang tidak kukenal itu sedang merangsang vaginaku dengan mulutnya. Puas menikmati vaginaku, kini dia mulai memasukkan penisnya ke dalam sana. Kupercepat kocokan tanganku sambil membayangkan penisnya keluar masuk vaginaku. Tak butuh waktu lama aku akhirnya meraih orgasmeku dengan tanganku sendiri. Kulihat jari2ku begitu basah dengan cairan cintaku. Tanpa pikir panjang aku jilati jari2ku itu dengan penuh nafsu sampau bersih. Gila! Aku merasa sangat nakal dengan menjilati jari2ku sendiri.

Aku merasa lelah dan sangat mengantuk setelah bermasturbasi. Sebelum tidur muncul beberapa pertanyaan dalam otakku mengenai fantasi Faza.

Apakah aku juga menyukai fantasi Faza?

Apakah Faza rela aku dinikmati cowo lain?

Bagaimana jika aku beneran memuaskan cowo lain?

Bagaimana jika aku benar2 rela bersetubuh cowo lain!!??


Argghhh...!
Fantasi Faza telah merusak pikiranku!

Bersambung...
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd