Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Fatimah Istri Alim Temanku yang Ternyata ....

Bab VI Sebuah ajakan yang berakhir dengan ...

Sudah beberapa bulan semenjak aku ikut komunitas seni yang didirikan Diya dan juga Putri. Sepertinya Rosi mendapatkan progres pendekatannya dengan putri. Namun, aku selalu merasa curiga dengan Roski karena dia juga terlihat akrab dengan Diya. Memang Rosi memiliki paras tampan dan memiliki kharisma dalam hal mendekati wanita. Kegiatan komunitas hari ini adalah berbagi makanan untuk yang membutuhkan. Kami membawa empat kardus berisi nasi bungkus dan membagikannya di sekitar jalan dengan berjalan kaki. Kami semua dibagi menjadi satu grup dan kebetulan sekali aku bersama dengan Diya. Setelah kelompok dibagi Diya mengambil satu kardus yang terisi penuh nasi bungkus. Melihat hal itu aku mengambil kardus itu, berusaha untuk menjukkan sikap gentleku.

"Biar aku yang mengangkatnya mba. Nanti mba yang bagiin nasinya."

"Oh iya mas, terimakasih."

Kami berjalan menuju jalan raya dengan jarak beberapa centi. Aku menatap Diya yang memperhatikan ke sekitar. Diya memiliki kecantikan yang berbeda dengan Ara. Kecantikan ini adalah jenis wajah yang manis dan senyum yang menawan. Diya juga nampak tegas, kuat dan mandiri hingga sering sekali kulihat beberapa anak mendekatinya. Aku selalu mendengar kabar bahwa beberapa anak laki-laki sudah dibuat patah hati oleh gadis ini. Beberapa diantara mereka bahkan menyebarkan berita bohong bahwa dia dan Diya sudah menjalin hubungan. Melihat hal itu aku menjadi penasaran mengenai tipe seperti apakah yang disukai gadis ini.

"Mba--"

Sebelum aku bertanya, Diya mengambil dua bungkus nasi dan berlari ke arah dua orang yang sedang duduk di samping gerobak sampah.

"Makasih nak."

"Sama-sama bu."

Diya kemudian berjalan kembali. Suasan menjadi sangat canggung. Aku harus memulai suatu topik.

"Mba Diya bagaimana menurutmu tentang Rosi?"

Apa yang sebenarnya aku katakan. Sial kenapa mulut dan diri ini begitu tak kreatif mencari topik.

"Dia adalah pria yang menyengkan mas."

"Ah begitu."

Aku merasakan sesuatu yang tak terlihat menusuk hatiku.

"Apa mba Diya menyukainya?"

Diya tidak menjawab dan sekali lagi mengambil nasi bungkus untuk diberikan pada tukang ojek yang sedang beristirahat. Diya kembali padaku dan kami berjalan kembali.

"Kalau mas Dio sendiri sendiri apa punya orang yang disuka?"

"Ya sebenarnya ada sih mba. Tapi ... saya ini cuma lelaki biasa. Jadi kemungkinan saya bisa sama dia itu nol."

Mba tersenyum, menampakkan gigi putihnya yang rapi.

"Masa belum dicoba sudah pesimis mas."

"Ya, kalau mba Diya kan perempuan yang luar biasa. Udah cantik, mandiri, pinter lagi. Pasti banyak lelaki yang ngefans sama mba."

"Ya begitu sih mas."

"Apa tidak ada yang menarik perhatian mba?"

"Tidak, mas saya masih pengen mengejar cita-cita."

"Cita-cita?"

"Iya saya pengen menjadi orang yang memajukan industri kreatif di indonesia."

Langkah kakiku tiba-tiba terhenti. Aku menginginkan gadis ini.

"Kenapa berhenti mas." Diya memiringkan kepala, sungguh ekspresinya benar-benar manis.

"Tidak, saya cuma terkejut." Aku menghampiri Diya kembali.

"Cita-cita saya terdengar konyol ya?"

"Tidak, mempunyai impian seperti itu adalah hal yang hebat." aku tersenyum.

"Kalau mas Dio sendiri apakah memiliki mimpi?"

"Saya ...."

Beberapa gambaran muncul di kepalaku. Namun, semua itu hanyalah gambaran gelap yang tak layak untuk diceritakan atau bahkan dibanggakan.

"Tidak, saya tak memiliki mimpi seperti itu. Mungkin sebuah hasrat kecil."

"Hmm ... dari dulu emang Mas Dio ini misterius ya."

Aku kembali tertegun setelah mendengarkan pernyataan Diya. Diya adalah perempuan yang cukup populer dahulu dan banyak pembicaraan mengenai dia. Bagaiaman mengatakannya, aku hanya mendengar bahwa Diya dahulu adalah sebuah badai pemberontak. Kabarnya Diya pernah beradu argumentasi dengan guru bk demi membantu temannya. Namun, melihatnya dari dekat membuatku ragu kalau Diya bisa bersikap seperti itu.

"Kenapa mas Dio--"

"Jadi mba Diya mengenal saya?"

"Ya, kita kan satu SMA dulu mana mungkin saya ga kenal."

"Begitu ya mba. Ngomong-ngomong, hari sabtu ada movie untuk film gundam yang baru kalau mba ga sibuk gimana kalau kita nonton?"

Aku terkejut karena tanpa sadar telah mengajak Diya berkencan. Ini semua mungkin efek senang karena mba Diya mengenal diriku. Aku menelan ludah dan menjadi tegang karena menunggu jawaban dari DIya.

"Tidak masalah, mas yang traktir ya."

"Serahkan saja sama saya." Aku menepuk dadaku berulang kali.

Akhirnya kami melanjutkan membagikan nasi ke orang-orang sekitar. Hari ini aku sangat bahagia karena untuk pertamakalinya aku akan berkencan dengan Diya.

***


Usai membagikan nasi, aku pamit pulang karena harus menjemput fatimah. Sebenarnya Fatimah mengatakan bahwa aku tak perlu menjemputnya karena hari ini dia akan pulang agak malam. Namun, aku ingin memberikan kejutan dan ingin bercerita kalau aku sudah berhasil mengajak kencan orang yang kusuka. Mungkin aku juga takkan menjadikan Fatimah lagi sebagai pemuasku dan menolongnya dengan ikhlas pada akhirnya. Aku memarkirkan mobilku di minimarket dan berjalan menuju sekolah. Sekolah itu terlihat sepi bahkan tidak ada satpam di depan yang menjaga. Aku masuk ke dalam sekolah dan menuju ruang kelas dimana Fatima mengajar. Saat itulah aku menghentikan langkah karena mendengar suara desahan yang familiar. Saat itulah kudengar kalimat yang membuat bulukudukku merinding.
"Ah ... shhh ... bu Fatimah jilatin kepalanya juga."
"Emang gigit banget memek guru kita satu ini ya pak fajar."
Aku penasaran dan menemukan satu jendela yang kordennya agak terbuka. Aku mengendap-endap dan menemukan Fatimah sedang bertelanjang bulat diatas meja yang sudah disusun sedemikian rupa dengan dua orang pria. Di belakang Fatimah ada pria berbadan hitam ceking yang kuyakini adalah satpam sekolah ini. Pria berbadan hitam itu membuka-tutup mata sembari menggigit bibir, terlihat menikmati tiap sentakan pinggulnya yang begitu keras hingga menimbulkan suara plup yang menggairahkan. Sementara pria satunya membuka mulut dengan ekspresi keenakan, tangan pria berambut botak itu terlihat menekan kepala Fatimah yang masih tertutupi jilbab.
"Shhh ... cepetan Rip. Gw juga mau ngentot memeknya."
"Saya ga bisa cepet-cepet pak apalagi ini ehmmm enak banget."
Pria yang dipanggil Rip itu mempercepat genjotannya sembari meremas pantat Fatimah keras-keras. Fatimah menggoyangkan kepala untuk melepaskan penis Fajar yang sudah ditancapkan dalam-dalam. Fatimah terbatuk sesaat, tetapi langsung menutup mata menikmati genjotan dari satpam yang bernama Arip. Fatimah membuka mulut, tubuhnya mengejan tanda bahwa dia sudah mendapatkan orgasme.
"Gila, pas orgame gini bikin ga kuat. Eh,mmmmm...."
Tubuh Fatimah lunglai jatuh ke bawah. Ekspresinya keenakan berbeda sekali ketika bermain dengan Dodit.
"Eh jangan istirahat dulu kontol gw masih pengen nih." Rajuk Pak Fajar,
Arip melepas penisnya dan membalik Fatimah menjadi posisi terlentang. Arip mengatur napas sepertinya agar dia tidak orgasme. Melihat semua ini aku menjadi terangsang. Kuletakkan tangan di penis dan mulai mengurut sambil terus memperhatikan adegan yang ada di depanku. Arip memasukkan penis basahnya ke dalam vagina Fatimah. Dibanding milikku penis Arip masih lebih kecil dan pendek. Namun, Fatimah menggelinjang begitu penis itu masuk ke vaginanya. Apakah selama ini Fatimah sudah melakukannya dengan dua pria ini. Aku tahu kalau dia sama sekali tak puas dengan pemainan Dodit, tapi mungkinkah Fatimah yang pendiam ini mencari pejantan lain untuk memuaskannya? padahal dia melarangku untuk memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya. Tanpa sadar aku mengepalkan tangan dengan kuat. Amarah dalam darahku kini meluap, dan aku juga ingin memukuli dua jahanam yang menikmati tubuh yang hanya kucicipi sedikit. Namun, melihat Fatimah menggelinjang dengan pria lain entah kenapa menimbulkan sensasi aneh dalam diriku.
"Bu fatimah ... Bu Fatimah ... argh...."
Arip nampak sudah orgaseme. Dia berhenti bergoyang dan diam dengan ekspresi yang sangat menikmati. Akhirnya pak Fajar duduk diantara selangkangan Fatimah. Dia menarik lengan Fatimah hingga mereka duduk berhadapan.
"Sekarang naiki joni saya bu Fatimah!"
Fatimah memegang penis Pak Fajar dan memasukkannya ke dalam Vagina.
"Hmmm ... emang gigit ini memek."
Pak Fajar menaik turunkan tubuh Fatimah. Fatimah memeluk Pak Fajar dan membuat darahku berdesir naik. Tentu saja hal itu menujukkan bahwa Fatimah menimati permainan ini. Mereka berdua berpacu dan Pak Fajar meremas dada Fatimah.
"Gede men yo susumu Bu Fatimah."
Pak Fajar mengulum dada Fatimah keras-keras.
"Ah ..."
Fatimah menutup mulut berusaha mengahalangi suaranya yang akan keluar.
"Ngapain ditutup."
Arip yang dari tadi memainkan penisnya kini menepis tangan Fatimah yang menutupi mulut.
"Udah kayak sama siapa aja. Sekolah ini udah sepi dan kita udah sepuluh kali beginian. Lepasin aja bu Fatimah."
Sepuluh kali! Aku mempercepat kocokanku sementara pak Arip bermain dengan sebelah dada Fatimah yang tak dijamah.
"Arggghhhh .... arghhh ...."
Teriakan Fatimah membuat diriku klimaks. Aku menyemprotkan spermaku di tembok sekolah hingga lima kali. Adegan menggairahkan masih belum selesai. Terlihat penis Pak Arip tegang kembali. Dia berhenti memainkan dada Fatimah dan berdiri mengarahkan penis ke wajah Fatimah. Sementara Pak Fajar terus menghisap bergantian dada Fatimah. Dia juga sesekali menghisap bagian luar dan meninggalkan bekas merah di sekotiar area puting Fatimah. Penisku masih berdiri dan aku belum cukup puas setelah keluar satu kali. Ditambah saat ini Fatimah menaik turunkan pantatnya yang mengairahkan dengan cepat seperti aktris bokep yang sering kulihat. Hanya beberapa kocokan dari Fatimah pak Fajar melenguh keras.
"Arghhh mememku bu Fatimah ARgggghghhh ...."
Pak Fajar jatuh terlentang tetapi menaikkan pantatnya ke atas untuk menikmati orgasme. Fatimah membuat gerakan mengulek lalu berdiri. Nampaknya Fatimah masih ingin dipuaskan. Terbukti sekarang ini Fatimah menungging dan memasukkan penis Arip ke Vaginanya. Pak Fajar sendiri berdiri setelah mengatakan bahwa dirinya telah puas. Sayang sekali aku harus berhenti dan cepat-cepat pergi dari tempat itu. Kenapa ... kenapa aku tidak boleh Fatimah? kenapa kau mengizinkan mereka sementara aku tidak.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd